Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dengan fotometer.

Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan

fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi.

Kelebihan Spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar

putih lebih terseleksi, diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis.

Suatu Spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,

monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk

mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun perbandingan.


Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran

serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang

spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor

fototube. Benda bercahaya seperti matahari atau bohlam listrik memancarkan spektrum yang

lebar terdiri atas panjang gelombang. Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya

tampak itu mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan

kesan subyektif akan ketampakan (vision).

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan

fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang

tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang

di absorpsi. (Laode Yazid, 2013).

Spektrofotometer adalah fotometer (alat untuk mengukur intensitas cahaya) yang dapat

mengukur intensitas sebagai fungsi dari sumber cahaya panjang gelombang. Metode umum

menggunakan spektrofotometer memerlukan pembangunan kurva standar (juga disebut

referensi analitis kurva kalibrasi) untuk konstituen yang ditentukan (Hamzah, dkk, 2013).

1
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel

dengan panjang gelombang tertentu (Cairns, 2008).

Instrument paling penting pada spekrofotometer adalah lampu halogen sebagai

sourcenya, monokromator, filter, kuvet dan detektor. Pada alat ini nantinya akan

menggunakan led sebagai sourcenya dengan panjang gelombang dan dengan intensitas cahaya

yang lebih kuat.

Dikembangkannya alat dengan menggunakan sumber cahaya lampu LED telah di

tuangkan dalam jurnal bahwa cahaya pada LED memiliki energi elektromagnetik yang

dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Hal ini merupakan hasil kombinasi

panjang gelombang yang berbeda dari energi yang dapat terlihat, mata bereaksi melihat pada

panjang gelombang energi elektromagnetik dalam daerah antara radiasi ultra violet dan infra

merah. Energi elektromagnetik mempengaruhi pergerakan atom, sedangkan dalam atom

memuat elektron, dan elektron bergerak pada suatu orbit yang mengelilingi sebuah inti atom.

Elektron pada orbit yang berbeda memiliki perbandingan jumlah energi yang berbeda

(Martono dkk, 2016).

Saat ini pengembangan spektrofotometer menggunakan sumber cahaya tampak untuk

berbagai aplikasi telah banyak dilakukan baik yang diproduksi oleh perusahaan atau hasil

penelitian ilmiah. Pengadaan spektrofotometer di berbagai laboratorium pendidikan

membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena pada umumnya spektrometer yang dijual

dipasaran memiliki harga yang sangat mahal. (Mona dkk, 2017).

Penyimpangan alat dapat diakibatkan oleh kemungkinan masih adanya sinar yang bersifat

polikromatik. Tuntutan ini sukar dipenuhi karena monokromator kurang mampu mengisolasi

panjang gelombang yang benar benar monokromatik. Di samping kelemahan monokromator,

juga ada pengaruh sinar lain yang tidak jelas. Sinar ini terjadi karena pantulan permukaan alat

optis yang digunakan dan hamburan sinar oleh dinding dalam peralatan untuk kemudian

menerobos celah tanpa lewat monokromator menuju detektor. (Moethia dkk, 2013)

2
Berangkat dari identifikasi masalah yang telah dituangkan pada jurnal diatas, untuk

menguji penggunaan spektrofotometer tanpa monokromator dan filter maka penelitian yang

akan di rancang kali ini menggunakan lampu LED sebagai sumber utamanya. agar nanti dapat

dibuktikan bahwa LED mampu berperan secara efektif sebagai sumber cahaya utama dalam

spektrofotometer. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis dalam penelitian ini akan

menggunakan led sebagai sumber cahaya karena LED telah memiliki panjang gelombang

yang pasti pada spesifikasi 530 nm.


Telah dilakukan penelitian tentang “Perancangan Spektrofotometer Menggunakan Filter

Optik” (Firdaus Febriani, 2015) dan “Perancangan Spektrofotometer Menggunakan Prisma”

(Vica Nur Ilmi, 2015). Pada kedua alat tersebut, masih memanfaatkan filter untuk melakukan

pengukuran dengan menggunakan satu sampel dan satu panjang gelombang. Kemudian,

“Perancangan Simulasi Spektrofotometer dengan Menggunakan Led” telah dibuat oleh

Chillya Milati Izzah, 2018. pada penggunaan lampu LED ini telah memiliki panjang

gelombang yang sudah ada spesifikasinya, jadi tanpa diperlukan lagi penggunaan filter dan

monokromator. Namun LED yang digunakan memiliki daya tembus dan intensitas cahaya

yang relatif masih kecil, sehingga tidak mampu menghasilkan nilai pengukuran yang relevan

terhadap pengujian sampel. Disamping itu, masih memiliki kekurangan pada program

penyimpanan data nilai absorbansinya.

1.2 Batasan Masalah


Pada perancangan modul ini, penulis membatasi bagian-bagian yang berkaitan dalam

pembuatan alat. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi pelebaran masalah. Adapun

batasan-batasan tersebut meliputi:


1.2.1 Menggunakan lampu led HPL 30 Watt 36 V sebagai sumber cahaya.
3
1.2.2 Menggunakan phototransistor sebagai detector.
1.2.3 Menggunakan IC Mikrokontroler Arduino sebagai pemroses data.
1.2.4 Menampilkan hasil pengukuran pada LCD 2 x 16.
1.2.5 Menggunakan led dengan spesifikasi panjang gelombang sampel yang dipakai
(530 nm).
1.2.6 Menggunakan sample standar berupa kolestrol sebagai media ukurnya.
1.2.7 Menggunakan slit untuk pemfokus cahaya utamanya.
1.2.8 Menggunakan MicroSD / SD Card sebagai penyimpanan data nilai absorbansinya.
1.2.9 Alat tidak digunakan untuk pengukuran secara klinis.

1.3 Rumusan Masalah

Dapatkah dibuat “Perancangan Spektrofotometer dengan Menggunakan LED HPL” ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Dibuatnya Perancangan Spektrofotometer dengan Menggunakan LED HPL.

