Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu kedokteran jiwa atau ilmu Psikiatri adalah suatu cabang spesialistik di
bidang ilmu kedokteran yang mempunyai kedudukan dan sifat yang khusus, dalam
arti ilmu ini tidak seluruhnya terletak di bidang ilmu kedokteran fisik, tetapi secara
primer mempunyai corak spesifik yaitu mempelajari kesatuan fungsional yang khas
pada tiap diri manusia yang disebut kepribadian atau fungsi mental.1,2
Psikiatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari segala segi
kejiwaan dari manusia dalam keadaan sehat maupun sakit dengan tujuan untuk
meneliti proses terjadinya, menegakkan diagnosa, merencanakan dan melaksanakan
pengelolaan dan pengobatan dari segala macam gangguan dan penyakit jiwa
termasuk segala tingkah laku manusia serta bertujuan untuk melakukan pencegahan,
diagnosa dini dan pengobatan, serta rehabilitasi dari penderita dengan tujuan untuk
meningkatkan taraf kesehatan jiwa manusia. 1
Walaupun psikiatri merupakan cabang dari ilmu kedokteran di mana cara
pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnosa berbeda dengan cara
pemeriksaan pada ilmu kedokteran fisik pada umumnya karena adanya penekanan
pada fungsi mental atau kepribadian tanpa mengacuhkan keadaan kesehatan fisik
dalam diri pribadi tersebut, sehingga diagnosa pada pasien psikiatri berbeda dalam
beberapa hal dengan diagnosa dari pasien-pasien dengan masalah kesehatan fisik.
Diagnosa dalam bidang psikiatri jarang sekali didasarkan pada etiologi melainkan
berpedoman pada teori-teori yang berusaha menjelaskan keluhan-keluhan
berdasarkan teori dasar dari perilaku-perilaku umum yang diterima oleh masyarakat.
Hal ini tentu saja berbeda dengan cara diagnosa dari kedokteran fisik yang
menekankan etiologi dari gangguan-gangguan fisik yang dialami oleh setiap manusia
serta tidak adanya patokan-patokan eksternal yang sah dalam diagnosa psikiatri,
sedangkan pada kedokteran fisik diagnosa didasarkan pada patokan-patokan yang
sah dan telah disepakati bersama oleh komunitas kedokteran di dunia.1

0
Tujuan dari pemeriksaan psikiatri adalah untuk memperoleh informasi yang
dapat digunakan oleh pemeriksa untuk menegakkan diagnosis pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap pasien (autoanamnesis) maupun
dengan orang lain yang dekat dengan pasien (alloanamnesia) ataupun dengan
observasi terhadap keadaan, perilaku maupun tingkah lakunya di mana semuanya
memberikan makna yang penting dalam hal penegakan suatu diagnosis. Dengan
ditegakkannya suatu diagnosis maka seorang dokter dapat membuat suatu perkiraan
mengenai prognosis suatu penyakit dan tentu saja menentukan respon dokter tersebut
terhadap jenis dan macam pengobatan yang akan diberikan terhadap suatu pasien.2
Untuk mengobati seorang pasien psikiatri secara efektif maka seorang
psikiatri harus membuat diagnosis yang akurat dan dapat dipercaya. Dan untuk
menyusun sebuah diagnosis yang baik, maka dokter tersebut haruslah belajar
mengenai pengaruh-pengaruh genetika, temperamental, biologi, perkembangan social
dan psikologis. Seorang psikiatri juga haruslah mampu untuk menyampaikan
keprihatinan, empati, rasa hormat, dan kemampuan kepada pasien untuk menciptakan
suatu hubungan (raport), kepercayaan yang memungkinkan pasien untuk berbicara
jujur dan akrab. Dengan persiapan diatas maka seorang psikiatri dapat membuat
sebuah wawancara yang baik yang dapat digunakan untuk membuat suatu diagnosis
secara tepat.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEKNIK WAWANCARA DALAM PSIKIATI


