Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Rumah Sakit


Menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
Menurut Supriyanto dan Ernawati (2010), rumah sakit merupakan industri
padat modal dan padat karya (padat sumber daya) serta padat teknologi. Sumber
daya manusia merupakan komponen utama proses pelayanan dalam rumah sakit.
Jenis produk atau jasa rumah sakit dapat berupa private goods (pelayanan dokter,
keperawatan farmasi, gizi), public goods (layanan parkir, front office, cleaning
service, house keeping, laundry) dan externality (imunisasi).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, dan tindakan medik
yang dilakukan oleh tenaga ahli selama 24 jam.

B. Tujuan dan Fungsi Rumah Sakit


Tujuan rumah sakit adalah untuk menghasilkan produk, jasa atau pelayanan
kesehatan yang benar-benar menyentuh kebutuhan dan harapan pasien dari
berbagai aspek, yang menyangkut medis dan non medis, jenis pelayanan,
prosedur pelayanan, harga dan informasi yang dibutuhkan. Rumah Sakit Umum
mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk
pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas Rumah Sakit Umum adalah
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara
serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan rujukan. Menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit, fungsi rumah sakit adalah:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan seuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan.
Untuk menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah Sakit Umum melaksanakan
kegiatan:
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan dan asuhan keperawatan
3. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis
4. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
a. Memajukan pengetahuan medik tentang penyakit dan peningkatan/perbaikan
pelayanan rumah sakit.
b. Ditujukan pada tujuan dasar dari pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi
penderita. Misalnya: pengembangan dan penyempurnaan prosedur
pembedahan yang baru. Kesehatan Masyarakat Tujuan utama dari fungsi
rumah sakit sebagai sarana kesehatan masyarakat adalah membantu
komunitas dalam mengurangi timbulnya kesakitan dan meningkatkan
kesehatan umum penduduk. Apoteker rumah sakit mempunyai peluang
memberi kontribusi pada fungsi ini dengan mengadakan brosur informasi
kesehatan, pelayanan pada penderita rawat jalan dengan memberi konseling
tentang penggunaan obat yang aman dan tindakan pencegahan keracunan.
c. Pelayanan Rujukan Upaya Kesehatan yaitu suatu upaya penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal
balik atas kasus atau masalah yang timbul kepada pihak yang mempunyai
fasilitas lebih lengkap dan mempunyai kemampuan lebih tinggi (Siregar, 2004).
5. Pendidikan, penelitian dan pengembangan
Pendidikan sebagai suatu fungsi rumah sakit terdiri atas 2 bentuk utama:
a. Pendidikan dan/atau pelatihan profesi kesehatan yang mencakup dokter,
apoteker, perawat, personel rekam medik, ahli gizi, teknisi sinar-X, laboran dan
administrator rumah sakit.
b. Pendidikan dan/atau pelatihan penderita merupakan fungsi rumah sakit yang
sangat penting dalam suatu lingkup yang jarang disadari oleh masyarakat. Hal
ini mencakup:
1) Pendidikan khusus dalam bidang rehabilitasi, psikiatri sosial dan fisik.
2) Pendidikan khusus dalam perawatan kesehatan, misalnya: mendidik
penderita diabetes, atau penderita kelainan jantung untuk merawat
penyakitnya.
3) Pendidikan tentang obat untuk meningkatkan kepatuhan, mencegah
penyalahgunaan obat dan salah penggunaan obat, dan untuk
meningkatkan hasil terapi yang optimal dengan penggunaan obat yang
sesuai dan tepat.
6. Administrasi umum dan keuangan

C. Klasifikasi Rumah Sakit


Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai
berikut:
1. Berdasarkan kepemilikan terdiri atas:
a. Rumah Sakit pemerintah yaitu Rumah Sakit yang langsung dikelola oleh
Departemen Kesehatan, Rumah Sakit pemerintah daerah, Rumah Sakit
militer, Rumah Sakit BUMN
b. Rumah Sakit swasta yang dikelola oleh masyarakat.
2. Berdasarkan jenis pelayanan terdiri atas:
a. Rumah Sakit Umum, memberi pelayanan kepada pasien dengan beragam
jenis penyakit
b. Rumah Sakit Khusus, memberi pelayanan utama pada satu bidang atau
satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Contoh: Rumah Sakit
Kanker dan Rumah Sakit Bersalin.
3. Berdasarkan lama tinggal terdiri atas:
a. perawatan jangka pendek yang merawat penderita kurang dari 30 hari dan
rumah sakit
b. perawatan jangka panjang yang merawat penderita dalam waktu rata-rata
30 hari atau lebih.
4. Kapasitas tempat tidur terdiri atas:
a. Rumah Sakit di bawah 50 TT
b. Rumah Sakit 50-99 TT
c. Rumah Sakit 100-199 TT
d. Rumah Sakit 200-299 TT
e. Rumah Sakit 300-399 TT
f. Rumah Sakit 400-499 TT
g. Rumah Sakit 500 TT atau lebih
5. Afilasi pendidikan, terdiri atas:
Rumah Sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program
latihan untuk berbagai profesi. merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi:
a. kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga
kesehatan lainnya.
b. Rumah Sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki
hubungan kerjasama dengan universitas.
6. Status akreditasi terdiri atas rumah sakit yang telah diakreditasi dan belum
diakreditasi. Rumah sakit yang telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah
diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan
bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan
kegiatan tertentu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun
2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, klasifikasi Rumah Sakit Umum
yang terbagi atas Rumah Sakit Umum Tipe A, B, C dan D didasarkan pada
pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, bangunan dan prasarana.
1. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik
luas.
2. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas
spesialistik dan subspesialistik terbatas.
3. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.
4. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

