Anda di halaman 1dari 14

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 549

Tinjauan Pustaka

Metastasis Leher Tersembunyi pada Karsinoma Lidah T1-T2

Taufiqurrahman, Camelia Herdini

Abstrak
Karsinoma lidah memiliki kecenderungan yang tinggi untuk bermetastasis ke limfonodi leher, bahkan pada
stadium awal (T1-T2). Tidak ada metode imaging atau pemeriksaan lain yang dapat mendeteksi metastasis leher
tersembunyi. Ketebalan atau kedalaman invasi tumor adalah satu-satunya kriteria prediktor metastasis nodal pada
karsinoma lidah dengan nilai cut offberkisar antara 3-9 mm. Diseksi Leher Selektif (DLE) level I-III "Diseksi Leher
Supraomohioid" (DLSOH) telah direkomendasikan sebagai terapi utama karsinoma lidah stadium awal dengan klinis
Node negatif (N0). Hanya pada sebagian kecil kasus yang mengalami metastasis ke level IV yang dikenal dengan
“skip metastasis”,extended supraomohyoid neck dissectionlevelI-IV direkomendasikan oleh beberapa penulis. Diseksi
leher bilateral harus dilakukan bila telah melibatkan struktur midline lidah.
Kata kunci: karsinoma lidah, metastasis leher tersembunyi, diseksi leher supraomohioid

Abstract
Carcinoma of tongue has a high propensity for nodal metastasis in the neck, even in early stages (T1–T2).
There is no method of imaging or other examination that will detect occult nodal metastasis. Tumor thickness or depth
of invasion is the only size criterion predictor of nodal metastasis in carcinoma of tongue, the critical cut off values
ranged from 3 to 9 mm. Selective dissection of levels I–III “supraomohyoid neck dissection” has been recommended
as a primary treatment of neck disease in early carcinoma of tongue with clinically N0 neck. Most of the relatively small
number of isolated metastasis to level IV are from primary tumours of the tongue, which are known as “skip
metastasis”. Thus an extended supraomohyoid neck dissection of levels I–IV is recommended by some authors for
elective treatment of the neck in carcinoma of tongue. Bilateral neck dissection should be performed in elective
treatment of tumours involving midline structure.
Keywords : carcinoma of tongue, occult nodal metastasis, supraomohyoid neck dissection

Affiliasi penulis : Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas ngan limfatik dan otot yang banyak pembuluh darah,
Kedokteran Universitas Gajah Mada / RSUP dr. Sardjito Yogyakarta
sehingga tidak memadai untuk melindungi dirinya dari
Korespondensi : Taufiqurrahman, Camelia Herdini, email:
2
taufiq115@yahoo.com, telp: 081275753166 invasi dan metastasis tumor.
Adanya metastasis ke limfonodi leher secara

PENDAHULUAN signifikan menurunkan angka kelangsungan hidup


pasien karsinoma lidah. Hernández dkk, menyatakan
Kanker Rongga Mulut (KRM) adalah kanker
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan secara
urutan ke 12 yang sering terjadi di dunia, dan
statistik angka kelangsungan hidup pasien karsinoma
merupakan kanker urutan ke 8 yang sering terjadi di
1 lidah N0 (95%) dibandingan dengan N+ (38%) dengan
negara-negara berkembang, sekitar 25% - 40%
4
2 p = 0,001.
merupakan Karsinoma Sel Skuamosa Lidah (KSSL).
Modalitas diagnosis moderen seperti
Di Amerika Serikat, KSSL terdapat sekitar 3,3% dari
Computerized TomographyScan (CT Scan), Magnetic
seluruh keganasan, dengan perkiraan10.530kasus
3 Resonance Imaging (MRI), Ultrasonography (USG),
baru, dan 1.910 kematian terjadi setiap tahun.
dan Aspirasi Jarum Halus (AJH) dengan panduan
Metastasis merupakan salah satu karakte-
USG dianjurkanuntuk pasien dengan klinis N0, dan
ristik penting dari keganasan. Lidah kaya akan jari-

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 550

telah menjadi prosedur skrining rutin dalam beberapa


tahun terakhir. Namun, masih terdapat keterbatasan
dari semua modalitas diagnosis tersebut untuk
5
mendeteksi adanya mikrometastasis.
Kegagalan terapi karsinoma lidah sering
6
dikaitkan dengan metastasis ke limfonodi leher.
Selama bertahun-tahun diseksi leher pada penge-
lolaan karsinoma lidah T1 dan T2 dengan klinis leher
2
N0 telah menjadi perdebatan.
Pada pasien dengan klinis node positif (N+),
diseksi leher radikal atau modifikasi merupakan
7
prosedur standar. Namun, apa yang masih kontro-
versial adalah apakah DLE harus dilakukan pada
pasien dengan klinis N0. Oleh karena tingginya angka
kejadian metastasis tersembunyi limfonodi leher, DLE
13
profilaksis pada karsinoma lidah dengan klinis N0 Gambar 1. Lidah (superior view)

telah disarankan oleh banyak penulis dalam beberapa


8
literatur. Otot-otot Lidah
Lidah memiliki struktur otot yang sangat
Anatomi Lidah kompleks yang terdiri dari otot-otot ekstrinsik dan
Lidahadalah organ kompleksyang sebagian intrinsik. Otot-otot tersebut mengendalikan berbagai
besar terdiri dariotot lurikyang ditutupi olehepitel fungsi mulut seperti mengunyah, menelan, dan
skuamosa berlapis. Dua pertiga anterior lidah berada berbicara. Otot-otot ekstrinsik lidah terdiri dari
9
di rongga mulut, dan ⅓ posterior berada di faring. muskulus genioglosus, hioglosus,stiloglosus, dan
Lidah terdiri dari permukaan dorsal dan ven- palatoglosus, sedangkan otot-otot intrinsik lidah terdiri
tral. Permukaan dorsal berhadapan dengan palatum dari muskulus longitudinalis superior dan inferior,
14
durum dan permukaan ventral dengan dasar rongga vertikalis, dan transversalis ( gambar 2).
10
mulut. Permukaan dorsal dibagi oleh sulkus termi-
nalis yang berbentuk huruf “V” menjadi dua bagian
11
yaitu bagian palatal dan faring di posterior lidah.
Foramen sekum berada di puncak sulkus terminalis.
Tonsil lingualis merupakan bagian terbesar dari ⅓
10
posterior lidah dan bervariasi dalam ukuran.

