Anda di halaman 1dari 66

PROPOSAL MAGANG

PT. PJB Services(Pembangkit Jawa Bali)

BAB I
Pendahuluan

1.1 PENDAHULUAN
Dikehidupan sehari-hari kita tahu bahwa listrik merupakan suatu
kebutuhan pokok dari setiap manusia bahkan untuk seluruh dunia. Untuk
mendapatkan listrik juga tidak mudah karena membutuhkan proses proses
yang rumit di mulai dari siklus siklus yang ada.
Konsumsi energi final di Indonesia pada periode 2000-2012
meningkat rata-rata sebesar 2,9% per tahun. Disamping subsidi BBM,
pemerintah juga masih mensubsidi sebagian harga listrik untuk keperluan
tertentu. Realisasi subsidi listrik pada tahun 2013 mencapai 100 triliun
Rupiah. Selama beberapa tahun terakhir ini subsidi energi (BBM dan listrik)
terus meningkat. Pada tahun 2011 subsidi energi sebesar 195,3 triliun
Rupiah dan meningkat menjadi 268 triliun Rupiah pada tahun 2013.
Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan
dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu,
prakiraan kebutuhan listrik jangka panjang di Indonesia sangat diperlukan
agar dapat menggambarkan kondisi kelistrikan saat ini dan masa datang.
Dengan diketahuinya perkiraan kebutuhan listrik jangka panjang antara
tahun 2003 hingga tahun 2020 akan dapat ditentukan jenis dan perkiraan
kapasitas pembangkit listrik yang dibutuhkan di Indonesia selama kurun
waktu tersebut.
Jenis dan kapasitas pembangkit listrik dapat mempengaruhi
besarnya listrik yang diproduksi baik pada waktu siang maupun malam.
Faktor yang berpengaruh terhadap produksi listrik per jenis pembangkit
adalah faktor kapasitas pembebanan baik sebagai beban dasar maupun
beban puncak, karakteristik pembebanannya sendiri termasuk daya
mampu, dan waktu operasi unit pembangkit listrik. Waktu operasi adalah
jam operasi maksimum dalam 1 tahun dikurangi dengan penghentian
terjadwal dan perkiraan penghentian tak terjadwal.
Faktor tersebut dapat menyebabkan total produksi listrik per jenis
pembangkit listrik pada waktu siang dan malam hari berbeda. Besarnya
produksi listrik selama kurun waktu yang telah ditentukan dapat memberi
gambaran besarnya pasokan listrik dalam pemenuhan kebutuhan listrik
nasional. Walaupun demikian tidak semua kebutuhan listrik dapat dipenuhi,
oleh karena itu masih ada kebutuhan listrik yang tertahan dan tidak dapat
dipenuhi (subpressed demand) oleh pembangkit listrik PLN.
Pada Gambar 1.1 di ketahui pemakaian listrik dalam sepekan dalam
waktu siang dan malam hari. Di lihat bahwa pada siang hari pada waktu
kerja pemakaian listrik mencapai puncak tertinggi sehingga pemakaian
sangat banyak.

Gambar 1.1 Presentasi Pemakaian listrikdi Indonesia pada tahun


2005
Kebutuhan listrik inipun tentunya akan selalu bertambah oleh karena
perkembangan zaman yang berbanding lurus dengan kebutuhan listrik.
Oleh sebab itu diperlukan pembangkit – pembangkit listrik yang tidak hanya
menghasilkan daya yang besar akan tetapi juga mempunyai efisiensi yang
tinggi agar pengeluaran yang dihasilkan tidak terlalu besar pada sector
maintenance dari pembangkit tersebut
PLTU merupakan pembangkit listrik dimana energy listrik dihasilkan
oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan tekanan
uap hasil dari penguapan air yang dipanaskan oleh bahan bakar di dalam
ruang bakar (boiler). Salah satu jenis PLTU adalah PLTU berbahan bakar
batubara. PLTU berbahan bakar batubara sangat fital penggunaannya di
Indonesia maupun di dunia. PLTU batubara merupakan sumber utama
energi di dunia. Dimana 60 % pasokan listrik dunia masih bertumpu pada
PLTU berbahan bakar batubara. PLTU merupakan suatu sistem yang saling
terkait antara satu komponen dengan komponen lainnya.
Salah satu permasalahan yang terjadi pada system pembangkit
listrik tenaga uap adalah kapasitas water treatment atau system, pengisi
dan penambah air.
Air sendiri pada system PLTU merupakan fluida kerja yang nantinya
akan dirubah menjadi uap, baik uap jenuh atau uap superpanas. Air baku
yang digunakan sebagai fluida kerja adalah air laut yang telah dihilangkan
kadar garam di Desalination Plant. Hasil dari Desalination Plant disebut
Raw Water, Raw Water kemudian diolah di Demineralization Plant untuk
dihilangkan ion-ion kontaminan. Hasil penghilangan ion-ion kontaminan
pada Raw Water yang diproses di Demineralization Plant kemudian disebut
Demin Water. Demin Water yang telah memenuhi syarat sesuai spesifikasi
yang telah ditentukan kemudian digunakan dan disebut sebagai air
penambah atau fluida kerja pada system PLTU. Air penambah ini kemudian
ditampung di dalam make up water tank sebagai cadangan air yang siap
menambah kekurangan air pada sistem air pengisi.
Desalination plant adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk
mengolah air laut menjadi air tawar (Destilate). Prinsip kerja Desalination
Plant adalah menghilangkan garam-garam air laut sehingga diperoleh air
murni. Proses Desalination yang umum adalah dengan cara menguapkan
air laut (Evaporation). Bila air laut diuapkan, garam-garamnya akan
tertinggal sedang yang menguap hanyalah air saja. Uap dari air laut inilah
yang kemudian dikondensasikan sehingga diperoleh air tawar (Distilate).
System pengisian yang dilakukan sendiri pun punya berbagai
macam metode. Metode yang paling banyak dipakai dapat dikerucutkan
menjadi 3 jenis. Metode tesebut adalah :
 Multi Stage Flash
 Multi Effect Desalination
 Reverse Osmosis
Proposal kali ini akan membahas lebih rinci mengenai permasalahan
pada komponen system air awal atau desalination dan metode – metode
pengisian tersebut.

1.2 LATAR BELAKANG


Magang merupakan salah satu kurikulum wajib yang harus ditempuh
oleh mahasiswa S-1 Teknik Mesin - Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS) Surabaya. Selain itu kegiatan tersebut diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang hal - hal yang terjadi di dunia industri.
Pemahaman tentang permasalahan di dunia industri akan banyak
diharapkan dapat menunjang pengetahuan secara teoritis yang didapat dari
materi perkuliahan, sehingga mahasiswa dapat menjadi salah satu sumber
daya manusia yang siap menghadapi tantangan era globalisasi.
Dengan syarat kelulusan yang ditetapkan, mata kuliah Magang telah
menjadi salah satu pendorong utama bagi tiap-tiap mahasiswa untuk
mengenal kondisi di lapangan kerja dan untuk melihat keselarasan antara
ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah dengan aplikasi praktis
di dunia kerja.

1.3 TUJUAN
Tujuan pelaksanaan Magang :
1.3.1 Umum
1. Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara
dunia perguruan tinggi dan dunia kerja sebagai pengguna outputnya.
2. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi dunia usaha dalam
memberikan kontribusinya pada sistem pendidikan nasional.
3. Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami
aplikasi ilmunya di dunia industri pada umumnya serta mampu
menyerap dan berasosiasi dengan dunia kerja secara utuh.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja di dunia
industri sekaligus mampu mengadakan pendekatan masalah secara
utuh.
5. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif yang lebih
berwawasan bagi mahasiswa.

1.3.2 Khusus
1. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (sks) yang harus
ditempuh sebagai persyaratan akademis di Jurusan Teknik Mesin FTI -
ITS.
2. Mengenal lebih jauh tentang teknologi yang sesuai dengan bidang
engineering yang dipelajari di Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS.
3. Mempelajari secara khusus tentang menejemen pemasran produksi
serta teknologi maintenance yang berhubungan dengan bidang
Konversi Energi di PT. PJB Services (Pembangkit Jawa Bali).
4. Mengidentifikasi dan menganalisis beberapa permasalahan yang
berkaitan dengan engineering khususnya terutama pada sistem
maintenance dan pemasaran seperti yang telah disebutkan pada poin
3.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah pada laporan magang/kerja praktek ini adalah :
1. Data hanya dapat di ambil berasal dari HMI Water Treatment

Plant(WTP).

2. Flow indikator dan pressure indikator aktual lokal/lapangan berbeda

dengan data pada HMI WTP

1.5 PESERTA
Peserta dalam Magang ini adalah mahasiswa Jurusan Teknik Mesin
(Mechanical Engineering), Fakultas Teknologi Industri (FTI), Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, yaitu :
Nama : Doni Muharom
NRP : 2112 100 072
BAB II
DASAR TEORI

Gambar 2.1 Siklus PLTU


2.1 Siklus PLTU

Siklus fluida kerja PLTU merupakan siklus tertutup, yaitu


menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang. Siklus fluida kerja
PLTU dijelaskan pada penjelasan berikut ini. Pertama air diisikan ke boiler
hingga mengisi seluruh luas permukaan pemindah panas. Didalam boiler
air ini dipanaskan dengan gas panas hasil pembakaran bahan bakar
dengan udara sehingga berubah menjadi uap. Uap hasil produksi boiler
masih berupa uap jenuh, kemudian dipanaskan lagi menggunakan
superheater sehingga menjadi uap kering yang kemudian dengan
tekanan dan temperatur tertentu diarahkan untuk melakukan kerja di turbin
sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran.

Uap bekas keluar turbin masuk ke Kondensor untuk didinginkan


dengan air pendingin berupa air laut yang di pompa menggunakan pompa
CWP (Circulation Water Pump) agar berubah menjadi air melalui proses
kondensasi. Air kondensat ini kemudian dipanaskan lagi secara bertahap
menggunakan Heater/pemanas menggunakan uap ekstraksi melalu LPH1,
LPH2, Daerator, HPH4 dan HPH5. Air demin tersebut digunakan lagi
sebagai air pengisi boiler. Demikian siklus ini berlangsung terus menerus
dan berulang-ulang. Gambar 1 menunjukkan diagram siklus tertutup fluida
kerja PLTU.
Putaran turbin digunakan untuk memutar generator yang dikopel
langsung dengan turbin sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energi
listrik dari terminal output generator. Sebelum berputar secara
penuh/3000rpm, 8 jam sebelumnya generator di putar menggunakan
turning gear dengan kecepatan 3 rpm selama 8 jam. Yang berguna untuk
menjaga poros agar tidak terjadi kelendutan.

Sekalipun siklus fluida kerjanya merupakan siklus tertutup, namun


jumlah air dalam siklus akan mengalami pengurangan. Pengurangan air ini
disebabkan oleh kebocoran baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Untuk mengganti air yang hilang, maka perlu ditambahkan
air kedalam siklus. Kriteria air penambah ini harus sama dengan air yang
ada dalam siklus.

