BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan banyaknya pelayanan Rumah sakit yang ada sekarang ini dan berkembangnya pelayanan
kesehatan saat ini serta semakin banyaknya pelayanan kesehatan yang tersedia bagi masyarakat,
diperlukan suatu peningkatan pelayanan kesehatan agar dapat baersaing dalam memberikan pelayanan
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umun
Tujuannya meningkatkan mutu pelayanan di Ruang Perinatologi
2. Tujuan khusus
a. Memiliki standar ketenagaan di Ruang Perinatologi
b. Memiliki standar fasilitas di Ruang Perinatologi
c. Memiliki tata laksana di Ruang Perinatologi
d. Memiliki standar logistik di Ruang Perinatologi
e. Memiliki standar keselamatan pasien di Ruang Perinatologi
f. Memiliki standar keselamatan kerja di Ruang Perinatologi
g. Memiliki standar pengendalian mutu di Ruang Perinatologi
C. Ruang Lingkup
Pelayanan dan asuhan untuk kasus perinatologi diberikan pada bayi baru lahir sampai dengan usia 28
hari.
D. Batasan Operasional
Batasan Operasional Pelayanan Neonatus yang diberikan di Ruang Perinatologi Rumah Sakit
Umum didasarkan pada 2 (DUA) Level, yaitu :
1. Pelayanan Keperawatan Neonatus level II
Pedoman Pelayanan Keperawatan Page 2
Yaitu perawatan neonates khusus/perawatan bayi sakit sedang dan diharapkan pulih secara
cepat yang memerlukan observasi dan pengobatan yang memiliki asuhan keperawatan normal.
Kriteria:
a. BBLSR < 1000 gram tanpa komplikasi
b. BBLR < 2500 gram tanpa komplikasi
c. BBL > 4000 gram/makrosomia
d. Gangguan napas ringan sedang
e. Infeksi lokal/infeksi ringan sedang
f. Kelainan bawaan ringan sampai sedang yang bukan keadaan gawat
g. Penyakit komplikasi lain tanpa memerlukan perawatan intensive
2. Pelayanan Keperawatan Neonatus level III
Yaitu perawatan intensive neonatus yang memerlukan pengawasan yang terus menerus dari
Perawat, Dokter dan dukungan fasilitas berteknologi tinggi dengan Kriteria:
a. Berat badan lahir amat sangat rendah < 1000 gram
b. Nilai apgar 5/10 menit < 3
c. Gangguan napas berat
d. Infeksi berat
e. Meningitis
f. Kejang neonatus
g. Kelainan bawaan ringan dengan gawat darurat
h. Bayi baru lahir dengan komplikasi yang memerlukan ventilasi
E. Dasar Hukum Dasar hukum yang mendasari penyusunan pedoman Instalasi Rawat Inap adalah :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 971/MENKES/PER/XI/2009 TentangStandar
Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 340/Menkes/PER/III/2010 Tentang
Klasifikasi Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin
Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
7. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin
Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Kualifikasi
Jml
No Nama Jabatan Pendidikan Persyaratan tambahan Tersedia Ket
Masa kerja Pendidikan non formal /sertifikasi Kebutuhan
Formal
1 Kepala Ruang S1 2-3 th 1. Managemen bangsal 1. Mampu bekerja dalam 1 1 Sudah
Rawat Khusus Keperawatan sebagai 2. Dasar Intensif Tim sesuai
koordinator 3. Managemen mutu kep 2. Sehat jasmani dan rohani standar
1. TOT
2. Koordinator S1 2-3 th 1. Managemen bangsal 1. Mampu bekerja dalam 1 1 Belum
Ruang Keperawatan sebagai PJS 2. Resusitasi neonates Tim sesuai
Perinatologi 3. PONEK 2. Sehat jasmani dan standar
4. Metode Kanguru rohani
5. Dasar Intensif
6. BHD
7. PPI
8. Pasien Safety
9. Penanganan Bencana dan evakuasi
10. Costumer service
3. Perawat/bidan D3/S1 1. Resusitasi neonates 1. Mampu bekerja dalam 13 5 Belum
Perinatologi Keperawatan 2. PONEK Tim sesuai
/ Kebidanan 3. Metode Kanguru 2. Sehat jasmani dan standar
4. Dasar Intensif rohani
5. BHD
6. PPI
7. Pasien Safety
8. Penanganan Bencana dan evakuasi
A. DENAH RUANGAN
PINTU
Nurse Station
PETUGAS
PINTU
MASUK
CPAP
incubator
GUDANG
incubator
incubator
incubator
incubator
WC
incubator
C. PERSYARATAN KHUSUS
1. Perletakan ruangannya secara keseluruhan perlu adanya hubungan antar ruang dengan skala
prioritas yang diharuskan dekat dan sangat berhubungan/membutuhkan.
2. Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan, sehingga blok unit
sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linen/lurus (memanjang).
3. Konsep Rawat Inap yang disarankan “Rawat Inap Terpadu (Integrated Care)” untuk meningkatkan
efisiensi pemanfaatan ruang.
