Anda di halaman 1dari 45

GANGGUAN PEMBULUH DARAH PERIFER

(PERIPHERAL ARTERY DISEASE)

A. KONSEP PENYAKIT

Pengertian Peripheral Artery Disease


Merupakan suatu penyakit terganggunya atau tersumbatnya aliran darah
dari atau ke jaringan organ. Sumbatan itu disebabkan oleh plak yang
terbentuk di arteri yang membawa darah ke seluruh anggota tubuh. Plak ini
terdiri atas lemak, kalsium, jaringan fibrosa, dan zat lain di dalam darah.
Semua penyakit yang menyangkut sindrom arterial non koroner yang
disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsi arterial yang mengaliri otak,
organ viseral, dan keempat ekstermitas.
Gangguan PAD adalah aspek lain dari proses arteriosklerosis. Darah
mengalir perlahan-lahan dengan penyempitan dan penyumbatan (obstruksi)
dari arteri di bagian tungkai. Arteriosklerosis dimulai seperti adanya
penumpukan pecahan lemak dan plak (plaque) pada selaput intima arteri.
Peripheral Artery Disease (PAD) digolongkan menjadi beberapa jenis
yaitu: Raynaund’s disease, Buerger’s disease dan Arteriosklerosis obliterans.

1. Penyakit Raynaud

a. Pengertian
Penyakit raynaud merupakan suatu keadaan yang menyerang
pembuluh darah pada ektremitas yang terdiri dari tangan, kaki,
hidung dan telinga ketika dingin dan stress. Ini dinamakan oleh
Maurice Raynaud (1834 - 1881), seorang terapis dari Perancis yang
menyatakan pertama kali pada tahun 1862. Raynauds Disease
merupakan salah satu penyakit yang menyerang pembuluh darah
arteri, dimana penyebabnya merupakan non-aterosklerotik. Non-
aterosklerotik merupakan salah satu penyebab penyakit arteri dimana
penyakit hanya menyerang susunan pembuluh darah arteria pada
lapisan media arteria dan arteri perifer.
Istilah Raynaud digunakan jika tidak ditemukan penyebab yang
pasti dan istilah fenomena Raynaud digunakan jika penyebabnya
diketahui.
Penyakit Raynaud adalah penyakit gangguan vaskuler yang
memengaruhi aliran darah ke ekstermitas saat terjadi perubahan suhu
dan stress. Ditandai dengan pucat dan sianosis proksimal bagian
akral (biasanya jari-jari tangan, kadang jari kaki dan jarang pada
ujung hidung/telinga). Yang disebabkan spasme kuat arteri kecil dan
arteriol lokal.
Raynaud adalah serangan iskemia bilateral yang terputus-putus
pada jari tangan atau jari kaki dan terkadang pada telinga/hidung
yang ditandai dengan gejala amat pucat yang sering disertai dengan
parestesia serta rasa nyeri. Penyebabnya adalah kelainan anatomis
atau adanya penyakit penyerta (Kamus Kedokteran Dorland, 1996).
Sedangkan menurut Doengoes (2000), Raynanund adalah
iskemia vasospastik jari-jari bersifat episodik dan reversible yang
umumnya terjadi pada jari-jari tangan namun kadang mengenai jari-
jari kaki.

b. Etiologi
Faktor genetik juga berperan dalam perkembangan Fenomena
Raynaud, meskipun penyebab sebenarnya tidak diketahui.
Penyebab penyakit Raynaud tidak diketahui, tetapi dasarnya
yaitu reaksi vaso motor pusat dan lokal normal yang berlebihan
terhadap rangsang dingin atau emosi yang menyebabkan raynaud’s
attack. Kadang pada mulanya penyebabnya tidak dapat didiagnosis,
tetapi kemudian diketahui setelah sekitar 2 tahun. Kemungkinan
yang menjadi penyebabnya:
1) Skleroderma
Penyakit autoimun kronis yang bercirikan fibrosis
(pengerasan), perubahan vascular dan auto antibody.
Scleroderma muncul dalam kasus keluarga, tapi gen tidak
diidentifikasi. Pengerasan atau penebalan kulit, mungkin
ditemukan dari beberapa penyakit yang berbeda, dapat terjadi
dalam bentuk terlokalisasi atau umum.
2) Artritis rematoid
Penyakit autoimun sistemik yang menyebabkan peradangan
pada sendi. Timbul akibat dari beberapa faktor mulai dari
genetic sampai pada gaya hidup (merokok), selain itu akibat dari
sel darah putih yang berpindah dari aliran darah yang berada di
sekitar sendi.
3) Arteriosklerosis
Pengapuran dinding darah pembuluh arteri. Hal tersebut
disebabkan karena adanya peradangan, seingga terjadi proses
pembekuan darah berlebihan pada dinding pembuluh darah
maupun penumpukan plak di dinding pembuluh darah akibat
kadar kolesterol dan gula tinggi dalam darah.
4) Kelainan saraf
5) Berkurangnya aktivitas tiroid
6) Cedera
7) Reaksi terhadap obat tertentu (Misalnya ergot, metisergid)
8) Spasme pembuluh darah pada arteri kecil dan arteriol serta
respon vasomotor yang berlebihan (vasokonstriksi) dapat timbul
oleh pajanan dingin atau emosi yang kuat.

Fenomena raynaud disebabkan oleh :


1) Penyakit dan kondisi tertentu yang dapat merusak arteri atau
saraf yang mengontrol arteri di daerah terkait
2) Kegiatan repetitif dengan tangan (menulis, mengetik, alat
dengan getaran)
3) Luka pada tangan atau kaki
4) Paparan bahan kimia (finilclorida, nikotin pada rokok, kopi)
5) Obat yang menyebabkan vasokontriksi arteri atau memengaruhi
tekanan darah seperti ergotamine (penyempitan arteri), obat
kanker (seperti cisplatin dan vinblastin), obat alergi, diet,
penyekat beta (melambatkan denyut jantung dan menurunkan
tekanan darah), pil KB.

c. Klasifikasi
Ada beberapa macam penyakit arterial yang disebabkan oleh
Non-sterosklerotik tersebut antara lain salah satunya adalah
gangguan vasospastik pada pembuluh darah arteri dimana keluhan
tersebut dinamakan Raynaud’s Disease. Raynaud’s Disease terbagi
menjadi dua antara lain Primary dan Secondary Raynaud’s.

d. Patofisiologi
Terjadi hiperaktivitas sistem saraf simpatis yang menyebabkan
vasokontriksi ektrem pada pembuluh darah perifer, yang dapat
menyebabkan hipoksia jaringan. Faktor yang memicu reynaud’s
attack, seperti dingin, stress, membuat vasokontriksi pembuluh darah
perifer, mengakibatkan pembendungan darah dalam kapiler distal
sehingga suplay darah sedikit. Jari kemudian menjadi putih. Ketika
jaringan tersebut kekurangan oksigen (hipoksia jaringan), warna
jaringan menjadi biru. Apabila daerah kembali hangat dan sirkulasi
darah lancar kembali, pembuluh darah akan berdilatasi,
menyebabkan hipermia, disertai rasa terbakar, mati rasa, dan rasa
nyeri.
e. Pathway

