Anda di halaman 1dari 19

KONSEP MEDIS

INFARK MIOKARD (MCI)

A. DEFENISI

Infark Miokard adalah penyumbatan sebagian atau lebih arteri koroner (dikenal
juga seranggan jantung), (Holloway, 2003).
Infark Miokard adalah rusaknya jaringan jantung akibat supllai darah yang tidak
adekuat sehingga aliran darah ke koroner berkurang. (Brunner & Sudarth, 2002)
Infark Miokard Akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena
sumbatan arteri koroner (Hudak & Gallo; 1997).
Infark miokardium disebabkan oleh penurunan aliran darah melalui satu atau
lebih arteri koroner, menyebabkan iskemik miokard dan nekrosis. (Doengus, 2005)
Infark Miokard (MCI) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi
pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan otot jantung
(miokardium) mati karena kekurangan oksigen.
Infark mioakard adalah suatu keadan ketidakseimbangan antara suplai &
kebutuhan oksigen miokard sehingga jaringan miokard mengalami kematian.
Kesimpulan Infark Miocard adalah proses rusaknya jaringan jantung karena
adanya penyempitan atau sumbatan pada arteri koroner sehingga suplai darah pada
jantung berkurang yang menimbulkan nyeri yang hebat pada dada.

Ada dua tipe dasar infark miokard akut:

 Transmural: yang berhubungan dengan aterosklerosis melibatkan arteri


koroner utama. Hal ini dapat subclassified ke anterior, posterior, atau lebih
rendah. infarcts Transmural memperpanjang melalui seluruh ketebalan otot
jantung dan biasanya akibat dari oklusi lengkap's suplai darah daerah tersebut.
 Subendocardial: melibatkan sejumlah kecil di dinding subendocardial dari
ventrikel kiri, septum ventrikel, atau otot papiler. infarcts Subendocardial
dianggap akibat dari suplai darah lokal menurun, mungkin dari penyempitan
arteri koroner. Daerah subendocardial terjauh dari's suplai darah jantung dan
lebih rentan terhadap jenis patologi.

Myocardial infarction (MI) atau infark miokard akut (AMI), umumnya dikenal
sebagai serangan jantung, adalah terhentinya suplai darah ke bagian dari jantung,
menyebabkan sel jantung mati.
Hal ini paling sering disebabkan oleh oklusi (penyumbatan) dari arteri koroner
setelah pecahnya plak aterosklerotik yang rentan, yang merupakan koleksi tidak stabil
dari lipid (asam lemak) dan sel-sel darah putih (terutama makrofag ) pada dinding
suatu arteri. Yang dihasilkan iskemia (pembatasan pasokan darah) dan kekurangan
oksigen, jika dibiarkan tidak diobati untuk jangka waktu yang cukup, dapat
menyebabkan kerusakan atau kematian (infark ) jaringan otot jantung ( miokardium ).

B. Penyebab

Serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri koroner
menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke suatu bagian dari
jantung. Jika terputusnya atau berkurangnya aliran darah ini berlangsung lebih dari
beberapa menit, maka jaringan jantung akan mati.

Kemampuan memompa jantung setelah suatu serangan jantung secara


langsung berhubungan dengan luas dan lokasi kerusakan jaringan (infark). Jika lebih
dari separuh jaringan jantung mengalami kerusakan, biasanya jantung tidak dapat
berfungsi dan kemungkinan terjadi kematian.

Bahkan walaupun kerusakannya tidak luas, jantung tidak mampu memompa


dengan baik, sehingga terjadi gagal jantung atau syok. Jantung yang mengalami
kerusakan bisa membesar, dan sebagian merupakan usaha jantung untuk
mengkompensasi kemampuan memompanya yang menurun (karena jantung yang
lebih besar akan berdenyut lebih kuat).

Jantung yang membesar juga merupakan gambaran dari kerusakan otot


jantungnya sendiri. Pembesaran jantung setelah suatu serangan jantung memberikan
prognosis yang lebih buruk. Penyebab lain dari serangan jantung adalah: Suatu
bekuan dari bagian jantungnya sendiri.

