PENDAHULUAN
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi.
putih lebih terseleksi, diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis.
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor
fototube. Benda bercahaya seperti matahari atau bohlam listrik memancarkan spektrum yang
lebar terdiri atas panjang gelombang. Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya
tampak itu mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
Spektrofotometer adalah fotometer (alat untuk mengukur intensitas cahaya) yang dapat
mengukur intensitas sebagai fungsi dari sumber cahaya panjang gelombang. Metode umum
referensi analitis kurva kalibrasi) untuk konstituen yang ditentukan (Hamzah, dkk, 2013).
1
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sourcenya, monokromator, filter, kuvet dan detektor. Pada alat ini nantinya akan
menggunakan led sebagai sourcenya dengan panjang gelombang dan dengan intensitas cahaya
tuangkan dalam jurnal bahwa cahaya pada LED memiliki energi elektromagnetik yang
dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Hal ini merupakan hasil kombinasi
panjang gelombang yang berbeda dari energi yang dapat terlihat, mata bereaksi melihat pada
panjang gelombang energi elektromagnetik dalam daerah antara radiasi ultra violet dan infra
memuat elektron, dan elektron bergerak pada suatu orbit yang mengelilingi sebuah inti atom.
Elektron pada orbit yang berbeda memiliki perbandingan jumlah energi yang berbeda
berbagai aplikasi telah banyak dilakukan baik yang diproduksi oleh perusahaan atau hasil
membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena pada umumnya spektrometer yang dijual
Penyimpangan alat dapat diakibatkan oleh kemungkinan masih adanya sinar yang bersifat
polikromatik. Tuntutan ini sukar dipenuhi karena monokromator kurang mampu mengisolasi
juga ada pengaruh sinar lain yang tidak jelas. Sinar ini terjadi karena pantulan permukaan alat
optis yang digunakan dan hamburan sinar oleh dinding dalam peralatan untuk kemudian
menerobos celah tanpa lewat monokromator menuju detektor. (Moethia dkk, 2013)
2
Berangkat dari identifikasi masalah yang telah dituangkan pada jurnal diatas, untuk
menguji penggunaan spektrofotometer tanpa monokromator dan filter maka penelitian yang
akan di rancang kali ini menggunakan lampu LED sebagai sumber utamanya. agar nanti dapat
dibuktikan bahwa LED mampu berperan secara efektif sebagai sumber cahaya utama dalam
spektrofotometer. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis dalam penelitian ini akan
menggunakan led sebagai sumber cahaya karena LED telah memiliki panjang gelombang
(Vica Nur Ilmi, 2015). Pada kedua alat tersebut, masih memanfaatkan filter untuk melakukan
pengukuran dengan menggunakan satu sampel dan satu panjang gelombang. Kemudian,
Chillya Milati Izzah, 2018. pada penggunaan lampu LED ini telah memiliki panjang
gelombang yang sudah ada spesifikasinya, jadi tanpa diperlukan lagi penggunaan filter dan
monokromator. Namun LED yang digunakan memiliki daya tembus dan intensitas cahaya
yang relatif masih kecil, sehingga tidak mampu menghasilkan nilai pengukuran yang relevan
terhadap pengujian sampel. Disamping itu, masih memiliki kekurangan pada program
pembuatan alat. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi pelebaran masalah. Adapun
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna yang terbentuk (Cairns, 2009)
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri berdasarkan absorpsi
cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang mengandung kontaminan
yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini disebut “absorpsi spektrofotometri”, dan jika
panjang gelombang yang digunakan adalah gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai
“kolorimetri”, karena memberikan warna. Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotometri
juga menggunakan panjang gelombang pada gelombang ultraviolet dan infra merah. Prinsip
kerja dari metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan
konsentrasi kontaminan dalam larutan (Lestari, 2010).
Spektrofotometri yang sesuai dengan pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan
sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sianr
monokromtis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm. Dengan komponen meliputi
sumber-sumber sinar, monokromator dan sistem optik (Ibnu Ghalib, 2012)
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang
gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Ada beberapa alasan mengapa harus
menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu yang pertama, pada panjang gelombang
maksimal kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut,
perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Kedua,
disekitar panjang gelombang maksimal bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi
tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi. Ketiga, jika dilakukan pengukuran ulang maka
kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali,
ketika digunakan panjang gelombang maksimal (Gandjar dan Rohman, 2007).