Pathway Raynaud’s Disease Menurut Evelyn C Pearce (2002)


f. Manifestasi Klinis
1) Nyeri dan pucat pada ujung jari tangan, kaki, dan hidung akibat
adanya defek pembentukan panas basal yang selanjutnya
menurunkan kemampuan pembuluh darah untuk berdilatasi.
2) Penyakit ini lebih sering menyerang wanita usia antara 16 dan
40 dan lebih banyak di daerah dingin dan selama musim dingin.
3) Pucat yang timbul akibat vasokontriksi mendadak.
4) Kulit kemudian menjadi kebiruan (sianosis) akibat darah yang
memasuki kapiler sangat sedikit
5) Kemudian terjadi vasodilatasi yang menyebabkan warna merah
6) Jadi urutan khas perubahan warna fenomena Raynaud :
 Pucat
Vasospasme memotong aliran darah arteri dan
menyebabkan pucat
 Biru
Jaringan mengalami hipoksia dan menjadi sianosis.
 Merah
Darah segera kembali ke jaringan (hiperemia) ketika
spasme berhenti.
7) Rasa baal dan kesemutan serta nyeri seperti terbakar terjadi saat
terjadinya perubahan warna.
8) Biasanya melibatkan tubuh secara bilateral dan simetris
9) Dapat terjadi pada skleroderma, ulkus eritematosus sistemik,
artritis reumatoid, penyakit arteri obstruktif atau trauma.

g. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan dalam mengontrol penyakit
raynaud adalah menghindari rangsangan tertentu yang
membangkitkan vasokontriksi. Tindakan dilakukan untuk
menghindari situasi yang tidak nyaman. Mengurangi kecemasan
klien, mengenai komplikasi berat, seperti gangren dan amputasi yang
sering terjadi serta menimbulkan rasa tidak nyaman. Klien dapat
mengendalikan penyakit raynaud yang ringan dengan melindungi
tubuh, lengan dan tungkainya terhadap dingin dan dengan meminum
obat tidur yang ringan. Klien harus berhenti merokok karena nikotin
menyebabkan pengerutan pembuluh darah. Untuk beberapa
penderita, teknik relaksasi (misal, biofeedback), dapat mengurangi
kejang. Hati-hati dalam penggunaan benda tajam agara tidak
mencederai jari. Tetapi yang digunakan adalah vasodilator, penyekat
kanal, kalsium dan bahan simpatolitik, seperti neokardin, nifedipin.
Jika terjadi cacat dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan lainnya,
dilakukan pemotongan saraf simpatis dengan mengangkat ganglion
atau memotong cabang-cabangnya (simpatektomi) untuk
mengurangi gejala, tetapi berkurangnya gejala hanya berlangsung
selama satu sampai dua tahun. Pembedahan ini (simpatektomi),
biasanya lebih efektif dilakukan pada penderita penyakit raynaud,
bukan pada fenomena raynaud.

h. Pemeriksaan Diagnostik
Penyakit pembuluh darah perifer di diagnosis dengan
menggunakan cara sebagai berikut:
1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laju sedimentasi erittrosit (ESR) untuk
mengetahui adanya inflamasi dengan mengukur seberapa cepat
sel darah merah turun kebagian bawah tabung periksa. Sel yang
turun dengan cepat mengindikasikan proses inflamasi dalam
tubuh dan lahu sedimentasi meningkat.
2) Uji allen
Uji ini digunakan untuk mendeteksi insufisiensi arteri di
tangan. Gunakan ibu jari untuk menghambat arteri radialis dan
ulnalis di tangan pasien. Minta pasien unuk membuka tangannya
(telapak tangan di atas) dan pemeriksaan di lepaskan tekanan
dari satu arteri dan mengobservasi aliran darah ke tangan.
Prosedur ini di ulangi untuk arteri lainnya. Uji ini mendeteksi
insufisiensi arteri radialis dan ulnalis.
3) Angiografi (visualisasi radiografik dan pembuluh darah dengan
mengunakan zat warna radiopak) memperlihatkan tidak adanya
ateroma/arterosklerosis,dan area sumbatan arteri dengan
pembuluh darah kolateral “alat pembuka botol”.
4) Uji ABI (Ankle Brachial Index)
Tekanan darah sistolik diperiksa dsn di catat untuk masing-
masing lengan dan Doppler-genggam digunakan untuk
mengukur tekanan sistolik pada masing-masing pergelangan
kaki (dua bacaan per kaki,pada aspek medial bagian dalam dan
aspek lateral bagian luar). Indeks (rasio) dihitung dengan
membagi tekanan sistolik paling tinggi pergelangan kaki setiap
kaki dengan tekanan lengan tertinggi. Penyakit vascular yang
menimbulkan penyempitan ateri dan dan aliran darah terbatas
akan menyebabkan tekanan sistolik pergelangan kaki lebih
rendah dari pada tekanan brakial. Rasio (indeks) akan 1,0 untuk
pembuluh darah perifer yang sehat dan normal,yang berate
bahwa tekanan lengan dan pergelanan kaki sama dengan aliran
darah pergelangan kaki tanpa batas. Semakin rendah
indeks,semakin dikit darah yang mengalir melalui pembuluh
darah tersebut, yang menunjukkan insufisiensi pembuluh darah
yang lebih besar.
5) Uji aliran CW (continous wave) Doppler memungkinkan
pemeriksaan untuk mendengar aliran darah yang melalui
pembuluh darah.
6) Uji latihan pada treadmill mendeteksi nyeri kram ketika
berjalan.
7) Pada ultrasonografi dupleks,kekentalan aliran darah diukur
mengunakan teknik aliran warna untuk mengevaluasi aliran ke
pembuluh darah yang jauh.
2. Penyakit Buerger (Buerger’s Disease)

a. Pengertian

Cheryl,L.etal. (2009) mendefnisikan penyakit Buerger sebagai


peradangan nonatherosklerotik, keadaan bendungan yang
menganggu sirkulasi pada kaki dan tangan, menyebabkan lesi
segmental dan pembentukan thrombus pada arteri kecil dan sedang,
kadang-kadang pada vena. Penyakit ini mempunyai insiden
terbanyak pada laki-laki muda dengan riwayat pengguna tembakau.

Penyakit Buerger (Tromboangitis obliterans) adalah


penyumbatan pada arteri dan vena yang berukuran kecil sampai
sedang, akibat peradangan yang dipicu oleh merokok. Berdasarkan
studi cohort, pria perokok sigaret berusia 20-40 tahun lebih banyak
yang menderita penyakit Buerger dibandingkan dengan siapapun.

Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah


suatu penyakit vaskulitis dari pembuluh darah yang paling sering
ditemukan pada perokok pria yang berusia pertengahan. Sering
ditemukan feblitis superficial rekurens, sedangkan vena-vena dalam
jarang terkena. Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat
segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.

Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang


mengawali terjadinya obstruksi pada pembuluh darah tangan dan
kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian
yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi
aliran darah ke jaringan.

b. Etiologi
Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor
familial serta tidak ada hubungannya dengan penyakit Diabetes
Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat karena
kemungkinan adanya reaksi hipersensitifitas terhadap nikotin yang
kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia
sekolah. Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan
pada penyakit ini.Walaupun penyebab penyakit Buerger belum
diketahui, suatu hubungan yang erat dengan penggunaan tembakau
tidak dapat disangkal. Penggunaan maupun dampak dari tembakau
berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya penyakit
tersebut. Hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya,
Tromboangitis Obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi
genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung. Sebagian besar
peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis
yang dimediasi sistem imun. Selain penyakit sistem imun diduga ada
hubungan dengan penyakit Raynauld

c. Klasifikasi

1) Sumbatan arteri trombotik


a) Arteri yang sakit
- ASO
- TAO
- Arteritides
a) Arteri normal
- Keadaan hiperkoagulasi
 Kelainan mielopro literatif
 Penyakit usus ulseratif
 Trombosis arteri sederhana idiopatik
- Trauma kontusio atau rusaknya arteri yang parah
- Diseksi aorta
2) Sumbatan arteri embolik
a) Arteri besar, sedang, dan kecil bisa disumbat oleh emboli
yang muncul dari :
- Jantung

 Penyakit jantung reumatik.


 IMA

 Payah jantung dari semua sebab.

 Endokardtis infeksiosa.

 Miksoma artirum kiri.

- Arteri kecil dan arteriola bisa disumbat oleh debris


ateromatosa dari plak ateromatosa proksmal atau
trombus mural dalam aneursma arteri (embolisasi
ateromatosa atau kolesterol)
3) Jenis lain dari siumbatan arteri akut:
a) Spasme arteri, sekunder terhadap:
- Ergotisme
- DOB (4 bromo-2,5dimetoksiamfetamin), obat
”jalanan”
- Trauma tumpul
- Suntikan intra arteri
b) Benda asing
- Kawat pembimbing dan kateter.
- Embolisme bullient

d. Patofisiologi
Mekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum
jelas, tetapi beberapa penelitian telah mengindikasikan suatu
implikasi fenomena imunologi yang mengawali tidak berfungsinya
pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien dengan
penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas pada injeksi
intradermal ekstrak tembakau, mengalami peningkatan sel yang
sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum
titer anti endothelial antibody sel , dan merusak endothel terikat
vasorelaksasi pembuluh darah perifer. Meningkatkan prevalensi dari
HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien ini,
yang diduga secara genetic memiliki penyakit ini.
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior),
akan terjadi perubahan patologis :

1) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis

2) tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka


terjadi destruksi tulang yang berkembang menjadi osteomyelitis

3) terjadi kontraktur dan atrofi

4) kulit menjadi atrofi

5) fibrosis perineural dan perivascular

6) ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari.

e. Tanda dan Gejala


1) Rasa Nyeri
a) Klaukadikasio intermiten, yaitu bila pasien jalan, pada jarak
tertentu akan merasa nyeri pada ekstremitas, dan setelah
istirahat sebentar dapat berjalan lagi. Gejala tersebut
biasanya progresif.
b) Nyeri spontan berupa rasa nyeri yang hebat pada jari dan
daerah sekitarnya, lebih hebat pada waktu malam. Biasanya
merupakan tanda awal akan terjadinya ulserasi dan
gangren.Rasa nyeri ini lebih hebat bila ekstremitas
ditinggikan dan berkurang bila direndahkan.
c) Bila terjadi osteoporosis kaki akan sakit bila diinjakkan.
Karena saraf juga terganggu, akan ada perasaan
hipererestesia.
2) Pulsasi arteri pada arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior
biasanya menghilang.
3) Terjadi perubahan warna pada jari - jari yang terkena menjadi
merah, normal, atau sianotik, tergantung dari lanjutnya penyakit.

4) Suhu kulit pada daerah yang terkena akan lebih rendah pada
palpasi.

5) Ulserasi dan gangren, sering terjadi spontan atau karena


mikrotrauma. Gangren biasanya unilateral dan terdapat pada
ujung jari.

6) Tromboflebitis superfisial biasanya mengenai vena kecil dan


sedang.

f. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto Rontgen anggota gerak untuk melihat :

a) Tanda – tanda osteoporosis tulang – tulang.

b) Tanda – tanda klasifikasi arteri

2) Arteriografi
Ciri khas dari gambaran arteriografi pada tromboangitis
obliterans yaitu bersifat segmental, artinya sumbatan terdapat
pada beberapa tempat, tapi segmen diantara tempat yang
tersumbat itu normal. Pada kasus lanjut, biasanya terjadi
kolateralisasi.

3) Pemeriksaan Doppler

Dapat membantu mengetahui kecepatan aliran darah dalam


pembuluh.Metode penggambaran secara modern, seperti
computerize tomography (CT) dan Magnetic resonance imaging
(MRI) Pada pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai
Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk
mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan kaki.
4) Angiografi

Angiography adalah pencitraan pembuluh darah


menggunakan air-larut ionik atau nonionik media yang kontras
sinar X disuntikkan ke dalam aliran darah arteri (arteriografi)
atau pembuluh darah (venography). Untuk pembuluh getah
bening, media kontras digunakan berminyak.

Angiografi berfungsi untuk menyelidiki keadaan normal


dan patologis dari sistem kapal penyempitan dan obstruksi
lumen terutama atau pelebaran aneurismal.

g. Penatalaksanaan
1) Tindakan untuk menghentikan progresifitas penyakit, antara lain
pasien mutlak harus berhenti merokok.
2) Tindakan untuk menimbulkan vasodilatasi:

a) Simpatektomi lumbal, yaitu dengan mengangkat 2-3 buah


ganglion simpatik LI dan LIII (LI – LIV).Tindakan ini
masih kontroversi.

b) Mencegah vasokontriksi dengan menjaga suhu.

3) Bagian kepala dari tempat tidur dapat ditinggikan 15-20 cm


diatas balok, sehingga gaya gravitasi membantu mengalirkan
darah menuju arteri-arteri.
4) Tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada klaudikasio
intermiten ialah dengan jangan banyak jalan.
5) Pencegahan dan pengobatan terhadap ulserasi/ gangren dengan
cara:

a) Mencegah trauma /infeksi penting untuk memelihara


kebersihan kaki.
b) Direndam dengan larutan permanganat kallikus 1/5000
selama 20 menit setiap hari.

c) Antibiotik.

