Anda di halaman 1dari 17

KETERAMPILAN MELAKUKAN

GLISERIN, PERAWATAN
COLOSTOMY

KELOMPOK 4

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

S1 KEPERAWATAN

DOSEN : SAIFUL WALID S.Kep., Ners

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2017 – 2018
Nama Anggota :

Destianti Tamara 1711011001

Aliyatul Nisa 1711011014

Sitti Zainiyah 1711011024

Tri Juli Indah Andriani 1711011025

Yudhita Hardiyanti 1711011026

Ajeng Ratu Pramestin 1711011028

Muhammad Zayhullah 1711011033

Rizky Wahyu Nurhakiki 1711011035

Ilma Sakinah 1711011038

Tri Ucarin Febrianti 1711011044

Jefri Trio Hanas 1711011045


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,

taufik dan inayah-Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna

memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar 1 ini dapat selesai sesuai

dengan yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya

Amiin.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya hambatan selalu mengiringi

namun atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari orang tua, dosen

pembimbing dan teman-teman yang ikut terlibat dalam penyusunan makalah

ini akhirnya semua hambatan dapat teratasi.

Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk

menambah wawasan khususnya mengenai keterampilan melakukan gliserin,

perawatan colostomy.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai

sumbangsih pemikiran khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa kami

mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik

dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Kami sebagai

penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu

kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen

kedalam kolon iliaka (assenden) sebagai tempat mengeluarkan feses.

Pembentukan kolostomi dapat dilakukan secara permanen atau

sementara tergantung tujuan dilakukan operasi dan 10% diantaranya

adalah kolostomi permanen. Lubang kolostomi yang muncul di

permukaan/dinding abdomen yang berwarna kemerahan disebut stoma.

Menurut Kalibjian (2013), kolostomi biasanya disebabkan oleh kanker

kolorektal, pecahnya divertikulitis, perforasi usus, trauma usus atau

penyakit/kerusakan sumsum tulang belakang sehingga tidak adanya

kontrol dalam buang air besar. Dari beberapa penyebab kolostomi,

penyebab tersering menurut Indonesian Ostomy Association / INOA

adalah kanker kolorektal. Kanker kolorektal merupakan penyakit

keganasan yang menyerang usus besar. Jenis kanker ini paling sering

ditemui, terutama pada wanita atau pria yang berusia 50 tahun atau

lebih.
Gliserin merupakan cairan kental yang rasanya manis namun

tidak berwarna. Gliserin mmepunyai titik didih yang tinggi dan akan

membeku dalam bentuk pasta. Gliserin banyak digunakan dalam

produk kecantikan seperti lotion, sabun, dan digunakan untuk membuat

dinamit. Cairan gliserin popular digunakan dalam produk kecantikan

karena gliserin merupakan humektan yang menyerap air dari


lingkungan, maka hal ini yang menyebabkan glisrin dapat membantu

menyegel kelembaban. Gliserin dapat dengan mudah dilarutkan

menjadi air dan alcohol, namun tidak menjadi minyak. Gliserol adalah

senyawa kimia murni, yang menunjukkan bahwa itu adalah alcohol.

B. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyediakan pedoman

keterampilan melakukan gliserin dan perawatan colostomy bagi seluruh

lapisan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI FISIOLOGY
1. Anatomi fisiologi Gliserin
Gliserin mudah menyerap air dari udara sekitarnya,

berarti gliserin bersifat higroskopis. Jika ada gliserin

ditempatkan di tempat terbuka, gliserin tersebut akan menyerap

air dari uadara disekitarnya hingga cairan tersebut mengandung

20% air. Jika Gliserin di tempatkan di lidah akan membuat lidah

kering karena dehidrasi. Ketika produk kecantikan yang

mengandung senyawa ini digunakan pada kulit sebagai

pelembab maka gliserin dapat membantu menjaga kelembapan

kulit tersebut.
Bahan dasar dari pembuatan gliserin berubah dari waktu

ke waktu. Pada tahun 1889 misalnya, gliserin dapat diambil dari

para pengrajin lilin. Pada saat itu lilin yang tebuat dari lemak

hewan yang berfungsi sebagai bahan dasar pembuatan gliserin.

Proses ekstrasinya cukup rumit dan ada beberapa cara untuk

melakukannya. Cara termudah adalah dengan mencampur lemak

dengan larutan alkali. Ketika dua dicampur, sabun terbentuk dan

gliserin kemudian terbentuk.

Kegunaan gliserin antara lain :


a. Makanan dan minuman
- Berfungsi sebagai humektan, pelarut dan pemanis,

dapat membantu juga sebagai pengawet makanan


- Dapat dijadikan sebagai pengemulsi makanan
- Digunakan untuk pembuatan ester poligliserol

masuk ke shortening dan margarin


b. Kosmetik :
- Mengatasi kulit kering seperti eksim dan prosiasis
- Pembersih muka untuk mencegah dan

mengurangi jerawat
- Untuk bibir, dapat mengobati masalah bibir pecah

pecah
c. Polieter Poliol :
- Salah satu bahan baku uatma untuk pembuatan

poliol untuk busa fleksibel, dan pada tingkat yang

lebih rendah, busa polioretan kaku.


