Anda di halaman 1dari 5

2.3.

1 Fraktur Basis Cranii


Fraktur basis cranii, biasanya disebabkan oleh trauma gaya tumpul yang substansial,
melibatkan setidaknya satu tulang yang menyusun dasar tengkorak. Fraktur basis cranii
paling sering melibatkan tulang temporal, dan dapat melibatkan oksipital, sphenoid, ethmoid
dan lantai orbital tulang frontal.1
Fraktur basis cranii terjadi pada 3,5 - 24% dari cedera kepala dan sering berhubungan dengan
cedera otak (pada 50% kasus). 70% dari fraktur dasar tengkorak terjadi di fossa anterior,
20% di fossa media dan 5% di fossa midposterior.2

Gambar 1. Basis cranii

Lokasi fraktur merupakan prediksi cedera terkait:3


 Fraktur temporal, yang paling umum terjadi, berhubungan dengan cedera karotis,
cedera saraf kranial VII atau VIII, dan kebocoran cairan serebrospinal mastoid.
 Fraktur basis cranii anterior berhubungan dengan cedera orbital, kebocoran cairan
serebrospinal hidung, dan cedera pada saraf kranial I.
 Fraktur basis cranii media berhubungan dengan cedera saraf kranial III, IV, V atau VI
dan cedera karotis.
 Fraktur berbasis cranii posterior berhubungan dengan cedera vertebra cervical, cedera
arteri vertebralis, dan cedera pada saraf kranial bawah. Cedera ini sangat serius dan
seringkali pasien mengalami hemiplegia atau paraplegia.
Sebagian besar fraktur basis cranii disebabkan oleh trauma tumpul berkecepatan tinggi
seperti tabrakan kendaraan bermotor, kecelakaan sepeda motor, dan cedera pejalan kaki.
Jatuh dan penyerangan juga merupakan penyebab penting. Luka tembus seperti luka tembak
merupakan penyebab dari 10% kasus fraktur basis cranii.4
Trauma tumpul kranial dapat merupakan hasil dari kekerasan antarpribadi (misalnya,
penyerangan), kecelakaan (misalnya, dampak kecelakaan lalu lintas), atau bunuh diri karena
melompat dari tempat tinggi.5

2.5.1 Manifestasi Klinis dan Komplikasi Fraktur Basis Cranii

Manifestasi Klinis Fraktur Basis Cranii


Cedera pada basis cranii dapat dibedakan menjadi burst fracture dan bending
fracture
 Fraktur bending disebabkan trauma langsungdan tepat kearah tengkorak. Yang akan
menghasilkan depresi tulang pada sisi yang terkena impact dengan ciri fraktur kominutif
atau perforasi.
 Fraktur burst disebabkan oleh benda yang permukaannya luas dan trauma tidak langsung
ke tulang tengkorak. Kekuatan yang dihasilkan diteransmisikan dan di daerah yang
tulangnya tipis, karena ealstisitas yang minimal menyebabkan kerusakan.

Gejala Klinis:5
1. Eyelid hematoma (hematoma kelopak mata)
Hematoma pada kelopak mata dapat timbul akibat cedera pada cedera kraniofasial atau
pada atap orbita. Kelainan ini dapat timbul unilateral atau bilateral dan juga berwarna
biru pada tahap awal. Pembengkakan dapat menganggu pembukaan kelopak mata.
Kelopak mata dibagi oleh septum orbita, yang memungkinkan lokalisasi cedera di
wilayah orbita. Cedera kraniofasial mengakibat terlihatnya hematoma ventral yang hanya
terdapat pada septum orbita, yang mana dapat dilihat segera setelah trauma. Cedera dari
basis cranii memperlihatkan hematoma pada dorsal dan ventral ke esptum orbita, karena
semakin panjang jarak kekelopak mata, hematoma ini dapat diamati segera setelah cedera
terjadi. Jika udara masuk ke apparatus kelopak mata dari hidung dan sinus paranasal
(misalnya pada cedera atap sinus ethmoid, yang meluas ke orbita roof), dapat
menyebabkan emfisema pada kelopak mata. Hal ini dapat didentifikasi dengan adanya
krepitasi.