6) Pengobatan spesifik.
Dari pengobatan spesifik yang telah ditemukan belum ada
yang diterima secara luas, walaupun antikoagulan, dekstran,
fenilbutazon, piridinolkarbanat, inositol niasinat dan steroid
direkomendasikan. Lebih baru lagi dikatakan terapi dengan
prostaglandin (PGA1 ) dan defibrotide sama baiknya dengan zat
pencegah agregasi platelete.
Iskemia tangan yang berat akibat trombosis akut pada
tromboangitis obliterans, secara dramatis membaik dengan infus
Urokinase intra arteri yang dilanjutkan dengan angioplasty
dengan kateter balon. Pada pembuluh darah kecil dan pemberian
antikoagulasi.
7) Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-
luka ektremis untuk menghindari infeksi
8) Penderita dengan gangren, luka-luka atau nyeri ketika
beristirahat, perlu menjalani tirah baring.
9) Penderita harus melindungi kakinya dengan pembalut yang
memiliki bantalan tumit atau dengan sepatu boot yang terbuat
dari karet.
10) Penderita juga harus menghindari:
a) Pemaparan terhadap dingin
b) Cedera karena panas, dingin atau bahan (seperti iodine atau
asam) yang digunakan untuk mengobati kutil dan kapalan
c) Cedera karena sepatu yang longgar/sempit atau
pembedahan minor
d) Infeksi jamur
e) Obat-obat yang dapat mempersempit pembuluh darah.
h. Komplikasi
Adapun komplikasi yang diakibatkan oleh tromboangitis :
1) Amputasi
2) Gangrene (kematian jaringan)
3) Kehilangan sirkulasi luar ekstremitas yang terkena ketika ke
kontak profesionalmedis
4) Hypertensi
5) Stroke (untung masih baru stoke ringan)
6) Osteoporisis ( tulang keropos)
7) Atropi (penyusutan jaringan)
8) Pertumbuhan kuku terhambat dan menjadi rusak.
9) muntah dan berak darah akibat selalu mengkonsumsi obat
penahan sakit dan obat pengencer darah (aspilet)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Penyakit Raynaud

a. Pengkajian
a. Biodata
Merupakan data dasar yang berkaitan dengan identitas klien
yang terdiri atas:
a) Klien, meliputi:
- Nama,
- Umur, penyakit Raynaud biasanya terjadi pada usia di
bawah 30 tahun
- Jenis kelamin, penyakit Raynaud lebih sering diderita
oleh wanita
- Suku bangsa,
- Agama,
- Pendidikan,
- Pekerjaan,
- Status,
- Alamat.
b) Penanggung jawab, meliputi:
- Nama,
- Umur,
- Agama,
- Pendidikan,
- Pekerjaan,
- Hubungan,
- Sumber biaya
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada saat
dilakukan pengkajian. Misalnya nyeri, kesemutan, mati rasa, dan
gejala-gejala lainnya yang berhubungan dengan penyakit
Raynaud.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami secara lebih
rinci. Contoh: Keluhan nyeri, meliputi:
a) P : Hal-hal yang memperparah dan meringankan nyeri,
b) Q : Karakteristik nyeri yang dirasakan, biasanya seperti
ditusuk-tusuk, seperti ditimpa benda yang berat, seperti
diremas-remas dan sebagainya.
c) R : Daerah dimana nyeri tersebut dirasakan. Apakah nyeri
tersebut menyebar ke daerah lain.
d) S : Apakah nyeri yang dirasakan mengganggu aktivitas
sehari-hari klien.
e) T : Terjadi saat aktivitas dan istirahat, waktu dan durasi
nyeri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Menjelaskan penyakit yang diderita sebelumnya,
kemungkinan hipertensi, riwayat coronary heart disease,
penyakit pembuluh darah perifer, hiperlipidemia, diabetes, obat-
obatan yang sedang dikonsumsi, dan lain sebagainya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menjelaskan tentang penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga terdahulu yang berhubungan dengan penyakit
Raynaud.
f. Riwayat Psikososial
Menjelaskan tentang keadaan psikososial klien. Yaitu hati-
hati, gelisah, fokus pada diri. stres dan reaksi emosi kuat
(pencetus).
g. Kegiatan Sehari-hari
Menjelaskan tentang riwayat merokok, kebiasaan diet dan
kebiasaan aktivitas sehari-hari.

h. Review Sistem
a) Sistem Pernafasan (B1 : Breathing)
Nafas tidak efektif karena penurunan suplai oksigen dalam
darah.
b) Sistem Kardiovaskuler (B2 : Bleeding)
Hipertensi dapat mempengaruhi nadi : radial dan ulnar
dapat normal (dini) atau tidak ada (lanjut).
c) Sistem Persarafan (B3 : Brain)
Kebas jari, parestesia, dan sakit kepala berulang
(vasospasme/ efek hormonal), hilangnya koordinasi
motorik, nyeri berdenyut selama fase kemerahn perubahan
warna (vasodilatasi).
d) Sistem Pencernaan - Eliminasi Alvi (B4 : Bowel)
Tidak ada gangguan
e) Tulang-Otot-Intregumen (B6 : Bone) : kelemahan umum
pada ekstremitas khususnya bagian perifer; warna kulit jari/
bagian yang sakit (tergantung pada fase waktu observasi)
tampak putih pucat, kemudian sianotik, kemudian
hiperemik (merah); ulserasi dan/ atau area gangren (jarang);
sensitif terhadap tekanan bagian yang sakit; lesi/ area
gangren pada ujung jari dari ukuran peniti sampai seluruh
jari (sangat luas).
b. Analisa Data

No. Analisa Data Etiologi Manifestasi Klinis


1. Ds. Spasme pada arteri Nyeri akut/ kronis
Pasien mengatakan
secara verbal atau
Iskemik jaringan
melaporkan dengan
isyarat tentang
nyerinya. nyeri
Do.
- Perubahan nadi.
- Menarik nafas
panjang.