2.1.1 Pengertian Teknik Wawancara
Untuk mengobati seorang pasien psikiatrik, secara efektif, apakah dengan
medikasi, manipulasi lingkungan atau psikoterapi-psikodinamika, maka seorang
dokter psikiatrik harus membuat diagnosis yang akurat dan dapat dipercaya. Dan
untuk menyusun sebuah diagnosis yang baik, maka dokter tersebut haruslah belajar
mengenai pengaruh-pengaruh genetika, temperamental, biologi, perkembangan
sosial, dan psikologis. Seorang dokter psikiatrik seharusnya mampu untuk
menyampaikan keprihatinan, empati, rasa hormat, dan menciptakan suatu rapport dan
kepercayaan yang memungkinkan pasien untuk berbicara secara jujur dan akrab.1
Wawancara psikiatrik adalah suatu wawancara yang dilakukan oleh seorang
dokter dan pasien psikiatik yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi penting
untuk menilai kondisi pasien dan membentuk hubungan terapetik antara dokter dan
pasien. Dalam wawancara psikiatrik biasanya pasien mengungkapkan hal-hal yang
bersifat pribadi dan intim tentang penderitaan dan kehidupannya kepada dokter.
Wawancara ini dapat menjadi sulit karena tidak semua pasien psikiatri secara sukarela
mencari pertolongan dokter, sehingga keinginan untuk bekerja sama terganggu,
misalnya pada seorang psikiatrik yang diantar oleh polisi atau keluarganya. Dengan
demikian maka sebagian besar waktu dokter untuk mendengarkan, pengamatan, dan
interpretasi yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat.2
Dokter psikiatrik harus mengembangkan keterampilan dan teknik wawancara
paling efektif yang memungkinkan pasien menggambarkan tanda dan gejala yang
secara bersama-sama berperan dalam berbagai sindroma yang kemungkinan dapat
dijelaskan dan diobati. Pasien-pasien terentang dari mereka yang pandai berbicara
dengan jelas, dan mudah untuk diikutsertakan sampai mereka yang mengalami
gangguan berpikir, paranoid, berespon terhadap stimuli internal, dan mengalami
disorganisasi yang berat. Wawancara itu sendiri mungkin bervariasi, tergantung pada

2
tantangan spesifik yang ditemukan pada tiap-tiap pasien. Beberapa teknik adalah
berlaku universal pada semua situasi, teknik lain terutama dapat diterapkan pada jenis
wawancara tertentu. 1
Nancy Anderson dan Donald Black telah menuliskan 11 teknik yang sering
pada sebagian besar situasi wawancara psikiatrik.1
1. Dapatkan rapport seawall mungkin pada wawancara
2. Tentukan keluhan utama pasien
3. Gunakan keluhan utama untuk mengembangkan diagnosis banding sementara
4. Singkirkan atau masukkan berbagai kemungkinan diagnostic dengan
menggunakan pertanyaan yang terpusat dan terperinci
5. Ikuti jawaban yang samar-samar atau tak jelas dengan cukup gigih untuk
menentukan dengan akurat jawaban atas pertanyaan
6. Biarkan pasien berbicara dengan cukup bebas untuk mengamati bagaimana
kuatnya pikiran berkaitan
7. Gunakan campuran pertanyaan terbuka dan tertutup
8. Jangan takut untuk menanyakan tentang topic yang anda atau pasien rasakan
sulit atau memalukan
9. Tanyakan tentang pikiran atau ide bunuh diri
10. Berikan pasien kesempatan untuk menanyakan pertanyaan pada akhir
wawancara
11. Simpulkan wawancara awal dengan mendapatkan rasa kepercayaan, dan jika
mungkin harapan.

Dengan persiapan-persiapan di atas maka seorang dokter psikiatri dapat


membuat sebuah wawancara yang baik, memperoleh kepercayaan dari pasien, yang
dapat digunakan untuk membuat suatu diagnosis yang tepat.

2.1.2 Waktu Penatalaksanaan Wawancara

3
Untuk sebuah konsultasi awal hendaklah suatu wawancara berkisar antara 30
menit hingga 1 jam, tergantung pada keadaan. Wawancara dengan pasien psikotik
atau pada pasien dengan penyakit medis biasanya singkat, hal ini dikarenakan oleh
pasien yang mungkin merasakan bahwa wawancara adalah suatu hal yang
menegangkan. Wawancara yang panjang mungkin diperlukan di ruang gawat darurat.
Kunjungan yang kedua maupun kunjungan selanjutnya beserta wawancara psikiatrik
yang terus menerus juga bervariasi dalam lamanya. 1
Penatalaksanaan waktu perjanjian juga mengungkapkan aspek penting dari
kepribadian dan penanganan. Seringkali, pasien datang lebih awal baik beberapa
menit maupun jam dan mungkin sangat awal. Dari sini kita menggali suatu
kesimpulan apakah pasien sedang mengalami suatu kecemasan ataupun suatu
kebutuhan yang mendesak (dalam hal ini dapat dianggap sebagai suatu petunjuk berat
ringannya suatu keluhan). Dan jika pasien terlambat atau bahkan absen maka dapat
pula ditanyakan penyebab keterlambatannya apakah karena lupa ataupun disebabkan
suatu keengganan untuk berkunjung dan berobat ke dokter.1
Bagi dokter psikiatrik itu sendiri waktu juga merupakan suatu hal yang
penting di dalam wawancara. Jika seorang dokter psikiatrik sungguh-sungguh tidak
dapat menghindarkan keterlambatan untuk suatu wawancara, sebaiknya dokter dapat
mengungkapkan penyesalannya. Hal ini berguna untuk menjaga sebuah hubungan
yang baik antara pasien dengan seorang dokter.
Pada umumnya setelah wawancara yang pertama, wawancara yang berikutnya
memungkinkan seorang pasien untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan informasi
yang telah diberikan pada kesalahan pertama. Untuk itu perlu untuk ditanyakan
apakah ia telah berpikir mengenai wawancara yang pertama. Pada umumnya, saat
rasa nyaman dan akrab pasien dengan dokter meningkat, mereka menjadi semakin
mampu untuk mengungkapkan perincian tentang kehidupan mereka.1