2.2 Komponen Utama PLTU Air Anyir Bangka

Komponen utama pada PLTU mempunyai peranan yang penting


dalam berlangsungnya proses produksi listrik. Secara garis besar dapat
dikatakan komponen - komponen inilah yang mengubah air laut menjadi
energi listrik. Boiler mengubah air menjadi fluida kerja yaitu uap bertekanan
tinggi. Turbin mengubah uap bertekanan tinggi menjadi energi kinetik untuk
menggerakkan poros turbin. Generator yang mempunyai sumbu poros
sama dengan turbin akan akan mengubah energi kinetik menjadi energi
listrik.
2.2.1. Boiler

Gambar 2.2 konstruksi boiler

Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi
untuk mengubah air menjadi uap. Boiler terdiri dari pipa - pipa dimana pipa
- pipa tersebut berisi air. Pada bagian dasar terdapat furnace yang berfungsi
untuk melakukan pembakaran guna menghasilkan panas. Panas ini akan
digunakan untuk menguapkan air yang berada di pipa - pipa tersebut dan
uap ini akan menggerakkan turbin. Uap yang dihasilkan boiler adalah uap
superheat dengan tekanan dan temperatur yang tinggi. Panas berasal dari
pembakaran udara panas dan bahan bakar. Dalam pengoperasiannya,
boiler ditunjang oleh beberapa peralatan seperti ruang bakar, dinding pipa,
burner, dan cerobong.

2.2.2. Turbin Uap


Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang
terkandung dalam uap menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran. Uap
dengan tekanan dan temperatur yang tinggi mengalir melalui nozzle
sehingga kecepatannya naik dan mengarah dengan tepat untuk mendorong
sudu - sudu turbin yang dipasang pada poros. Akibatnya poros turbin
bergerak menghasilkan putaran (energi mekanaik).
Uap yang masuk ke dalam turbin atau uap yang digunakan untuk
memutar sudu turbin tergantung dari besar daya yang akan dihasilkan. Jika
diinginkan daya yang dihasilkan besar maka akan dibutuhkan suplai uap
dalam jumlah banyak, begitu juga sebaliknya jika daya yang dihasilkan kecil
maka suplai uap juga sedikit. Pengaturan suplai uap ini dilakukan oleh
control valve yang diatur melalui central control room (CCR). Dalam hal ini
besar daya maksimum yang mampu disuplai oleh PLTU UP Gresik unit 3-4
sebesar 2x30 MW.
Spesifikasi umum turbin yang digunakan pada PLTU unit 3-4 adalah
tandem compound reheat turbine, two cylinders, double flow exhaust,
impulse type, merk Toshiba. Dengan kapasitas 2x30 MW pada putaran
3000 rpm, tekanan uap 169 kg/cm2, temperature uap yang masuk 538 oC
dan tekanan ruang 66 mmHg.

Gambar 2.2 konstruksi turbin


Fluida kerja pada turbin ini adalah uap kering dari boiler. Uap kering
dari final superheater akan menuju ke high pressure turbin. Dengan
mekanisme sedemikian rupa uap kering ini akan mampu menggerakkan
high pressure turbin. Perlu diingat, bahwa sudu turbin ada 2 macam yaitu
sudu pengarah (stator) untuk mengarahkan laju uap diturbin dan sudu gerak
(rotor) yang akan bergerak saat “ditabrak” uap kering. Kemudian uap hasil
ekspansi dari high pressure turbin akan dibawa menuju ke reheater untuk
dipanaskan ulang sehingga mempunyai tekanan yang besar lagi. Setelah
dari reheater uap kering ini kemudian disalurkan menuju ke intermediate
pressure turbin. Turbin ini akan bergerak sehingga akan menambah gaya
mekanis pada poros turbin sehingga putaran poros turbin meningkat.
Uap hasil ekspansi intermediate pressure turbin dibawa menuju ke
low pressure turbin. Dengan demikian putaran poros turbin akan semakin
meningkat. Karena poros turbin satu sumbu dengan poros generator
(terkopel) maka generator juga akan ikut berputar. Uap yang telah
melakukan kerja di turbin, tekanan dan temperaturnya akan mengalami
penurunan hingga kondisi uap basah. Uap keluar turbin ini kemudian
dialirkan ke kondensor.
Turbin uap merupakan komponen PLTU yang penting dan mahal,
oleh karena itu turbin dilengkapi dengan peralatan proteksi (turbin protective
device) yang berfungsi untuk mengamankan turbin dari kemungkinan
terjadinya kerusakan fatal. Peralatan proteksi turbin akan bekerja bila salah
satu sirkit pengaman energize. Kerja sistem proteksi turbin adalah menutup
(trip) main stop valve (MSV) turbin yang merupakan katup isolasi uap
masuk. Sistem proteksi akan mentrip turbin apabila salah satu dari hal - hal
berikut ini terjadi :
- Putaran lebih (overspeed)
- Tekanan pelumas bantalan rendah (low bearing oil press)
- Keausan bantalan aksial tinggi (high trust wear)
- Vakum kondensor rendah ( low vaccum condenser)
- Tombol trip turbin ditekan (emergency condition)

2.2.3. Generator
Tujuan utama dari kegiatan di PLTU adalah menghasilkan energi
listrik. Produksi energi listrik merupakan target dari proses konversi energi
di PLTU. Generator merupakan salah satu komponen utama yang
mengubah energi kinetik menjadi energi listrik. Generator yang dikopel
langsung dengan turbin akan menghasilkan tegangan listrik kerika turbin
berputar. Daya yang dihasilkan generator pada PLTU unit 1 dan 2 rata -
rata sebesar 30 MW.

Gambar 2.3 konstruksi generator

Proses konversi energi di dalam generator adalah dengan memutar


medan magnet di dalam kumparan. Rotor generator sebagai medan
magnet menginduksi kumparan yang dipasang pada stator sehingga timbul
tegangan diantar kedua ujung kumparan generator. Untuk membuat rotor
agar menjadi medan magnet, maka dialirkan arus DC ke kumparan rotor.
Sistem pemberian arus DC kepada rotor agar menjadi magnet ini disebut
eksitasi.
Eksitasi adalah sistem mengalirkan pasokan listrik DC untuk penguat
medan rotor alternator. Dengan mengalirnya arus DC ke kumparan rotor,
maka rotor menjadi magnet dengan jumlah kutub sesuai jumlah
kumparannya. Alat untuk membangkitkan arus eksitasi disebut eksiter.
Untuk mengalirkan arus listrik ke rotor dapat dilakukan dengan slipring dan
sikat arang (brush) atau membuat eksiter denga kumparan berputar. Pada
PLTU unit 1 - 2 ini menggunakan sikat arang (brush) yang terbuat dari
karbon.
Sistem pendingin generator diperlukan untuk menyerap panas yang
timbul didalam generator sehingga mencegah terjadinya panas lebih yang
dapat merusak isolasi. Panas didalam generator merupakan kerugian yang
akan menurunkan efisiensi generator. Kerugian terjadinya akibat dari :
- Arus yang mengalir didalam pengahantar.
- Inti besi yang menjadi magnet dan medan magnet yang berubah -
ubah.
- Gesekan angin antara rotor dengan media pendingin.
Untuk menyerap dan membuang panas (disipasi) yang timbul didalam
generator yang sedang beroperasi dapat digunakan beberapa macam
media pedingin. Media pendingin generator dapat menggunakan udara, gas
hydrogen atau air (water). Pada PLTU Air Anyir Bangka unit 1 - 2
menggunakan pendingin hidrogen. Keuntungan penggunaan hidrogen
sebagai generator disbanding dengan udara :
a. Kerapatan rendah (1/4 udara)
b. Daya hantar panas tinggi (7 kali udara)
c. Koefisien perpindahan panasnya tinggi
d. Tidak menimbulkan korosi asam
e. Resiko kebakaran rendah
f. Biaya pemeliharaan generator rendah

2.2 Komponen Pendukung PLTU unit 1 - 2


Unit PLTU memerlukan beberapa alat bantu yang menunjang
kelangsungan operasinya. Alat bantu penunjang merupakan unit atau
instalasi tersendiri yang berfungsi membantu memasok kebutuhan operasi
PLTU. Beberapa contoh kebutuhan PLTU yaitu pasokan air untuk
pendinginan, pasokan air untuk diuapkan, pasokan oli pendingin, pasokan
udara pembakaran dan pasokan bahan bakar. unit penunjang tersebut
antara lain :

2.2.1 Reverse Osmosis Desalination Plant


Fungsi Reverse Osmosis adalah suatu metode pemurnian melalui
membran semi permeable di mana suatu tekanan tinggi (50-60 PSI)
diberikan melampaui tarikan osmosis sehingga akan memaksa air melewati
proses osmosis terbalik dari bagian yang memiliki kepekatan tinggi ke
bagian dengan kepekatan rendah. Selama proses ini terjadi, kotoran dan
bahan yang berbahaya akan dibuang sebagai air tercemar. Molekul air dan
bahan mikro yang lebih kecil dari pori-pori R.O. akan melewati pori-pori
membran dan hasilnya adalah air yang murni. RO menggunakan tekanan
untuk mendorong larutan pekat melewati membran RO menuju ke larutan
yang encer, RO digunakan untuk memisahkan elemen cairan dengan
material yang terlarut didalamnya.

2.2.2 Demineralized Plant


Demineralized atau biasa disebut demin berfungsi untuk mengolah
air tawar dari desal plant menjadi air demin (air murni yang tidak
mengandung mineral). Proses penghilangan mineral dilakukan dengan
cara melarutkan zat kimia dengan menggunakan saringan catton dan
saringan anion serta saringan campuran.

2.2.3 Chlorination Plant


Chloronation plant berfungsi untuk memproduksi sodium
hypochlorite dari air laut secara electrolisa. Proses produksi chlorine adalah
dengan mengalirkan air laut kedalam electro cell yang diberi tegangan DC
sehingga menghasilkan sodium hypoclorite dan gas hidrogen. Sodium
hypochlorite yang dihasilkan oleh electro cell dialirkan kedalam storage
tank. Fungsi sodium hypochlorite adalah mengontrol mikroorganisme yang
ada dalam sistem air pendingin.

2.2.3 Sea Water Feed Pump


Instalasi ini berfungsi untuk memompa air laut untuk kemudian
disalurkan kedalam desalination plant. Pada sea water feed pump terdapat
2 jenis saringan yaitu screen bar dan travelling bar. Screen bar merupakan
saringan pertama untuk menyaring kotoran besar. Sedangkan travelling bar
merupakan saringan halus yang berfungsi untuk menyaring benda - benda
yang lolos dari bar screen.

2.2.5 Demin Water Tank

Gambar 2.5 Demin Water Tank


Merupakan tangki berfungsi untuk menampung air hasil dari proses
desalinasi. Kondisi air yang berada didalam tangki ini merupakan air tawar.

2.2.6 Make Up Water Tank


Merupakan tangki air yang berfungsi untuk menampung air hasil dari
proses demineralisasi. Kondisi air pada tangki ini sudah benar - benar air
murni untuk proses penguapan.

