Anda di halaman 1dari 16

RPP

BERBUSANA MUSLIM DAN MUSLIMAH


MERUPAKAN CERMIN KEPRIBADIAN DAN KEINDAHAN DIRI

PAI & BUDI PEKERTI


Kelas X Semester 1

O
L
E
H

Tohir Solehudin
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah : SMA Negeri 1 Bogor


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : X / Ganjil
Materi Pokok : Berbusana Muslim & Muslimah Merupakan Cermin Kepribadian & Keindahan Diri
Alokasi Waktu : 1 Minggu x 3 Jam Pelajaran @45 Menit

A. Kompetensi Inti

KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.


KI 2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,budaya, dan nhumaniora Dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara: efektif, kreatif, produktif,
kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif, Dalam ranah konkret dan abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Syaja’ah (berani membela kebenaran)
Kompetensi Dasar Indikator
3.5 Menganalisis ketentuan berpakaian  Meneliti secara lebih mendalam pemahaman Q.S. al-
sesuai syariat Islam A’hzab/33:59, 33 dan an- Nur/24:31 tentang
berbusana muslim dan muslimah, dengan
menggunakan IT
 Menganalisis ketentuan berpakaian sesuai syariat
Islam
 Menjelaskan makna yang terkandung dalam al-
Ahzāb/33:59, 33 dan an- Nur/24:31 tentang
berbusana muslim dan muslimah dengan
menggunakan IT.

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui proses pembelajaran dengan model belajar Brain Storming, Inkuiri dan saintifik peserta didik
DAPAT :

1. Mengetahui Cara berbusana Muslim dan muslimah yang baik dan benar.
2. Memahami Isi Kandungan Q.S Al-Azhab/33:59, 33 dan An-Nur/24:31.

Dengan Sikap Menghayati agama yang dianutnya, dan Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

D. Materi Pembelajaran
 Busana Muslim dan Muslimah merupakan cermin kepribadian dan keindahan diri
 Dalil tentang Busana Muslim dan Muslimah
 Penjelasan Busana Muslim dan Muslimah
 Penjelasan Kepribadian Muslim

E. Metode Pembelajaran
1) Pendekatan : Saintifik
2) Model Pembelajaran : Inquiry Learning
3) Metode : Ceramah bervariatif, Brain Storming dan Diskusi

F. Media/Alat dan bahan Pembelajaran


Media :
 Worksheet atau lembar kerja (siswa), spidol, papan tulis, laptop, pointer
 Lembar penilaian, lembar karton, lembar ayat quran
 Bahan Presentasi, Slide Power Point

G. Sumber Belajar
 Al-Qur’an dan Terjemahan
 Buku Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas X, Kemendikbud, tahun 2017
 Film Inspiratif
 Tafsir al-Qur’an dan kitab hadits

H. Langkah-Langkah Pembelajaran

Tahap Alokasi
Langkah-langkah pembelajaran
waktu
20 menit
Pendahuluan  Peserta didik memanjatkan doa (Pemantapan karakter dengan
bersikap religius) sebagai bentuk keimanan akan Sang Pencipta.
 Guru mengecek kehadiran peserta didik (Sosial)
 Menyebutkan IPK, Tujuan dan Manfaat yang dipelajari hari ini
 Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berhubungan
dengan pembelajaran sebelumnya.
1. Jelaskan makna Aurat
2. Jelaskan Kenapa kita harus berpakaian syar’ie
 Peserta didik menjawab ( berpkir kritis ):
 Menerima informasi dengan proaktif tentang keterkaitan sikap
sya’jaah dalam kebenaran( Literasi )
 Peserta didik menerima informasi tentang hal-hal yang akan
dipelajari dan dikuasai khususnya tentang pembelajaran sikap
syaja’ah dalam kebenaran dengan metode Pembelajaran
Ceramah bervariatif

1. menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/ KD.


INTI 90 menit
2. mendemonstrasikan/ menyajikan garis-garis besar materi
pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa
lainnya, misalnya melalui diskusi dan presentasi melalui cara
siswa dibagi dalam 3 kelompok. Hal ini bisa dilakukan secara
bergiliran. (Mandiri, Kreatif, kolaboratif, komunikatif)
4. menyimpulkan ide/ pendapat dari siswa. (berpikir kritis)
5. menerangkan semua materi yang disajikan saat itu ( mandiri )

15 menit
PENUTUP Kegiatan guru bersama peserta didik yaitu ( Komunikasi dan
Kolaborasi )
 membuat rangkuman/ simpulan pelajaran;
 melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan;
dan
 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran; dan

Kegiatan guru yaitu:


 melakukan penilaian;
 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk tugas
individual membaca materi konsep Busana Muslim dan
Muslimah merupakan cerminan kepribadian dan keindahan diri (
literasi )

