Anda di halaman 1dari 16

MODUL

ESKURSI LAPANGAN GEOLOGI

Sanghyang Heuleut, Cipatat


Kab. Bandung Barat

MAHASISWA PESERTA KULIAH


PENGANTAR GEOLOGI TATA LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
PANITIA DAN DOSEN PEMBIMBING
EKSKURSI GEOLOGI PGTL

Dosen Pembimbing:
1. Prof.Ir. Lambok Hutasoit, M.Sc., Ph.D.
2. Dr. Ir. Johan Arif, M.T.
3. Ir. Djoko Santoso Abi Suroso, Ph.D.
4. Arini Murwindarti, S.Si., M.Sc.
5. Dr. Astyka Pamumpuni, S.T., M.T.

Asisten Dosen:
1. Arifin, S.T.
2. Andys Ramdhani, S.Md.

Asisten Eskursi:
1. Hamzah Imanul Haq
2. Alvin Setiawan
3. Neysa Nurannisa
4. Lalu Rahmat Faizin
5. Isbram Ginanjar Hikmy
6. Boni Vasius Rosen
7. Faujan Najmi Hutasuhut
8. Rizal Adi P
9. Dimas Adi Hartomo
10. Gerald Tonggo Samuel
11. M. Agung Akrom

Panitia Peserta:
1. Iqbal Hakim A
2. Pingkan Oktaviany

Nomor Penting
Kang Agus (Perizinan Lokasi) : 082130935615
RSUD Cipatat : (022) 68808898
Polsek Cipatat : (022) 6900110
KATA PENGANTAR

Ekskursi Geologi PGTL merupakan salah satu Kegiatan penunjang dalam kuliah Pengantar
Geologi Tata Lingkungan. Kegiatan ini merupaka rangkaian untuk mengenalkan dasar
geologi dan potensi daerah. kegiatan ini berupa pengamatan langsung lapangan,
pengambilan data geologi, dan penerapan keilmuan geologi dalam perencanaan.

Mengingat eskursi ini merupakan proses pembelajaran di lapangan, maka kami


menghimbau agar setiap peserta dapat memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan
selama kegiatan.

Terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang membantu lancarnya kegiatan ini,
termasuk kepada Ketua prodi Jurusan Planologi, Ketua prodi jurusan Teknik Geologi,
Dosen Pengajar PGTL, Asisten PGTL, serta Panitia pelaksan. Semoga buku panduan ini
dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para peserta, baik dalam tahap persiapan maupun
saat kegiatan, baik saat diskusi maupun saat pengamatan lapangan.

Bandung, 24 November 2018


Hamzah Imanul Haq
PERALATAN LAPANGAN

Peralatan Peserta:
• Ponco/Jas Hujan
• Payung
• Sepatu lapangan (disarankan) atau sepatu trekking/sepatu tertutup dan tidak licin
• Alat tulis
• Papan jalan
• Hvs minimal 5 lembar
• Clipboard
• Obat pribadi
• Air minum
• Alat sholat
• App GPS (hadygps/oruxmap/locusmap)
• Modul Ekskursi
• Baju ganti (optional)

Peralatan Kelompok:
• Palu (Disediakan)
• Kompas Geologi (Disediakan)
• GPS (Disediakan)
PANDUAN KESELAMATAN, KEAMANAN, DAN KESEHATAN (K3)
KERJA LAPANGAN

1) Sebelum keberangkatan:

• Pastikan penggunaan sepatu lapangan yang aman dan nyaman.


• Pastikan topi untuk perlindungan terhadap sinar matahari.
• Bawalah persediaan minum yang cukup.
• Bawalah obat-obatan pribadi yang sekiranya diperlukan.
• Apabila musim hujan bawalah mantel.
• Masukkan semua barang bawaan di dalam tas yang aman, kuat, dan nyaman.
• Pisahkan dokumen (peta, buku, dll) dalam tempat tersendiri yang aman.
• Berilah identitas pada setiap barang secara jelas.