Papillae lidah
Permukaan dorsal ⅔ anterior lidah ditutupi
oleh tonjolan-tonjolan yang disebut papillae, yaitu
13
filliform (bukan indera pengecap), fungiform (difus), Gambar 2. Otot-otot lidah
dan foliate (lateral lidah). Papilasirkumvalata adalah
papillae terbesar yang berada di cekungan yang Persarafan Lidah
12
berbentuk huruf “V” (gambar 1). Bagian ventral lidah Persarafan sensorik lidah terdiri dari nervus
dilapisi oleh mukosa yang tipis, sehingga pembuluh trigeminalis (N.V) yang memberikan sensasi secara
darah dapat terlihat jelas. Bagian ini dibagi dua oleh umum seperti sentuhan, nyeri, dan suhu pada ⅔
frenulum yang menghubungkan lidah ke dasar rongga anterior lidah melalui nervus lingualis, sedangkan rasa
11
mulut. diberikan oleh nervus fasialis (N.VII) yang berasal

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 551

korda timpani. Nervus glosofaringeus (N.IX) memberi- Aliran Limfatik Lidah


kan sensasi rasa dan sensasi secara umum seperti Aliran limfatik lidah agak sedikit kompleks,
sentuhan dan muntah pada ⅓ posterior lidah pembuluh limfe dari ⅔ anterior lidah dibagi menjadi
10,12
danpapilasirkumvalata. Persarafan motorik untuk pembuluh limfe marginal dan sentral. Pembuluh limfe
semua otot-otot lidah kecuali muskulus palatoglosus marginal mengalir ke limfonodi submandibula, sedang-
berasal dari nervus hipoglosus (N.XII), sedangkan kan pembuluh limfe sentral pada ujung lidah mengalir
muskulus palatoglosus sendiri dipersarafi oleh nervus ke limfonodi submental dan selanjutnya ke limfonodi
9,12 11
vagus (N.X) melalui fleksus faringeus (gambar 3). submandibula ipsilateral dan kontralateral. Limfonodi
submental dan submandibula juga akhirnya mengalir
9
ke limfonodi juguloomohioid. Limfatik dari posterior
lidah mengalir langsung ke limfonodi jugulodigastrik
11
(gambar 5).

15
Gambar 3. Persarafan lidah.

Vaskularisasi Lidah
Arteri lingualis beserta cabang-cabangnya,
dan vena dengan nama yang sama menyediakan
sirkulasi darah pada lidah dan rongga mulut. Arteri
lingualis berasal dari arteri karotis eksternal.Arteri 16
Gambar 5. Aliran limfatik lidah.
lingualis memasuki lidah dan memasok darah ke otot-
otot lidah melalui percabanganya yaitu dorsal lingual
artery. Arteri lingualis berlanjut ke anterior dan ber- Karsinoma Lidah
cabang menjadi deep lingual artery yang memasok Definisi
darah ke superoanterior sampai ke ujung lidah, dan Karsinoma lidah merupakan tumor ganas
sublingual artery yang memasok darah ke glandula invasif yang berasal dari jaringan epitel yang cen-
10
sublingual dan dasar rongga mulut (gambar 4). derung untuk bermetastasis ke bagian tubuh lainnya.
Karsinoma lidah merupakan suatu neoplasma ganas
lidah yang dapat mengenai bagian oral lidah di rongga
17
mulut atau pangkal lidah di orofaring.
Lidahdibagi menjadi dua bagian untuk tujuan
diagnosis dan terapi karsinoma lidah: (1) bagian
oral(⅔ anterior lidah), keganasan yang berkembang di
bagian ini dimasukkan ke dalam kelompok KRM, dan
(2) pangkal lidah (⅓ posterior lidah), keganasan yang
18
berkembang dibagian ini disebutkan kerorofaring.

Epidemiologi
Karsinoma lidah merupakan salah satu KRM

Gambar 4. Vaskularisasi lidah.


16 yang sering terjadi di banyak Negara. Insidensi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 552

karsinoma lidah di dunia diperkirakan sekitar kali pada perokok dibandingkan dengan bukan
9,19
1.6/100.000 orang. Insidensi karsinoma lidah ber- perokok.
variasidi tiap negara, dengan insidensi tertinggi Rokok mengandung bahan karsinogen
ditemukan di India, di mana karsinoma lidah terjadi berupa nitrosamin dan hidrokarbon polisiklik yang
sekitar 9.4/100.000 orang per tahun, sedangkan di memiliki efek genotoksik, sehingga dapat mening-
23
Inggris sekitar 1.1/100.000 orang. Di Amerika Serikat, katkan risiko penyakit. Paparan tembakau menye-
pada tahun 2009 tercatat sekitar 10.530 kasus baru babkan perubahan histologi sel epitel yang progresif.
19
karsinoma lidah, dengan 1.900 kematian. Paparan dalam jangka panjang tersebut menyebabkan
Karsinoma lidah sering terjadi pada laki-laki perubahan ke arah keganasan, khususnya perubahan
daripada perempuan, puncaknya terjadi pada dekade ekspresi dan mutasi p53. Perubahan ini dapat bersifat
9
keenam sampai ketujuh kehidupan. Beberapa pene- menetap bila paparan tembakau terjadi secara terus
19
litian menunjukkan bahwa karsinoma lidah terjadi pada menerus.
usia di atas 40 tahun dengan laki-laki lebih sering Sekitar 75% pasien dengan keganasan
18
terkena dibandingkan perempuan (10%). Karsinoma rongga mulut adalah pengkonsumsi alkohol, dan
lidah mewakili 6,3% dari semua kanker pada laki-laki, penyakit ini muncul 6 kali lebih sering pada peminum
dan 3,7% dari semua kasus kanker pada perempuan alkohol dibandingkan dengan bukan peminum alkohol.
20
di India Selatan. Insiden karsinoma lidah meningkat Pengaruh dari konsumsi alkohol pada perkembangan
seiring dengan pertambahan usia, mulai dari dari keganasan lidah tidak bergantung pada kebiasaan
19
0.1/100.000 orang pada kelompok usia 15-19 tahun merokok.
sampai 7,5/100.000 orang pada kelompok usia 65-75 Di India dan Negara-negara Asia Tenggara,
17
tahun. kebiasaan makan sirih (paan) sangat berhubungan
dengan peningkatan risiko kejadian karsinoma lidah.
Etiologi Kebiasan makan sirih yang terdiri dari daun sirih yang
Meskipun etiologi pasti dari karsinoma lidah membungkus buah pinang dan kapur, biasanya
masih belum diketahui, namun beberapa faktor risiko dengan tembakau dan kadang-kadang ditambah
telah diidentifikasi. Etiologi karsinoma lidah berbeda di pemanis dan bumbu. Kapur dapat menghilangkan sifat
berbagai wilayah di dunia menurut geografis, tingkat alkaloid dari buah pinang, sehingga meyebabkan
18
sosial ekonomi, dan kebiasaan tertentu. perasaan euforia dan menyenangkan. Kebiasaan ini
24
Faktor penyebab utama adalah iritasi yang menyebabkan lesi prekanker yang progresif.
terus-menerus, baik gigi palsu yang tidak tepat posisi Beberapa penelitian terbaru menyebutkan
atau kebiasaan mengunyah sirih dan tembakau. Agen adanya keterlibatan Human Papillomaviruses (HPV)
lain seperti rokok dan alkohol merupakan penyebab pada kejadian karsinoma lidah. Prevalensi HPV pada
21
utama karsinoma lidah di Negara-negara barat. KRM adalah 23,5%. HPV-16 adalah jenis yang paling
Gorsky dkk, menyatakan sebagian besar pasien KSSL sering terdeteksi (16,0%) dari hampir 70% kasus KRM
yang ikut ke dalam penelitian memiliki riwayat yang positif HPV. HPV-18 adalah tipe HPV onkogenik
22
merokok dan pengguna alkohol. Di Asia, terutama di yang paling sering berikutnya, yang terdeteksi pada8%
25
India dan Pakistan, kebiasaan mengunyah paan (sirih) KRM.
diidentifikasi sebagai penyebab utama. Ada juga yang
melaporkan korelasi KRM dengan diet, perawatan gigi, Diagnosis
21
dan kebersihan mulut. Keluhan pada lesi seperti nyeri, perdarahan,
Karsinoma lidah sangat berhubungan erat benjolan, atau ketidak nyamanan lainnya
dengan penggunaan tembakau (merokok). Beberapa memudahkan seorang dokter THT-KL dalam
penelitian menunjukkan bahwa 90% pasien karsinoma menegakkan diagnosis. Nyeri pada lidah adalah
lidah menggunakan produk tembakau, di mana risiko keluhan yang paling umum, dan rasa tidak nyaman
karsinoma lidah meningkat dengan jumlah dan pada lidah ini dialami oleh 85% pasien karsinoma
lamanya merokok. Risiko karsinoma lidah meningkat 6 lidah. Rasa tidak nyaman yang terjadi selama lebih