1.4.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus pembuatan alat ini antara lain :

1.4.2.1 Membuat rangkaian sumber cahaya dari LED HPL.


1.4.2.2 Membuat sistem program pengolahan data tampil LCD karakter 2x16
1.4.2.3 Menggunakan sensor phototransistor sebagai detektor cahaya
1.4.2.4 Membuat Program zero adjustment untuk program nol blank kuvetnya
1.4.2.5 Membuat rangkaian dan program penyimpanan data dengan SD Card.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Menambah wawasan pengetahuan tentang peralatan elektromedik khususnya pada
bidang laboratorium klinis, serta dapat memberikan manfaat untuk penelitian selanjutnya.

1.5.2 Manfaat Praktis


1.5.2.1 Sebagai alat bantu (pembelajaran) untuk mempelajari system dasar dari
spektrofotometri.
4
1.5.2.2 Sebagai acuan untuk penelitian tentang aplikasi LED sebagai pengganti source pada
alat spektrofotometer.
1.5.2.3 Membantu mempermudah melakukan analisis tentang absorbansi suatu sampel.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna yang terbentuk (Cairns, 2009)
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri berdasarkan absorpsi
cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang mengandung kontaminan
yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini disebut “absorpsi spektrofotometri”, dan jika
panjang gelombang yang digunakan adalah gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai
“kolorimetri”, karena memberikan warna. Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotometri
juga menggunakan panjang gelombang pada gelombang ultraviolet dan infra merah. Prinsip
kerja dari metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan
konsentrasi kontaminan dalam larutan (Lestari, 2010).
Spektrofotometri yang sesuai dengan pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan
sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sianr
monokromtis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm. Dengan komponen meliputi
sumber-sumber sinar, monokromator dan sistem optik (Ibnu Ghalib, 2012)
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang
gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Ada beberapa alasan mengapa harus
menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu yang pertama, pada panjang gelombang
maksimal kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut,
perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Kedua,
disekitar panjang gelombang maksimal bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi
tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi. Ketiga, jika dilakukan pengukuran ulang maka
kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali,
ketika digunakan panjang gelombang maksimal (Gandjar dan Rohman, 2007).

6
Gambar 2.1 Pembacaan Spektrofotometer
(Sumber : Wocono Wordpress.com)

Terancangnya alat ini diawali dari Beer dan Lambert yang menemukan hukum yang
menerangkan interaksi bahan kimia dengan gelombang cahaya (electromagnetic), yang
disimpulkan dalam hukum Beer-Lambert menyebabkan berkembangnya analisis kimia
dengan menggunakan alat instrumentasi yakni spektrofotometer (P Tipler, 1991). Dalam
hukum Beer-Lambert dijelaskan bila suatu media yang transparan, maka bertambah-turunnya
intensitas cahaya yang ditransmisikan sebanding dengan tebal dan kepekaan media yang
digunakan. Komponen utama spektrofotometer pada umumnya yakni sumber cahaya,
monokromator, kuvet/sampel, detektor, penguat, pembaca. Prinsip kerja dari spektroftometer
yakni apabila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen,s
ebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu dan sinarya
diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diterukan dinyatakan dalam nilai absorbansi
karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel.

Pada pembuatan modul kali ini, peneliti membuat alat Spektrofotometer menggunakan
LED sebagai sourcenya, dan memanfaatkan cahaya monokromatik yang berasal dari LED
dengan warna dan panjang gelombang yang berbeda – beda, sehingga sudah tidak
menggunakan monokromator dan filter.

2.2 Hukum Lambert-Beer

Banyaknya sinar radiasi yang diabsorbsi oleh suatu larutan analit dapat dihubungkan
dengan konsentrasi analit tersebut. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan
Hukum Lambert-Beer. Pada tahun 1729 Bouguer dan tahun 1760 Lambert menyatakan bahwa
apabila energi elektomagnetik diabsorbsi oleh suatu larutan maka kekuatan energi yang akan

7
ditransmisikan kembali akan menurun secara geometri (secara eksponensial) dengan jarak
atau panjang yang ditempuh oleh gelombang tersebut.

2.2.1 Hukum Lambert

“Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan, maka intensitas
sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang
mengabsorpsi”

2.2.2 Hukum Beer

“Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksposional dengan bertambahnya


konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut”.

Dalam hukum Lambert Beer ada beberapa batasan, yaitu :

a. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis.


b. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang
sama.
c. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain
dalam larutan tersebut.
d. Tidak terjadi peristiwa fluorosensi.
e. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.

Perhatikan gambar berikut ini. Cahaya dengan intensitas Io melewati suatu larutan
dengan konsentrasi c, dan ketebalan wadah larutan b, dan cahaya yang keluar memiliki
intensitas I.

Gambar 2.2 Hukum Lambert Beer


(Sumber : Wocono Wordpress.com)

Jika intensitas sinar masuk dinyatakan dengan Iₒ, intensitas cahaya terserap dinyatakan
oleh Iₐ, It adalah intensitas sinar diteruskan, sedangkan Ir adalah intensitas sinar terpantulkan,
8
maka Iₒ=Iₐ+It+Ir (A Handyana, 1994 ). Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang
digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang dihamburkan adalah :

T= atau =

Dan absorbansinya dinyatakan dengan rumus :

A= =

Rumus yang di turunkan dari hukum Beer dapat di tulis sebagai berikut :

A = α . b . c atau A = ε . b . c

Keterangan :

Iₒ = Intensitas cahaya datang

It = Intensitas cahaya setelah melewati sampel

A = Absorbansi

α = Tetapan absorbtivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur)

b= tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)