2.2.7 Kondensor
Merupakan peralatan untuk mengubah uap menjadi air. Proses
perubahannya dilakukan dengan cara mengalirkan uap kedalam suatu
ruangan yang berisi pipa - pipa. Uap mengalir diluar pipa - pipa sedangkan
air sebagai pendingin mengalir melalui bagian dalam pipa. Kebutuhan air
untuk pendingin didalam kondensor sangat besar sehingga dalam
perencanaan biasanya sudah diperhitungkan. Air pendingin diambil dari
sumber yang cukup tersedia banyak air seperti danau atau laut.

Gambar 2.6 Konstruksi kondensor


Faktor - faktor yang mempengaruhi perpindahan panas pada
kondensor diantaranya yaitu : - jumlah aliran air pendingin
- kebersihan pipa saluran air pendingin
- temperatur air pendingin
Perpindahan panas akan mempengaruhi kinerja kondensor. Gangguan dari
salah satu faktor diatas akan menyebabkan penurunan tekanan vakum
kondensor. Penurunan vakum kondensor atau naiknya tekanan balik akan
berpengaruh pada kemampuan kerja turbin.
2.2.8 Low Pressure Heater
Instalasi ini berfungsi untuk melakukan pemanasan awal pada air
yang akan digunakan sebagai fluida kerja. Pada PLTU unit 3 - 4 terdapat 4
buah Low Pressure Heater . Panas yang diperoleh pada instalasi ini berasal
dari uap panas hasil ekstraksi turbin - turbin.

Gambar 2.7. Low Pressure Heater

2.2.9 Deaerator

Gambar 2.8 Konstruksi deaerator


Instalasi ini berfungsi untuk menhilangkan kandungan oksigen yang
terdapat pada air kondensat hasil proses low pressure turbin. Didalam
deaerator, air kondensat dihilangkan kandungan oksigen (udara) dengan
cara semburan uap yang juga sekaligus memanaskan air tersebut. Lokasi
deaerator yang berada diatas memudahkan dalam proses deaerasi dan
airnnya kemudian ditampung didalam tangki deaerator (air pengisi).
2.2.10 High Pressure Heater

Gambar 2.9. High Pressure Heater

Hampir sama dengan high pressure heater, instalasi ini berfungsi


untuk melakukan pemanasan awal air kondensat sebelum memasuki boiler.
Yang membedakan keduanya adalah tekanan dan temperatur outlet dari
high pressure heater lebih tinggi dari pada low pressure heater.

2.2.11 Boiler Feed Pump ( BFP )


Instalasi ini berfungsi untuk memompakan air kondensat dari
dearator menuju proses high pressure heater.

Gambar 2.10. Boiler Feed Pump (BFP)


2.2.12 Condensat Pump

Gambar 2.11. Condensat pump


Instalasi ini berfungsi untuk memompa air dari kondensor ke low
pressure heater 2 sampai 4 dan menuju ke daerator. Condensat Pump yang
digunakan sebanyak 2 unit dengan kapasitas masing masing 40 ton/jam
dengan total heat 205 m. Eficiency sebesar 79% dan daya motor 340 kW
serta tegangan 4 kV.
2.2.14 Induct Draft Fan (FDF)

Gambar 2.12. Indus Draft Fan ( FDF )


Instalasi ini berfungsi untuk memasok udara luar kedalam boiler.
Selanjutnya udara ini akan digunakan untuk melakukan proses pembakaran
bersamaan dengan bahan bakar. Sebelum masuk ke dalam boiler udara ini
akan dilakukan pemasan awal. Panas ini berasal dari gas buang
pembakaran boiler yang akan dibuang melalui stack sehingga saat
memasuki boiler udara ini akan mudah melakukan pembakaran.
2.2.14 Gas Injection Fan ( GIF )
Instalasi ini berfungsi sebagai kipas pendorong udara dari bahan
bakar yang akan masuk ke dalam ruang bakar. Aliran gas yang diinjeksikan
dapat dikontrol secara otomatis dengan memakai Fan Inled Damper (FID).
2.2.15 Circulating Water Pump ( CWP )
Instalasi ini berfungsi untuk memompa air laut ke kondensor sebagai
air pendingin. CWP yang digunakan sebanyak 2 unit dengan kapasitas
masing masing 11700 mm3/jam dan total heat 9,5 m, daya motor 400 kW
dengan tegangan 4 kV.
2.2.16 Cooling Water Pump
Instalasi ini berfungsi untuk memompakan air pendingin menuju ke
instalasi - instalasi yang membutuhkan media pendinginan berupa air.
Contoh peralatan yang memanfaatkan air sebagai media pendingin yaitu
kondensor, cooling water heat exchanger, sistem pendinginan hidrogen dan
sistem pendinginan oli.
2.2.17 Vaccum Pump
Instalasi ini berfungsi untuk mengeluarkan udara yang berada dalam
water box kondensor, sehingga menyempurnakan sistem pendinginnya.
Selain itu juga digunakan pada sistem eksitasi generator. Sistem eksitasi
generator harus berada pada kondisi vakum untuk mencegah masuknya
geram - geram ke dalam generator. Geram - geram ini dihasilkan oleh
gesekan eksitasi yang menggunakan brush.

2.2.18 Make Up Water Transfer Pump


Instalasi ini berfungsi untuk menyalurkan air dari demineralized plant
menuju ke make water tank.

2.2.19 Water Treatment Supply Pump


Water Treatment Supply Pump berfungsi untuk memompa air tawar
dari raw water tank ke water treatment equipment untuk diolah lagi.
2.2.20 Water Intake
Instalasi ini berfungsi untuk menyalurkan air menuju kesistem yang
membutuhkan media air untuk keperluan proses. Contohnya kondensor
untuk melakukan pendinginan pada uap keluaran low pressure turbin.
2.3 SISTEM AIR KONDENSAT

Gambar 2.13 Sistem Utama Sistem Kondensat


Sistem air kondensat adalah sumber pasokan utama untuk sistem
air pengisi. Ruang lingkup sistem air kondensat adalah mulai dari hotwell
sampai ke Dearator. Air kondensat berasal dari proses kondensasi uap
bekas didalam kondensor. Di dalam sistem air kondensat, air mengalami 3
proses utama yaitu mengalami pemanasan, pemurniandan deaerasi.

Gambar 2.14 Pompa Ekstrasi Kondensat


2.3.1 Pemanasan
Pada saat melintasi sistem air kondensat, air mengalami pemanasan
pada berbagai komponen antara lain di gland steam condensor dan
dibeberapa pemanas awal air pengisi tekanan rendah/ LPH (Low Pressure
Heater). Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi siklus serta menghemat
pemakaian bahan bakar. Bila air kondensat tidak dipanaskan, berarti
membutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk menaikkan temperatur air
didalam ketel/Boiler.
Selain itu, air kondensat juga mengalami proses pemurnian untuk
mengurangi pencemar-pencemar padat dan cair yang terkandung dalam air
kondensat.

2.3.2 Pemurnian
Pemurnian air yang dilakukan didalam sistem air kondensat
termasuk sistem pemurnian didalam siklus (Internal Treatment),
pemurnian dilakukan dengan cara mengalirkan air kondensat melintasi
penukar ion (Condensate Polishing ) dan injeksi kimia, agarpencemar yang
dapat mengakibatkan deposit maupun korosi pada komponen-komponen
ketel dapat dihilangkan sehingga kualitas air kondensat menjadi lebih baik.
Terjadinya deposit di ketel yang disebabkan oleh kualitas air yang buruk,
dapat mengakibatkan terhambatnya proses perpindahan panas didalam
ketel dan pada kondisi ekstrim dapat mengakibatkan bocornya pipa-pipa
ketel akibat over heating.

2.3.3 Deaerasi
Deaerasi adalah proses pembuangan pencemar gas dari dalam air
kondensat sepertioksigen (O2), carbondioksida (CO2) dan non condensable
gas lainnya. Pencemar gas dapat menyebabkan korosi pada saluran dan
komponen-komponen yang dilaui air kondensat. Ilustarsi sistem air
kondensat terlihat seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.15 Sistem Air Kondensat


2.4 Sumber Air
Air baku yang digunakan untuk sistem air penambah adalah air laut
yang telah dihilangkan kadar garam di Desalination Plant atau Reverse
Osmosis. Hasil dari Desalination Plant atau Reverse Osmosis disebut Raw
Water, Raw Water kemudian diolah di Demineralization Plant untuk
dihilangkan ion-ion kontaminan. Hasil penghilangan ion-ion kontaminan
pada Raw Water yang diproses di Demineralization Plant kemudian disebut
Demin Water. Demin Water yang telah memenuhi syarat sesuai spesifikasi
yang telah ditentukan kemudian digunakan dan disebut sebagai air
penambah. Air penambah ini kemudian ditampung di dalam make up water
tank sebagai cadangan air yang siap menambah kekurangan air pada
sistem air pengisi.
Untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat untuk keperluan
operasi dalam suatu PLTU, maka diperlukan air yang bebas dari
kontaminan - kontaminan yang dapat menimbulkan masalah korosi dan
deposit pada peralatan utama. Hal ini bertujuan agar peralatan tahan lama,
pencapaian efisiensi proses, menjamin keselamatan kerja, dan diperoleh
kualitas produk yang baik.Parameter-parameter yang dapat menimbulkan
masalah pada peralatan maupun proses dan harus dikontrol
keberadaannya di PLTU Air Anyir, yaitu :

1. pH (Eksponen Hydrogen / derajat keasaman air). pH yang terlalu


tinggi ataupun terlalu rendah akan menyebabkan terjadinya kerak.
Pada pH tinggi juga dapat menyebabkan busa.

2. Kandungan Silika (SiO2). Silika dapat larut pada air dan uap pada
tekanan dan suhu tinggi. Silika dapat menyebabkan deposit (kerak)
tipis yang sulit di hilangkan di pipa-pipa boiler dan pipa uap. Hal
tersebut dapat mengakibatkan pemanasan yang terlokalisasi,
sehingga perpindahan panas yang terjadi tidak optimal. Silika yang
terbawa uap akan mengendap pada suhu rendah di blade turbin
sehingga turbin terrsumbat dan berkurang efisiensinya. Silika dapat
di hilangkan cara distilasi, demineralisasi, dan blowdown.

3. Gas terlarut berupa O2 dan CO2 pada air dapat menyebabkan


terjadinya korosi pada pipa-pipa. Hal ini dapat diatasi dengan cara
deaerasi, oxygen scavenger, netralisasi basa.

4. Kandungan Chlorine yang didapatkan dari Cl- sebagai unsur dari air
laut (NaCl) dapat mengakibatkan terbentuknya endapan dan
menyebabkan potensi korosi. Kandungan chlorine ini dapat
dikurangi dengan destilasi, demineralisasi, dan blowdown.

5. Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) adalah suatu jumlah zat-
zat padat seperti silika dan garam yang terlarut dalam air. Silica dan
garam dapat menyebabkan foaming dan carry over, yaitu
terbawanya zat padat terlarut bersama uap ke turbin dan
superheater. Dampak lanjut dari carry over juga dapat menyebabkan
terjadinya korosi.

