NIM : K4316050
Kelas : B
1. Puisi
The Power of Love
Cinta mengubah awan hitam menjadi bintang-bintang bersinar
Mengubah semak belukar menjadi kelopak-kelopak mawar
Mengubah racun mematikan menjadi obat penawar
Mengubah sepak terjang yang sangar menjadi kelembutan yang sabar
Alasan saya memilih puisi ini karena bahasanya yang sederhana namun
dengan pilihan kata yang menarik membuat saya tertarik untuk meneliti lebih
dalam apa kandungan di dalamnya. Selain itu, puisi ini mudah dipahami.
Meskipun bahasa yang digunakan dalam puisi judul “The Power of Love” karya
Suksmawan Yant Mujiyanto terkesan biasa saja. Tetapi isi yang disampaikan luar
biasa. Puisi tersebut menggambarkan seseorang yang telah jatuh cinta, namun
jatuh cinta disini tidak harus sesama orang, tetapi bisa dengan hal-hal yang ada
disekitar kita, mungkin bisa jatuh cinta dengan suatu benda, suatu hewan, suatu
karya, ataupun jatuh cinta dengan Tuhannya. Cinta dalam puisi ini bermakna luas.
Sehingga seseorang yang belum pernah meraskan cinta kepada orang lain pun,
kemungkinan bisa memahami bagaimana rasanya jatuh cinta melalui puisi ini.
Cinta mengubah hal yang buruk menjadi baik, cinta mengubah kesedihan menjadi
kesenangan, cinta mengubah hal yang tidak indah menjadi indah. Dari puisi ini
saya belajar sekaligus memahami bahwa melakukan sesuatu harus dilakukan
dengan niat, tulus ikhlas serta cinta agar semua yang kita lakukan dapat berjalan
dengan baik dan lancar.
Saya memilih pantun ini karena hal tersebut sesuai dengan apa
yang terjadi belakangan ini di negara tercinta, yaitu Indonesia. Pantun
tersebut dikemas dengan bahasa yang biasa digunakan dalam bahasa
sehari-hari. Sampiran dari pantun tersebut tidak susah dipahami oleh
pembaca. Sedangkan isinya, sangat mudah dipahami dan dimengerti.
Pantun ini menggambarkan kondisi yang memprihatinkan. Jika pada
waktu sekolah suka menyontek, bahkan biasa menyontek dikhawatirkan
jika nantinya ia mempunyai pekerjaan, entah pekerjaan jenis apapun itu
seseorang akan melakukan tindak korupsi. Entah korupsi waktu ataupun
uang. Hal ini sangat memprihatinkan, tentang bagaimana seseorang hanya
menilai sebuah hasil saja tanpa menilai sebuah proses. Mungkin ada
seseorang di luar sana yang hanya menilai hasil akhir saja tanpa melihat
proses, tanpa melihat perjuangan seseorang dalam mendapatkan suatu
hasil. Sehingga banyak orang pula yang berbuat kecurangan demi
mendapatkan hasil yang memuaskan, meskipun itu bukan usaha mereka.
Karena pada zaman sekarang, sebuah proses tidaklah penting, yang
penting adalah hasil akhir. Itu bukanlah hal yang baik di dalam dunia
apapun, khususnya dunia pendidikan.
Pendidikan diharapkan mampu mencetak generasi penerus bangsa
yang adil, bermoral, bijaksana, dan pastinya bukan seorang koruptor.
Sehingga puisi ini harusnya menyadarkan bagi orang-orang yang suka
menyontek agar sadar bahwa menyontek bisa membuat dia menjadi
koruptor yang memakan uang rakyat, koruptor yang suka menyita waktu
orang lain. Juga harusnya merupakan peringatan hasil perbuatan buruk
mencontek, yaitu menjadi seorang koruptor. Pantun tersebut memang
sederhana, namun mempunyai makna yang dalam demi mengubah
Indonesia yang lebih baik lagi.
3. Gurindam
Apalah Artinya, Apalah Artinya
3
Apalah artinya untaian doa
Sekadar hiasan bibir elok retorika