I. Penilaian :
Sikap Pengetahuan Keterampilan
a. Teknik penilaian : Jenis/Teknik tes : tertulis dan lisan Teknik/Bentuk Penilaian :
Observasi : sikap religiius a. Kinerja
dan sikap sosial Bentuk tes : uraian b. Instrumen Penilaian
b. Bentuk penilaian : a. Lisan
(terlampir)
Lembar pengamatan b. Penugasan
c. Instrumen penilaian : c. Instrumen Penilaian (terlampir)
Jurnal (terlampir)
Bogor, 10 Oktober 2018

Praktikan,

Tohir Solehudin.
NPM 151104090242
Instrumen Penilaian

A. Penilaian Sikap

JURNAL PENILAIAN SIKAP

Nama Satuan pendidikan : SMA Negeri 1 Bogor


Tahun pelajaran : 2018/2019
Kelas/Semester :X/1
Mata Pelajaran : PAI dan Budi Pekerti

KEJADIAN/ POS/ TINDAK


NO WAKTU NAMA BUTIR SIKAP
PERILAKU NEG LANJUT
1
2
3
4
5

B. Penilaian Pengetahuan

LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN

Nama Satuan pendidikan : SMA Negeri 1 Bogor


Tahun pelajaran : 2018/2019
Kelas/Semester :X/1
Mata Pelajaran : PAI dan Budi Pekerti
Kompetensi Dasar :
3.5. Menganalisis ketentuan berpakaian sesuai syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1. Meneliti secara lebih mendalam pemahaman Q.S. al-A’hzab/33:59, 33, dan an- Nur/24:31 tentang
berbusana muslim dan muslimah, dengan menggunakan IT
2. Menganalisis ketentuan berpakaian sesuai syariat Islam
3. Menjelaskan makna yang terkandung dalam al-Ahzāb/33:59, 33, dan an- Nur/24:31 tentang berbusana
muslim dan muslimah dengan menggunakan IT.
Soal Score
1. Kenapa Anda Harus Berbusana sesuai syariat Islam ? Jelaskan! 25
2. Bagaimana Konsep berbusana Muslim dan Muslimah dalam Islam 25
? (busana Muslim untuk ikhwan, busana Muslimah untuk akhwat)
3. Dalam Berpakaian kita harus berpakaian secara syar’ie. Setelah 25
memahami konsep pakaian yang disyariatkan oleh Islam, kemudian
melaksanakannya dalam kehidupan sehar-hari yang merupakan
cerminan Kepribadian Islam. Jelaskan Konsep Kepribadian dalam
Islam !
4. (khusus akhwat) Evaluasi diri Anda, apakah sudah berpakaian 25
syar’ie ? bagaimana cara anda meningkatkannya ?
5. (khusus Ikhwan) Apakah anda masih pakai celana pendek ketika 25
berolahraga ( misal : main futsal ) ? Jelaskan pendapat anda!
Penilain Proses Penilaian Hasil
Penilaian terhadap observasi diskusi dan Tanya Jenis : Lisan dan tertulis
jawab Bentuk : Uraian

Nama Hasil Penilaian Harian Rerata


No. KD
Peserta Didik (Pembulatan)
1 2 3 4 ...
1. 3.1 76 90 94

2.

3.

4.

….
C. Penilaian Keterampilan

LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN KINERJA

Nama Satuan pendidikan : SMA Negeri 1 Bogor


Tahun pelajaran : 2018/2019
Kelas/Semester :X/1
Mata Pelajaran : SMA Negeri 1 Bogor
KD dan Indikator (KD-4: Keterampilan)

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian KOmpetensi


4.5 Menyajikan keutamaan tatacara berpakaian 1.1.1. Menyajikan keutamaan tatacara berpakaian
sesuai syariat Islam. sesuai syariat Islam.

1.1.2. Memberikan contoh-contoh perilaku,


berdasarkan ayat-ayat al-Qur’ān dan hadis-hadis
lainnya sebagai dasar dalam menerapkan
berbusana muslim dan muslimah.

Kinerja
Nama Tampilan Isi Laporan Jmlh
No Nilai
Peserta Didik Skor
Estetika Keleng- Kesesu- Kelogis Siste-
Bersih
kapan aian an matis
1.

2.

