Dehydration Using Glycol
Dehydration Using Glycol
Alhamdulillah, puji serta syukur saya haturkan kepada Allah SWT karena telah memberikan saya
rahmat sehingga pembuatan makalah yang berjudul “glycol dehydration” selesai tepat pada
waktunya.
Makalah ini saya buat untuk memberikan informasi mengenai proses dehidrasi unit terutama
proses dehidrasi dengan menggunakan bahan kimia glycol, saya juga akan memberikan
informasi mengenai alat apa saja yang akan digunakan serta kelebihan dan kekurangan dalam
menggunakan glycol dalam proses dehidrasi, dan juga macam-macam glycol dalam proses
dehidrasi.
Diharapkan setelah pembuatan makalah ini kita semua mendapat informasi serta pengetahuan
baru yang membuat kita semakin kompeten, terutama dalam proses dehidasi glycol.
Saya juga berterima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam
penyusunan makalah ini, dan juga saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
karena tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanya milik Allah, namun kita harus terus
berusaha untuk menjadi insan yang lebih baik lagi.
Penyusun
I. Pendahuluan
Kandungan air di dalam feed gas harus dihilangkan karena dapat mengganggu proses
berikutnya. Alasan mengapa proses dehidrasi dilakukan adalah
Untuk mengurangi korosi dan menghilangkan potensi penurunan aliran feedgas dalam
pipa karena adanya pembentukan hidrat pada pipa.
Gas maupun liquid pada hidrokarbon pasti memiliki spesifikasi kandungan air.
Sedangkan dalam beberapa proses, air sangat tidak diinginkan di dalam plant jika
kondisi hidrokarbon dalam keadaan cryogenic dapat mengubah air menjadi es yang
dapat menyumbat aliran pipa. Dan juga terbentuknya air jenuh akibat proses amine.
Secara garis besar proses dehidrasi dibagi menjadi 2, yaitu absorbsi (penyerapan menggunakan
desiccant cair) dan adsorbsi (penyerapan menggunakan desiccant padat). Desiccant cair yang
banyak digunakan adalah glycol, sedangkan desiccant padat yang banyak digunakan adalah
activated alumina, silica gel atau molecular sieve. Dalam proses adsorbsi, desiccant padat
disimpan dalam suatu tempat yang tetap atau fixed-bed sehingga wet gas yang akan dicairkan
akan melewati desiccant tersebut, uap air akan terjerat pada desiccant padat baik dalam
permukaan maupun dalam pori-porinya, kemudian keluaran dari proses tersebut akan
menghasilkan gas kering.
Perbedaan proses absorbsi yaitu desiccant cair yang berkontak dengan wet gas tidak dalam
posisi fixed atau tetap melainkan desiccant tersebut bergerak kearah kebalikan dengan arah
wet gas yaitu ke bawah serta akan menyerap air yang terkandung pada feed gas. Desiccant cair
harus memiliki kemampuan seperti dibawah ini :
Daya serap yang tinggi terhadap air, dan daya serap rendah terhadap hidrokarbon.
Sulit menguap pada temperatur absorpsi tersebut.
Viskositas yang rendah agar mudah di pompa, dan memiliki kontak baik antara fase gas
maupun liquid.
Untuk mencapai kandungan air dibawah 0.1 ppmv harus menggunakan molsieves.
Tetapi pada makalah kali ini saya akan menggunakan glycol yang umum digunakan di industry.
Adapun masalah-masalah yang akan saya angkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses dehydration unit glycol yang digunakan dalam suatu pabrik
pengolahan minyak maupun gas alam ?
2. Apa kelebihan dan kekurangan dari penggunaan glycol dalam dehydration unit ?
3. Bagaimana pemilihan glycol yang tepat dalam proses dehydration ?
I.II Tujuan
PEMBAHASAN
Proses dehidrasi adalah proses penghilangan impurities terutama uap air didalam gas alam
dengan beberapa teknik sebagai berikut :
Tujuan utama unit dehidrasi glikol adalah untuk menghilangkan air yang terkandung dalam feed
gas, yang jika tidak dihilangkan akan mengganggu proses selanjutnya maupun merusak
peralatan yang akan dilalui bersama feed gas. Contohnya jika feed gas yang masih mengandung
air diberi suhu rendah maka akan membeku atau akan membentuk hidrat didalam pipa serta
pada peralatan lain sehingga proses terhambat, dan juga apabila masuk ke dalam sebuah
kompresor akan merusak dinding-dinding kompresor atau biasa disebut surging. Unit dehidrasi
glikol menekan titik pembentukan hidrat melalui pemindahan air.
