A. KONSEP PENYAKIT
1. Penyakit Raynaud
a. Pengertian
Penyakit raynaud merupakan suatu keadaan yang menyerang
pembuluh darah pada ektremitas yang terdiri dari tangan, kaki,
hidung dan telinga ketika dingin dan stress. Ini dinamakan oleh
Maurice Raynaud (1834 - 1881), seorang terapis dari Perancis yang
menyatakan pertama kali pada tahun 1862. Raynauds Disease
merupakan salah satu penyakit yang menyerang pembuluh darah
arteri, dimana penyebabnya merupakan non-aterosklerotik. Non-
aterosklerotik merupakan salah satu penyebab penyakit arteri dimana
penyakit hanya menyerang susunan pembuluh darah arteria pada
lapisan media arteria dan arteri perifer.
Istilah Raynaud digunakan jika tidak ditemukan penyebab yang
pasti dan istilah fenomena Raynaud digunakan jika penyebabnya
diketahui.
Penyakit Raynaud adalah penyakit gangguan vaskuler yang
memengaruhi aliran darah ke ekstermitas saat terjadi perubahan suhu
dan stress. Ditandai dengan pucat dan sianosis proksimal bagian
akral (biasanya jari-jari tangan, kadang jari kaki dan jarang pada
ujung hidung/telinga). Yang disebabkan spasme kuat arteri kecil dan
arteriol lokal.
Raynaud adalah serangan iskemia bilateral yang terputus-putus
pada jari tangan atau jari kaki dan terkadang pada telinga/hidung
yang ditandai dengan gejala amat pucat yang sering disertai dengan
parestesia serta rasa nyeri. Penyebabnya adalah kelainan anatomis
atau adanya penyakit penyerta (Kamus Kedokteran Dorland, 1996).
Sedangkan menurut Doengoes (2000), Raynanund adalah
iskemia vasospastik jari-jari bersifat episodik dan reversible yang
umumnya terjadi pada jari-jari tangan namun kadang mengenai jari-
jari kaki.
b. Etiologi
Faktor genetik juga berperan dalam perkembangan Fenomena
Raynaud, meskipun penyebab sebenarnya tidak diketahui.
Penyebab penyakit Raynaud tidak diketahui, tetapi dasarnya
yaitu reaksi vaso motor pusat dan lokal normal yang berlebihan
terhadap rangsang dingin atau emosi yang menyebabkan raynaud’s
attack. Kadang pada mulanya penyebabnya tidak dapat didiagnosis,
tetapi kemudian diketahui setelah sekitar 2 tahun. Kemungkinan
yang menjadi penyebabnya:
1) Skleroderma
Penyakit autoimun kronis yang bercirikan fibrosis
(pengerasan), perubahan vascular dan auto antibody.
Scleroderma muncul dalam kasus keluarga, tapi gen tidak
diidentifikasi. Pengerasan atau penebalan kulit, mungkin
ditemukan dari beberapa penyakit yang berbeda, dapat terjadi
dalam bentuk terlokalisasi atau umum.
2) Artritis rematoid
Penyakit autoimun sistemik yang menyebabkan peradangan
pada sendi. Timbul akibat dari beberapa faktor mulai dari
genetic sampai pada gaya hidup (merokok), selain itu akibat dari
sel darah putih yang berpindah dari aliran darah yang berada di
sekitar sendi.
3) Arteriosklerosis
Pengapuran dinding darah pembuluh arteri. Hal tersebut
disebabkan karena adanya peradangan, seingga terjadi proses
pembekuan darah berlebihan pada dinding pembuluh darah
maupun penumpukan plak di dinding pembuluh darah akibat
kadar kolesterol dan gula tinggi dalam darah.