6. Kesadahan atau kemampuan air untuk mencegah terbetuknya busa


pada sabun dan ditunjukkan oleh kandungan garam-garam dari Ca
dan Mg pada air tersebut. Air sadah dapat menyebabkan kerak pada
boiler karena terjadinya pemanasan. Kesadahan dapat bersifat
sementara dan tetap. Kesadahan sementara adalah kesadahan
yang disebabkan karena adanya kandungan garam Ca dan Mg
dalam bentuk bikarbonat (HCO3-). CaCO3 yang terbentuk dapat
mengendap karena adanya pemanasan sehingga dapat dipisahkan.
Sedangkan kesadahan tetap adalah kesadahan yang disebabkan
karena adanya kandungan Ca dan Mg dengan sulfat (SO42-) dan
klorida (Cl-). Sifat sadah tersebut tidak dapat dihilangkan dengan
pemanasan seperti di kesadahan sementara, sehingga perlu
dilakukan treatment.

7. Conductivity (daya hantar listrik). Kemampuan suatu larutan untuk


menghantarkan listrik disebabkan karena adanya garam-garam
yang terkandung pada air laut sebagai air baku.Karena adanya
conductivity maka dapat pula terjadi korosi karena adanya arus
listrik. Sifat ini dapat dihilangkan dengan demineralisasi dan
blowdown.

2.5 Sistem Air Penambah


Sekalipun siklus air uap didalam PLTU merupakan siklus tertutup
tetapi didalam sirkulasinya banyak terjadi kehilangan massa air yang antara
lain disebabkan oleh adanya kebocoran-kebocoran didalam sistem.
Akibatnya diperlukan tambahan air sejumlah tertentu dari luar siklus secara
kontinyu. Oleh karena itu Sistem Air Penambah berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan akan tambahan air tersebut. Mengingat bahwa kualitas air
penambah harus sama baiknya dengan kualitas air yang telah berada
dalam siklus, maka sistem air penambah dilengkapi dengan unit pengolah
air (Demineralizer Plant) yang berfungsi untuk mengolah air sumber (Raw
Water) menjadi air penambah (Make up Water).

2.5.1 Desalination Plant


Desalination plant adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk
mengolah air laut menjadi air tawar (Destilate). Prinsip kerja Desalination
Plant adalah menghilangkan garam-garam air laut sehingga diperoleh air
murni. Proses Desalination yang umum adalah dengan cara menguapkan
air laut (Evaporation). Bila air laut diuapkan, garam-garamnya akan
tertinggal sedang yang menguap hanyalah air saja. Uap dari air laut inilah
yang kemudian dikondensasikan sehingga diperoleh air tawar (Destilate).

Gambar 2.16 Desalination Plant

2.5.2 Demineralisation Plant


Demineralization Plant berfungsi untuk menghilangkan ion-ion
kontaminan air dan menukarnya dengan ion-ion hidrogen dan ion hidoxil
sehingga diperoleh air murni. Air yang diproses pada Demineralization Plant
untuk dihilangkan ion-ion kontaminan adalah raw water atau air tawar
(Destilate) yang dihasilkan oleh Desalination Plant.

Gambar 2.17 Demineralisation Plant

2.5.3 Komponen Sistem Air Penambah

A. Make Up Water Tank (MWT)

Make up Water Tank (Tangki Air Penambah) berfungsi sebagai


penampung air penambah yang akan digunakan untuk menambah
kekurangan air di dalam sistem. Pengisian air pada MWT diatur oleh Make
up Water Supply Valve (MWSV) yang beroperasi secara otomatis sesuai
dengan set poin yang telah diatur. MWSV akan membuka jika MWT
mengindikasikan level Low dan akan menutup jika level High. Dalam hal ini,
level MWT selalu harus dikontrol jangan sampai rendah karena dapat
mengakibatkan turunnya tingkat kevakuman Condenser karena yang
terhisap dari MWT adalah udara. Jika tingkat kevakuman Condenser turun
hingga mencapai pada angka yang tidak sesuai dengan yang telah
ditentukan maka dapat mengakibatkan unit trip.

B. Make Up Water Pump (MWP)

Make up Water Pump berfungsi untuk memindahkan air dari MWT


ke Hotwell. Terdapat dua unit MWP yang disediakan untuk memompa Make
up Water dari MWT ke Hotwell. Dalam keadaan operasi normal, salah satu
MWP dioperasikan sedangkan yang lainnya diposisikan Standby. Apabila
MWP yang sedang beroperasi trip maka MWP yang diposisikan Standby
dapat dioperasikan untuk mengganti MWP yang trip tersebut. Selain itu,
MWP yang berada dalam keadaan standby juga dapat beroperasi secara
otomatis jika diposisikan auto standby dan parameter condenser
mengindikasikan level low sementara Condenser Level Control Valve dalam
posisi membuka 80% dan Condenser Level Control Valve Bypass Valve
posisi membuka penuh (Full open) maka MWP yang diposisikan auto
standby akan beroperasi secara otomatis untuk membantu pengisian air
penambah ke condenser hingga parameter level pada condenser
mengindikasikan level normal. Gambar berikut memperlihatkan aliran air
penambah sederhana yang dipompa oleh MWP.

C. Make Up Water Recirculation Valve (MWRV)

Make up water recirculation valve berfungsi untuk mengalirkan


kembali air yang telah dipompa oleh MWP ke MWT dengan tujuan untuk
mengamankan MWP dari kelebihan aliran dan tekanan air. Kelebihan aliran
dan tekanan ini dapat terjadi jika parameter level pada condenser
mengindikasikan level high, maka condenser level control valve akan
secara otomatis menutup penuh. Akibatnya air yang dipompa oleh MWP
akan terjebak sehingga menyebabkan tekanan dan jumlah air penambah
makin bertambah pada aliran menuju ke condenser. Hal ini dapat
membahayakan keselamatan MWP karena tekanan yang dihasilkan
tersebut. Oleh karena itu untuk mencegah dan mengamankan MWP dari
kemungkinan kerusakan, maka MWRV mensirkulasikan air kembali ke
MWT. Gambar berikut memperlihatkan sistem aliran MRV sederhana.

Gambar 2.18 skema Multi Stage Flash Desalinasi Type


Reciculation
D. Condenser Level Control Valve (CLCV)

Condenser level control valve berfungsi untuk menambah air pada


sistem air pengisi tekanan rendah apabila terjadi kekurangan air yang
diketahui melalui parameter hotwell yang mengindikasikan level low.
Pengoperasian CLCV dan spill over valve terintegerasi dengan level pada
hotwell. Jika level air di dalam hotwell turun dibawah level kerja normal
akibat kebocoran atau blowdown, maka signal hasil pengukuran level
hotwell akan dikirim ke komputer kontrol dan kemudian komputer kontrol
akan mengirim signal ke CLCV untuk membuka agar pengisian air ke
hotwell mencapai level kerja normal, sementara itu spill over valve harus
sudah menutup. Sebaliknya jika level hotwell naik dari ketinggian level kerja
normal, maka spill over valve akan menerima signal untuk membuka
sehingga kelebihan air dikeluarkan dari sistem air pengisi tekanan rendah
ke MWT sementara CLCV harus sudah menutup penuh.

E. Reverse Osmosis

1). Osmosis

Prinsip kerja filter reverse osmosis adalah berdasarkan pada


peristiwa osmosis yang terjadi di alam. Osmosis adalah peristiwa
bergeraknya air dari larutan yang mempunyai konsentrasi lebih rendah
melalui membran semi permeabel ke larutan yang mempunyai konsentrasi
lebih tinggi sampai tercapai keseimbangan. Membran semi permeable
hanya bisa dilewati micro molekul (ion). kedua sisi cairan mempunyai
perbedaan konsentrasi molekul dimana larutan encer mempunyai
konsentrasi yang lebih kecil dibandingkan larutan pekat. Inilah yang
menyebabkan larutan encer akan bergerak melewati membran ke arah
larutan pekat sampai kedua larutan mencapai kesetimbangan. Hal ini
disebut juga dengan OSMOSIS.

2). Reverse Osmosis

R.O. (Reverse Osmosis) adalah suatu metode pemurnian melalui


membran semi permeable di mana suatu tekanan tinggi (50-60 PSI)
diberikan melampaui tarikan osmosis sehingga akan memaksa air melewati
proses osmosis terbalik dari bagian yang memiliki kepekatan tinggi ke
bagian dengan kepekatan rendah. Selama proses ini terjadi, kotoran dan
bahan yang berbahaya akan dibuang sebagai air tercemar. Molekul air dan
bahan mikro yang lebih kecil dari pori-pori R.O. akan melewati pori-pori
membran dan hasilnya adalah air yang murni. RO menggunakan tekanan
untuk mendorong larutan pekat melewati membran RO menuju ke larutan
yang encer, RO digunakan untuk memisahkan elemen cairan dengan
material yang terlarut didalamnya.
Gambar 2.19 Reverse Osmosis Water Treatment Plant

2.5 Sistem Air Pengisi

Air pengisi adalah air yang digunakan untuk memasok kebutuhan air
ke boiler. Pada umumnya sistem air pengisi dibagi menjadi dua bagian
yaitu, sistem air pengisi tekanan rendah dan sistem air pengisi tekanan
tinggi. Aliran sistem air pengisi takanan rendah mencakup rangkain dari
hotwell hingga deaerator, sedangkan aliran sistem air pengisi takanan tinggi
mencakup rangkaian dari deaerator hingga boiler drum.

Tujuan menaikkan temperatur air pengisi:


1. Mencegah thermal stress
2. Mengurangi kerja boiler
3. Meningkatkan efisiensi boiler
Tujuan meningkatkan kemurnian air pengisi adalah untuk mencegah
deposit, kerak dan korosif pada pipa-pipa boiler dan kerusakan pada sudu
turbin.

Tujuan menaikkan tekanan air pengisi


1. Mencegah air pengisi yang menuju boiler berubah menjadi uap
2. Air pengisi dapat masuk ke boiler drum.
Jika sejumlah panas yang dibuang ke condenser dapat dikurangi, maka
efisiensi turbin dapat ditingkatkan. Hal ini diperoleh dengan mengambil
sebagian uap (steam) dari turbin dengan tujuan untuk memanaskan air
pengisi di dalam heater (pemanas) sebelum masuk ke boiler drum.

2.5.1 Sistem Air Pengisi Tekanan Rendah / Condensate System

Sistem air pengisi tekanan rendah juga disebut dengan condensate


system (Sistem Kondensat) yang mana mencakup rangkaian dari hotwell
higga ke deaerator. Condensate yang ditampung di dalam hotwell dengan
tekanan ±0,07Kg/cm2 dan temperatur ±39°C dipompa menggunakan
Condensate Pump (CP) hingga tekanan naik mencapai ±17Kg/cm2 dan
kemudian dialirkan ke deaerator melewati Low Pressure Heater System
(sistem pemanas tekanan rendah).
Komponen-komponen utama pada Low pressure heater system
adalah Steam Jet Air Ejector (SJAE) / Gland Steam Condenser (GLC), NO.1
Low Pressure Heater (NO.1 LP Heater) dan NO.2 Low Pressure Heater
(NO.2 LP Heater). Di dalam SJAE / GLC, condensate berfungsi sebagai air
pendingin yang menyerap heat lost (panas yang terbuang) dari gland steam
turbine (uap bekas perapat turbin) dan steam ejector (uap ejektor). Di dalam
heater (pemanas), condensate dipanaskan menggunakan extraction steam
(uap ekstraksi). Proses pemanasan ini meanaikkan temperatur condensate.
Pada aliran condensate menuju ke SJAE/GLC, condensate diekstraksikan
untuk menjaga temperatur hotwell melalui condenser spray valve yang
bekerja secara otomatis, setelah itu condensate masuk kedalam
SJAE/GLC. Condensate kemudian akan melewati condenser minimum flow
valve dan spill over valve. Condenser minimum flow valve dan spill over
valve terletak sesudah SJAE / GLC dengan tujuan agar SJAE / GLC tidak
kekurangan air pendingin. Karena selain dipanaskan, condensate berfungsi
sebagai pendingin gland steam turbine (uap bekas perapat turbin) dan
steam ejector (uap ejektor) didalam SJAE/GLC. Gland steam turbine dan
steam ejector pada SJAE/GLC uap mengalir diluar pipa sedangkan
condensate didalam pipa yang terdapat didalam SJAE/GLC. Besar aliran
Condensate yang telah dipanaskan didalam SJAE/GLC kemudian diatur
oleh deaerator level control valve yang mana memiliki fungsi untuk menjaga
level deaerator agar tetap pada level normal. Setalah aliran diatur,
condensate dipanaskan didalam NO. 1 LP Heater menggunakan NO. 5
extraction steam sebagai uap pemanas yang diambil dari turbin kemudian
condensate dipanaskan lagi di dalam NO. 2 LP Heater menggunakan NO.
4 extraction steam.
Proses perpindahan panas pada LP Heater sama seperti pada SJAE/GLC
dimana uap pemanas mengalir di luar pipa yang berada didalam heater
sedangkan condensate mengalir didalam pipa. Proses ini menyebabkan
temperatur condensate naik sedangkan extraction steam terkondensasi.
Hasil kondensasi extraction steam didalam heater kemudian dikontrol oleh
heater level control valve sehingga tetap pada level normal. Jika level terlalu
tinggi maka emergency drain valve akan bekerja secara otomatis untuk
membuang condensate ini ke condenser.
Kedua LP Heater ini dilengkapi juga dengan bypass valve yang
dioperasikan jika heater sedang bermasalah. Setelah dipanaskan didalam
NO. 2 LP Heater, condensate dialirkan ke deaerator untuk dipanaskan dan
dibuang udara dan gas-gas yang terkandung didalam condensate.
Deaerator menggunakan NO. 3 extraction steam sebagai uap pemanas,
namun pengambilan uap pemanas ini hanya dilakukan pada saat beban
sudah mencapai lebih dari 30MW, jika beban belum mencapai 30MW maka
uap pemanas diambil dari auxiliary steam yang diatur oleh deaerator
auxiliary steam supply pressure control valve. Katup ini juga berfungsi untuk
mengontrol tekanan deaerator pada saat kondisi operasi normal. Peralatan
utama yang digunakan pada condensate system adalah:

A. Hotwell
Hotwell berfungsi sebagai penampung condenste hasil kondensasi
exhaust steam turbine (uap bekas turbin), hotwell terletak di bawah
condenser dengan tujuan untuk memberikan tekanan pada sisi hisap
condensate pump. Level hotwell dikontrol sehingga tetap pada Normal
Water Level (NWL) dengan menambahkan Make Up Water (MUW) yang
telah ditampung di Make Up Water Tank (MUWT). Jika level hotwell berada
pada level low maka maka condenser level control valve akan membuka
dan tetap membuka hingga mencapai NWL. Jika level hotwell telah berada
pada level high maka kelebihan air di dalam hotwell dialirkan kembali ke
MWT melalui spill over valve yang terletak setelah SJAE / GLC.
Gambar 2.20 Hotwell Pada PLTU

B. Condensate Pump (CP)


Condensate pump berfungsi untuk memindahkan condensate dari
hotwell melalui SJAE / GLC (pendingin Bantu) dan LP Heater ke deaerator.
CP dipasang secara vertikal dengan sisi hisap berada di bagian bawah agar
condensate dari hotwell dapat mengalir dan masuk ke sisi hisap CP yang
berada di bagian bawah tersebut. Pada PLTU Tarahan, dua unit CP
disediakan dengan kapasitas 100%. Salah satu CP beroperasi dan satu
yang lainnya diposisikan standby. Jika dalam keadaan darurat maka CP
yang diposisikan standby akan beroperasi, sebagai contoh bila aliran
condensate yang dibutuhkan melampaui kemampuan CP yang sedang
beroperasi sehingga terjadi kekurangan aliran condensate, maka CP yang
diposisikan standby dapat dioperasikan untuk mengatasi kekurangan aliran
condensate tersebut. Jika CP yang sedang beroperasi trip sementara CP
yang sedang standby diposisikan mode otomatis maka CP yang standby
akan secara otomatis beroperasi untuk menggantikan CP yang trip. Selain
itu, CP yang dalam keadaan beroperasi juga bisa trip secara otomatis jika
level hotwell terlalu rendah, hal ini bertujuan untuk mencegah CP bekerja
dengan NSPH yang lebih rendah dari tekanan minimum yang dianjurkan.
Selain termasuk di dalam condensate system, aliran condensate yang
dipompa oleh CP juga didistribusikan ke beberapa peralatan, yaitu:

1. Sampling rack (rak sampel)


2. Gland seal
3. Chemical dosing
4. Condenser spray
5. Low pressure turbine casing spray.

Gambar 2.21 Automatic Condensate Pump System

C. Steam Jet Air Ejector / Gland Steam Condenser

1. Steam Jet Air Ejector (SJAE)


Adanya sejumlah gas dan udara yang tidak terkondensasi di dalam
condenser akan mengurangi laju perpindahan panas antara uap bekas
turbin dan air pendingin. Terhambatnya laju perpindahan panas
dikarenakan gas dan udara ini akan menyelimuti permukaan pipa air
pendingin, sehingga menghalangi uap bekas turbin melepas panas pada
permukaan pipa air pendingin secara maksimal. Pengurangan laju
perpindahan panas antara uap bekas dan air pendingin akan menyebabkan
penurunan tekanan (vakum) didalam condenser yang berarti mengurangi
kemampuan unjuk kerja condenser.
Peralatan penghisap udara/gas condenser berupa SJAE, harus mampu
memenuhi dua keadaan, yaitu pembuang udara/gas selama operasi normal
dan menaikkan vakum condenser (vacuum up) pada saat start awal. Pada
saat vacuum up, peralatan penghisap udara harus mampu engeluarkan
secara cepat sejumlah besar udara/gas. Pada kondisi turbin telah
beroperasi SJAE tetap dioperasikan untuk membuang udara dan gas-gas
yang tidak terkondensasi dari dalam condenser untuk mempertahankan
vakum di dalam condenser. Udara/gas dibuang ke atmosfir sedangkan uap
untuk ejektor dikondensasi didalam gland steam condenser / kondensor
ejektor. Hasil air kondensatnya kemudian dialirkan ke condenser utama.

Gambar 2.22 two stage steam jet air ejector

2. Gland Steam Condenser (GLC)

Gambar 2.23 Gland Steam Condenser


Didalam sistem perapat turbin, uap sebagai media perapat harus
bersirkulasi (mengalir) secara kontinyu. Setelah memberi perapat didalam
labyrinth, uap ini menjadi basah dan cenderung terkondensasi karena
tekanannya sangat rendah. Oleh karena itu uap perapat ini dialirkan ke
kondensor uap gland (gland steam condenser) untuk didinginkan menjadi
air kemudian kondensatnya dialirkan ke condenser utama. GLC mendapat
pendinginan dari aliran air condensate yang dipompa oleh CP. Oleh karena
itu condenser ini terletak pada jalur condensate system. Gambar beriktu
memperlihatkan SJAE/GLC beserta sistem aliran pada PLTU Tarahan.

Aliran condensate system dari CP melewati beberapa valve antara lain:

 Condensate minimum flow


Condensate minimum flow berfungsi untuk mensirkulasikan
condensate melalui saluran resirkulasi kembali ke condenser agar menjaga
jumlah aliran condensate pada CP selalu tercukupi (aliran dalam keadaan
normal) baik pada saat start awal CP maupun saat kebutuhan air ke
deaerator masih minimum (minimum flow). Apabila pada CP terjadi aliran
kecil atau tidak ada aliran condensate maka akan dapat mengakibatkan
kavitasi dan panas pada CP tersebut. Hal ini dikarenakan aliran condensate
yang dipompa oleh CP juga berfungsi sebagai pendingin CP. Letak saluran
resirkulasi pada condensate system terdapat sebelum katup kontrol
pengisian ke deaerator, dimana saluran ini menghubungkan sisi tekan
(Discharge) CP dengan hotwell. Pada saluran resirkulasi dilengkapi dengan
katup kontrol dimana pengoperasian katup ini tergantung dari pembukaan
katup kontrol pengisian ke tangki deaerator. Gambar berikut
memperlihatkan sistem aliran condensate minimum flow secara sederhana.

 Spill over valve


Spill over valve berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air pada
condensate system ke tangki air MWT. Katup ini akan membuka apabila
terjadi kelebihan air pada condensate system, dimana saat kondisi level
hotwell naik melebihi level normalnya. Gambar berikut memperlihatkan
sistem aliran pada spill over valve secara sederhana.

