Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA

DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT-SIFATNYA

I. TUJUAN

1.1 Mahasiswa dapat mengetahui gambaran mengenai sifat-sifat larutan mucilago


gum arab 10%, Na lauril sulfat 0,1%, FeCl3 0,25 gram dan 0,5 gram, gelatin 5%
dan 10%.
1.2 Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh NaCl dan alkohol terhadap kolloidal.
1.3 Mahasiswa dapat mengetahui reversibilitas dari larutan kolloidal.

II. DASAR TEORI

Koloid adalah sistem disperse, sistem disperse merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa suatu zat terbagi halus dalam zat lain. Berdasarkan perbedaan
ukuran yang didispersikan, sistem disperse dibedakan atas diapersi kasar, dispersi
halus, dan dispersi molekuler. Zat yang terbagi atau didispersikan disebut fase
disperse, fase intem,atau fase diskontinu, sedangkan zat yang digunakan untuk
mendispersikan disebut fase pendispersi, fase ekstern atau fase kontinu (Sumardjo,
2006).
Koloid mempunyai ukuran partikel yang ukurannya berkisar antara ukuran
rata-rata molekul sampai batas bawah daya pisah mikroskop optik. Dalam suspensi
akan tetap terdispers karena terlalu kecil untuk mengendap karena gravitasi sistem
koloid misalnya air susu (padatan dalam cairan) atau asap (padatan dalam gas).
(Handayana, 2002)
Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase
terdispers, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium terdispersi. Bahan-
bahan yang terdispersi bisa mempunyai jangkauan ukuran dari partikel-partikel
berdimensi atom dan molekul sampai partikel yang ukuranya diukur dalam

milimeter. Oleh karena itu, cara yang paling mudah untuk penggolongan sistem
dispers adalah berdasarkan garis tengah partikel rata-rata dari bahan terdispers.
Umunya dibuat tiga ukuran, yaitu dispersi molekuler, dispersi kolloid dan dispersi
kasar.(Martin, 1993)
Koloid liofilik adalah sistem yang mengandung partikel-partikel kolloid yang
banyak berinteraksi dengan medium terdispersi (suka pelarut). Karena afinitasnya
terhadap medium dispers, bahan-bahan tersebut membentuk dispersi koloid atau sol
dengan relatif mudah. Jadi, sol koloidal liofilik biasanya diperoleh dengan
melarutkan bahan dalam pelarut yang digunakan. Kolloid liofobik adalah koloid
yang tersusun dari bahan yang jika ada mempunyai tarik menarik kecil terhadap
medium dispers (tidak suka pelarut) dan dapat diramalkan sifatnya berbeda dengan
kolliod liofilik , terutama karena tidak ada selimut pelarut disekelilingnya. Kolloid
liofobik umumnya tersusun dari partikel anorganik yang terdispers dalam air.

(Petrucci, 1985)
Efek Faraday-Tyndall bila suatu berkas cahaya yang kuat dilewakan melalui
sol kolloid akan terlihat suatu kerucut yang dihasilkan dari pemendaran cahaya oleh
partikel-partikel. Hal ini disebut efek Faraday-Tyndall. Gerak brown, jauh sebelum
Zisgmondy mengemukakan pergerakan partikel-partikel kolloid secara acak dalam
bidang mikroskop. Pada tahun 1827, Robert Brown telah mengkaji fenomena ini.
Gerak yang tidak beraturan. Dijelaskan sebagai hasil pemboman partikel-partikel
oleh molekul-molekul medium dispersi. Kecepatan partikel meningkat dengan
berkurangnya ukuran partikel. (Atkins,1999).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan

- Bekerglass - Mucilago gum arabici 10%


- viskometer brokefield - Larutan Natrium lauril sulfat 0,1%
- Labu ukur - Larutan gelatin 5% dan 10%
- Erlenmeyer - Larutan FeCl3 0,25 gram dan 0,5 gram
- Cawan porselin - Larutan NaCl 20%
- Buret 25 Ml dan 50 mL - Alkohol
- Klem dan statim - Air es
- Bekerglass
IV. CARA KERJA

1. Pembuatan larutan kolloidal


Dibuat mucilago gum arabici 10% sebanyak 100mL masukkan kedalam
bekerglass 1

Dibuat Larutan Natrium lauril sulfat 0,1% sebanyak 100mL masukkan


kedalam bekerglass 2

Dilarutkan 0,25 gram dan 0,5 gram FeCl 3 dalam 100mL dengan air mendidih
masukkan kedalam bekerglass 3