Begitu pula ketika tekanan diturunkan sehingga terbentuk air yang mengandung H2S dan CO2
sehingga dapat menyebabkan peralatan mudah korosi.
Di dalam suatu proses pengolahan gas, diperlukan proses dehidrasi untuk menghilangkan kadar
air didalam feed, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan didalam proses.
Dan juga hal yang perlu diperhatikan dari bahan kimia yang terlibat adalah kandungan tersebut
solvent (bahan penyerap air) harus memiliki kemampuan seperti dibawah ini :
Daya serap yang tinggi terhadap air, dan daya serap rendah terhadap hidrokarbon.
Sulit menguap pada temperatur absorpsi tersebut.
Viskositas yang rendah agar mudah di pompa, dan memiliki kontak baik antara fase gas
maupun liquid.
Memiliki suhu yang stabil untuk mencegah dekomposisi saat regenerasi.
Potensi korosi rendah.
Mudah dioperasikan dan dirawat.
Dilihat dari unsur-unsur diatas, bahan yang paling tepat digunakan sebagai desiccant absorption
yaitu menggunakan glycol, ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), triethylene glycol
(TEG), tetraethylene glycol (TREG) dan prophylene glycol.
Namun yang paling banyak digunakan adalah triethylene glycol. Karena jika dibandingkan
dengan EG yang lebih ekonomis, EG sulit untuk di regenerasi dan juga dikontakkan dengan feed
yang mengandung air laut, EG akan menyerap sodium klorida yang lebih banyak dari TEG, dan
juga mudah untuk di regenerasi glycolnya.
Namun jika dibandingkan dengan yang lain, DEG adalah yang paling murah dan memiliki
viskositas paling rendah cocok digunakan di laut utara atau pada suhu dan cuaca lingkungan
yang dingin, akan tetapi penggunaan dan pengendalian didalam proses sangat tidak hemat
karena tidak bisa diregenerasi. Dibanding TEG, DEG lebih besar kemungkinan untuk melepas
serapan air tersebut, dengan konsentrasi yang tinggi dan suasana yang sulit.
TREG lebih kental dan lebih mahal dibandingkan yang lain, keuntungannya hanya memiliki
tekanan uap yang rendah yang dapat mecegah lepasnya muatan air yang sudah diserap. Dan
juga gas harus kontak pada suhu 500C.
Akan tetapi harus diperhatikan walaupun dapat dioperasikan dengan tidak begitu rumit , harus
ada desain tertentu dan kelarutan dessicant tersebut dalam gas asam, jika berada dalam
tekanan yang tinggi dan juga tingkat keasaman yang tinggi dapat membuat glycol tersebut larut
didalam gas.
DEG, TEG, dan TREG memiliki karakteristik yang sama yaitu tidak berwarna, tidak berbau,
kekentalan rendah, memiliki titik didih yang tinggi, volatilitas rendah higroskopisitas yang baik.
EG 197 -13
TEG 327 -6
Inlet scrubber
separator yang digunakan untuk memisahkan antara hidrokarbon berat dan garam
dengan hidrokarbon ringan yang akan menjadi umpan unit dehidrasi (feed gas). Jika gas
inlet tidak ditempatkan sebelum dehydrator maka kandungan garam akan masuk ke
dalam reboiler, terevaporasi, dan menempel di dinding (sehingga efektifitas panas
reboiler menjadi berkurang) atau menutupi aliran pipa. Separator yang baik dapat
memisahkan oli kompresor, lumpur, inhibitor korosi, kotoran pipa, dll.
Glycol dehydrator (contactor)
vessel tempat dimana lean glycol berkontak langsung dengan wet gas yang akan
menghasilkan dry gas dan rich glycol.
Didalam menara contactor dilengkapi tray-tray atau bubble cap serta mist extractor.
Efisiensi kontak antara glikol dengan gas alam tersebut bergantung terhadap desain
tray yang berada didalam contactor. Namun perlu diperhatikan jika jarak antara bubble
cap terlalu rapat maka glycol akan hilang bersamaan dengan feed gas dengan begitu
efisiensi akan menurun. Begitu pula jika jumlah tray yang terlalu sedikit akan
menyebabkan efisiensi berkurang.
Flash tank
Tempat dimana rich glycol akan diturunkan tekanannya, dan akan terpisah antara rich
glycol dengan sedikit hidrokarbon ringan yang terserap yang kemudian akan dikeluarkan
dari sistem.
