Anda di halaman 1dari 13

HISTEREKTOMI

1.1 Pendahuluan
Porro (1876) melakukan histerektomi pada kasus infeksi intrapartal berat tanpa mengeluarkan
janin dari dalam rahim. Usahanya ini berhasil mencegah kematian ibu sehingga pada tahun
1880 diakui para sarjana secara luas. Histerektomi segera setelah sectio sesarea dahulu
semata-mata dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu akibat perdarahan dan infeksi
yang bersumber dari rahim. 3

Histerektomi merupakan suatu tindakan penanganan untuk mengatasi kelainan atau


gangguan organ atau fungsi reproduksi yang terjadi pada wanita. Dengan demikian, tindakan
ini merupakan keputusan akhir dari penanganan kelainan atau gangguan berdasarkan hasil
pemeriksaan dokter. 2

Namun, tindakan ini sangat berpengaruh terhadap sistem reproduksi wanita. Diangkatnya
rahim, tidak atau dengan saluran telur atau indung telur akan mengakibatkan perubahan pada
sistem reproduksi wanita, seperti tidak bisa hamil, haid, dan perubahan hormon. 2

Pada beberapa kasus dan biasanya pada kasus dengan penyulit perdarahan obstetric yang
parah, tindakan histerektomi pascapartum mungkin dapat menyelamatkan nyawa. Operasi
dapat dilakukan dengan laparotomi setelah pelahiran pervaginam, atau dilakukan bersamaan
dengan sesar (disebut histerektomi sesar). 4

Sebagian besar histerektomi paripartum dilakukan untuk menghentikan perdarahan akibat


atonia uterus yang tak teratasi, perdarahan segmen bawah uterus yang berkaitan dengan insisi
sesar atau implantasi plasenta, laserasi pembuluh besar uterus, mioma besar, dysplasia serviks
yang parah, dan karsinoma insitu. Gangguan implantasi plasenta, termasuk plasenta previa
dan berbagai plasenta akreta yang sering berkaitan dengan sesar berulang, sekarang menjadi
indikasi tersering untuk histerektomi saesar. 4

Pengahambat utama histerektomi sesarea adalah kehawatiran akan peningkatan pengeluaran


darah dan kemungkinan kerusakan kerusakan saluran kemih. Factor utama komplikasi
tampaknya adalah apakah operasi dilakukan secara elektif atau darurat. Morbiditas yang
berkaitan dengan histerektomi darurat secara substantive meningkat. Pengeluaran darah pada
umumnya banyak dan hal ini berkaitan dengan indikasi operasi. Jika dilakukan atas indikasi
perdarahan, pengeluaran darah hampir slalu besar. Memang, lebih dari 90 persen wanita yang
menjalani histerektomi pasca partum darurat membutuhkan tranfusi. 4

1.2 Definisi
Istilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti kandungan, rahim, atau
uterus, dan ectomi yang berarti memotong, jadi histerektomi adalah suatu prosedur
pembedahan mengangkat rahim yang dilakukan oleh ahli kandungan. 5,6,7

Histerektomi obstetrik adalah pengangkatan rahim atas indikasi obstetrik. 3

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari uterus diangkat.
Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik untuk wanita di negara Amerika
Serikat.

Histerektomi adalah bedah pengangkatan rahim (uterus) yang sangat umum dilakukan. namun
organ-organ lain seperti ovarium, saluran tuba dan serviks sangat sering dihapus sebagai
bagian dari operasi.

Histeroktomi merupakan suatu tindakan penanganan untuk mengatasi kelainan atau gangguan
organ atau fungsi reproduksi yang terjadi pada wanita. Dengan demikian, tindakan ini
merupakan keputusan akhir dari penanganan kelainan atau gangguan berdasarkan hasil
pemeriksaan dokter. Namun tindakan ini sangat berpengaruh terhadap system reproduksi
wanita. Diangkatnya rahim, tidak atau dengan saluran telur atau indung telur akan
mengakibatkan perubahan pada system reproduksi wanita, seperti tidak bisa hamil, haid dan
perubahan hormone.

Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim,uterus) pada seorang wanita,


sehingga setelah menjalani ini dia tidak bisa lagi hamil dan mempunyai anak. Histerektomi
biasanya disarankan oleh dokter untuk dilakukan karena berbagai alasan. Alasan utamanya
dilakukan histerektomi adalah kanker mulut rahim atau kanker rahim. 5,6,7

1.3 Indikasi dan kontraindikasi


1. Indikasi
a. Ruptur uteri
b. Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada, misalnya pada :
1) Atonia uteri
2) Afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia pada solusio plasenta dan lainnya.
3) Couvelaire uterus tanpa kontraksi.
4) Arteri uterina terputus.
5) Plasenta inkreta dan perkreta.
6) Hematoma yang luas pada rahim.
c. Infeksi intrapartal berat.
d. Pada keadaan ini biasanya dilakukan operasi Porro, yaitu uterus dengan isinya
diangkat sekaligus.
e. Uterus miomatosus yang besar.
f. Kematian janin dalam rahim dan missed abortion dengan kelainan darah.
g. Kanker leher rahim. 3

2. Kontraindikasi
a. Atelektasis
b. Luka infeksi
c. Infeksi saluran kencing
d. Tromoflebitis
e. Embolisme paru-paru.
f. Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial pada adneksa
g. Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix) dan abses pada cul-
de-sac Douglas karenadiduga terjadi pembentukan perlekatan.

1.4 Jenis Histerekomi


1. Histerektomi parsial (subtotal)
Pada histerektomi jenis ini, rahimn diangkat, tetapi mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan.
Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim sehingga masih perlu
pemeriksaan pap smear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin. 5,6,7
2. Histerektomi total
Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara keseluruhan. 5,6,7
Keuntungan dilakukan histerektomi total adalah ikut diangkatnya serviks yang menjadi
sumber terjadinya karsinoma dan prekanker. Akan tetapi, histerektomi total lebih sulit
daripada histerektomi supraservikal karena insiden komplikasinya yang lebih besar. 1

Operasi dapat dilakukan dengan tetap meninggalkan atau mengeluarkan ovarium pada
satu atau keduanya. Pada penyakit, kemungkinan dilakukannya ooforektomi unilateral
atau bilateral harus didiskusikan dengan pasien. Sering kali, pada penyakit ganas, tidak
ada pilihan lain, kecuali mengeluarkan tuba dan ovarium karena sudah sering terjadi
mikrometastase. 1

Berbeda dengan histerektomi sebagian, pada histerektomi total seluruh bagian rahim
termasuk mulut rahim (serviks) diangkat. Selain itu, terkadang histerektomi total juga
disertai dengan pengangkatan beberapa organ reproduksi lainnya secara bersamaan.
Misalnya, jika organ yang diangkat itu adalah kedua saluran telur (tuba falopii) maka
tindakan itu disebut salpingo. Jika organ yang diangkat adalah kedua ovarium atau indung
telur maka tindakan itu disebut oophor. Jadi, yang disebut histerektomi bilateral salpingo-
oophorektomi adalah pengangkatan rahim bersama kedua saluran telur dan kedua indung
telur. Pada tindakan histerektomi ini, terkadang juga dilakukan tindakan pengangkatan
bagian atas vagina dan beberapa simpul (nodus) dari saluran kelenjar getah bening, atau
yang disebut sebagai histerektomi radikal (radical hysterectomy). 2

Ada banyak gangguan yang dapat menyebabkan diputuskannya tindakan histerektomi.


Terutama untuk keselamatan nyawa ibu, seperti pendarahan hebat yang disebabkan oleh
adanya miom atau persalinan, kanker rahim atau mulut rahim, kanker indung telur, dan
kanker saluran telur (falopi). Selain itu, beberapa gangguan atau kelainan reproduksi yang
sangat mengganggu kualitas hidup wanita, seperti miom atau endometriosis dapat
menyebabkan dokter mengambil pilihan dilakukannya histerektomi. 2

3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral


Histerektomi ini mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii, dan kedua ovarium.
Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan penderita seperti menopause meskipun
usianya masih muda. 5,6,7
4. Histerektomi radikal
Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan kelenjar limfe disekitar
kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu untuk
bisa menyelamatkan nyawa penderita. 5,6,7