2. Ds. Gangguan citra tubuh


Adanya spasme
Pasien pada arteri
mengungkapkan
perasaan negatif
tentang tubuh. Gangguan perfussi
jaringan perifer
Do.
- Perubahan aktual
Penurunan pasokan
tubuh. O2 dan nutrisi ke
- Trauma pada jaringan
keadaan tubuh
yang tidak
berfungsi.
Sianosis
- Menutupi atau
terlalu
memperlihatkan Gangguan citra
bagian tubuh (dg tubuh
sengaja atau tidak
sengaja)
3. Ds. perubahan sensasi Adanya spasme
Ketidakefektifan perfusi
pada arteri jaringan perifer
Do.
- Perubahan tekanan
darah pada
ekstremitas. Ketidakefektifan
- Perubahan warna perfusi jaringan
kulit perifer
- Perubahan suhu
kulit.
4. Ds. Risiko Infeksi
Penurunan pasokan
Do. O2 dan nutrisi ke
jaringan

Jika terdapat luka

Penyembuhan luka
menjadi lama

Risiko Infeksi

c. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan iskemia jaringan
ditandai dengan :
Ds. : Pasien mengatakan secara verbal atau melaporkan dengan
isyarat tentang nyerinya.
Do. : Perubahan nadi, nafas panjang.
2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan trauma atau cedera
ditandai dengan:
Ds. : Pasien mengungkapkan perasaan negatif tentang tubuh.
Do. :
- Perubahan aktual tubuh.
- Trauma pada keadaan tubuh yang tidak berfungsi.
- Menutupi atau terlalu memperlihatkan bagian tubuh (dg
sengaja atau tidak sengaja)
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan
gangguan aliran arteri ditandai dengan:
Ds. : perubahan sensasi
Do. :
- Perubahan tekanan darah pada ekstremitas.
- Perubahan warna kulit
- Perubahan suhu kulit.
4) Resiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer
yang tidak adekuat, yaitu integritas kulit yang tidak utuh.
d. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa
Keperawatan

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1. Gangguan citra tubuh Definisi : Intervensi prioritas NIC


b.d trauma atau cidera Konfusi pada gambaran mental dari fisik diri Peningkatan Citra Tubuh : Meningkatkan
seseorang. persepsi sadar dan tak sadar pasien serta sikap
terhadap tubuh pasien.
 Gangguan citra tubuh berkurang yang ditunjukkan
dengan citra tubuh yang positif, penyesuaian Aktivitas Keperawatan
psikososial substansial : perubahan kehidupan, dan Pengkajian
harga diri yang positif 1. kaji dan dokumentasikan respons verbal dan
nonverbal pasien tentang tubuh pasien.
Contoh lain
 mengidentifikasi kekuatan personal Aktivitas Kolaboratif
 pengakuan terhadap dampak dari situasi pada 1. Rujuk kepada layanan sosial untuk
hubungan antara keberadaan personal dan gaya merencanakan perawatan dengan
hidup; pasien/keluarga.
 pengakuan terhadap perubahan aktual pada 2. Tawarkan untuk melakukan panggilan pada
penampilan tubuh; sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk
 menggambarkan perubahan aktual pada fungsi pasien/keluarga.
tubuh;
 mengungkapkan keinginan untuk menggunakan Aktivitas Lain
sumber yang disarankan setelah keluar dari rumah 1. dengarkan pasien/keluarga secara aktif dan
akui realitas adanya perhatian terhadap
sakit; perawatan, kemajuan dan prognosis.
 memelihara hubungan sosial yang dekat dan 2. beri dorongan kepada pasien/keluarga untuk
hubungan personal. mengungkapkan perasaan dan untuk berduka.
3. bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
mekanisme koping dan kekuatan personal dan
pengakuan keterbatasan.
4. berikan perawatan dengan cara tidak
menghakimi, pelihara privasi dan martabat
pasien.
5. beri dorongan kepada pasien untuk :
pertahankan kebiasaan berpakaian sehari-hari
yang rutin dilakukan;
mengungkapkan perhatian tentang hubungan
personal yang dekat;
mengungkapkan konsekuensi perubahan fisik
dan emosional yang dapat memengaruhi
konsep diri.

Peningkatan Citra Tubuh (NIC) :