Cross heat exchanger
Tempat dimana adanya perpindahan panas antara rich glycol dengan lean glycol.
Biasanya heat exchanger yang dipakai adalah pipe in pipe and plate heat exchanger,
karena menggunakan bahan pendingin dan pemanas yang sama yaitu glycol tersebut.
Plate exchanger efektif jika glycol yang dikandung dalam kondisi kotor.
Filter
memastikan agar benar-benar rich glycol murni yang memasuki still.
Still
Saya akan menjabarkan 2 sudut pandang proses yang terjadi dari wet gas serta dari glycol.
1. Wet gas masuk ke inlet scrubber sehingga memisahkan fasa liquid dan gas.
2. Wet gas masuk ke dalam glycol dehydrator yang akan terjadi proses absorpsi karena
berkontak langsung dengan lean glycol pada tray-tray yang tersedia.
3. Kemudian setelah proses absorpsi wet gas berubah menjadi dry gas yang akan
dilanjutkan ke proses selanjutnya.
1. Lean glycol masuk kedalam glycol dehydrator di bagian atas dan melakukan kontak
dengan wet gas sehingga berubah menjadi rich glycol.
2. Rich glycol masuk sementara ke still untuk dipanaskan sedikit agar terhindar dari
hidrokarbon ringan yang ikut terserap kemudian dipisahkan di flash tank. Hidrokarbon,
bahan korosif, dan gas corbon dioksida yang terikut akan dipisahkan ke flash gas dalam
flash tank dan dikeluarkan dari system regenerasi, dan menghindari adanya bahan
korosif yang terbawa masuk di temperature tinggi boiler.
Contactor
Glycol losses
Flash tank
Retention times
C4+ rich gas 1000 psig dan 100oF (0.0076 Sm3/L at 70 barg
and 38oC)
Beberapa faktor yang di perhatikan untuk membuat design TEG dehydration, walaupun proses
dehidrasi menggunakan TEG itu simple, namun harus ada beberapa factor yang diperhatikan
untuk memaksimumkan kerja TEG terhadap wet gas yaitu:
1. Perhitungan minimum konsentrasi lean TEG yang masuk ke top dehydrator yang
dibandingkan dengan spesifikasi kandungan air pada wet gas yang akan di kontakkan.
2. Sirkulasi TEG yang harus dipenuhi untuk menyerap air pada wet gas.
Dari table diatas menunjukan bahwa jika equilibrium dew point dan contactor temperature
dijaga sedemikian rupa akan menghasilkan konsentrasi TEG regenerasi yang bagus. Contohnya
jika equilibrium temperature sekitar 10 - 150F ( 5 - 100C) dibawah dew point temperature yang
diinginkan. Dan juga mendapat -15oF (-26oC) maka akan didapatkan konsentrasi lean glycol
sekitar 99.8 sampai 99.9 wt%.
Semakin tinggi konsentrasi lean glycol yang diinginkan maka semakin besar kerja reboiler. Pada
suhu reboiler 400oF (204oC), typical konsentrasi lean glycol yang keluar adalah sekitar 98.6 wt%
(engineering data book, 2004b) pada ketinggian air laut. Yang biasanya digunakan adalah
Dehydration unit menggunakan glycol biasanya tipikal antara satu tempat dengan tempat yang
lainnya, namun ada beberapa metode didalam proses regenerasi glycol untuk mendapat
kemurnian lebih tinggi lagi, namun kebanyakan pengeringan menggunakan cara menurunkan
tekanan parsial, karena jika menggunakan suhu diatas 400 F maka akan merusak glycol itu
sendiri atau bias disebut degradasi termal glycol.
Sesimpel sebuah proses pasti ada faktor yang dapat menyebabkan gagalnya suatu proses. Pada
glycol dehydration ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan banyaknya pengeluaran
glycol yang terlepas atau hilang. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan
masalah :
1. Foaming
Glycol sangat mudah berubah menjadi foam. Foaming tidak akan begitu berpengaruh
jika para engineer yang mendesign sangat teliti. Namun foam ini akan berpengaruh jika
adanya aromatic atau sulfur yang terkandung didalamnya. Penggunaan antifoam adalah
salah satu cara menhindari foam glycol yang terlalu banyak. Dengan menggunakan
trioktilposfat sampai 500 ppm. Akan tetapi jika anti foam yang diberikan terlalu banyak
akan menimbulkan percepatan foaming pada glycol. Oleh karena itu solusi terbaik
adalah dengan memperbaiki system filter agar aromatic dan sulfur tidak bias masuk ke
dalam reboiler.