2) Selama dalam kendaraan:

• Letakkan barang bawaan di dalam bagasi atau di bawah tempat duduk secara rapi.
• Ingatkan sopir apabila mengendarai secara serampangan/ugal-ugalan.
• Dilarang bersikap/berbicara yang mengakibatkan terganggunya kenyamanan kru
kendaraan dalam menjalankan tugasnya dengan baik.
• Dilarang mengeluarkan anggota tubuh dari dalam kendaraan.
• Periksalah letak alat pemecah kaca darurat dan gunakan sewaktu diperlukan (kecelakaan,
kebakaran, dll) dengan hati-hati.
• Pada kondisi kendaraan tidak stabil (kendaraaan oleng/terbalik) bersikaplah menunduk dan
gunakan kedua tangan untuk berpegangan secara kuat pada bahu kursi di depan anda.
• Dilarang membuang sesuatu apapun keluar kendaraan selama perjalanan.
• Pada saat anda merasa akan buang air kecil maupun besar segera beritahukan kepada kru
kendaraan agar dicarikan tempat pemberhentian.
• Ingatlah teman yang duduk di depan anda dan pastikan tidak tertinggal sebelum kendaraan
menuju lokasi yang baru, dan segera beritahu panitia apabila ada yang tertinggal.
3) Selama di lapangan

• Apabila mengamati singkapan di pinggir jalan, pastikan posisi aman dari kendaraan yang
melaju, setidaknya 2 meter dari bahu jalan.
• Perhatikan kemungkinan jatuhnya tebing di lokasi pengamatan. Cari lokasi yang terlindung
dan tidak licin.
• Pada saat mengambil contoh batuan pastikan teman-teman anda pada jarak yang aman
terhadap kemungkinan terkena pecahan batuan atau terlepasnya palu (setidaknya berjarak
2 meter) dan pada saat menggunakan palu pastikan tidak ada teman di belakang anda.
• Selama di lapangan pastikan minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
• Apabila menjumpai kasus darurat segera ditangani dan berikan pertolongan pertama,
namun apabila kasus berat segera beritahukan kepada panitia agar segera dibawa ke rumah
sakit terdekat.
• Apabila anda tertinggal oleh rombongan segera hubungi panitia dan sebutkan lokasi anda
secara jelas.
• Pastikan tidak ada peralatan yang tertinggal sebelum meninggalkan lokasi
• Apabila hujan deras, langsung balik arah dan jalan menuju lokasi kembali.
PENDAHULUAN

Eskursi Geologi PGTL 2018 akan mengunjunggi beberapa stopsite yang berlokasi di Sang
Hyang Heuluet (The Holy Lake), Rajamandala Kulon, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.
Secara geografis lokasi tersebut berada pada kordinat 6°52'34.3"S - 107°20'30.2"E. Lokasi
dapat dicapai dengan kendaraan beroda dan berjalan kaki sekitar 60 menit dari pintu masuk.

Aktifitas geologi Jawa Barat menghasilkan beberapa zona fisiografi yang satu sama lain
dapat dibedakan berdasarkan morfologi, petrologi, dan struktur geologinya. Van Bemmelen
(1949), membagi daerah Jawa Barat ke dalam 4 besar zona fisiografi, masing-masing dari
utara ke selatan;

1. Zona Dataran Pantai Jakarta


2. Zona Bogor
3. Zona Bandung
4. Zona Pegunungan Selatan
5. Zona Gunung Api Kuarter
6. Zona Pegunungan Bayah

Gambar 1. Fisiografi Jawa Barat (Martodjodjo, 1984)