Kadang suatu bekuan (embolus) terbentuk di dalam jantung, lalu pecah dan
tersangkut di arteri koroner. Kejang pada arteri koroner yang menyebabkan
terhentinya aliran darah. Kejang ini bisa disebabkan oleh obat (seperti kokain) atau
karena merokok, tetapi kadang penyebabnya tidak diketahui.
C. Patofisiologi

Penumpukan lemak, karbohidrat


Dan komponen-komponen darah
Pada dinding intima

Penebalan dinding arteri koroner

kekakuan dinding arteri koroner

Suplai darah ke jantung menurun


Dalam waktu yang lama

Kerusakan jaringan jantung Disritmia

Iskhemik Miocard perubahan curah jantung

Akibat lanjut Potensial gang. Perfusi jaringan

Infark miocard

Nyeri Dada
D. Manifestasi Klinik

Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas,


ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan
(umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri
berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin.
Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri
sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat
dingin, berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan.

Walaupun IMA dapat merupakan manifestasi pertama penyakit jantung koroner


namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului
keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak di dada atau epigastrium. Kelainan
pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat normal. Dapat ditemui BJ
yakni S2 yang pecah, paradoksal dan irama gallop. Adanya krepitasi basal
menunjukkan adanya bendungan paru-paru. Takikardia, kulit yang pucat, dingin dan
hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat, kadang-kadang ditemukan
pulsasi diskinetik yang tampak atau berada di dinding dada pada IMA inferior.

Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ) adalah :


1. nyeri :
a. nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda,
biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan
gejala utama.
b. keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
c. nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu
dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan
bantuan istirahat atau nitrogliserin (ntg).
e. nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening
atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor
(mengumpulkan pengalaman nyeri).
E. Komplikasi
a. Perluasan infark dan iskemia pasca infark
b. Aritmia
c. Disfungsi otot jantung ( gagal janttung kiri, hipotensi dan syok)
d. Infark ventrikel kanan
e. Defek mekanik
f. Ruptur Miokard
g. Anurisma
h. Perikarditis
i. Thrombus murah

F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis MCI biasanya berdasar pada riwayat penyakit sekarang, EKG, dan
serangkaian enzim serum. Prognosis tergantung pada beratnya obstruksi arteri dan
dengan sendirinya banyaknya kerusakan jatung. Pemeriksaan fisik selalu dilakukan,
namun hal ini tidak cukup untuk menegakkan diagnosis.

a. Riwayat pasien
Pengambilan riwayat pasien dilakukan dalam dua tahap; riwayat penyakit
sekarang dan riwayat penyakit dahulu serta riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat pasien memberikan data subjektif. Dokter yang teliti juga akan mencari
data malalui interpretasi EKG dan pemeriksaan rangkain enzim.

b. Elektrokardiogram
EKG memberi informasi mengenai elektrofisiologi jantung. Melalui
pembacaan dari waktu ke waktu, dokter mampu memantau perkembangan dan
resolusi suatu MCI. Lokasi dan ukuran relative infark juga dapat ditentukan
dengan EKG.

Meskipun ada berbagai teknologi baru yang mampu menyajikan data


diagnostik yang sama, namun EKG masih tetap merupakan instrument
diagnostic pilhan pertama karena dapat digunakan di tempat tidur dan non
invasif. Ekokardiogram digunakan untuk evaluasi lebih jauh mengenai fungsi
jantung, khususnya fungsi ventrikel.
Kegunaan EKG adalah :
 Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)
 Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan
ventrikel)
 Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung
 Mengetahui adanya gangguan elektrolit
 Mengetahui adanya gangguan perikarditis
c. Enzim dan isaoenzim serum

Pemeriksaan rangkaian enzim meliputi kinase dan laktat dehidroginase.


Kreatin kinase dengan isoenzimnya (CK dengan CK-MB) dipandang sebagai
indikator yang paling sensitif dan dapat dipercaya diantara semua enzim
jantung dalam menegakkan diagnosa infark miokardium.
Laktat dehidrogenase (LDH) kurang bisa dipercaya sebagai sebagai
indikator kerusakan jantung akut seperti CK. Tetapi, karena reaksinya lebih
lambat dan meningka lebih lama dari enzim jantung lainnya, LDH sangat
berguna untuk mendiagnosa MCI pada pasien yang mungkin mengalami MCI
akut tetapi terlambat dibawa kerumah sakit. Ada lima macam isoenzim LDH,
tetapi hanya dua yang penting untuk mendiagnosa MCI akut yaitu dan . dan
kadarnya tinggi di jantung, ginjal dan otak, namun normalnya kadar lebih
tinggi disbanding . Apabila melebihi , maka keadaan ini disebut “terbalik”,
menunjukkan adanya MI akut.

d. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal
hipokalemi, hiperkalemi.

e. Sel darah putih


Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi.

f. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI, menunjukkan inflamasi.

g. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau
kronis.

h. AGD
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.

i. Kolesterol atau Trigliserida serum


Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.

j. Foto rontgen dada


Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisma ventrikuler. Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung
yang normal. Pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan
kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
k. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina
pektoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut
sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut
akan meningkat kadarnya pada infark jantung akut sedangkan pada angina
kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kolesterol, HDL, LDL,
trigliserida dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk mencari faktor
risiko seperti hiperlipidemia dan/atau diabetes melitus.

l. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.

m. Pemeriksaan pencitraan nuklir


Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia missal
lokasi atau luasnya IMA
Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik

n. Pencitraan darah jantung (MUGA)


Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding
regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).

o. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI
kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.

p. ` Digital subtraksion angiografi (PSA)


Teknik yang digunakan untuk menggambarkan.

q. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)


Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel,
lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.

r. Tes stress olah raga


Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
G. Penatalaksanaan Medik
1. Istirahat total.
2. Diet makanan lunak/saring serta rendah garam (bila gagal jantung).
3. Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
4. Atasi nyeri :
a. Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg im, bisa diulang-ulang.
b. Lain-lain : nitrat, antagonis kalsium, dan beta bloker.
c. Oksigen 2-4 liter/menit.
d. Sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral.Pada insomnia
dapat ditambah flurazepam 15-30 mg.
5. Antikoagulan :
a. Heparin 20.000-40.000 U/24 wad iv tiap 4-6 wad atau drip iv dilakukan
atas indikasi.
b. Diteruskan asetakumoral atau warfarin.
c. Streptokinase / trombolisis.
6. Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran
pembuluh darah koroner. Bila ada tenaga terlatih, trombolisis dapat
diberikan sebelum dibawa ke rumah sakit. Dengan trombolisis, kematian
dapat diturunkan sebesar 40%.

PENATALAKSANAAN :

1. Rawat ICCU, puasa 8 jam


2. Tirah baring, posisi semi fowler.
3. Monitor EKG
4. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
5. Oksigen 2 – 4 lt/menit
6. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
7. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
8. Bowel care : laksadin
9. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infuse
10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
11. Psikoterapi untuk mengurangi cemas

RAHABILITASI PASIEN DENGAN MCI

Rehabilitasi Medik penyakit jantung adalah suatu ilmu & seni untuk mengembalikan
penderita penyakit jantung pada tingkat aktifitas fisik & mental yang sesuai dengan
kapasitas jantungnya. Penyakit jantung yang dapat diberi program Rehabilitasi Medik
antara lain :
1. Gangguan mekanik jantung: sumbatan atau kebocoran katup jantung.
2. Tekanan perifer yang meningkat akibat hipertensi (tekanan darah tinggi).
3. Energi yang berkurang: Angina pectoris, myocard infark (jantung koroner).
Penatalaksanaan :

 Program Rehabilitasi Medik diberikan segera setelah keadaan krisis


dilewati sampai penderita dapat kembali ke pekerjaan/ kehidupan semula
(idealnya). Atau bila penderita sudah cukup puas terhadap keterbatasannya
dan dapat melakukan aktifitas sehari-hari yang berarti.
 Dalam pelaksanaan program Rehabilitasi Medik harus secara terpadu
antara Team Rehabilitasi Medik dan Dokter Ahli Jantung.
 Jenis Rehabilitasi Medik yang diberikan: Rehabilitasi fisik, psikis dan
pekerjaan.

