Anda di halaman 1dari 3

F.

INDIKASI

Cabe jawa secara empiris terbukti bermanfaat sebagai obat. Hasil penelitian toksisitas
akut menunjukkan bahwa penginfusan cabe jawa sebagai obat dalam melalui kerongkongan,
termasuk aman. Namun penelitian lain, membuktikan bahwa penginfusan cabe jawa
menyebabkan peranakan (uterus) berkontraksi, sehingga dengan dosis tertentu dapat
menyebabkan keguguran. Oleh karena itu, wanita hamil sebaiknya tidak menggunakan ramuan
yang mengandung cabe jawa karena menimbulkan teratogenisitas (Rukmana,2003).Buah dan
akar cabe jawa dapat dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit diantaranya,
neurasthenia, gangguan pencernaan, batuk,bronkhitis, ayan, demam sehabis melahirkan,
penguat lambung,hidung berlendir,gangguan paru, jantung, tekanan darah rendah, masuk
angin, obat kuat, membersihkan rahim sehabis melahirkan,obat kumur, dan obat kejang perut
(Hariana, 2013)

Di Madura cabe jawa digunakan sebagai ramuan penghangat badan yang dicampur
dengan kopi,teh,dan susu. Cabe jawa juga dapat digunakan sebagai obat luar, diantaranya untuk
pengobatan penyakit beri-beri dan reumatik (Burkill,1935). Cabe jawa juga dapat
dimanfaatkan untuk mengobati tekanan darah rendah, influenza, cholera, sakit kepala, lemah
sahwat, bronchitis menahun, dan sesak napas. Penggunaan cabe jawa dalam bentuk seduhan
cukup aman karena termasuk jenis simplisia yang tidak berbahaya (Haryudin et al,2009)

Masyarakat menggunakan cabe jawa sebagai analgetik, antipiretik, mencegah mulas,


stimulansia, sakit gigi, lemah syahwat, dan lain-lain. Kandungan minyak atsirinya berefek
sebagai antibakteri, rasa pedas piperinnya menghangatkan dan melancarkan peredaran darah
serta menyegarkan (Supriadi, 2001). Selain itu, piperin juga mempunyai efek antiinflamasi dan
antiartritis, efek antidepresan, antikonvulsan, dan relaksasi otot (Muslichah,2011)

Cabe jawa (Piper retrofractum L) merupakan salah satu tanaman yang diketahui
memiliki efek stimulan terhadap sel-sel syaraf sehingga mampu meningkatkan stamina tubuh.
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa ekstrak cabe jawa tidak menyebabkan mutasi gen
pada lima galur bakteri uji. Selain itu, beberapa penelitian pendahuluan lain dari buah cabe
jawa adalah dalam bentuk infus, LD50 nya termasuk bahan yang tidak toksik, infus pada dosis
2,1 mg/10 gram berat badan pada tikus putih mempunyai efek androgenik dan anabolik
(Rahmawati et al,2011). Ekstrak cabe jawa mengandung senyawa-senyawa yang di duga
mempunyai efek afrodisiak. Cabe jawa digunakan sebagai afrodisiak karena mempunyai efek
androgenik dan anabolik. Ekstak cabe jawa dapat meningkatkan kadar testosteron pada pria
hipogonad (Muslichah,2011)

Infus cabe jawa dengan dosis rendah (2,1 mg/10 g berat badan) mempunyai efek
androgenik dan anabolik. Namun, pada kadar yang lebih tinggi berpengaruh sebaliknya. Cabe
jawa terbuktii dapat memperpanjang waktu tidur akibat pengaruh obat tidur heksobarbital. Hal
itu berarti cabe jawa memiliki daya menidurkan karena kandungan piperina. Hasil penelitian
lain menunjukkan bahwa cabe jawa dapat melawan atau mengurangi daya toksis striknina,
yakni salah satu zat yang terkandung dalam bidara laut. Hal itu berarti cabe jawa dapat
melindungi kemungkinan terjadinya keracunan akibat striknina (Rukmana,2003).

Cabe jawa mengandung minyak atsiri yang memudahkan perut mengeluarkan gas
(karminatif). Penderita perut kembung dapat disembuhkan dengan cabe jawa. Kandungan zat
tersebut dapat memperbaiki pencernaan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengobati
gangguan-gangguan lambung. Untuk menyembuhkan sakit gigi, akar cabe jawa dikunyah.
Akar atau daun cabe jawa yang direbus dapat digunakan untuk obat kumur, karena di samping
menghilagkan nyeri juga bersifat antiseptik (Rukmana,2003).

G. MASA PANEN

Panen pertama cabe jawa biasanya dilakukan 3 tahun setelah tanam apabila
menggunakan sulur panjat, sedangkan menggunakan sulur cacing, panen yang optimal
dilakukan 5 tahun setelah tanam, dengan 3-5 tahap pemetikan dalam satu musim (Haryudin,
2009)

Hal lain yang disukai petani karena perawatan tanaman cabe jawa relatif mudah dan
menghasilkan buah hampir sepanjang tahun sehingga sangat membantu pemenuhan kebutuhan
hidup petani. Pembuahan berlangsung sepanjang tahun sehingga panen dilakukan secara
kontinyu 3-5 kali setahun. Di Lamongan, Jawa Timur, musim panen cabe jawa mulai bulan
Februari sampai Agustus (Evizal,2013)
Burkill, I.H. 1935. A dictionary of the economic products of the Malay Peninsula. Vol. II (i-z)
: 1752.

Evizal,R. 2013. Status Fitofarmmaka dan Perkembangan Agroteknologi Cabe Jawa (Piper
Retrofractum Vahl.). Jurnal Agrotopika. Lampung : Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Vol. 18(1) : 34-40

Hariana, A. 2013. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya

Haryudin, W. dan Otih. 2009. Karakteristik Morfologi Tanaman Cabe Jawa (Piper
retrofractum.Vahl) di Beberapa Sentra Produksi. Bull littro. Vol. 20(1) : 1 - 10

Muslichah,S. 2011. Potensi Afrodisiak Kandungan Aktif Buah Cabe Jawa (Piper retrofractum
Vahl) Pada Tikus Jantan Galur Wistar. Jurnal Agrotek. Jember : Fakultas Farmasi. Vol
5(2) : 11-20

Rahmawati,N. dan Ikayanti. 2011. Efek Afrodisiaka Ramuan Cabe Jawa (Piper retrofractum
Vahl), Pegagan (Centella asiatica), dan Temulawak (Curcuma domestica) terhadap
Libido Tikus Jantan. Jawa Tengah : Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

Rukmana,R. 2003. Cabai Jawa Potensi dan Khasiatnya bagi Kesehatan. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius

Supriadi. 2001. Tumbuhan Obat Indonesia : Penggunaan dan Khasiatnya. Jakarta : Pustaka
Populer

Anda mungkin juga menyukai