1. fasilitas kontak dengan individu sebagai suatu
mekanisme untuk mengevaluasi persepsi citra
tubuh klien;
2. gunakan lukisan gambaran diri sebagai
mekanisme untuk mengevaluasi persepsi citra
tubuh klien;
3. instruksikan klien tentang fungsi dari
bermacam bagian tubuh, sesuai dengan
kebutuhan.
2. Nyeri akut/ kronis Definisi : Intervensi Prioritas NIC
berhubungan dengan Pengalaman sensori dan emosi yang tidak Pemberian Analgesik : penggunaan agens-agens
iskemia jaringan menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan farmakologi untuk mengurangi atau
aktual, potensial atau digambarkan dalam istilah menghilangkan nyeri.
seperti kerusakan (International Association for the Penatalaksanaan Nyeri : meringankan atau
study of pain). mengurangi nyeri sampai pada tingkat
kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
Hasil Yang Disarankan NOC Bantuan analgesia yang dikendalika oleh
Tingkat kenyamanan : Perasaan senang secara fisik pasien (patient-controlled analgesia[PCA]) :
dan psikologis. memudahkan pengendalian pasien dalam
Perilaku Mengendalikan Nyeri : tindakan seseorang pemberian dan pengaturan analgesik.
untuk mengendalikan nyeri
Nyeri : Efek Merusak : efek merusak dari nyeri Aktivitas Keperawatan
terhadap emosi dan perilaku dan yang diamati atau  kaji dan dokumentasikan efek-efek
dilaporkan penggunaan pengobatan jangka panjang.
Tingkat Nyeri : jumlah nyeri yang dilaporkan atau  penatalaksanaan nyeri (NIC) :
ditunjukkan. pantau kepuasan pasien dengan
penatalaksanaan nyeri pada interval yang
1. menunjukkan nyeri : efek merusak, dibuktikan spesifik;
dengan indikator berikut (sebutkan nilainya 1-5 : tentukan dampak pengalaman nyeri pada
ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada). kualitas hidup (misalnya, tidur, nafsu makan,
 penurunan penampilan peran atau hubungan aktivitas, kognisi, mood, hubungan, kinerja,
interpersonal; dan tanggungjawab peran).
 gangguan kerja, kepuasan hidup atau
kemampuan untuk mengendalikan; Pendidikan Untuk Pasien dan Keluarga
 penurunan konsentrasi;  bicarakan pada pasien bahwa pengurangan
 tidur terganggu; nyeri secara total tidak akan dapat dicapai.
 penurunan nafsu makan atau kesulitan makan.
2. Menunjukkan Tingkat Nyeri, dibuktikan dengan Aktivitas Kolaboratif
indikator berikut ini (sebutkan nilainya 1-5:  adakah pertemuan perencanaan asuhan
ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada). perawatan pasien secara multidisiplin.
 tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau  Penatalaksanaan Nyeri (NIC) :
pada wajah. Pertimbangkan rujukan untuk pasien, keluarga,
 tidak ada posisi tubuh melindungi. dan orang yangpenting bagi pasien pada
 tidak ada kegelisahan atau ketegangan otot. kelompok pendukung atau sumber-sumber
 tidak ada kehilangan nafsu makan. lain, bila memungkinkan.
 frekuensi nyeri dan lamannya episode nyeri
dilaporkan menengah atau ringan. Aktivitas Lain
 tawarkan tindakan pengurangan nyeri untuk
Contoh lain membantu pengobatan nyeri (misalnya, umpan
 menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara balik biologis, teknik relaksasi, dan masase
alternatif untuk mengurangi nyeri; punggung).
 tingkat nyeri pasien dipertahankan pada__atau  bantu pasien dalam mengidentifikasi tingkat
kurang (pada skala 0-10); nyeri yang beralasan dan dapat diterima.
 melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis;  Penatalaksanaan Nyeri (NIC) :
 mengenali faktor-faktor yang meningkatkan dan Tingkatkan istirahat/tidur yang adekuat untuk
melakukan tindakan pencegahan nyeri; memfasilitasi pengurangan nyeri;
 menggunakan alat pengurang nyeri analgesik dan Berikan pengobatan sebelum aktivitas untuk
nonanalgesik secara tepat. meningkatkan partisipasi, tetapi evaluasi
bahaya sedasi.
3. Ketidakefektifan Definisi : Intervensi Prioritas NIC
perfusi jaringan Suatu penurunan oksigen yang mengakibatkan Perawatan Sirkulasi : peningkatan sirkulasi
berhubungan dengan kegagalan untuk memelihara jaringan pada tingkat arteri dan vena
gangguan aliran arteri kapiler. Pemantauan Tekanan Intrakranial (TIK) :
pengukuran dan interpretasi data pasien untuk
mengatur tekanan intrakranial
Hasil Yang Disarankan NOC : CATATAN : diagnosis keperawatan ini langsung
Keseimbangan cairan : keseimbangan air dalam memperhatikan hanya pada perfusi jaringan
ruang interselular dan ekstra selular tubuh. perifer.
Fungsi Otot : keadekuatan kontraksi otot untuk Pemantauan Neurologis : pengumpulan dan
pergerakan. analisis data pasien untuk mencegah atau
Integritas Jaringan : Kulit Dam Membran Mukosa meminimalkan komplikasi neurologi.
: keutuhan struktur dan fungsi normal fisiologis kulit Penatalaksanaan Sensasi Perifer : pencegahan,
dan membran mukosa. minimalkan cedera, atau rasa tidak nyaman pada
Perfusi jaringan perifer : tingkat pengaliran darah pasien dengan perubahan sensasi.
melalui pembuluh kecil ekstremitas dan memelihara
fungsi jaringan. Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
 menunjukkan Keseimbangan Cairan, ditandai  Perawatan Sirkulasi (NIC) :
dengan indikator sebagai berikut (sebutkan nilainya Melakukan sirkulasi perifer secara
1-5 : ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak komprehensif (misalnya, periksa nadi perifer,
terganggu). edema, pengisian kapiler, warna, dan suhu
Tekanan darah dalam rentang yang diharapkan ekstremitas);
Nadi perifer teraba Kaji tingkat rasa tidak nyaman atau nyeri;
Edema perifer tidak ada Pantau status cairan, meliputi asupan, dan
Hidrasi kulit haluaran.
 menunjukkan Integritas Jaringan : Kulit dan  Penatalaksanaan Sensasi Perifer (NIC) :
Membran Mukosa, ditandai dengan indikator pantau perbedaan ketajaman/tumpul dan
sebagai berikut (sebutkan nilainya 1-5 : ekstrem, panas/dingin [perifer];
berat, sedang, ringan, atau tidak terganggu). pantau parestesia : kebas, kesemutan,
Denyut proksimal dan perifer distal kuat dan simetris hiperestia, dan hipoestia;
Tingkat sensasi normal pantau tromboflebitis dan trombosis vena
Fungsi otot utuh profunda;
Kulit utuh, warna normal pantau ketepatan alat-alat brace, prostetis,
Suhu ekstremitas hangat sepatu, dan baju;
Tidak ada nyeri ekstremis yang terlokalisasi pantau posisi bagian tubuh saat mandi, duduk,
berbaring atau mengubah posisi;
Contoh Lain periksa kulit setiap haridari adanya perubahan
 dapat menggambarkan rencana untuk perawatan di intreitas kulit.
rumah
Pendidikan untuk pasien/keluarga
 menghindari suhu yang ekstrem pada
ekstremitas;
 pentingnya mematuhi diet dan program
pengobatan;
 melaporkan tanda dan gejala yang mungkin
membutuhkan pemberitahuan dari dokter.
 perawatan sirkulasi (NIC) :
berikan perawatan kaki yang tepat;
pentingnya pencegahan stasis vena (misalnya,
tidak menyilangkan kaki, meninggikan kaki
tanpa menekuk lutut, dan latihan).

Aktivitas kolaboratif
 memberikan pengobatan nyeri. melaporkan
kepada dokter jika nyeri tidak dapat
dihilangkan.
 perawatan sirkulasi (NIC) : memberikan
pengobatan antitrombosit atau antikoagulan,
jika diperlukan.

Aktivitas Lain
 hindari trauma kimia, mekanik atau panas yang
melibatkan, ekstremitas.
 mengurangi merokok dan menggunakan
stimulus.
 Perwatan Sirkulasi (NIC) :
Rendahkan ekstremitas untuk meningkatkan
sirkulasi arteri dengan tepat;
Gunakan stoking antiemboli (misalnya, stoking
elastik atau pneumatik), jika diperlukan;
Tinggikan anggota badan yang terkena 20
derajat atau lebih tinggi dari jantung untuk
meningkatkan aliran darah balik vena, jika
diperlukan;
Anjurkan latihan rentang gerak aktif atau pasif
selama tirah baring, jika diperlukan;

 penatalaksanaan sensasi perifer (NIC) :


