Gejala Klinis:5
1. Eyelid hematoma (hematoma kelopak mata)
Hematoma pada kelopak mata dapat timbul akibat cedera pada cedera kraniofasial atau
pada atap orbita. Kelainan ini dapat timbul unilateral atau bilateral dan juga berwarna
biru pada tahap awal. Pembengkakan dapat menganggu pembukaan kelopak mata.
Kelopak mata dibagi oleh septum orbita, yang memungkinkan lokalisasi cedera di
wilayah orbita. Cedera kraniofasial mengakibat terlihatnya hematoma ventral yang hanya
terdapat pada septum orbita, yang mana dapat dilihat segera setelah trauma. Cedera dari
basis cranii memperlihatkan hematoma pada dorsal dan ventral ke esptum orbita, karena
semakin panjang jarak kekelopak mata, hematoma ini dapat diamati segera setelah cedera
terjadi. Jika udara masuk ke apparatus kelopak mata dari hidung dan sinus paranasal
(misalnya pada cedera atap sinus ethmoid, yang meluas ke orbita roof), dapat
menyebabkan emfisema pada kelopak mata. Hal ini dapat didentifikasi dengan adanya
krepitasi.
2. Seiferth Sign
Seiferth sign adalah hematoma submucosal yang terlihat pada atap faring yang dapat
terjadi dengan fraktur yang melibatkan sinus sphenoid atau ethmoid posterior. Fleksibel
endoskopi digunakan untuk mengevaluasinya.
3. Gangguan Penciuman
Gangguan penciuman dapat disebabkan oleh cedera langsung (avulsi nervus olfaktori
pada plate cribriform) atau trauma tidak langsung pada nervus olfaktori. Berbagai metode
dapat digunakan untuk menguji kemampuan penciuman. Bau memiliki ambang deteksi
dan pengenalan bau. Disfungsi penciuman, hanya mempengaruhi saraf trigeminal dan
sensasi rasa yang dirasa. Bensin adalah salah satu contoh zat yang cocok untuk
melakukan uji sederhana kemampuan penciuman (tes uji kemampuan penciuman
subjektif). Sebuah kapas yang dicelupkan kedalam bensin diletakkan didepan satu lubang
hidung (dengan lubang hidung lainnyta ditutup). Jika penciuman pasien intak maka dia
dapat mencium bau bensin tersebut. Uji simulasi dengan menempatkan aroma murni
(misalnya peppermint atau kayu manis) dilidah. Jika pasien anosmia, ia akan mengalami
sensasi manis atau dingin. Jika pasien memiliki ageusia, maka ai akan mengakami sensasi
sejuk.
4. CSF Rhinorea
Kebocoran cairan serebrospinal dapat terjadi sebagai trauma cedera primer maupun
sekunder (beberapa minggu hingga bulan setelah trauma). Rinorea cairan serebrospinal
dapat terjadi hanya jika ada fistula cairan serebrospinal (terdapat hubungan antara ruang
intrakranial dan ruang udara di tulang wajah). Kebocoran cairan serebrospinal dapat
didiagnosis dengan menggunakan endoskopi, tes imunologi, contras radiografi atau
dengan metode dye.
5. CSF otore
CSF otore disebabkan oleh hancurnya pertahanan yang memisahkan telinga tengah
dengan CSF diotak. Ketika itu terjadi maka CSF akan keluar dari telinga. CSF otore yang
terjadi setelah trauma seringkali akan berhenti dengan spontan dalam 1-2 minggu. Jika
tidak maka diperlukan tindakan operasi.
6. Pneumocephalus
Pneumochepalus yaitu adanya udara diintrakranial. Penigkatan tekanan dihidung dan
sinus paranasal meyebabkan udara bocor melalui defect pada basis cranii yang akan
mengakibatkan adanya udara di epidural,subdural/subarachnoid maupun intracerebral.
7. Meningitis
Meningitis terjadi dalam hitungan jam atau hari setelah cedera. Hal ini disebabkan oleh
infeksi keventrikel. Tanda-tanda khas dari meningitis adalah mengantuk, leher kaku,
kernig atau lasgue sign positif.