- Digunakan dalam lapisan permukaan dan cat
- Penggunaan penutup makanan termasuk daging,

penutup kolagen dan nonmeat packagin


d. Kosmetik dan obat obatan :
- Pelembut dalam sabun
- Pemanis di dalam pasta gigi
- Campuran obat batuk
- Campuran sampo
e. Lain lain :
- Industri kertas sebagai zat pelembab, plasticier

dan pelumas
- Humektan untuk makanan hewan peliharaan

untuk menjaga kelembaban dan meningkatkan

palatabilitas
- Digunakan dalam pelumas, ukuran dan pelumas

benang dan kalin


- Aplikasi paten telah diajukan untuk pelunak

detergen dan surfaktan berdasarkan gliserin bukan

senyawa amonium kuaterner


2. Anatomi fisiologi Kolostomi
Kolostomi direkomendasikan pada pasien yang mengalami

masalah-masalah kesehatan berikut:


Adanya hambatan di usus besar dan rektum – Kolostomi

diperlukan jika seseorang menderita kondisi yang membuat kotoran

tidak bisa keluar melalui jalur biasanya. Biasanya akibat pertumbuhan

massa abnormal, seperti tumor (jinak atau ganas) atau infeksi seperti

tuberkolosis.

Malformasi kongenital – Hal ini disarankan kepada malformasi

turunan, seperti anus imperforate, fistula rekto-vaginal dan tumor besar.

Sehingga, kotoran tidak bisa melewati jalur yang seharusnya.

Masalah kesehatan terkait usus – Pasien dengan penyakit yang

memengaruhi usus besar, seperti volvulus atau usus melilit, atau

mereka yang mengalami trauma atau cedera usus juga dapat menjalani

kolostomi.

Inkontinesia feses – Kolostomi dapat direkomendasikan pada

mereka yang mengalami masalah ini. Apalagi jika pasien sudah

mencoba semua pilihan pengobatan, namun masih gagal untuk

mengatasinya.

Dalam beberapa kasus, kolostomi bisa dilakukan sebagai bagian

prosedur bedah usus yang lebih luas. Misalnya, pengangkatan usus

besar akibat kanker. Sehingga, lubang pada abdomen perlu dibuat untuk

mengeluarkan feses agar usus bisa beristirahat dan memulihkan dirinya.

Tergantung patologi dan kondisinya, kolostomi bisa bersifat permanen


atau sementara. Yang terakhir berarti usus dapat diperbaiki dan

dimasukkan kembali ke perut. Lalu, gastrointestinal akan dipulihkan

kembali. Maka, bedah dibutuhkan untuk menutup kolostomi dan

umumnya dilakukan beberapa bulan setelah masalah kesehatan pasien

terkait usus berhasil disembuhkan.

Cara Kerja Kolostomi

Ada beberapa jenis kolostomi, tapi prinsip dasarnya untuk

melubangi dinding abdomen sama. Namun, bagian usus yang perlu

dikeluarkan melewati dinding abdomen dan teknik untuk

mengeluarkannya dapat berbeda. Jenis-jenis kolostomi tersebut, antara

lain:

Kolostomi loop – Ini digunakan dalam keadaan gawat darurat,

di mana usus tersumbat sepenuhnya. Satu lingkaran usus akan ditarik

keluar, kemudian disayat, dan bagian yang terbuka akan dijahitkan ke

kulit. Prosedur dengan teknik ini biasanya hanya untuk sementara dan

usus masih dalam bagian posterior.

Kolostomi double barrel – Ini biasanya dilakukan setelah

operasi reseksi usus. Berlawanan dengan kolostomi loop, usus besar

diputus dan dipisahkan. Lalu kedua ujungnya di keluarkan melalui

lubang abdomen.
Kolostomi ujung – Prosedur ini, hanya ujung proksimal usus

yang dikeluarkan. Sementara ujung lainnya ditutup (dengan kantong

Hartmann) atau diangkat (dengan reseksi abdominoperineal). Secara

umum, kolonoskopi dimulai dengan menentukan lokasi lubang

abdomen atau stoma. Sayatan melingkar akan dibuat dengan

mengangkat jaringan subkutan untuk menciptakan sayatan cruciatum

pada selubung rektus. Otot perut akan dipisahkan agar dokter dapat

menjangkau rongga perut. Tergantung jenis kolostomi yang dilakukan,

bagian dari usus besar dapat dikeluarkan melalui sayatan sebelum usus

dijahit agar menempel pada kulit. Jika kolostomi merupakan bagian

dari rangkaian prosedur, biasanya dilakukan sebagai prosedur penutup.