D. Jenis dan Pelayanan Rumah Sakit


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129
Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, jenis-jenis
pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah sakit meliputi:
pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan
bedah, pelayanan persalinan dan perinatology, pelayanan intensif, pelayanan
radiologi, pelayanan laboratorium patologi klinik, pelayanan rehabilitasi medik,
pelayanan farmasi, pelayanan gizi, pelayanan transfusi darah, pelayanan keluarga
miskin, pelayanan rekam medis, pengelolaan limbah, pelayanan administrasi
manajemen, pelayanan ambulans/kereta jenazah, pelayanan pemulasaraan
jenazah, pelayanan laundry, pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit dan
pencegah pengendalian infeksi. Jenis pelayanan tersebut dibagi berdasarkan kelas
Rumah Sakit. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Standar Pelayanan Rumah Sakit Berdasarkan Kelas
RSU Kelas A RSU Kelas B RSU Kelas C RSU Kelas D
Jenis pelayanan Rumah Sakit
1. Medik: 1. Medik: 1. Medik: 1. Medik:
 Gawat darurat 24 jam  Gawat darurat 24 jam  Gawat darurat 24 jam  Gawat darurat 24 jam
 Spesialis dasar meliputi  Spesialis dasar meliputi  Umum meliputi  Umum meliputi
penyakit dalam, kesehatan penyakit dalam, kesehatan pelayanan medik pelayanan medik
anak, bedah, obstetri dan anak, bedah, obstetri dan dasar, medik gigi dan dasar, medik gigi dan
ginekologi ginekologi, mulut, kesehatan ibu mulut, kesehatan ibu
 Spesialis penunjang meliputi  Spesialis penunjang meliputi dan anak, dan dan anak, dan
anestesiologi, radiologi, patologi anestesiologi, radiologi, keluarga berencana keluarga berencana
klinik, patologi anatomi, dan patologi klinik, patologi  Spesialis dasar  Spesialis dasar paling
rehabilitasi medik anatomi, dan rehabilitasi meliputi penyakit sedikit 2 dari 4
 Spesialis lain meliputi medik dalam, kesehatan pelayanan dasar
pelayanan mata, THT, syaraf,  Spesialis lain paling sedikit anak, bedah, obstetri  Spesialis penunjang
jantung dan pembuluh darah, berjumlah 8 pelayanan dari dan ginekologi, meliputi radiologi,
kulit dan kelamin, kedokteran 13 pelayanan  Spesialis penunjang dan laboratorium
jiwa, paru, ortophedi, urologi,  Subspesialis paling sedikit meliputi anestesiologi,
bedah syaraf, bedah plastik, berjumlah 2 pelayanan dari 4 radiologi, dan patologi 2. Kefarmasian
dan kedokteran forensik subspesialis dasar (bidang klinik  Pengelolaan sediaan
 Subspesialis di bidang spesialiisasi bedah, penyakit  Spesialis gigi dan farmasi
spesialisasi bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, mulut paling sedikit  Alat kesehatan dan
dalam, kesehatan anak, obstetric dan ginekologi) berjumlah 1 pelayanan bahan medis habis
obstetric dan ginekologi, mata,  Spesialis gigi dan mulut pakai
THT, syaraf, jantung dan paling sedikit berjumlah 3 2. Kefarmasian  Pelayanan farmasi
pembuluh darah, kulit dan pelayanan meliputi pelayanan  Pengelolaan sediaan klinik
kelamin, kedoteran jiwa, paru, bedah mulut, farmasi
orthopedi, urologi, bedah konservasi/endodonsi dan  Alat kesehatan dan 3. Keperawatan dan
syarah, bedah plastic, dan gigi orthodonti bahan medis habis kebidanan
mulut pakai  Asuhan keperawatn
 Pelayanan farmasi  Asuhan kebidanan
klinik
RSU Kelas A RSU Kelas B RSU Kelas C RSU Kelas D
 Spesialis gigi dan mulut 2. Kefarmasian 3. Keperawatan dan 4. Penunjang klinik
meliputi pelayanan bedah  Pengelolaan sediaan farmasi kebidanan  Pelayanan darah
mulut, konservasi/endodonsi,  Alat kesehatan dan bahan  Asuhan keperawatn  Perawatan high care
periodonti, orthodonti, medis habis pakai  Asuhan kebidanan unit untuk semua
prosthodonti, pedodonsi dan  Pelayanan farmasi klinik golongan umur dan
penyakit mulut 4. Penunjang klinik jenis penyakit
3. Keperawatan dan kebidanan  Pelayanan bank darah  Gizi
2. Kefarmasian  Asuhan keperawatn  Perawatan intensi  Sterilisasi instrumen
 Pengelolaan sediaan farmasi  Asuhan kebidanan untuk semua golongan  Rekam medik
 Alat kesehatan dan bahan umur dan jenis
medis habis pakai 4. Penunjang klinik penyakit 5. Penunjang non klinik
 Pelayanan farmasi klinik  Pelayanan bank darah  Gizi  Laundry/linen
 Perawatan intensi untuk  Sterilisasi instrumen  Jasa boga/dapur
3. Keperawatan dan kebidanan semua golongan umur dan  Rekam medik  Teknik dan
 Asuhan keperawatn generalis jenis penyakit pemeliharaan fasilitas
dan spesialis  Gizi 5. Penunjang non klinik  Pengelolaan limbah
 Asuhan kebidanan  Sterilisasi instrumen  Laundry/linen  Gudang
 Rekam medik  Jasa boga/dapur  Ambulans
4. Penunjang klinik  Teknik dan  Sistem informasi dan
 Pelayanan bank darah 5. Penunjang non klinik pemeliharaan fasilitas komunikasi
 Perawatan intensi untuk semua  Laundry/linen  Pengelolaan limbah  Pemulasaraan
golongan umur dan jenis  Jasa boga/dapur  Gudang jenazah
penyakit  Teknik dan pemeliharaan  Ambulans  Sistem
 Gizi fasilitas  Sistem informasi dan penanggulangan
 Sterilisasi instrumen  Pengelolaan limbah komunikasi kebakaran
 Rekam medic  Gudang  Pemulasaraan jenazah  Pengelolaan gas
 Ambulans  Sistem medik
5. Penunjang non klinik  Sistem informasi dan penanggulangan  Pengelolaan air
 Laundry/linen komunikasi kebakaran bersih
 Jasa boga/dapur  Pemulasaraan jenazah  Pengelolaan gas medik
 Pengelolaan air bersih
RSU Kelas A RSU Kelas B RSU Kelas C RSU Kelas D
 Teknik dan pemeliharaan  Sistem penanggulangan 6. Rawat inap yang 6. Rawat inap yang
fasilitas kebakaran dilengkapi dengan fasilitas dilengkapi dengan
 Pengelolaan limbah  Pengelolaan gas medik sebagai berikut: fasilitas sebagai berikut:
 Gudang  Pengelolaan air bersih  Jumlah TT perawatan  Jumlah TT perawatan
 Ambulans Kelas III paling sedikit Kelas III paling
 Sistem informasi dan 6. Rawat inap yang dilengkapi 30% dari seluruh TT sedikit 30% dari
komunikasi dengan fasilitas sebagai berikut: untuk Rumah Sakit seluruh TT untuk
 Pemulasaraan jenazah  Jumlah TT perawatan Kelas milik Pemerintah Rumah Sakit milik
 Sistem penanggulangan III paling sedikit 30% dari  Jumlah TT perawatan Pemerintah
kebakaran seluruh TT untuk Rumah Kelas III paling sedikit  Jumlah TT perawatan
 Pengelolaan gas medik Sakit milik Pemerintah 20% (dua puluh Kelas III paling
 Pengelolaan air bersih  Jumlah TT perawatan Kelas persen) dari seluruh sedikit 20% (dua
III paling sedikit 20% (dua TT untuk Rumah Sakit puluh persen) dari