hindari atau dengan seksama pantau
penggunaan alat yang panas atau dingin,
seperti bantalan panas, botol berisi air panas,
dan kantung es;
Menempatkan ayunan di atas bagian tubuh
yang terkena, untuk menjaga kain tempat tidur
dari area yang terkena;
Diskusikan dan identifikasi penyebab dari
sensasi tidak normal atau perubahan sensasi.
4. Resiko infeksi b.d Definisi : suatu kondisi individu yang mengalami Intervensi Prioritas NIC :
berhubungan dengan peningkatan resiko terserang organisme patogenik. pemberian imunisasi/ vaksinasi :
pertahanan tubuh tujuan : pemberian imunisasi untuk mencegah penyakit
primer yang tidak - Faktor resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan menular.
adekuat oleh keadekuatan status imun pasien. pengendalian Infeksi : meminimalkan penularan
- Pasien menunjukkan pengendalian resiko dibuktikan agens infeksius.
oleh indikator berikut : perlindungan terhadap Infeksi : mencegah dan
1. Mendapatkan imunisasi yang tepat mendeteksi dini infeksi pada pasien yang beresiko.
2. Memantau faktor resiko lingkungan dan Intervensi :
perilaku seseorang pengkajian :
3. Menghindari pajanan terhadap ancaman - Pantau tanda atau gejala infeksi, misalnya suhu
kesehatan tubuh, denyut jantung, pembuangan, penampilan
4. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko. luka, sekresi,penampilan urine, suhu kulit,lesi
kriteria Hasil : kulit, keletihan, dan malaise.
- Status imun : keadekuatan alami yang didapat dan - Kaji fsktor ysng mrningkatkan serangan infeksi,
secara tepat ditujukan untuk menahan antigen- misalnya usia lanjut, tenggap imun rendah, dan
antigen internal mauoun eksternal. malnutrisi.
- Pengetahuan : pengendalian infeksi: tingkat - Pantau hasil laboratorium ( DPL, hitung
pemahaman mengenai pencegahan dan pengendalian granulosit absolut, hasil-hasil yang berbeda,
infeksi. protein serum,dan albumin).
- Pengendalian resiko: tindakan untuk - Amati penampilan praktik higiene pribadi untuk
menghilangkan atau mengurangi ancaman kesehatan perlindungan terhadap infeksi.
aktual, pribadi, serta dapat dimodifikasi. pendidikan untuk pasien atau keluarga
Deteksi resiko : tindakan yang dilakukan untuk - Jelaskan kepada pasien atau keluarga mengapa
mengidentifikasi ancaman kesehatan seseorang. sakit dan pengobatan meningkatkan resiko dan
infeksi.
- Instruksikan untuk menjaga higiene pribadi
untuk melindungi tubuh terhadap infeksi.
- Jelaskan efekdan keuntungan dari imunisasi.
- Berika pasien atau keluarga suatu metode untuk
mencatat imunisasi (misalnya, format buku
catatan harian)
- Ajarkan metode aman penanganan makanan atau
penyiapan atau penyimpanan.
- Pengendalian Infeksi NIC
1. Ajarkan pasien teknik mencucu tangan yang
benar.
2. Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci
tangan sewaktu masuk dan meninggalkan
ruang pasien.
3. Ajarkan kepada pasien dan keluarganya tanda
atau gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya ke pusat kesehatan.
aktivitas kolaboratif
- Rujuk pasien atau keluarga ke layanan sosial,
kelompok pendukung untuk membantu
pengolahan rumah, higiene, dan nutrisi.
- Ikuti petunjuk pelaporan terhadap infeksi yang
dicurigai dan atau budaya yang positif.
- Rujuk ke lembaga layanan sosial mengenai
pembiayaan imunisasi (misalnya, asuransidan
klinik depkes).
- Pengendalian infeksi NIC : berikan terapi
antibiotik, bila diperlukan.
Aktivitas lain
- Bantu pasien atau keluarga untuk
mengidentifikasi faktor di lingkungan mereka,
gaya hidup, dan praktik kesehatan yang
meningkatkan resiko infeksi.
- Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang
dengan tidak menugaskan perawat yang sama
untuk setiap pasien infeksi dan memisahkan
pasien infeksi dalam kamar yang berbeda.
- Pengendalian infeksi NIC :
1. bersihkan lingkungan dengan benar setelah
dipergunakan pasien,
2. pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan
3. terapkan kewaspadaan universal
batasi jumlah pengunjung, bila diperlukan,
e. Implementasi

No. Hari/ Tgl./ Jam Jenis Tindakan Paraf


1. TTV

2. Mencatat karakteristik nyeri

3. Merendam area yang sakit


pada air hangat.

4. Memberi ruangan hangat


dan bebas aliran udara.

5. Memberikan analgesik

6. Memantau efek obat

7. Observasi warna kulit


bagian yang sakit.

8. TTV

9. Menanyakan sensasi bagian


yang sakit.

10. Mengakji kulit untuk


ulserasi, lesi, area gangren.

11. Memberikan nutrisi dan


vitamin.
f. Evaluasi
Subjektif : Berisi tentang bagaimana yang dirasakan pasien
setelah diberikan tindakan. Meliputi pasien menyatakan penurunan
rasa nyeri, (Marilynn E. Doenges, 2002)
Objektif : ulserasi dan lesi kembali ke warna normal, tekanan
darah normal,
Assesment : ttv normal,
Planning : menyatakan tentang program yang akan dilakukan
setelah dilakukannya implementasi, jika implementasi berhasil maka
tindakan tindakan dihentikan. Tetapi jika belum berhasil semua atau
sebagian, maka tindakan dapat dilanjutkan, dimodifikasi, dihentikan.

2. Penyakit Buerger (Buerger’s Disease)

Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang


melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Canpernito, 2000,2).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses
terapeutik tersebut yaitu proses keperawatan. Proses keperewatan dipakai
untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara
sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, dimana
keempat komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu :
pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang membentuk
suatu mata rantai (Budianna Keliat, 1994,2).

a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama,
umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan,
suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien.

2) Riwayat Keperawatan

a) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang
mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke
rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan buerger
syndrome (Tromboangitis obliterans) adalah Gejala
(symptom) yang paling sering dan utama adalah nyeri yang
bermacam-macam tingkatnya. Nyerinya bertambah pada
waktu malam dan keadaan dingin, dan akan berkurang bila
ekstremitas dalam keadaan tergantung. Serangan nyeri juga
dapat bersifat paroksimal dan sering mirip dengan
gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan lebih lanjut,
ketika telah ada tukak atau gangren, maka nyeri sangat
hebat dan menetap.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan buerger syndrome biasanya akan diawali
dengan adanya tanda-tanda seperti rasa nyeri. Jika terpapar
suhu rendah, kaki bawah awalnya dingin, sianotik dan mati
rasa, kemudian menjadi merah, panas, dan kesemutan. Perlu
juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

c) Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita


penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung,
trauma, dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
d) Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang


menderita penyakit-penyakit menurun atau menular.

e) Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya,


bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku
pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.

3) Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan

a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit


mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi
kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat
kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-
obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.

b) Pola nutrisi dan metabolisme

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita


perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan
untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu
ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan
selama MRS pasien dengan.

c) Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan


mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi sebelumdan sesudah
MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien
akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan
konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus
degestivus.

d) Pola aktivitas dan latihan

Akibat nyeri pada ekstermitas atau daerah daerah yang


terserang mengakibatkan terganggunya aktifitas klien.

e) Pola hubungan dan peran

Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan


mengalami perubahan peran, misalkan pasien seorang ibu
rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya
sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya,
mengurus suaminya. Disamping itu, peran pasien di
masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu
mempengaruhi hubungan interpersonal pasien.

f) Pola persepsi dan konsep diri

Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien


yang tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, nyeri dan jika
sudah parah akan terdapat ganggreng dan ulkus. Sebagai
seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa
penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan.
Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran
positif terhadap dirinya.

4) pemeriksaan fisik

a) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,


tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
b) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah


pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging,
adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal,
ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
c) Sistem integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna


kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah
sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar
luka, tekstur rambut dan kuku.

d) Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada


penderita DM mudah terjadi infeksi.
e) Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau


berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis.
f) Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,


konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas.
g) Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas


atau sakit saat berkemih.
h) Sistem musculoskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn


tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren
di ekstrimitas.
i) Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,


letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental,
disorientasi.