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 553

dari 6 bulan dilaporkan pada sebagian besar pasien penting untuk menentukan prognosis dan terapi yang
dengan lesi pada ⅔ anterior lidah, dan merupakan tepat. Penentuan stadium karsinoma lidah mengikuti
suatu keterlambatan dalam penegakkan diagnosis sistem TNM dari American Joint Committee for Cancer
atau penanganan penyakit. Adanya massa atau (AJCC). Sistem TNM ini berdasarkan penilaian dari
benjolan terutama dikeluhkan pasien dengan lesi pada tiga komponen: T adalah sejauh mana tumor primer, N
⅓ posterior lidah. Gejala lain yang berhubungan adalah ada atau tidak penyebaran ke limfonodi
dengan lesi pada pangkal lidah ini adalah pembesaran regional, dan M adalah ada atau tidak metastasis jauh
27
limfonodi leher, odinofagi, disfagia, perubahan suara, (tabel 1 dan 2)
22
dan nyeri telinga.
27
Tahap perkembangan karsinoma lidah ter- Tabel 1. StadiumTNM pada KRM
kadang muncul dalam tahap premalignansi sebagai Stadium kanker
leukoplakia (patch berwana putih) atau eritroplakia Tumor primer (T)
(patch berwarna merah). Dengan adanya perubahan TX Tumor primer tidak dapat dinilai
genetik terjadi perkembangan ke arah keganasan, sel- T0 Tidak tampak tumor
sel epitel yang mangalami displasia menjadi sel-sel Tis Karsinoma insitu
kanker yang dapat meluas dan bermetastasis.Risiko T1 Tumor berukuran ≤ 2 cm
sel-sel epitel yang mengalami displasia menjadi ganas T2 Tumor berukuran > 2 cm tetapi < 4 cm
17
sekitar 5-20%. T3 Tumor berukuran > 4 cm
Sekitar 55-70% karsinoma lidah terjadi pada T4 (Bibir) Tumor melibatkan tulang kortikal,
tepi lateral lidah di pertemuan antara pertengahan dan nervus alveolar inferior, dasar rongga

⅓ posterior lidah (pangkal lidah). Sekitar ⅓ karsinoma mulut, kulit muka (seperti dagu dan
hidung)
lidah muncul pada pangkal lidah, yang merupakan
T4a Tumor menginvasi struktur yang
daerah yang sulit tervisualisasi dan kadang kala jarang
(rongga mulut) berdekatan (tulang kortikal, muskulus
menimbulkan gejala. Lesi pada pangkal lidah sering
ekstrinsik lidah, sinus maksila, dan kulit
ditemukan pada stadium lanjut, dengan prognosis muka
yang lebih jelek dibandingkan dengan lesi pada ⅔ T4b Tumor menginvasi masticator space,
22
anterior lidah. T2 N0 merupakan stadium klinis yang pterygoid plates, atau skull base dan
26 atau menciderai arteri karotis interna.
paling sering ditemukan, yaitu sekitar 35% kasus.
Pemeriksaan kepala dan leher yang lengkap
dengan perhatian khusus langsung pada letak dan Pembesaran Limfonodi regional (N)

ukuran lesi, serta karakteristik infiltrasi.Seorang dokter NX Limfonodi regional tidak dapat dinilai

juga harus melakukan pemeriksaan bimanual luar dari N0 Tidak ada metastasis limfonodi regional

tumor, sekitar dasar mulut dan segitiga submandibula. N1 Metastasis ispsilateral tunggal, ≤ 3 cm

Limfonodi leher harus diperhatikan dengan melakukan N2a Metastasis ipsilateral tunggal berukuran > 3 cm,
tetapi < 6 cm
pemeriksaan manual pada leher dan dibandingkan
N2b Metastasis ipsilateral multipel berukuran < 6 cm
dengan pemeriksaan imaging sebagai bagian dari
N2c Metastasis bilateral atau kontralateral < 6 cm
penilaian. Pemeriksaan terhadap gigi juga harus
N3 Metastasis limfonodi regional berukuran > 6 cm
dilakukan dengan memperhatikan kebersihan gigi,
19 Metastasis Jauh (M)
status gigi, dan integritas dari mandibula.
MX Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
Stadium
M1 Terdapat metastasis jauh
Penentuan stadium karsinoma lidah sangat

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 554

30
Tabel 2. Definisi TNM dan Pengelompokan Stadium karsinoma lidah. Tsang dkk, menyebutkan angka
27
KRM. kejadian metastasis tersembunyi ke limfonodi leher
Stadium pada pasien karsinoma lidah dengan klinis N0
Stadium 0 Tis N0 M0 31
dilaporkan sekitar 30-40%.
Stadium I T1 N0 M0 Kaya dkk, melaporkan dari 29,3% pasien
Stadium II T2 N0 M0
karsinoma lidah dengan klinis N0 terdapat metastasis
Stadium III T3 N0 M0
tersembunyi sebesar 21,7% pada T1-T2, dan 58,3%
T1 N1 M0
32
pada T3-T4. Penelitian lain yang dilakukan oleh
T2 N1 M0
T3 N1 M0 Franceschi dkk, menemukan 41% positif metastasis
Stadium IVA T4a N0 M0 ke limfonodi leher dari jaringan DLE pasien dengan T1
23
T4a N1 M0 dan T2, sedangkan Yuen dkk, melaporkan insidensi
T1 N1 M0 metastasis tersembunyi karsinoma lidah T1 dan T2
T2 N2 M0 adalah sebesar 36%.
34

T3 N2 M0
T4a N2 M0
Pola Penyebaran
Stadium IVB Semua T N3 M0
Level-level limfonodi leher yang sering terlibat
T4b Semua N M0
Stadium IVC Semua T Semua N M1 metastasis pada karsinoma lidah adalah level I, II, dan
III. Angka kejadian bervariasi dari 18-64% pada level
I, 43-73% pada level II, 0-26% pada level III, 0-10%
27
Metastasis Tersembunyi Pada Karsinoma Lidah pada level IV, dan 0-2% pada level V (gambar 6).