Histerektomi dapat dilakukan melalui 3 macam cara, yaitu abdominal, vaginal dan
laparoskopik. Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis
penyakit yang mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal tetap
merupakan pilihan jika uterus tidak dapat dikeluarkan dengan metode lain. Histerektomi
vaginal awalnya hanya dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga dikerjakan pada
kelainan menstruasi dengan ukuran uterus yang relatif normal. Histerektomi vaginal memiliki
resiko invasive yang lebih rendah dibandingkan histerektomi abdominal. Pada histerektomi
laparoskopik, ada bagian operasi yang dilakukan secara laparoskopi (garry, 1998). 5,6,7

1.5 Patofisiologi
1.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. USG
Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan
adnexa dalam rongg apelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI,
tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.
Untungnya leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya
dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnose jaringan.
2. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai masaa di rongga pelvis serta menilai
fungsi ginjal dan perjalanan ureter
3. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan
infertilitas.
4. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis
5. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum, kreatinin
darah.
6. Tes kehamilan
7. D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan untuk menyingkirkan
kemungkinan patologi pada rahim (hyperplasia atau adenokarsinoma endometrium). 5,6,7

1.7 Teknik Operasi Histerektomi


Pilihan teknik pembedahan tergantung pada indikasi pengangkatan uterus, ukuran uterus,
lebarnya vagina, dan juga kondisi pendukung lainnya. Lesi prekanker dari serviks, uterus, dan
kanker ovarium biasanya dilakukan histerektomi abdominal, sedangkan pada leimioma uteri,
dilakukan histerektomi abdominal jika ukuran tumor tidak memungkinkan diangkat melalui
histerektomi vaginal. 1

1. Histerektomi abdominal
Pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan pada perut, baik irisan vertikal maupun
horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini adalah dokter yang melakukan operasi
dapat melihat dengan leluasa uterus dan jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup ruang
untuk melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada mioma yang
berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus. Kekurangannya, teknik ini biasanya
menimbulkan rasa nyeri yang lebih berat, menyebabkan masa pemulihan yang lebih
panjang, serta menimbulkan jaringan parut yang lebih banyak.

2. Histerektomi vaginal
Dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan tersebut, uterus (dan
mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya kemudian
dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya digunakan pada prolapsus uteri.
Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada
jaringan parut yang tampak.
3. Histerektomi laparoskopi
Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang dibantu laparoskop
(laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan histerektomi supraservikal
laparoskopi (laparoscopic supracervical hysterectomy, LSH). LAVH mirip dengan
histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparoskop yang dimasukkan melalui irisan
kecil di perut untuk melihat uterus dan jaringan sekitarnya serta untuk membebaskan
uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak menggunakan irisan pada bagian atas vagina,
tetapi hanya irisan pada perut. Melalui irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus
kemudian dipotong-potong menjadi bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang
laparoskop. Kedua teknik ini hanya menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih
cepat, serta sedikit jaringan parut.

Tindakan pengangkatan rahim menggunakan laparoskopi dilakukan menggunakan


anestesi (pembiusan) umum atau total. Waktu yang diperlukan bervariasi tergantung
beratnya penyakit, berkisar antara 40 menit hingga tiga jam. Pada kasus keganasan
stadium awal, tindakan histerektomi radikal dapat pula dilakukan menggunakan
laparoskopi. Untuk ini diperlukan waktu operasi yang relatif lebih lama. Apabila dilakukan
histerektomi subtotal, maka jaringan rahim dikeluarkan menggunakan alat khusus yang
disebut morcellator sehingga dapat dikeluarkan melalui llubang 10 mm.Apabila dilakukan
histerektomi total, maka jaringan rahim dikeluarkan melalui vagina, kemudian vagina
dijahit kembali. Operasi dilakukan umumnya menggunkan empat lubang kecil berukuran
5‐ 10 mm, satu di pusar dan tiga di perut bagian bawah.