5) Pemeriksaan laboratorium

Saat ini belum ada pemeriksaan laboratorium khusus untuk


mendiagnosis penyakit Buerger. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk membantu diagnosis adalah sebagai berikut;

a) Darah lengkap, hitung platelet

b) Tes fungsi hati

c) Tes fungsi ginjal dan urinalisis

d) Gula darah puasa untuk menyingkirkan diabetes mellitus

e) Profi l lipid

f) Tes Venereal Disease Research Laboratory(VDRL)

g) Penapisan autoimun

- Laju sedimentasi eritrosit (ESR Westergren).


Pada penyakit Buerger biasanya normal.
- Faktor reumatoid (RF).
Pada penyakit Buerger biasanya normal.
- Antibodi antinuklear (ANA)
Pada penyakit Buerger normal.
- Antibodi antisentromer merupakan petanda
serologis untuk sindrom CREST dan Scl 70
(penanda serologis untuk skleroderma).

h) Penapisan keadaan hiperkoagulasi:

- Kadar protein C, protein S, dan antitrombin

b. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan
dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data
dibedakan atas data subyektif dan data obyektif dan berpedoman
pada teori Abraham Maslow yang terdiri dari :
1) Kebutuhan dasar atau fisiologis
2) Kebutuhan rasa aman
3) Kebutuhan cinta dan kasih sayang
4) Kebutuhan harga diri
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat
diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan
penyebab, yang dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa
keperawatan meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.

c. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/
masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan kemungkinan dan
membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah
tersebut.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
Syndrome Buerger antara lain :
1) Nyeri berhubungan dengan adanya sumbatan debris ateromatosa
ditandai dengan
DS: klien mengeluh nyeri pada kaki bagian kiri/kanan dengan
skala 1-10.
DO: wajah klien tampak meringis
2) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
sirkulasi darah ditandai dengan
DS: klien mengeluh lukanya sulit sembuh
DO: terdapat adanya luka pada kaki bagian kiri dan tampak
kebiruan
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan adanya nyeri ditandai
dengan
DS: klien mengeluh nyeri jika berjalan terlalu lama
DO: klien tampak kesulitan dalam berjalan

d. Rencana Asuhan Keperawatan (INTERVENSI)


Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi
dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi,
menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan penderita.
Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi
penentuan prioritas, diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan
tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan
aktivitas keperawatan.
No DX Tujuan Intervensi Rasional
1. I Umum : Ø Kaji karakteristik
Untuk
Setelah dilakukan nyeri dan integritas
mengidentifikasi
tindakan nyeri dengan skala
dalam pemberian
keperawatan 1-10 intervensi dan
selama 3x24 jam, pengawasan
diharapkan nyeri keefktifan obat.
klien berkurang. Pantau tanda-tand Mengidentifikasi
vital keadaan umum klien,
Khusus : jika terjadi perubahan
- skala nyeriØ TTV merupakan
berkurang salah satu indikator
- klien tidak lagi nyeri.
tampak meringis Kolaborasi dengan
pemberian obat Menanggulangi rasa
antipiretik. nyeri klien.
Jelaskan pada
pasien tentang pemahaman pasien
sebab-sebab tentang penyebab
timbulnya nyeri. nyeri yang terjadi
akan mengurangi
ketegangan pasien
dan memudahkan
pasien untuk diajak
Ciptakan bekerjasama dalam
lingkungan yang melakukan tindakan
tenang.
Rangasanga yang
berlebihan dari
Ajarkan teknik lingkungan akan
distraksi dan memperberat rasa
relaksasi. nyeri

Teknik distraksi dan


Atur posisi pasien relaksasi dapat
senyaman mungkin mengurangi rasa
sesuai keinginan nyeri yang dirasakan
pasien. pasien

Posisi yang nyaman


akan membantu
memberikan
kesempatan pada otot
untuk relaksasi
seoptimal mungkin
2. II Umum : Kaji karakteristik Menentukan lokasi
Setelah dilakukan luka dan kerusakan integritas
tindakan penyebarannya. jaringan.
keperawatan Membantu
selama 3x24 jam Bersihkan area luka mengurangi resiko
diharapkan luka dan menutup area infeksi
klien bisa lebih luka serta
membaik. mengganti balutan
setiap hari.
Khusus : Memperrmudah
- warna menjadi Tempatkan kaki aliran darah ke
normal klien dalam ekstremitas.
- tidak ada keadaan
penyebaran luka menggantung
Memberi
Ajarkan klien pengetahuan kepada
merawat luka yang klien tentang
efektif. pentingnya perawatan
luka.
3. III Umum : Ajarkan klien Meningkatkan suplai
Setelah dilakukan teknik relaksasi. oksigen ke jaringan
tindakan sehingga nyeri
keperawatan berkurang.
selama 3x24 jam Ajarkan klien cara
diharapkan klien mengantisipasi Mencegah tterjadinya
dapat beraktifitas timbulnya nyeri. nyeri yang
seperti biasa menghalangi aktifitas.
Berikan obat
Khusus : antipiretik yang
- klien tidak efektif dengan Mengurangi rasa
tampak kesulitan kolaborasi dengan nyeri ketika
berjalan. tim medis lainnya melakukan aktifitas
- klien sudah tidak
mengeluh nyeri
saat berjalan.

e. Pelaksanaan (Implementasi)
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana
tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama
pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan
interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat
dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan
keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi,
dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah
dilakukan dan bagaimana respon pasien.

f. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.
Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah
dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh
mana tujuan tercapai:

1) Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu


atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
2) Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak
sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.

3) Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan


prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Yuli Reni. 2015. BUKU AJAR: Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler Aplikasi NIC Dan NOC. Jakarta: EGC
Baughman,Diane C.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC.
Deglin, Vallerand. 2005. Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta: EGC
Doengoes Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan dan Pedoman Untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta:
EGC
Ganiswarna. 1995. Farmakologi dan Terapi, Jakarta: FKUI
Hancock,Christin.1999.Kamus Keperawatan.Edisi 17. Jakarta : EGC
Hartanto,Huriawati.2009.Kamus saku mosby: kedokteran, keperawatan,
kesehatan. Edisi 4 .EGC
Internasional, Nanda. 2010. Diagnosis Keperawatan 2009- 2011. Jakarta : EGC
Jennifer P.Kowalak,William Welsh, Brenna Mayer.2001. Buku Ajar
Patofisiologi.Jakarta:EGC.
Kee, Hayes. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta: EGC
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. 2002. Jakarta :
Gramedia Pustaka Umum.
Tim Penerjemah EGC. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakata : EGC
Wilkinson, Judith M. 2016. DIAGNOSIS KEPERAWATAN: DIAGNOSIS
NANDA-I, INTERVENSI NIC, HASIL NOC, Ed. 10. Alih Bahasa, Esty
Wahyuningsih; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Wuri Praptiani. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai