Laporan Presentasi Kasus: Hernia Nukleus Pulposus
Laporan Presentasi Kasus: Hernia Nukleus Pulposus
Oleh :
Miftahol Arifin
Pembimbing :
Dr. Irawan Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2012
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas pasien :
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
kiri, nyeri dirasakan sudah satu minggu ini,nyeri timbul secara tiba-tiba terasa seperti
berdenyut dan di tusuk-tusuk, nyeri di rasakan terus menerus dan pasien sampai tidak
bisa tidur. Nyeri bertambah jika pasien bangkit dari duduk, saat batuk dan mengejan.
Pasien merasa nyerinya berkurang ketika pasien tiduran, tanggal 21 februari 2012 jam
kurang lebih jam 19.00 malam mengeluh perutnya terasa panas dan di rasakan nyeri,
4
poli saraf. Pasien sempat mersakan kepalanya terasa pusing waktu di poli saraf, mual -,
muntah -.
Pasien pernah menegeluhakan hal yang sama tahun 2006 tapi Cuma sebentar, sempat
DM -, HT -
Paien sering angkat beban yang berat, sering nyuci dalam keadaan membungkuk.
Vital sign
Kesadaran : komposmentis
Suhu : 36,4oC
Pemeriksaan fisik
Kepala/ leher : Anemis (-), ikterus (-), cyanosis (-), dyspnea (-)
Thorax : Paru : Simetris +/+, retraksi dinding dada -/-, Pergerakan dada simetris (+),
suara nafas vesikuler/vesikuler, rhonki -/-wheezing-/-
Jantung : S1-S2 tunggal, murmur - ,
Abdomen : flat, bising usus normal, met (-), H/L tak teraba
5
Extermitas : Akral hangat kering merah, edema tungkai -/-,nyeri tungkai -/+ atrofi
tungkai kiri
Status Neurologis :
1. GCS 15 : E4 V5 M6
- Brudzinsky I (-)
- Brudzinsky II (-)
- Kernig (-)
4. Nn Kranialis :
l- N III, IV, VI : pupil bulat, diameter 3 mm, gerakan bola mata bebas ke segala arah
6
5. Motorik : 5 5 5 5 5 5
555 555
Tungkai kanan : Laseque (-), Cross Laseque (-), Naffziger (-), Patrick (-),
Tungkai Kiri : Laseque (+), Cross Laseque (-), Naffziger (+), Patrick (+),
6. Sensorik
- Eksteroseptif : rasa raba berkurang pada tungkai kiri, tekan dan nyeri baik
8. Reflek fisiologis : Reflek biceps ++/++, Reflek triceps ++/++, Reflek KPR ++/++, Reflek
APR ++/++
9. Reflek patologis : Reflek Hoffman Trommer -/-, Reflek Babinsky Group -/-
7
Trigliserida : 69
Gula darah acak : 102
Pemeriksaan Penunjang foto lumbosacral AP,Lateral :
Diagnosis Kerja :
Diagnosis Sekunder : -
Diagnosis Banding :
Strain lumbal.
8
Rencana Pemeriksaan Tambahan :
Terapi :
Umum :
Tirah baring.
Fisioterapi.
Khusus :
Infus RL 16 tetes/menit
Analgetik
9
LAPORAN S-O-A-P PASIEN
Subjective Objective Assasment Planing
Dx/Tx
22/ Nyeri pinggang Gcs: 456 HNP Terepi umum:
02/ sampai tungkai T: 119/88 Tirah baring
12 kiri HR: 101 Fisioterapi
RR: 20 Terapi umum:
T: 360 C Infus RL 16
k/l: a/i/c/d: -/-/-/- tetes / menit
thorax: sim +. Ret – Analgetik
cor: s1s2 tunggal, mur –
pul: ves +/+, rh -, wh –
abd: flat,BU + N, H/L tidak teraba
ekt: HKM, oedem -/-,nyeri tungkai
kiri
23/ Nyeri pinggang Gcs: 456 HNP Terepi umum:
02/ sampai tungkai T: 100/69 Tirah baring
12 kiri HR: 91 Fisioterapi
RR: 20 Terapi umum:
T: 36,40 C Infus RL 16
k/l: a/i/c/d: -/-/-/- tetes / menit
thorax: sim +. Ret – Analgetik
cor: s1s2 tunggal, mur –
pul: ves +/+, rh -, wh –
abd: flat,BU + N, H/L tidak teraba
ekt: HKM, oedem -/-,nyeri tungkai
kiri
24/ Nyeri pinggang Gcs: 456 HNP Terepi umum:
02/ sampai tungkai T: 114/76 Tirah baring
12 kiri HR: 84 Fisioterapi
10
RR: 20 Terapi umum:
T: 36,50 C Infus RL 16
k/l: a/i/c/d: -/-/-/- tetes / menit
thorax: sim +. Ret – Analgetik
cor: s1s2 tunggal, mur –
pul: ves +/+, rh -, wh –
abd: flat,BU + N, H/L tidak teraba
ekt: HKM, oedem -/-,nyeri tungkai
kiri
25/ Nyeri Gcs: 456 HNP Terepi umum:
02/ pinggang T: 112/60 Tirah baring
12 sampai HR: 83 Fisioterapi
tungkai kiri RR: 20 Terapi umum:
T: 36,0 C Infus RL 16
k/l: a/i/c/d: -/-/-/- tetes / menit
thorax: sim +. Ret – Analgetik
cor: s1s2 tunggal, mur –
pul: ves +/+, rh -, wh –
abd: flat,BU + N, H/L tidak teraba
ekt: HKM, oedem -/-,nyeri tungkai
kiri
26/ Nyeri pinggang Gcs: 456 HNP Terepi umum:
02/ sampai tungkai T: 109/60 Tirah baring
12 kiri HR: 89 Fisioterapi
RR: 20 Terapi umum:
T: 370 C Infus RL 16
k/l: a/i/c/d: -/-/-/- tetes / menit
thorax: sim +. Ret – Analgetik
cor: s1s2 tunggal, mur –