6. Rawat inap yang dilengkapi dengan puluh persen) dari seluruh TT milik swasta; seluruh TT untuk
fasilitas sebagai berikut: untuk Rumah Sakit milik  Jumlah TT perawatan Rumah Sakit milik
 Jumlah TT perawatan Kelas III swasta; intensif sebanyak 5% swasta;
paling sedikit 30% dari seluruh  Jumlah TT perawatan intensif (lima persen) dari
TT untuk Rumah Sakit milik sebanyak 5% (lima persen) seluruh TT untuk
Pemerintah dari seluruh TT untuk Rumah Rumah Sakit milik
 Jumlah TT perawatan Kelas III Sakit milik Pemerintah dan Pemerintah dan
paling sedikit 20% (dua puluh Rumah Sakit milik swasta. Rumah Sakit milik
persen) dari seluruh TT untuk swasta.
Rumah Sakit milik swasta;
 Jumlah TT perawatan intensif
sebanyak 5% (lima persen) dari
seluruh TT untuk Rumah Sakit
milik Pemerintah dan Rumah
Sakit milik swasta.
RSU Kelas A RSU Kelas B RSU Kelas C RSU Kelas D
Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Tenaga medis 1. Tenaga medis 1. Tenaga medis 1. Tenaga medis
 18 dokter umum untuk setiap  12 dokter umum untuk setiap  9 dokter umum untuk  4 dokter umum untuk
pelayanan medik dasar pelayanan medik dasar setiap pelayanan setiap pelayanan
 4 dokter gigi umum untuk  3 dokter gigi umum untuk medik dasar medik dasar
setiap pelayanan medik gigi setiap pelayanan medik gigi  2 dokter gigi umum  1 dokter gigi umum
dan mulut dan mulut untuk setiap untuk setiap
 6 dokter spesialis untuk setiap  3 dokter spesialis untuk pelayanan medik gigi pelayanan medik gigi
jenis pelayanan medik spesialis setiap jenis pelayanan medik dan mulut dan mulut
dasar spesialis dasar  2 dokter spesialis  1 dokter spesialis
 3 dokter spesialis untuk setiap  1 dokter spesialis untuk untuk setiap jenis untuk setiap jenis
jenis pelayanan medik spesialis setiap jenis pelayanan medik pelayanan medik pelayanan medik
penunjang spesialis penunjang spesialis dasar spesialis dasar
 3 dokter spesialis untuk setiap  1 dokter spesialis untuk  1 dokter spesialis
jenis pelayanan medik spesialis setiap jenis pelayanan medik untuk setiap jenis 2. Tenaga kefarmasian
lain spesialis lain pelayanan medik  1 apoteker sebagai
 2 dokter subspesialis untuk  1 dokter subspesialis untuk spesialis penunjang kepala instalasi
setiap jenis pelayanan medik setiap jenis pelayanan medik  1 dokter gigi spesialis farmasi Rumah Sakit
subspesialis subspesialis untuk setiap jenis  1 apoteker yang
 1 dokter gigi spesialis untuk  1 dokter gigi spesialis untuk pelayanan medik bertugas di rawat
setiap jenis pelayanan medik setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi dan inap dan rawat jalan
spesialis gigi dan mulut spesialis gigi dan mulut mulut yang dibantu oleh
paling sedikit 2
2. Tenaga kefarmasian 2. Tenaga kefarmasian 2. Tenaga kefarmasian tenaga teknis
 1 apoteker sebagai kepala  1 apoteker sebagai kepala  1 apoteker sebagai kefarmasian
instalasi farmasi Rumah Sakit instalasi farmasi Rumah Sakit kepala instalasi  1 apoteker sebagai
 5 apoteker yang bertugas di  4 apoteker yang bertugas di farmasi Rumah Sakit koordinator
rawat jalan yang dibantu oleh rawat jalan yang dibantu oleh  2 apoteker yang penerimaan,
paling sedikit 10 tenaga teknis paling sedikit 8 tenaga teknis bertugas di rawat distribusi dan
kefarmasian kefarmasian jalan yang dibantu produksi yang
RSU Kelas A RSU Kelas B RSU Kelas C RSU Kelas D
 5 apoteker di rawat inap yang  4 apoteker di rawat inap yang oleh paling sedikit 4 dibantu oleh tenaga
dibantu oleh paling sedikit 10 dibantu oleh paling sedikit 8 tenaga teknis teknis kefarmasian
tenaga teknis kefarmasian tenaga teknis kefarmasian kefarmasian disesuaikan dengan
 1 apoteker di instalasi gawat  1 apoteker di instalasi gawat  4 apoteker di rawat beban kerja
darurat yang dibantu oleh darurat yang dibantu oleh inap yang dibantu oleh pelayanan
minimal 2 tenaga teknis minimal 2 tenaga teknis paling sedikit 8 tenaga kefarmasian
kefarmasian kefarmasian teknis kefarmasian
 1 apoteker di ICU yang dibantu  1 apoteker di ICU yang  1 apoteker sebagai 3. Tenaga keperawatan
oleh minimal 2 tenaga teknis dibantu oleh minimal 2 koordinator  Jumlah kebutuhan
kefarmasian tenaga teknis kefarmasian penerimaan, distribusi dihitung dengan
 1 apoteker sebagai koordinator  1 apoteker sebagai dan produksi yang perbandingan 2
penerimaan dan distribusi yang koordinator penerimaan dan dibantu oleh tenaga perawat untuk 3 TT
dibantu oleh tenaga teknis distribusi yang dibantu oleh teknis kefarmasian  Kualifikasi dan
kefarmasian disesuaikan tenaga teknis kefarmasian disesuaikan dengan kompetensi
dengan beban kerja pelayanan disesuaikan dengan beban beban kerja pelayanan disesuaikan dengan
kefarmasian kerja pelayanan kefarmasian kefarmasian kebutuhan pelayanan
 1 (satu) apoteker sebagai  1 (satu) apoteker sebagai Rumah Sakit
10edic10nator produksi yang 10edic10nator produksi yang 3. Tenaga keperawatan
dibantu oleh tenaga teknis dibantu oleh tenaga teknis  Jumlah kebutuhan 4. Tenaga kesehatan lain,
kefarmasian disesuaikan kefarmasian disesuaikan dihitung dengan jumlah dan kualifikasi
dengan beban kerja pelayanan dengan beban kerja perbandingan 2 disesuaikan dengan
kefarmasian pelayanan kefarmasian perawat untuk 3 TT kebutuhan dan pelayanan
 Kualifikasi dan Rumah Sakit
3. Tenaga keperawatan 3. Tenaga keperawatan kompetensi
 Jumlah kebutuhan sama  Jumlah kebutuhan sama disesuaikan dengan 5. Tenaga non kesehatan,
dengan jumlah TT pada dengan jumlah TT pada kebutuhan pelayanan jumlah dan kualifikasi
instalasi rawat inap instalasi rawat inap Rumah Sakit disesuaikan dengan
 Kualifikasi dan kompetensi  Kualifikasi dan kompetensi kebutuhan dan pelayanan
disesuaikan dengan kebutuhan disesuaikan dengan Rumah Sakit
pelayanan Rumah Sakit kebutuhan pelayanan Rumah
Sakit
RSU Kelas A RSU Kelas B RSU Kelas C RSU Kelas D
4. Tenaga kesehatan lain, jumlah dan 4. Tenaga kesehatan lain, jumlah 4. Tenaga kesehatan lain,
kualifikasi disesuaikan dengan dan kualifikasi disesuaikan jumlah dan kualifikasi
kebutuhan dan pelayanan Rumah dengan kebutuhan dan pelayanan disesuaikan dengan
Sakit Rumah Sakit kebutuhan dan pelayanan
Rumah Sakit
5. Tenaga non kesehatan, jumlah dan 5. Tenaga non kesehatan, jumlah
kualifikasi disesuaikan dengan dan kualifikasi disesuaikan 5. Tenaga non kesehatan,
kebutuhan dan pelayanan Rumah dengan kebutuhan dan pelayanan jumlah dan kualifikasi
Sakit Rumah Sakit disesuaikan dengan
kebutuhan dan pelayanan
Rumah Sakit