2. Langkah-langkah:
a. Pasien datang ke ruangan disertai status
b. Memberikan salam, menyebutkan nama petugas
c. Melakukan kebersihan tangan procedural perina
d. Membaringkan bayi ditempat tidur periksa/infant warmer
e. Memeriksa identitas bayi sesuai data : tanda pengenal (gelang biru untuk jenis kelamin
laki-laki dan gelang pink untuk jenis kelamin perempuan) , nama, jenis kelamin,
tanggal lahir, nomor register bayi, nama ibu dan ayah (orang tua), alamat orang tua
f. Memberikan identifikasi warna kuning resiko pasien jatuh
g. Oporan pasien kepada petugas yang mengantar pasien dan meneliti kelengkapan
catatan medis (status medis bayi), obat-obatan. Apabila ada data yang kurang jelas atau
tidak sesuai, segera tanyakan pada perawat / petugas yang mengantar
h. Memeriksa fisik bayi secara lengkap. Perkirakan masa kehamilan neonatus dengan
memplot berbagai hasil pengukuran tersebut dalam Penilaian Usia Kehamilan
Neonatus.
i. Tempatkan bayi di dalam incubator atau boks bayi sesuai dengan berat badan dan
kondisi klinisnya dalam posisi yang nyaman sesuai kebutuhan
j. Memberikan penjelasan kepada orang tua / keluarga mengenai:
- Nama petugas yang jaga dinas dan dokter DPJP
- Orientasi ruangan kepada keluarga pasien
- Tata tertib rumah sakit, antara lain: waktu kunjungan dan ketentuan peraturan
administrasi yang berlaku.
- Keadaan fisik bayi secara keseluruhan (terutama mengenai kecacatan)
- Tindakan-tindakan yang akan dilakukan
- Memberikan formulir persetujuan perawatan ruang perinatalogi untuk diisi dan
ditandatangani keluarga
k. Mengobservasi bayi: keadaan umum (tanda-tanda vital) dan warna kulit setiap 30
menit sampai 1 jam sekali, sampai keadaanya stabil, setelah itu cek 4 jam sekali.
Pedoman Pelayanan Keperawatan Page 11
l. Mencatat identitas bayi dalam buku register ruangan dan keadaan umum bayi dalam
catatan perawatan.
m. Melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Sampai
keadaanya stabil, setelah itu cek 4 jam sekali.
n. Mencatat identitas bayi dalam buku register ruangan dan keadaan umum bayi dalam
catatan perawatan.
o. Melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
Kebutuhan logistik, baik untuk operasional kegiatan bagian Keperawatan untuk sarana keperawatan
diadakan melalui proses permintaan barang sesuai SPO bagian logistic rumah sakit. Logistik yang diperlukan
keperawatan untuk melaksanakan kegiatan operasional adalah sebagai berikut :
Jumla
No Bahan habis pakai kondisi
h
1 Tisu lipi
2 Kertas karbon
3 Pena
4 Buku tulis sedang
5 Buku tulis besar
6 Buku tulis panjang
7 Map album
8 Map plastik
9 Lampu
10 Staples
11 Isi staples
12 Spidol
13 Isi tinta
14 Amplop
15 Kartu kontrol
16 Batrei
17 Format rincian biaya
18 Resep
19 Lembar cm
20 Minyak telon
21 Sabun bayi
22
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau idak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka upaya pelaksanaan
keselamatan pasien di RSU perlu dilakukan. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan RSU terutama
di dalam melaksanakan keselamatan pasien sangat diperlukan suatu pedoman yang jelas sehingga angka
kejadian KTD dapat dicegah sedini mungkin.
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan.
B. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RSU.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya
menjadi bertambah tinggi.
C. TATA LAKSANA KESELAMATAN KARYAWAN DI UNIT PELAYANAN
1. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi, yaitu :
a. Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi.
Pelayanan keperawatan merupakan salah satu pelayanan yang dapat memberikan kontribusi
terhadap upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan masyarakat.Upaya tersebut dilaksanakan
dengan fungsi perawat secara mandiri maupun kolaborasi, untuk mencapai tujuan bersama yaitu
pencegahan penyakit dan kecacatan, perawatan pada gangguan kesehatan, peningkatan ke arah kondisi
kesehatan yang optimal bagi individu, kelompok dan masyarakat.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntunan dan harapan
masyarakat yang semakin tinggi terhadap kualitas pelayanan, maka pelayanan keperawatan harus
senantiasa dinamis dan selalu memperbaiki diri dari waktu ke waktu, untuk memberikan kualitas
pelayanan bagi masyarakat pengguna jasa.
Untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang berkualitas diperlukan perbaikan secara terus
menerus di area pelayanan keperawatan. Dengan adanya pedoman pelayanan akan membantu
perawat/bidan di RSU dalam melakukan asuhan keperawatan menjadi lebih baik.
Masukan dan saran dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk peningkatan kualitas yang lebih
baik. Karena dengan masukan maka tim keperawatan akan melakukan perbaikan dalam membaerikan
pelayanan keperawatan.