Dibuat larutan gelatin 5% dan 10% masukkan kedalam bekerglass 4

2. Viskositas kolloid
Ditetapkan viskositas larutan FeCl 0,25 gram dan 0,5 gram dan larutan
gelatin 5% dan 10%

3. Pengaruh elektrolit terhadp kolloid


a. Larutan mucilago gum arab 10%, Na lauril sulfat 0,1%, FeCl 3 0,25 gram
dan gelatin 5% dan 10%
Diambil 10ml masing-masing larutan kolloid (larutan mucilago gum arab
10%, Na lauril sulfat 0,1%, FeCl3 0,25 gram dan gelatin 5% dan 10%).

Dititrasi masing-masing larutan diatas dengan NaCl 20%

Dilihat perubahan yang terjadi (ada tidaknya endapan) tiap 2mL larutan
NaCl 20%

Dicatat endapan yang terbentuk pada larutan kolloid dan dilakukan titrasi
pada masing-masing larutan sebanyak dua kali
b. Larutan FeCl3
Diambil 10ml larutan FeCl3 0,5 gram

Dicampurkan dengan 2,5ml larutan gelatin 10%

Dititrasi larutan diatas dengan NaCl 20%

Dilihat perubahan yang terjadi (ada tidaknya endapan) tiap 2mL larutan NaCl
20%

Dicatat endapan yang terbentuk pada larutan kolloid dan dilakukan titrasi

pada masing-masing larutan sebanyak dua kali

4. Pengaruh alcohol terhadap kolloid


Diambil 10ml larutan gelatin 5% dan 10%

Dititrasi dengan alkohol 96%

Dilihat perubahan yang terjadi (ada tidaknya endapan) tiap 2mL alkohol 96%

Dicatat endapan yang terbentuk pada larutan kolloid dan dilakukan titrasi
sebanyak dua kali
5. Reversibilitas kolloid
Diuapkan masing masing larutan kolloid (mucilago gum arab 10%, Na lauril
sulfat 0,1%, FeCl3 0,25 gram dan 0,5 gram) menggunakan cawan petri

Larutan koloid yang sudah menguap ditambahkan dengan 5ml air dingin

Diamati perubahan yang terjadi pada masing-masing larutan kolloid


(reversible atau irreversibel)
V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA SERTA GRAFIK

A. Viskositas koloid menggunakan Viskometer Brokfield


Nomer Rata-Rta
No. Larutan Replikasi Spindle RPM Prosentase Viskositas Viskositas
1 Gelatin 5% I 64 60 1,5% 30
31
II 64 60 1,6% 32
2 Gelatin 10% I 64 60 1,2% 24
24
II 64 60 1,2% 24
3 FeCl3 0,25 I 61 100 1,7% 1,02
1,83
gram II 61 100 4,4% 2,64
4 FeCl3 0,5 I 61 100 10,6% 6,36
gram II 61 100 4,2% 2,52 4,52

B. Pengaruh elektrolit terhadap koloid


Larutan : PGA 10%

Penambahan larutan NaCl 10%

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV


1. - - - - - - - - - - - - - - -

2. - - - - - - - - - - - - - - -
Rata-Rata : -

Larutan : Gelatin 5%

Penambahan larutan NaCl 10% ke-

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

1. - - - - - - - - - - - - 25ml

2. - - - - - - - - - - - - 25ml

Rata-Rata : 25ml
Larutan : Gelatin 10%
Penambahan larutan NaCl 10% ke-
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV
1. - - - - - - - - - - - - 25ml
2. - - - - - - - - - - - - 25ml
Rata-Rata 25 ml

Larutan :FeCl3 0,25 gram


Penambahan larutan NaCl 10% ke-
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV
1. - - - 8ml
2. - - - - 10ml
Rata-Rata 9 ml

Larutan : FeCl3 0,5 gram


Penambahan larutan NaCl 10% ke-

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV


1. - - - - 10ml
2. - - - - 10ml
Rata-Rata 10 ml

Larutan : FeCl3 0,5 gram + Gelatin


Penambahan larutan NaCl 10% ke-
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV
1. - - - - - 12ml
2. - - - - - - - - - 20ml
Rata-Rata 16 ml
Larutan : Na Lauryl Sulfas 0,1%
Penambahan larutan NaCl 10% ke-