Rehabilitasi Fisik:
Rehabilitasi pada Fase Akut ( Program di Rumah Sakit ) :
Diberikan segera setelah masa krisis dilewati (atas konsul Dokter Ahli Jantung).
Diberikan selama 2-3 minggu:
1. Hari ke 2-7: bed exercise, brething exercise, gentle massage, latihan pasif/ aktif
ringan untuk kelompok otot, & latihan relaksasi.
2. Hari ke 7-10: latihan diatas dilanjutkan, ditambah latihan duduk ditepi tempat tidur
tanpa pertolongan, & latihan berdiri ditepi tempat tidur.
3. Hari ke 10: latihan seperti diatas, latihan lengan & tungkai secara gentle, latihan
jalan 100 m.
4. Hari ke 15: latihan diatas lanjutkan, ditingkatkan dengan naik tangga, latihan tubuh
& latihan berjalan lebih lama.
5. Minggu ke 3: latihan lebih ditingkatkan, naik tangga 1 lantai/ 1 tingkat rumah,
latihan berjalan 400 m/keliling rumah, & home program.

Latihan dari tahap pertama ke tahap berikutnya tidak boleh diteruskan bila
ditemukan hal-hal sebagai berikut:
 Frekuensi nadi meningkat > 30x/ menit dari nadi awal atau turun > 10x/ menit dari
nadi awal.
 Ada gangguan irama jantung yang timbul selama atau sesaat setelah latihan.
 Sesak nafas, nyeri angina dan kelelahan yang timbul selama atau setelah latihan.
 Pucat, keringat dingin, bradikardi, hipotensi, pusing atau syncope.
1. Fase di rumah (4-8 minggu):

 General exercise: jalan naik tangga, naik sepeda tanpa tahanan, latihan
pernafasan, & latihan relaksasi. Latihan dilakukan 3 kali seminggu.
 Health education: Konsultasi dengan Ahli Jantung, Psikolog, Gizi, masalah
pekerjaan, masalah hubungan seksual.
 Evaluasi Treadmill minggu ke 4 & minggu ke 8.

2. Fase lanjutan (3-6 bulan):


 Penderita berlatih diluar atau ditempat masing-masing dengan kontrol ke
bagian jantung untuk mengevaluasi dan pengawasan program yang telah
dikerjakan.
 Pada fase ini penderita sudah bisa bergabung dengan Klub Jantung Sehat.

3. Fase Pemeliharaan:

 Usaha-usaha yang dilakukan untuk pencegahan sekunder: latihan fitness.


Program seumur hidup.

Rehabilitasi Psikologi:

Tindakan yang dapat dilakukan berupa memberikan psikoterapi, menyarankan pada


keluarga untuk memberikan suasana yang tenang, konsultasi dengan Team
Rehabilitasi yang lain tentang perkembangan penyakitnya.

Rehabilitasi Pekerjaan :
Untuk menentukan jenis pekerjaan/ aktifitas fisik dikemudian hari harus dilakukan
Exercise Stress Test.
KONSEP KEPERAWATAN

Wawancara

Sebelum melakukan pengkajian, sebaiknya melakukan wawancara terhadap


pasien. Wawancara klinis merupakan salah satu segi yang terpenting dalam
hubungan perawat pasien. Wawancara klinis menciptakan kualitas hubungan,
memberikan informasi yang diperlukan untuk melkukan pengkajian menyeluruh pada
status kesehatan individu, dan mengidentifikasi landasan untuk membuat diagnosa
keprewatan. Perilaku yang teppat untuk melakukan wawancara dan teknik yang
diperlukan untuk memperoleh informasi yang tepat bukan merupakan bagian dari
kehidupan sosial sehari-hari kita. Perilaku dan teknik tersebut harus dipelajari.
Keterampillan wawancara menuntut perkembangan yang cermat dan diperhalus
melalui praktik dan pengalaman. Dalam wawancara pada kasus ini jika pasien
diterima pertama kali oleh anggota tim kesehatan (kecuali dalam situasi gawat
darurat), maka hal pertama yang paling dibutuhkan adalah data dasar, data ini
biasanya meliputi :