2.1.3 Susunan Tempat Duduk untuk Wawancara


Cara kursi disusun di tempat periksa dokter psikiatrik dapat mempengaruhi
wawancara. Kedua kursi harus kira-kira sama tingginya, sehingga tidak ada yang
melihat ke bawah untuk melihat lawan bicaranya. Sebagian besar dokter psikiatrik

4
berpikir bahwa lebih disukai untuk menyusun kursi tanpa adanya perabot lain di
antara dokter dan pasien. Jika terdapat beberapa kursi, maka dokter psikiatrik
menentukan kursinya sendiri dan selanjutnya membiarkan pasien memilih kursi di
mana ia akan merasa paling nyaman.1
Jika pasien yang sedang diwawancara adalah seorang yang kira-kira
berbahaya, maka pintu ruang wawancara harus dibiarkan terbuka, dokter psikiatrik
harus duduk di tempat yang paling dekat dengan pintu, tanpa ada sesuatu yang
menghalangi gerak dokter menuju pintu, dan jika diperlukan orang ketiga harus
diminta untuk berdiri di luar atau bahkan di dalam ruangan, untuk berjaga-jaga jika
terdapat masalah.1,4

2.1.4 Tempat Periksa Dokter Psikiatrik


Seorang dokter psikiatrik tidak boleh tidak dikenal sama sekali oleh
pasiennya. Oleh karena itu perlu bagi seorang dokter psikiatrik untuk membangun
sebuah image yang baik kepada pasien mengenai kepribadiannya. Hal ini dapat
dibangun antara lain melalui suasana tempat pemeriksaan. Sebagai contoh, kerapihan,
kebersihan ruangan, keserasian antara warna dinding ruangan, lukisan, perabotan dan
tanaman, foto pribadi serta diploma di dinding. Hal ini secara tidak langsung
menggambarkan sebagian mengenai diri dokter psikiatrik walaupun tidak
diungkapkan secara verbal.1,3

2.1.5 Membuat Catatan


Untuk alasan legalitas dan medis, suatu catatan tertulis yang adekuat tentang
tiap-tiap pasien harus dibuat. Catatan pasien juga membantu ingatan dokter psikiatrik
mengenai riwayat penyakit dan pengobatan pasien. Tiap-tiap klinisi harus membuat
suatu sistem penyimpanan catatan dan memutuskan informasi mana yang akan
dicatat. 1,4

2.1.6 Situasi untuk Melakukan Wawancara


Wawancara dilakukan tergantung pada keadaan di mana wawancara
dilakukan, tujuan wawancara, kekuatan, kelemahan dan diagnosis pasien tertentu.
Pasien yang mempunyai diagnosis psikiatrik yang berbeda adalah berbeda dalam
kemampuannya untuk berperan serta dalam wawancara dan berbeda dalam tantangan

5
yang diberikannya pada dokter psikiatrik yang melakukan wawancara. Tema tertentu
yang konsisten seringkali terlihat dalam wawancara dengan pasien tertentu yang
mempunyai diagnosis yang sama, walaupun, bahkan dengan diagnosa yang sama,
pasien mungkin memerlukan strategi wawancara yang cukup berbeda. Contohnya
pada pasien dengan depresi dan kemungkinan bunuh diri tentu saja cara
penanganannya berbeda dengan pasien yang diduga menderita gangguan afek
maniakal ataupun skizofrenia. Teknik ini juga membutuhkan kepekaan hati dari
seorang psikiatri untuk menyelami hati seorang pasien dan melihat ke dasar hatinya
mengenai penderitaan yang dialaminya sehingga kita dapat membangun sebuah
hubungan yang baik dengan pasien dengan cara membangun kepercayaan dengan
pasien sehingga pasien dapat menceritakan dengan sejujurnya apa yang menjadi
bebannya, penderitaan dan ketidakmampuannya sehingga memudahkan bagi seorang
psikiatri untuk menemukan penyebab apa yang dikeluhkan oleh pasien tersebut.3,4

