Anda di halaman 1dari 36

PROGRAM STUDI S-1 EKS AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Ketua:
HARI AGUNG NUGRAHA (180522009)
Anggota:
AGUSTINUS LEO SANJAYA BARUS (180522049)
ROY ALEXANDER (180522029)
SATYA SAILENDRA (170522096)
STEVANI TRINITATI SINTAMARITO S. (180522039)
KEBERADAAN BERBAGAI PROFESI

Kepentingan Tanggung Jawab


Umum

Kompetensi

Sikap –
Pengetahuan Keterampilan Perilaku
(Knowledge) ( Skill ) (Attitude)
Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia
BPK merupakan suatu
lembaga tinggi negara dalam
sistem ketatanegaraan
Indonesia yang bebas dan
mandiri dalam memeriksa
pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara.
Pemerintah
Pusat

Lembaga / Badan
Pemerintah Lain yang
Daerah Mengelola
Keuangan Negara

BUMN /
BUMD
Badan Layanan
Umum

Lembaga Bank Indonesia


Negara lainnya
Ketua BPK - RI Wakil Ketua BPK - RI
Prof. Dr. Moermahadi Soerja Djanegara, Prof. Dr. Bahrullah Akbar, M.B.A., C.M.P.M.
CA., CPA.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016

Kode
Etik Kode etik BPK adalah norma-norma
yang harus dipatuhi oleh setiap anggota
BPK, pemeriksa, dan pelaksana BPK
lainnya selama menjalankan tugasnya
untuk menjaga martabat, kehormatan,
citra, dan kredibilitas BPK
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016
Pasal 1 Nilai Dasar
Ayat 2 dan 3 Pasal 1 ayat 8 - 11

Anggota Independensi
BPK

Pemeriksa Profesional-
Integritas
isme
BPK
Penalaran Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016

Kepentingan Tanggung
Kompetensi
Publik jawab
Pasal 2 Pasal 7 ayat 1 L

Sikap
Pengetahuan Keterampilan
perilaku
Pasal 1 ayat 11 Pasal 7 ayat 1 M

Menyangkut Hubungan Hubungan Hubungan


Pengawasan
diri (pribadi) rekan sejawat klien lain
Pasal 7 ayat 1 F Pasal 6 & 7 ayat 1i Pasal 6 dan 7
Majelis
Pasal 6 ayat 1a&c ayat 2a Kehormatan
Pasal 6 ayat 2f & Kode Etik
Pasal 7 ayat 1a&b Pasal 7 ayat 2c Pasal 6 ayat 2e
Pasal 6 ayat 1h Pasal 6 ayat 2L
Pasal 6 ayat 1d &
Pasal 7 ayat 1c
Independensi, Integritas, dan Profesionalitas BPK

Nilai Dasar Anggota BPK Pemeriksa

Independensi • Memegang sumpah jabatan • Netral dan tidak berpihak


• Netral dan tidak berpihak • Menghindari benturan kepentingan
• Menghindari benturan kepentingan • Menghindari hal-hal yang dapat memengaruhi
• Menghindari hal-hal yang dapat memengaruhi objektivitas
objektivitas • Memprtimbangkan informasi, pandangan, dan
tanggapan pihak yang diperiksa
• Bersikap tenang dan mampu mengendalikan diri

Dilarang: Dilarang:
• Merangkap jabatan • Merangkap jabatan
• Menjadi anggota partai politik • Menunjukan sikap dan perilaku yang menyebabkan
• Menunjukan sikap dan perilaku yang menyebabkan orang lain meragukan independensinya
orang lain meragukan independensinya • Tunduk pada intimidasi/tekanan orang lain
• Membocorkan informasi auditee
• Dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi atau
kepentingan tertentu baik untuk kepentingan pribadi
pemeriksa maupun pihak lain
Independensi, Integritas, dan Profesionalitas BPK
Nilai Dasar Anggota BPK Pemeriksa

Integritas • Bersikap tegas, jujur, dan memegang • Bersikap tegas, jujur , dan memegang rahasia pihak yang
rahasia pihak yang diperiksa diperiksa