Berdasarkan ciri-ciri dari pembagian fisiografi Jawa Barat menurut van Bemmelen (1949),
maka daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Bandung. Secara umum morfologi daerah
penelitian mempunyai bentuk morfologi perbukitan, memanjang dari arah relatif barat daya
– timur laut, yang tersusun oleh batuan sedimen yang terlipat dan tersesarkan. Zona Bandung
menurut van Bemmelen (1949) menyatakan bahwa zona ini merupakan depresi diantara
gunung-gunung. Zona Bandung letaknya di bagian selatan Zona Bogor, memiliki lebar
antara 20 km hingga 40 km, membentang mulai dari Pelabuhan Ratu, menerus ke timur
melalui Cianjur, Bandung hingga Kuningan. Sebagian besar Zona Bandung bermorfologi
perbukitan curam yang dipisahkan oleh beberapa lembah yang cukup luas. Van Bemmelen
(1949) menamakan lembah tersebut sebagai depresi diantara gunung yang prosesnya
diakibatkan oleh tektonik (intermontane depression). Batuan penyusun di dalam zona ini,
terdiri atas batuan sedimen berumur Neogen yang ditindih secara tidak selaras oleh batuan
vulkanik berumur Kuarter. Akibat tektonik yang kuat, batuan tersebut membentuk struktur
lipatan.

Dari Lembar Geologi Cianjur terbitan PPPG, daerah penelitian masuk pada Formasi
Rajamandala dan Formasi Citarum. Formasi Rajamandala tersingkap di bagian Selatan Jawa
Barat mulai daerah Padalarang sampai Sukabumi. Di daerah Padalarang yakni mulai daerah
Cikamuning (dibagian timur) sampai Sanghiang Tikoro (barat), formasi ini dibagi menjadi
dua satuan yaitu Anggota Batugamping dan Anggota Lempung – Napal. Kedua anggota
satuan batuan ini berhubungan jari jemari satu sama lain. Secara stratigrafi Formasi
Rajamanadala terletak secara selaras diatas Formasi Batuasi dan ditutupi selaras oleh
Formasi Citarum.

Formasi Citarum diinterpretasikan sebagai sedimen laut yang terbentuk oleh mekanisme
arus turbidit. Di Padalarang, Formasi ini tersingkap baik, khususnya pada area
penambangan. Formasi Citarum di daerah Cipatat – Padalarang diendapkan pada Miosen
Awal-Miosen Tengah. Berdasarkan karakteristik batuan di Sungai Citalahab dapat
dikelompokkan dalam empat satuan batuan yaitu: Satuan perselingan batupasir dan
batulempung, Satuan Breksi, Satuan Batupasir sangat tebal sisipan batulempung, Satuan
batulempung.
STRATIGRAFI

Pembahasan stratigrafi dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum dari beberapa


formasi yang erat hubungannya dengan urutan batuan daerah penelitian dan diuraikan dari
satuan yang tua ke satuan yang lebih muda :

A. Formasi Rajamandala

Formasi ini terdiri dari batugamping dan napal pasiran .Batugamping tersebut berwarna
putih kecoklatan berupa batugamping koral masif membentuk perbukitan. Tebal lapisan
batugamping ini sekitar 9 meter. Ketebalan formasi ini berkisar antara 0-200 meter.
Pada bagian bawah formasi ini terdapat napal pasiran yang banyak mengandung konkresi
lempung. Lapisan ini selaras berada di atas batulempung napalan dan batupasir kuarsa
yang mengandung fosil (umurnya Oligosen). Lokasi tipe formasi ini di Gunung Masigit,
dekat Rajamandala, Jawa Barat serta penyebarannya terbatas dekat lokasi tipenya. Nama
lainnya dalam literatur adalah Masigit Limestone (van Bemmelen, 1949, pp. 109, 639);
Tagogapu Beds; Tagogapoe Lagen atau Tagogapu Limestone (Leupold dan van der Klerk,
1931, pp. 639). Di daerah ini, Formasi Rajamandala tersingkap di atas Formasi Citarum
yang berumur lebih muda (persentuhan sesar). Singkapan di daerah ini dapat diamati
pada perbukitan Rajamandala sejajar jalan raya.