a. Pasien depresi dan kemungkinan bunuh diri


Pasien depresi seringkali tidak mampu untuk bercerita secara spontan
dan adekuat mengenai penyakitnya karena faktor-faktor tertentu seperti
retardasi psikomotor dan keputusasaan. Dokter psikiatrik harus siap untuk
bertanya secara spesifik pada seseorang yang mengalami depresi tentang
riwayat dan gejala yang berhubungan dengan depresi. termasuk pertanyaan
tentang ide bunuh diri, di mana pasien pada awalnya tidak sukarela. Alasan
lain untuk bersikap spesifik dalam bertanya kepada pasien depresi adalah
bahwa pasien mungkin tidak menyadari bahwa gejala tertentu seperti berjalan
selama malam atau meningkatnya keluhan somatik adalah berhubungan
dengan gangguan depresi. 1
Salah satu aspek yang paling sulit dalam menghadapi pasien depresi
adalah mengalami keputusasaannya. Banyak pasien yang mengalami depresi
berat percaya bahwa perasaanya yang sekarang akan terus tidak terbatas dan
tidak ada harapan. Dokter psikiatrik harus berhati-hati untuk tidak
menentramkan pasien tersebut secara prematur bahwa segala sesuatu akan
menjadi baik, karena pasien kemungkinan akan merasakan penentraman

6
tersebut sebagai suatu indikasi bahwa dokter psikiatrik tidak mengerti derajat
penderitaan yang mereka rasakan. Pendekatan yang tepat bagi dokter
psikiatrik adalah menyatakan bahwa ia merasakan betapa sulitnya perasaan
pasien, bantuan tersebut tentu dimungkinkan dan pada saat itu dapat
dimengerti bahwa pasien tidak percaya bahwa mereka akan ditolong. Selain
itu, dokter psikiatrik harus memperjelas bahwa ia memutuskan untuk
membantu pasien agar merasa lebih baik. Tiap orang yang mengalami depresi
berharap secara disadari maupun tidak disadari, bahwa dokter psikiatrik akan
secara ajaib dan segera menyembuhkan mereka, tetapi sebagian besar orang
yang mau mengikuti jalur terapetik bahkan jika sebagian dari mereka percaya
bahwa tidak ada harapan. Dokter psikiatrik yang melakukan wawancara harus
berhati-hati untuk tidak membuat janji bahwa pengobatan spesifik adalah
pemecahannya. Jika pengobatan tersebut ternyata tidak bekerja pada pasien,
kekecewaan akan menghilangkan harapan terakhir pasien.1
Permasalahan khusus saat mewawancarai pasien yang mengalami
depresi adalah kemungkinan untuk bunuh diri. Ingatlah bahwa kemungkinan
bunuh diri adalah sangat penting, jika melakukan wawancara pada setiap
pasien depresi, bahkan jika tidak tampak resiko bunuh diri.

b. Pasien kasar
Pasien yang kasar tidak boleh diwawancarai sendirian. Sekurangnya
satu orang lainnya harus selalu ada. Di dalam situasi tertentu orang tersebut
harus dijaga oleh seorang petugas keamanan atau polisi. Tindakan berjaga-
jaga lainnya adalah dengan membiarkan pintu ruang wawancara terbuka dan
pewawancara duduk diantara pasien dan pintu, sehingga pewawancara
mempunyai jalan keluar yang tidak terhalangi jika diperlukan. Dokter harus
memperjelas dengan cara yang tegas tetapi tidak dengan dengan kemarahan,
bahwa pasien boleh mengatakan atau merasakan sesuatu tetapi tidak bebas
untuk bertindak dengan cara kekerasan.1
c. Pasien dengan waham

7
Waham dari seorang pasien tidak boleh ditentang secara langsung.
Waham mungkin merupakan pikiran sebagai suatu strategi pertahanan dan
perlindungan diri pasien, walaupun maladaptif yaitu untuk melawan ancaman
kecemasan, penurunan harga diri dan kebingungan.1
Menantang suatu waham dengan menegaskan bahwa hal tersebut tidak
benar atau tidak mungkin hanya meningkatkan kecemasan pasien dan
seringkali menyebabkan pasien yang terancam mempertahankan
keyakinannya bahkan secara mati-matian. Tidak dianjurkan untuk berpura-
pura mempercayai waham pasien.1,5