BAB III

PROSEDUR KETERAMPILAN

A. PERSIAPAN GLISERIN
a. Persiapan Alat:
 Spuit glyserin
 Cairan glyserin
 Perlak dan pengalas
 Selimut
 Kom kecil
 Sabun + waslap
 Bengkok
 Kertas tissue
 Jelly

b. Persiapan Pasien:

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

 Atur ketinggian tempat tidur sejajar dengan

daerah kerja perawat

 Berikan posisi pasien miring kiri dan posisi kaki

flexi

c. Persiapan Petugas:

 Mencuci tangan.

 Menilai keadaan umum pasien

 Mengukur tanda-tanda vital


 Kemampuan mobilisasi

d. Prosedur:

 Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan

keluarga serta menjelaskan mengenai prosedur

yang akan dilakukan

 Perawat meminta persetujuan tindakan secara

tertulis/lisan kepada pasien/keluarganya

 Perawat menjaga privacy pasien dengan cara

memasang tirai

 Perawat melakukan identifikasi pasien sesuai

dengan prosedur

 Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai

dengan prosedur

 Perawat mengenakan APD sesuai dengan

prosedur

 Perawat menyiapkan alat-alat di dekat atau di

sekeliling pasien sehingga mudah dijangkau oleh

perawat

 Perawat mempersiapkan cairan gliserin di dalam

spuit gliserin 10-20 cc, udara dikeluarkan


 Perawat melepaskan pakaian bawah pasien dan

menutup dengan selimut

 Perawat meletakkan perlak pengalas di bawah

bokong pasien

 Perawat memberi posisi pada pasien miring kiri

dan kaki flexi

 Perawat mengeluarkan sedikit cairan dalam spuit

glyserin untuk membasahi ujung kanul atau

mengolesi ujung spuit dengan jelly

 Perawat membuka bokong pasien dengan

menggunakan tangan yang non dominan hingga

anus terlihat

 Perawat memasukkan ujung spuit glyserin ke

dalam rectum mengarah ke umbilicus

 Perawat menganjurkan pasien untuk relaksasi

dengan cara menarik nafas panjang

 Perawat menginstruksikan pasien untuk menahan

cairan dan tidak menahan masuknya kanul ke

dalam anus
 Perawat memasukkan cairan glyserin secara

perlahan ke dalam rectum

 Perawat memegang pangkal kanul dengan tissue

kemudian mencabut dari anus

 Perawat memasang pispot di bawah bokong

pasien untuk BAB

 Perawat membersihkan daerah anus dan bokong

pasien dengan menggunakan tissue, waslap dan

sabun kemudian mengeringkan

 Perawat mengenakan kembali pakaian bawah

pasien

 Perawat memberikan posisi yang nyaman

 Perawat merapikan alat yang telah diberikan dan

membuang sampah sesuai dengan prosedur

 Perawat menjelaskan kepada pasien/keluarga

bahwa tindakan selesai dilakukan dan mohon

undur diri

 Perawat melepas APD sesuai dengan prosedur

 Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai

prosedur
 Perawat mencatat karakteristik, jumlah,warna

cairan dan feses yang keluar dan respon pasien

saat tindakan di dalam catatan perkembangan

terintegrasi

B. PERAWATAN COLOSTOMY
a. Persiapan Alat:
 Dua pasang sarung tangan
 Pengalas
 Kom berisi air hangat air hangat
 Kain kasa atau washlap
 Kantung kolostomi yang baru
 Pembersih seperti sabun
 Gunting
 Kantung plastic
 Tissue

b. Persiapan pasien:
 Atur posisi pasien berbaring
 Jelaskan pada pasien dan orang tua tentang prosedur

yang akan dilakukan dan jaga privasi pasien.


 Ciptakan suasana senyaman mungkin
c. Persiapan petugas:
 Mencuci tangan.

 Menilai keadaan umum pasien

 Mengukur tanda-tanda vital

 Kemampuan mobilisasi

d. Prosedur:
 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur pada klien dan jaga privasi klien
 Gunakan sarung tangan
 Letakkan kain pengalas di sekitar perut dan buka

kantung kolostomi.
 Buka kantung kolostomi dengan hati-hati, tangan non

dominan (kiri) menekan kulit dan tangan dominan

(kanan) melepaskan kantung kolostomi.


 Kosongkan kantung: ukur jumlah feses, feses dibuang

ke toilet kantung kolostomi dibuang ke kantong

plastik.
 bersihkan stoma dan kulit di sekitar lubang dengan

menggunakan kain kasa atau washlap yang lembab

dan hangat, atau air sabun jika sisah perekat dan feses

sulit dibersihkan.Cuci tangan dan gunakan sarung

tangan kembali.
 Keringkan kulit dan pasang kantung kolostomi yang

baru
 Buka sarung tangan dan rapikan alat serta sampah
 Cuci tangan

DAFTAR PUSTAKA
1. https://nersferdinanskeperawatan.wordpress.com/2010/01/06/memberikan-

gliserin-spuit/

2. http://www.askepkeperawatan.com/2016/12/sop-pemberian-spuit-

gliserin.html

3. file:///C:/Users/user/Downloads/Documents/Chapter%20II_3.pdf

Anda mungkin juga menyukai