Anda di halaman 1dari 5

1. KASUS SFAS NO.

2
Pada kasus research and development SFAS No 2 diterapkan rigit uniformity. Akan lebih
representational faithfulness bila biaya research and development (succesful effort) sebagai finite
uniformity, misalnya di dalam akuntansi minyak dan gas.
Sifat dan karakteristik industri minyak dan gas bumi berbeda dengan industri lainnya.
Sebagai akibat dari sifat dan karakteristik dari industri minyak dan gas bumi, maka terdapat
beberapa perlakuan akuntansi khusus untuk industri tersebut yang berbeda dengan industri
lainnya, seperti:
(1) Adanya sifat untung-untungan (gambling) dari usaha explorasi menimbulkan beberapa
alternatif dalam penggunaan metode pengakuan biaya atas cadangan yang tidak berisi
minyak atau gas (dry hole).
(2) Ada pendapat yang menyatakan bahwa pengakuan biaya harus dikaitkan dengan aktivitas
sampai diketemukannya cadangan minyak atau gas di suatu negara, sehingga semua biaya
yang terjadi ditangguhkan dan akan dikapitalisasi sebagai bagian dari cadangan minyak yang
ditemukan di negara tersebut.
(3) Pendapat lain menyatakan bahwa biaya yang terjadi untuk pencarian minyak dan gas harus
dikaitkan dengan hasil dari aktivitas pencarian suatu cadangan. Biaya tersebut akan
dikapitalisasi bila cadangan tersebut dalam kenyataan berisi minyak atau gas dan sebaliknya
akan dinyatakan sebagai beban kalau cadangan tersebut tidak berisi minyak atau gas.
Perbedaan perlakuan akuntansi terjadi karena adanya perbedaan pandangan dalam perlakuan
biaya yang dikapitalisasikan, beban yang diakui serta perhitungan amortisasinya. Sehingga
perbedaan tersebut pada akhirnya memperkenalkan konsep pencatatan biaya dengan dasar Full
Cost Method (FC) dan Successful Effort Method (SE) yang pada akhirnya mengakibatkan
perbedaan pada laporan keuangan yang dihasilkan.
Metode successful effort hanya akan mengakui biaya-biaya penelitian (exploration dan
survey) atas sumur yang sukses mendapatkan cadangan terbukti saja yang akan dikapitalisasikan.
Biaya-biaya atas sumur-sumur yang tidak berhasil dinyatakan tidak memiliki manfaat di masa
mendatang dan karena itulah harus dibebankan pada periode terjadinya. Sebaliknya, karena tidak
ada cara untuk menghindarkan biaya-biaya unsuccessful (tidak berhasil) dalam pencarian
cadangan minyak dan gas bumi, maka full cost method menganggap baik biaya-biaya yang
terjadi pada sumur sukses menemukan cadangan minyak dan gas bumi maupun tidak, tetap
1
diakui sebagai bagian biaya penemuan cadangan minyak dan gas bumi. Hubungan langsung
antara biaya-biaya yang terjadi dengan penemuan cadangan minyak dan gas bumi tidaklah
penting dalam metode full cost. Dengan demikian, bila digunakan metode full cost baik biaya
yang sukses maupun tidak, akan dikapitalisasikan walaupun biaya yang terjadi pada sumur yang
tidak sukses tidak memiliki manfaat sama sekali bagi perusahaan dimasa mendatang.

2. KASUS SFAS NO. 33


FSAB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (statement of financial
accounting standards-SFAS) No. 33. Berjudul “pelaporan keuangan dan perubahan harga”,
pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva
tetap. Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS
No.33 mengemukakan bahwa:
1) Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan.
2) Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar.
3) Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan
data biaya kini.
FASB memutuskan untuk tetap memakai biaya historis nominal sebagai dasar laporan
keuangan. SFAS No. 33 secara spesifik menjelaskan pengaruh perubahan harga seharusnya
disajikan sebagai informasi tambahan dalam laporan tahunan. Didukung dengan pendekatan
dolar yang stabil akan sama baiknya dengan pendekatan nilai sekarang. FASB menyimpulkan
perusahaan seharusnya melaporkan informasi tambahan selain informasi utama dengan
pendekatan pengukuran yang berbeda.
Selama pelaporan dolar konstan, SFAS mensyaratkan pengungkapan atas :
(1) informasi pendapatan dan operasi selanjutnya selama pajak tahunan beredar berbasis kos
historis atau dolar konstan.
(2) keuntungan atau kerugian daya beli atas nilai moneter bersih untuk pajak tahunan.
Mengenai nilai sekarang, hal yang perlu diungkapkan selanjutnya adalah:
(1) informasi pendapatan dari operasi berkelanjutan untuk peredaran pajak tahunan berdasarkan
basis biaya sekarang.
(2) jumlah dari biaya sekarang dari persediaan properti, tanah dan perlengkapan di akhir
peredaran pajak tahunan.