2.2 FORMULASI LAPORAN PSIKIATRIK


Formulasi psikiatrik adalah suatu susunan / rangkaian laporan yang di
dalamnya termuat hal-hal yang penting dalam pemeriksaan psikiatri baik dari
wawancara maupun observasi terhadap pasien. Pemeriksaan psikiatri dan status
mental sangat berperan penting dalam hal penegakan diagnosa oleh karena itu kedua
bagian ini haruslah dibuat dan dilaporkan dengan sedetail dan seinformatif mungkin
agar memudahkan para dokter psikiatri untuk menarik kesimpulan dari hasil
pemeriksaan psikiatri serta menyingkirkan diagnosa-diagnosa pembanding sehingga
didapatkan suatu diagnosa yang tepat dan dapat pula dilakukan pengobatan ataupun
terapi yang tepat agar pasien dapat menjalani lagi kehidupannya dengan lebih baik.2
Dengan selesainya suatu wawancara dan observasi maka hasil dari pemeriksaan
tersebut dapat dituangkan dalam suatu laporan yang disebut laporan psikiatrik. Laporan ini
berisi riwayat psikiatrik dan hasil dari pemeriksaan mental dari pasien. Laporan ini mengikuti
garis besar dari riwayat psikiatrik dan pemeriksaan status mental dasar. Di dalam laporan
psikiatrik ini pemeriksa melaporkan hal-hal sebagai berikut : 3
1. Pengungkapan pertanyaan penting, tentang pemeriksaan diagnosa lanjutan
yang harus dilakukan.
2. Penambahan suatu ringkasan tentang temuan positif dan negatif.
3. Membuat suatu diagnosis multiaksial sementara.
4. Memberikan prognosis.
5. Memberikan formulasi psikodinamika.
6. Memberikan suatu kumpulan anjuran penatalaksanaan.

8
Dalam penyusunan suatu laporan psikiatrik diperlukan suatu formulasi yang
baku yang telah disepakati oleh suatu komunitas kedokteran dunia sehingga
memudahkan para dokter psikiatri untuk mencari data dan mengumpulkan informasi
yang membantu dokter tersebut untuk dalam menegakkan diagnosis.

2.3 KOMPONEN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK


2.3.1 Riwayat Psikiatri
Riwayat psikiatri adalah suatu catatan mengenai kehidupan pasien. Catatan ini
memungkinkan seorang psikiater untuk memahami siapa pasiennya, dari mana pasien
berasal, dan kemana kemungkinan pasien pergi di masa yang akan datang. Riwayat
adalah suatu cerita kehidupan dari pasien yang diceritakannya kepada psikiater
dengan menggunakan bahasa dari pasien sendiri serta berdasarkan sudut pandang dari
pasien itu sendiri. Seringkali, riwayat ini juga mengandung informasi yang tidak
hanya diperoleh dari pasien sendiri tetapi juga berasal dari sumber-sumber yang lain,
seperti orang tua, pasangan hidup dari pasien, ataupun dari teman-teman pasien.
Memperoleh suatu cerita yang lengkap yang berasal dari pasien dan bila perlu berasal
dari sumber-sumber yang informative dan dapat dipercaya adalah amat sangat
penting untuk membuat diagnosis yang tepat dan menyusun rencana pengobatan yang
efektif dan spesifik. Seperti telah disebutkan diatas bahwa riwayat psikiatrik dengan
riwayat yang didapat pada kedokteran umum sedikit berbeda karena yang digali pada
riwayat kedokteran psikiatri adalah suatu keadaan yang menceritakan kebiasaan
hidup, perilaku sehari-hari dari pasien sampai pada keadaan saat dia sakit, sedangkan
riwayat pada kedokteran umum menceritakan mengenai keadaan fisik seorang pasien
serta perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik pada tubuh pasien yang
berhubungan dengan penyakit yang dideritanya. Riwayat psikiatrik memberikan
gambaran mengenai riwayat karakteristik kepribadian pasien secara individual
termasuk di dalamnya adalah kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan dari
pasien tersebut.1,2
Berikut adalah keterangan mengenai garis besar dari riwayat psikiatrik :
a. Data Identifikasi