1. ...
Keterangan pengisian skor :
4 = Sangat tinggi 3 = Tinggi 2 = Cukup tinggi 1 = Kurang
NILAI PESERTA DIDIK = ( Ʃ skor X 4 ) : 24 X 100
MATERI
BERBUSANA MUSLIM DAN MUSLIMAH MERUPAKAN CERMIN KEPRIBADIAN DAN KEINDAHAN DIRI
NO POIN MATERI PENJABARAN
1 Memperoleh pahala  Dalam persoalan pakaian antara penganut sistem kapitalis dan
dengan berpakaian sistem Islam jelas perbeda. Dalam sistem kapitalis pakaian dianggap
sesuai syariat sebagai salah satu ungkapan kepribadian, sebagai unsur penarik
lawan jenis dan karena itu memiliki nilai ekonomis. Bentuk tubuh
seseorang –apalagi wanita– sangat berpengaruh terhadap makna
kebahagiaan dan masa depan.
 Adapun Islam menganggap bahwa pakaian digunakan memiliki
karakteristik yang sangat jauh dari tujuan ekonomis apalagi yang
mengarah pada pelecehan penciptaan makhluk Allah. Di dalam
Islam:
1. Pakaian dikenakan oleh seorang muslim maupun muslimah
sebagai ungkapan ketaatan dan ketundukan kepada Allah.
Berpakaian bagi seorang muslim memiliki nilai ibadah. Karena
itu dalam berpakaian tersebut, seorang muslim wajib mengikuti
aturan yang telah ditetapkan Allah SWT.
2. Kepribadian seseorang ditentukan semata-mata oleh aqliyahnya
(bagaimana dia menjadikan ide-ide tertentu untuk pandangan
hidupnya) dan nafsiyahnya (dengan tolok ukur apa dan seberapa
banyak dia berbuat dalam memenuhi kebutuhan hidup dan
melampiaskan nalurinya).
3. Setiap manusia memiliki kedudukan yang sama, yang
membedakan adalah takwanya.
 Melalui cara berpakaian yang Islami, sesungguhnya Allah juga
berkehendak memuliakan manusia sebagai makhluk yang memang
telah Allah ciptakan sebagai makhluk yang mulia. Sebaliknya dengan
tidak mengikuti cara berpakaian sesuai yang dikehendaki Allah,
menyebabkan kedudukan manusia menjadi rendah di hadapan Allah
SWT.
 Walhasil seorang muslim dan muslimah wajib mengetahui aturan
berpakaian agar dalam berpakaian dan berpenampilan ia akan
mendapatkan ridha Allah, bukan sebaliknya mendapatkan murka
Allah.
2 Pakaian bagi seorang  Pakaian yang dikenakan oleh seorang laki-laki muslim haruslah
laki-laki muslim memenuhi beberapa syarat diantaranya:
1. Menutup aurat;
2. Tidak terbuat dari emas atau sutera;
3. Tidak menyerupai pakaian wanita;
4. Tidak menyerupai orang-orang kafir.
3 Aurat laki-laki  Aurat laki-laki adalah antara pusar dan lutut, berdasarkan riwayat
‘Aisyah:
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari Bapaknya dari kakeknya, beliau
menuturkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Jika ada di antara
kalian yang menikahkan pembantu, baik seorang budak ataupun
pegawainya, hendaklah ia tidak melihat bagian tubuh antara pusat
dan di atas lututnya.” [HR. Abu Dawud, no. 418 dan 3587].
 Rasulullah saw bersabda:
“Aurat laki-laki ialah antara pusat sampai dua lutut.” [HR. ad-
Daruquthni dan al-Baihaqi, lihat Fiqh Islam, Sulaiman Rasyid].
 Dari Muhammad bin Jahsyi, ia berkata: Rasulullah saw melewati
Ma’mar, sedang kedua pahanya dalam keadaan terbuka. Lalu Nabi
bersabda:
“Wahai Ma’mar, tutuplah kedua pahamu itu, karena sesungguhnya
kedua paha itu aurat.” [HR. Ahmad dan Bukhari, lihat Ahkamush
Sholat, Ali Raghib].
 Jahad al-Aslami (salah seorang ashabus shuffah) berkata: pernah
Rasulullah Saw duduk di dekat kami sedang pahaku terbuka, lalu
beliau bersabda:
“Tidakkah engkau tahu bahwa paha itu aurat?” [HR. Abu Dawud, at-
Tirmidzi dan Malik, lihat Shafwât at-Tafâsir, Muhammad Ali ash-
Shabuni].
 Juga Rasulullah saw pernah berkata kepada Ali ra: “Janganlah
engkau menampakkan pahamu dan janganlah engkau melihat paha
orang yang masih hidup atau yang sudah mati.” [HR. Abu
Dawud dan Ibnu Majah, lihat Shafwât at-Tafâsir, Muhammad Ali
ash-Shabuni].
4 Larangan memakai  Larangan ini berdasarkan hadits:
emas dan sutera Diriwayatkan dari al-Bara’ bin Azib r.a katanya: “Rasulullah saw
bagi laki-laki memerintahkan kami dengan tujuh perkara dan melarang kami dari
tujuh perkara. Baginda memerintahkan kami menziarahi orang
sakit, mengiringi jenazah, mendoakan orang bersin, menunaikan
sumpah dengan benar, menolong orang yang dizalimi, memenuhi
undangan dan memberi salam. Baginda melarang kami memakai
cincin atau bercincin emas, minum dengan bekas minuman dari