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV


1. - - - 8ml
2. - - 6ml
Rata-Rata 7 ml

Keterangan : (-) : belum terjadi endapan


(+) : sudah terjadi endapan

C. Pengaruh alkohol terhadap koloid


No. Nama Larutan Alkohol 96% yang dibutuhkan Rata – Rata
I II III
1. Gelatin 5% 25ml 25ml -
25ml
2. Gelatin10% 25ml 25ml -

D. Reversibilitas Koloid
No. Nama Larutan Hasil
1. PGA 10% Reversibel

2. FeCl₃ 0,25g Irreversibel


3. FeCl₃ 0,5g Irreversibel

4. Na Lauril Sulfat 0,1% Irrevesibel


viskositas
35

30 31

25
24

20

15 viskositas

10

5 4.52
1.83
0
Gelatin 5% Gelatin 10% FeCl₃ 0,25 FeCl₃ 0,5 gram
gram

Grafik Pengaruh elektrolit terhadap


koloid
30

25 25 25

20

15 16

10 ml
10
9
7
5

0 0
PGA 10% Gelatin Gelatin FeCl₃ FeCl₃ 0,5 FeCl₃ + Na Lauryl
5% 10% 0,25 gram Gelatin Sulfas 0,1
gram %
VI. PEMBAHASAN

Koloid adalah sistem disperse, sistem disperse merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa suatu zat terbagi halus dalam zat lain. Berdasarkan perbedaan
ukuran yang didispersikan, sistem disperse dibedakan atas diapersi kasar, dispersi
halus, dan dispersi molekuler. Zat yang terbagi atau didispersikan disebut fase
disperse, fase intem,atau fase diskontinu, sedangkan zat yang digunakan untuk
mendispersikan disebut fase pendispersi, fase ekstern atau fase kontinu (Sumardjo,
2006).
Pada percobaan kali ini mempraktekkan tentang dispersi koloidal dan sifat-
sifat. Koloid merupakan suatu sistem dispersi yang berada diantara larutan dan
suspensi serta memiliki partikel zat antara 10-100. Sistem koloid sangat membantu

dalam menyelesaikan masalah yang timbul dalam pembuatan emulsi, salep, serbuk,
tablet dan suspensi.
Sifat-sifat dari koloid yaitu efek tindal, gerak brown, koagulasi, absorbsi,
dialisis, muatan koloid, elektroforesis, dan koloid pelindung. Efek tyndall
merupakan gejala penghamburan berkas sisnar (cahaya) yang disebabkan oleh
partikel koloid. Efek tyndall terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya. Sedangkan pada system koloid cahaya akan dihamburkan.
Hal ini terjadi karena koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk
menghamburkan partikel tersebut.
Gerak brown adalah pergerakan partikel-pertikel koloid membentuk zigzag.
Hala ini dikarenakan pertikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Untuk sisitem
koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel
akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel
cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga
terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel

sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Gerak Brown juga dipengaruhi
oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi kinetik
yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown
dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
Koloid Liofilik merupakan sistem koloid yang dapat mengadsorbsi cairan
(suka pelarut), sehingga terbentuk selubung di sekeliling koloid, contohnya agar-
agar. Koloid Liofobik adalah koloid yang tidak mengadsorbsi cairan (tidak suka
pelarut). Dispersi koloidal yang dibuat yang dibuat dengan dua metode umum
seperti metode kondensasi dan metode dispersi. Metode kondensasi
menggabungkan partiikel-partiikel kecil untuk membentuk partikel-partikel yang
lebih besar yang masuk dalam jarak ukuran koloidal. Sedangkan metode dispersi
mengggunakan teknik-teknik pengecilan ukuran partikel dan partikel-partikel yang
berdiimensi koloidal.