4) Kelainan saraf
5) Berkurangnya aktivitas tiroid
6) Cedera
7) Reaksi terhadap obat tertentu (Misalnya ergot, metisergid)
8) Spasme pembuluh darah pada arteri kecil dan arteriol serta
respon vasomotor yang berlebihan (vasokonstriksi) dapat timbul
oleh pajanan dingin atau emosi yang kuat.
c. Klasifikasi
Ada beberapa macam penyakit arterial yang disebabkan oleh
Non-sterosklerotik tersebut antara lain salah satunya adalah
gangguan vasospastik pada pembuluh darah arteri dimana keluhan
tersebut dinamakan Raynaud’s Disease. Raynaud’s Disease terbagi
menjadi dua antara lain Primary dan Secondary Raynaud’s.
d. Patofisiologi
Terjadi hiperaktivitas sistem saraf simpatis yang menyebabkan
vasokontriksi ektrem pada pembuluh darah perifer, yang dapat
menyebabkan hipoksia jaringan. Faktor yang memicu reynaud’s
attack, seperti dingin, stress, membuat vasokontriksi pembuluh darah
perifer, mengakibatkan pembendungan darah dalam kapiler distal
sehingga suplay darah sedikit. Jari kemudian menjadi putih. Ketika
jaringan tersebut kekurangan oksigen (hipoksia jaringan), warna
jaringan menjadi biru. Apabila daerah kembali hangat dan sirkulasi
darah lancar kembali, pembuluh darah akan berdilatasi,
menyebabkan hipermia, disertai rasa terbakar, mati rasa, dan rasa
nyeri.
e. Pathway
g. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan dalam mengontrol penyakit
raynaud adalah menghindari rangsangan tertentu yang
membangkitkan vasokontriksi. Tindakan dilakukan untuk
menghindari situasi yang tidak nyaman. Mengurangi kecemasan
klien, mengenai komplikasi berat, seperti gangren dan amputasi yang
sering terjadi serta menimbulkan rasa tidak nyaman. Klien dapat
mengendalikan penyakit raynaud yang ringan dengan melindungi
tubuh, lengan dan tungkainya terhadap dingin dan dengan meminum
obat tidur yang ringan. Klien harus berhenti merokok karena nikotin
menyebabkan pengerutan pembuluh darah. Untuk beberapa
penderita, teknik relaksasi (misal, biofeedback), dapat mengurangi
kejang. Hati-hati dalam penggunaan benda tajam agara tidak
mencederai jari. Tetapi yang digunakan adalah vasodilator, penyekat
kanal, kalsium dan bahan simpatolitik, seperti neokardin, nifedipin.
Jika terjadi cacat dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan lainnya,
dilakukan pemotongan saraf simpatis dengan mengangkat ganglion
atau memotong cabang-cabangnya (simpatektomi) untuk
mengurangi gejala, tetapi berkurangnya gejala hanya berlangsung
selama satu sampai dua tahun. Pembedahan ini (simpatektomi),
biasanya lebih efektif dilakukan pada penderita penyakit raynaud,
bukan pada fenomena raynaud.
h. Pemeriksaan Diagnostik
Penyakit pembuluh darah perifer di diagnosis dengan
menggunakan cara sebagai berikut:
1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laju sedimentasi erittrosit (ESR) untuk
mengetahui adanya inflamasi dengan mengukur seberapa cepat
sel darah merah turun kebagian bawah tabung periksa. Sel yang
turun dengan cepat mengindikasikan proses inflamasi dalam
tubuh dan lahu sedimentasi meningkat.
2) Uji allen
Uji ini digunakan untuk mendeteksi insufisiensi arteri di
tangan. Gunakan ibu jari untuk menghambat arteri radialis dan
ulnalis di tangan pasien. Minta pasien unuk membuka tangannya
(telapak tangan di atas) dan pemeriksaan di lepaskan tekanan
dari satu arteri dan mengobservasi aliran darah ke tangan.
Prosedur ini di ulangi untuk arteri lainnya. Uji ini mendeteksi
insufisiensi arteri radialis dan ulnalis.
3) Angiografi (visualisasi radiografik dan pembuluh darah dengan
mengunakan zat warna radiopak) memperlihatkan tidak adanya
ateroma/arterosklerosis,dan area sumbatan arteri dengan
pembuluh darah kolateral “alat pembuka botol”.
4) Uji ABI (Ankle Brachial Index)
Tekanan darah sistolik diperiksa dsn di catat untuk masing-
masing lengan dan Doppler-genggam digunakan untuk
mengukur tekanan sistolik pada masing-masing pergelangan
kaki (dua bacaan per kaki,pada aspek medial bagian dalam dan
aspek lateral bagian luar). Indeks (rasio) dihitung dengan
membagi tekanan sistolik paling tinggi pergelangan kaki setiap
kaki dengan tekanan lengan tertinggi. Penyakit vascular yang
menimbulkan penyempitan ateri dan dan aliran darah terbatas
akan menyebabkan tekanan sistolik pergelangan kaki lebih
rendah dari pada tekanan brakial. Rasio (indeks) akan 1,0 untuk
pembuluh darah perifer yang sehat dan normal,yang berate
bahwa tekanan lengan dan pergelanan kaki sama dengan aliran
darah pergelangan kaki tanpa batas. Semakin rendah
indeks,semakin dikit darah yang mengalir melalui pembuluh
darah tersebut, yang menunjukkan insufisiensi pembuluh darah
yang lebih besar.
5) Uji aliran CW (continous wave) Doppler memungkinkan
pemeriksaan untuk mendengar aliran darah yang melalui
pembuluh darah.
6) Uji latihan pada treadmill mendeteksi nyeri kram ketika
berjalan.
7) Pada ultrasonografi dupleks,kekentalan aliran darah diukur
mengunakan teknik aliran warna untuk mengevaluasi aliran ke
pembuluh darah yang jauh.
2. Penyakit Buerger (Buerger’s Disease)
a. Pengertian
b. Etiologi
Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor
familial serta tidak ada hubungannya dengan penyakit Diabetes
Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat karena
kemungkinan adanya reaksi hipersensitifitas terhadap nikotin yang
kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia
sekolah. Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan
pada penyakit ini.Walaupun penyebab penyakit Buerger belum
diketahui, suatu hubungan yang erat dengan penggunaan tembakau
tidak dapat disangkal. Penggunaan maupun dampak dari tembakau
berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya penyakit
tersebut. Hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya,
Tromboangitis Obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi
genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung. Sebagian besar
peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis
yang dimediasi sistem imun. Selain penyakit sistem imun diduga ada
hubungan dengan penyakit Raynauld
c. Klasifikasi
Endokardtis infeksiosa.
d. Patofisiologi
Mekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum
jelas, tetapi beberapa penelitian telah mengindikasikan suatu
implikasi fenomena imunologi yang mengawali tidak berfungsinya
pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien dengan
penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas pada injeksi
intradermal ekstrak tembakau, mengalami peningkatan sel yang
sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum
titer anti endothelial antibody sel , dan merusak endothel terikat
vasorelaksasi pembuluh darah perifer. Meningkatkan prevalensi dari
HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien ini,
yang diduga secara genetic memiliki penyakit ini.
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior),
akan terjadi perubahan patologis :
4) Suhu kulit pada daerah yang terkena akan lebih rendah pada
palpasi.
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto Rontgen anggota gerak untuk melihat :
2) Arteriografi
Ciri khas dari gambaran arteriografi pada tromboangitis
obliterans yaitu bersifat segmental, artinya sumbatan terdapat
pada beberapa tempat, tapi segmen diantara tempat yang
tersumbat itu normal. Pada kasus lanjut, biasanya terjadi
kolateralisasi.
3) Pemeriksaan Doppler
g. Penatalaksanaan
1) Tindakan untuk menghentikan progresifitas penyakit, antara lain
pasien mutlak harus berhenti merokok.
2) Tindakan untuk menimbulkan vasodilatasi:
c) Antibiotik.
6) Pengobatan spesifik.
Dari pengobatan spesifik yang telah ditemukan belum ada
yang diterima secara luas, walaupun antikoagulan, dekstran,
fenilbutazon, piridinolkarbanat, inositol niasinat dan steroid
direkomendasikan. Lebih baru lagi dikatakan terapi dengan
prostaglandin (PGA1 ) dan defibrotide sama baiknya dengan zat
pencegah agregasi platelete.
Iskemia tangan yang berat akibat trombosis akut pada
tromboangitis obliterans, secara dramatis membaik dengan infus
Urokinase intra arteri yang dilanjutkan dengan angioplasty
dengan kateter balon. Pada pembuluh darah kecil dan pemberian
antikoagulasi.
7) Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-
luka ektremis untuk menghindari infeksi
8) Penderita dengan gangren, luka-luka atau nyeri ketika
beristirahat, perlu menjalani tirah baring.
9) Penderita harus melindungi kakinya dengan pembalut yang
memiliki bantalan tumit atau dengan sepatu boot yang terbuat
dari karet.
10) Penderita juga harus menghindari:
a) Pemaparan terhadap dingin
b) Cedera karena panas, dingin atau bahan (seperti iodine atau
asam) yang digunakan untuk mengobati kutil dan kapalan
c) Cedera karena sepatu yang longgar/sempit atau
pembedahan minor
d) Infeksi jamur
e) Obat-obat yang dapat mempersempit pembuluh darah.
h. Komplikasi
Adapun komplikasi yang diakibatkan oleh tromboangitis :
1) Amputasi
2) Gangrene (kematian jaringan)
3) Kehilangan sirkulasi luar ekstremitas yang terkena ketika ke
kontak profesionalmedis
4) Hypertensi
5) Stroke (untung masih baru stoke ringan)
6) Osteoporisis ( tulang keropos)
7) Atropi (penyusutan jaringan)
8) Pertumbuhan kuku terhambat dan menjadi rusak.
9) muntah dan berak darah akibat selalu mengkonsumsi obat
penahan sakit dan obat pengencer darah (aspilet)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Penyakit Raynaud
a. Pengkajian
a. Biodata
Merupakan data dasar yang berkaitan dengan identitas klien
yang terdiri atas:
a) Klien, meliputi:
- Nama,
- Umur, penyakit Raynaud biasanya terjadi pada usia di
bawah 30 tahun
- Jenis kelamin, penyakit Raynaud lebih sering diderita
oleh wanita
- Suku bangsa,
- Agama,
- Pendidikan,
- Pekerjaan,
- Status,
- Alamat.
b) Penanggung jawab, meliputi:
- Nama,
- Umur,
- Agama,
- Pendidikan,
- Pekerjaan,
- Hubungan,
- Sumber biaya
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada saat
dilakukan pengkajian. Misalnya nyeri, kesemutan, mati rasa, dan
gejala-gejala lainnya yang berhubungan dengan penyakit
Raynaud.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami secara lebih
rinci. Contoh: Keluhan nyeri, meliputi:
a) P : Hal-hal yang memperparah dan meringankan nyeri,
b) Q : Karakteristik nyeri yang dirasakan, biasanya seperti
ditusuk-tusuk, seperti ditimpa benda yang berat, seperti
diremas-remas dan sebagainya.
c) R : Daerah dimana nyeri tersebut dirasakan. Apakah nyeri
tersebut menyebar ke daerah lain.
d) S : Apakah nyeri yang dirasakan mengganggu aktivitas
sehari-hari klien.
e) T : Terjadi saat aktivitas dan istirahat, waktu dan durasi
nyeri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Menjelaskan penyakit yang diderita sebelumnya,
kemungkinan hipertensi, riwayat coronary heart disease,
penyakit pembuluh darah perifer, hiperlipidemia, diabetes, obat-
obatan yang sedang dikonsumsi, dan lain sebagainya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menjelaskan tentang penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga terdahulu yang berhubungan dengan penyakit
Raynaud.
f. Riwayat Psikososial
Menjelaskan tentang keadaan psikososial klien. Yaitu hati-
hati, gelisah, fokus pada diri. stres dan reaksi emosi kuat
(pencetus).
g. Kegiatan Sehari-hari
Menjelaskan tentang riwayat merokok, kebiasaan diet dan
kebiasaan aktivitas sehari-hari.
h. Review Sistem
a) Sistem Pernafasan (B1 : Breathing)
Nafas tidak efektif karena penurunan suplai oksigen dalam
darah.
b) Sistem Kardiovaskuler (B2 : Bleeding)
Hipertensi dapat mempengaruhi nadi : radial dan ulnar
dapat normal (dini) atau tidak ada (lanjut).
c) Sistem Persarafan (B3 : Brain)
Kebas jari, parestesia, dan sakit kepala berulang
(vasospasme/ efek hormonal), hilangnya koordinasi
motorik, nyeri berdenyut selama fase kemerahn perubahan
warna (vasodilatasi).
d) Sistem Pencernaan - Eliminasi Alvi (B4 : Bowel)
Tidak ada gangguan
e) Tulang-Otot-Intregumen (B6 : Bone) : kelemahan umum
pada ekstremitas khususnya bagian perifer; warna kulit jari/
bagian yang sakit (tergantung pada fase waktu observasi)
tampak putih pucat, kemudian sianotik, kemudian
hiperemik (merah); ulserasi dan/ atau area gangren (jarang);
sensitif terhadap tekanan bagian yang sakit; lesi/ area
gangren pada ujung jari dari ukuran peniti sampai seluruh
jari (sangat luas).
b. Analisa Data
Penyembuhan luka
menjadi lama
Risiko Infeksi
c. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan iskemia jaringan
ditandai dengan :
Ds. : Pasien mengatakan secara verbal atau melaporkan dengan
isyarat tentang nyerinya.
Do. : Perubahan nadi, nafas panjang.
2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan trauma atau cedera
ditandai dengan:
Ds. : Pasien mengungkapkan perasaan negatif tentang tubuh.
Do. :
- Perubahan aktual tubuh.
- Trauma pada keadaan tubuh yang tidak berfungsi.
- Menutupi atau terlalu memperlihatkan bagian tubuh (dg
sengaja atau tidak sengaja)
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan
gangguan aliran arteri ditandai dengan:
Ds. : perubahan sensasi
Do. :
- Perubahan tekanan darah pada ekstremitas.
- Perubahan warna kulit
- Perubahan suhu kulit.
4) Resiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer
yang tidak adekuat, yaitu integritas kulit yang tidak utuh.
d. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa
Keperawatan
Aktivitas kolaboratif
memberikan pengobatan nyeri. melaporkan
kepada dokter jika nyeri tidak dapat
dihilangkan.
perawatan sirkulasi (NIC) : memberikan
pengobatan antitrombosit atau antikoagulan,
jika diperlukan.
Aktivitas Lain
hindari trauma kimia, mekanik atau panas yang
melibatkan, ekstremitas.
mengurangi merokok dan menggunakan
stimulus.
Perwatan Sirkulasi (NIC) :
Rendahkan ekstremitas untuk meningkatkan
sirkulasi arteri dengan tepat;
Gunakan stoking antiemboli (misalnya, stoking
elastik atau pneumatik), jika diperlukan;
Tinggikan anggota badan yang terkena 20
derajat atau lebih tinggi dari jantung untuk
meningkatkan aliran darah balik vena, jika
diperlukan;
Anjurkan latihan rentang gerak aktif atau pasif
selama tirah baring, jika diperlukan;
5. Memberikan analgesik
8. TTV
a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama,
umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan,
suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien.