2.3 Absorbansi Panjang Gelombang Maksimal

Absorbansi adalah suatu polarisasi cahaya yang terserap oleh bahan (komponen kimia)
tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga akan memberikan warna tertentu terhadap
bahan. Sinar yang dimaksud yakni bersifat monokromatis dan mempunyai panjang
gelombang tertentu. Beberapa atom hanya dapat menyerap sinar dengan panjang gelombang
sesuai dengan unsur atom tersebut. Sehingga memiliki sifat yang spesifik bagi suatu unsur

atom. Panjang gelombang (wavelenght) yang digunakan dalam pengukuran sangat penting

dalam kimia klinik, hal ini karena kesalahan penggunaan panjang gelombang akan berakibat

kesalahan pengukuran. Pada prinsipnya jika pengukuran dengan fotometer digunakan panjang

gelombang dengan serapan maksimum, sehingga sinar yang diberikan akan diserap secara

maksimum   oleh   larutan   tersebut   dan   sisanya   akan   ditangkap   detector.   Berikut   ini   jenis

panjang gelombang dan warna larutan yang diukur dengan fotometer pada umumnya

9
1. Panjang   gelombang 340   nm   Sinar   ultra   violet Warna   Larutan   : Tidak   berwarna

berisi NADH, pemeriksaan secara enzimatik. (AST, ALT)

2. Panjang   gelombang 405   nm   Sinar   biru Warna   Larutan   : Larutan   warna   kuning,

baik enzimatik (p­nitrophenyl phosphate) contoh : (ALP, ACP, GGT)

3. Panjang   gelombang 492   nm   Sinar   biru   muda  Warna   Larutan   : Larutan

orange/jingga, pemeriksaan kinetik kreatinine Jaffe without deproteinisasi.

4. Panjang   gelombang 546   nm   Sinar   hijau Warna   Larutan   : Larutan   merah,   biru

(kadang). pengukuran teknik end point sampel. Contoh : glukosa, cholesterol, asam

urat, kreatinin deproteinisasi.

5. Panjang   gelombang 578   nm   Sinar   kuning Warna   Larutan   : Larutan   hijau,   biru,

ungu dan kekeruhan putih dengan cara end point. Contoh : urea, albumin,  kalium

turbidity.

6. Panjang gelombang  624 nm Sinar orange merah Warna Larutan : Larutan biru tua

dan ungu. Jarang digunakan dalam kimia klinik.

Dan dari spesifikasi panjang gelombang sampel tersebut, diambilah panjang gelombang dari

larutan  standar kolestrol karena pada nilai tersebut, panjang gelombang glukosa dapat di ukur

dengan jelas karena penyinarannya masuk pada kategori cahaya tampak (Visible Light).

Jika cahaya yang bersifat monokromatis tersebut dilewatkan pada media transparan
maka intensitas cahaya akan berkurang sebanding dengan ketebalan konsentrasi
larutan. Untuk terjadi proses absorbansi butuh senyawa standar. Bahan memiliki konsentrasi
tertentu untuk dapat terjadi proses absorbansi. Bahan tidak boleh terlalu pekat sehingga harus
diencerkan terlebih dahulu sebelum melakukan absorbansi. Untuk menemukan konsentrasi
unsur logam dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai absorb dengan absorbs zat
standar yang diketahui konsentrasinya.

Alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi adalah Spektorofotmeter. Kerja


spektrofotometer yakni dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
sesuai jenis atom pada suatu obyek kaca yang disebuit kuvet. Sebagian cahaya akan diserap

10
dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan sebanding dengan
konsentrasi larutan dalam kuvet.

Aplikasi absorbansi ini digunakan untuk menganalisa kandungan bahan tertentu


(sebagaimana terlihat berdasarkan spectrum warna tertentu). Absorbansi lebih memiliki
kelebihan dibandingkan dengan proses titrasi jika dilihat dari bahan yang dihasilkan dari suatu
proses tersebut. Hasil dari proses absorbansi akan lebih halus dan akurat. Sedangkan titrasi
hasilnya kurang halus dan terkadang beberapa larutan tidak dapat dititrasi.

Selain itu absorbansi juga memiliki kekurangan yaitu, tingkat keakuratannya


tergantung pada tegangan listrik, sterilisasi dari suatu bupet perlu dijaga dengan baik dari
penganalisisnya, dan tingkat kemurnian yang harus dijaga dengan baik.

Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata
manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari – hari diebut
warna komplementer, misalnya suatu zat akan berwarna hitam menyerap semua warna yang
terdapat pada spektrum sinar tampak. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut ini :

Tabel 2.1 Absorbansi Panjang Gelombang Maksimal.

Panjang Warna – warna Warna Komplementer


Gelombang yang diserap (Warna yang terlihat)
400 – 435 Ungu Hijau kekuningan
(lembayung)
435 – 480 Biru Kuning

480 – 490 Biru kehijauan Orange

490 – 500 Hijau kebiruan Merah

500 – 560 Hijau Merah anggur

560 – 580 Hijau kekuningan Ungu lembayung

580 – 595 Kuning Biru

595 – 610 Oranye Biru kekuningan

610 – 750 Merah Hijau kebiruan

11
2.4 Penentuan kadar Kolestrol dengan reaksi CHOD PAP

Penentuan kadar kolesterol ini dilakukan berdasarkan pada metode CHOD-PAP, yang
mana kolesterol total ditetapkan langsung dalam serum dengan satu sisi reaksi dimana ester
kolesterol dihidrolisis, gugus 3-OH dioksidasi, kemudian hidrogen peroksida yang merupakan
salah satu hasil reaksi ditetapkan secara enzimatik.
Pertama blangko reagen diukur terlebih dahulu panjang gelombangnya untuk
memastikan bahwa panjang gelombang yang dimiliki oleh blangko reagen sesuai dengan
panjang gelombang menurut literatur yaitu 546. Dan juga untuk melihat apakah reagen
tersebut murni atau tidak. Pengukuran pada panjang gelombang tersebut adalah karena pada
panjang gelombang tersebut hasilnya akan terdeteksi.