pul: ves +/+, rh -, wh –
abd: flat,BU + N, H/L tidak teraba
11
ekt: HKM, oedem -/-,nyeri tungkai
kiri
27/ Nyeri Gcs: 456 HNP Terepi umum:
02/ pinggang T: 116/74 Tirah baring
12 sampai HR: 80 Fisioterapi
tungkai RR: 20 Terapi umum:
kiri sedikit T: 36,0 C Infus RL 16
berkurang k/l: a/i/c/d: -/-/-/- tetes / menit
thorax: sim +. Ret – Analgetik
cor: s1s2 tunggal, mur –
pul: ves +/+, rh -, wh –
abd: flat,BU + N, H/L tidak teraba
ekt: HKM, oedem -/-,nyeri tungkai
kiri
28/ Nyeri Gcs: 456 HNP Terepi umum:
02/ pinggang T: 116/74 Tirah baring
12 sampai HR: 80 Fisioterapi
tungkai RR: 20 Terapi umum:
kiri sedikit T: 36,0 C Infus RL 16
berkurang k/l: a/i/c/d: -/-/-/- tetes / menit
KRS thorax: sim +. Ret – Analgetik
cor: s1s2 tunggal, mur –
pul: ves +/+, rh -, wh –
abd: flat,BU + N, H/L tidak teraba
ekt: HKM, oedem -/-,nyeri tungkai
kiri
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui
robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau
mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.
3.2 Epidemiologi
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%)
mengenai diskus intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya nyeri pinggang bawah (NPB) oleh
karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu.
HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada dekade ke-4 dan
ke-5. HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan
mengangkat. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada
bagian tengahnya, maka protrusi discus cenderung terjadi ke arah postero lateral, dengan
kompresi radiks saraf.
3.3 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
Degenerasi diskus intervertebralis
13
Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
Trauma berat atau terjatuh
Mengangkat atau menarik benda berat
Faktor resiko
1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah yakni umur, jenis kelamin, dan riwayat trauma
sebelumnya
2. Faktor resiko yang dapat diubah diantaranya pekerjaan dan aktivitas, olah raga tidak
teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama, merokok, berat badan berlebih,
batuk lama dan berulang.
3.4 Anatomi dan Fisiologi
Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung
yang mudah digerakkan. terdapat 33 tulang punggung pada manusia yang dibagi menjadi 7
tulang cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks atau dada), 5 tulang lumbal, 5 tulang bergabung
membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx).
14
Gambar 2.3 Lumbar vertebre
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari
badan tulang atau corpus vertebrae, diskus intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang
oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior. dan bagian posterior yang terdiri dari arcus
vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua “kaki” atau pediculus dan dua lamina, serta
didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan
procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale.
Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum
tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang
disebut foramen intervertebrale.
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang rawan.
Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan satu sama
lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum
longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior.
15
Gambar 2.4 Ligamen-ligamen yang terdapat pada vertebre
Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate),
nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus pulposus,
memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang
diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis.
C
Gambar 2.5 Nucleus Pulposus
Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah
bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang merupakan bagian peka nyeri adalah:
Lig. Longitudinale anterior Fasia dan otot.
Lig. Longitudinale posterior
Corpus vertebra dan periosteumnya
Articulatio zygoapophyseal
Lig. Supraspinosum
16
3.5 PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus
pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis
vertebralis menekan radiks.