Pada praktikum kali ini larutan yang digunakan antara lain PGA 10%,
Larutan Natrium lauril sulfat 0,1%, Larutan gelatin 5% dan 10%, Larutan FeCl 3
0,25 gram dan 0,5 gram, Larutan NaCl 20%. Pertama-tama kita mencari viskositas
dari masing-masing larutan tersebut. Viskositas merupakan tahanan untuk mengalir
dari suatu sistem yang mendapat suatu tekanan. Untuk mengukur viskositasnya
digunakan viskometer Brookfield menggunakan spindel 64 dengan kecepatan 60
RPM pada larutan gelatin dan menggunakan spindle 61 dengan kecepatan 100
RPM pada larutan FeCL3. Semakin tinggi konsentrasi zat dalam larutan maka
viskositasnya semakin tinggi. Pada grafik viskositas diatas diperoleh hasil
viskositas FeCl3 paling kecil yaitu 1,83 dan viskositas paling besar adalah gelatin
5% yaitu sebesar 32. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan sifat bahan yang
terdapat pada larutan Gelatin tersebut. Selanjutnya mencari pengaruh elektrolit
terhadap koloid. Pengaruh penambahan elektrolit dari senyawa NaCl sendiri akan
menyebabkan tarik menarik pada larutan yang diuji, sehingga menyebabkan
terbentuknya koloid. Akan tetapi pada uji PGA 10% tidak menunjukan adanya
koloid, sedangkan terbentuknya koloid paling lama pada Gelatin yaitu sebanyak
25ml penambahan NaCl baru terbentuk adanya koloid, sedangkan paling cepat pada
Na Luril Sulfat 0,1% yaitu pada penambahan 7ml NaCl. Perbedaan yang terjadi
karena adanya pengaruh elektrolit NaCl yang tarik menarik sebanyak yang
dibutuhkan terhadap bahan yang diujikan hingga terbentuknya koloid, pada PGA
sendiri tidak terbentuknya koloid dimungkinkan karena NaCl tidak dapat tarik
menarik dengan PGA sehingga tidak terbentuklah koloid, akan tetapi jika dugaan
tersebut tidak tepat kemungkinan karena cara kerja yang kurang tepat pada saat
tritasi, karena penggojokan yang tidak merata dan tetesan yang keluar tidak
konsisten atau terlalu cepat menetes, sehingga NaCl tidak dapat merata pada larutan
PGA sehingga tidak terlihat adanya koloid. Pada larutan FeCl ₃ ditambah gelatin,

terbentuk adanya endapan, hal tersebut dikarenakan gelatin merusak cincin FeCl ₃
sehingga terbentuklah endapan pada hasil akhir. Pada uji pengaruh alkohol terhadap
koloid digunakan larutan gelatin, dimana menunjukan adanya kekeruhan pada hasil,
hal ini dikarenakan alkohol mengikat gelatin. Muatan alkohol yang menguap pada
gelatin menyebabkan kenetralan pada gelatin sehingga koloid yang terbentuk

menjadi keruh. Pada uji Reversibilitas koloid, PGA menunjukan adanya sifat
reversibel terhadap koloid, sedangkan yang lain seperti FeCl ₃ dan Na Lauril Sulfat
bersifat irreversibel terhadap koloid.
Keuntungan yang diperoleh pada pembuatan obat dengan dispersi koloid
seperti pada sedian suspensi, emulsi, tablet, dan salep memiliki keuntungan yaitu
waktu tinggal bahan aktif yang terdapat didalam sediaan pada pemakaiannya, bahan
aktif tersebut akan tinggal didalam kontak tubuh yang lebih lama sehingga akan
maksimal penyerapannya dan tidak menutup kemungkinan bahwa efek obat yang

ingin dicapai lebih maksimal.


VII. KESIMPULAN

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC;


Jakarta.
IX. LAMPIRAN
Semarang, 20 April 2017

Praktikan Praktikan Praktikan

( ) ( ) ( )

Praktikan Praktikan

( ) ( )

Praktikan Praktikan

( ) ( )

Dosen Pembimbing

( )
LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA

DISPERSI KOLOID DAN SIFAT-SIFATNYA

NAMA PRAKTIKAN / NIM :

1. Tatiana Novella D (16.0560)


2. Antonius Robertin Evan (16.0568)
3. Dyah Ayu Sitoresmi (16.0584)
4. Nurochmah Setio Rini (16.0594)
5. Ima Mulianingrum (16.0605)
6. Dewi Istiyanti (16.0616)
7. Fransisca Jenesia (12.0300)

AKADEMI FARMASI THERESIANA

Jl. GAJAHMADA NO. 91 SEMARANG

2017

Anda mungkin juga menyukai