perak, hamparan sutera, pakaian buatan Qasiy yaitu dari sutera,
serta mengenakan pakaian sutera, sutera tebal dan sutera halus.”
[HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu
Majah dan Ahmad, CD Al-Bayan 1212].
5 Larangan  Seorang laki-laki dilarang bertingkah laku, termasuk berpakaian
menyerupai lawan menyerupai wanita dan sebaliknya seorang wanita bertingkah laku
jenis termasuk berpakaian seperti laki-laki.
 Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata:
“Rasulullah saw melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan
wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Bukhari no. 5885).
 Dalam hadits Abu Hurairah disebutkan:
“Rasulullah saw melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita,
begitu pula wanita yang memakai pakaian laki-laki” (HR. Ahmad no.
8309).
6 Larangan  Menyerupai orang kafir (tasyabbuh bil kuffar) dilarang bagi muslim
menyerupai orang maupun muslimah. Tasyabbuh dapat dilakukan melalui pakaian,
kafir sikap, gaya hidup maupun pandangan hidup.
 Dari Ibnu ‘Umar, Nabi saw bersabda:
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk
bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031)
 Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya,
Rasulullah saw bersabda,
“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain
kami” (HR. Tirmidzi no. 2695)
 Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
“Keserupaan dalam perkara lahiriyah bisa berpengaruh pada
keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita dilarang
tasyabbuh dengan orang kafir” (Majmu’ Al Fatawa, 22: 154).
 Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata:
“Jika dalam perkara adat (kebiasaan) saja kita dilarang tasyabbuh
dengan mereka, bagaimana lagi dalam perkara yang lebih dari itu?!”
(Majmu’ Al Fatawa, 25: 332)
7 Kehidupan khusus  Penampilan wanita dibedakan antara tempat khusus dan tempat
dan kehidupan umum. Misalnya di dalam rumah sendiri seorang wanita boleh
umum bagi membuka jilbabnya dan hanya memakai mihnahnya, kecuali jika ada
muslimah tamu laki-laki non mahrom.
 Mihnah adalah pakaian yang biasa dipakai wanita dalam
rumahnya, seperti baju lengan pendek, daster, celana atau rok.
Mihnah merupakan pakaian yang harus dipakai di dalam lapisan dari
jilbab muslimah ketika keluar rumah.
 Adapun di tempat umum penampilan wanita dibatasi dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Kewajiban menutup aurat, seluruh tubuh kecuali muka dan
telapak tangan.
2. Kewajiban menggunakan pakaian khusus di kehidupan umum,
yaitu kerudung (khimar) dan jilbab (pakaian luar yang luas
(seperti jubah) yang menutup pakaian harian yang biasa dipakai
wanita di dalam rumah (mihnah), yang terulur langsung dari atas
sampai ujung kaki.
3. Larangan tabarruj (menonjolkan keindahan bentuk tubuh,
kecantikan dan perhiasan di depan laki-laki non mahrom atau
dalam kehidupan umum).
4. Larangan tasyabbuh terhadap laki-laki.
 Khusus untuk wanita menopause diperbolehkan Allah untuk
melepaskan jilbabnya hanya saja tetap diperintahkan untuk tidak
tabarruj, sehingga diperbolehkan baginya menggunakan baju
panjang selapis/tidak rangkap (bukan jilbab) model apa saja selama
tidak menampakkan keindahan tubuhnya seperti baju panjang atas
bawah, kulot panjang dan lain-lain, (Qs. an-Nûr [24]: 60).
 Pakaian wanita di dalam rumahnya cukup menggunakan mihnah
(kecuali ada tamu bukan mahrom, maka wajib menutup aurat yang
harus ditutup di hadapan bukan mahrom).
 Di hadapan mahrom maka cukup menggunakan mihnah (kecuali di
tempat umum maka harus memenuhi pakaian wanita di tempat
umum).
 Di hadapan suami tidak ada keharusan menutup bagian tubuhnya
(walaupun dianjurkan tidak telanjang).
8 Aurat wanita  Pembahasan aurat wanita dibagi menjadi tiga keadaan, yaitu:
1. Di hadapan suami mereka maka wanita boleh menampakkan
seluruh bagian tubuhnya (berdasarkan hadits riwayat Bahz bin
Hakim).
2. Di hadapan mahromnya dan orang-orang yang disebut
dalam Qs. an-Nûr [24]: 31 dan Qs. an-Nisâ’ [4]: 23 maka baginya
boleh menampilkan bagian tertentu dari anggota tubuhnya yang
biasa disebut mahaluzzinah yaitu anggota badan yang biasanya
dijadikan tempat perhiasan, seperti: kepala seluruhnya, tempat