Definisi
Metastasis tersembunyi atau mikrometastasis
limfonodi didefinisikan sebagai keterlibatan limfonodi
secara histologis tanpa adanya bukti metastasis
28
secara klinis atau radiologis.
Metastasis ke limfonodi leher terjadi ketika
sel tumor yang sangat kecil dari tumor primer
mendapat akses ke pembuluh limfe dan dibawa
sebagai emboli di dalam aliran pembuluh limfe sampai
menetap di dalam limfonodi dan tumbuh secara
29
bertahap.
Jika sel tumor menyebabkan pecahnya
kapsul limfonodi dan menyebar ke jaringan ikat
sekitar, hal ini disebut Extracapsular Spread
(ECS).ECS hanya terlihat pada pemeriksaan Gambar 6. Persentase Limfonodi Leher Yang Terlibat
27
histologis, meskipun ECS terjadi terutama pada Metastasis Pada Karsinoma Lidah.
limfonodi yang lebih besar, tetapi ECS juga ditemukan
Dias dkk, menyebutkan dari 82 pasien
pada 19% pasien dengan klinis leher N0 dengan
karsinoma lidah dengan metastasis limfonodi leher
limfonodi positif secara histologis mengalami
tersembunyi setelah dilakukan DLE didapatkan 36
19
metastasis.
pasien (43,9%) mengalami metastasis pada level I, 69
pasien (84,1%) pada level II, 10 pasien (12,2%) pada
Angka Kejadian 35
level III, dan 3 pasien (3,6%) pada level IV.
Karsinoma lidah dikenal memiliki insidensi
Yuen dkk, melaporkan lokasi yang paling
yang tinggi untuk kejadian metastasis ke limfonodi
sering terjadi metastatis tersembunyi adalah level II
leher, yang sering mengalami kekambuhan dan
ipsilateral, dan 95% metastasis limfonodi leher secara
merupakan penyebab kegagalan dalam terapi
keseluruhan ditemukan pada level I, II, dan III

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 555

ipsilateral, sehingga diseksi leher selektif level I,II, dan


III ipsilateral adalah prosedur pilihan untuk karsinoma
34
lidah dengan klinis leher N0.
Penyebaran metastasis ke limfonodi leher
biasanya berkembang dari level yang lebih tinggi ke
level yang lebih rendah, dan sangat jarang sekali
keterlibatan limfonodi pada segitiga posterior dan atau
supraklavikula. Walaupun jarang, tetapi telah
dilaporkanbahwametastasisdapat terjadipada
levelIVtanpa keterlibatanlevelI-III, yang juga dikenal
sebagai skip metastasis atau pertumbuhan distribusi Gambar 7. Hubungan ketebalan tumor dengan risiko
27,35 metastasis tersembunyi ke limfonode leher pada
metastasis leher yang melompat. 39
karsinoma lidah.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Khafif dkk,
melaporkan bahwa metastasis ke limfonodi leher pada Tumor dengan volume yang sama memiliki
level IV terjadi pada 4% pasien karsinoma lidah T1- ketebalan yang berbeda. Tumor dengan permukaan
36
T3. Sementara, Akhtar dkk, menyebutkan metastasis yang luas dan tipis akan memiliki risiko metastasis ke
yang langsung melompat ke level III terlihat pada 2 limfonodi yang rendah dan reseksi yang dilakukan
pasien (6%), tetapi tidak terdapat lompatan metastasis akan lebih bersih dibandingkan dengan tumor yang
yang langsung ke level IV. Adanya metastasis ke level dengan volume yang sama tetapi diameter
IV hanya terlihat pada 4 pasien (13%), tetapi pada permukaannya lebih kecil dan infiltrasi tumor lebih
30
pasien-pasien tersebut limfonodi leher level I, II, dan III dalam. Selain itu, emboli tumor yang berada di
28
juga terlibat. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh superfisial sulit bermetastasis ke limfonodi karena
Huanget dkk, melaporkan pada kelompok pasien diameter pembuluh limfatik yang lebih kecil
karsinoma lidah yang menjalani DLE, kejadian dibandingkan dengan yang berada pada jaringan lidah
38
metastasis ke level IV tanpa ada metastasis pada level yang lebih dalam.
37
I/II kurang dari 2,7% (1 kasus dari 37 pasien). Meningkatnya kedalaman invasi dan
Jaringan pembuluh limfatik lidah yang banyak proliferasimikrovaskuler akibat pertumbuhan tumor
juga menyediakan koneksi luas ke seluruh midline menyebabkan bagian proksimal tumor berdekatan
lidah, sehingga kedua sisi leher berisiko untuk terjadi dengan pembuluh darah dan limfatik lidah, sehingga
metastasis, terutama tumor primer yang mendekati memfasilitasi kemampuan tumor untuk bermetastasis.
27
atau melibatkan midline lidah. Istilah kedalaman invasi dan ketebalan tumor adalah
tidak sama. Kedalaman invasi berarti penyebaran
Variabel yang Menentukan Adanya Metastasis pertumbuhan tumor ke jaringan di bawah permukaan
38
Tersembunyi epitel.
Ketebalan tumor adalah satu-satunya Angka kejadian metastasis limfonodi
variabel yang memiliki makna prognosis untuk meningkat ketika tumor telah menyerang otot lidah
menentukan adanya metastasis tersembunyi ke yang lebih dalam. Kemungkinan lainnya adalah
limfonodi leher (gambar 7), kekambuhan lokal, dan kontraksi otot lidah dapat menyebabkan masuknya sel
30
kelangsungan hidup pasien karsinoma lidah. kanker ke dalam pembuluh limfatik.
Penilaian ketebalan tumor dapat dianggap sebagai Ketebalan tumor, yaitu jarak 3 mm yang
parameter yang obyektif dari kedalaman invasi tumor diukur dari membrana basalis ke titik terdalam dari
38
ke dalam jaringan ikat.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 556