2
(3) peningkatan atau penurunan untuk peredaran pajak tahunan dalam harga sekarang sejumlah
nilai persediaan properti, tanah dan kepemilikan pada saat inflasi.
Akhirnya SFAS No. 33 gagal karena beberapa alasan, yaitu adanya kemunduran dramatis
dari inflasi selama awal tahun 1980an. Ditambah lagi masalah pengukuran yang digunakan,
pertanyaan tentang pengertian dan penggunaan untuk tujuan prediktif.

3. KASUS STANDAR PENGUKURAN INSTRUMEN KEUANGAN


Definisi Instrumen Keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan
entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain. Instrumen keuangan diukur
pada pengakuan awal sebesar nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi kecuali untuk
instrumen yang diukur dengan menggunakan nilai wajar. Pengukuran instrumen keuangan
sebesar nilai amortisasi, premium dan diskon dimartisasi dengan menggunakan effective interest
rate.
Sebagai contoh pada kasus perjanjian pembelian kembali atau repurchase agreement, dimana
perusahaan menjual financial asset dengan perjanjian bahwa financial asset tersebut akan dibeli
kembali pada harga yang ditetapkan atau pada harga jual semula ditambah keuntungan. Pada
kasus tersebut walaupun terjadi transfer financial asset dan juga arus kas ata aset yang ditransfer,
perusahaaan masih memiliki kontrol terhadap financial asset yang ditransfer melalui hak
membeli financial asset tersebut kembali. Karena hal tersebut, maka financial asset yang telah
ditransfer tersebut masih tetap dicatat di Balance sheet.
Walaupun sebuah entitas masih memiliki hak kontraktual untuk menerima arus kas
darifinancial asset, entitas tersebut masih dapat mengakui adanya transfer keuangan jika dia
memiliki kewajiban kontraktual untuk membayar arus kas yang diterima tersebut kepada satu
atau pihak lain sesuai kesepakatan dan memenuhi syarat sebagaimana yang telah dijelaskan pada
PSAK No. 55 (revisi 2006) paragraf 16. Transaksi ini tidak diatur pada PSAK No. 50 (1998), dan
oleh IAS diistilahkan sebagai “pass trough arrengement”. Transaksi ini biasanya ditemui pada
sekuritisasi ataupun spesial purpose entities (SPE).
Contoh: kasus Transfer of financial asset yang tidak memenuhi derecognition
PT A menjual instrumen utang yang diterbitkan oleh PT B dengan harga Rp 5.000.000 dan
memberikan jaminan atas default asses atas instrumen utang yang dijual tersebut. Hakikatnya PT

3
A tetap menahan hampir seluruh resiko dan manfaat dari instrumen tersebut sehingga tidak dapat
diperlakukan sebagai pelepasan asset. Di sisi lain perusahaan akan mengakui kewajiban.

Pengukuran (Measurement)
PSAK No. 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran telah
banyak mengadopsi IAS 39 dibandingkan PSAK No. 55 (1999). Ada perbedaan yang mendasar
pada pengukuran awal (initial measurement) antara PSAK 55 (1998) dengan PSAK 55 (revisi
2006). Sebelumnya, semua instrumen keuangan dikur pada pengukuran awal sebesar historical
cost, namun menurut PSAK No. 55 (revisi 2006), pengukuran nilai awal instrumen keuangan
berdasarkan fair value-nya. Khusus untuk Held to Maturity, fair value tersebut ditambah dengan
biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan akuisisi ataupun penerbitan instrumen keuangan
tersebut.

4
DAFTAR REFERENSI

Sawitri. (2016). https://www.scribd.com/doc/305327170/Teori-Akuntansi-SAP-7.

Anda mungkin juga menyukai