Peralatan Rumah Sakit


Peralatan medis untuk: Peralatan medis untuk: Peralatan medis untuk: Peralatan medis untuk:
1. Instalasi gawat darurat 1. Instalasi gawat darurat 1. Instalasi gawat darurat 1. Instalasi gawat darurat
2. Rawat jalan 2. Rawat jalan 2. Rawat jalan 2. Rawat jalan
3. Rawat inap 3. Rawat inap 3. Rawat inap 3. Rawat inap
4. Rawat intensif 4. Rawat intensif 4. Rawat intensif 4. Rawat intensif
5. Rawat operasi 5. Rawat operasi 5. Rawat operasi 5. Rawat operasi
6. Persalinan 6. Persalinan 6. Persalinan 6. Persalinan
7. Radiologi 7. Radiologi 7. Radiologi 7. Radiologi
8. Laboratorium klinik 8. Laboratorium klinik 8. Laboratorium klinik 8. Laboratorium klinik
9. Pelayanan darah 9. Pelayanan darah 9. Pelayanan darah 9. Pelayanan darah
10. Rehabilitasi medik 10. Rehabilitasi medik 10. Rehabilitasi medik 10. Rehabilitasi medik
11. Farmasi 11. Farmasi 11. Farmasi 11. Farmasi
12. Instalasi gizi 12. Instalasi gizi 12. Instalasi gizi 12. Instalasi gizi
13. Kamar jenazah 13. Kamar jenazah 13. Kamar jenazah 13. Kamar jenazah
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
E. Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Studi Kelayakan merupakan salah satu tahapan yang cukup penting dari
rangkaian pelaksanaan kegiatan. Studi Kelayakan ini semakin dirasakan penting
dimana sumber daya alam, sumber daya manusia (SDM) maupun dana semakin
terbatas. Pada awalnya, studi kelayakan dilakukan atas permintaan penyandang
dana, donatur atau investor. Aspek yang dikajipun hanya aspek finansial saja,
namun semakin tingginya kesadaran akan aspek teknis, lingkungan maupun
keadilan (equity), maka aspek yang dikaji makin komprehensif bahwa studi
kelayakan proyek pada dasarnya diperlukan sebagai alat bantu bagi proses
pengambilan keputusan.
Maksud dari studi kelayakan proyek ialah untuk mengkaji tingkat kelayakan
suatu proyek yang akan dilaksanakan, dilakukan agar sumber daya yang terbatas
dapat dialokasikan secara efisien dan efektif. Adapun tujuannya adalah dengan
terbatasnya sumber–sumber daya yang tersedia pemilihan antara berbagai macam
proyek dapat dilakukan, sehingga hanya proyek–proyek yang benar–benar layak
saja yang terpilih, sehingga pengalokasian sumber daya dapat dilakukan pada
proyek–proyek yang mempunyai tingkat kelayakan yang tinggi. Bahwa kesalahan
dalam memilih proyek dapat mengakibatkan pengorbanan dari pada sumber daya
yang makin langka dan terbatas, sehingga alokasi sumber daya dapat ditempatkan
pada proyek yang mendatangkan kemanfaatan paling tinggi dan kerugian paling
kecil. Studi kelayakan proyek adalah suatu kegiatan penelitian atau studi yang
dilakukan secara komprehensif dari berbagai aspek dalam usaha mengkaji tingkat
kelayakan dari suatu proyek. Kegiatan penelitian ini merupakan salah satu tahapan
awal dari serangkaian kegiatan pelaksanaan proyek. Hasil dari suatu studi
kelayakan adalah rekomendasi mengenai perlu tidaknya proyek yang dikaji untuk
dilanjutkan pada tahap yang lebih lanjut.
Dalam Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan
bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan lokasi harus
memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata
ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan
Rumah Sakit, serta ketentuan mengenai tata ruang yang harus sesuai dengan
peruntukan lokasi yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan dan/atau Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan. Bangunan rumah sakit berdasakan persyaratan teknis
bangunan Rumah Sakit harus sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua
orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut. Hal ini
sejalan dengan Undang Undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
teknis bangunan gedung yang meliputi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan yang meliputi persyaratan keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Rencana membangun atau mengembangkan suatu Rumah Sakit akan
dilakukan setelah mengetahui jenis layanan kesehatan rumah sakit serta kapasitas
tempat tidur (TT) yang akan dilakukan dan disediakan untuk masyarakat sesuai
dengan Hasil Kajian Studi Kelayakan (Feasibility Study). Dalam mendirikan atau
mengembangkan rumah sakit diperlukan suatu proses atau langkah-langkah yang
sistematis dengan melakukan suatu penelitian atau studi yang benar, karena setiap
proses saling berkaitan satu sama lainnya dan dilakukan secara bertahap.
Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah hasil analisis dan penjelasan
kelayakan dari segala aspek yang akan mendasari pendirian atau pengembangan
suatu Rumah Sakit, terkait dengan penentuan Rencana Kerja Pelayanan Kesehatan
Rumah Sakit yang baru akan dilakukan maupun lanjutan dari yang sudah ada
dalam melakukan rencana pengembangan atau peningkatan kelas dari suatu
Rumah Sakit. Dari kondisi Laju Pertumbuhan Demografi, Pengembangan
Pembangunan dan Peningkatan Kehidupan di suatu wilayah, Pola Penyakit dan
Epidemiologi, dan lain-lain, dapat dipahami bahwa suatu Rumah Sakit itu secara
relatif akan berada di daerah Urban atau Semi-Urban. Dimana hal ini pula yang
dapat menentukan bahwa Sarana dan Prasarana suatu Rumah Sakit akan berbeda
sesuai dengan Layanan Kesehatan Rumah Sakit yang akan diberikannya kepada
masyarakat dimana Rumah Sakit tersebut berada.
Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini dimaksudkan agar dalam
mendirikan atau mengembangkan rumah sakit dapat mendeterminasi fungsi
layanan yang tepat dan terintegrasi sehingga sesuai dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan yang diinginkan (health needs), kebudayaan daerah setempat
(cultures), kondisi alam daerah setempat (climate), lahan yang tersedia (sites) dan
kondisi keuangan manajemen RS (budget). Adapun tahapan analisis dalam
penyusunan Studi Kelayakan Rumah Sakit:
1. Analisis Situasi
Analisis Situasi dalam Studi Kelayakan (Feasibility Study) dilakukan suatu
analisis dari seluruh aspek-aspek baik dari aspek Eksternal sebagai peluang
ataupun ancaman maupun aspek Internal yang dapat menjadi kekuatan ataupun
kelemahan sehingga aspek-aspek tersebut dapat menjadikan Kecenderungan
suatu Rumah Sakit dalam melakukan pembangunan baru atau melakukan
pengembangan berupa peningkatan status layanan Rumah Sakit tersebut.
Untuk menganalisis aspek Ekternal dan aspek Internal perlu dilakukan proyeksi
berupa forcasting, kecuali data-data yang tidak memungkinkan tetap disajikan
dalam bentuk tabel, diagram batang atau pun diagram pie untuk melihat
kecenderungannya. Aspek-aspek yang dikaji sebagai analisis situasi diharapkan
mendapatkan suatu kecenderungan Rumah Sakit setelah melakukan segmentasi
dan posisioning, aspek-aspek tersebut antara lain:
a. Aspek eksternal: kebijakan, demografi, geografi, sosial, ekonomi dan budaya,