tumor dalam jaringan stroma merupakan cutoff yang Pemeriksaan Fisik


menunjukkan signifikan berkorelasi dengan metastasis Palpasi adalah cara yang paling praktis
40
ke limfonodi leher (p = 0,02). dalam menentukan adanya keterlibatan limfonodi
Hasil penelitian ini juga mengungkapkan leher, namun palpasi memiliki false negative rate
37
adanya korelasi metastasis limfonodileher dengan sekitar 40%. Beberapa penelitian sebelumnya
Perineural Invasion (PNI) dan Lymphovascular melaporkan bahwa palpasi leher memiliki false
42 32
Permeation (LVP). Dalam 28 kasus PNI (+), 21 kasus negative rate sebesar 28,9%, 30%, dan 27%
4
(75%) memiliki metastasis ke limfonodi leher. Ada dengan sensitivitas sebesar 51%.
perbedaan yang signifikan antara kelompok PNI (+) Haberal dkk, melaporkan Positive Predictive
dan PNI (-). Persentase kasus dengan LVP sedikit Value (PPV) pemeriksaan leher dengan palpasi
(5/94, 5%), tetapi semua dari kasus tersebut memiliki adalah 78%, artinya kita melakukan diseksi leher pada
40
metastasis ke limfonodi leher. 22% pasien yang tidak memerlukan diseksi leher,
Variabel-variabel tersebut merupakan sedangkan Negative Predictive Value (NPV) adalah
penanda adanya invasi tumor yang lebih luas dan juga sebesar 74%, artinya bila dengan palpasi ditemukan
berhubungan dengan invasi tumor lebih jauh ke dalam N0 yang tidak diterapi, terdapat 26% pasien yang akan
41
struktur neurovaskular. PNI dan LVP tidak selalu terjadi kekambuhan.
ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik, sehingga Reliabilitas pemeriksaan fisik leher adalah
penggunaan kedua parameterhistologis ini dalam antara 50-80%. Hal ini jelas bahwa tidak bias hanya
memprediksi adanya metastasis limfonodi memiliki bergantung pada palpasi leher saja untuk penentuan
32
keterbatasan dari pada pengukuran ketebalaninvasi adanya metastasis ke limfonodi leher.
40
tumor.
Tingkat histologis karsinoma lidah secara Pemeriksaan Penunjang
bermakna berkaitan dengan kejadian metastasis ke Sensitifitas penilaian metastasis tersembuyi
limfonodi leher.Tumor-tumor diferensiasi sedang atau limfonodi leher dengan berbagai modalitas diagnostik
buruk memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk seperti CT Scan dilaporkan memiliki sensitifitas
40
bermetastasis dari pada yang baik. sebesar 38%, MRI sekitar 57- 78%, dan USG leher
Dengan demikian akan menguntungkan bila 60%, namun bila kombinasi antara AJH dengan
41
mengetahui ketebalan tumor yang tepat sebelum panduan USG meningkat menjadi 76%. CT Scan dan
intervensi bedah. Secara umum, penilaian ketebalan MRI gagal dalam mendeteksi adanya metastasis ke
dengan palpasi adalah indikator yang cukup baik pada limfonodi leher pasien karsinoma lidah pada 5,2%
37
lesi yang sangat invasif dibandingkan lesi superfisial, pasien stadium I, dan 14,6% pasien stadium II.
untuk membantu memutuskan perlunya DLE pada Ultrasonography (USG) leher merupakan alat
39
pasien dengan klinis N0. yang baik untuk menentukan adanya metastasis leher,
khususnya bila dilakukan AJH dengan panduan USG,
41
Pemeriksaan Limfonodi Leher denganPPV sebesar 94%. Positron Emission
Menentukan adanya metastasis ke limfonodi Tomography Scan (PET Scan) telah dilaporkan dalam
leher pada saat melakukan diagnosis sangat penting, beberapa studi memiliki sensitifitas untuk menilai
karena berhubungan dengan prognosis dan rencana adanya metastasis tersembunyi pada limfonodi leher
43
terapi.Namun, tidak berarti bahwa setiap limfonodi sebesar 78-90%.
leheryang dapat teraba adalah metastasis, mungkin Kedalaman invasitumor tidak dapat dinilai
saja sebuah limfonodi yang reaktif. Di sisi lain, secara tepat dengan inspeksi atau palpasi sebelum
mungkin terdapat limfonodi yang positif secara tindakan bedah, sehingga pemeriksaan pencitraan
41 40
patologi, meskipun limfonodi tersebut tidak teraba. seperti MRI dan USG mungkin dapat membantu.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 557

Preda dkk, dalam sebuah studi retrospektif Insidensi mikrometastasis yang tidak dapat
menemukan korelasi yang kuat antara ketebalan dideteksi dengan teknik pencitraan apapun adalah
tumor yang diukur secara histologi dan MRI. sebesar 25%. Oleh karena itu, atas dasar kriteria
Perbedaan pengukuran ketebalan tumor secara pencitraan saja, masih sulit untuk menentukan sejauh
44
histologi dan MRI kecil, yaitu sekitar 10%. mana terapi pada leher harus dilakukan dalam
Intraoral ultrasonography (IOUS) adalah penatalaksanaan karsinoma lidah untuk menghindari
27
metode yang sensitive dalam mengukur ketebalan kemungkinan undertreatment atau overtreatment.
tumor lidah. Terdapat sedikit perbedaan antara
pengukuran dengan metode IOUS dan histologis. Pendekatan “Wait and Watch”
Keterbatasan metode ini adalah apabila tumor terlalu Tumor dengan ketebalan 3 mm, angka
besar dan terletak di bagian posterior lidah. Selain sulit kejadian metastasis limfonodi leher sebesar 10%,
mengakses tumor yang letaknya di posterior, probe dengan angka kelangsungan hidup bebas penyakit 5
45
juga dapat merangsang reflek muntah pasien. tahun sebesar 100%. Pasien dengan ketebalan tumor
Shintani dkk, pada penelitiannya yang 3 mm tidak memerlukan tindakan DLE jika dengan
melibatkan 24 pasien karsinoma lidah T1-4 N0 M0, klinis N0, karena risiko terjadinya metastasis ke
melakukan penilaian terhadap ketebalan tumor limfonodi leher sangat rendah. Glosektomi adalah
menggunakan Intraoral ultrasonography (IOUS) yang terapi yang adekuat dengan prognosis yang baik
30
kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran oleh mendekati 100%.
ahli patologi anatomi. Dari penelitian tersebut
didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan Diseksi Leher Elektif (DLE)
(P<0.00l) antara pengukuran dengan USGdan secara Diseksi leher elektif tergantung pada filosofi
46
histologis. dan pengalaman seorang ahli bedah kepala leher,
tetapi secara umum merekomendasikan DLE
Penatalaksanaan dilakukan pada tumor-tumor pada stadium lanjut,
Tujuan dari terapi karsinoma lidah adalah keterlambatan terapi, follow up yang tidak adekuat,
untuk mencapai kontrol lokal dan regional dari kekambuhan, diferensiasi buruk, invasi perineural,
32
penyakit yang dapat dicapai dengan eksisi secara tumor yang agresif dan infiltratif.
lengkap pada tumor primer dan limfonodi yang Tumor dengan ketebalan lebih dari 3-9 mm
4
mengalami atau berisiko terjadi metastasis. Pilihan memiliki angka kejadian metastasis ke limfonodi leher
terapi karsinoma lidah tergantung pada ukuran, lokasi sebesar 50%, kekambuhan lokal 11%, dengan angka
tumor primer, status limfonodi, ada atau tidak adanya kelangsungan hidup bebas penyakit 5 tahun 77%.
metastasis jauh, kemampuan pasien untuk Pasien dengan ketebalan tumor lebih dari 3 mm
27
mentoleransi terapi, dan pilihan pasien. memiliki angka kejadian metastasis ke limfonodi leher
Penatalaksanaan karsinoma lidah sebagian yang tinggi sehingga DLE harus dilakukan walaupun
30
besar adalah operasi, dengan radioterapi, dan dengan klinis N0.
kemoterapi, yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor Pada penatalaksanaan karsinoma lidah
terutama keseimbangan antarahasil yang positif dan stadium awal, terdapat keuntungan pada angka
47
efek samping. kelangsungan hidup pasien jika metastasis diterapi
Meskipun telah ada kemajuan dalam ketika masih tersembunyi daripada menunda sampai
prosedur diagnosis pencitraan, tetapi semuanya metastasi ke limfonodi teraba. Setelah menjalani DLE,
memiliki kemampuan yang terbatas dalam mendeteksi pasien dengan metastasis yang terbatas pada
27
limfonodi yang memiliki ukuran sangat kecil. Ada limfonodi memiliki angka kelangsungan hidup yang
kemungkinan terjadi metastasis yang bersifat sama dengan pasien tanpa metastasis ke limfonodi.
tersembunyi dan tidak teridentifikasi pada saat Sebaliknya pada pasien tanpa dilakukan terapi leher
melakukan diagnosis dalam menentukan stadium baik dengan operasi (DLE) atau radioterapi memiliki
22 32
penyakit sebelum terapi. tingkat kekambuhan regional yang tinggi. Lim dan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 558