9
Di dalam data identifikasi diberikan ringkasan demografi yang ringkas
mengenai nama pasien, usia, jenis kelamin, status perkawinan, agama, status
pendidikan, alamat, nomor telepon, pekerjaan dan sumber informasi. Data
identifikasi ini dapat memberikan suatu gambaran sekilas mengenai
karakteristik dari pasien yang mempunyai kemungkinan mempengaruhi
diagnosis, prognosis, perawatan dan komplikasinya.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh pasien yang
menyebabkan ia datang atau dibawa untuk mendapatkan pertolongan.
Keluhan ini biasanya dikatakan dengan kata-kata pasien sendiri, ataupun jika
pasien tidak mampu untuk berbicara dengan baik maka gambaran tentang
orang yang memberikan informasi juga harus dimasukkan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Didalamnya diceritakan secara lengkap mengenai kronologi peristiwa
yang menjadi penyebab ataupun memicu keadaan pasien menjadi seperti pada
saat ini. Bagian ini mungkin merupakan bagian dari riwayat psikiatri yang
paling penting dan menentukan dalam membuat suatu diagnosis. Di dalam
bagian ini diceritakan mengenai perkembangan gejala dari onset penyakit
sampai keadaan saat ini, hubungannya dengan kejadian-kejadian dalam
hidupnya, adanya stresor, penggunaan obat dan taraf-taraf perubahan dari
fungsi yang normal.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu adalah suatu transisi dari riwayat penyakit
sekarang dan riwayat pribadi pasien. Di sini diceritakan keadaan / episode
sakit baik dalam hal psikiatri maupun kesehatan umum. Gejala-gejala pada
pasien baik adanya suatu inkapasitas, jenis pengobatan yang telah diterima,
tempat perawatan / berobat pasien sebelumnya dan derajat kepatuhan pasien
terhadap pengobatan sebelumnya harus dicatat dan digali secara kronologis.
Perhatian khusus pada bagian ini harus diberikan pada episode yang
menandakan onset dari suatu penyakit, karena episode tersebut sering
memberikan suatu data yang penting mengenai peristiwa-peristiwa pencetus,

10
kemungkinan-kemungkinan diagnosis dan kemampuan untuk mengatasi
penyakit tersebut. Mengingat pada riwayat medis, seorang psikiatri
seharusnya mendapatkan tinjauan medis mengenai gejala dan mencatat tiap
penyakit medis atau bedah dan trauma berat, khususnya yang memerlukan
perawatan di rumah sakit yang dialami oleh pasien.
e. Riwayat Pribadi
Dalam rangka untuk mempelajari penyakit pasien sekarang dan situasi
kehidupan saat ini, seorang psikiater membutuhkan pemahaman yang
menyeluruh mengenai masa lalu dari pasien dan hubungannya dengan
masalah mental sekarang. Disini dicatat setiap perubahan emosi dari setiap
periode kehidupan. Riwayat pribadi terdiri dari saat :
e.i Riwayat Prenatal dan Perinatal
Seorang psikiatri harus memperhitungkan keadaan dan situasi rumah
di mana pasien dilahirkan dan apakah pasien adalah anak yang direncanakan
dan diinginkan untuk dilahirkan. Keadaan persalinan juga harus ditanyakan
apakah cukup bulan atau tidak, macam persalinan (spontan atau cesarian),
obat yang diminum selama kehamilan, ada / tidaknya komplikasi saat lahir
dan defek saat bayi lahir. Hal- hal di atas adalah pertanyaan yang harus
ditanyakan oleh psikiatri untuk mengetahui riwayat pribadi pasien pada saat
kelahiran.
e.ii Masa Anak-Anak Awal (sejak lahir sampai usia 3 tahun)
Periode ini merupakan masa anak-anak awal yang terdiri dari 3 tahun
pertama kehidupan pasien. Pada masa ini hal-hal yang perlu diamati adalah
mengenai hubungan antara ibu dan anak (interaksi melalui pemberian
makanan dan pengajaran ke toilet), ada / tidaknya gangguan dalam hal tidur
dan makan, bagaimana sifat anak tersebut (pemalu, overaktif, menarik diri,
senang belajar , takut-takut, senang bepergian, ramah / tidak), perilaku yang
aneh ada / tidak (membenturkan kepala ke tembok), ada / tidaknya pengasuh
yang lain selain ibu kandung, dan perkembangan awal baik dalam hal
berjalan, berbicara, berbahasa, perkembangan fisik, perkembangan motorik,
pola tidur, dan sebagainya.
e.iii Masa Anak-Anak Pertengahan (usia 3 tahun - 11 tahun)