sumber daya manusia/ketenagakerjaan kesehatan, derajat kesehatan


b. Aspek internal: sarana kesehatan, pola penyakit dan epidemologi, teknologi,
SDM/ketenagakerjaan rumah sakit, organisasi, kinerja dan keuangan
2. Analisis Permintaan
Analisis Permintaan dalam Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study)
akan membahas tentang Analisis Posisi Kelayakan Rumah Sakit dari 5 (lima) aspek.
Berdasarkan Analisis Aspek Eksternal dan Aspek Internal yang telah dilakukan
pada Analisis Situasi maka dilakukan analisis yang bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta
peluang dan ancaman yang secara sistematis akan menjadi pertimbangan tehadap
kelayakan pembangunan Rumah Sakit tersebut. Hasil analisis tersebut selanjutnya
digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam
upaya memaksimalkan Kekuatan (strength) dan memanfaatkan Peluang
(opportunity) serta secara bersamaan berusaha untuk meminimalkan Kelemahan
(weakness) dan mengatasi Ancaman (threat). Aspek-aspek kelayakan pada
analisis permintaan yaitu:
a. Lahan dan Lokasi
b. Klasifikasi Rumah Sakit
3. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan analisis mengenai kebutuhan yang harus
disediakan oleh Rumah Sakit secara keseluruhan yang disesuaikan berdasar
analisis permintaan yang telah dilakukan. Analisis kebutuhan ini dapat memberikan
gambaran mengenai rencana pengembangan dari Rumah Sakit tersebut dilihat
dari aspek:
a. Kebutuhan Lahan
b. Kebutuhan Ruang
c. Peralatan Medis dan Non Medis
d. Sumber Daya Manusia (SDM)
e. Organisasi dan Uraian Tugas
4. Analisis Keuangan
Analisis Keuangan memberikan gambaran tentang rencana penggunaan sumber
anggaran yang dimiliki, sehingga dapat diketahui tingkat pengembalian biaya yang akan
diinvestasikan. Dengan demikian maka pihak pemilik/ investor dapat melihat tingkat
keuntungan yang mungkin akan diperoleh. Adapun aspek keuangan yang akan
dianalisis terdiri dari:
a. Rencana Investasi dan Sumber Dana
b. Proyeksi Pendapatan dan Biaya
c. Proyeksi Cash Flow
d. Analisis Keuangan : Break Event Point (BEP), Internal Rate of Return (IRR),
dan Net Present Value (NPV)
Menurut Umar (2009 dalam Syarif, 2011) studi kelayakan terhadap aspek
keuangan perlu menganalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi.
Beberapa kriteria investasi yang digunakan untuk menentukan diterima atau
tidaknya sesuatu usulan usaha sebagai berikut:
a. Net Present Value (NPV) merupakan ukuran yang digunakan untuk
mendapatkan hasil neto (net benefit) secara maksimal yang dapat dicapai
dengan investasi modal atau pengorbanan sumber-sumber lain. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur
ekonomi proyek.
b. Net Benefit/ Cost Ratio, perbandingan antara present value dari net benefit
positif dengan present value dari net benefit negatif. Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui berapa besarnya keuntungan dibandingkan dengan
pengeluaran selama umur ekonomis proyek. Proyek dinyatakan layak
dilaksanakan jika nilai B/C Rasio yang diperoleh lebih besar atau sama dengan
satu, dan merugi dan tidak layak dilakukan jika nilai B/C Rasio yang diperoleh
lebih kecil dari satu.
c. IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat suku bunga yang dapat
membuat besarnya nilai NPV dari suatu usaha sama dengan nol (0) atau yang
dapat membuat nilai Net B/C Ratio sama dengan satu dalam jangka waktu
tertentu.