Batas formasi ini selaras dan berangsur kearah bawah menjadi batupasir kuarsa bersemen
karbonat dan batulempung tergerus kuat yang merupakan satuan Formasi Batuasih.
Lapisan batulempung napalan dan batupasir kuarsa bersemen karbonat selaras di atas napal
(marls) yang mengandung fosil Globigerina, dan greywacke dengan perselingan batuan
sedimen laut. Singkapan batas formasi yang selaras dan berangsur menjadi batupasir kuarsa
dan batulempung. Batugamping Formasi Rajamandala yang tersingkap di daerah
Padalarang terbentuk sebagai barrier reef pada umur Oligosen Akhir - Miosen Awal.

B. Formasi Citarum

Formasi ini umumnya terdiri dari greywacke yang berselang-seling dengan batulanau
atau batulempung tufaan serta konglomerat dan breksi volkanik pada bagian bawahnya.
Fragmen batugamping dan batulempung dapat dijumpai dalam lapisan breksi, konglomerat,
dan graywacke. Lapisan-lapisan greywacke berwarna hijau kelabu, pada bagian dasarnya
terdapat sedikit fragmen batugamping dengan fosil foraminifera besar dan fragmen
batulempung berdiameter sekitar 25 cm. Lapisan-lapisan batupasir ini kaya campuran
tufa dan fragmen batulempung. Ketebalan lapisan-lapisan greywacke dapat mencapai 25
meter. Tebal singkapan formasi di daerah ini sekitar 850 meter. Formasi ini tertutupi secara
tidak selaras oleh Formasi Saguling.

Di daerah ini, Formasi Citarum bersentuhan secara struktur dengan Formasi Rajamandala
yang berumur lebih tua. Singkapan persentuhan sesar dapat diamati pada perbukitan
Rajamandala sejajar jalan raya (Lokasi tipe singkapan di Citatah). Batas selaras formasi
ini di atas Formasi Rajamandala kemungkinan dapat dijumpai ke arah barat daerah ini.

Gambar 2. Stratigrafi Regional Cipatat (PPGL, 2007)


PRINSIP DASAR PERLAPISAN BATUAN SEDIMEN

Peta geologi umumnya menggambarkan bermacam-macam batuan dan struktur geologinya.


Gambaran tersebut mengikuti aturan atau pengertian mengenai hubungan dan kejadian
geologi suatu lapisan batuan, serta sifat-sifat hubungannya. Pengertian ini meliputi : umur
batuan, urut-urutan kejadian dan sejarah pembentukannya. Dalam membahas urut-urutan
kejadian dan sejarah pembentukannya. Dalam membahas urut-urutan satuan batuan
sedimen, dikenal beberapa prinsip dasar tentang letak (posisi) lapisan batuan dengan lapisan
yang lain.

1. Prinsip Superposisi

Dalam keadaan normal, suatu lapisan batuan yang letaknya diatas satuan lapisan batuan lain,
selalu berumur lebih muda dari lapisan batuan dibawah nya.Pada dasarnya lapisan sedimen
diendapkan secara horizontal, kecuali pada lingkungan dimana posisi sedimen terhadap
cekungan mempunyai kemiringan asal (initial dip). Pada kedudukan lapisan yang sudah
terganggu karena tektonik (miring, terlipat dan terbalik), prinsip ini dapat diterapkan apabila
dapat diketahui bagian atas (top) dan bawah (bottom) lapisan, dengan mempelajari struktur
sedimennya

2. Prinsip perlapisan sejajar dan kesamaan waktu

Lapisan sedimen diendapkan dan membentuk perlapisan yang sejajar. Batas perlapisan
(garis pengendapan) merupakan garis kesamaan waktu dari satu tempat ke tempat yang
lainnya pada lapisan yang sama.