a. Data biografi; meliputi informasi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status
pernikahan, pekerjaan.
b. Informan(sumber); informan biasanya bisa dari pasien itu sendiri, dari keluarga
pasien, atau orang lain.
c. Keluhan utama; merupakan penyebab yang mendorong seseorang untuk mencari
pertolongan. Bila ada lebih dari satu masalah yang dianjurkan, masalah tersebut
disusun sesuai prioritas ketika masalah tersebut dilaporkan.
d. Riwayat penyakit sekarang; meliputi beberapa informasi seperti Gejala
tertentu;seperti nyeri dada retrosternal, apakah seperti diremas-remas, ditekan,
ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan
(umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri
berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan tak responsif terhadap
nitrogliserin. Tanya apakah Nyeri disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing,
keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope.
e. Riwayat kesehatan; riwayat kesehatan yang rinci merupakan komponen yang
sangat berharga dari data dasar. Setelah status umur kesehatan diperoleh, ajukan
pertanyaan apakah pasien pernah memiliki penyakit yang mendasari timbulnya
oenyakit infark miokardium seperti; hipertensi, adanya penyakit aterosklerosis, dan
lain sebagainya yang dapat memunculkan penyakit miokardium infark.
f. Riwayat keluarga; ditanyakan untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit yang
mungkin diturunkan.
g. Riwayat psikososial spiritual; psiko meliputi reaksi yang dilakukan oleh pasien
setelah mengetahui penyakit yang dideritanya, seperti keadaan cemas karena
ketakutan akan penyakit yang diderita oleh pasien. Sosial meliputi keadaan
kegiatan yang dilakukan diluar rumah atau didalam rumah baik bersama keluarga
ataupun tetangga, apakah keluarga menerima penyakit yang diderita pasien atau
tidak dan bagaimana kegiatan sosial diluar rumah, apakah masih dapat
berinteraksi dengan baik bersama tetangga sekitar atau bahkan malah mengurung
diri didalam rumah. Spiritual meliputi kegiatan ibadah pasien setelah mengetahui
penyakitnya, apakah keadaan ibadahnya masih seperti sebelum mengetahui
penyakitnya atau bahkan sebaliknya.
h. Gaya hidup; perilaku ini meliputi pola tidur, olahraga, gizi(diet lebih lemak),
kebiasaan merokok dan pengguanaan obat, alkohol dan kafein.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan. Tahap pengkajian


diawali dari pengumpulan data, analisis data, dan diagnosa keperawatan bersifat
aktual maupun resiko tinggi. Semua data dapat diperoleh dari klien, keluarga,
keperawatan ruangan, anggota tim kesehatan lain, catatan medis dan catatan
keperawatan.
Menurut Doengoes (2000) pengkajian terdiri dari :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan/kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, jadwal
olahraga tidak teratur.
Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat/aktivitas
2. Sirkulasi
Tanda : tekanan darah meningkat/manurun, penurunan kontraktilitas
ventrikel, edema, distensi vena jugularis, kulit pucat/sianosis.
3. Integritas ego
Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya: ansietas, marah, ketakutan
dan mudah tersinggung.
4. Makanan/cairan
Gejala : mual, kehilangan nafsu makan, nyeri ulu hati
Tanda : turgor kulit buruk (kulit kering atau berkeringat, muntah, perubahan
berat badan.
5. Hygiene
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
6. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada hilang timbul dan dapat menyebar ke bagian lain seperti
abdomen, punggung, leher
Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, menarik diri
7. neurosensori
Gejala : pusing selama tidur atau saat bangun (duduk dan istirahat)
Tanda : Tidak tenang, tidak nyaman, gelisah, kelemahan
8. Pernapasan
Gejala : dispnea
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan, nafas sesak, pucat/sianosis
9. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan atau tonus otot
10. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pada data manifestasi klinis, riwayat keperawatan, dan data


pengkajian diagnostik, maka diagnose keperawatan utama pasien mencakup hal
berikut:
1. Nyeri dada berhubungan dengan adanya iskemik jaringan akibat penyempitan
arteri koroner.
2. Potensial penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahab irama
jantung.
3. Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan turunnya curah jantung.
4. Cemas berhubungan dengan takut akan kematian.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.

C. Perencanaan/Implementasi

Dx I : Nyeri dada berhubungan dengan adanya iskemik jaringan akibat


penyempitan arteri koroner.
Tujuan : klien merasa nyaman, nyeri hilang atau berkurang
Kriteira hasil :
- Menyatakan nyeri dada berkurang atau hilang
- Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi
- Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks, mudah bergerak
Intervensi :
1) Kaji ulang riwayat angina sebelumnya
R : dapat membandingkan nyeri ada dari pola sebelumnya
2) Anjurkan klien untuk melaporkan nyeri dengan segera
R : menunda melaporkan nyeri menghambat peredaan atau memerluukan
peningkatan dosis
3) Bantu melakukan relaksasi misal mengajar nafas dalam
R : membantu dslsm penurunan respon atau persepsi nyeri
4) Kolaborasi pemberian obat analgetik
R : dapat menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi dan mengurangi kerja
miokardium