11
Pada masa ini psikiater dapat memusatkan perhatian pada hal-hal
penting antara lain bagaimana cara pemberian hukuman pada pasien di rumah,
bagaimana proses identifikasi jenis kelamin, ada tidaknya riwayat sakit dan
trauma serta pengalaman tentang sekolah awal dari pasien, khususnya
bagaimana pasien pertama kali berpisah dengan ibunya. Hal penting lainnya
yang tidak boleh dilupakan adalah bagaimana cara dia bergaul dan
membawakan peran dalam pergaulannya, apakah dia sebagai seorang
pemimpin, pemalu, lebih gemar bermain sendirian, serta popularitasnya di
kalangan teman-teman sepermainannya. Perilaku anak tersebut juga harus
diperhatikan apakah suka menyiksa hewan, mimpi malam yang buruk, fobia,
ngompol, tindakan yang menimbulkan bahaya kebakaran, dan riwayat
masturbasi yang harus digali.
e.iv Masa Anak-Anak Akhir (pubertas sampai masa remaja)
Selama masa ini, anak-anak cenderung untuk mengembangkan
kemandirian dari orang tua mereka (pemisahan diri) yang ditunjukkan dalam
hubungan dengan teman sebaya, dan di dalam aktivitas kelompok bermain.
Pada fase ini anak-anak biasanya mempunyai sosok figur yang diidolainya
dan hal ini perlu untuk diketahui oleh dokter. Hal-hal yang perlu diperhatikan
pada masa ini adalah onset dari pubertas, prestasi akademik, bagaimana
aktivitas diluar sekolah (olah raga dan klub), jenis kegiatan yang diminatinya,
keterlibatan hal-hal seksual, ketertarikannya pada lawan jenis dan pengalaman
seksual (masturbasi, berhubungan seks dan mimpi basah), pengalaman
bekerja, riwayat penggunaan alkohol dan penggunaan zat psikoaktif serta
ada / tidaknya gejala-gejala pada saat puber (mood, ketidakteraturan dalam
makan dan tidur, bagaimana dia bertengkar dan berargumentasi).
e.v Masa Dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Pada bagian ini seorang psikiatri mendeskripsikan pilihan
pekerjaan pasien, keperluan pelatihan dan persiapannya, konflik yang
berhubungan dengan kerja, dan ambisi serta tujuan jangka panjang.
Psikiatri juga harus menggali perasaan pasien terhadap pekerjaan yang
dilakukannya sekarang apakah ia merasa senang, terpaksa, jenuh

12
ataupun tidak puas atas pilihan pekrjaannya tersebut. Disamping itu
perlu juga ditanyakan riwayat pekerjaannya , lama ia bekerja, apakah
pernah pindah kerja, bila ya tanyakan juga alasannya, frekuensinya
serta hubungannya dengan teman sekerjanya.
b. Riwayat perkawinan dan persahabatan.
Di dalam bagian ini dokter menggambarkan setiap status
pernikahan, sah /sesuai dengan hukum adat yang berlaku. Hubungan
yang bermakna yang terjalin antara dokter dengan pasiennya juga
haruslah ditanyakan. Riwayat perkawinan atau hubungan jangka
panjang yang dideskripsikan haruslah memberikan gambaran tentang
perkembangan hubungan, dimulai saat pasien baru menikah sampai
keadaan pasien saat ini.
c. Riwayat agama
Seorang psikiater juga perlu untuk menggali lebih dalam
mengenai latar belakang agama kedua orang tua pasien, pasien sendiri
serta bagaimana pelaksanaannya di dalam keluarga. Sikap pasien dan
keluarganya tersebut apakah longgar, ketat, dan apakah terdapat
konflik keagamaan antara orang tua pasien dan pasien sendiri dan
bagaimana mereka mengatasinya.
d. Aktivitas sosial
Dokter psikiatrik haruslah menggambarkan kehidupan sosial
pasien dan sifat persahabatan, dengan penekanan pada kualitas
kedalaman hubungan manusia. Jenis hubungan yang dimiliki pasien
bersama teman-temannya, apa kegiatan mereka selama ini dan apakah
terdapat saling perhatian diantara mereka.
f. Riwayat psikoseksual
Seorang dokter psikiatri perlu untuk menanyakan riwayat seksual dari
pasien. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apakah adanya kelainan dari
perkembangan seksual pasien sampai pada saat ini. Banyak riwayat seksual
infantil yang tidak diungkapkan pemeriksaan psikiatri yang disebabkan oleh tidak
diperhatikannya riwayat tersebut, karena kesulitan mendapatkan informasi. Juga
perlu ditanyakan riwayat seksual contohnya pertama kali melakukan onani /
masturbasi, apakah memperoleh kepuasan atau tidak, frekuensinya, kualitas