Choi, mendapatkan DLE yang dilakukan pada follow up. Angka kelangsungan hidup 3.5 tahun adalah
karsinoma lidah dengan klinis N0 memiliki Disease 72% pada kelompok DLSOH dan 49% pada kelompok
51
Specific Survival Rate (DSSR) setelah 5 tahun yang yang hanya dilakukan observasi.
26
tinggi, yaitu sekitar 68%. Diseksi leher supraomohioid dengan analisis
Angka kekambuhan regional pasien frozen section dalam pengelolaan karsinoma lidah
karsinoma lidah T1-T2 yang hanya mendapat terapi dengan klinis N0 memberikan hasil yang adekuat, dan
pembedahan pada tumor primer cukup tinggi. Huang membatasi level leher yang diangkat, sehingga dapat
32
dkk, melaporkan tingkat kekambuhan regional pada mencegah morbiditas yang tidak perlu. Diseksi leher
kelompok pasien karsinoma lidah T1-T2 dengan klinis supraomohioid juga memberikan informasi prognosis
N0 yang hanya dilakukan observasi (28,6%) secara yang signifikan pada pasien dan juga ahli onkologi
signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok radiasi yang mungkin kesulitan untuk melakukan terapi
37 48
yang menjalani DLE (12,7%) dengan p = 0.004. tanpa adanya informasi yang objektif.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Diseksi leher supraomohioid harus dilakukan
Carlson dkk, melaporkan pada pasien karsinoma lidah sebagai penatalaksanaan karsinoma lidah, dan level
angka kelangsungan hidup pada kelompok yang IV diikut sertakan hanya bila ada kecurigaan
35
hanya diobservasi tercatat sebesar 33%, sedangkan metastasis limfonodi leher pada level II atau III.
kelompok yang menjalani DLE sebesar 55%, dan Beberapa penulistelah merekomendasikan DLSOH
48
kontrol lokoregional meningkat dari 50- 91%. dengan analisis frozen section limfonodi untuk
48
Diseksi leher elektifumumnya lebih disukai, memutuskan memperluas diseksi leher intraoperatif.
karena memungkinkanpenentuan stadium penyakit Pada karsinoma lidah dengan tumor yang
secara histopatologi pasca tindakan dengan mendekati atau melintasi struktur midline, diseksi leher
menyediakan informasi penting berupa adanya bilateral diindikasikan karena limfonodi pada kedua
52
keterlibatan limfonodi leher dan ESC pada pasien sisi leher berisikomengandungmetastasis.
49
yang berisiko tinggi, serta penentuan penggunaan
50
terapi adjuvant yang lebih akurat. Kemoterapi dan Radioterapi
Diseksi leher supraomohioid merupakan Diseksi leher supraomohyoid merupakan
solusi yang ideal untuk dilema bagi beberapa ahli prosedur terapi yang efektif, tetapi tidak adekuat.
bedah dalam melakukan penatalaksanaan pasien Radioterapi dan kemoterapi harus dipertimbangkan
30
karsinoma lidah dengan klinis N0. Menurut definisi, untuk hasil patologi anatomi yang positif.
DLSOH adalah pengangkatan limfonodi leher pada Laramore dkk, melaporkan bahwa pasien
level I-III, dengan mempertahankan nervus asesorius, karsinoma lidah dengan gambaran histopatologi yang
vena jugularis interna, dan muskulus berisiko tinggi (setidaknya terdapat dua limfonodi leher
48
sternokleidomastoideus. Pendekatan konservatif positif metastasis, ECS, dan atau margin pembedahan
seperti DLSOH pada pasien karsinoma lidah dilakukan positif) dengan adjuvant kemoterapi lebih baik dari
jika tidak ada indikasi lain untuk dilakukan diseksi pada kelompok yang berisiko rendah dari segi kontrol
35 53
leher radikal. tumor dan angka kelangsungan hidup.
Kligerman dkk, melaporkan dari 67 pasien
karsinoma lidah dan KSS dasar mulut stadium I dan II KESIMPULAN
yang menjalani DLSOH atau observasi saja Karsinoma lidah merupakan tumor yang
didapatkan, pada kelompok pasien yang menjalani sangat agresif dan memiliki kecenderunganbesar
DLSOH (34 pasien) kejadian metastasis tersembunyi untuk bermetastasis kelimfonodi leher, karena lidah
ke limfonodi leher sebesar 21%, dan 12% mengalami adalah organ yang kaya akan pembuluh darah dan
kekambuhan regional, sedangkan pada kelompok limfe. Walaupun pada stadium awal (T1-T2), pasien
yang hanya dilakukan observasi saja (33 pasien), 39% karsinoma lidah memiliki kecenderunganyang
terdiagnosis metastasis ke limfonodi leher selama besaruntuk terjadinya metastasiske limfonodi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 559