kalung (leher), tempat gelang tangan (pergelangan tangan)
sampai pangkal lengan dan tempat gelang kaki (pergelangan
kaki) sampai lutut. Mahaluzzinah ini biasa tampak ketika wanita
memakai baju dalam rumah (mihnah). Selain itu anggota tubuh
lain boleh tampak apabila ada hajat seperti perut, payudara.
Sementara aurat yang ada di antara pusar dan lutut tidak boleh
terlihat di hadapan mahromnya dan kaum wanita, kecuali
terhadap suaminya.
Pemahaman mahaluzzinah ini diambil dari firman Allah SWT:
“….dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka, dan
janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali…” (Qs. an-
Nûr [24]: 31).
Kata zinah yang secara bahasa berarti perhiasan, tetapi bukanlah
perhiasan yang biasa dipakai orang tetapi makna zinah di sini
adalah anggota badan yang merupakan tempat perhiasan
(mahaluzzinah), karena illa mâ zhahara minha yang dimaksud
adalah yang biasa nampak pada saat itu (saat ayat ini turun)
yaitu muka dan telapak tangan, jadi menyangkut anggota badan.
3. Adapun di hadapan laki-laki selain suami dan mahromnya maka
aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak
tangan.
Dasar dari penentuan aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali
wajah dan telapak tangan, yaitu:
“….dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Qs. an-Nûr [24]:
31).
Yang dimaksud dengan yang biasa nampak daripadanya adalah
wajah dan telapak tangan. Karena dua bagian ini yang biasa
nampak dari wanita muslimah di hadapan Rasul Muhammad Saw
(baik dalam sholat, haji maupun dalam kehidupan sehari-hari di
luar sholat dan haji) dan Rasul mendiamkannya sementara ayat-
ayat al-Qu’ran masih turun. Tafsir mengenai hal ini, Ibnu Abbas
menyatakan yang dimaksud dengan illa mâ zhahara
minha adalah muka dan tangan, juga dari Imam Ibnu Jarir ath-
Thabari menyatakan “Pendapat yang paling kuat dalam masalah
ini adalah pendapat yang menyatakan bahwa sesuatu yang
biasa nampak adalah muka dan telapak tangan.” (Jami’ al-Bayan
fi Tafsir al-Qur’an, jld. 18, hal. 94). Hal tersebut diperkuat dengan
sabda Rasul Saw kepada Asma’ binti Abu Bakar:
“Wahai Asma’: Sesungguhnya wanita yang telah haid tidak layak
baginya terlihat dari tubuhnya kecuali ini dan ini. Beliau
menunjuk pada wajah dan telapak tangannya.” [HR. Abu Dawud,
No. 3580].
9 Pakaian penutup  Adapun berkaitan dengan apa aurat itu ditutup, maka
aurat sesungguhnya syara’ tidak menentukan pakaian tertentu untuk
menutup aurat, tetapi hanya memberikan beberapa syarat yaitu:
1. Pakaian itu tidak menampakkan aurat (dapat menutup semua
aurat).
2. Pakaian itu dapat menutup kulit, sehingga tidak diketahui
warna kulit dari wanita yang memakainya, yaitu apakah
kulitnya putih, merah, kuning, hitam dan lain-lain. Apabila tidak
memenuhi syarat tersebut tidak dapat dianggap sebagai
penutup aurat. Jika pakaian itu tipis misal brokat, kerudung
tipis, kaos kaki tipis, rukuh tipis dan lain-lain, sehingga kelihatan
warna kulit (rambut) si pemakai pakaian itu, maka wanita yang
memakai pakaian tersebut dianggap auratnya tampak atau
tidak menutupi auratnya. Dalil bahwa syariat Islam telah
mewajibkan menutup kulit sehingga tidak tampak warna
kulitnya adalah hadits yang diriwayatkan dari A’isyah ra, beliau
telah meriwayatkan bahwa Asma’ binti Abu Bakar datang
kepada Rasulullah Saw dengan memakai baju yang tipis maka
Rasulullah memalingkan wajahnya dari Asma’ dan bersabda:
“Wahai Asma’: Sesungguhnya wanita yang telah haid tidak
layak baginya terlihat dari tubuhnya kecuali ini dan ini…” [HR.
Abu Dawud, no. 3580].
 Rasulullah saw dalam hadits di atas menganggap baju yang tipis
belum menutup aurat dan menganggap auratnya terbuka, sehingga
beliau memalingkan wajah dari Asma’ dan memerintahkan Asma’
untuk menutup aurat. Dalil lain yang memperkuat dalam masalah
ini adalah hadits yang diriwayatkan Usamah:
“Perintahkan isterimu untuk mengenakan pakaian tipis lagi
(gholalah) di bawah baju tipis tersebut. Sesungguhnya aku takut
wanita itu tersifati tulangnya.”
 Rasulullah saw ketika mengetahui Usamah memakaikan pakaian
tipis itu pada isterinya, beliau menyuruhnya agar isterinya
mengenakan pakaian tipis lagi di bawah pakaian tipisnya itu. Dan