F. Penyelenggaraan Rumah Sakit Tipe D


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2014 Tentang
Rumah Sakit Kelas D Pratama, penyelenggaraan rumah sakit tipe tersebut harus
memenuhi persyaratan berikut:
1. Aspek Lokasi
Persyaratan lokasi terdiri atas:
a. Penentuan lokasi telah berdasarkan hasil kajian masalah kesehatan, kebutuhan
pelayanan kesehatan, dan skala prioritas daerah yang membutuhkan serta
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, rencana tata bangunan, dan
lingkungan;
b. Pemilihan lokasi harus bebas dari pencemaran, banjir, rawan longsor dan tidak
berdekatan atau tidak berdampingan dengan tempat bongkar muat barang,
fasilitas umum, fasilitas pendidikan, daerah industri, dan areal limbah pabrik;
c. Harus memenuhi kriteria lokasi di:
1) Daerah terpencil, daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab
seperti keadaan geografis meliputi pegunungan, daratan, hutan dan rawa,
transportasi, dan sosial budaya;
2) Daerah perbatasan, daerah kabupaten/wilayah geographis yang
berhadapan dengan negara tetangga, baik dibatasi darat maupun laut;
3) Daerah kepulauan atau pulau-pulau kecil terluar, daerah berupa pulau
dengan luas area kurang atau sama dengan 2000 km2 yang memiliki titik
dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut
kepulauan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4) Daerah tertinggal, daerah kabupaten yang relatif kurang berkembang
dibandingkan daerah lain dalam skala nasional dan berpenduduk relatif
tertinggal; dan
5) Daerah yang belum tersedia rumah sakit atau rumah sakit yang telah ada
sulit dijangkau akibat kondisi geografis;
d. Harus memenuhi kriteria lahan, akses, keamanan, dan fasilitas penunjang:
1) Kriteria lahan:
a) Kontur tanah datar (matang) dan stabil (tanah keras/tanah
pemadatan);
b) Luas lahan disesuaikan dengan luas lantai bangunan rumah sakit yang
akan dibangun, tergantung pada jumlah kebutuhan tempat tidur pasien
yang akan disediakan dan luas lahan yang dapat dibangun mengikuti
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) daerah setempat;
c) Bagi daerah pemekaran baru yang belum memiliki rumah sakit dapat
menempatkan Rumah Sakit Kelas D Pratama pada bagian lahan yang
diperuntukkan bagi Master Plan lahan Rumah Sakit Umum Daerah
setempat;
d) Memiliki surat pembebasan lahan atau sertifikat tanah/bukti
kepemilikan tanah;
2) Kriteria akses dan keamanan:
a) Mudah dijangkau masyarakat;
b) Tersedia transportasi umum;
c) Memiliki sistem keamanan.
3) Kriteria fasilitas penunjang, berupa ketersediaan air bersih, fasilitas
pembuangan limbah, listrik, dan sarana komunikasi.
2. Aspek Bangunan
Persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit bertujuan:
a. Masa Bangunan dan Block Plan
1) Perencanaan Intensitas Bangunan RS harus mengikuti ketentuan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota dan/atau Rencana Tata
Bangunan & Lingkungan (RTBL).
2) Perencanaan Intensitas Bangunan Rumah Sakit meliputi Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Daerah Hijau
(KDH), Garis Sempadan Bangunan (GSB), Garis Sempadan Jalan (GSJ),
Garis Sempadan Pagar (GSP), Garis Sempadan Sungai (GSS), dan Jarak
antar bangunan.
3) Jarak antara massa bangunan dalam RS mempertimbangkan hal-hal
berikut ini:
a) Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
b) Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
c) Kenyamanan;
d) Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.
4) Pengembangan RS pola vertikal dan horizontal
Penentuan pola pembangunan RS baik secara vertikal maupun horisontal,
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang diinginkan RS
(health needs), kebudayaan daerah setempat (cultures), kondisi alam daerah
setempat (climate), lahan yang tersedia (sites) dan kondisi keuangan
manajemen RS (budget).
b. Ruang Rawat Jalan
Fungsi ruang rawat jalan adalah sebagai tempat untuk melakukan fungsi
kegiatan pelayanan konsultasi, pemeriksaan dan pengobatan (klinik),
administrasi dan pendaftaran, serta rekam medik.
Persyaratan teknis bangunan:
1) Ukuran ruangan klinik tergantung jenis pelayanan dan kapasitas pengguna
serta pola aktivitas.
2) Untuk klinik gigi, persyaratan ruang disesuaikan dengan aktivitas
pelayanan, kapasitas pengguna dan khusus ketentuan dimensi dan
ketentuan penunjang peralatan pada “Dental Chair”.
3) Pengaturan/pengelompokan klinik berdasarkan penyakit menular dan tidak
menular.
4) Tiap-tiap klinik mempunyai ruang tunggu masing-masing
5) Disediakan toilet pasien dengan jumlah memadai dan minimal disediakan
1 toilet aksesibel untuk pegguna kursi roda.
c. Ruang Gawat Darurat
Fungsi ruang gawat darurat adalah sebagai tempat untuk melayani pasien
yang berada dalam keadaan gawat darurat yang membutuhkan pertolongan
secepatnya. Ruang harus dapat memfasilitasi kegiatan triase, tindakan
resusitasi, observasi, kegiatan administratif, dan kegiatan yang menunjang
pelayanannya.
Persyaratan teknis bangunan:
1) Ruang gawat darurat harus dapat diakses dengan mudah dari jalan raya.
2) Tanda-tanda/rambu-rambu menuju ruang gawat darurat harus mudah
dilihat, sangat jelas dan mudah dimengerti masyarakat umum.
3) Akses masuk ruang gawat darurat harus berbeda dengan akses masuk
rawat jalan dan akses ke area servis di rumah sakit.
4) Ruang gawat darurat harus dilengkapi dengan ruang tunggu, toilet dan
spoelhoek.
5) Lebar pintu utama min. 120 cm, lebar pintu akses pasien min. 90 cm.
6) Persyaratan khusus listrik pada tempat tidur resusitasi adalah 5 buah kotak
kontak per tt minimal dipasang pada ketinggian + 1.25 m dari permukaan
lantai. Suplai listrik pada tempat tidur resusitasi tidak boleh terputus.
7) Tersedia fasilitas pencucian tangan yang penempatannya tidak
memungkinkan terjadinya infeksi nosokomial.
8) Tata udara/pertukaran udara harus baik.
9) Tersedia APAR
d. Ruang Rawat Inap
Fungsi ruang rawat inap adalah sebagai tempat untuk pasien yang memerlukan
asuhan medis dan asuhan keperawatan secara berkesinambungan dalam
waktu tertentu. Ruang rawat inap setidaknya terdiri dari ruangan perawatan
pasien yang dilengkapi toilet, pos jaga perawat, ruangan dokter, tempat
penyimpanan linen bersih, dan spoelhoek.
Persyaratan teknis bangunan:
1) Kebutuhan luas area perawatan pasien per TT termasuk sirkulasi minimal
10 m2
2) Di dalam ruangan perawatan pasien jarak antar titik tengah TT + 2,4 m2
3) Satu kamar rawat dapat diisi 4–6 TT
4) Pengelompokan blok ruang rawat inap berdasarkan:
a) Jenis Penyakit
b) Usia
c) Jenis Kelamin
5) Stasi perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat dapat
mengawasi pesiennya secara efektif.
6) Koridor dilengkapi pegangan rambat yang mudah dipegang dengan
ketinggian 65 – 80 cm di atas permukaan lantai.
7) Lebar pintu ruangan perawatan min. 120 cm. Pintu dilengkapi kaca
observasi.
8) Persyaratan listrik pada tiap-tiap tempat tidur pasien adalah berjumlah min.
2 buah kotak kontak per tt, minimal dipasang pada ketinggian + 1.25 m
dari permukaan lantai.
9) Toilet pasien aksesibel, pintu toilet membuka keluar.
10) Pertukaran udara dalam ruangan harus baik.
11) Tersedia APAR
12) Tersedia fasilitas pencucian tangan yang memenuhi syarat.
e. Ruang Tindakan
Kelengkapan ruang tindakan adalah:
1) Ruangan Transfer Pasien
2) Ruangan Ganti Petugas
3) Ruangan Persiapan
4) Scrub Station
5) Ruangan Tindakan
6) Ruangan Pemulihan
7) Tempat penyimpanan linen, instrumen dan bahan perbekalan steril, obat-
obatan.
8) Spoelhoek
Persyaratan teknis bangunan:
1) Denah (layout) Ruang Tindakan diatur sedemikian sehingga tidak
memungkinkan terjadinya aliran silang antara barang “bersih” dan “kotor”
dan lalu lintas orang yang menyebabkan terjadi infeksi silang.
2) Luas yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan minor ± 36
m2, dengan ukuran ruangan panjang x lebar x tinggi adalah 6m x 6m x
3m.
3) Persyaratan komponen bangunan mengikuti “Pedoman Teknis Bangunan
Rumah Sakit : Ruang Operasi”
4) Persyaratan listrik Persyaratan gas medik mengikuti ”Pedoman Teknis
Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik di RS”
5) Persyaratan Tata Udara mengikuti “Pedoman Teknis Prasarana Rumah
Sakit: Sistem Instalasi Tata Udara”.
f. Ruang Kebidanan
Fungsi ruang kebidanan adalah sebagai tempat untuk melakukan pelayanan
kebidanan termasuk tindakan persalinan. Ruang bersalin setidaknya terdiri dari
ruangan tindakan persalinan yang dilengkapi toilet, ruangan tindakan neonatus,
ruangan membersihkan bayi, ruangan bayi, ruangan konsultasi/klinik kebidanan,
dan ruangan tunggu yang dilengkapi toilet.
Persyaratan teknis bangunan:
1) Luas yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan persalinan min. 9 m2 per
TT
2) Pintu ruang tindakan minimal 120 cm
3) Ruang tindakan persalinan dilengkapi srub/zink sebagai fasilitas cuci
tangan petugas.
4) Ruangan dilengkapi tempat untuk menyimpan linen bersih, instrumen,
obat-obatan dan perbekalan untuk tindakan kebidanan dan kegawat
daruratan neonatus.
5) Persyaratan listrik pada tiap-tiap meja obsgyn adalah berjumlah minimal 5
buah kotak kontak, minimal dipasang pada ketinggian + 1.25 m dari
permukaan lantai.
6) Toilet pasien aksesibel, pintu toilet membuka keluar.
7) Persyaratan listrik Persyaratan gas medik mengikuti ”Pedoman Teknis
Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik di RS”
8) Persyaratan Tata Udara mengikuti “Pedoman Teknis Prasarana Rumah
Sakit : Sistem Instalasi Tata Udara”
g. Ruang Laboratorium
Ruangan laboratorium setidaknya terdiri dari ruangan pengambilan specimen,
ruangan pemeriksaan specimen, area penyerahan spesimen, ruangan administrasi
termasuk pendaftaran, pembayaran penyerahan hasil, dan ruangan tunggu.
Persyaratan teknis bangunan:
1) Ukuran ruang laboratorium tergantung jenis pemeriksaan dan kapasitas
pelayanan.
2) Letak laboratorium dalam tapak rumah sakit dan alur pelayanannya tidak
boleh memungkinkan terjadinya infeksi silang.
3) Pengambilan sampel dahak untuk pasien tuberculose harus dialokasikan
ditempat yang aman terhadap penularannya, dan dilengkapi dengan
fasilitas cuci tangan.
4) Persyaratan komponen bangunan (lantai, dinding) mudah dibersihkan,
tidak menyerap dan tahan terhadap bahan kimia.
5) Pertukaran udara dalam ruangan harus baik.
h. Ruang Radiologi
Ruang radiologi setidaknya terdiri dari ruangan X-ray, ruangan operator mesin,
ruangan ganti, ruangan administrasi dan ruangan tunggu.
Persyaratan teknis bangunan:
1) Pada ruangan X-Ray, semua sisi yang berhubungan dengan ruang aktifitas
manusia harus mengikuti persyaratan khusus sistem proteksi radiasi
2) Pintu dan jendela pada ruangan X-Ray dilapisi dengan timbal 2 mm.
3) Di atas pintu masuk ruang X-Ray diberi lampu merah yang dapat
dinyalakan pada saat mesin beroperasi.
4) Lebar pintu ruang X-Ray min.120 cm.
5) Disediakan utilitas listrik yang sesuai dengan kebutuhan peralatan
radiologi, lengkap dengan sumber daya listrik cadangan.
i. Ruang Farmasi
Ruang farmasi setidaknya terdiri dari Ruangan penyimpanan berbagai jenis
sediaan farmasi yang diperlukan, dan ruangan administrasi sekaligus berfungsi
sebagai tempat penerimaan, pendistribusian dan pemberian informasi obat.
Persyaratan teknis bangunan: harus disediakan tempat penyimpanan untuk obat-
obatan khusus seperti Ruang untuk obat yang termolabil, narkotika dan obat
psikotropika.
j. Ruang Sterilisasi
Ruang sterilisasi setidaknya terdiri dari ruangan dekontaminasi alkes, ruangan
pengemasan dan sterilisasi, ruangan penyimpanan barang steril.
Persyaratan teknis bangunan:
1) Denah (layout) Ruang Sterilisasi diatur sedemikian sehingga tidak
memungkinkan terjadinya aliran silang antara barang “steril”, “bersih” dan
“kotor”.
2) Persyaratan komponen bangunan (lantai, dinding dan plafon) tidak porosif,
mudah dibersihkan, tidak menyerap dan tahan terhadap bahan kimia.
3) Persyaratan Tata Udara mengikuti “Pedoman Teknis Prasarana Rumah
Sakit : Sistem Instalasi Tata Udara”.
k. Ruang Cuci/Laundry
Ruang cuci/laundry setidaknya terdiri dari ruangan dekontaminasi linen,
ruangan pencucian, ruangan sterika dan jahit, ruangan pengeringan/jemur dan
ruangan penyimpanan linen bersih.
Persyaratan teknis bangunan:
1) Letak laboratorium dalam tapak rumah sakit tidak boleh memungkinkan
terjadinya infeksi silang.
2) Persyaratan komponen bangunan (lantai, dinding) tidak licin, tidak
menyerap dan tahan terhadap bahan kimia.
3) Pertukaran udara dalam ruangan harus baik.
l. Ruang Dapur dan Gizi
Ruang dapur dan gizi setidaknya dapat menampung kegiatan pencucian bahan
makanan, pencucian peralatan dapur, penyimpanan peralatan dapur,
penyimpanan bahan makanan, memasak dan memanaskan masakan serta
penyajian makanan.
Persyaratan teknis bangunan:
1) Persyaratan lantai tidak licin dan mudah dibersihkan.
2) Pertukaran udara dalam ruangan harus baik.
m. Ruang Sekretariat dan Manajemen
n. Ruang IPSRS dan Utilitas Bangunan
o. Ruang Jenazah