Gambar 2.3 Rantai Kolestrol


(Sumber : id.wikipedia.org)

Setelah diinkubasikan selama 10 menit pada suhu ruangan, larutan standar tersebut
dimasukan kedalam kuvet. Pada saat memegang kuvet harus diperhatiakan cara
memegangnya. Kuvet harus dipegang pada bagian yang buram, karena jika dipegang pada
bagian bening kuvet maka dikhawatirkan akan mengganggu absorbansi, disebabkan oleh
adanya protein dari tangan kita yang mungkin tertinggal pada kuvet. pada saat penyimpanan
kuvet didalam spektro pun harus diperhatikan. Yaitu bagian kuvet yang dihadapkan pada sinar
adalah yang terdapat garis berupa segitiga. Bukan bagian kuvet yang terdapat lengkungan
disisinya. Jika yang dihadapkan pada sinar adalah bagian kuvet yang terdapat lengkungan
pada sisinya kemungkinan sinar yang akan menembus kuvet justru akan berbelok arah dan
tidak tepat sasaran karena bentuk kuvet yang tidak simetris.

12
2.5 Blanko kuvet

Kuvet (dari Bahasa Perancis cuvette berarti "bejana kecil") adalah sebuah tabung kecil
dengan penampang melintang berbentuk lingkaran atau persegi, yang ditutup pada salah satu
ujung, terbuat dari plastik, kaca, atau kuarsa leburan (untuk cahaya UV) dan dirancang untuk
menaruh sampel untuk percobaan spektroskopi. Kuvet plastik sekali pakai sering digunakan
dalam pengujian spektroskopi cepat, di mana kecepatan lebih penting daripada akurasi tinggi.
Kuvet kaca biasanya digunakan pada berbagai rentang panjang gelombang cahaya tampak dan
kuarsa leburan cenderung digunakan dalam rentang UV hingga inframerah dekat.

Gambar 2.4 Kuvet Sample


(Sumber : scribd.com)

Jenis lain dari kuvet jauh lebih mahal daripada kuvet plastik. Kuvet plastik sekali pakai
dan dapat dibuang setelah menyelesaikan percobaan spektrometri untuk mencegah risiko dari
menggunakan kembali kuvet dan merusak kuvet kuarsa yang mahal. Warna dan rentang UV
dapat dianalisis dengan jenis kuvet ini. Kuvet berukuran terkecil mampu berisi 70µL, ukuran
sedang mampu berisi 1.5mL dan 3.0mL, dan yang terbesar adalah untuk pengujian sampel
dengan 2,5 mL atau lebih besar.

Ada beberapa jenis kuvet yang umum digunakan,yaitu :

13
 Kaca optis, memiliki jangkauan panjang gelombang optik 340 - 2,500nm yang
mentransmisikan lebih dari 80% cahaya bersama dengan toleransi pencocokan 1% pada
350nm.

 Plastik, dengan panjang gelombang yang dapat digunakan pada 380 hingga
780 nm (spektrum tampak).

 Kuarsa leburan, dengan panjang gelombang di bawah 380 nm (spektrum ultraviolet).

 Kuarsa UV, dengan panjang gelombang yang dapat digunakan pada 190-2,500 nm, dan
toleransi pencocokan 1% pada 220 nm.

 Kuarsa ES, dengan panjang gelombang yang dapat digunakan pada 190 hingga 2,000 nm,
dan toleransi pencocokan 1% pada 220 nm.

 Kuarsa IR, dengan panjang gelombang yang dapat digunakan pada 220 hingga 3,500 nm,
dan toleransi pencocokan 1% pada 2,730 nm.

Macam macam blanko kuvet yang pada umumnya digunakan dalam pengukuran
spektrofotometer :

 Blanko Udara

Teknik pengukuran dengan cara mengukur udara sebagai blanko dan dilanjutkan dengan
pengukuran bahan uji. Dengan cara ini koreksi perubahan indeks bias larutan masih kurang
teliti. Cara ini biasanya dilakukan pada pemeriksaan cara kinetik, yang mana tidak
memerlukan perubahan indeks bias larutan, tapi perubahan konsentrasi larutan per satuan
waktu.

 Blanko Aquabidest

Cara pengukuran ini sebagai baseline digunakan aquabidest, sehingga saat transmisi 100%
atau aboserben 0,000 menggunakan medium aquabidest. Lalu dilakukan pengukuran blanko
reagent, standard dan sampel. Cara inilah yang umum dilakukan pemeriksaan dalam kimia
klinik rutin.

 Blanko Sampel

Cara ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan akibat sampel yang berwarna atau keruh,
sehingga perlu dilakukan penambahan sampel pada larutan blanko sehingga diukur sebagai
14
blanko sampel. Cara ini digunakan pada pemeriksaan bilirubin total dan direk. Kemudian
dilakukan pengukuran sampel dan dikalikan faktor maka didapatkan kadar bahan uji.

Pada penelitian ini digunakan sample blanko aquabidest yang dijadikan sebagai
indikator untuk zero adjustment karena standar pada perkembangan pengukuran uji kimia
secara umum telah menggunakan larutan tersebut sebagai indikator penentu nilai nol untuk
blank kuvet nya.

2.6 LED (Light Emiting Diode)

Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen elektronika
yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED
merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya
yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang
dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh
mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control
perangkat elektronik lainnya.

Gambar 2.5 Simbol dan Bentuk LED


(Sumber : Electroino.com)

Cara kerja LED hampir sama dengan dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif
(P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan
maju (bias forward) dari anoda menuju ke katoda. LED terdiri dari sebuah chip
semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud
dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidak
murnian (impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik

15
kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari
Anoda (P) menuju ke Katoda (K).

Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan
Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron
berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan cahaya monokromatik
(satu warna). LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri
tegangan maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi
Listrik menjadi Energi Cahaya.