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh
berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang
selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem
saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi.
17
Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut
saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf.
Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na
dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat
peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan
Laseque.
18
19
3.6 GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP dapat
terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang pertama ke
arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica, dan gejala dan tanda-tanda
sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena. Berikutnya ke arah postero-sentral
menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma kauda equina.
20
Kedua saraf sciatic (N. Ischiadicus) adalah saraf terbesar dan terpanjang pada tubuh.
masing-masing hampir sebesar jari. Pada setiap sisi tubuh, saraf sciatic menjalar dari tulang
punggung bawah ,di belakang persendian pinggul, turun ke bokong dan dibelakang lutut. Di
sana saraf sciatic terbagi dalam beberapa cabang dan terus menuju kaki.
Ketika saraf sciatic terjepit, meradang, atau rusak, nyeri sciatica bisa
menyebarsepanjang panjang saraf sciatic menuju kaki. Sciatica terjadi sekitar 5% pada orang
Ischialgia, yaitu suatu kondisi dimana saraf Ischiadikus yang mempersarafi daerah bokong
sampai kaki terjepit. Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain
kontraksi atau radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau
adanya Herniasi Nukleus Pulposus (HNP), dan lain sebagainya.
Sciatica merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus sampai
ke tungkai, biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk jarum,
sakit nagging, atau nyeri seperti ditembak. Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki.
Berjalan, berlari, menaiki tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang
diringankan dengan menekuk punggung atau duduk.
21
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah :
Nyeri punggung bawah.
Nyeri daerah bokong.
Rasa kaku/ tertarik pada punggung bawah.
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang dirasakan
dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian
saraf mana yang terjepit.
Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama
banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.
Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk,
bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.
Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan
bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan
hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan
fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan
tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi
yang sehat.
22
3.7 DIAGNOSA
Anamnesa
Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah (mulai dari bokong,
paha bagian belakang, tungkai bawah bagian atas). Hal ini dikarenakan mengikuti jalannya
N. Ischiadicus yang mempersarafi tungkai bagian belakang.
Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut, kemudian ke tungkai
bawah (sifat nyeri radikuler).
23
Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat barang berat.
Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1 (garis antara dua krista
iliaka).
Nyeri Spontan
Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri bertambah hebat,
sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.
Pemeriksaan Motoris
Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan
fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang berjingkat.
Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas.
Pemeriksaan Sensoris
Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat.
Skoliosis dengan konkavitas ke sisi tungkai yang nyeri, sifat sementara.
Tes-tes Khusus
1. Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT)
Tungkai penderita diangkat perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90°.
2. Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau bagian medial dari
ibu jari kaki (L5).
3. Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki (L5),
atau plantarfleksi (S1).
Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit
Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki
4. Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine, merupakan
indikasi untuk segera operasi.
5. Kadang-kadang terdapat anestesia di perineum, juga merupakan indikasi untuk
operasi.
6. Tes provokasi : tes valsava dan naffziger untuk menaikkan tekanan intratekal.
7. Tes kernique
24
Tes Refleks
Refleks tendon achilles menurun atau menghilang jika radiks antara L5 – S1
terkena.
Penunjang
Darah rutin : tidak spesifik
Urine rutin : tidak spesifik
Liquor cerebrospinalis : biasanya normal. Jika terjadi blok akan didapatkan
peningkatan kadar protein ringan dengan adanya penyakit diskus. Kecil
manfaatnya untuk diagnosis.
Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari
hernia. Bila operasi dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk
menentukan tingkat protrusi diskus.
MRI tulang belakang bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis
atau kauda ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal
mengevaluasi gangguan radiks saraf.
25
Foto : foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau
memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela invertebrata
dan pembentukan osteofit.
26
3. 8 PENATALAKSANAAN
Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik
pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan.
Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan
untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 %
penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita
butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau
pembedahan.
27
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme
otot. keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema.
Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis. Sebagai penyangga korset
dapat mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung seperti jalan
kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan
bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan
jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga
aliran darah semakin meningkat.
Proper body mechanics
Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk mencegah
terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah
sebagai berikut:
Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus.
Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat
tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisi
duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu posisi
berdiri.
Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser posisi
panggul.
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat
dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.
Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok,
punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan
punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat
dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
28
Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus
berubah posisi secara bersamaan.
Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc
duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit.
Terapi Operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf sehingga
nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif HNP harus berdasarkan alasan
yang kuat yaitu berupa:
Defisit neurologik memburuk.
Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
Paresis otot tungkai bawah.