3. Prasarana
a. Sistem Tata Udara
b. Sistem Kelistrikan
c. Sistem Pencahayaan
d. Sistem Proteksi Kebakaran
e. Sistem Komunikasi
f. Gas Medik
g. Sistem Sanitasi
h. Sistem Pengendalian Terhadap Kebisingan
i. Sistem Transportasi Vertikal dalam Rumah Sakit
j. Aksesibilitas Difabel dan Lansia

4. Sumber Daya Manusia


Penyelenggara Rumah Sakit Kelas D Pratama dapat melakukan kerja sama
dengan rumah sakit umum pusat maupun rumah sakit umum daerah untuk
memenuhi kebutuhan ketenagaan pelayanan kesehatan. Ketenagaan Rumah Sakit
Kelas D Pratama paling sedikit terdiri dari:
k. Tenaga medis, keperawatan, penunjang kesehatan ,dan tenaga non
kesehatan. Dokter atau dokter gigi yang bekerja di Rumah Sakit Kelas D
Pratama diantaranya harus menjadiPimpinan Rumah Sakit Kelas D Pratama.
l. Kebutuhan minimal ketenagaan baik tenagakesehatan maupun tenaga non
kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan di Rumah Sakit Kelas D
Pratama sebagai berikut.

Tabel 2.2 Persyaratan Minimal Ketenagaan


No. Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan
1 Tenaga medis
 Dokter/dokter dengan 4
Kewenangan Tambahan*
 Dokter gigi 1
3 Tenaga Keperawatan
 Perawat 2:3
 Bidan 2
4 Tenaga Kesehatan Lain
 Apoteker 1
 Tenaga Teknis Kefarmasian 2
 Radiografer* 1
 Analis Kesehatan 1
 Tenaga Gizi 1
5 Tenaga penunjang non kesehatan Sesuai kebutuhan
6 Administrasi dan Manajemen Sesuai kebutuhan
Keterangan:
Apabila di rumah sakit tersebut mempekerjakan tenaga kesehatan dengan
kualifikasi lebih tinggi sesuai dengan kewenangan sebagaimana ditentukan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, tenaga keehatan tersebut pada saat
itu atau secara otomatis (yang tidak/belum sesuai dengan ketentuan) wajib
menyerahkan kepemimpinan klinisnya kepada tenaga kesehatan yang tertinggi
kewenangannya tanpa syarat.

5. Peralatan
Peralatan medis dan non medis yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan
pelayanan rumah sakit kelas D untuk minimal 10 (sepuluh) tempat tidur rawat inap
dan rawat jalan 2 (dua) spesialis dasar dari 4 (empat) spesialis dasar sesuai
kebutuhan, sebagaimana dimaksud pada tabel berikut terbagi atas peralatan:
a. Peralatan Medis dan Non Medis
1) Peralatan Pelayanan Gawat Darurat
2) Poliklinik (Ruang Rawat Jalan)
3) Ruang Tindakan
4) Rawat Inap
5) Radiologi
6) Ruang Laboratorium
7) Instalasi Farmasi
8) Ruang Gizi
9) Ruang Sterilisasi dan Laundry
10) Ruang Rekam Medik
11) Ruang Administrasi
b. Hospital Furniture

Anda mungkin juga menyukai