2. Seiferth Sign
Seiferth sign adalah hematoma submucosal yang terlihat pada atap faring yang dapat
terjadi dengan fraktur yang melibatkan sinus sphenoid atau ethmoid posterior. Fleksibel
endoskopi digunakan untuk mengevaluasinya.

3. Gangguan Penciuman
Gangguan penciuman dapat disebabkan oleh cedera langsung (avulsi nervus olfaktori
pada plate cribriform) atau trauma tidak langsung pada nervus olfaktori. Berbagai metode
dapat digunakan untuk menguji kemampuan penciuman. Bau memiliki ambang deteksi
dan pengenalan bau. Disfungsi penciuman, hanya mempengaruhi saraf trigeminal dan
sensasi rasa yang dirasa. Bensin adalah salah satu contoh zat yang cocok untuk
melakukan uji sederhana kemampuan penciuman (tes uji kemampuan penciuman
subjektif). Sebuah kapas yang dicelupkan kedalam bensin diletakkan didepan satu lubang
hidung (dengan lubang hidung lainnyta ditutup). Jika penciuman pasien intak maka dia
dapat mencium bau bensin tersebut. Uji simulasi dengan menempatkan aroma murni
(misalnya peppermint atau kayu manis) dilidah. Jika pasien anosmia, ia akan mengalami
sensasi manis atau dingin. Jika pasien memiliki ageusia, maka ai akan mengakami sensasi
sejuk.

4. CSF Rhinorea
Kebocoran cairan serebrospinal dapat terjadi sebagai trauma cedera primer maupun
sekunder (beberapa minggu hingga bulan setelah trauma). Rinorea cairan serebrospinal
dapat terjadi hanya jika ada fistula cairan serebrospinal (terdapat hubungan antara ruang
intrakranial dan ruang udara di tulang wajah). Kebocoran cairan serebrospinal dapat
didiagnosis dengan menggunakan endoskopi, tes imunologi, contras radiografi atau
dengan metode dye.

5. CSF otore
CSF otore disebabkan oleh hancurnya pertahanan yang memisahkan telinga tengah
dengan CSF diotak. Ketika itu terjadi maka CSF akan keluar dari telinga. CSF otore yang
terjadi setelah trauma seringkali akan berhenti dengan spontan dalam 1-2 minggu. Jika
tidak maka diperlukan tindakan operasi.

6. Pneumocephalus
Pneumochepalus yaitu adanya udara diintrakranial. Penigkatan tekanan dihidung dan
sinus paranasal meyebabkan udara bocor melalui defect pada basis cranii yang akan
mengakibatkan adanya udara di epidural,subdural/subarachnoid maupun intracerebral.

7. Meningitis
Meningitis terjadi dalam hitungan jam atau hari setelah cedera. Hal ini disebabkan oleh
infeksi keventrikel. Tanda-tanda khas dari meningitis adalah mengantuk, leher kaku,
kernig atau lasgue sign positif.

Komplikasi Fraktur Basis Cranii


 Kebocoran CSF
Sebagian besar kebocoran CSF menyelesaikan secara spontan dalam 5-10 hari tetapi
beberapa dapat bertahan selama berbulan-bulan.
 Meningitis
Meningitis dapat terjadi pada kurang dari 5% pasien tetapi risiko meningkat dengan durasi
kebocoran CSF.
 Kelumpuhan saraf kranial
Defisit saraf kranial melibatkan hilangnya bau dan kelumpuhan wajah.
 Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran konduktif biasanya hilang dalam 7-21 hari.
 Trombosis sinus kavernosa
 Vertigo
 Perdarahan intrakranial
 Kematian3
1. Solai C, Domingues C, Nogueira L, de Sousa R. Clinical Signs of Basilar Skull Fracture
and Their Predictive Value in Diagnosis of This Injury. Trauma Nurs. 2018;25:301–6.
2. Fusetti S, Hammer B, Kellman R, Matula C, Strong E. Skull Base Fracture [Internet].
Available from: www2.aofoundation.org
3. Simon L V., Newton EJ. Basilar Skull Fracture. 2019; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470175/
4. H W, Zhou, Liu J, Ou L, Han J, Xiang L. Traumatic Skull Fractures in Children and
Adolescents: A Retrospective Observational Study. Injury. 2018;49(2):219–25.
5. DiMaio V, Dana S. Handbook of Forensic Pathology. 2014.

Anda mungkin juga menyukai