Dilarang menerima pemberian dalam Dilarang:


bentuk apa pun, baik langsung maupun • Dilarang menerima pemberian dalam bentuk apa pun,
tidak langsung baik langsung maupun tidak langsung
• Menyalahgunakan wewenang
Profesionalitas • Prinsip kehati-hatian, ketelitian, • Prinsip kehati-hatian, ketelitian, kecermatan
kecermatan • Menyimpan rahasia negara dan jabatan
• Menyimpan rahasia negara dan jabatan • Tidak menyalahgunakan rahasia negara untuk
• Tidak menyalahgunakan rahasia negara kepentingan pribadi dan golongan/pihak lain
untuk kepentingan pribadi dan • Menghindari perbuatan di luar tugas dan wewenangnya
golongan/pihak lain • Komitmen tinggi
• Menghindari perbuatan di luar tugas • Meningkatkan kemampuan profesionalisme secara
dan wewenangnya berkelanjutan
• Kerja sama saling menghormati dan memercayai antar
rekan sejawat
• Berkomunikasi dan berdiskusi antar rekan sejawat
• Menggunakan sumber daya publik secara efisien, efektif,
dan ekonomis
Pasal 8
Sanksi Kode Etik Bagi Anggota

Pelanggaran Pasal 6 Unit


berdampak Pelaksanaan
negative terhadap: Tugas
• Peringatan Tertulis
Pemeriksaan

Negara • Pemberhentian dari


dan/atau BPK keanggotaan BPK

Pelanggaran • Sanksi kode etik


kode etik yang lebih berat
berikutnya
Pasal 9 dan 10
Sanksi Kode Etik Bagi Pemeriksa

Tim Pemeriksaan
Pemeriksa Pasal 3 ayat (2) huruf a, b,
dan c berdampak negative terhadap: • Teguran tertulis & dicatat dalam SISDA

Unit Pelaksanaan Tugas Pemeriksaan

• Larangan memeriksa selama 2 (dua) tahun

Tim Negara dan/atau BPK

• Diberhentikan sebagai pemeriksa

Yang melakukan pelanggaran kode etik


berikutnya

• Dijatuhi sanksi kode etik yang lebih berat


Perhimpunan Auditor Internal
Indonesia ( PAII )
Pasal-pasal sama, kecuali
Dalam kode etik QAI tidak
memasukkan pasal 1 dan 9
Bagi anggota yang
telah memperoleh
kualifikasi / sertifikasi
QIA melalui suatu
Bagi organisasi profesi Pendidikan formal
dan semua anggota yang ditetapkan PAII
PAII yang bekerja
pada departemen/
bagian audit internal
suatu organisasi/
perusahaan
Penalaran Kode Etik PAII
Kepentingan Tanggung Kompetensi
Publik jawab
Pasal 4

Sikap
Pengetahuan Keterampilan
perilaku
Tidak Pasal 6 dan 7
diungkapkan

Menyangkut Hubungan Hubungan Hubungan


diri (pribadi) Pengawasan
rekan sejawat klien lain
Pasal 2 Tidak diatur Tidak diatur Tidak diatur
Pasal 6 & 7
Pasal 3
Pasal 5
Pasal 10
Psikologi Indonesia
Kode Etik Psikologi Indonesia
berlaku bagi

Ilmuan Psikolog Psikolog

Dapat memberikan jasa


Praktik psikolog hanya
psikologi, tetapi tidak
boleh dilakukan oleh
boleh menjalankan praktik
psikolog
psikolog
Penalaran Kode Etik Psikologi Indonesia

Kepentingan Tanggung
Kompetensi
Publik jawab
Pembukaan dan Pasal 2
Pasal 14a

Sikap
Pengetahuan Keterampilan
perilaku
Pasal 1a Pasal 1b

Menyangkut Hubungan Hubungan Hubungan


Pengawasan
diri (pribadi) rekan sejawat klien lain
Pasal 4a Pasal 5a, Pasal 6a dan Pasal 18
Pasal 8c,
Pasal 6b
Pasal 4b, dan 5b, 5c, dan Pasal 12,
Pasal 2 Pasal 15 dan Pasal 8d
Advokat Indonesia
Advokat merupakan
salah satu subprofesi di
bidang hukum

Abdulkadir Muhammad
Peraturan Hukum mengatur bagaimana
seharusnya:
a. Legislator menciptakan e. Pengacara membela kliennya
hukum dalam menginterpretasikan hukum

b. Pejabat melaksanakan f. Hakim menerapkan hukum dan


administrasi negara menetapkan keputusannya

c. Notaris merumuskan kontrak- g. Pengusaha menjalankan


kontrak harta kekayaan kegiatan bisnisnya

d. Polisi dan jaksa menegakkan h. Konsultan hukum memberikan


ketertiban hukum nasihat hukum kepada kliennya

i. Pendidik hukum
menghasilkan ahli hukum.
Pekerjaan yang ditangani oleh profesional
hukum

Profesi Profesi
Legislator Administrator
Hukum
Profesi
Profesi
Jaksa Profesi
Polisi
Notaris
Profesi Profesi
Hakim Advokat
Profesi Profesi Profesi
Hukum Konsultan Dosen
Bisnis Hukum Hukum
Menurut Notohamidjojo seorang profesional dibidang
hukum perlu memiliki:

SIKAP MANUSIAWI

SIKAP ADIL

SIKAP PATUT

SIKAP JUJUR
PENALARAN KODE ETIK
PROFESI ADVOKAT INDONESIA

Kepentingan Tanggung
Kompetensi
Publik jawab
Pasal 3b dan 7h

Sikap
Pengetahuan Keterampilan
perilaku
Pasal 1a Pasal 1a

Menyangkut Hubungan Hubungan Hubungan


Pengawasan
diri (pribadi) rekan sejawat klien lain
Pasal 3d & 3e Pasal 4a, Pasal 9
Pasal 2 4b, 4c, 4d, Pasal 8a, 8b,
Pasal 5a, 5b, 4e, 4f, 4h, 8c,8d, 8e, 8f,
Pasal 3a, 3c, 5c, 5d, 5e, 8g, dan 8h
3f, dan 3h 4i, 4j, dan
dan 5f 4k
Berdampak pada kepentingan
PERBANDINGAN umum

KODE ETIK Kompetensi

Aturan mengenai sikap perilaku

Tanggung Jawab dan


kesadaran diri
Institusi/Profesi Penekanan Kode Etik
BPK Independensi, Integritas, dan Profesionalitas

PAII Bersikap jujur, objektif, hati-hati, dan menghindari konflik


kepentingan
Psikologi Menjaga kompetensi, objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap baik, dan hati-hati

Advokat Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria,


jujur, tidak membeda-bedakan agama, suku, keturunan,
kedudukan sosial, keyakinan politik, mandiri, serta tidak
terpengaruhi oleh siapa pun, dan menjunjung tinggi hak
asasi manusia
PQ IQ EQ SQ
Mulya Lubis
Diberhentikan
Majelis Kehormatan Daerah Perhimpunan Advokat Indonesia DKI
Jakarta memberhentikan secara tetap Todung Mulya Lubis sebagai advokat.
Ia dinilai melakukan pelanggaran berat, yaitu melanggar larangan konflik
kepentingan dan lebih mengedepankan materi dalam menjalankan profesi
dibandingkan dengan penegakan hukum, keberadaan, dan keadilan. Putusan
itu dibacakan oleh Majelis Kehormatan Daerah Perhimpunan Advokat
Indonesia (MKD Peradi) DKI Jakarta, Jumat 16 Mei 2008 di Kantor Peradi,

Kuningan, Jakarta. Sidang dipimpin oleh Jack R. Sidabutar dengan anggota Alex R. Wangge, Daniel
Panjaitan, Antonius P.S. Wibowo, dan Dr Andang L. Binawan. Hadir dalam sidang tersebut pihak
pengadu, Hotman Paris Hutapea, dan pihak teradu,Todung Mulya Lubis, serta sejumlah advokat
dari kantor hukum Lubis, Santoso, dan Maulana. Dua anggota MKD memberikan pendapat
berbeda. Menurut mereka, hukuman pemberhentian tetap terlalu berat. Dua anggota tersebut
mengusulkan hukuman pemberhentian sementara selama 12 bulan. Todung mengungkapkan
bahwa dirinya sangat sedih dan kecewa dengan putusan MKD Peradi DKI Jakarta. Ia mengatakan,
putusan tersebut sebagai sebuah dagelan yang tidak lucu, dan langsung mengajukan banding.
Majelis Kehormatan menilai Todung melanggar Pasal 4j dan Pasal 3b Kode Etik Advokat
Indonesia. Pelanggaran tersebut dilakukan ketika Todung menjadi kuasa hukum Salim
Group terkait kasus Sugar Group Companies (SGC) di pengadilan negeri Kotabumi dan PN
Gunung Sugih, Lampung. Benturan kepentingan terjadi ketika pada tahun 2002 Todung
menjadi anggota Tim Bantuan Hukum Komite Kebijakan Sektor Keuangan (TBH-KKSK). Tim
tersebut diminta Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) melakukan legal audit
terhadap kekayaan Salim Group. Saat itu, SGC merupakan salah satu perusahaan milik
Salim. Pihak BPPN kemudian menjual SGC ke pemilik baru. Pada tahun 2006, pemilik baru
itu menggugat Salim Group dan pemerintah. Pihak Salim diwakili oleh Todung Mulya Lubis
selaku kuasa hukum. Memang saat itu tugas Todung di TBH KKSK sudah selesai sejak tahun
2002. Namun, MKD menilai ada benturan kepentingan saat Todung menjadi kuasa hukum
SGC dan anggota TBH KKSK. Apalagi, di dalam persidangan Todung menggunakan hasil legal
audit TBH KKSK. Menurut Majelis, kepentingan BPPN cq. Menkeu cq. Pemerintah RI terkait
legal audit SGC seharusnya dipertahankan dan dirahasiakan oleh Todung. Hal tersebut
ditegaskan dalam Pasal 8 ayat 1 dan 2 Perjanjian TBH-KKSK.
Namun faktanya, Todung mengungkapkan sebagian isi TBH itu di PN Gunung Sugih dan Kotabumi.
Meskipun di dalam dokumen TBH dikatakan bahwa Salim Group dinyatakan melanggar MSAA, Todung
justru mengatakan sebaliknya di persidangan. Apalagi hal ini tidak dibantah oleh Todung. Saksi ahli
yang diajukan oleh Todung mengatakan bahwa pendapat hukum dapat berubah tergantung pada
situasi dan kondisi. MKD Perdi DKI Jakarta juga sebelumnya mempertimbangkan adanya peringatan
kepada Todung. Pada 14 Juni 2004, Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Advokat Indonesia memberi
peringatan keras kepada Todung sehubungan dengan adanya iklan di media massa mengenai putusan
pengadilan, tetapi isi iklan berbeda dengan putusan pengadilan. Dalam jumpa pers di kantornya,
Todung didampingi koleganya sesama advokat, Maqdir Ismail dan Perry Cornelius. “Terus terang saya
shocked, terkejut, dan bertentangan dengan fakta-fakta dan akal sehat. Ini bertentangan dengan
semua logika rasional. Sebuah dagelan hukum yang sangat tidak lucu. Dalam sejarah Indonesia,
mungkin saya advokat pertama yang dipecat secara permanen,” kata Todung.”Ini kezaliman,
kesewenang-wenangan yang melampaui batas. Buat saya, itu sesuatu yang melampaui batas karena
kalau tuduhannya benturan kepentingan, sama sekali tidak ada benturan kepentingan,” ujarnya.
Todung menyampaikan bahwa dalam penanganan kasus Anthony Salim, Departemen Keuangan telah
menulis surat tidak keberatan karena tidak berkepentingan. Namun pada kesempatan saat ini, ia tidak
akan masuk ke soal detail seperti itu karena ia akan banding ke Pengadilan Dewan Peradi Pusat.
Apakah menurut
Anda Majelis
Kehormatan
Daerah DKI Jakarta
telah mengambil
keputusan yang
tepat dan adil?
Menurut kelompok kami keputusan yang diambil
oleh MKD DKI Jakarta terhadap Todung Mulya
Lubis sudah tepat, adil, dapat dibenarkan dan
sangat beralasan dalam memberhentikan secara
permanen atau tetap Todung Mulya Lubis
sebagai advokad.
Apakah menurut Anda
reaksi yang disampaikan
oleh Todung Mulya
Lubis di media massa
dalam menanggapi
keputusan Majelis
adalah wajar dan dapat
dibenarkan?
Reaksi Todung dengan mengeluarkan
pernyataan tersebut tidak benar karena
jelas pada saat itu memang tugas Todung
di Tim Bantuan Hukum Komite Kebijakan
Sektor Keuangan (TBH KKSK) sudah selesai
sejak tahun 2002. MKD menilai ada
benturan kepentingan.
Bagaimana
pendapat Anda
atas pernyataan
Todung yang
merasa dirinya
tidak melanggar
kode etik advokat?
Kelompok kami tidak setuju atas pernyataan Todung,
karena hasil keputusan Majelis Kehormatan menilai
Todung Mulya Lubis melanggar Kode Etik Advokad
Indonesia (KEAI), yang telah sah dan berlaku pada
tanggal 23 Mei 2002, yaitu pada Pasal 3b dan Pasal 4j,
Maka Beliau sudah jelas bersalah dan melanggar kode
etik advokad bahkan bukti-bukti tertulisnya pun telah
ada

Anda mungkin juga menyukai