2) Riwayat Keperawatan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang
mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke
rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan buerger
syndrome (Tromboangitis obliterans) adalah Gejala
(symptom) yang paling sering dan utama adalah nyeri yang
bermacam-macam tingkatnya. Nyerinya bertambah pada
waktu malam dan keadaan dingin, dan akan berkurang bila
ekstremitas dalam keadaan tergantung. Serangan nyeri juga
dapat bersifat paroksimal dan sering mirip dengan
gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan lebih lanjut,
ketika telah ada tukak atau gangren, maka nyeri sangat
hebat dan menetap.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan buerger syndrome biasanya akan diawali
dengan adanya tanda-tanda seperti rasa nyeri. Jika terpapar
suhu rendah, kaki bawah awalnya dingin, sianotik dan mati
rasa, kemudian menjadi merah, panas, dan kesemutan. Perlu
juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
e) Riwayat Psikososial
c) Pola eliminasi
4) pemeriksaan fisik
d) Sistem pernafasan
5) Pemeriksaan laboratorium
e) Profi l lipid
g) Penapisan autoimun
b. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan
dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data
dibedakan atas data subyektif dan data obyektif dan berpedoman
pada teori Abraham Maslow yang terdiri dari :
1) Kebutuhan dasar atau fisiologis
2) Kebutuhan rasa aman
3) Kebutuhan cinta dan kasih sayang
4) Kebutuhan harga diri
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat
diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan
penyebab, yang dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa
keperawatan meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.
c. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/
masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan kemungkinan dan
membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah
tersebut.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
Syndrome Buerger antara lain :
1) Nyeri berhubungan dengan adanya sumbatan debris ateromatosa
ditandai dengan
DS: klien mengeluh nyeri pada kaki bagian kiri/kanan dengan
skala 1-10.
DO: wajah klien tampak meringis
2) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
sirkulasi darah ditandai dengan
DS: klien mengeluh lukanya sulit sembuh
DO: terdapat adanya luka pada kaki bagian kiri dan tampak
kebiruan
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan adanya nyeri ditandai
dengan
DS: klien mengeluh nyeri jika berjalan terlalu lama
DO: klien tampak kesulitan dalam berjalan
e. Pelaksanaan (Implementasi)
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana
tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama
pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan
interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat
dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan
keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi,
dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah
dilakukan dan bagaimana respon pasien.
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.
Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah
dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh
mana tujuan tercapai:
Aspiani, Yuli Reni. 2015. BUKU AJAR: Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler Aplikasi NIC Dan NOC. Jakarta: EGC
Baughman,Diane C.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC.
Deglin, Vallerand. 2005. Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta: EGC
Doengoes Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan dan Pedoman Untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta:
EGC
Ganiswarna. 1995. Farmakologi dan Terapi, Jakarta: FKUI
Hancock,Christin.1999.Kamus Keperawatan.Edisi 17. Jakarta : EGC
Hartanto,Huriawati.2009.Kamus saku mosby: kedokteran, keperawatan,
kesehatan. Edisi 4 .EGC
Internasional, Nanda. 2010. Diagnosis Keperawatan 2009- 2011. Jakarta : EGC
Jennifer P.Kowalak,William Welsh, Brenna Mayer.2001. Buku Ajar
Patofisiologi.Jakarta:EGC.
Kee, Hayes. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta: EGC
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. 2002. Jakarta :
Gramedia Pustaka Umum.
Tim Penerjemah EGC. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakata : EGC
Wilkinson, Judith M. 2016. DIAGNOSIS KEPERAWATAN: DIAGNOSIS
NANDA-I, INTERVENSI NIC, HASIL NOC, Ed. 10. Alih Bahasa, Esty
Wahyuningsih; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Wuri Praptiani. Jakarta:
EGC.