2. Degradation
Degradasi suatu bahan kimia adalah kejadian yang alami. Untuk menghindarinya adalah
dengan memasang filtration yang efektif, untuk menahan bahan kimia yang dapat
berpengaruh terhadap percepatan degradasi tidak memasuki reboiler.
3. Garam yang menyumbat pada still column.
Adanya garam pada still column dan reboiler dapat menghambat aliran panas sehingga
penyulingan tidak efektif. Solusinya adalah inlet separator harus berjalan efektif
sehingga tidak ada garam yang masuk ke dalam proses.
4. Lean glycol yang menuju absorber yang terlalu panas
Glycol dehydration – LNG Academy III Page 15
5. Kebocoran glycol atau kebocoran pompa.
1. Oksigen
jika oksigen bereaksi dengan glycol maka akan menghasilkan sifat asam yang korosif,
dan juga akan berpengaruh pada naiknya potensi untuk foaming. Blanketing
menggunkan gas alam pada strorage dan surge tanks akan meminimalisasi udara untuk
masuk.
2. Amine
The Engineering Data Book (2004b) juga menyarankan untuk terus memonitoring
keadaan pH, untuk menghindari adanya amine yang pada proses sebelumnya masuk
kedalam proses regeneraasi glycol, yang berakibat tidak begitu berbeda dengan jika
oksigen masuk ke dalam proses.
Akan tetapi mengapa masih menggunakan glycol karena dessicant ini murah untuk dibeli dari
pada dessicant yang lain. Serta jika dry gas yang diinginkan tidak terlalu rendah kadar air yang
diinginkannya maka akan digunakan dessicant ini.
Namun untuk pengolahan LNG ini tidak efektif karena dry gas yang diinginkan kandungan airnya
harus dibawah 0.1 ppm, jika masih menggunakan glycol hanya akan menghabiskan dana untuk
membeli glycol, lebih baik memaksimalkan performa molecular sieve atau dengan tambahan
silica gel.
KESIMPULAN
III.I Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat saya simpulkan bahwa proses dehidrasi bertujuan untuk
menghilangkan kadar air didalam feed gas agar tidak menjadi penyebab masalah didalam
proses selanjutnya disuatu industry khususnya pengolahan gas alam. Selain dapat membeku
pada suhu kriogenik, air juga dapat membuat peralatan mudah berkarat dan juga bila adanya
genangan air dialam pipa, maka aliran suatu pipa tidak akan maksimal. Untuk prosesnya
dehidrasinya sendiri terdapat dua tipe desiccant yang dapat digunakan, yaitu desiccant padat
menggunakan molecular sieve atau silica gel dan juga dengan desiccant cair menggunakan EG,
DEG, TEG, TREG atau prophylene glycol. Dari kedua desiccant tersebut yang lebih mudah
dioperasikan dan dirawat adalah dessicant cair walaupun hasil penyerapan airnya tidak sebaik
dengan menggunakan desiccant padat.
Dessicant cair yang paling banyak digunakan adalah TEG, pada proses ini glycol pada TEG
memiliki daya serap yang sangat baik terhadap air. Glycol akan menyerap air pada feed gas
yang dikontakkan melalui tray-tray di glycol dehydrator. Proses ini disebut dengan proses
absorbs.
Macam-macam glycol yang dipakai di industry kimia biasanya TEG namun jika industry tersebut
berada pada suhu lingkungan yang dingin biasanya menggunakan DEG.
Penggunaan TEG mudah karena dapat diregenasi sehingga menghemat biaya produksi. Dan
juga TEG banyak dijual dipasaran, selain itu kemampuan glycol dalam menyerap air juga sangat
besar akan tetapi kadar air pada keluaran dry gas masih cukup besar yang artinya jika feed gas
tersebut diperuntukkan untuk pembuatan gas LNG yang akan melewati proses kriogenik
diharuskan untuk mengurangi lagi kadar air pada feed gas nya sampai dibawah 0.1 ppm dengan
menggunakan molecular sieve atau silica gel. Tapi jika tidak membutuhkan ketelitian rendah
seperti untuk feed gas LNG, gunakan saja TEG ini.
Arthur I. Hidney and William H. Parrish. 2006. Fundamental of natural gas and processing by
Gas. USA : Taylor and Francis Group
Campbell, John. 1992. Gas Conditioning and Processing vol.II. USA : Campbell Petroleum Series