D. Low Pressure Heater


Setelah melewati SJAE / GLC, condensate melewati rangkaian LP
Heater yang mana memiliki fungsi untuk menaikkan temperatur secara
bertahap atau sebagai pemanas lanjut yang mendapat panas dari uap
ekstraksi turbin. Pemanas air pengisi tekanan rendah pada Unit 3 dan 4 di
PLTU Tarahan menggunakan pemanas jenis permukaan (tube), dimana
terdapat water box yang terbagi menjadi dua bagian yaitu pada sisi masuk
dan sisi keluar. Air mengalir dari sisi masuk water box melalui pipa-pipa
berbentuk U ke sisi luar water box dan selanjutnya ke pemanas berikutnya.
Tipe pemanas ini adalah shell and tube heat exchanger.
Gambar 2.24 Low Pressure Heater

2.5.2 Sistem Air Pengisi Tekanan Tinggi


Pada pokok pembahasan ini akan dibahas tentang air pengisi
tekanan tinggi. Condensate yang telah masuk ke dalam deaerator sudah
mendapat panas dari LP Heater 1 dan LP Heater 2. Condensate yang telah
berada di dalam deaerator kemudian disebut air pengisi. Air pengisi di
dalam deaerator dipanaskan menggunakan panas lanjutan dari auxiliary
steam dan uap ekstraksi nomor 3. Pada saat start awal dan beban belum
mencapai 30 MW, air pengisi di dalam deaerator dipanaskan menggunakan
uap dari auxiliary steam dan apabila beban telah mencapai 30 MW maka
uap yang di gunakan adalah uap ekstraksi nomor 3. Uap ekstraksi nomor 3
untuk memanaskan air pengisi di dalam deaerator pada saat beban rendah
berada pada dalam keadaan vakum, oleh karena itu sumber pemasok uap
alternatif untuk memanaskan air pengisi di dalam deaerator pada saat
beban rendah diambil dari auxiliary steam. Harus diingat bahwa pasokan
uap pengambilan pada beban rendah dari auxiliary steam harus di tutup
ketika beban dinaikkan menjadi 30 MW untuk menghindari tekanan berlebih
pada deaerator yang dapat menyebabkan safety valve (katup pengaman)
bekerja.
Uap ekstraksi adalah uap bocoran yang diambil/diekstrak dari turbin pada
beberapa titik dan kemudian disalurkan ke LP Heater, deaerator dan HP
Heataer yang digunakan untuk memanaskan condensate dan air pengisi
sebelum dimasukkan ke dalam boiler drum. Setelah mendapatkan
pemanasan dari deaerator, air pengisi dihisap oleh Boiler Feed Pump (BFP)
dan kemudian di alirkan melalui HP Heater 4, HP Heater 5 dan economizer
untuk mendapatkan pemanasan lanjut. Pada sisi tekan (discharge) BFP
terdapat tiga buah katup atau yang disebut dengan Feed Water control
Valve yang bekerja secara otomatis untuk mengisi boiler drum sesuai
dengan set parameter yaitu pada level nol atau level middle di boiler drum.
Pada discharge BFP terdapat juga BFP Minimum Flow Valve yang bekerja
secara otomatis untuk menutup atau membuka untuk disirkulasikan ke
deaerator sesuai dengan set aliran yang diatur. Temperatur air pengisi pada
HP Heater 4 naik karena air pengisi dipanaskan dengan uap extrasi nomor
2 dari turbin. Pada HP Heater 5 temperatur air naik karena air pengisi
dipanaskan lagi dengan uap extrasi nomor 1 dari turbin. Pada HP Heater 4
dan HP Heater 5 terdapat katup bypass yang berfungsi sebagai alat bantu
untuk mengalirkan air pengisi pada saat HP Heater 4 dan HP Heater 5
mengalami gangguan. Katup bypass hanya digunakan pada saat
emergency karena penggunaan katup bypass secara terus menerus dapat
mengurangi efisiensi turbin oleh karena itu katup bypass ditutup pada saat
HP Heater 4 dan HP Heater 5 beroperasi. Setelah air pengisi melewati HP
Heater 5, air pengisi mengalir ke economizer. Tujuan pemanasan air
pemgisi di economizer sama seperti pada HP Heater. Pada economizer
tidak terdapat ekstraksi uap dari turbin yang digunakan untuk memanaskan
air pengisi melainkan memanfaatkan flue gas (gas sisa hasil pembakaran)
pada boiler. Air yang masuk atau melewati economizer diteruskan ke boiler
drum lalu turun ke riser melalui downcomer, disini air dipanaskan secara
radiasi dengan memanfaatkan pembakaran di dalam furnace (ruang bakar)
sehingga air menjadi uap dan masuk ke separator pada boiler drum untuk
dipisahkan antara uap dan air. Air masuk pada boiler drum sedangkan uap
di alirkan ke superheater untuk di jadikan uap kering sebelum masuk ke
turbin.

Macam – macam alat Bantu yang digunakan :

A. Deaerator
Deaerator berfungsi untuk memanaskan dan menghilangkan gas
dan udara terlarut dalam air pengisi. Udara dan gas dapat menyebabkan
korosi di dalam pipa-pipa air uap ketel uap. Rancangan deaerator yang
banyak dipakai terdiri dari bejana penyimpan mendatar yang besar dan
diatasnya dipasang satu atau lebih unit-unit pembuang udara (deaerator),
ini serupa dengan pemanas kontak langsung. Sebelum air pengisi
memasuki bagian pembuang udara, air tersebut lewat melalui vent
condensor tipe permukaaan.

Gambar 2.25 Deaerator Shell

B. Boiler Feed Pump ( BFP )


Boiler feed pump berfungsi untuk menaikkan tekanan air pengisi
sehingga air pengisi tersebut dapat mengalir dan masuk ke dalam boiler
drum. BFP harus mampu mengisi boiler drum pada penguapan maksimum
dengan pembakaran penuh dan ketika katup pengaman superheater dan
boiler drum membuka pada saat terjadi akumulasi tekanan. Tekanan
discharge BFP harus lebih besar dari tekanan boiler drum, karena
disebabkan adanya rugi-rugi tekanan dalam sistem aliran air pengisi
sebelum air pengisi tersebut masuk kedalam boiler drum.
Tugas utama pompa BFP adalah memasok air pengisi ke boiler drum
namun selain itu digunakan juga untuk menyuplai air pengisi ke beberapa
peralatan, yaitu :
Desuperheter spray water
• HP ( High Pressure ) turbin bypass
• Auxiliary steam
• Turbin bypass spray water

Gambar 2.26 Boiler Feed Pump

C. High Pressure Heater ( HPH )


High Pressure Heater befungsi untuk menaikkan temperatur secara
bertahap atau sebagai pemanas lanjut yang menggunakan uap ekstraksi
dari turbin sebagai sumber pemanasan. Pada PLTU Tarahan unit 3 dan 4
pemanas air pengisi tekanan tinggi yang digunakan jenis permukaan atau
tube, dimana terdapat water box yang terbagi dua bagian yaitu sisi masuk
dan sisi keluar. Air mengalir dari sisi masuk water box melalui pipa-pipa
berbentuk U ke sisi luar water box dan selanjutnya ke pemanas berikutnya,
tipe pemanas ini adalah shell and tube heat exchanger.

Gambar 2.27 High Pressure Feedwater Heater

D. Economizer
Economizer berfungsi sebagai pemanas awal air sebelum
dimasukkan ke boiler drum, dimana panas yang didapat dari pemanfaatan
flue gas buang sisa pembakaran dari furnace (ruang bakar).
Gambar 2.28 Economizer Header

E. Boiler Steam Drum


Boiler drum berfungsi untuk menampung air dan uap juga untuk
menjaga boiler pada suatu tekanan tertentu.
BAB III
Metodologi Pekerjaan
1. Langkah - Langkah Pekerjaan
1. Reverse Osmosis
1. Clarifier
Clarifier adalah media treatment untuk memisahkan koloid – koloid
dalam air melalui penambahan bahan kimia seperti desinfectan, coagulant dan
flocculant. Pada tahap ini air bersih akan terpisah dari sisi atas clarifier
sedangkan pengotor akan mengendap dan selanjutnya di buang melalu bagian
bawah clarifier. Sebelum melakukan proses pada clarifier, terlebih dahulu
prepare chemikal antara lain :
1. Desinfectan >>>ClO2
2. Coagulant >>> PAC
3. Flocculant >>>Polymer
I. Chemical preparation
a. Desinfectant
Penambahan desinfectan berfungsi untuk mengendalikan
algae(lumut) dan bakteri. Desinfectan di produksi oleh suatu alat yang di
sebut chlorine dioxide generator. Prinsip kerja chlorine dioxide generator
adalah pencampuran sodium chlorate(NaClO3) dengan HCl dalam reactor
pada suhu tertentu dan tekanan vacuum sehingga menghasilkan chlorine
dioxide plus chlorine gas yang nantinya diabsorb oleh injector dan di
campurkan pada raw water.
Material
 NaClO3 solid 98%
 HCl 32%
Reaksi teori :
Heating
NaClO3 + 2HCl → ClO2 + 1/2Cl2 + H2O + NaCl
Strike dosing : 1mg/L (maintain res Cl -2 > 0.2ppm)
b. Coagulant
Penambahan coagulant pada proses treatment berfungsi membentuk
floc – floc kecul yang stabil. Coagulant yang di gunakan adalah poly
aluminium chloride (PAC) 98% powder.
c. Flocculant
Flocculant aid berfungsi mengikat floc – floc kecil menjadi floc
berukuran besar sehingga memungkinkan untuk mengendap. Adapun
flocculant yang di pakai adalah Polymer Anodic dengan bentuk fisik serbuk
(powder).
2. Filtration
Filtration adalah proses penyaringan terhadap air olahan dari
impuritis/pengotor yang tidak mengendap pada sendimentasi basin clarifier.
Ada beberapa tahap penyaringan yang terpasang,yaitu :
1). Non Valve Filter
2) Multimedia Filter
3) Active Carbon Filter

1) Non Valve Filter


Non valve filter sebagai media penyaringan awal terhadap floc – floc
yang tidak mengendap pada clarifier dengan pasir kuarsa sebagai media filter.

2) Multi Media Filter


MMF adalah suatu vessel yang berfungsi sebagai filter berisi
beberapa lapisan media antracite dan pasir, yang di susun bertingkat
(berlapis) dimana spesifikasi materialnya adalah :
- Antracite granularity 1.2 – 2.5 mm
- Quartza granularity 0.5 – 1.2 mm

3) Activated Carbon Filter


ACF adalah suatu vessel sebagai media filter yang didalamnya berisi
active carbon dengan ukuran 10 – 28 mesh. Activeted Carbon berfungsi
menghilangkan warna dan bau pada air olahan.
4) Bagian utama RO treatment PLTU
 Disc Filter
 UF Filter
 Cartridge Filter
 SWRO
 BWRO
Untuk menjaga kehandalan dari membran RO maka sebelum Air masuk ke
Membran RO perlu dilakukan pre treatment berupa filtrasi (Disc filter, UF
Filter, Cartridge Filter) atau dengan proses Koagulasi dan Flokulasi

Gambar 3.1 Diagram Reverse Osmosis

5) Sistem Operasi pada disc filter


Dalam proses penyaringan kotoran ada dalam 2 fase kerja yang harus
di lakukan dalam pengo-perasian disc filter, yaitu :
1. Fase Filtrasi / penyaringan Adalah fase kerja unit filter selama melakukan
proses penyaringan selama dalam melakukan proses penyaringan kotoran
dalam air .
2. Pencucian Terbalik / back wash Adalah fase pencucian kotoran yang me-
nempel pada dinding – dinding element filter, dengan cara memompakan
/ meng-alirkan air bersih kedalam unit filter deng-an arah aliran yang
berlawanan terhadap aliran air pada filtrasi / penyaringan

6) Ultra Filtration ( UF )
Sistem UF menggunakan membran Hol-low Fiber, sehingga
dapat mengalirkan cairan dalam jumlah yang besar. Filter ini memisahkan
partikel dengan ukuran > 0,1 mikron yang telah melewati Arkal. Terdapat 2
buah train, 1 trin terdiri dari 84 modul.Didalam Ultra Filtration juga terjadi
backwash secara otomatis yang pengaturannya berdasarkan timer, yaitu 30
menit produksi,berhenti,kemudian back wash yang semuanya berlangsung
dalam 1 train. Back wash berlangsung selama 210 detik, dengan rincian 70
detik pertama aliran udara = air,140 detik sisanya aliran air.Air yang di
accept di filter ini ditampung pada UF tank dengan kapasitas produksi 125
m3/jam. Di UF tank di cek kadar Cl2 yang keluar dari Arkal.

