Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.
Penemuan antibiotik diinisiasi oleh Paul Ehrlich yang pertama kali
menemukan apa yang disebut “magic bullet’, yang dirancang untuk menangani
infeksi mikroba. Pada tahun 1910, Ehrlich menemukan antibiotika pertama,
Salvarsan, yang digunakan untuk melawan syphilis. Ehrlich kemudian diikuti oleh
Alexander Fleming yang secara tidak sengaja menemukan penicillin pada tahun
1928. Sejak saat itu antibiotika ramai digunakan klinisi untuk menangani berbagai
penyakit infeksi (Ardiansyah, 2009).
Antibiotik atau antibiotika merupakan segolongan senyawa alami atau
sintesis yang memiliki kemampuan untuk menekan atau menghentikan proses
biokimiawi didalam suatu organisme, khususnya proses infeksi bakteri. Definisi
lain tentang antibiotik adalah substansi yang mampu menghambat pertumbuhan
serta reproduksi bakteri dan fungi. Penggunaan antibiotik dikhususkan untuk
mengobati penyakit infeksi atau sebagai aat seleksi terhadap bakteri yang sudah
berubah bentuk dan sifat dalam ilmu genetika (Prapti, 2012).

B. TUJUAN PENULISAN PRAKTIKUM

- Untuk mengetahuhi daya hambat Lidah buaya (Aloe vera) pada bakteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Sensitivitas
Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni
yang memiliki aktivitas anti bakteri. Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode
cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai
bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri
merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat
antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas
bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat
pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar
kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona
hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap
bahan anti bakteri (Gaman. dkk, 2002).
2.2 Pengertian Antibiotik
Antibiotik atau antibiotika merupakan segolongan senyawa alami atau
sintesis yang memiliki kemampuan untuk menekan atau menghentikan proses
biokimiawi didalam suatu organisme, khususnya proses infeksi bakteri. Definisi
lain tentang antibiotik adalah substansi yang mampu menghambat pertumbuhan
serta reproduksi bakteri dan fungi. Penggunaan antibiotik dikhususkan untuk
mengobati penyakit infeksi atau sebagai alat seleksi terhadap bakteri yang sudah
berubah bentuk dan sifat dalam ilmu genetika (Prapti, 2012).
2.3 Jenis-Jenis Antibiotik
2.3.1 Menghambat Sintesis Dinding Sel
Menurut pratiwi (2008), antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel
yaitu:
1. Bacitracin adalah suatu polipeptida yang diperoleh dari suatu strain
Bacillus subtilis. Bacitracin stabil dan tidak dapat diabsorpsi dari saluran cerna.
Kegunaan basitrasin hanya untuk pemakaian topikal ke kulit, luka, atau selaput
lendir.
2. Streptomycin adalah antibiotik yang khas dibanding
dengan aminoglycoside lain, sebagaimana mekanisme resistennya. Resistensi
muncul pada banyak spesies, secara buruk membatasi kegunaan streptomycin saat
ini, dengan pengecualian yang disebut di bawah ini.
3. Tetracycline adalah golongan obat yang berbeda dalam ciri khas fisik dan
farmakologi tetapi sebenarnya mempunyai sifat antimikroba yang identik dan
memberikan resistansi silang lengkap
4. Gentamicin merupakan aminoglikosida yang banyak dipilih dan digunakan
secara luas untuk terapi infeksi serius. Gentamicin memiliki spektrum antibakteri
yang luas, tapi tidak efektif terhadap kuman anaerob.
5. Erhytromycin merupakan antibiotik sebagai alternatif untuk pasien yang
alergi terhadap penisilin untuk pengobatan enteritis kompilobakter, pneumonia,
penyakit legionnaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatitis kronik, anke
vukgaris dan profilaksis difetri dan pertusis.
6. Oxacillin (OX) adalah antibiotik dalam kelompok
obat penicillin. Oxacillin melawan bakteri dalam tubuh, yang bekerja dengan cara
menghalangi dinding sel akteri sehingga mematikan bakteri tersebut. Untuk
mengobati berbagai jenis infeksi berbeda yang disebabkan oleh bakteri, seperti
infeksi Staphylococcal yang juga disebut infeksi staph.
7. Sefalosporin adalah Aztreonam, yang merupakan antibiotik yang mencegah
efek penisilinase. Antibiotik jenis ini merupakan antibiotik yang sintesis dengan 1
cincin seginggaa disebut monobaktam. Antibiotik ini berefek pada bakteri graam
positif termasuk Escherichia coli dan Pseudomonas.
8. Sefalosporin memiliki inti serupa dengan Penisilin dan resisten terhadap
penisilinase. Sefalosporin lebih efektif terhadap bakteri gram negatif.
9. Karbapenem merupakan antibiotik berspektrum luas. Contohnya
adalah Primaxin yang merupakan antibiotik kombinasi imipenem dan Silastasin
natrium. Silastasin natrium mencegaah degradasi imipenem pada ginjal.
10. Vankomisin memiliki spektrum sempit, digunakan bagi Staphylococcus
aureus yang resisten terhadap Penisilin termasuk Metisilin.
2.3.2 Merusak Permeabilitas Membran Sel
Menurut Pratiwi (2008), antibiotik yang merusak permeabilitas membran
membran sel yaitu :
1. Polimiksin merupakan suatu peptida yang didalamnya terdapat satu ujung molekul
larut lipid dan ujung molekul yang lain larut dalam air. Masuknya Polimiksin dalam
membran plasma fungi akan menyebabkan gangguan antara lapisan-lapisan
membran plasma. Polimiksin akan tertinggal diluar membran, sedangkan lemak
larut akan berada didalam membran dan menyebabkan gangguan antaraa lapisan-
lapisan membran yang memungkinkan lalu lintas substansi bebas keluar masuk sel.
2. Nistatin dan Amfoterisin memiliki struktur lingkar yang besar disebabkan adanya
sejumlah ikatan ganda dan sering disebut sebagai antibiotik polien. Antibiotik ini
bergabung dengan ergosterol yang terdapat pada membran sel fungi dengan
menimbulkan gangguan dan kebocoran kebocoran sitoplasma.
2.3.3 Menghambat Sintesis RNA (Proses Transkripsi)
Menurut Pratiwi (2008), antibiotik yang menghambat sintesis RNA yaitu :
1. Rifampin merupakan turunan Rifamisin. Rifampin menghambat sintesis mRNA
dengan cara mengikat b-RNA polimerase bakteri sehingga menghambat transkripsi
mRNA. Antibiotik ini digunakan untuk melawan Mycobacteria pada TBC dan
lepra. Rifampin dapat mempenetrasi jaringan.
2. Kuinilon misalnya asam nalidiksat yang bersifat bakterisidal, bekerja dengan cara
menghambat enzim DNAgirase pada replikasi DNA, sehingga akan menghambat
proses replikasi DNA dan transkipsi mRNA. Antibiotik ini hanya digunakan untuk
pengobatan infeksi saluran kencing.
2.3.4 Menghambat Sintesis Protein (Proses Translasi)
Menurut Pratiwi (2008), antibiotik yang menghambat sintesis protein yaitu
:
1. Pefloxacin (PEF) umumnya dikenal sebagai obat antibakteri
kelompok fluoroquinolone. Pefloxacin adalah agen kemoterapetik sintetik yang
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang serius dan mengancam nyawa.
Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri
2. Tetracyccline (TE) merupakan antibiotik berspektrum luas yang menghambat
sintesis protein. Agen-agen ini bersifat bakteriostatik terhadap berbagai bakteri
gram positif dan gram negatif, termasuk
anaerob, ricketsiae, chlamydiae, mycoplasma, dan bentuk-bentuk L, serta aktif pula
terhadap protozoa, contohnya amoeba.
3. Aminoglikosa merupakan kelompok antibiotik yang gula aminonya tergabung
dalam ikatan glikosida. Antibiotik ini memiliki spektrum luas dan bersifat
bakterisidal dengan mekanisme dengan mekanisme penghambatan pada sintesis
protein.
4. Tetrasiklin merupakan antibiotik berspektrum luas yang diproduksi
oleh Streptomycin. Antibiotik ini dapat mempenetrasi jaringan tubuh sehingga
dapat melawan Rickttsia dan Chlamya intraseluler.
5. Kloramfenikol merupakan antibiotik dengan struktur sederhana sehingga mudah
dibuat ecaara sintetik dibandibgkan dengan mengisolasinya dari Strepmyces.
6. Makrolida merupakan kelompok antibiotik yang memiliki cincin lakton
makrosiklik. Contohnya adalah eritromisin. Antibiotik ini tidak dapat
mempenetrasi dinding sel sebagian besar bakteri gram negatif Bacillus dan
merupakan obat alternatif Penisilin.
2.3.5 Menghambat Replikasi DNA
Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti metronidasol, kinolon,
novobiosin. Obat-obat ini menghambat asam deoksiribonukleat (DNA) girase
sehingga mengahambat sintesis DNA
DNA girase adalah enzim yang terdapat pada bakteri yang menyebabkan
terbukanya dan terbentuknya superheliks pada DNA sehingga menghambat
replikasi DNA.
2. 4. Deskripsi dan Taksonomi Lidah Buaya
2.4.1 Lidah Buaya
Lidah buaya (Aloe vera L) merupakan tanaman asli Afrika, yang memiliki
ciri fisik daun berdaging tebal, sisi daun berduri, panjang mengecil pada ujungnya,
berwarna hijau, dan daging daun berlendir. Pada awalnya lidah buaya sebagai
tanaman hias yang ditanam di pekarangan rumah. Lidah buaya tumbuh subur di
daerah yang berhawa panas dan terbuka dengan kondisi tanah yang gembur dan
kaya bahan organik. Pembudidayaan lidah buaya tergolong sangat mudah dan tidak
memerlukan biaya dan perawatan yang besar. Hal ini akan mendorong dan
pertimbangan untuk menjadikan lidah buaya sebagai bahan baku makanan (
Sudarto, 1997).
Lidah buaya (Aloe vera L) pertama kali masuk ke Indonesia sekitar abad ke-
17 dibawa oleh petani keturunan Cina. Tanaman ini dijadikan sebagai tanaman hias
yang ditanam sembarang di pekarangan rumah dan digunakan sebagai bahan
kosmetik yaitu untuk penyubur rambut. Baru pada dekade 1990-an, tanaman ini
dilirik menjadi bahan baku untuk industri makanan dan minuman yang berkhasiat
menyehatkan (Furnawanthi, 2002).
Di Indonesia, lidah buaya (Aloe vera L) sudah lama ditanam oleh penduduk
sebagai tanaman obat keluarga sekaligus tanaman hias karena bentuknya yang
tergolong sangat unik. Penanaman secara khusus dan besar-besaran belum umum
dilakukan, kecuali di beberapa tempat yang telah terdapat pengolahan lidah buaya
(Aloe vera L) tersebut. Namun dengan semakin meluasnya penggunaan lidah buaya
(Aloe vera L) dan meningkatnya permintaan
sebagai bahan baku industri, maka lidah buaya dapat dijadikan sebagai lahan bisnis
baru serta dapat dijadikan sebagai tanaman agroindustri (Sudarto, 1997).
2.4.2 Botani Lidah Buaya
Jenis lidah buaya yang dibudidayakan secara komersil di dunia yakni
Curacao aloe atau Aloe vera (Aloe barbadensis Miller), yang ditemukan oleh Philip
Miller, seorang pakar botani yang berasal dari Inggris, pada tahun 1768. Aloe
barbadensis Miller mempunyai nama sinonim yang binomial, yakni Aloe vera dan
Aloe vulgaris. Menurut Furnawanthi (2002) taksonomi Aloe barbadensis Miller
sebagai berikut.
Dunia : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliflorae
Suku : Liliaceae
Marga : Aloe
Spesies : Aloe barbadensis Miller
Tanaman lidah buaya dapat tumbuh di daerah kering, seperti Afrika, Asia
dan Amerika. Hal ini disebabkan bagian stomata daun lidah buaya dapat tertutup
rapat pada musim kemarau karena untuk menghindari hilangnya air daun. Lidah
buaya juga dapat tumbuh di daerah yang beriklim dingin. Lidah buaya termasuk
tanaman yang efisien dalam penggunaan air, karena dari segi fisiologi tumbuhan,
tanaman ini termasuk tanaman yang tahan kekeringan (Furnawanthi, 2002).
Lidah buaya dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai daerah
pegunungan. Daya adaptasinya tinggi sehingga tempat tumbuhnya menyebar
keseluruh dunia mulai daerah tropika sampai ke daerah sub tropika. Tanah yang
dikehendaki lidah buaya adalah tanah subur, kaya bahan organik dan gembur.
Kesuburan tanah pada lapisan olah sedalam 30 cm sangat diperlukan, karena
akarnya yang pendek tanaman ini tumbuh baik di daerah bertanah gambut yang
pHnya rendah (Furnawanthi, 2002).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat 2. Bahan
a) Tabung reaksi a) Media MHA
b) Cawan petrik b) Biakan bakteri
c) Ose bulat c) NaCl 0,9%
d) Api Bunsen d) Mac farlan 0,5%
e) Rak tabung e) Lidah buaya ( Alo vera)
f) Batang pengaduk
g) Beaker gelas
h) Incubator
i) Autoclave
j) Pipet tetes
k) Tabung mac farlan

B. Prinsip Kerja
Suspensi bakteri 108CFU/ml diratakan pada media agar, kemudian agar
tersebut dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu menurut kebutuhan.
Larutan antibiotik yang digunakan diteteskan kedalam sumuran. Diinkubasi
pada suhu 37°C selama 18-24 jam. Dibaca hasilnya, seperti pada cara Kirby-
Bauer (Jawetz et al., 2001).

C. Cara Kerja
1. Proses Pengolaha getah lidah buaya (Aloe vera)
a) Daun lidah buaya (Aloe vera) dibersihkan kulitnya menggunakan
pisau, kemudian diambil getahnya dan diperas menggunakan kasa.
b) Hasil ekstrak diletakkan di wadah steril (gelas kimia),
c) Masing-masing dibuat konsentrasi 10%,20% dan 30%

10
1. 10% = 𝑥5 𝑚𝑙
100
= 0,5 𝑚𝑙 (500 𝜇)
20
2. 20% = 𝑥5 𝑚𝑙
100
= 1 𝑚𝑙 (1000 𝜇)
30
3. 30% = 𝑥5 𝑚𝑙
100
= 1,5 𝑚𝑙 (1500 𝜇)

2. Proses pembuatan larutan mac farlan


a) Mac farlan 0,5% : BaCl2 % sebanyak 0,05 ml kemudian
ditambahkan H2SO4 1% 9,95 ml
b) Dimasukkan ke dalam tabung khusus dan ditutup dengan rapat
3. Proses pembuatan suspensi bakteri dengan membandingkan pada
larutan mac farlan 0,5%
a) Disiapkan satu buah tabung reaksi steril
b) dimasukkan larutan NaCl 0,9% sebanyak 5 ml setelah itu ambil
koloni bakteri sebanyak 1-2 ose bulat, homogenkan secara
perlahan-lahan
c) Bandingkan dengan larutan Mac farlan 0,5 % (jika teralu keruh
tidak dapat digunakan karena harus sama dengan Mac farlan
(standar kekeruhan)
4. Proses isolasi sampel pada media MHA
a) Sampel 10%
1) Dipipet sebanyak 10 𝜇 suspense bakteri dan dimasukkan kedalam
sumur khusus 10% yang ada pada media MHA
2) Ditambhakan sebanyak 10 𝜇 aquadest dan dimasukkan kedalam
sumur khusus untuk konsentrasi 10% pada media MHA
3) Ekstrak getah lidah buaya dimasukkan pada semur media MHA
10% yang telah dimasukkan suspense bakteri, sampai penuh (tetapi
tidak sampai penuh pada permukaan media)
b) Sampel 20%
1) Dipipet sebanyak 10 𝜇 suspense bakteri dan dimasukkan kedalam
sumur khusus 20% yang ada pada media MHA
2) Ditambhakan sebanyak 10 𝜇 aquadest dan dimasukkan kedalam
sumur khusus untuk konsentrasi 20% pada media MHA
3) Ekstrak getah lidah buaya dimasukkan pada semur media MHA
20% yang telah dimasukkan suspense bakteri, sampai penuh (tetapi
tidak sampai penuh pada permukaan media)
c) Sampel 30%
1) Dipipet sebanyak 10 𝜇 suspense bakteri dan dimasukkan kedalam
sumur khusus 30% yang ada pada media MHA
2) Ditambhakan sebanyak 10 𝜇 aquadest dan dimasukkan kedalam
sumur khusus untuk konsentrasi 30% pada media MHA
3) Ekstrak getah lidah buaya dimasukkan pada semur media MHA
30% yang telah dimasukkan suspense bakteri, sampai penuh
(tetapi tidak sampai penuh pada permukaan media)
d) Ketiga konsentrasi sampel 10%,20% dan 30% tersebut di inkubasi
2x24 jam pada suhu 370C
e) Amati zona hambat yang terbentuk pada sumuran media MHA
10%,20%, 30% dan kontrol
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Pengamatan

No Media MHA Hasil Ket

1 10% Intermediet Kontaminasi

2 20% Intermediet Kontaminasi

3 30% Intermediet Kontaminasi

2. GAMBAR PENGAMATAN

Lidah Buaya (Aloe


Lidah Buaya (Aloe vera), dibersihkan dan Getah Lidah Buaya
vera) diambil getahnya (Aloe vera) diperas

Hasil ekstrak getah


Hasil ekstrak getah Lidah Buaya (Aloe
Lidah Buaya (Aloe vera), media MHA dan Alat dan bahan yang
vera) spiritus digunakan untuk isolasi
sampel ke media MHA
Peroses perbandingan Setelah NaCl 0,5%
Setelah itu dimasukkan
mac farlan dengan NaCl mancapai standar
pada sampel 10%,20%
0,5% dan isolai bakteri kekeruhan mac farlan
dan 30%
0,5%

isolasi sampel 10%,20% dan 30,


Setelah Media MHA diinkubasi
pada sumuran media MHA
pada suhu 2x48 jam pada suhu 370
B. PEMBAHASAN
Lidah buaya (Aloe vera) dikenal juga sebagai Aloe barbadensis
Miller yang merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam famili
Liliaceae.L idah buaya (Aloe vera) memiliki kandungan yang bermanfaat,
diantaranya adalah tanin, asam amino, antrakuinon, enzim, hormon,
mineral, asam salisilat, sterol, gula, dan vitamin. Zat aktif yang terdapat
dalam lidah buaya adalah polisakarida acemannan. Acemannan ini dapat
digunakan sebagai terapi tumor, antidiabetes, leukemia, metastase,
sarkoma, melanoma, dan malignansi. Lidah buaya (Aloe vera) juga
memiliki zat yang berfungsi sebagai antibakteri yaitu antrakuinon, saponin,
dan tanin.
Dari beberapa penelitian menunjukkan hasil yang signifikan, bahwa
ekstrak daun lidah buaya mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini
disebabkan karena di dalam ekstrak daun lidah buaya itu sendiri
mengandung bioaktif yang berperan sebagai antibakteri. Lidah buaya
diketahui mengandung emodin antrakuinon lidah yang sebelumnya telah
terbukti memiliki aktivitas antimikroba.
Antrakuinon bekerja dengan cara menghambat sintesis protein
sehingga bakteri tersebut tidak dapat tumbuh dalam media yang terdapat
ekstrak lidah buaya. Aloe vera pun terdapat saponin yang mengandung
glikosida yang memiliki efek antiseptik. Saponin bekerja dengan cara
mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan
terjadinya lisis dan terjadinya kerusakan pada membran sel akibat keluarnya
komponen-komponen penting dari dalam membran sel.
Ekstrak daun lidah buah mengandung gugus glikosida yang
merupakan gugus amonioglikosida memiliki efek antiseptik dan bersifat
sebagai antibiotik. Glikosida merupaka senyawa yang dapat menghambat
aktivitas bakteri dan sudah banyak digunakan sebagai bahan antiseptik.
Senyawa yang terkandung di dalam ekstrak daun lidah buaya
memang dalam jumlah kecil, namun apabila senyawa-senyawa tersebut
dikombinasikan dapat memberikan efek sinergis sehing memberikan efek
total yang lebih besar.
Ekstrak daun lidah buaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Gram positif seperti Staphylococcus aureus dan Enterococcus bovis,
sedangkan untuk bakteri Gram negatif yaitu Proteus vulgaris, Pseudomonas
aeruginosa, Proteus mirabilis, Morganella morganii. Umumnya pada
beberapa penelitian, zona hambat akan berbanding urus dengan konsentrasi
yang diberikan.
Jenis senyawa dan besarnya konsentrasi yang diberikan akan
mempengaruhi besarnya kerusakan atau struktur sel tersebut. Namun hal ini
tidak terjadi pada bakteri Staphylococcus aureus, dimana konsentrasi suatu
zat antibakteri akan mempengaruhi kinerja zat antibakteri tersebut. Dengan
adanya peningkatan konsentrasi ekstrak yang diberikan mengakibatkan
kandungan bahan aktif bertambah pula sehingga menyebabkan zat
antibakteri memiliki kemampuan yang semakin besar untuk menghambat
pertumbuhan mikroba.
Pada praktikum yang di lakukan di laboratorium mikrobiologi dan
patologi klinik DIV analis kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar yang
bertujuan untuk mengetahuhi ekstrak getah lidah buaya dapatdi gunakan
sebagai antibiotik untuk pertumbuhan bakteri. Pada praktikum pengujian
yang di gunakan adalah Agar Diffusion (Diffusin agar), media yang di
gunakan adalah Agar Mueller Hinton (MHA).
Pada praktikum ini daun lidah buaya (Aloe vera) di bersihkan
dengan menggunakan pisau, kemudian diambil getahnya dan di peras.
Setelah itu dimasukkan ke dalam wadah steril. Daun lidah buaya (Aloe vera)
berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifat
sukulen (banyak mengandung air), dan banyak mengandung getah dan
lendir (gel) sebagai bahan baku obat. Lendir ini mendominasi isi daun.
Apabila tipis seperti cairan yang tidak berwarna.
Ke dua di siapkan 2 buah tabung reaksi kemudian dipipet NaCl 0,5%
sebanyak 5 ml kemudian di masukkan kedalam tabung reaksi A, setelah itu
diambildan di masukkan biakan bakteri sebanyak 1-2 ose bulat kemudian di
homogenkan kemudian di bandingkan dengan Mac Farlan 0,5 % (jika
terlalu keruh tidak dapat digunakan karena harus sama dengan Mac farlan
“standar kekeruhan”). Pipet sampel sebanyak 500µ dan masukkan kedalam
tabung reaksi A steril yang telah berisi aquades sebanyak 5 ml
menggunakan mikropipet, kemudian isolasi sampel pada media MHA
dengan memasukkan 10 µ ke sumuran 10% dan di tambahkan ekstrak lidah
buaya (Aloe vera) sampai penuh, begitupun pada konsentrasi 20% , 30%
dan kontrol (tambahkan dengan aquades). Kemudian ingkubasi 1 X 24 jam
pada suhu 37ºC. Amati zona hambat yang terbentuk pada sumuran media
MHA 10%, 20%, 30% dan kontrol.
Hasil yang di dapatkan pada sumuran media MHA dengan
konsentrasi 10%, 20%, 30% dan kontrol adalah tidak terbentuk zona hambat
(Intermediet) ini menunjukan bahwa ekstrak dan perasan daun lidah buaya
(Aloe vera) tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Media MHA
mengalami kontaminasi karena di pengaruhi oleh proses ekstraksi atau pada
proses penolahan sampel yang kurang steril selama proses pengolahan
berlangsung.
BAB V
KESIMPULAN

Pada praktikum yang di lakukan di laboratorium mikrobiologi dan patologi


klinik D-IV Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar. Di dapat kan hasil
bahwa pada konsentrasi 10%, 20% dan 30% ekstrak lidah buaya (Aloe vera) tidak
dapat terbentuk zona hambat (Intermediet)
DAFTAR PUSTAKA

M. Naufal Asyraf, Putri Rahmi Noviyandri, Ridha Andayani. 2017. “


Pengaruh Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Pertumbuhan Enterococcus
faecalis Pada Berbagai Konsentrasi”. Journal Caninus Denstistry Volume 2,
Nomor 4. Banda aceh. Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Syiah Kuala.
Subroto, dkk., 2009. Jenis-Jenis Antibiotik. Universitas Indonesia. FKUI.
Jakarta.
Teresya Puteri,Tiana Milanda. 2012. “ UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK
DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus: Review “.Jl. Raya Bandung Sumedang km 21
Jatinangor 45363. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.
Zakiatunnisa. 2015 “UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN
LIDAH BUAYATERHADAP BAKTERI PENGHASIL EXTENDED SPECTRUM
β-LACTAMASE (ESBL) ISOLAT INFEKSI LUKA OPERASI”. Surakarta.
FAKULTAS KEDOKTERAN. UNIVERSITAS SEBELAS MARET.

Anda mungkin juga menyukai