Rasulullah memberi illat pada masalah itu dengan sabdanya:
“Sesungguhnya aku takut wanita itu tersifati tulangnya.”
 Artinya wanita harus menutup sifat dari tulangnya, tidak boleh
menggunakan pakaian yang tipis, sehingga kelihatan warna kulitnya.
 Dengan demikian wanita harus memperhatikan 2 syarat tersebut
ketika memilih jenis dan bahan pakaian penutup aurat termasuk
penutup aurat di depan mahrom dan wanita lain seperti celana 3/4
sampai lutut, daster dan lain-lain.
 Hanya saja apabila wanita selain yang menopause berada di luar
rumah atau tempat-tempat umum (masjid, pasar, jalanan dan lain-
lain) maka selain batasan aurat dan larangan tabarruj, terdapat
ketentuan lain yang perlu diperhatikan yaitu adanya kewajiban
menggunakan pakaian khusus yang telah diperintahkan Allah
berupa khimar (kerudung) dan jilbab (jubah langsungan dari atas
sampai ujung kaki), bukan pakaian lain seperti baju panjang atas
bawah, kulot panjang dan lain-lain. Meskipun jenis baju tersebut
(baju panjang atas bawah, kulot panjang dan lain-lain) menutup
aurat tetapi bukan termasuk jilbab, oleh karena itu jenis pakaian
tersebut hanya bisa dipakai oleh wanita yang sudah menopause dan
sudah tidak punya keinginan seksual (Qs. an-Nûr [24]: 60).
 Untuk wanita menopause ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan
dalam berpenampilan yaitu tidak diperbolehkan tabarruj. Oleh
karena itu celana panjang, kaos kaki panjang, kaos stret pas badan
tidak boleh digunakan sebagai penutup aurat wanita menopause
karena termasuk tabarruj (menonjolkan kecantikan dan
perhiasan/bentuk tubuh).
10 Pakaian wanita di  Dalam kehidupan umum, yaitu pada saat wanita berada di luar
dalam kehidupan rumahnya/di hadapan laki-laki non mahrom, maka seorang wanita
umum harus menggunakan pakaian secara sempurna, yakni:
1. Menutup aurat;
2. Menetapi jenis dan model yang ditetapkan syara’ (memakai
jilbab, khumur, mihnah dan memenuhi kriteria irkha’);
3. Tidak tembus pandang;
4. Tidak menunjukkan bentuk dan lekuk tubuhnya;
5. Tidak tabarruj;
6. Tidak menyerupai pakaian laki-laki;
7. Tidak tasyabbuh terhadap orang kafir.
 Dalil-dalil mengenai masalah ini diantaranya:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumur
(kain kerudung) ke juyub (dada)-nya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-
putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak
yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung’.” (Qs. an-Nûr [24]: 31).
 Kewajiban menggunakan khumur muncul dari perintah dan
hendaklah mereka menutupkan khumur/kain kerudung ke juyub
(dada)-nya.
 Khumur adalah jama’ dari khimar yaitu kerudung yang menutupi
kepala, dan juyub adalah jama’ dari kata jaibun yaitu ujung
pakaian (kancing pembuka) yang ada di sekitar leher dan di atas
dada. Dengan kata lain khimar adalah kain yang menutupi kepala
tanpa menutupi wajah, terulur sampai sampai menutupi ujung
pakaian bawah (jilbab) yakni kancing baju di atas dada. Dengan
demikian untuk bagian atas badan wanita diwajibkan mengenakan
kerudung yang diulurkan sampai ujung pakaian (kancing
pembuka)/di atas dada. Sedangkan bawahnya diperintahkan
menggunakan jilbab/jubah.
 Dalil kewajibannya adalah sebagai berikut:
1. Ungkapan Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ‘Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (Qs. al-Ahzab [33]: 59).
2. Kebolehan menanggalkan pakaian luar (jilbab) bagi wanita
menopouse dengan ungkapan tiadalah atas mereka dosa
menanggalkan pakaian (luar) mereka sebagaimana dalam firman
Allah SWT:
“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid
dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas
mereka dosa menanggalkan pakaian (luar) mereka dengan tidak
(bermaksud) menampakkan perhiasan (tabarruj), dan berlaku
sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. an-Nûr [24]: 60).
3. Ungkapan salah seorang di antara kami tidak mempunyai jilbab,
Rasulullah bersabda: “Hendaklah saudaranya meminjamkan
jilbabnya.” Sebagimana dalam hadits dari Ummu ‘Athiyah ra.
Berkata:
Rasulullah memerintahkan kepada kami, nenek-nenek, wanita
yang sedang haid, wanita pingitan untuk keluar pada hari raya
Fitri dan Adha. Maka bagi wanita yang sedang haid janganlah