Gambar Ultra Filter

7) Cartridge Filter
Filter ini menyaring partikel dengan ukuran > 5 mikron. Filter ini
dipasang untuk mengantisipasi bila ada partikel yang lolos dari UF.
Sebelum masuk catridge filter, air diinjeksikan anti klorin, yaitu Na2SO3
dan anti scalant, yaitu poli karboksilat. Tujuan penginjeksian anti klorin
adalah karena catridge filter mempunyai bahan yang tidak tahan terhadap
klorin. Bila terpapar pada klorin, maka serat catridge akan meluruh.
Sedangkan tujuan ditambahkannya anti scalant adalah untuk mencegah
terbentuknya endapan pada RO yang dikhawatirkan akan menyumbat RO
dan mengganggu kinerja dan efisiensi RO.

1. Multi Stage Flash


 One Through MSF
Gb 1. Sistem One Through MSF

Tiap-tiap tingkat terdiri dari 2 (dua) ruangan , yaitu ruangan penguapan dan
ruangan pengembunan. Air laut dipompa dan dilewatkan kedalam pipa-pipa
penukar kalor didalam ruangan kondensasi (sebagai pendingin), dan
sekaligus juga dipanaskan oleh uap yang timbul diruang penguapan
(mengambil kalor latent). Selanjutnya air laut dipanaskan didalam pemanas
air laut (brine heater), dan dimasukkan kedalam ruang penguapan (flash
chamber) tingkat pertama.

 MSF Recirculating

Gb 2. Sistem MSF recirculating

Sistem ini terdiri dari heat recovery section, heat rejection section, seperti
diperlihatkan pada gambar 2. Setelah melewati bagian condensor heat
rejection, sebagai pendingin. Sebagian air laut dipakai sebagai air
penambah pada tingkat terakhir, dan sebagian lagi dibuang keluar
(blowdown). Sebagian brine tingkat terakhir diencerkan dengan air
penambah (make up) dan disirkulasikan melewati pendingin (condensor)
heat recovery section dan sisa air brine sebagian dibuang untuk
mempertahankan concentration factor. Setelah melewati condensor-
condensor dari heat recovery section, brine dipanaskan sampai suhu
terminalnya dan masuk tingkat pertama ruang penguapan (flash
chamber). Penguapan berlanjut terus didalam ruang-ruang penguapan,
brine mengalir dari tingkat pertama sampai tingkat terakhir. Setelah
dicampur dengan air penambah, brine mengalir kedalam pompa sirkulasi
dan proses berulang kembali
3.1.3 Multi Effect Desalination

 Multi Efek Desalination

Gb 3. Sistem multi efek desalination

Uap yang berasal dari auxilary steam masuk ke dalam tube-tube pada efek
pertama untuk memanasakan air laut. Air laut masuk ke dalam efek pertama
dengan cara dispray ke tube-tube yang berisi uap. Saat itu juga uap yang ada
didalam tube akan terkondensasi dan menghasilkan destilat kemudian
ditampung di destilat box, di lain sisi temperatur air laut akan naik dan
menguap karena tekanan yang dibawah atmosfer . uap yang terbentuk akan
masuk ke efek ke dua dan seterusnya hingga efek terakhir. Diefek terakhir
atau disebut juga final condensor,uap tersebut kontak dengan tube yang
berisi air laut sehingga menghasilkan destilat. Air laut yang tidak teruapkan
ditampung di dalam brine chamber dibuang ke laut.
BAB 4
Perhitungan Kapasitas Water Treatment Plant

4.1 Logsheet Water Treatment Plant 11 juli 2015 – 20 agustus 2015

Terlampir

4.2 Tabel Troubleshooting Water Treatment Plant

Terlampir

4.3 Perhitungan Kapasitas Desain sesuai Buku Panduan

Kapasitas disain

 Sirkulasi air dan steam yang hilang : 2×130×3%=7.8(m3/h)


 Air drainase dari boiler : 2×130×0.65%=1.7(m3/h)
 Kebutuhan air untuk cooling water : 1135×0.5%=5.8(m3/h)

Total kebutuhan make up boiler sebesar 15.3 m3/h, keperluan untuk


regenerasi 1.7 m3/h, keperluan service water 6.5 m3/h, keperluan potable water
1.5 m3/h sehingga total fresh water RO adalah: 15.3+1.7+6.5+1.5=25 m3/h.

Periode operasi mix-bed system adalah 20 jam dengan waktu regenerasi 4


jam, sehingga kalkulasi keperluan air sbb:
Mix-bed: 17×24/20=20.4 m3/h, pembulatan 21 m3/h

Jadi, kebutuhan flow rate demin seharusnya adalah 25 m3/h


4.4 Perhitungan Kapasitas Filter Water Tank
4.4.1 Perhitungan
Berdasarkan perhitungan dari data desain manual book adalah :

Jika Filter Water tank mempunyai kapasitas 150m3, diameter 6480mm, jari jari
3240 mm, dan tinggi 5300mm. Dengan overflow tank 300mm.

Di ketahui Multi Media Filter flow dan Active Carbon Filter adalah 60T/h

Jadi perhitungannya jika berdasarkan volume tangki dari buku panduan :

150 𝑚3
𝑡𝑖𝑚𝑒 = = 2,5 𝑗𝑎𝑚
60𝑡/ℎ
Jika di hitung dari diameter dan tinggi tangki :

𝜋 𝑥 𝑟2 𝑥 𝑡 𝜋 𝑥 3,242 𝑚𝑥 5,3𝑚 174,701


𝑡𝑖𝑚𝑒 = = = = 2,9 𝑗𝑎𝑚
𝑣 60𝑡/ℎ 60
Tetapi pada kondisi lokal/lapangan MMF flow dan ACF flow rata rata adalah
45t/h, sehingga perhitungannya :

𝜋 𝑥 𝑟2 𝑥 𝑡 𝜋 𝑥 3,242 𝑚𝑥 5,3𝑚 174,701


𝑡𝑖𝑚𝑒 = = = = 3,88 𝑗𝑎𝑚
𝑣 45𝑡/ℎ 45
Jadi untuk memenuhi satu tangki dibutuhkan sekitar 3,88 jam untuk memenuhi
Filter Water tank dengan kondisi aktual seperti ini.

4.4.2 Solusi dan Prediksi mengenai Flow menurun


Pembukaan out let valve MMF terlalu Dilakukan pengaturan pembukaan valve
MMF(Multy Media Filter) c Flow rate high c c
besar / kecil ±45 t/h
- MMF kotor, Diff Press tinggi (> 0,15
Flow rate low Dilakukan Back wash MMF
Mpa)
- Pembukaan out let valve MMF Dilakukan pengaturan pembukaan valve
terlalu kecil ±45 t/h

Pembukaan out let valve ACF terlalu Dilakukan pengaturan pembukaan inlet
ACF(Active Carbon Filter) d Flow rate high d d
besar valve ACF ±40 t/h
- ACF kotor, Diff Press tinggi (> 0,15
Flow rate low Dilakukan Back wash ACF rutin tiap hari
Mpa)
- Pembukaan out let valve MMF Dilakukan pengaturan pembukaan valve
terlalu kecil ±40 t/h
4.5 Perhitungan Kapasitas Sea Water Reverse Osmosis Tank
4.5.1 Perhitungan
Berdasarkan data dari buku panduan :
Pada PLTU 3 Air Anyir Bangka memiliki masalah yang sangat penting dalam Sea
Water Revese Osmosis. Pada permasalahan ini mengakibatkan flow rate dari
produknya menurun sehingga tidak sesuai dengan buku panduan.

Jika Sea Water Reverse Osmosis tank mempunyai kapasitas 150m3, diameter
6480mm, jari jari 3240 mm, dan tinggi 5300mm. Dengan overflow tank 300mm.

Di ketahui flow Permeate pada buku panduan adalah 33,5T/h

Jadi perhitungannya jika berdasarkan volume tangki dari buku panduan :

150 𝑚3
𝑡𝑖𝑚𝑒 = = 4,47 𝑗𝑎𝑚
33,5𝑡/ℎ
Jika di hitung dari diameter dan tinggi tangki :

𝜋 𝑥 𝑟2 𝑥 𝑡 𝜋 𝑥 3,242 𝑚𝑥 5,3𝑚 174,701


𝑡𝑖𝑚𝑒 = = = = 5,21 𝑗𝑎𝑚
𝑣 33,5𝑡/ℎ 33,5
Tetapi pada kondisi lokal/lapangan flow permeate SWRO rata rata adalah 27t/h,
sehingga perhitungannya :

𝜋 𝑥 𝑟2 𝑥 𝑡 𝜋 𝑥 3,242 𝑚𝑥 5,3𝑚 174,701


𝑡𝑖𝑚𝑒 = = = = 6,47 𝑗𝑎𝑚
𝑣 27𝑡/ℎ 27

Jadi untuk memenuhi satu tangki dibutuhkan sekitar 6,47 jam untuk memenuhi
SWRO tank dengan kondisi aktual seperti ini.

4.5.2 Solusi dan Prediksi mengenai Flow menurun


• Eru booster pump
Karena flow dari eru booster pump rata rata 42t/h lalu di asumsikan karena hp
pump baru memiliki flow 35t/h sehingga perlu adanya kalibrasi ulang pada flow
eru booster pump yang pada desain seharusnya 54t/h.
Jika pada kondisi aktualnya feednya adalah 77t/h yang pada seharusnya 85-90t/h
maka itu membuat flow permeate menurun
• Produk recovery
Dengan menurunnya flow permeate juga mengakibatkan produk recoverynya juga
menurun menjadi 33,77% yang seharusnya 40%
• Cleaning
Di perlukannya rubber cleaning pada line pipa swro karena pada vessel swro 1
terindikasi ada nya serpihan karet
4.6 Perhitungan Kapasitas Demin Water Tank
Berdasarkan data buku panduan :

4.6.1 Perhitungan

Jika Demin Water Reverse Osmosis tank mempunyai kapasitas 200m3, diameter
6480mm, jari jari 3240 mm, dan tinggi 7520mm. Dengan overflow tank 300mm.

Di ketahui flow Permeate pada buku panduan adalah 25T/h

Jadi perhitungannya jika berdasarkan volume tangki dari buku panduan :

200 𝑚3
𝑡𝑖𝑚𝑒 = = 8 𝑗𝑎𝑚
25𝑡/ℎ
Jika di hitung dari diameter dan tinggi tangki :

𝜋 𝑥 𝑟2 𝑥 𝑡 𝜋 𝑥 3,242 𝑚𝑥 7,52𝑚 247,87


𝑡𝑖𝑚𝑒 = = = = 9,91 𝑗𝑎𝑚
𝑣 25𝑡/ℎ 25
Tetapi pada kondisi lokal/lapangan flow permeate DWRO rata rata adalah 20t/h,
sehingga perhitungannya :

𝜋 𝑥 𝑟2 𝑥 𝑡 𝜋 𝑥 3,242 𝑚𝑥 7,52𝑚 247,87


𝑡𝑖𝑚𝑒 = = = = 12,39 𝑗𝑎𝑚
𝑣 20𝑡/ℎ 20
Jadi untuk memenuhi satu tangki dibutuhkan sekitar 12,39 jam untuk memenuhi
satu DWRO tank dengan kondisi aktual seperti ini.