6
Gambar 2.1 Pembacaan Spektrofotometer
(Sumber : Wocono Wordpress.com)
Terancangnya alat ini diawali dari Beer dan Lambert yang menemukan hukum yang
menerangkan interaksi bahan kimia dengan gelombang cahaya (electromagnetic), yang
disimpulkan dalam hukum Beer-Lambert menyebabkan berkembangnya analisis kimia
dengan menggunakan alat instrumentasi yakni spektrofotometer (P Tipler, 1991). Dalam
hukum Beer-Lambert dijelaskan bila suatu media yang transparan, maka bertambah-turunnya
intensitas cahaya yang ditransmisikan sebanding dengan tebal dan kepekaan media yang
digunakan. Komponen utama spektrofotometer pada umumnya yakni sumber cahaya,
monokromator, kuvet/sampel, detektor, penguat, pembaca. Prinsip kerja dari spektroftometer
yakni apabila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen,s
ebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu dan sinarya
diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diterukan dinyatakan dalam nilai absorbansi
karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel.
Pada pembuatan modul kali ini, peneliti membuat alat Spektrofotometer menggunakan
LED sebagai sourcenya, dan memanfaatkan cahaya monokromatik yang berasal dari LED
dengan warna dan panjang gelombang yang berbeda – beda, sehingga sudah tidak
menggunakan monokromator dan filter.
Banyaknya sinar radiasi yang diabsorbsi oleh suatu larutan analit dapat dihubungkan
dengan konsentrasi analit tersebut. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan
Hukum Lambert-Beer. Pada tahun 1729 Bouguer dan tahun 1760 Lambert menyatakan bahwa
apabila energi elektomagnetik diabsorbsi oleh suatu larutan maka kekuatan energi yang akan
7
ditransmisikan kembali akan menurun secara geometri (secara eksponensial) dengan jarak
atau panjang yang ditempuh oleh gelombang tersebut.
“Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan, maka intensitas
sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang
mengabsorpsi”
Perhatikan gambar berikut ini. Cahaya dengan intensitas Io melewati suatu larutan
dengan konsentrasi c, dan ketebalan wadah larutan b, dan cahaya yang keluar memiliki
intensitas I.
Jika intensitas sinar masuk dinyatakan dengan Iₒ, intensitas cahaya terserap dinyatakan
oleh Iₐ, It adalah intensitas sinar diteruskan, sedangkan Ir adalah intensitas sinar terpantulkan,
8
maka Iₒ=Iₐ+It+Ir (A Handyana, 1994 ). Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang
digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang dihamburkan adalah :
T= atau =
A= =
Rumus yang di turunkan dari hukum Beer dapat di tulis sebagai berikut :
A = α . b . c atau A = ε . b . c
Keterangan :
A = Absorbansi
Absorbansi adalah suatu polarisasi cahaya yang terserap oleh bahan (komponen kimia)
tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga akan memberikan warna tertentu terhadap
bahan. Sinar yang dimaksud yakni bersifat monokromatis dan mempunyai panjang
gelombang tertentu. Beberapa atom hanya dapat menyerap sinar dengan panjang gelombang
sesuai dengan unsur atom tersebut. Sehingga memiliki sifat yang spesifik bagi suatu unsur
atom. Panjang gelombang (wavelenght) yang digunakan dalam pengukuran sangat penting
dalam kimia klinik, hal ini karena kesalahan penggunaan panjang gelombang akan berakibat
kesalahan pengukuran. Pada prinsipnya jika pengukuran dengan fotometer digunakan panjang
gelombang dengan serapan maksimum, sehingga sinar yang diberikan akan diserap secara
maksimum oleh larutan tersebut dan sisanya akan ditangkap detector. Berikut ini jenis
panjang gelombang dan warna larutan yang diukur dengan fotometer pada umumnya
9
1. Panjang gelombang 340 nm Sinar ultra violet Warna Larutan : Tidak berwarna
berisi NADH, pemeriksaan secara enzimatik. (AST, ALT)
baik enzimatik (pnitrophenyl phosphate) contoh : (ALP, ACP, GGT)
orange/jingga, pemeriksaan kinetik kreatinine Jaffe without deproteinisasi.