Dx II : Potensial penurunan cardiac output berhubungan dengan


perubahab irama jantung
Tujuan : curah jantung kembali normal
Kriteria hasil :
- Tekanan darah dalam batas normal
- Haluaran urine kembali normal
- Tidak ada atau penurunan disritmia
Intervensi :
1) Auskultasi tekanan darah bandingkan kedua tangan dan ukur dengan tidur, duduk
dan berdiri
R : hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel
2) Evaluasi kesamaan dan kualitas nadi sesuai indikasi
R : penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kelamahan atau
kekuatan nadi

Dx III : Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan


turunnya curah jantung.
Tujuan : curah jantung kembali normal
Kriteria hasil :
- Kulit hangat dan kering
- Nadi perifer kuat
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Keseimbangan masukan dan pengeluaran
Intervensi :
1) Pantau pernapasan klien, catat kerja nafas
R : vasokontriksi sistemik diakibatkan karena penurunan curah jantung
2) Pantau pemasukan dan catat haluaran urine
R : penurunan pemasukan terus menerus dapat menurunkan volume sirkulasi
yang berdampak negatif pada perfusi dan fungsi organ
3) Kaji fungsi gastrointestinal
R : penurunan aliran darah kemesentri dapat mengakibatkan disfungsi
gastrointestinal
4) Lihat adanya pucat, sianosis, kulit lembab, dan catat nadi perifer
R : vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung

Dx IV : Cemas berhubungan dengan takut akan kematian


Tujuan : kecemasan klien berkurang
Kriteria hasil :
- Cemas berkurang atau hilang
- Mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah positif
- Mengidentifikasi sumber secara tepat
Intervensi :
1) Identifikasi persepsi klien terhadap ansietas
R : koping terhadap nyeri sulit, klien dapat takut mati, atau cemas terhadap
lingkungan
2) Berikan periode istirahat
R : penyimpanan energi dan meningkatkan kemampuan klien
3) Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat
R : meningkatkan kepercayaan diri dan menurunkan rasa gagal

Dx V : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya


informasi
Tujuan : klien dapat memahami penyakitnya
Kriteria hasil :
- klien dapat memahami penyakitnya
- menyebutkan gejala yang memerlukan perhatian cepat
- mengidentifikasi perubahan pola hidup perlu intervensi keperawatan
intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien atau orang terdekat
R : perlu untuk pemberian rencana intruksi individu, menguatkan harapan
2) Berikan informasi dalam bentuk belajar
R : penggunaan metode bermacam-macam meningkatkan penyerapan
pemahaman
3) Beri penguatan penjelasan faktor resiko
R : memberikan kesempatan pada klien untuk mencapai informasi

D. Evaluasi
- Nyeri Hilang/Berkurang
- Klien mampu beraktifitas secara mandiri dengan bantuan minimal
- Klien tidak cemas
- Curah jantung normal
- Perfusi jaringan adekuat
- Balance cairan seimbang
- Klien memahami tentang penyakit, perawatan & pengobatannya
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ibnu Masud, M.S, ; Dasar-dasar Fisiologi Kardiovaskuler, Jakarta:EGC , 1989.

http://perawatcardiovascular.wordpress.com/2010/11/28/asuhan-keperawatan-myocard-infarct-mci/

http://sitihadirah.blogspot.com/2011/04/makalah-askep-mci.html

http://odasunrisenurse.blogspot.com/2011/05/myocard-infrk.html

http://ners-blog.blogspot.com/2011/10/satuan-penyuluhan-mci-miocard-infark.html
Penumpukan lemak, karbohidrat
Dan komponen-komponen darah
Pada dinding intima

Penebalan dinding arteri

kekakuan dinding arteri

Suplai darah ke jantung menurun


Dalam waktu yang lama

Kerusakan jaringan jantung

Akibat lanjut Sembuh

Disritmia jantung tidak mampu syok kardiogenik terbentuk


Memompa darah Jaringan parut

kematian
CHF jaringan
jantung melemah

( Crowing,J, 2000) Ruptuk dan anurisma

Anda mungkin juga menyukai