Gambar 2.6 Proses pembentukan cahaya monokromatik pada LED


(Sumber : Teknikelektronika.com)

Gambar 2.7 Cara Melihat Polaritas LED


(Sumber : https://www.google.co.id/sahabat-informasi.com)

Saat ini, LED telah memiliki beranekaragam warna, diantaranya seperti warna merah,
kuning, biru, putih, hijau, jingga dan infra merah. Keanekaragaman Warna pada LED
tersebut tergantung pada Wavelength (panjang gelombang) dan senyawa semikonduktor

16
yang dipergunakannya. Berikut ini adalah Tabel Senyawa Semikonduktor yang digunakan
untuk menghasilkan variasi warna pada LED :

Tabel 2.2 Bahan, Panjang Gelombang, dan Warna LED.

Panjang
No. Bahan Semi Konduktor Warna
Gelombang

Infra
1. Gallium Arsenide (GaAs) 850-940nm
Merah

2. Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP) 630-660nm Merah

3. Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP) 605-620nm Jingga

Gallium Arsenide Phosphide Nitride


4. 585-595nm Kuning
(GaAsP:N)

Aluminium Gallium Phosphide


5. 550-570nm Hijau
(AlGaP)

6. Silicon Carbide (SiC) 430-505nm Biru

7. Gallium Indium Nitride (GaInN) 450nm Putih

Infra
8. Gallium Arsenide (GaAs) 850-940nm
Merah

9. Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP) 630-660nm Merah

10. Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP) 605-620nm Jingga

2.6.1 LED HPL (High Power LED)


High Power LED biasanya tertanam di Luxeon atau Foglamp untuk penerangan
proyek bangunan atau pertambangan. Dalam kehidupan rumah tangga HPL juga banyak
dipakai sebagai penerangan ruang, dekorasi aquarium dan lain sebagainya. Sejatinya HPL ini
merupakan pengembangan dari type SMD dimana dalam satu penampang terdapat beberapa
chip LED yang berjajar sehingga mampu menghasilkan cahaya yang lebih terang di banding
SMD. Jika dilihat dari strukturnya memang agak beda jauh dari SMD, hanya saja HPL jumlah
chipnya lebih banyak dengan penampang yang sama. HPL yang dipakai disini adalah 30 Watt
8 Volt. Berikut ini merupakan spesifikasi dari LED HPL Warna Hijau :
- Panjang Gelombang : 515 – 530 nm
- Tegangan Input : 30 – 36 Volt
- Arus : 900 mA
- Warna : Hijau
- Kecerahan : 600 – 1200 lumens

17
- Indeks pencahayaan : 60 – 85
- Sudut cahaya : 120 – 160 derajat
- Masa penggunaan lampu : 50.000 jam
- Dimensi : 40 mm x 46 mm (4 – 4,6 cm).

Gambar 2.8 LED HPL 30 Watt


(Sumber : https://www.google.co.id/tokopedia.com)

2.7 ATMega 328P


ATMega328 merupakan mikrokontroler keluarga AVR 8 bit. Beberapa tipe
mikrokontroler yang sama dengan ATMega8 ini antara lain ATMega8535, ATMega16,
ATMega32, ATmega328, yang membedakan antara mikrokontroler antara lain adalah, ukuran
memori, banyaknya GPIO (pin input/output), peripherial (USART, timer, counter, dll). Dari
segi ukuran fisik, ATMega328P memiliki ukuran fisik lebih kecil dibandingkan dengan
beberapa mikrokontroler diatas. Namun untuk segi memori dan periperial lainnya
ATMega328 tidak kalah dengan yang lainnya karena ukuran memori dan periperialnya relatif
sama dengan ATMega8535, ATMega32, hanya saja jumlah GPIO lebih sedikit dibandingkan
mikrokontroler diatas.

18
Gambar 2.9 Pin Chip atmega328P
(Sumber : https://www.module143.com/arduino-uno-r3-atmega328p-microcontroller-board)

ATMega328 memiliki 3 buah PORT utama yaitu PORTB, PORTC, dan PORTD
dengan total pin input/output sebanyak 23 pin. PORT tersebut dapat difungsikan sebagai
input/output digital atau difungsikan sebagai pheriperal lainnya.

1. Port B
Port B merupakan jalur data 8 bit yang dapat difungsikan sebagai input/output. Selain
itu PORTB juga dapat memiliki fungsi alternatif seperti di bawah ini.
a. ICP1 (PB0), berfungsi sebagai Timer Counter 1 input capture pin.
b. OC1A (PB1), OC1B (PB2) dan OC2 (PB3) dapat difungsikan sebagai keluaran PWM
(Pulse Width Modulation).
c. MOSI (PB3), MISO (PB4), SCK (PB5), SS (PB2) merupakan jalur komunikasi SPI.
Selain itu pin ini juga berfungsi sebagai jalur pemograman serial (ISP).
d. TOSC1 (PB6) dan TOSC2 (PB7) dapat difungsikan sebagai sumber clock external
untuk timer.
e. XTAL1 (PB6) dan XTAL2 (PB7) merupakan sumber clock utama mikrokontroler.

2. Port C
Port C merupakan jalur data 7 bit yang dapat difungsikan sebagai input/output digital.
Fungsi alternatif PORTC antara lain sebagai berikut.
a. ADC 6 channel (PC0,PC1,PC2,PC3,PC4,PC5) dengan resolusi sebesar 10 bit. ADC
dapat kita gunakan untuk mengubah input yang berupa tegangan analog menjadi data

b. digital. Batas maksimal tegangan input yang masuk ke dalam pin ADC sama dengan
tegangan input ATmega328P (5 Volt DC).

19
c. I2C (SDA dan SDL) merupakan salah satu fitur yang terdapat pada PORTC. I2C
digunakan untuk komunikasi dengan sensor atau device lain yang memiliki komunikasi
data tipe I2C seperti sensor kompas, accelerometer nunchuck.

