( kortikosteroid sintesis )
(Radinal Irwinsyah C111 07 043)
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Deksametason adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan
dan anti-inflamasi. Sebagai imunosupresan Deksametason bekerja dengan
menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsang. Aktivitas anti-inflamasi
Deksametason dengan jalan menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses
inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamasi, termasuk
makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi.
Deksametason, seperti kortikosteroid lainnya memiliki efek anti inflamasi dan
anti alergi dengan pencegahan pelepasan histamine. Deksametason merupakan salah
satu kortikosteroid sintetis terampuh. Kemampuannya dalam menaggulangi
peradangan dan alergi kurang lebih sepuluh kali lebih hebat dari pada yang dimiliki
prednisone. Penggunaan deksametason di masyarakat sering kali kita jumpai, antara
lain: pada terapi arthritis rheumatoid, systemic lupus erithematosus, rhinitis alergica,
asma, leukemia, lymphoma, anemia hemolitik atau auto immune, selain itu
deksametason dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis sindroma cushing. Efek
samping pemberian deksametason antara lain terjadinya insomnia, osteoporosis,
retensi cairan tubuh, glaukoma dan lain-lain.
Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia : Dexamethasone. C22H29FO5
- Sifat Fisikokimia : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam aseton,
dalam etanol, dalam dioksan dan dalam metanol; sukar larut dalam kloroform; sangat
sukar larut dalam eter.
- Keterangan : Deksametason dan derivatnya, deksametason sodium fosfat dan
deksametason asetat, merupakan glukokortikoid sintetik yang digunakan sebagai anti-
inflamasi atau imunosupresan. Sebagai glukokortikoid, deksametason 20-30 kali lebih
poten dibanding hidrokortiso
2.2 FARMAKODINAMIK
Kerja utama deksametason adalah untuk menekan proses peradangan akut.
Awitan kerja dan obat ini belum ditentukan; tetapi, bentuk obat yang diberikan secara
oral dan intramuskular memiliki lama kerja yang panjang (beberapa hari). Pada waktu
memasuki jaringan, glukokortikoid berdifusi atau ditranspor menembus sel membran
dan terikat pada kompleks reseptor sitoplasmik glukokortikoid heat-shock protein
kompleks. Heat shock protein dilepaskan dan kemudian kompleks hormon reseptor
ditranspor ke dalam inti, dimana akan berinteraksi dengan respon unsur respon
glukokortikoid pada berbagai gen dan protein pengatur yang lain dan merangsang
atau menghambat ekspresinya. Pada keadaan tanpa adanya hormon, protein reseptor
dihambat dari ikatannya dengan DNA; jadi hormon ini tidak menghambat kerja
reseptor pada DNA. Perbedaan kerja glukokortikoid pada berbagai jaringan dianggap
dipengaruhi oleh protein spesifik jaringan lain yang juga harus terikat pada gen untuk
menimbulkan ekspresi unsur respons glukokortikoid utama.
Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak;dan mempengaruhi juga fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem
saraf,dan organ lain. Korteks adrenal berfungsi homeostatik,artinya penting bagi
organisme untuk dapat mempertahankan diri dalam menghadapi perubahanlingkunga
n.Efek kortikosteroid kebanyakan berhubungan dengan besarnya dosis,
makin b e s a r d o s i s t e r a p i m a k i n b e s a r e f e k y a n g d i d a p a t . Te t a p i d i s
a m p i n g i t u j u g a a d a keterkaitan kerja kortikosteroid dengan hormon-
hormon lain. Peran kortikosteroiddalam kerjasama ini disebut: permissive effects,
yaitu:kortikosteroid diperlukan agar supaya
terjadi suatu efek hormon lain, diduga mekanismenya melalui
p e n g a r u h s t e r o i d terhadap pembentukan protein yang mengubah respon jaringan
terhadap hormon lain.Misalnya otot polos bronkus tidak akan berespon terhadap
katekolamin bila tidak adakortikosteroid, dan pemberian kortikosteroid dosis
fisiologisnya.akan.mengembalikan. respontersebut.S u a t u d o s i s k o r t i k o
steroid dapat memberikan efek fisiologik atau
farmakologik,tergantungkeadaansekitardanaktivitasiindividu.Misalnya,hew
an.t a n p a k e l e n j a r a d r e n a l y a n g b e r a d a d a l a m k e a d a a n o p t i m a l h a n y
a m e m b u t u h k a n kortikosteroid dosis kecil untuk dapat mempertahankan hidupnya.