Laminectomy
29
Discectomy
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk mengurangi
tekanan terhadap nervus. Discectomy dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol
dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2 – 3 hari tinggal di rumah sakit. Akan diajurkan
untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko pengumpulan
darah. Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus
yang harus ditangani jika ada masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih
ekstensif mungkin diperlukan dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk
sembuh (recovery).
Mikrodiskectomy
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan fragmen of
nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan – ray dan
chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapain) ke
dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang menonjol. Prosedur ini
merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasus-kasus tertentu.
Larangan
Peregangan yang mendadak pada punggung. Jangan sekali-kali mengangkat benda
atau sesuatu dengan tubuh dalam keadaan fleksi atau dalam keadaan membungkuk. Hindari
kerja dan aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi kambuhnya gejala setelah episode awal.
30
BENAR
31
Saran
Istirahat mutlak di tempat tidur, kasur harus yang padat. Diantara kasur dan tempat
tidur harus dipasang papan atau “plywood” agar kasur jangan melengkung. Sikap berbaring
terlentang tidak membantu lordosis lumbal yang lazim, maka bantal sebaiknya ditaruh di
bawah pinggang. Penderita diperbolehkan untuk tidur miring dengan kedua tungkai sedikit
ditekuk pada sendi lutut.
32
Istirahat mutlak di tempat tidur berarti bahwa penderita tidak boleh bangun untuk
mandi dan makan. Namun untuk keperluan buang air kecil dan besar orang sakit
diperbolehkan meninggalkan tempat tidur. Oleh karena buang air besar dan kecil di pot
sambil berbaring terlentang justru membebani tulang belakang lumbal lebih berat lagi.
Analgetika yang non adiktif perlu diberikan untuk menghilangkan nyeri. Selama nyeri
belum hilang fisioterapi untuk mencegah atrofi otot dan dekalsifikasi sebaiknya jangan
dimulai, setelah nyeri sudah hilang latihan gerakan sambil berbaring terlentang atau miring
harus diajurkan.
Traksi dapat dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang sesuai dapat dilakukan
“pelvic traction”, alat-alat untuk itu sudah automatik. Cara “pelvic traction”, sederhana kedua
tungkai bebas untuk bergerak dan karena itu tidak menjemukan penderita. Maka pelvic
traction dapat dilakukan dalam masa yang cukup lama bahkan terus-menerus. Latihan bisa
dengan melakukan flexion excersise dan abdominal excersise.
Masa istirahat mutlak dapat ditentukan sesuai dengan tercapainya perbaikan. Bila
iskhilagia sudah banyak hilang tanpa menggunakan analgetika, maka orang sakit
diperbolehkan untuk makan dan mandi seperti biasa. Korset pinggang atau griddle support
sebaiknya dipakai untuk masa peralihan ke mobilisasi penuh.
Penderita dapat ditolong dengan istirahat dan analegtika serta nasehat untuk jangan
sekali-kali mengangkat benda berat, terutama dalam sikap membungkuk. Anjuran untuk
segera kembali ke dokter bilamana terasa nyeri radikuler penting artinya. Dengan demikian ia
datang kembali dan “sakit pinggang” yang lebih jelas mengarah ke lesi diskogenik.
3.9 PROGNOSIS
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.
Sebagian kecil berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
Pada pasien yang dioperasi : 90% membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan
terjadinya kekambuhan adalah 5%
33
BAB IV
KESIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus yaitu keluarnya nukleus pulposus dari diskus melalui
robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau
mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan berupa
nyei pinggang.
Mendiagnosis HNP di tegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik pemeriksaan
radiologi. MRI merupakan pilihan dari berbagai pemeriksaan radiologi karena memiliki
spesitifitas dan sensitivitas yang tinggi. Tidak seperti pada pemeriksaan foto polos yang
hanya dapat melihat komponen tulang vertebre saja tetapi dari pemeriksaan foto polos dapat
mencurigai kearah HNP dapat dilakukan sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut seperti
myelografi, MRI.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta : PT Dian
Rakyat. 87-95. 1999
2. Sidharta, Priguna. Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum. Jakarta : PT
Dian Rakyat. 182-212.
3. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: Perdossi
4. Nuarta, Bagus. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid
kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59. 2004
5. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik Umum, edisi III, cetakan kelima.
Jakarta : PT Dian Rakyat. 203-205
6. Partono M. Mengenal Nyeri pinggang. http://mukipartono.com/mengenal-nyeri-
pinggang-hnp/ [diakses 7 Desember 2010]
7. Anonim. Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
http://kliniksehat.wordpress.com/2008/10/02/hernia-nukleus-pulposus-hnp/ [diakses 9
Desember 2010]
8. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang Bawah. In :
http://www.kalbe.co.id Sidharta, Priguna., 2004.
9. http://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=130 Mansjoer,
Arif, et all., 2007.
35