3. Port D
Port D merupakan jalur data 8 bit yang masing-masing pin-nya juga dapat difungsikan
sebagai input/output. Sama seperti Port B dan Port C, Port D juga memiliki fungsi alternatif
dibawah ini.
a. USART (TXD dan RXD) merupakan jalur data komunikasi serial dengan level sinyal
TTL. Pin TXD berfungsi untuk mengirimkan data serial, sedangkan RXD kebalikannya
yaitu sebagai pin yang berfungsi untuk menerima data serial.
b. Interrupt (INT0 dan INT1) merupakan pin dengan fungsi khusus sebagai interupsi
hardware. Interupsi biasanya digunakan sebagai selaan dari program, misalkan pada saat
program berjalan kemudian terjadi interupsi hardware/software maka program utama
akan berhenti dan akan menjalankan program interupsi.
c. SCK dapat difungsikan sebagai sumber external clock untuk USART, namun kita juga
dapat memanfaatkan clock dari CPU, sehingga tidak perlu membutuhkan external clock.
d. T0 dan T1 berfungsi sebagai masukan counter external untuk timer 1 dan timer 0.
e. AIN0 dan AIN1 keduanya merupakan masukan input untuk analog comparator.

2.7.1 Fitur ATmega328P


ATMega328 adalah mikrokontroler keluaran dari atmel yang mempunyai arsitektur
RISC (Reduce Instruction Set Computer) yang mana setiap proses eksekusi data lebih cepat
dari pada arsitektur CISC (Completed Instruction Set Computer). Mikrokontroler ini memiliki
beberapa fitur antara lain:
1. Memiliki EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar
1KB sebagai tempat penyimpanan data semi permanen karena EEPROM tetap dapat
menyimpan data meskipun catu daya dimatikan.
2. Memiliki SRAM (Static Random Access Memory) sebesar 2KB.
3. Memiliki pin I/O digital sebanyak 14 pin 6 diantaranya PWM (Pulse Width Modulation)
output.
4. 32 x 8-bit register serba guna.

5. Dengan clock 16 MHz kecepatan mencapai 16 MIPS.


6. 32 KB Flash memory dan pada arduino memiliki bootloader yang
7. menggunakan 2 KB dari flash memori sebagai bootloader.
8. 130 macam instruksi yang hampir semuanya dieksekusi dalam satu siklus clock.

2.8 LCD Karakter 2X16

20
LCD / Liquid Crystal Display adalah suatu jenis media tampilan yang menggunakan
kristal cair sebagai penampil utama yang berfungsi untuk menampilkan tulisan berupa angka
atau huruf sesuai dengan yang diinginkan (sesuai dengan program yang digunakan untuk
mengontrolnya).Modul LCD Character dapat dengan mudah dihubungkan dengan
mikrokontroller. LCD yang digunakan peneliti ini mempunyai lebar display 2 baris 16 kolom
atau biasa disebut sebagai LCD Character 2x16, dengan 16 pin konektor, yang didefinisikan
sebagai berikut :

Gambar 2.10 Rangkaian LCD 2x16


(Sumber : http://etekno.blogspot.com/2011/04/menampilkan-data-dari-mikrokontroler-ke.html)

Gambar 2.11 Contoh gambar LCD 2x16


(Sumber : https://www.indiamart.com/proddetail/16x2-lcd-display)

Tabel 2.4 Fungsi PIN pada LCD karakter 2x16

21
PIN Name Function
1 VSS Ground voltage
2 VCC +5V
3 VEE Contrast voltage
Register Select
4 RS 0 = Instruction Register, 1 = Data
Register
Read/ Write, to choose write or read
5 R/W mode
0 = write mode, 1 = read mode
Enable
6 E 0 = start to lacht data to LCD character,
1= disable
7 DB0 LSB
8 DB1 -
9 DB2 -
10 DB3 -
11 DB4 -
12 DB5 -
13 DB6 -
14 DB7 MSB
15 BPL Back Plane Light
16 GND Ground voltage

2.9 Sensor Phototransistor

22
Photo transistor adalah sensor cahaya yang dapat mengubah besaran cahaya menjadi
besaran konduktansi. Photo transistor prinsip kerjanya sama halnya dengan transistor pada
umum, fungsi bias tegangan basis pada transistor biasa digantikan dengan besaran cahaya
yang diterima photo transistor. Pada saat photo transistor menerima cahaya maka nilai
konduktansi kaki kolektor dan emitor akan naik (resistansi kaki kolektor-emitor turun).
Meskipun Phototransistor memiliki berbagai kelebihan, namun bukan juga tanpa
kelemahan.Berikut ini adalah beberapa

Kelebihan Phototransistor :

1. Photo Transistor menghasilkan arus yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Photo
Diode.

2. Photo Transistor relatif lebih murah, lebih sederhana dan lebih kecil sehingga mudah untuk
diintegrasikan ke berbagai rangkaian elektronika.

3. Photo Transistor memiliki respon yang cepat dan mampu menghasilkan Output yang
hampir mendekati instan.

4. Photo Transistor dapat menghasilkan Tegangan, sedangkan Photoresistor tidak bisa.

Kelemahan Phototransistor :

1. Photo Transistor yang terbuat dari Silikon tidak dapat menangani tegangan

yang melebihi 1000 Volt

2. Photo Transistor sangat rentan terhadap lonjakan listrik yang mendadak

(electric surge).

3. Photo Transistor tidak memungkin elektron bergerak sebebas perangkat

lainnya (contoh: Tabung Elektron).

23
Gambar 2.12 Sensor Phototransistor
(Sumber : https://components101.com/phototransistor-pinout-datasheet)

Apabila gambar simbol transistor dan phototransistor dibandingkan, maka dapat


diketahui bahwa perbedaannya adalah terletak pada kaki basis (B). Kaki basis pada
phototransistor tidak ditampilkan, karena seperti telah penulis sampaikan di atas bahwa fungsi
kaki basis pada komponen phototransistor dikendalikan berdasarkan ada atau tidaknya berkas
cahaya yang mengenai permukaan berbahan photoconductive, yang berada pada kaki basisnya.