(kadang). pengukuran teknik end point sampel. Contoh : glukosa, cholesterol, asam
urat, kreatinin deproteinisasi.
ungu dan kekeruhan putih dengan cara end point. Contoh : urea, albumin, kalium
turbidity.
6. Panjang gelombang 624 nm Sinar orange merah Warna Larutan : Larutan biru tua
dan ungu. Jarang digunakan dalam kimia klinik.
Dan dari spesifikasi panjang gelombang sampel tersebut, diambilah panjang gelombang dari
larutan standar kolestrol karena pada nilai tersebut, panjang gelombang glukosa dapat di ukur
dengan jelas karena penyinarannya masuk pada kategori cahaya tampak (Visible Light).
Jika cahaya yang bersifat monokromatis tersebut dilewatkan pada media transparan
maka intensitas cahaya akan berkurang sebanding dengan ketebalan konsentrasi
larutan. Untuk terjadi proses absorbansi butuh senyawa standar. Bahan memiliki konsentrasi
tertentu untuk dapat terjadi proses absorbansi. Bahan tidak boleh terlalu pekat sehingga harus
diencerkan terlebih dahulu sebelum melakukan absorbansi. Untuk menemukan konsentrasi
unsur logam dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai absorb dengan absorbs zat
standar yang diketahui konsentrasinya.
10
dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan sebanding dengan
konsentrasi larutan dalam kuvet.
Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata
manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari – hari diebut
warna komplementer, misalnya suatu zat akan berwarna hitam menyerap semua warna yang
terdapat pada spektrum sinar tampak. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut ini :
11
2.4 Penentuan kadar Kolestrol dengan reaksi CHOD PAP
Penentuan kadar kolesterol ini dilakukan berdasarkan pada metode CHOD-PAP, yang
mana kolesterol total ditetapkan langsung dalam serum dengan satu sisi reaksi dimana ester
kolesterol dihidrolisis, gugus 3-OH dioksidasi, kemudian hidrogen peroksida yang merupakan
salah satu hasil reaksi ditetapkan secara enzimatik.
Pertama blangko reagen diukur terlebih dahulu panjang gelombangnya untuk
memastikan bahwa panjang gelombang yang dimiliki oleh blangko reagen sesuai dengan
panjang gelombang menurut literatur yaitu 546. Dan juga untuk melihat apakah reagen
tersebut murni atau tidak. Pengukuran pada panjang gelombang tersebut adalah karena pada
panjang gelombang tersebut hasilnya akan terdeteksi.
Setelah diinkubasikan selama 10 menit pada suhu ruangan, larutan standar tersebut
dimasukan kedalam kuvet. Pada saat memegang kuvet harus diperhatiakan cara
memegangnya. Kuvet harus dipegang pada bagian yang buram, karena jika dipegang pada
bagian bening kuvet maka dikhawatirkan akan mengganggu absorbansi, disebabkan oleh
adanya protein dari tangan kita yang mungkin tertinggal pada kuvet. pada saat penyimpanan
kuvet didalam spektro pun harus diperhatikan. Yaitu bagian kuvet yang dihadapkan pada sinar
adalah yang terdapat garis berupa segitiga. Bukan bagian kuvet yang terdapat lengkungan
disisinya. Jika yang dihadapkan pada sinar adalah bagian kuvet yang terdapat lengkungan
pada sisinya kemungkinan sinar yang akan menembus kuvet justru akan berbelok arah dan
tidak tepat sasaran karena bentuk kuvet yang tidak simetris.
12
2.5 Blanko kuvet
Kuvet (dari Bahasa Perancis cuvette berarti "bejana kecil") adalah sebuah tabung kecil
dengan penampang melintang berbentuk lingkaran atau persegi, yang ditutup pada salah satu
ujung, terbuat dari plastik, kaca, atau kuarsa leburan (untuk cahaya UV) dan dirancang untuk
menaruh sampel untuk percobaan spektroskopi. Kuvet plastik sekali pakai sering digunakan
dalam pengujian spektroskopi cepat, di mana kecepatan lebih penting daripada akurasi tinggi.
Kuvet kaca biasanya digunakan pada berbagai rentang panjang gelombang cahaya tampak dan
kuarsa leburan cenderung digunakan dalam rentang UV hingga inframerah dekat.