13
hubungan seksnya dan apakah ia puas dengan itu atau terdapat penyimpangan dari
perilaku seksualnya. Semua hal tersebut perlu digali secara mendalam sebab
seringkali memberikan arti yang penting dalam hal pengumpulan data psikiatri dan
penyimpulan diagnosis dari suatu pasien.
g. Riwayat Keluarga
Sebuah laporan yang singkat dan jelas mengenai tiap penyakit psikiatrik,
perawatan keluarga di rumah sakit serta pengobatan anggota keluarga dekat pasien
harus dimasukkan ke dalam bagian dari laporan ini juga. Perlu ditanyakan juga ada
atau tidaknya riwayat penggunaan alkohol atau zat-zat yang lain ataupun perilaku
antisosial yang terdapat dalam keluarga. Di samping itu riwayat keluarga juga
harus memberikan gambaran mengenai riwayat psikiatrik, kesehatan umum dan
penyakit genetik pada ayah, ibu, dan kerabat yang lainnya. Perlu juga ditanyakan
mengenai sikap keluarga terhadap keadaan sakit pasien, apakah mereka
mendukung terhadap pengobatan pasien atau tidak. Kalau perlu ditanyakan
keadaan finansial keluarga, siapa yang bekerja dan apakah cukup untuk keluarga.

Semua penjelasan singkat tersebut diatas adalah hal-hal mengenai riwayat


psikiatri pasien yang perlu ditanyakan secara lengkap, detail sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai pasien dan keadaan kehidupannya serta
saat sakitnya. Hal ini akan membantu kita sebagai seorang psikiater untuk memahami
seorang pasien sebagai seorang manusia secara utuh baik jasmani maupun fisik.
Hal lain yang dapat membantu mengenai pemahaman kita akan keadaan sakit
pasien adalah dengan melakukan pemeriksaan mental yang kemudian dicatat dalam
status pemeriksaan mental. Status pemeriksaan mental adalah bagian dari
pemeriksaan klinis yang menggambarkan jumlah total observasi pemeriksa dan kesan
atau impresi tentang pasien psikiatri saat wawancara. Pada status mental ini kita
melakukan pemeriksaan terhadap koordinat psikiatri / fungsi mental / fungsi
kepribadian yaitu kesadaran, alam pikiran, alam perasaan dan perilaku pasien. Untuk
melakukannya dan mendapatkan hasil yang optimal diperlukan observasi secara
cermat dan menyeluruh mengenai pasien juga tidak dilupakan adalah teknik
wawancara yang digunakan untuk menemukan kelainan-kelainan dalam fungsi
mental pasien.3

14
BAB III
KESIMPULAN

Tujuan dilakukannya pemeriksaan psikiatrik dengan baik termasuk


wawancara psikiatrik adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari pasien dan
keluarganya, sehingga dokter dapat mengetahui pasien secara keseluruhan, dan dapat
menentukan diagnosis serta pengobatan yang paling tepat kepada pasien.
Komponen utama dalam melakukan pemeriksaan psikiatri dengan baik adalah
dengan melakukan wawancara, observasi, dan pemeriksaan status mental secara
benar. Hal ini perlu didukung oleh kemampuan dokter sebagai ahli psikiatri.
Menangani pasien secara holistik dapat memudahkan dokter untuk mendapat
gambaran pasien secara keseluruhan, sehingga dokter dapat mengetahui berbagai
riwayat kehidupan pasien, dapat menggali faktor pencetus untuk penyakitnya, dan
faktor-faktor lain yang berkaitan seperti lingkungan. Dengan adanya data yang
lengkap, akan sangat membantu dokter dalam menentukan langkah diagnosis dan
terapi yang tepat. Pengobatan yang lengkap meliputi pengobatan fisik, psikologis dan
sosiobudaya yang tidak hanya tertuju pada obat-obatan saja, namun juga terapi yang
memang dibutuhkan pasien, yang sesuai dengan penyebab timbulnya penyakit pada
pasien, sehingga kemungkinan untuk berulangnya penyakit akan semakin kecil.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Grebb, Jack A. Kaplan, Harold I, Sadock, Benjamin J. 2000. Behavioural


Sciences Clinical psychiatry, seven edition. Maryland, USA: William &
Wilkins.
2. American Psychiatric Association. 2008. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder, fourth edition. Washington DC: American Psychiatric
Association.
3. W.F Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Penerbit
Airlangga University Press.
4. Rusdi E. 2006. Buku Panduan Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta :
Rumah Sakit Jiwa Islam Kiender.
5. Bachtiar Lubis & Sylvia D. 2005. Penuntun wawancara psikodinamik dan
psikoterapi. Jakarta: FKUI.

16

Anda mungkin juga menyukai