Gambar 2.13 Perbandingan transistor dengan phototransistor

(Sumber : https://www.tneutron.net/mikro/sensor-photo-dioda/)

Komponen ini memiliki sifat yang sama dengan transistor yaitu menghasilkan kondisi cut off
dan saturasi. Perbedaannya adalah, bilamana pada transistor kondisi cut off terjadi saat tidak
ada arus yang mengalir melalui basis ke emitor dan kondisi saturasi terjadi saat ada arus
mengalir melalui basis ke emitor maka pada phototransistor kondisi cut off terjadi saat tidak
ada cahaya infrared yang diterima dan kondisi saturasi terjadi saat ada cahaya infrared yang
diterima.

24
Gambar 2.14 Hubungan Pengeluaran Phototransistor dengan Intensitas Cahaya
(Sumber : http://margionoabdil.blogspot.com/2015/03/sensor-cahaya-photo-transisitor.html/)

Sebagai contoh aplikasi phototransistor dapat digunakan sebagai sensor api.


Penggunaan sensor phototransistor sebagai pendeteksi keberadaan api didasarkan pada fakta
bahwa pada nyala api juga terpancar cahaya infra merah. Hal ini tidak dapat dibuktikan
dengan mata telanjang karena cahaya infra merah merupakan cahaya tidak tampak, namun
keberadaan cahaya infra merah dapat dirasakan yaitu ketika ada rasa hangat atau panas dari
nyala api yang sampai ke tubuh kita.

2.10 Penyimpanan SD Card

adalah kartu memori non-volatile yang dikembangkan oleh SD Card Association yang
digunakan dalam perangkat portable. Saat ini, teknologi microSD sudah digunakan oleh lebih
dari 400 merek produk serta dianggap sebagai standar industri de-facto. Keluarga microSD
yang lain terbagi menjadi SDSC yang kapasitas maksimum resminya sekitar 2GB, meskipun
beberapa ada yang sampai 4GB. SDHC (High Capacity) memiliki kapasitas dari 4GB sampai
32GB. Dan SDXC (Extended Capacity) kapasitasnya di atas 32GB hingga maksimum 2TB.
Keberagaman kapasitas seringkali membuat kebingungan karena masing-masing protokol
komunikasi sedikit berbeda.
Dari sudut pandang perangkat, semua kartu ini termasuk kedalam keluarga SD. SD adapter
memungkinkan konversi fisik kartu SD yang lebih kecil untuk bekerja di slot fisik yang lebih
besar dan pada dasarnya ini adalah alat pasif yang menghubungkan pin dari microSD yang
kecil ke pin adaptor microSD yang lebih besar. SD mempunyai bentuk fisik yang sama maka
sering menyebabkan kebingungan di kalangan konsumen. Contohnya, MicroSD, MicroSDHC,
dan MicroSDXC ukuran fisiknya sama tetapi kapabilitasnya berbeda. Protokol komunikasi
untuk SDHC/SDXC/SDIO sedikit berbeda dengan MicroSD yang sudah mapan karena
biasanya device keluaran lama tidak bisa mengenali kartu keluaran baru. kebanyakan masalah
mengenai inkompatibilitas ini dapat diselesaikan dengan firmware update.

25
Gambar 2.15 Contoh SD card dan karakteristiknya
(Sumber : https://www.target.com/p/sandisk-standard-16gb-microsd-memory-card/-/A-14770377)

26
BAB III

METODOLOGI

3.1 Diagram Blok

Gambar 3.1 Blok Diagram Spektrofotometer

Pada saat tombol power ditekan, maka seluruh rangkaian mendapatkan supply
tegangan, Masukkan larutan ke dalam kuvet selanjutnya letakkan kuvet di dalam alat untuk
pengukuran, setting terlebih dahulu panjang gelombang yang dipakai. Setelah memilih setting,
tekan start untuk memulai proses dan lampu menyala.
Cahaya tampak, cahaya monokromatik LED dengan panjang gelombang tertentu yang
telah di setting sebelumnya akan masuk ke dalam slit (celah) kecil untuk memfokuskan
cahaya yang telah dipancarkan dari LED. Setelah cahaya menjadi fokus, maka di tembakkan
ke kuvet, cahaya tersebut akan diserap oleh larutan yang ada dalam kuvet, lalu cahaya
monokromatik LED yang keluar dari kuvet akan disensor oleh sensor phototransistor dengan
tujuan mengkonversi cahaya monokromatik menjadi besaran tegangan. Rangkaian
mikrokontroler ATMega328 akan menerima output tegangan dari phototransistor, tegangan
tersebut kemudian akan di proses dan dikonversi oleh ADC pada mikrokontroler ATMega328
sehingga data dapat di tampilkan pada LCD karakter dan ditambahkan penyimpanan data
absorban agar dapat di lihat kembali sewaktu waktu.

27
3.2 Diagram Alir

Gambar 3.2 Diagram Alir

Cara Kerja Diagram Alir

28
Pada keadaan awal saat saklar On / Off di tekan power supply bekerja dan
memberikan tegangan ke seluruh rangkaian. Pilih setting panjang gelombang yang diperlukan
kemudian tekan tombol enter untuk memulai proses dan lampu LED akan menyala dengan
panjang gelombang yang telah tersetting, lalu sensor phototransistor mendeteksi cahaya yang
keluar dari kuvet. Output sensor phototransistor masuk kedalam mikrokontroler dan kemudian
akan diolah yang mana hasilnya akan di tampilkan pada LCD karakter.

3.3 Diagram Mekanik

Gambar 3.3 Diagram Mekanik

29
3.4 Alat Dan Bahan

3.4.1 Persiapan Alat

Sebagai penunjang dalam melaksanakan pembuatan modul, pengukuran, peengamatan,


maupun pengujian digunakan beberapa peralatan. Peralatanperlatan tersebut antara lain

1. Avometer

2. Solder

3. Timah

4. Penyedot Timah

5. Toolset

6. PCB

7. Downloader

8. Laptop

9. Bor

10. Kikir

11. Silet / Cutter

12. Project Board

3.4.2 Persiapan Bahan

Mempersiapkan bahan untuk pembuatan modul merupakan hal yang harus diperhatikan
agar bahan yang di dapat sesuai dengan kebutuhan, antara lain :

30
Tabel 3.1 Bahan pembuatan modul

No. Nama Komponen Jumlah Harga

1. IC ATMega 328P 1 Rp. 27.000,-

2. Kristal 16 MHz 1 Rp. 1.500,-

3. Multiturn 3 Rp. 5.000,-

4. Phototransistor 1 Rp. 3.000,-

5. Resistor Secukupnya Rp. 500,-

6. Push Button 2 Rp. 8.400,-

7. Power on/off 1 Rp. 1.500,-

8. Power Supply Switching 1 Rp. 42.500,-

9. LED HPL Secukupnya Rp. 50.000,-

10. PCB Secukupnya Rp. 15.000,-

11. Kabel Power 1 Rp. 22.000,-

12. Kabel Jumper Secukupnya Rp. 27.000,-

13. Mur, Baut Secukupnya Rp. 5.000,-

3.5 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dan pembuatan yang digunakan pada modul ini adalah pre-
eksperimental dengan jenis penelitian “one group post tes design. Penulis memberikan
perlakuan dengan membuat rangkaian minsys simulasi spektrofotometer beserta rangkaian
sensor cahaya kemudian dilakukan pengukuran akan tetapi tidak terdapat kelompok kontrol
maupun kelompok pembandingnya.

31
Paradigma ini dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan sebagai
berikut :

Perlakuan diukur

X O

X = Perlakuan yang diberikan (varibel dependen)

O = Observasi (variabel independen)

Paradigma itu dapat dibaca sebagai berikut :

Terdapat suatu kelompok diberi treatmen yakni absorbansi suatu sample

3.6 Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel Independent (Bebas)

Variabel bebas merupakan penyebab munculnya variabel terikat. Dalam pembuatan


modul ini yang merupakan variabel bebas adalah sampel larutan.

3.6.2 Variabel Dependen (Tergantung)

Bagian yang termasuk sebagai variabel tergantung yaitu sensor phototransistor untuk
mengetahui besarnya absorbansi pada sampel yang diukur, dan komponen pendukung lainnya
seperti kapasitor, resistor, dan lain sebagainya.

3.6.3 Variabel Terkendali (Kontrol)

Sebagai variabel terkendali dalam penelitian pembuatan modul ini adalah IC


Mikrokontroller ATMega 328P yang menerima inputan / data dari sensor photodioda.

3.7 Definisi Oprasional

Dalam kegiatan operasionalnya, variabel-variabel yang digunakan dalam pembuatan


modul, baik veriabel terkendali, tergantung, dan bebas memiliki fungsi-fungsi antara lain :

32
Tabel 3.2 Definisi Oprasional

Variabel Devinisi Alat Ukur Hasil Skala


Oprasional Ukur Ukur
Variabel
Sampel Sampel yang Spekrofoto 0 – 225 Interval
Larutan akan dianalisis meter PPM
merupakan
(Var. Bebas )
absorbansi dari
sampel standar
yang telah di
reaksi dengan
reagen

Sensor Sensor yang Avo Meter 0–5 interval


Phototransistor digunakan Volt
untuk
(Var. Terikat)
mengukur
absorbansi
suatu larutan.
Mikrokontroller Komponen Avo Meter Jalan Nominal
pengendali dan
(V.Terkendali)
sistem yang tidak
telah diprogram jalan
sebelumnya.

3.8 Teknik Analisis Data

Pengukuran keakurasian dan ketepatan dilakukan sebanyak 6 kali dalam percobaan.


Kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan angka standart dan dicari nilai
standart deviasi (STD), angka ketidakpastian dan juga error dengan rumus sebagai berikut :

33
1. Rata – rata

Adalah nilai atau hasil pembagian dari jumlah data yang diambil atau diukur dengan
banyaknya pengambilan data atau banyaknya pengukuran.

Xi
Rata – Rata ( X ) =
n

Keterangan :
X : rata-rata
∑Xi : Jumlah nilai data
N : Banyak data ( 1,2,3,…,n )

2. Error (% Kesalahan)

Error (kesalahan) adalah selisih antara mean terhadap masing-masing data. Rumus
error adalah:

Error % =

3. Standart Deviasi

Standart deviasi adalah suatu nilai yang menunujukan tingkat (derajat) variasi
kelompok data atau ukuran standart penyimpangan dari meannya.
Rumus standart deviasi (SD) adalah:

X 
n
2
i X
i 1
SD 
 n 1

Keterangan :
SD : standart deviasi
: nilai yang dikehendaki
X
n : banyak data

34
4. Ketidakpastian (UA)

Ketidakpastian adalah kesangsian yang muncul pada tiap hasil pengukuran.

Rumus dari ketidakpastian adalah sebagai berikut:

Ketidakpastian =

Dimana : SD = Standar Deviasi

n = Banyaknya data

3.9 Urutan Kegiatan

1. Menentukan topik tugas akhir


2. Mengumpulkan referensi
3. Menyusun proposal
4. Ujian dan revisi proposal
5. Membuat rangkaian modul
6. Membuat listing program modul tugas akhir
7. Melakukan pengukuran terhadap output
8. Menarik kesimpulan dan saran untuk perbaikan sistem
9. Menyusun laporan karya tulis ilmiah.

Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan

35
Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar
Keg
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX

10.

11.

3.10 Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat

Waktu pelaksanaan : Selama ± 4 bulan

Tempat pelaksanaa : Kampus Teknik Elektromedik

Jadwal kegiatan

Jadwal kegiatan penulis susun menurut jadwal Kalender Akademik yang ada di
Politeknik Kesehatan Jurusan Teknik Elektromedik Surabaya.

36
37

Anda mungkin juga menyukai