Jenis lain dari kuvet jauh lebih mahal daripada kuvet plastik. Kuvet plastik sekali pakai
dan dapat dibuang setelah menyelesaikan percobaan spektrometri untuk mencegah risiko dari
menggunakan kembali kuvet dan merusak kuvet kuarsa yang mahal. Warna dan rentang UV
dapat dianalisis dengan jenis kuvet ini. Kuvet berukuran terkecil mampu berisi 70µL, ukuran
sedang mampu berisi 1.5mL dan 3.0mL, dan yang terbesar adalah untuk pengujian sampel
dengan 2,5 mL atau lebih besar.
13
Kaca optis, memiliki jangkauan panjang gelombang optik 340 - 2,500nm yang
mentransmisikan lebih dari 80% cahaya bersama dengan toleransi pencocokan 1% pada
350nm.
Plastik, dengan panjang gelombang yang dapat digunakan pada 380 hingga
780 nm (spektrum tampak).
Kuarsa UV, dengan panjang gelombang yang dapat digunakan pada 190-2,500 nm, dan
toleransi pencocokan 1% pada 220 nm.
Kuarsa ES, dengan panjang gelombang yang dapat digunakan pada 190 hingga 2,000 nm,
dan toleransi pencocokan 1% pada 220 nm.
Kuarsa IR, dengan panjang gelombang yang dapat digunakan pada 220 hingga 3,500 nm,
dan toleransi pencocokan 1% pada 2,730 nm.
Macam macam blanko kuvet yang pada umumnya digunakan dalam pengukuran
spektrofotometer :
Blanko Udara
Teknik pengukuran dengan cara mengukur udara sebagai blanko dan dilanjutkan dengan
pengukuran bahan uji. Dengan cara ini koreksi perubahan indeks bias larutan masih kurang
teliti. Cara ini biasanya dilakukan pada pemeriksaan cara kinetik, yang mana tidak
memerlukan perubahan indeks bias larutan, tapi perubahan konsentrasi larutan per satuan
waktu.
Blanko Aquabidest
Cara pengukuran ini sebagai baseline digunakan aquabidest, sehingga saat transmisi 100%
atau aboserben 0,000 menggunakan medium aquabidest. Lalu dilakukan pengukuran blanko
reagent, standard dan sampel. Cara inilah yang umum dilakukan pemeriksaan dalam kimia
klinik rutin.
Blanko Sampel
Cara ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan akibat sampel yang berwarna atau keruh,
sehingga perlu dilakukan penambahan sampel pada larutan blanko sehingga diukur sebagai
14
blanko sampel. Cara ini digunakan pada pemeriksaan bilirubin total dan direk. Kemudian
dilakukan pengukuran sampel dan dikalikan faktor maka didapatkan kadar bahan uji.
Pada penelitian ini digunakan sample blanko aquabidest yang dijadikan sebagai
indikator untuk zero adjustment karena standar pada perkembangan pengukuran uji kimia
secara umum telah menggunakan larutan tersebut sebagai indikator penentu nilai nol untuk
blank kuvet nya.
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen elektronika
yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED
merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya
yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang
dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh
mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control
perangkat elektronik lainnya.
Cara kerja LED hampir sama dengan dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif
(P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan
maju (bias forward) dari anoda menuju ke katoda. LED terdiri dari sebuah chip
semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud
dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidak
murnian (impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik
15
kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari
Anoda (P) menuju ke Katoda (K).
Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan
Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron
berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan cahaya monokromatik
(satu warna). LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri
tegangan maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi
Listrik menjadi Energi Cahaya.
Saat ini, LED telah memiliki beranekaragam warna, diantaranya seperti warna merah,
kuning, biru, putih, hijau, jingga dan infra merah. Keanekaragaman Warna pada LED
tersebut tergantung pada Wavelength (panjang gelombang) dan senyawa semikonduktor
16
yang dipergunakannya. Berikut ini adalah Tabel Senyawa Semikonduktor yang digunakan
untuk menghasilkan variasi warna pada LED :
Panjang
No. Bahan Semi Konduktor Warna
Gelombang
Infra
1. Gallium Arsenide (GaAs) 850-940nm
Merah
Infra
8. Gallium Arsenide (GaAs) 850-940nm
Merah
17
- Indeks pencahayaan : 60 – 85
- Sudut cahaya : 120 – 160 derajat
- Masa penggunaan lampu : 50.000 jam
- Dimensi : 40 mm x 46 mm (4 – 4,6 cm).