1.8 Prosedur Histerektomi


1.8.1 Persiapan Pre Operasi 1 hari sebelum operasi
1. Persiapan urogenital
Dilakukan pengosongan kandung kemih dengan kateterisasi nkandung kemih.
2. Obat-obat Premedikal
Yaitu penyuntikan pengantar pada pendrita yang sudah ditentukan oleh ahli bius
3. Bahan yang harus dibawa bersama pasien ke kamar operasi
a. Status klien
b. Hasil-hasil laboratorium
4. Persiapan psikologis
a. Pasien dan keluarga perlu diberi kesempatan bertanya mengenai fungsi
reproduksi dan seksnya.
b. Beri penjelasan tentang operasi histerektomi yang akan dilakukannya.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Cek gelang identitas
b. Lepas tusuk konde, wig, tutup kepala dengan mitella.
c. Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan.
d. Bersihkan cat kuku
e. Lepaskan kontak lens
f. Alat bantu pendengaran dapat dipasang bila pasien tidak dapat
mendengarkan tanpa alat.
g. Pasang kaos kaki anti emboli bila pasien resiko tingi terhadap syok.
h. Ganti pakaian operasi
6. Transportasi ke kamar operasi
Perawat menerima status pasien, memeriksa gelang pengenal, menandatangani
inform concent, pasien dilindungi dari kedinginan dengan memberi selimut katun.
1.8.2 Persiapan Operasi
1. Inform Concent
Surat persetujuan kepada pasien dan keluarga mengenai pemeriksaan sebelum
operasi, alasan, tujuan, jenis operasi, keuntungan dan kerugian operasi.

2. Puasa
Pada operasi kecil, tidak perlu ada perawatan khusus. Hanya perlu puasa
beberapa jam sebelum operasi dan makan makanan ringan yang mudah dicerna
malam hari sebelumnya

Pada operasi besar, pada hari akan dilakukan operasi, pasien hanya mendapatkan
terapi cairan saja. Pada persiapan praoperatif penderita malnutrisi, juga diberikan
hiperalimentasi per oral atau intravena.

3. Persiapan usus, persiapan usus praoperatif berguna untuk hal-hal berikut:


a. Pengurangan isi gastrntestinal memberi ruang tambahan pada pelvis dan
abdomen sehingga memperluas lapangan operasi.
b. Pengurangan jumlah flora patgen pada usus menurunkan resiko infeksi
pascaoperasi
Cedera usus saat pembedahan tidak selalu berhasil untuk dihindari, terutama
sering terjadi pada pasien yang menjalani operasi karsinoma, endometriosis,
penyakit peradangan pelvis, pasien dengan prosedur pembedahan berulang
atau penyakit peradangan usus.
4. Persiapan kulit
Persiapan kulit disarankan untuk dilakukan pada are pembedahan, bukan karena
takut terjadi kontaminasi, akan tetapi lebih karea alasan teknis. Pasien dicukur
hanya pada area disekitar insisi. Pencukuran sebaiknya dilakukan segera sebelum
operasi, untuk mengurangi resiko infeksi pasca perasi. Membersihkan kulit
dengan sabun antiseptic pada malam hari sebelum operasi atau pagi hari dapat
mengurangi frekuensi infeksi luka pascaoperasi.
5. Persiapan vagina
Apabila terdapat infeksi vagina, sebaiknya diterapi sebelum operasi. Vaginosis
bacterial dapat diterapi dengan metrodinazole atau krim klindamisin 2%. Pada
wanita pasca menopause dengan atrofi mucosa vagina, krim estrogen
meningkatkan penyembuhan luka setelah operasi vagina. Segera sebelum operasi,
vagina dibersihkan dengan larutan antisepsis, seperti iodine PVB, chlorhexidine
atau octenidindil-hydricloride.
6. Persiapan kandung kencing dan ureter
Segera sebelum pemeriksaan di bawah anestesi,kandung kencing dikosngkan
dengan kateterisasi. Jik akan dilakukan operasi denga durasi lama, sebelumnya
dipasang kateter folley.

1.8.3 Prosedur Histerektomi


Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah atau vagina,
dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat perut dilakukan melalui sayatan
melintang seperti yang dilakukan pada operasi sesar. Histerektomi lewat vagina
dilakukan dengan sayatan pada vagina bagian atas. Sebuah alat yang disebut
laparoskop mungkin dimasukkan melalui sayatan kecil di perut untuk membantu
pengangkatan rahim lewat vagina.

Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan histerektomi abdomen karena lebih kecil
risikonya dan lebih cepat pemulihannnya. Namun demikian, keputusan melakukan
histerektomi lewat perut atau vagina tidak didasarkan hanya pada indikasi penyakit
tetapi juga pada pengalaman dan preferensi masing-masing ahli bedah.
Histerektomi adalah prosedur operasi yang aman, tetapi seperti halnya bedah besar
lainnya, selalu ada risiko komplikasi. Beberapa diantaranya adalah pendarahan dan
penggumpalan darah (hemorrgage/hematoma) pos operasi, infeksi dan reaksi
abnormal terhadap anestesi.

1.9 Efek Samping dan Komplikasi


1. Efek Samping
Efek samping yang utama dari histerektomi adalah bahwa seorang wanita dapat
memasuki masa menopause yang disebabkan oleh suatu operasi, walaupun ovariumnya
masih tersisa utuh. Sejak suplai darah ke ovarium berkurang setelah operasi, efek samping
yang lain dari histerektomi yaitu akan terjadi penurunan fungsi dari ovarium, termasuk
produksi progesterone.

Efek samping Histerektomi yang terlihat :


a. Perdarahan intraoperatif
Biasanya tidak terlalu jelas, dan ahli bedah ginekologis sering kali kurang dalam
memperkirakan darah yang hilang (underestimate). Hal tesebut dapat terjadi,
misalnya, karena pembuluh darah mengalami retraksi ke luar dari lapangan operasi
dan ikatannya lepas
b. Kerusakan pada kandung kemih
Paling sering terjadi karena langkah awal yang memerlukan diseksi untuk
memisahkan kandung kemih dari serviks anterior tidak dilakukan pada bidang
avaskular yang tepat.
c. Kerusakan ureter
Jarang dikenali selama histerektomi vaginal walaupun ureter sering kali berada dalam
resiko kerusakan. Kerusakan biasanya dapat dihindari dengan menentukan letak
ureter berjalan dan menjauhi tempat tersebut.
d. Kerusakan usus
Dapat terjadi jika loop usus menempel pada kavum douglas, menempel pada uterus
atau adneksa. Walaupun jarang, komplikasi yang serius ini dapat diketahui dari
terciumnya bau feses atau melihat material fekal yang cair pada lapangan operasi.
Pentalaksanaan memerlukan laparotomi untuk perbaikan atau kolostomi
e. Penyempitan vagina yang luas
Disebabkan oleh pemotongan mukosa vagina yang berlebihan. Lebih baik keliru
meninggalkan mukosa vagina terlalu banyak daripada terlalu sedikit. Komplikasi ini
memerlukan insisi lateral dan packing atau stinit vaginal, mirip dengan rekonstruksi
vagina.

2. Komplikasi
a. Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya terjadi dengan cepat
dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini diklasifikasikan dalam sejumlah cara
yaitu, berdasarkan tipe pembuluh darah arterial, venus atau kapiler, berdasarkan
waktu sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam waktu 24 jam
ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10 hari sesudah kejadian dengan
disertai sepsis sekunder, perdarahan bisa interna dan eksterna.
b. Thrombosis vena
Komplikasi hosterektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi membahayakan jiwa
adalah thrombosis vena dalam dengan emboli paru-paru, insiden emboli paru-paru
mungkin dapat dikurangi dengan penggunaan ambulasi dini, bersama-sama dengan
heparin subkutan profilaksis dosis rendah pada saat pembedahan dan sebelum
mobilisasi sesudah pembedahan yang memadai.
c. Infeksi
Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen, antitoksinnya didalam darah
atau jaringan lain membentuk pus.
d. Pembentukan fistula
Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau menghubungkan 1 organ
dengan bagian luar. Komplikasi yang paling berbahaya dari histerektomi radikal
adalah fistula atau striktura ureter. Keadaan ini sekarang telah jarang terjadi, karena
ahli bedah menghindari pelepasan ureter yang luas dari peritoneum parietal, yang
dulu bisa dilakukan. Drainase penyedotan pada ruang retroperineal juga digunakan
secara umum yang membantu meminimalkan infeksi. 5,6,7

Pencegahan komplikasi

a. Pencegahan perlekatan
Perlekatan dapat dicegah dengn cara manipulasi jaringan secara lembut dan
hemostasis yang seksama. Untuk mempertahankan integritas serosa usus,
pemasangan tampon dgunakan apabila usus mengalami intrusi menghalangi
lapangan pandang operasi. Untuk mencegah infeksi, darah harus dievakuasi dari
kavum peritonei. Hal ini dapat dilakukan dengan mencuci menggunakan larutan RL
dan melakukan reperitonealisasi defek serosa dengan hati-hati
b. Drainase
Pada luka bersih (aseptic), pemasangan drain untuk mengevakuasi cairan yang
berasal dari sekresi luka dan darah berguna untuk mencegah infeksi. Pada luka
terinfeksi pemasangan drain dapat membantu evakuasi pus dan sekresi luka dan
menjaga luka tetap terbuka. System drainase ada yang bersiat pasif (drainase
penrose), aktif (drainase suction) da juga ada yang bersiat terbuka atau tertutup.
c. Pencegahan thrombosis vena dalam dan emboli
1) Saat praoperasi, perlu dicari faktor resiko. Usahakan menurunkan berat badan
dan memperbaiki keadaan umum pasien sampai optimal. Kontrasepsi oral harus
dihentikan minimal empat minggu sebelum operasi. Mobilisasi pasien dilakukan
sedini mungkin dan diberikan terapi fisik dan latihan paru.
2) Upaya intraoperasi, dilakukan hemostasis yang teliti san pencegahan infeksi.
Selain itu, cegah juga hipoksia dan hipotensi selama pembiusan. Hindari statis
vena sedapat mungkin, terutama dengan memperhatikan posisi kaki.
3) Pada pascaoperasi, antikoagulasi farmkologis dan fisik dilanjutkan. Upaya fisik
meliputi mobilisasi dini pada 4-6 jam pertama pascaoperasi, bersamaan dengan
fisioterapi. Disamping itu bisa juga dnegan pemakaian stocking ketat dan
mengankat kaki.

1.10 Penatalaksanaan
1. Preoperative
Setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur dengan sangat cermat
dan dibersihkan dengan sabun dan air (beberapa dokter bedah tidak menganjurkan
pencukuran pasien). Traktus intestinal dan kandung kemih harus dikosongkan sebelum
pasien dibawa keruang operasi untuk mencegah kontaminasi dan cidera yang tidak
sengaja pada kandung kemih atau traktus intestinal. Edema dan pengirigasi antiseptic
biasanya diharuskan pada malam hari sebelum hari pembedahan, pasien mendapat
sedative. Medikasi praoperasi yang diberikan pada pagi hari pembedahan akan
membantu pasien rileks.
2. Postoperative
Prinsip-prinsip umum perawatan pasca operatif untuk bedah abdomen diterapkan,
dengan perhatian khusus diberikan pada sirkulasi perifer untuk mencegah tromboflebitis
dan TVP (perhatikan varicose, tingkatkan sirkulasi dengan latihan tungkai dan
menggunakan stoking. 5,6,7
1.11 Pemulihan dan Diet Pasca Operasi
Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga enam minggu. Selama
masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak bergerak yang dapat memperlambat
penyembuhan bekas luka operasi. Dari segi makanan, disarankan untuk menghindari makanan
yang menimbulkan gas seperti kacang buncis, kacang panjang, brokoli, kubis dan makanan
yang terlalu pedas. Seperti setelah operasi lainnya, makan makanan yang kaya protein dan
meminum cukup air akan membantu proses pemulihan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjidi, Imam. 2008. Manual Histerektomi. Jakarta: EGC


2. Kasdu, Dini. 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara
3. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. Edisi 2. Jakarta: EGC.
4. Leveno, Kenneth J . 2009. Obstetric wiliam. Jakarta : EGC.
5. Bagian obstetri & gineekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Bandung : Elstar
6. Friedman, Borten, Chapin. 1998. Seri skema Diagnosa & penatalaksanaan Ginekologi Edisi 2.
Jakarta : Bina Rupa Aksara
7. Saifudin, Abdul Bari, dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI.
8. Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku saku Keperawatan, edisi 8. EGC. Jakarta
9. http://jama.ama-assn.org/content/291/12/1526.full.pdf+html
10. http://www.nature.com/bjc/journal/v90/n9/full/6601763a.html

Anda mungkin juga menyukai