Pada plant di FWRO ini berbeda dengan desain karena pada reject FWRO di
alirakan ke filter water tank, tetapi untuk saat ini reject FWRO di alirkan ke
SWRO sehingga hal ini membuat membran FWRO menjadi terus berkurang.

4.6.3 Solusi mengenai Flow pada FWOR/DWRO

4.7 Membran Reverse Osmosis

Membran di dalam sistim RO merupakan bagian yang sangat penting,


membran tersebut umumnya dapat bersifat permeable terhadap air dan
gas, tetapi tidak terhadap ion-ion organic yang mungkin ada di dalam air.
Profil aliran air di dalam membran dapat dilukiskan pada gambar sebagai
berikut :
Gambar 4.1 : Mekanisme kerja membrane TFC polyamide

Air umpan (feed water) yang bertekanan dialirkan melalui permeability


membrane, di dalam membrane terjadi pemisahan dimana air murni
(permeate) menembus membrane secara vertical (memotong), sedangkan
air consentrate (strong solution) mengalir lurus atau parallel permukaan
membrane dan keluar dari ujung membrane sebagai air buangan (reject).
4.7.1 kelebihan dan kekurangan membran berdasarkan bahan
membran

Secara umum ada 2 tipe membrane yang dibentuk spiral, yaitu :


1. Cellulose Acetat (CA) dan

2. Thin Film Composite (TFC)

1. Cellulose Acetat (CA)


CA membrane mempergunakan bahan polymer yang sama untuk
lapisan kulit yang sangat rapat dan lapisan penyaring yang porous. Biaya
penggunaan CA membrane jauh lebih murah dibandingkan dengan TFC
dan mempunyai kelebihan sangat tahan terhadap serangan chlorine.
Kelemahan dari membrane ini ialah sangat rentan terhadap kerusakan
dengan kehadiran mikroba, oleh karena itu diperlukan injeksi chlorine untuk
mengontrol mikroba dengan konsentrasi 0.3 – 1.0 ppm. Kelemahan lain dari
membrane CA ialah mudah rusak pada pH < 5 atau > 6.5, temperature
operasi harus rendah, long term compaction, harus diperasikan pada
tekanan yang lebih tinggi.
2. Thin Film Composite (TFC)
TFC membrane biasanya menggunakan polyamide polymer untuk
lapisan kulit (surface skin) dan bahan polysulfone resin untuk lapisan
porous-nya (sub layer). Membrane ini mempunyai kemampuan rejeksi
garam-garam dan zat organik yang sangat baik, tidak bersifat
biodegredable, batasan pH operasi cukup baik yaitu 3.0 – 7.0, toleransi
terhadap temperatur operasi sedikit lebih baik dibanding CA dan tekanan
operasi tidak terlalu tinggi hanya 50% dari CA. Kelemahan yang paling
utama ialah biayanya sangat mahal dan sangat tidak tahan terhadap
chlorine. Injeksi chlorine dilakukan secara periodik untuk mengontrol
mikroba tetapi harus segera dinetralisi dengan injeksi sodium sulphit
sebelum masuk membrane.
BAB 5
Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan pada Laporan magang ini adalah :

1. Sistem pemurnian air (reverse osmosis) pada water treatment plant


di PLTU Air Anyir Bangka bisa menjadi alternatif lain di samping
menggunakan sistem yang selama ini kita pakai di unit pembangkit
yang pada umumnya memakai desalination plant.

2. Berdasarkan data operasi produk SWRO 25,85T/h, produk FWRO


adalah 20t/h, berdasarkan desain produk SWRO adalah 33,5t/h, dan
desain produk FWRO adalah 25t/h

a. Perhitungan waktu dengan flow aktual ke filter water tank


adalah 3,88 jam dengan flow MMF 45T/h.
b. Perhitungan waktu dengan flow aktual ke Sea Water Reverse
Osmosis Tank adalah 6,47 jam dengan flow permeate 27 T/h
c. Perhitungan waktu dengan flow aktual ke Fresh/Demin water
Reverse Osmosis adalah 12,39 jam dengan flow mixbed
adalah 20 T/h

Jadi, kita harus tetap memperhitungkan biaya


operasional.Pemeliharaan dan keandalaan dari sistem REVERSE
OSMOSIS ( R.O ).

3. Penginjeksian larutan kimia di clarifier,yaitu :


a. Koagulant PAC(Poly Aluminium cloride), bertujuan untuk
mengendapkan lumpur lumpur yang berbentuk kecil sehingga
dapat menjadi besar dan berat sehingga lumpur tersebut
dapat turun kebawah dan air bersih ke atas.
b. Flocculant, bertujuan untuk membuat lumpur lumpur tersebut
menjadi sebuah flok flok( kental) sehingga air dapat begerak
keatas.
c. Bioxide,bertujuan untuk membunuh biota biota laut dan juga
mikroba supaya tidak merusak filter.
4. Penginjeksian larutan kimia sebelum Reverse Osmosis, yaitu :
a. Reducing Agent, bertujuan untuk menghilangkan klorin klorin
pada air, karena klorin tersebut dapat merusak membran RO.
b. Anti Scalnt, bertujuan untuk membuat membran RO tahan
terhadap kerak.
B. Saran

• High Pressure Pump SWRO dan FWRO


Pada HP pump di lakukan predictive dan preventive maintenance untuk
menjaga keandalan pada equipment tersebut.

• Cartridge Filter SWRO dan FWRO


Life time dari cartridge filter di perkirakan sekitar 8 minggu, jika belum
sampai 8 minggu tetapi differential pressure cartridge filter lebih tinggi dari
0,15 MPA, lakukan permbersihan cartridge filter.

• Flow permeate SWRO dan fwro


Jika Flow permeate sudah tidak sesuai dengan buku panduan, lakukan
pengecekan pressure pada HP pump dan feed flow HP pump, lalu
pengecekan differential pressure cartridge filter.

• Penambahan alat
Di butuhkannya counter flow pada make up water boiler, bertujuan untuk
mengetahui pemakaian air di setiap unit.

• Training and growing up


Di butuhkannya buku panduan mengenai Reverse Osmosis dan
pembelajaran ilmu mengenai water treatment plant reverse osmosis.

• Reject FWRO
Reject fwro lebih baik di buang ke dalam tangki filter water tank bukan ke
swro tank.

• Membran SWRO
Jika membran swro tidak dipakai selama lebih dari 7 hari di lakukan flushing
dan preservasi untuk mengawetkan membran.

 Alat ukur
Jika alat ukur seperti flow indikator atau pressure indikator sudah tidak
sesuai dengan kondisi di dalam HMI WTP, perlu di lakukan kalibrasi ulang.

 Kajian Injeksi Kimia


Pada permasalahan penginjeksian kimia diperlukan kajian tentang
penginjeksi kimia berdasarkan kondisi sumber air yang di gunakan, karena
dari kita pada umumnya menginjeksi kimia berdasarkan data operasi
NALCO.
LEMBAR PENGESAHAN MAGANG
PT. PJBS ( Pembangkit Jawa Bali Services)

Surabaya, 27 Agustus 2015

Pemohon

Doni Muharom
NRP. 2112 100 072

Mengetahui,
Pembimbing Kerja Praktek dan Magang

Edy Sugiyanto

Deputi Operasi dan Maintenance

Amboro Yogi Laksono

NID : 7809044KP
LAMPIRAN

Alamat Institut / Jurusan Pengaju Proposal :

Jurusan Teknik Mesin , Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Kampus Sukolilo, Surabaya, 60111

Tel. (031) 5922941,5946230

Fax.(031) 5922941

Alamat Peserta Pengaju Proposal :

1. Doni Muharom

Jl. Arief Rahman Hakim no 28 Keputih, Sukolilo, Surabaya


CURRICULUM VITAE

PERSONAL IDENTIFICATION

Name : Doni Muharom


Nick Name : Doni
Place and birth date : Jakarta , 20 June 1994
Gender : Male
Height : 175 cm
Weight : 65 kg
Religion : Moslem
Address : Jalan Jeruk Bali 1 no 12 Harapan Baru,Bekasi Barat,
Jawa Barat
Recent address : Jalan Arif Rahman Hakim no 28 Keputih,
Sukolilo, Surabaya
Phone : 082245591123
E-mail : inod.20694@gmail.com
GPA : 2,88 (scale of 4)

EDUCATIONAL BACKGROUND
School / University Department Grade Place Period
Sepuluh Nopember Institute Mechanical
S1 Surabaya 2012-now
of Technology Engineering
SMAN 103 Jakarta Science SMA Jakarta 2009-2012
SMPN 284 Jakarta - SMP Jakarta 2006-2009
SDN Pulogebang 04 Jakarta - SD Jakarta 2000-2006

TRAINING AND SEMINAR


Training and Seminar
Year Training/Seminar Institution
2014 Advance Leadership Training HMM ITS
2014 Future Leadership Summit BEM ITS
2013 Kursus Dasar – Dasar Otomotif LBMM ITS
2013 Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar Dimensi Mesin ITS
2013 Integralistic Workshop Training BEM ITS
2013 Bengkel Pendalaman Islam I Ash-Shaff ITS
2013 Pelatihan Karya Tulis Ilmiah HMM ITS
2013 Pelatihan Autocad HMM ITS
2012 LKMM PRA TD VI BEM FTI ITS
2012 Pembekalan Orientasi dan Sosialisasi HMM ITS
2012 ESQ Training ITS
2012 GERIGI ITS 2012 ITS

EXTRACURRICULER ACTIVITY
Organization
Period Organization Position
2007/2008 OSIS SMPN 284 Jakarta Ketua Osis
2010/2011 OSIS SMAN 103 Jakarta Ketua Osis
2013/2014 Himpunan Mahasiswa Mesin Staff
2014/2015 Himpunan Mahasiswa Mesin Kepala Biro Internal

Committe Experience
Year Event Committe
2014 Studi Ekskursi Angkatan 2012 Anggota Acara
2014 POROS 2014 Instruktur Commite
2014 Mechanical City 2014 OC Perlengkapan
2014 GERIGI ITS 2014 IC Acara
2014 Wisuda ke 109 Teknik Mesin FTI-ITS Ketua Panitia
2014 Mechanical Competition XI Anggota Acara
2014 Pelatihan Karya Tulis Ilmiah (PKTI) OC Publikasi
2013 Wisuda ke 108 Teknik Mesin FTI-ITS OC Publikasi
2013 Indonesia Energy Marathon Chalenge Technical Inspection
2013 Wisuda ke 107 Tenik Mesin FTI-ITS OC Publikasi
2013 LKMM Pra TD OC Acara
2013 Wisuda 106 Teknik Mesin FTI-ITS OC Publikasi
2013 GERIGI ITS 2013
2013 Malam Keakraban Teknik Mesin ITS OC Publikasi
2013 Mechanical City Anggota Dana dan LO
2013 FTI Olympic Game OC Publikasi

Anda mungkin juga menyukai