18
Gambar 2.9 Pin Chip atmega328P
(Sumber : https://www.module143.com/arduino-uno-r3-atmega328p-microcontroller-board)
ATMega328 memiliki 3 buah PORT utama yaitu PORTB, PORTC, dan PORTD
dengan total pin input/output sebanyak 23 pin. PORT tersebut dapat difungsikan sebagai
input/output digital atau difungsikan sebagai pheriperal lainnya.
1. Port B
Port B merupakan jalur data 8 bit yang dapat difungsikan sebagai input/output. Selain
itu PORTB juga dapat memiliki fungsi alternatif seperti di bawah ini.
a. ICP1 (PB0), berfungsi sebagai Timer Counter 1 input capture pin.
b. OC1A (PB1), OC1B (PB2) dan OC2 (PB3) dapat difungsikan sebagai keluaran PWM
(Pulse Width Modulation).
c. MOSI (PB3), MISO (PB4), SCK (PB5), SS (PB2) merupakan jalur komunikasi SPI.
Selain itu pin ini juga berfungsi sebagai jalur pemograman serial (ISP).
d. TOSC1 (PB6) dan TOSC2 (PB7) dapat difungsikan sebagai sumber clock external
untuk timer.
e. XTAL1 (PB6) dan XTAL2 (PB7) merupakan sumber clock utama mikrokontroler.
2. Port C
Port C merupakan jalur data 7 bit yang dapat difungsikan sebagai input/output digital.
Fungsi alternatif PORTC antara lain sebagai berikut.
a. ADC 6 channel (PC0,PC1,PC2,PC3,PC4,PC5) dengan resolusi sebesar 10 bit. ADC
dapat kita gunakan untuk mengubah input yang berupa tegangan analog menjadi data
b. digital. Batas maksimal tegangan input yang masuk ke dalam pin ADC sama dengan
tegangan input ATmega328P (5 Volt DC).
19
c. I2C (SDA dan SDL) merupakan salah satu fitur yang terdapat pada PORTC. I2C
digunakan untuk komunikasi dengan sensor atau device lain yang memiliki komunikasi
data tipe I2C seperti sensor kompas, accelerometer nunchuck.
3. Port D
Port D merupakan jalur data 8 bit yang masing-masing pin-nya juga dapat difungsikan
sebagai input/output. Sama seperti Port B dan Port C, Port D juga memiliki fungsi alternatif
dibawah ini.
a. USART (TXD dan RXD) merupakan jalur data komunikasi serial dengan level sinyal
TTL. Pin TXD berfungsi untuk mengirimkan data serial, sedangkan RXD kebalikannya
yaitu sebagai pin yang berfungsi untuk menerima data serial.
b. Interrupt (INT0 dan INT1) merupakan pin dengan fungsi khusus sebagai interupsi
hardware. Interupsi biasanya digunakan sebagai selaan dari program, misalkan pada saat
program berjalan kemudian terjadi interupsi hardware/software maka program utama
akan berhenti dan akan menjalankan program interupsi.
c. SCK dapat difungsikan sebagai sumber external clock untuk USART, namun kita juga
dapat memanfaatkan clock dari CPU, sehingga tidak perlu membutuhkan external clock.
d. T0 dan T1 berfungsi sebagai masukan counter external untuk timer 1 dan timer 0.
e. AIN0 dan AIN1 keduanya merupakan masukan input untuk analog comparator.
20
LCD / Liquid Crystal Display adalah suatu jenis media tampilan yang menggunakan
kristal cair sebagai penampil utama yang berfungsi untuk menampilkan tulisan berupa angka
atau huruf sesuai dengan yang diinginkan (sesuai dengan program yang digunakan untuk
mengontrolnya).Modul LCD Character dapat dengan mudah dihubungkan dengan
mikrokontroller. LCD yang digunakan peneliti ini mempunyai lebar display 2 baris 16 kolom
atau biasa disebut sebagai LCD Character 2x16, dengan 16 pin konektor, yang didefinisikan
sebagai berikut :
21
PIN Name Function
1 VSS Ground voltage
2 VCC +5V
3 VEE Contrast voltage
Register Select
4 RS 0 = Instruction Register, 1 = Data
Register
Read/ Write, to choose write or read
5 R/W mode
0 = write mode, 1 = read mode
Enable
6 E 0 = start to lacht data to LCD character,
1= disable
7 DB0 LSB
8 DB1 -
9 DB2 -
10 DB3 -
11 DB4 -
12 DB5 -
13 DB6 -
14 DB7 MSB
15 BPL Back Plane Light
16 GND Ground voltage
22
Photo transistor adalah sensor cahaya yang dapat mengubah besaran cahaya menjadi
besaran konduktansi. Photo transistor prinsip kerjanya sama halnya dengan transistor pada
umum, fungsi bias tegangan basis pada transistor biasa digantikan dengan besaran cahaya
yang diterima photo transistor. Pada saat photo transistor menerima cahaya maka nilai
konduktansi kaki kolektor dan emitor akan naik (resistansi kaki kolektor-emitor turun).