Meskipunk o r t i k o s t e r o i d m e m p u n y a i b e r b a g a i m a c a m a k t i v i t a s b i o l o
g i k , u m u m n y a p o t e n s i sediaan alamiah maupun yang sintetik, ditentukan oleh
besarnya efek retensi natriumdan penyimpanan glikogen di hepar atau besarnya
khasiat antiinflamasinya. Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan
atas dua golongan besar,yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek
utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan glikogen hepar dan efek
anti-inflamasi, sedangkan pengaruhnya padakeseimbangan air dan
elektrolit kecil. Prototip untuk golongan ini adalah kortisol. Sebaliknya
golongan mineralokortikoid efek utamanya adalah terhadap keseimbangan
air dan elektrolit, sedangkanpengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen
hepar sangat kecil. Prototip golongan ini adalah desoksikortikosteron. Umumnya
golongan mineralokortikoid tidak mempunyai khasiat anti-inflamasi yang
berarti, kecuali 9 α-fluorokortisol
Selain itu, glukokortikoid mempunyai beberapa efek penghambatan umpan
balik yang terjadi terlalu cepat untuk dijelaskan oleh ekspresi gen. Efek ini mungkin
diperantarai oleh mekanisme nontranskripsi3.
2.3 FARMAKOKINETIK
Metabolisme kortikosteroid sintetis sama dengan
k o r t i k o s t e r o i d a l a m i . Kortisol (juga disebut hydrocortison
) m e m i l i k i b e r b a g a i e f e k f i s i o l o g i s , t e r m a s u k regulasi metabolisme
perantara, fungsi kardiovaskuler, pertumbuhan dan imunitas.Sintesis dan
sekresinya diregulasi secara ketat oleh sistem saraf pusat yang
sangatsensitif terhadap umpan balik negatif yang ditimbulkan oleh kortisol dalam
sirkulasidan glukokortikoid eksogen (sintetis). Pada orang dewasa normal, disekresi
10-20 mgk o r t i s o l s e t i a p h a r i t a n p a a d a n y a s t r e s . P a d a p l a s m a ,
k o r t i s o l t e r i k a t p a d a p r o t e i n dalam sirkulasi. Dalam kondisi normal
sekitar 90% berikatan dengan globulin- α 2(CBG/corticosteroid-
binding globulin) , s e d a n g k a n s i s a n y a s e k i t a r 5 - 1 0 % t e r i k a t lemah atau
bebas dan tersedia untuk digunakan efeknya pada sel target. Jika
kadar plasma kortisol melebihi 20-30%, CBG menjadi jenuh dan konsentrasi
kortisol bebas bertambah dengan cepat. Kortikosteroid sintetis seperti dexamethason
terikat denganalbumin dalam jumlah besar dibandingkan CBG.Waktu paruh
kortisol dalam sirkulasi, normalnya sekitar 60-90 menit, waktu paruh
dapat meningkat apabila hydrocortisone (prefarat farmasi kortisol)
diberikandalam jumlah besar, atau pada saat terjadi stres, hipotiroidisme
atau penyakit hati.Hanya 1% kortisol diekskresi tanpa perubahan di urine sebagai
kortisol bebas, sekitar 20% kortisol diubah menjadi kortison di ginjal dan
jaringan lain dengan reseptor mineralokortikoid sebelum mencapai
hati.Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi,
mulak e r j a d a n l a m a k e r j a j u g a m e m p e n g a r u h i a f i n i t a s t e r h a d a p r e s
e p t o r, d a n i k a t a n protein. Prednisone adalah prodrug yang dengan cepat
diubah menjadi prednisolon bentuk aktifnya dalam tubuh.
Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva, dan
ruangs i n o v i a l . P e n g g u n a a n j a n g k a p a n j a n g a t a u p a d a d a e r a h
k u l i t y a n g l u a s d a p a t menyebabkan efek sistemik, antara lain supresi korteks
adrenal
2.4 INDIKASI DAN DOSIS
Deksametason digunakan sebagai imunosupresan/antialergi, anti-inflamasi
pada keadaan-keadaan yang memerlukan terapi dengan glukokortikoid: Reaksi alergi,
seperti asma bronkial, dermatitis atopik, alergi obat, rinitis alergi. Gangguan kolagen,
seperti reumatik, karditis akut, lupus eritematosus sistemik. Reumatik, seperti
rematoid arthritis, ankilosing spondilitis, arthritis gout akut. Gangguan dermatologik,
seperti eksim, neurodermatitis, pemfigus. Alergi dan inflamasi akut dan kronik pada
mata, seperti konjungtivitis, keratitis, neuritis optik. Gangguan pernafasan, seperti
gejala-gejala sarkoidosis, pneumonitis. Gangguan hematologik, seperti
trombositopenia, eritoblastopenia. Gangguan neoplastik, seperti leukemia, limfoma.
Gangguan gastrointestinal, seperti kolitis, enteritis.Edema serebral.
Pemberian oral :
Dewasa : Awal, 0,75-9 mg/hr PO, terbagi dalam 2-4 dosis. Penyesuaian dapat
dilakukan tergantung respon pasien.
Pemberian parenteral :
Dewasa : Awal, 0,5-9 mg/hr IV atau IM, terbagi dalam 2-4 dosis. Penyesuaian dapat
dilakukan tergantung respon pasien.
Anak-anak : 0,06-0,3 mg/kg/hr atau 1,2-10 mg/m2/hr IM atau IV dalam dosis terbagi
tiap 6-12 jam.
Dewasa : 4-8 mg IM dosis tunggal pada hari pertama. Kemudian diberikan dosis oral,
1.5 mg PO 2X sehari pada hari ke 2 dan ke 3; kemudian 0,75 mg PO 2X sehari pada
hari ke 4; kemudian 0,75 mg PO sekali sehari pada hari ke 5 dan 6, kemudian
hentikan.
Untuk pengobatan syok anafilaksis : IV.
Dewasa : dosis bervariasi 1-6 mg/kg IV atau 40 mg IV tiap 4-6 jam. Alternatif lain, 20
mg IV dilanjutkan dengan infus IV 3 mg/kg dalam waktu 24 jam.
2.4 KONTRAINDIKASI
KESIMPULAN
Manfaat yang diperoleh dari penggunaan deksametason sangat bervariasi. Harus
dipertimbangkan dengan hati-hati pada setiap penderita terhadap banyaknya efek pada
setiap bagian organism ini. Efek utama yang tidak diinginkan dari glukokortikoidnya
dan menimbulkan gambaran klinik sindrom cushing iatrogenik.
Pemberian dexametason juga dapat menimbulkan efek samping, untuk
mengurangi efek samping kortikosteroid adalah dengan melakukan penurunan
konsumsi dosis kortikosteroid secara perlahan-lahan (tapering off). Jika timbul
diabetes, diobati dengan diet dan insulin. Sering penderita yang resisten dengan
insulin, namun jarang berkembang menjadi ketoasidosis. Pada umumnya penderita
yang diobati dengan kortikosteroid seharusnya diberi diet protein tinggi, dan
peningkatan pemberian kalium serta rendah natrium seharusnya digunakan apabila
diperlukan5.