3. Prinsip kesinambungan

Lapisan sedimen diendapkan secara menerus atau bersinambungan (continuity), sampai


batas cekungan sedimentasinya. Suatu lapisan sedimen tidak mungkin terpotong secara
lateral dengan tiba-tiba, dan berubah menjadi batuan lain dalam keadaan normal. Kecuali
apabila sudah dipengaruhi oleh aktifitas tektonik (misalnya sesar), atau memang terjadi
penipisan secara berangsur-angsur, kemungkinan adanya perubahan facies, atau hubungan
yang tak selaras. Dengan prinsip-prinsip diatas, digunakan cara korelasi yang menghubung
kan satuan batuan di suatu tempat dengan satuan batuan di tempat yang lain didasarkan pada
kesamaan waktu pembentukannya. Untuk korelasi ini dapat dipakai sifat-sifat batuan
(korelasi litologi = kesebandingan) atau sifat kandungan fosilnya (korelasi paleontologi)
yang pada dasarnya merupakan petunjuk kesamaan waktu kejadian pembentuknya. Bila di
dalam menghubungkan satuan sedimen pada satu garis waktu yang sama terdapat perubahan
sifat litologinya, misalnya batugamping disuatu tempat berubah menjadi napal ditempat lain,
dikatakan bahwa lapisan batuan tersebut “berubah fasies”. Fasies menyangkut aspek
lingkungan dan biologisnya.

(a)

(b)
Gambar 3. (a) Prinsip Horizontality dan (b) Perubahan fasises batuan sedimen.
Gambar 4. Perselingan Batuan sedimen (Lokasi perjalanan menuju Sang Hyang Heuleut).

Gambar 5. Kemiringan Lapisan (Lokasi di Sang Hyang Heuluet).


KARST
Pengertian Karst secara luas adalah bentuk bentang alam khas yang terjadi akibat proses
pelarutan pada suatu kawasan batuan karbonat atau batuan mudah terlarut (umumnya
formasi batu gamping) sehingga menghasilkan berbagai bentuk permukaan bumi yang unik
dan menarik dengan ciri-ciri khas eksokarst (di atas permukaan) dan endokarst (di bawah
permukaan).

Kawasan Karst memiliki karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan
oleh larutnya batuan yang tinggi di dalam air, jika dibandingkan dengan daerah lain. Pada
kawasan ini dapat diketahui yaitu relief pada bentang alam ini berada pada daerah yang
berbatuan yang mudah larut, juga dapat diketahui dengan adanya aliran sungai yang secara
tiba tiba masuk tanah meninggalkan lembah kering dan muncul sebagai mata air yang besar.
Pada daerah ini pola pengaliran tidak sempurna, kadang tampak, kadang hilang, yang disebut
sebagai sungai bawah tanah.

Kawasan Karst merupakan kawasan yang mudah rusak. Batuan dasarnya mudah larut
sehingga mudah sekali terbentuk goa-goa bawah tanah dari celah dan retakan. Mulai
banyaknya permukiman penduduk yang terdapat di daerah ini akan berpengaruh terhadap
tingginya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan. Serta bahaya dari alam sendiri
berupa bencana alam guguran batuan dan runtuhnya goa bawah tanah.

Gambar 5. Goa Sang Hyang Poek


Tugas
1. Tentukan titik stasiun pada peta kontur dan beri tanda
2. Tulislah deskripsi singkapan, deskripsi batuan, dan sertakan sketsa gambar pada masing-
masing Stasiun.
3. Ceritakan potensi apa yang terdapat di lokasi eskursi!
PETA DAERAH SANG HYANG HEULEUT
CIPATAT, BANDUNG BARAT

758000.000000 759000.000000
±
1:20,000 760000.000000 761000.000000
9242000.000000

9242000.000000
9241000.000000

9241000.000000
9240000.000000

9240000.000000
500
9239000.000000

9239000.000000
9238000.000000

9238000.000000

758000.000000 759000.000000 760000.000000 761000.000000

Anda mungkin juga menyukai