Meskipun Phototransistor memiliki berbagai kelebihan, namun bukan juga tanpa
kelemahan.Berikut ini adalah beberapa
Kelebihan Phototransistor :
1. Photo Transistor menghasilkan arus yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Photo
Diode.
2. Photo Transistor relatif lebih murah, lebih sederhana dan lebih kecil sehingga mudah untuk
diintegrasikan ke berbagai rangkaian elektronika.
3. Photo Transistor memiliki respon yang cepat dan mampu menghasilkan Output yang
hampir mendekati instan.
Kelemahan Phototransistor :
1. Photo Transistor yang terbuat dari Silikon tidak dapat menangani tegangan
(electric surge).
23
Gambar 2.12 Sensor Phototransistor
(Sumber : https://components101.com/phototransistor-pinout-datasheet)
(Sumber : https://www.tneutron.net/mikro/sensor-photo-dioda/)
Komponen ini memiliki sifat yang sama dengan transistor yaitu menghasilkan kondisi cut off
dan saturasi. Perbedaannya adalah, bilamana pada transistor kondisi cut off terjadi saat tidak
ada arus yang mengalir melalui basis ke emitor dan kondisi saturasi terjadi saat ada arus
mengalir melalui basis ke emitor maka pada phototransistor kondisi cut off terjadi saat tidak
ada cahaya infrared yang diterima dan kondisi saturasi terjadi saat ada cahaya infrared yang
diterima.
24
Gambar 2.14 Hubungan Pengeluaran Phototransistor dengan Intensitas Cahaya
(Sumber : http://margionoabdil.blogspot.com/2015/03/sensor-cahaya-photo-transisitor.html/)
adalah kartu memori non-volatile yang dikembangkan oleh SD Card Association yang
digunakan dalam perangkat portable. Saat ini, teknologi microSD sudah digunakan oleh lebih
dari 400 merek produk serta dianggap sebagai standar industri de-facto. Keluarga microSD
yang lain terbagi menjadi SDSC yang kapasitas maksimum resminya sekitar 2GB, meskipun
beberapa ada yang sampai 4GB. SDHC (High Capacity) memiliki kapasitas dari 4GB sampai
32GB. Dan SDXC (Extended Capacity) kapasitasnya di atas 32GB hingga maksimum 2TB.
Keberagaman kapasitas seringkali membuat kebingungan karena masing-masing protokol
komunikasi sedikit berbeda.
Dari sudut pandang perangkat, semua kartu ini termasuk kedalam keluarga SD. SD adapter
memungkinkan konversi fisik kartu SD yang lebih kecil untuk bekerja di slot fisik yang lebih
besar dan pada dasarnya ini adalah alat pasif yang menghubungkan pin dari microSD yang
kecil ke pin adaptor microSD yang lebih besar. SD mempunyai bentuk fisik yang sama maka
sering menyebabkan kebingungan di kalangan konsumen. Contohnya, MicroSD, MicroSDHC,
dan MicroSDXC ukuran fisiknya sama tetapi kapabilitasnya berbeda. Protokol komunikasi
untuk SDHC/SDXC/SDIO sedikit berbeda dengan MicroSD yang sudah mapan karena
biasanya device keluaran lama tidak bisa mengenali kartu keluaran baru. kebanyakan masalah
mengenai inkompatibilitas ini dapat diselesaikan dengan firmware update.
25
Gambar 2.15 Contoh SD card dan karakteristiknya
(Sumber : https://www.target.com/p/sandisk-standard-16gb-microsd-memory-card/-/A-14770377)
26
BAB III
METODOLOGI
Pada saat tombol power ditekan, maka seluruh rangkaian mendapatkan supply
tegangan, Masukkan larutan ke dalam kuvet selanjutnya letakkan kuvet di dalam alat untuk
pengukuran, setting terlebih dahulu panjang gelombang yang dipakai. Setelah memilih setting,
tekan start untuk memulai proses dan lampu menyala.
Cahaya tampak, cahaya monokromatik LED dengan panjang gelombang tertentu yang
telah di setting sebelumnya akan masuk ke dalam slit (celah) kecil untuk memfokuskan
cahaya yang telah dipancarkan dari LED. Setelah cahaya menjadi fokus, maka di tembakkan
ke kuvet, cahaya tersebut akan diserap oleh larutan yang ada dalam kuvet, lalu cahaya
monokromatik LED yang keluar dari kuvet akan disensor oleh sensor phototransistor dengan
tujuan mengkonversi cahaya monokromatik menjadi besaran tegangan. Rangkaian
mikrokontroler ATMega328 akan menerima output tegangan dari phototransistor, tegangan
tersebut kemudian akan di proses dan dikonversi oleh ADC pada mikrokontroler ATMega328
sehingga data dapat di tampilkan pada LCD karakter dan ditambahkan penyimpanan data
absorban agar dapat di lihat kembali sewaktu waktu.
27
3.2 Diagram Alir
28
Pada keadaan awal saat saklar On / Off di tekan power supply bekerja dan
memberikan tegangan ke seluruh rangkaian. Pilih setting panjang gelombang yang diperlukan
kemudian tekan tombol enter untuk memulai proses dan lampu LED akan menyala dengan
panjang gelombang yang telah tersetting, lalu sensor phototransistor mendeteksi cahaya yang
keluar dari kuvet. Output sensor phototransistor masuk kedalam mikrokontroler dan kemudian
akan diolah yang mana hasilnya akan di tampilkan pada LCD karakter.
29
3.4 Alat Dan Bahan
1. Avometer
2. Solder
3. Timah
4. Penyedot Timah
5. Toolset
6. PCB
7. Downloader
8. Laptop
9. Bor
10. Kikir
Mempersiapkan bahan untuk pembuatan modul merupakan hal yang harus diperhatikan
agar bahan yang di dapat sesuai dengan kebutuhan, antara lain :
30
Tabel 3.1 Bahan pembuatan modul
Rancangan penelitian dan pembuatan yang digunakan pada modul ini adalah pre-
eksperimental dengan jenis penelitian “one group post tes design. Penulis memberikan
perlakuan dengan membuat rangkaian minsys simulasi spektrofotometer beserta rangkaian
sensor cahaya kemudian dilakukan pengukuran akan tetapi tidak terdapat kelompok kontrol
maupun kelompok pembandingnya.
31
Paradigma ini dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Perlakuan diukur
X O
Bagian yang termasuk sebagai variabel tergantung yaitu sensor phototransistor untuk
mengetahui besarnya absorbansi pada sampel yang diukur, dan komponen pendukung lainnya
seperti kapasitor, resistor, dan lain sebagainya.
32
Tabel 3.2 Definisi Oprasional
33
1. Rata – rata
Adalah nilai atau hasil pembagian dari jumlah data yang diambil atau diukur dengan
banyaknya pengambilan data atau banyaknya pengukuran.
Xi
Rata – Rata ( X ) =
n
Keterangan :
X : rata-rata
∑Xi : Jumlah nilai data
N : Banyak data ( 1,2,3,…,n )
2. Error (% Kesalahan)
Error (kesalahan) adalah selisih antara mean terhadap masing-masing data. Rumus
error adalah:
Error % =
3. Standart Deviasi
Standart deviasi adalah suatu nilai yang menunujukan tingkat (derajat) variasi
kelompok data atau ukuran standart penyimpangan dari meannya.
Rumus standart deviasi (SD) adalah:
X
n
2
i X
i 1
SD
n 1
Keterangan :
SD : standart deviasi
: nilai yang dikehendaki
X
n : banyak data
34
4. Ketidakpastian (UA)
Ketidakpastian =
n = Banyaknya data
35
Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar
Keg
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
10.
11.
Tempat
Jadwal kegiatan
Jadwal kegiatan penulis susun menurut jadwal Kalender Akademik yang ada di
Politeknik Kesehatan Jurusan Teknik Elektromedik Surabaya.
36
37