sholat dan hendaklah menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum
muslimin. Saya berkata: “Ya Rasulullah salah seorang di antara
kami tidak mempunyai jilbab”, Rasulullah bersabda: “Hendaklah
saudaranya meminjamkan jilbabnya.” (HR. Muslim, no 1475].
 Pada Qs. al-Ahzab [33]: 59 dan hadist dari Ummu ‘Athiyah, Allah dan
Rasul-Nya memerintahkan muslimah menggunakan sejenis pakaian
yang disebut jilbab.
11 Memahami  Kata jilbab digunakan di dalam al-Qur’an dan Hadits, namun maksud
pengertian jilbab kata itu harus dikembalikan pada maksud yang dipahami oleh
masyarakat ketika kata itu diturunkan/diungkapkan.
 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata jilbab (pada nash
tersebut): baju luar yang berfungsi menutupi tubuh dari atas sampai
bawah (tanah). Dalam kamus arab Al-Muhith, jilbab
bermakna: Pakaian yang lebar bagi wanita, yang menutupi
tsiyab/mihnah (pakaian harian yang biasa dipakai ketika berada
di dalam rumah), bentuknya seperti malhafah (kain penutup dari
atas kepala sampai ke bawah).
 Demikian pula yang disebutkan oleh al-Jauhari dalam kitab Ash
Shihah. Definisi jilbab ini juga tersirat dalam Qs. an-Nûr [24]:
60 walaupun pada ayat tersebut Allah menggunakan
istilah tsiyab untuk menyebut makna jilbab.
 Dari Qs. an-Nûr [24]: 60 dapat diambil pemahaman bahwa wanita
menopause yang sudah tidak mempunyai keinginan seksual
diperbolehkan melepaskan tsiyabnya (pakaian luarnya/jilbab),
berarti tersisa mihnah, hanya saja selanjutnya diperintahkan untuk
tidak menampakkan kecantikan, bentuk tubuh, perhiasan (tidak
tabarruj) yaitu diperbolehkan menggunakan baju apa saja sejenis
mihnah yang tidak menampakkan kecantikan/bentuk tubuh seperti
baju atas bawah panjang, daster, kulot panjang dan lain-lain, tidak
seperti celana ketat panjang karena hal itu termasuk
tabarruj. Tsiyab disini dipahami pakaian luar/jilbab bukan baju biasa
karena tidak mungkin Allah memerintahkan wanita menopause
telanjang. Berarti dapat dipahami pula bagi wanita yang belum
menopause diwajibkan untuk menggunakan tiga lapis/jenis pakaian
ketika di hadapan laki-laki non mahrom yaitu kerudung, mihnah dan
jilbab.
 Adapun hadist dari Ummu ‘Athiyah menerangkan dengan jelas
ketika wanita keluar rumah/dihadapan laki-laki non mahrom
diwajibkan menggunakan pakaian yang dipakai di atas pakaian
dalam rumah (mihnah), sebagaimana Ummu ‘Athiyah berkata
kepada Rasulullah Saw: “Salah seorang dari kami tidak mempunyai
jilbab”, maka Rasulullah menjawab: “Hendaklah saudara
perempuannya meminjamkan jilbabnya.” Artinya jika seseorang
tidak mempunyai jilbab dan saudaranya tidak meminjami maka
wanita itu tidak boleh keluar. Inilah indikasi (qarinah) bahwa
perintah hadits tersebut adalah wajib. Dan jilbab yang
dimaksudkan pada hadist ini bukan sekedar penutup aurat tetapi
sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa jilbab: baju
luar yang berfungsi menutupi tubuh langsung dari atas sampai
bawah.
 Pengertian ini dapat ditemukan juga dalam Tafsir
Jalalain (lihat Tafsir Jalalain, jld. III, hal. 1803) yang diartikan sebagai
kain yang dipakai seorang wanita untuk menutupi seluruh
tubuhnya.
 Jilbab selain harus luas dipersyaratkan harus diulurkan langsung ke
bawah sampai menutupi dua telapak kaki. Hal ini sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Ibnu abbas dan juga dapat dipahami dari
nash-nash yudnîna ‘alaihinna min jalabibihinna di sini
bukan menunjuk sebagian tetapi untuk menjelaskan, sedangkan
makna yudnîna adalah yurkhîna ila asfal (mengulurkan sampai ke
bawah/kedua kaki). Jadi kesimpulannya jilbab harus diulurkan
langsung ke bawah (tidak potong-potong/atas bawah) sampai
menutup dua telapak kaki (bukan mata kaki). Hal ini diperkuat oleh
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar. Ibnu Umar berkata:
Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang menyeret pakaiannya dengan sombong maka
Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.” Ummu Salamah
bertanya: “Bagaimana yang harus diperbuat para wanita terhadap
ujung baju (jilbab) mereka?” Rasulullah menjawab: “Hendaklah
mereka mengulurkan sejengkal.” Ummu Salamah bertanya lagi:
“Kalau demikian terlihat kaki mereka.” Rasulullah menjawab:
“Hendaklah mengulurkan bajunya sehasta dan jangan lebih dari
itu.”
 Dari sini jelas bahwa jilbab tidak boleh diulurkan bagian per bagian
misalnya baju potongan, tetapi diulurkannya langsung dari atas ke
bawah. Selain itu mengulurkannya harus sampai telapak kaki (bukan
mata kaki), tidak boleh kurang dari itu, oleh karena itu apabila
jilbabnya terulur sampai mata kaki dan sisanya (telapak kaki) ditutup
dengan kaos kaki/sepatu, maka hal ini tidak cukup menggantikan
keharusan irkha’ (terulurnya baju sampai ke bawah). Dalam hal ini
yang perlu diperhatikan adalah adanya irkha’, yaitu jilbab harus
diulurkan sampai menutupi kedua telapak kaki sehingga dapat
diketahui dengan jelas bahwa baju itu adalah baju di kehidupan
umum. Apabila jilbabnya sudah terulur sampai ujung kaki tetapi jika
berjalan kakinya masih terlihat sedikit seperti ketika menerima
tamu, berjalan di sekitar rumah, maka hal ini tidak apa-apa
walaupun tetap dianjurkan untuk ‘iffah (berhati-hati/menjaga diri).
Hanya saja apabila aktivitas wanita tersebut membuat kakinya
banyak terlihat semisal mengendarai sepeda, motor dan lain-lain
maka diwajibkan untuk menggunakan penutup kaki apa saja seperti
kaos kaki, sepatu dan lain-lain.
12 Memahami  Tabarruj secara bahasa adalah menampakkan perhiasan dan
pengertian tabarruj kecantikan kepada laki-laki (asing).
 Di dalam Lisân al-‘Arab dikatakan, at-tabarruj berarti menampakkan
perhiasan kepada orang asing; tabarruj itu tercela, sedangkan
kepada suami tidak.
 Dalam Mukhtâr ash-Shihâh dikatakan, at-tabarruj adalah wanita
menampakkan perhiasan dan kecantikannya kepada laki-laki (asing).
 Dari kata izhhâr (menampakkan) dan dari kata al-burûz wa azh-
zhuhûr bisa dipahami, bahwa keadaan perhiasan itu menarik
pandangan seakan-akan ia (perempuan) menonjolkannya untuk
kaum laki-laki.
 Makna syar’i tidak berbeda dengan ini. Allah SWT berfirman:
Janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan (QS an-Nur [24]: 31).
 Jadi, janganlah seorang wanita memukulkan kakinya dengan keras
ke tanah saat dia berjalan agar gelang kakinya mengeluarkan suara
sehingga kaum laki-laki tahu dan melihatnya, bahwa wanita
tersebut memakai perhiasan di pergelangan kakinya di bawah
pakaian. Semua ini menunjukkan bahwa tabarruj itu secara bahasa
dan syar’i adalah perhiasan yang menarik perhatian.
 Makna ini bisa diterapkan pada pakaian celana panjang dalam
kehidupan khusus di depan kerabat yang bukan mahram saat
mereka datang ke rumah sebagai bentuk silaturahmi, seperti
mengucapkan selamat kepada kerabat mereka pada kondisi-kondisi
yang dibenarkan oleh syariah, semisal hari raya. Seorang wanita
yang mengenakan celana panjang dan selangkangan atasnya di atas
kedua paha tampak, maka ini bisa menarik perhatian. Namun, jika
ada gamis yang menutupi selangkangan atasnya dari kedua paha
dan semacamnya, maka ini tidak menarik perhatian, kecuali pada
kondisi yang tidak lazim.
 Berdandan atau bersolek tidak seperti biasanya atau berlebihan di
luar rumah adalah termasuk tabarruj. Misalnya memakai bedak
tebal, eye shadow, lipstick dengan warna mencolok dan
merangsang, dan lain sebagainya. Sebab, semua tindakan ini
ditujukan untuk menampakkan kecantikan dirinya kepada orang
yang bukan mahrom.
 Dandanan tertentu yang bisa menarik perhatian laki-laki asing, maka
dari aspek mempertontonkan dandanan, serta kecantikan kepada
orang asing ini termasuk dalam ketegori tabarruj.
 Kaum wanita pun diharamkan memakai wangi-wangian di hadapan
lelaki yang bukan mahrom. Nabi saw bersabda:
“Siapapun wanita yang memakai wewangian kemudian melewati
suatu kaum agar mereka mencium baunya, berarti ia telah
berzina.”[HR. Imam al-Nasaaiy]
 Imam Muslim juga meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah
ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
“Setiap wanita yang memakai wewangian, janganlah ia
mengerjakan solat ‘Isya’ bersama kami.”[HR. Muslim].

Bogor, 10 Oktober 2018

Guru Pamong Praktikan

Drs. H. Fathony Amin Syam Tohir Solehudin


NIP.195612011983033001 NPM. 151104090242

Mengetahui,
Kepala SMAN 1 Bogor

DR. R. Bambang Aryan Soekisno, M.Pd.


NIP. 197002061992011001

Catatan
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai