Anda di halaman 1dari 6

DEXAMETHASON

( kortikosteroid sintesis )
(Radinal Irwinsyah C111 07 043)

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan


indikasi klinisyang sangat luas. Mamfaat dari preparat ini cukup besar
tetapi karena efek samping yang tidak diharapkan cukup banyak, maka dalam
penggunaannya dibatasi.Berdasarkan khasiatnya, kortikosteroid dibagi menjadi
mineralokortikoid danglukokortikoid. Mineralokortikoid mempunyai efek terhadap
metabolisme elektrolit Na dan K, yaitu menimbulkan efek retensi Na dan deplesi K,
maka mineralokortikoid jarang digunakan dalam terapi. Sedangkan glukokortikoid
mempunyai efek terhadapmetabolisme glukosa, anti imunitas, efek
neuroendokrinologik dan efek sitotoksik. Sebagian besar khasiat yang
diharapkan dari pemakaian kortikosteroid adalah
sebagaiantiinflamasi, antialergi atau imunosupresif. Karena khasiat inilah
kortikosteroid banyak digunakan dalam bidang dermatolog. Penggunaan
steroid dapat membuat sistem immun kita melemah, dan mempermudah kita
mendapat infeksi yang lain. Untuk memastikan kita aman menggunakan
dexamethason. Penggunaan dexamethason sebaiknya dengan sepengetahuan dokter,
sehingga dapat disesuaikan antara dosis pemakaian dan kebutuhannya. Jika digunakan
tanpa sepengetahuan dokter, dan penggunaannya sudah lama, jika dihentikan akan
membuat tubuh menjadi sangat lemah dan bisa berakibat karena kematian.

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Deksametason adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan
dan anti-inflamasi. Sebagai imunosupresan Deksametason bekerja dengan
menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsang. Aktivitas anti-inflamasi
Deksametason dengan jalan menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses
inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamasi, termasuk
makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi.
Deksametason, seperti kortikosteroid lainnya memiliki efek anti inflamasi dan
anti alergi dengan pencegahan pelepasan histamine. Deksametason merupakan salah
satu kortikosteroid sintetis terampuh. Kemampuannya dalam menaggulangi
peradangan dan alergi kurang lebih sepuluh kali lebih hebat dari pada yang dimiliki
prednisone. Penggunaan deksametason di masyarakat sering kali kita jumpai, antara
lain: pada terapi arthritis rheumatoid, systemic lupus erithematosus, rhinitis alergica,
asma, leukemia, lymphoma, anemia hemolitik atau auto immune, selain itu
deksametason dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis sindroma cushing. Efek
samping pemberian deksametason antara lain terjadinya insomnia, osteoporosis,
retensi cairan tubuh, glaukoma dan lain-lain.

Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia : Dexamethasone. C22H29FO5
- Sifat Fisikokimia : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam aseton,
dalam etanol, dalam dioksan dan dalam metanol; sukar larut dalam kloroform; sangat
sukar larut dalam eter.
- Keterangan : Deksametason dan derivatnya, deksametason sodium fosfat dan
deksametason asetat, merupakan glukokortikoid sintetik yang digunakan sebagai anti-
inflamasi atau imunosupresan. Sebagai glukokortikoid, deksametason 20-30 kali lebih
poten dibanding hidrokortiso

2.2 FARMAKODINAMIK
Kerja utama deksametason adalah untuk menekan proses peradangan akut.
Awitan kerja dan obat ini belum ditentukan; tetapi, bentuk obat yang diberikan secara
oral dan intramuskular memiliki lama kerja yang panjang (beberapa hari). Pada waktu
memasuki jaringan, glukokortikoid berdifusi atau ditranspor menembus sel membran
dan terikat pada kompleks reseptor sitoplasmik glukokortikoid heat-shock protein
kompleks. Heat shock protein dilepaskan dan kemudian kompleks hormon reseptor
ditranspor ke dalam inti, dimana akan berinteraksi dengan respon unsur respon
glukokortikoid pada berbagai gen dan protein pengatur yang lain dan merangsang
atau menghambat ekspresinya. Pada keadaan tanpa adanya hormon, protein reseptor
dihambat dari ikatannya dengan DNA; jadi hormon ini tidak menghambat kerja
reseptor pada DNA. Perbedaan kerja glukokortikoid pada berbagai jaringan dianggap
dipengaruhi oleh protein spesifik jaringan lain yang juga harus terikat pada gen untuk
menimbulkan ekspresi unsur respons glukokortikoid utama.
Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak;dan mempengaruhi juga fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem
saraf,dan organ lain. Korteks adrenal berfungsi homeostatik,artinya penting bagi
organisme untuk dapat mempertahankan diri dalam menghadapi perubahanlingkunga
n.Efek kortikosteroid kebanyakan berhubungan dengan besarnya dosis,
makin b e s a r d o s i s t e r a p i m a k i n b e s a r e f e k y a n g d i d a p a t . Te t a p i d i s
a m p i n g i t u j u g a a d a keterkaitan kerja kortikosteroid dengan hormon-
hormon lain. Peran kortikosteroiddalam kerjasama ini disebut: permissive effects,
yaitu:kortikosteroid diperlukan agar supaya
terjadi suatu efek hormon lain, diduga mekanismenya melalui
p e n g a r u h s t e r o i d terhadap pembentukan protein yang mengubah respon jaringan
terhadap hormon lain.Misalnya otot polos bronkus tidak akan berespon terhadap
katekolamin bila tidak adakortikosteroid, dan pemberian kortikosteroid dosis
fisiologisnya.akan.mengembalikan. respontersebut.S u a t u d o s i s k o r t i k o
steroid dapat memberikan efek fisiologik atau
farmakologik,tergantungkeadaansekitardanaktivitasiindividu.Misalnya,hew
an.t a n p a k e l e n j a r a d r e n a l y a n g b e r a d a d a l a m k e a d a a n o p t i m a l h a n y
a m e m b u t u h k a n kortikosteroid dosis kecil untuk dapat mempertahankan hidupnya.
Meskipunk o r t i k o s t e r o i d m e m p u n y a i b e r b a g a i m a c a m a k t i v i t a s b i o l o
g i k , u m u m n y a p o t e n s i sediaan alamiah maupun yang sintetik, ditentukan oleh
besarnya efek retensi natriumdan penyimpanan glikogen di hepar atau besarnya
khasiat antiinflamasinya. Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan
atas dua golongan besar,yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek
utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan glikogen hepar dan efek
anti-inflamasi, sedangkan pengaruhnya padakeseimbangan air dan
elektrolit kecil. Prototip untuk golongan ini adalah kortisol. Sebaliknya
golongan mineralokortikoid efek utamanya adalah terhadap keseimbangan
air dan elektrolit, sedangkanpengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen
hepar sangat kecil. Prototip golongan ini adalah desoksikortikosteron. Umumnya
golongan mineralokortikoid tidak mempunyai khasiat anti-inflamasi yang
berarti, kecuali 9 α-fluorokortisol
Selain itu, glukokortikoid mempunyai beberapa efek penghambatan umpan
balik yang terjadi terlalu cepat untuk dijelaskan oleh ekspresi gen. Efek ini mungkin
diperantarai oleh mekanisme nontranskripsi3.

2.3 FARMAKOKINETIK
Metabolisme kortikosteroid sintetis sama dengan
k o r t i k o s t e r o i d a l a m i . Kortisol (juga disebut hydrocortison
) m e m i l i k i b e r b a g a i e f e k f i s i o l o g i s , t e r m a s u k regulasi metabolisme
perantara, fungsi kardiovaskuler, pertumbuhan dan imunitas.Sintesis dan
sekresinya diregulasi secara ketat oleh sistem saraf pusat yang
sangatsensitif terhadap umpan balik negatif yang ditimbulkan oleh kortisol dalam
sirkulasidan glukokortikoid eksogen (sintetis). Pada orang dewasa normal, disekresi
10-20 mgk o r t i s o l s e t i a p h a r i t a n p a a d a n y a s t r e s . P a d a p l a s m a ,
k o r t i s o l t e r i k a t p a d a p r o t e i n dalam sirkulasi. Dalam kondisi normal
sekitar 90% berikatan dengan globulin- α 2(CBG/corticosteroid-
binding globulin) , s e d a n g k a n s i s a n y a s e k i t a r 5 - 1 0 % t e r i k a t lemah atau
bebas dan tersedia untuk digunakan efeknya pada sel target. Jika
kadar plasma kortisol melebihi 20-30%, CBG menjadi jenuh dan konsentrasi
kortisol bebas bertambah dengan cepat. Kortikosteroid sintetis seperti dexamethason
terikat denganalbumin dalam jumlah besar dibandingkan CBG.Waktu paruh
kortisol dalam sirkulasi, normalnya sekitar 60-90 menit, waktu paruh
dapat meningkat apabila hydrocortisone (prefarat farmasi kortisol)
diberikandalam jumlah besar, atau pada saat terjadi stres, hipotiroidisme
atau penyakit hati.Hanya 1% kortisol diekskresi tanpa perubahan di urine sebagai
kortisol bebas, sekitar 20% kortisol diubah menjadi kortison di ginjal dan
jaringan lain dengan reseptor mineralokortikoid sebelum mencapai
hati.Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi,
mulak e r j a d a n l a m a k e r j a j u g a m e m p e n g a r u h i a f i n i t a s t e r h a d a p r e s
e p t o r, d a n i k a t a n protein. Prednisone adalah prodrug yang dengan cepat
diubah menjadi prednisolon bentuk aktifnya dalam tubuh.
Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva, dan
ruangs i n o v i a l . P e n g g u n a a n j a n g k a p a n j a n g a t a u p a d a d a e r a h
k u l i t y a n g l u a s d a p a t menyebabkan efek sistemik, antara lain supresi korteks
adrenal
2.4 INDIKASI DAN DOSIS
Deksametason digunakan sebagai imunosupresan/antialergi, anti-inflamasi
pada keadaan-keadaan yang memerlukan terapi dengan glukokortikoid: Reaksi alergi,
seperti asma bronkial, dermatitis atopik, alergi obat, rinitis alergi. Gangguan kolagen,
seperti reumatik, karditis akut, lupus eritematosus sistemik. Reumatik, seperti
rematoid arthritis, ankilosing spondilitis, arthritis gout akut. Gangguan dermatologik,
seperti eksim, neurodermatitis, pemfigus. Alergi dan inflamasi akut dan kronik pada
mata, seperti konjungtivitis, keratitis, neuritis optik. Gangguan pernafasan, seperti
gejala-gejala sarkoidosis, pneumonitis. Gangguan hematologik, seperti
trombositopenia, eritoblastopenia. Gangguan neoplastik, seperti leukemia, limfoma.
Gangguan gastrointestinal, seperti kolitis, enteritis.Edema serebral.

Untuk pengobatan alergi :

Pemberian oral :

Dewasa : Awal, 0,75-9 mg/hr PO, terbagi dalam 2-4 dosis. Penyesuaian dapat
dilakukan tergantung respon pasien.

Anak-anak : 0,024-0,34 mg/kg/hari PO atau 0,66-10 mg/m2/hari PO, terbagi dalam 2-


4 dosis.

Pemberian parenteral :

Dewasa : Awal, 0,5-9 mg/hr IV atau IM, terbagi dalam 2-4 dosis. Penyesuaian dapat
dilakukan tergantung respon pasien.

Anak-anak : 0,06-0,3 mg/kg/hr atau 1,2-10 mg/m2/hr IM atau IV dalam dosis terbagi
tiap 6-12 jam.

Untuk pengobatan anafilaksis akut atau reaksi anafilaksis :

Dosis oral dan IM :

Dewasa : 4-8 mg IM dosis tunggal pada hari pertama. Kemudian diberikan dosis oral,
1.5 mg PO 2X sehari pada hari ke 2 dan ke 3; kemudian 0,75 mg PO 2X sehari pada
hari ke 4; kemudian 0,75 mg PO sekali sehari pada hari ke 5 dan 6, kemudian
hentikan.
Untuk pengobatan syok anafilaksis : IV.

Dewasa : dosis bervariasi 1-6 mg/kg IV atau 40 mg IV tiap 4-6 jam. Alternatif lain, 20
mg IV dilanjutkan dengan infus IV 3 mg/kg dalam waktu 24 jam.

2.4 KONTRAINDIKASI

Hipersensitif terhadap deksametason atau komponen lain dalam formulasi;


infeksi jamur sistemik, cerebral malaria; jamur, atau penggunaan pada mata dengan
infeksi virus (active ocular herpes simplex). Pemberian kortikosteroid sistemik dapat
memperparah sindroma Cushing. Pemberian kortikosteroid sistemik jangka panjang
atau absorpsi sistemik dari preparat topikal dapat menekan hypothalamic-pituitary-
adrenal (HPA) dan atau manifestasi sindroma Cushing pada beberapa pasien. Namun
risiko penekanan HPA pada penggunaan deksametason topikal sangat rendah.
Insufisiensi adrenal akut dan kematian dapat terjadi apabila pengobatan sistemik
dihentikan mendadak.

2.5 EFEK SAMPING


Kardiovaskuler : Aritmia, bradikardia, henti jantung, kardiomiopati, CHF,
kolaps sirkulasi, edema, hipertens, ruptur miokardial (post-MI), syncope,
tromboembolisme, vasculitis. Susunan saraf pusat : Depresi, instabilitas emosional,
euforia, sakit kepala, peningkatan tekanan intracranial, insomnia, malaise, neuritis,
pseudotumor cerebri, perubahan psikis, kejang, vertigo. Dermatologis : Akne,
dermatitis alergi, alopecia, angioedema, kulit kering, erythema, kulit pecah-pecah,
hirsutism, hiper-/hipopigmentasi, hypertrichosis, perianal pruritus (pemberian IV),
petechiae, rash, atrofi kulit, striae, urticaria, luka lama sembuh.

Sebanyak 20% pasien mengalami gangguan kognitif setelah menerima deksametason


dalam jangka waktu lama. Bakteri meningtis dapat menyebabkan gangguan kognitif,
bahkan setelah kesembuhan total. Obat kortikosteroid deksametason yang rutin
digunakan untuk pengobatan infeksi hingga kini masih banyak digunakan. Berbagai
efek samping yang pernah dilaporkan akibat penggunaan deksametason antara lain
adalah osteoporosis, kenaikan gula darah, sembab akibat retensi air. Belum lama ini
laporan yang dipublikasikan dalam Archives of Neurological tahun 2006 lalau
memaparkan bahwa penggunaan jangka panjang deksametason berhubungan dengan
efek samping kognitif. Namun, para peneliti dari Universitas Amsterdam mengatakan
bahwa keprihatinan tersebut tidak diperingatkan. Para peneliti menguji efek bahaya
potensial deksametason yang diberikan sebagai terapi tambahan dalam jangka
panjang dengan hasil kognitif pada 99 pasien dengan infeksi meningitis pneumococal.
Dari Pasien yang ikut serta dalam penelitian ini, sebanyak 87 pasien dimasukkan
dalam pengamatan, 46 pasien menerima deksametason dan sisanya 41 pasien
menerima plasebo. Pemeriksaan neurologik pada median delapan tahun setelah
keluar dari rumah sakit (30 hingga 146 bulan) terbukti bahwa 17 pasien (20%)
mengalami gangguan kognitif. Sebanyak 38 pasien (21%) yang pernah mengalami
infeksi meningitis pneumococus sebanyak delapan mengalami disfungsi kognitif
dibanding dengan tiga dari 49 pasien (6%) yang pernah mengalami meningococal
meningitis. Tapi, tak ada perbedaan yang ditemukan antara kedua kelompok
pengobatan. Para peneliti mengatakan bahwa peneliti mereka terdiri jumlah pasien
terbesar yang pernah dievaluasi dalam waktu jangka panjang. Temuan mereka
menduga bahwa gangguan neuropsikologikal membaik dalam tahun pertama setelah
bakteri meningitis dan menjadi relatif stabil dengan waktu

KESIMPULAN
Manfaat yang diperoleh dari penggunaan deksametason sangat bervariasi. Harus
dipertimbangkan dengan hati-hati pada setiap penderita terhadap banyaknya efek pada
setiap bagian organism ini. Efek utama yang tidak diinginkan dari glukokortikoidnya
dan menimbulkan gambaran klinik sindrom cushing iatrogenik.
Pemberian dexametason juga dapat menimbulkan efek samping, untuk
mengurangi efek samping kortikosteroid adalah dengan melakukan penurunan
konsumsi dosis kortikosteroid secara perlahan-lahan (tapering off). Jika timbul
diabetes, diobati dengan diet dan insulin. Sering penderita yang resisten dengan
insulin, namun jarang berkembang menjadi ketoasidosis. Pada umumnya penderita
yang diobati dengan kortikosteroid seharusnya diberi diet protein tinggi, dan
peningkatan pemberian kalium serta rendah natrium seharusnya digunakan apabila
diperlukan5.

Anda mungkin juga menyukai