leher.Karsinoma lidah memiliki kecenderungan yang


kuat untuk bermetastasis ke limfonodi leher yang sulit
Karsinoma lidah T1-2 N0
dinilai dengan pemeriksaan klinis dan radiologis.
Meskipunkontroltumor primersering dicapai,
kegagalan terapisering akibat kekambuhan  Ketebalan tumor> 3 mm
 Diferensiasi sedang atau buruk
padalimfonodi leher, meskipun pada saat diagnosis  Perineural Invasion (PNI)
 Lymphovascular Permeation (LVP)
tidak ada bukti klinis keterlibatan limfonodi, sehingga
penatalaksaan karsinoma lidah harus mengatasi
kemungkinan adanya metastasis tersembunyi.
Diseksi leher supraomohioid merupakan
Tidak Ya
terapi yang ideal untuk karsinoma lidah stadium awal
(T1-T2) dengan klinis N0, karena tumor paling sering
bermetastasi ke limfonodi pada level I, II, dan
DLSOH
III.Diseksi leher supraomohioid memungkinkan Pendekatan
pengangkatan limfonodi yang mengalami metastasis Wait and Watch

tersembunyi, sehingga memungkinkan untuk


Kecurigaan metastasis
penentuan stadium penyakit secara akurat dan pada level II-III
membantu pasien pada saat konsultasi dan penentuan
prognosis penyakit.
Informasi yang diperoleh dari hasil DLSOH
Selective Neck Dissection
memungkinkan penggunaan terapi adjuvant seperti
Levels I - IV (extended
radioterapi dan atau kemoterapi secara lebih supraomohyoid neck
bijaksana. Jika ada buktihistopatologiadanya dissection)

metastasis ke limfonodi dari spesimen diseksileher,


radioterapidan kemoterapi pasca tindakan
bedahseringdiindikasikan. Selain itu, DLSOH dapat
Limfonodi positif metastasis,
meminimalkan morbiditas dan menghindari ECS, atau margin
overtreatment, dengan hasil terapi berupa pembedahan masih positif.

penyembuhan yang optimal secara funsional dan


kosmetik

Kemoradioterapi

Gambar 8. Algoritma penatalaksanaanterapi leher


pada karsinoma lidah T1-2 N0

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 560

DAFTAR PUSTAKA Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and


th
1. Boland PW, Smith RW, Pataridis K, Alvey C, Neck Surgery. 6 ed. Hamilton: BC Decker;
Golding, J. Evaluating lingual carcinoma for 2003. p.1009-19.
surgical management: what does volumetric 11. Proops DW. The mouth and related
measurement with MRI offer? The British faciomaxillary structures. In: Scott-Brown’s
th
Journal of Radiology. 2010; 83: 927-33. Otolaryngology. 6 ed. Belfast: Bath press;
2. Bello IO, Soini Y, Salo T. Prognostic 1997: p.1-23.
evaluation of oral tongue cancer: Means, 12. Lee KJ. The oral cavity, pharynx, and
markers and perspectives. Oral Oncology. esophagus. In: Essential otolaryngology head
th
2010; 46: 630–5. and neck surgery. 8 ed. New York: McGrow-
3. Ashfaq M, Hameed MK, Ayub Z, Ashfaq K. Hill Companies.Inc; 2003. p.440-441.
An Experience of Carcinoma Tongue. 13. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Tongue
Journal of Rawalpindi Medical College. Anatomy. In: Gray’s anatomy for student.
2013;17(1):65-7. Elsevier; 2007. p.989-96.
4. Hernández FFG, Bustos BEC, Hernández 14. Shinagawa H, Murano EZ, Zhuo J, Landman
DMH, Ceballos HA, Colosia JR, Díaz RF. B, Gullapalli RP, Prince JL et al. Tongue
Elective neck dissection in oral tongue muscle fiber tracking during rest and tongue
cancer. Rev Oncol. 2004;6(1): 41-4. protrusion with oral appliances: A preliminary
5. Jang WI, Wu HG, Park CI, Kim KH, Sung study with diffusion tensor imaging. Acoust.
MW, Kim MJ et al. Treatment of Patients with Sci. & Tech. 2008;29: 291-4.
Clinically Lymph Node-negative Squamous 15. McCullochlaw RJ.Anatomy of the Lingual
Cell Carcinoma of the Oral Cavity. Jpn J Clin Nerve. Available at www.mccullochlaw.net
Oncol. 2008;38(6):395–401. 16. Yu L. SFD Head and Neck. Available
6. Wensing BM, Merkx MAW, Krabbe PFM, atwww.studyblue.com
Marres HAM, Hoogen FJA.Squamous Cell 17. Yuen APW. Tongue Cancer. In: Encyclopedia
rd
Carcinoma and Clinically Negative Neck. of Cancer. 3 ed. New York: Springer-Verlag
Head Neck. 2011;33: 1400–5. Berlin Heidelberg. 2008. p.3725-8.
7. Liao LJ, Hsu WL, Wang CT, Lai MS. 18. Sultana J, Bashar A, Molla MR. New
Detection of cervical lymph node metastasis Management Strategies of Oral Tongue
in head and neck cancer patients with Cancer in Bangladesh. J Maxillofac Oral
clinically N0 neck: a meta-analysis comparing Surg. 2013;10:1-7.
different imaging modalities. BMC Cancer. 19. Gosselin BJ. Malignant Tumors of Mobile
2012;12(236):1-7. Tongue. Available at
8. Nakagawa KY, Shibuya H, Yoshimura R, www.emedicine.medscape.com
Miura M, Watanabe H, Kishimoto S et al. 20. Iype EM, Pandey M, Mathew A, Thomas G,
Cervical lymph node metastasis from early- Sebastian P,Nair MK. Squamous Cell
stage squamous cell carcinoma of the oral Carcinoma of the Tongue Among Young
tongue. Acta Oto Laryngologica. 2013;133: Indian Adults. Neoplasia. 2001;3(4):273-277
544-51. 21. Fadoo Z, Naz F, Husen Y, Pervez S, Hasan
9. Prince S, Bailey BMW. Squamous carcinoma N. Squamous Cell Carcinoma of Tongue in
of the tongue: review. British Journal of Oral an 11-Year-old Girl. J Pediatr Hematol Oncol.
and Maxillofacial Surgery. 1999; 37:164-74. 2010;32:e199–e201.
10. Lowry LD, Onart S. Anatomy and Physiology 22. Gorsky M, Epstein J.B, Oakley C, Le ND, Hay
of the Oral Cavity and Pharynx. In: J, Moore PS et al. Carcinoma of the tongue:

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 561

A case series analysis of clinical 32. Kaya S, Yilmaz T, Gursel B. Sarac S,


presentation, risk factors, staging, and Sennaroglu L. The Value of Elective Neck
outcome. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Dissection in Treatment of Cancer of the
Oral Radiol Endod. 2004;98: 546-52. Tongue. Am J Otolaryngol. 2001;22:59-64.
23. Galbiatti ALS, Padovani JA, Maniglia JV, 33. Franceschi D, Gupta R, Spiro RH. Improved
Rodrigues CDS, Pavarino EC, Bertollo EMG. survival in the treatment of squamous
Head and neck cancer: causes, prevention carcinoma of the oral tongue. Am J Surg.
and treatment. Braz J Otorhinolaryngol. 1993;166:360-5.
2013;79(2):239-47 34. Yuen APW, Lam KY, Chan ACL, Wei WI,
24. Neville BW, Day TA. Oral Cancer and Lam LK, Ho WK et al. Clinicopathological
Precancerous Lesions. CA Cancer J Clin. Analysis of Elective Neck Dissection for N0
2002;52:195-215 Neck of Early Oral Tongue Carcinoma. Am J
25. Syrjanen S, Lodi G, Bultzingslowen IV, Aliko Surg. 1999;177: 90-3.
A, Campisi PAGet al. Human 35. Dias FL, Lima RA, Kligerman J, Farias TP,
Papillomaviruses in Oral Carcinoma and Oral Soares JR, Manfro G et al. Relevance of skip
Potentially Malignant Disorders: A Systematic metastases for squamous cell carcinoma of
Review. Oral Diseases. 2011;17(Suppl. the oral tongue and the floor of the mouth.
1):58-72. Otolaryngol Head Neck Surg. 2006;134: 460-
26. Lim YC, Choi EC. Unilateral, clinically T2N0, 5.
squamous cell carcinoma of the tongue: 36. Khafif A, Garza LJR, Medina JE. Is dissection
surgical outcome analysis. Int J Oral of level IV necessary in patients with T1-T3
Maxillofac Surg. 200736: 610–61 N0 tongue cancer? Laryngoscope.
27. Sano D, Myers JN. Metastasis of squamous 2001;111:1088-1090.
cell carcinoma of the oral tongue. Cancer 37. Huang SF, Kang CJ, Lin CY, Fan KH, Yen
Metastasis Rev. 2007;26:645–62. TC, Wang H.M et al. Neck Treatment of
28. Akhtar S, Ikram M, Ghaffar S. Neck Patients With Early Stage Oral Tongue
involvement in early carcinoma of tongue. Is Cancer. Cancer. 2008;112: 1066–75.
elective neck dissection warranted? J Pak 38. Pentenero M, Gandolfo S, Carrozzo M.
Med Assoc. 2007;57(6): 305-6. Importance of Tumor Thickness and Depth of
29. Woolgar JA. Pathology of the N0 neck. Invasion in Nodal Involvement and Prognosis
British Journal of Oral and Maxillofacial of Oral Squamous Cell Carcinoma: A Review
Surgery. 1999;37: 205–9. of The Literature. Head Neck. 2005;27:1080-
30. Yuen APW, Lam KY, Wei WI, Lam KY, Ho 109
CM, Chow TL et al. A Comparison of the 39. Shah JP, Candela FC, Poddar AK. The
Prognostic Significance of Tumor Diameter, patterns of cervical lymph node metastasis
Length, Width, Thickness, Area, Volume, and from squamous carcinoma of the oral cavity.
Clinicopathological Features of Oral Tongue Cancer. 1990;66:109.
Carcinoma. Am J Surg. 2000;180: 139-43. 40. Chen YW, Yu EH, Wu TH, Lo WL, Li WY,
31. Tsang PKY, Chung JCK, To VSH, Chan Kao SY. Histopathological factors affecting
JYW, Ho WK, Wei WI. Efficacy Of Salvage nodal metastasis in tongue cancer: analysis
Neck Dissection For Isolated Nodal of 94 patients in Taiwan. Int J Oral Maxillofac
Recurrences In Early Carcinoma Of Oral Surg. 2008; 37: 912–916.
Tongue With Watchful Waiting Management 41. Haberal I, Celik H, Gocmen H, Akmansu H,
Of Initial N0 Neck.Head Neck. 2011;33: Yoruk M, Ozeri C. Which is important in the
1482-5. evaluation of metastatic lymph nodes in head

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 562

and neck cancer: Palpation, ultrasonography, 48. Carlson ER, Cheung A, Smith B, Pfohl C.
or computed tomography? Otolaryngol Head Neck Dissections for Oral/Head and Neck
Neck Surg. 2004;130:197-201. Cancer: 1906–2006. J Oral Maxillofac Surg.
42. Sparano A, Weinstein G, Chalian A, Yodul M, 2006;64:4-11
Weber R. Multivariate Predictors of Occult 49. Santti HK, Atula T, Tornwall J, Koivunen P,
Neck Metastasis in Early Oral Tongue Makitie A. Elective neck treatment versus
Cancer. Otolaryngol Head Neck Surg. observation in patients with T1/T2 N0
2004;131: 472-476. squamous cell carcinoma of oral tongue.
43. Wein RO, Winkle MR, Norante JD, Coniglio Oral Oncology. 2006;42:96-101
JU.Evaluation of Selective Lymph Node 50. Lin MJ, Guiney A, Iseli CE, Buchanan M, Iseli
Sampling in the Node-Negative Neck. TA. Prophylactic Neck Dissection in Early
Laryngoscope. 2002;112: 1006–9. Oral Tongue Squamous Cell Carcinoma 2.1
44. Preda L, Chiesa F, Calabrese L, Latronico A, to 4.0 mm Depth. Otolaryngology Head and
Bruschini R, Leon ME et al.Relationship Neck Surgery. 2011;144(4): 542-8.
between histologic thickness of tongue 51. Kligerman J, Lima RA, Soares JR, Prado L,
carcinoma and thickness estimated from Dias FL, Freitas LO et al. Supraomohyoid
preoperative MRI. Eur Radiol. 2006;6:2242- neck dissection in the treatment of T1/T2
8. squamous cell carcinoma of oral cavity. Am J
45. Chammas MC, Macedo TAA, Moyses A, Surg. 1994;168: 391–4.
Gerhard R, Durazzo MD, Cernea CR et al. 52. Ferlito A, Silver CA, Rinaldo A. Elective
Relationship between the appearance of management of the neck in oral cavity
tongue carcinoma on intraoral squamous carcinoma: current concepts
ultrasonography and neck metastasis. Oral supported by prospective studies. British
Radiol. 2010;7(1):1-7 Journal of Oral and Maxillofacial Surgery.
46. Shintani S, Nakayama B, Matsuura H, 2009;47:5–9.
Hasegawa Y. Intraoral Ultrasonography Is 53. Laramore G.E, Scott C.B, al-Sarraf M,
Useful to Evaluate Tumor Thickness in Haselow RE, Ervin TJ, Wheeler R et al.
Tongue Carcinoma. Am J Surg. 1997;173: Adjuvant chemotherapy for resectable
345-7. squamous cell carcinomas of the head and
47. Scully C, Bagan J.Oral squamous cell neck: Report on Intergroup Study 0034.
carcinoma overview. Oral Oncology. International Journal of Radiation Oncology,
2009;45:301-308 Biology, Physics. 1992;23: 705–13

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)

Anda mungkin juga menyukai