Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kasus

SKIZOFRENIA PARANOID
06 April 2018

OLEH :
Azarella Alberthojones Ballo, S.Ked

PEMBIMBING

dr. Dickson A. Legoh, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIK

SMF/BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FK UNDANA- RSUD PROF W.Z. JOHANNES

KUPANG

2018

1
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. SPG

Tempat/tanggal lahir : Kupang, 16 Desember 1973

Suku : Rote

Agama : Kristen Protestan

Status pernikahan : Belum Menikah

Pendidikan : SMP (SMEA 2 Kelas 2 tidak tamat)

Pekerjaan : Tukang meubel, tukang rumah.

Alamat : Jalan Taibenu, Kelurahan Naimata, RT 19/RW 07

II. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Riwayat perjalanan penyakit didapat melalui heteroanamnesis terhadap


saudara laki-laki (kakak) pasien dan teman kerja pasien; autoanamnesis dengan
pasien sendiri, pada hari Sabtu, 31 Maret 2018 pukul 10.30 WITA, bertempat di
tempat tinggal pasien di Naimata.

A. Keluhan Utama (didapat dari autoanamnesis dan heteroanamnesis)

Autoanamnesis : pasien datang ke rumah sakit karena diantar paksa oleh keluarga,
lurah, dan aparat karena masalah tanah. Pasien dicekik dan dipukuli, tetapi pasien
melakukan perlawanan. Pasien mengaku tidak memiliki sakit jiwa dan hanya
memiliki sakit di leher karena dicekik lalu masuk di bangsal empati karena
menurutnya kamar di rumah sakit sudah penuh sehingga pasien dimasukan ke
bangsal empati pada hari Sabtu, 10 Maret 2018.

2
Heteroanamnesis : Kakak pasien bersama-sama dengan lurah dan aparat
mengantarkan pasien ke rumah sakit pada hari Sabtu, 10 Maret 2018 karena pasien
sebelumnya merusakan rumah tetangga dan mengatakan bahwa tanah tetangga
tersebut miliknya. Pasien mengancam pemilik rumah tersebut dan dilaporkan oleh
tetangga dan kakaknya pada aparat setempat. Tetapi, pasien tidak takut dan
melakukan perlawanan sehingga pasien akhirnya di antar ke rumah sakit.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

1. Autoanamnesis

Wawancara dilakukan pada hari Sabtu, 10 Maret 2018 pada pukul 10.45
WITA. Saat itu pasien sedang bekerja di bengkel kayunya, di belakang rumah pasien.
Pasien bersama kakaknya. Pemeriksa menyapa, "Selamat pagi bapa Simson, selamat
pagi bapa John" Pasien dan kakaknya menjawab "Selamat pagi kaka dokter, mari
duduk sini" pemeriksa lalu memperkenalkan diri "Bapa, saya Dokter Muda Azarella,
dari poli Jiwa, RSUD Prof. W.Z. Yohannes Kupang. Bapa, sebelumnya saya sudah
hubungi bapa John untuk minta waktu agar kita bisa wawancara dengan bapa Simson
dan Bapa John, nanti hasil wawancara saya jamin kerahasiaannya sebagai rahasia
medis bapa" pasien menjawab "Boleh pak dokter, boleh-boleh sa. Ma, wawancara be
ko kaka dahulu?" pemeriksa "Bapa simson dahulu saja, bapa John sebentar e baru
saya wawancara" Bapa John pamit ke depan. Pemeriksa "Bapa Simson pung nama
lengkap sapa?" pasien "Saya nama Simson Petrus Giri, biasa dipanggil Simson, Pe'u,
atau Alan" pemeriksa "Alan? Kenapa panggil Alan bapa?" "Kalo katong dudu-dudu
deng kawan minum, na dong pange be Alan, be pung nama samaran disini, hehehe"
"Oh begitu bapa, hehehe. Bapa pung perasaan kermana hari ini?" "Baik-baik sa pak
dokter" "Baik-baik yang kermana bapa? Sedih ko senang?" "Biasa sa bapa, sehat. Ini
hanya karena cekik sa. Polisi dong itu hari datang ko tarek beta di dalam rumah, baru
orang nama MS cekik beta. Ini kan hanya masalah tanah sa, b minta fakta ma dong
datang pegang be ko be melawan su ma pak" "Ju bapa dapa antar pi rumah sakit gara-

3
gara dicekik?" "Iya pak be son sakit hanya cuman gara-gara dicekik saja" "Bapa
yakin?" "Iya pak saya bukan sakit jiwa" "Oh begitu bapa, memang bapa pernah
dengar ada suara-suara ko yang baomong ke bapa perintah-perintah bapa atau suara
son jelas kek bunyi mengumam, tertawa, atau bunyi bising begitu?" "Be son pernah
dengar suara-suara, itu kan orang gila. Tapi, kalau omong ayat beta bisa. Kalo
berbicara, be pegang sepuluh hukum taurat" "Kalo boleh tau, sepuluh hukum taurat
tuh ada apa-apa sa bapa?" "Jangan ada padamu Allah lain dihadapanku, jangan
menyebut namaKU dengan sembarangan, jangan bersaksi dusta, jangan menipu,
jangan membenci, jangan mencuri, jangan berzinah, kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri, hormatilah ayah ibumu agar umurmu dilanjutkan, dan jangan
mengingini hambamu laki-laki serta hambamu perempuan dan harta sesama dirimu,
manusia. Itu tabut Allah" "Bapa yakin itu sepuluh hukum taurat yang benar?" "Be
percaya dan yakin itu sepuluh hukum taurat" "Oh iya bapa, bapa be mo omong bapa
ni bilang ini semua karena masalah tanah. Bapa son pernah rasa atau ke dengar suara
bilang ada orang yang ambil bapa pung tanah. Atau ada desakan dari dalam yang
suruh bapa harus pi ini orang pung rumah karena dia baomong bapa pung nama atau
ambil bapa pung tanah?" "Tidak pernah pak, selama ini son pernah be rasa atau
dengar-dengar bagitu" "Bapa yakin ko?" "Yakin pak" "Bapa son pernah omong-
omong sendiri? Ketawa-ketawa sendiri?" "Eh itu orang gila ma. Saya ini tidak gila.
Saya cuman dicekik sa, masalah tanah sa pak" "Baik pak. Pak sebelumnya kerja
dimana?" "Saya SMP dulu kerja iko orang, kerja rumah, teras, meubel, proyek. Pas
SMA di SMEA be pamalas pi sekolah karena be pikir-pikir buang uang pak. Kita
orang kacil, orangtua ju cuman kerja jual laru putih sa. Akhirnya be son tamat
sekolah, be iko orang le kerja-kerja tukang bagitu. Be kerja ju nih kalau barang,
rumah su jadi baru dapa bayar. Apale kerja deng orang yang masih keluarga. Kalo
ada proyek baru dong panggil ko kita kerja" "Bapa sebelumnya ada kerja di Bali?"
"Itu hari saudara Johny Giri di Kerobokan, Bali. Panggel be ko kerja di Bali. Tahun
2005 sampe be pulang tahun 2010. Kita di Bali kerja cuman gerinda, fernis kayu,
pasang stel kunci. Dapa gaji 18.000 per hari, naik 20.000 per hari. Kasih pas akhir

4
bulan. Itupun dong kontrol kita baru kasnae gaji 2 tahun sekali. Itu be kerja di meubel
Perancis. Ma akhirnya be keluar ko gaji kecil. Tahun 2007 be keluar baru be pindah
pi Bali Keramik. Kerja sedikit be minta keluar. Gaji kecil ju. Itung bulan sa. Be maen
keluar kerja, baru terakhir dapat proyek. Pas tahun 2010, be pulang Kupang" "Bapa
kenapa akhirnya pulang Kupang?" "Susah disana pak. Susah dapa uang, baru
orangtua su panggel pulang" "Selama di Bali nih, bapa ada kawan bae ko sonde?
Kawan dekat begitu, kawan dudu-dudu?" "Talalu banyak pak" "Menurut bapa,
kehidupann disana dan kehidupan di Kupang bagaimana?" "Sama sa pak, ma lebih
susah dan lebih bahaya pak" "Maksudnya lebih bahaya pak, kek kermana?" "Banyak
narkoba, pil dong. Katong liat katong pung kawan deng bos pake. Be tanya untuk apa,
dong bilang pake ko enak. Ma be son pernah pakai. Kita sonde ada uang na pak" "Pak
yakin tidak konsumsi alkohol,napza, dan rokok?" "Napza dong tidak pak, cuman kalo
minum ya jarang juga, arak sa. Rokok yang sering pak" "Kalau di Bali, ada riwayat
sakit ko sonde pak?" "Dulu ada pak, sakit lambung. Be ada pi kastau bos, be jatuh
dengan motor pas mau pi bos. Ju dong antar be pi Puskesmas Kerobokan. Dong
kontrol be, dong bilang lambung" "Sonde ada luka dalam begitu ko bapa, abis
celaka?" "Sonde, dong sonde bilang. Cuman lambung sa pas di puskesmas. Be dapa
obat, kontrol, langsung suruh be pulang" "Oh iya bapa. Selama di Bali, bapa mungkin
ada jalin hubungan ko deng nona di Bali, atau mohon maaf bapa pernah hubungan
badan di Bali?" "Oh kalo soal itu, be sonde pernah pak. Tapi, kalo bilang soal judi, be
maen. Judi kartu. Ko be di Bali, maen tiga daun, menang 7 juta. Kalo kalah, gigit jari.
Padahal su susah, ma kalo omong judi katong maen. Su darah daging na" "Maen judi
tiap hari ko bapa?" "Kalo pas terima gaji di akhir bulan katong maen. Yang pegang
judi ni ana Sumba, maen 12 orang. Bataroh 5000, 10000 begitu" "Oh begitu bapa. Be
mau tau tentang bapa pas pulang di Kupang kermana" "Be pulang Kupang, kembali
pi rumah. Kerja ulang le. Kerja-kerja bikin rumah, teras, kalo ada pangge be proyek,
be pi" "Di Kupang ni, pak aktif ko sonde di masyarakat begitu, kek bapa mungkin ada
ikut pelayanan di gereja bagitu?" "Be sonde pelayanan begitu-begitu bapa, ma be
gereja di gereja Bait-El, Naimata" "Oh iya bapa. Jadi bapa di Kupang ni hanya kerja-

5
kerja sa?" "Iya pak, saya dari remaja sampe dewasa pikiran hanya kerja sa. Terus
kerja" "Baik pak. Bapa sebelumnya ada riwayat pelanggaran seperti pernah ditahan
polisi begitu?" "Pernah ditahan pak" "Bapa tau alasannya kermana sampe bapa bisa
ditahan?" "Yang pertama itu tentang gambar Yesus Kristus di Bait-El, Naimata. Itu
diuji berdasarkan suatu percaya. Diuji dari atas. Tapi be liat terang, berdasarkan
kesinaran Allah. Dia bilang, kalo berani lu pi pukul itu gambar. Be pukul, ma sonde
kas rusak badan gereja. Baru ini pendeta kan, dia bilang Yesus Kristus dia katakan
Allah. Na itu be sonde mau. Sedangkan di dalam Alkitab dikatakan Yesus Kristus
Anak Allah, bukan Allah. Pertengkaran itu yang dia suruh beta stop kate kasasi. Be
su lupa kapan. Katong bicara dengan banyak orang, tapi dong sonde mau bikin fakta"
"Bapa sampai pukul begitu karena ada dorongan atau perintah begitu?" "Bukan, ini
karena saya diuji" "Diuji dari siapa bapa?" "Diuji oleh bapa kesinaran Allah. Saat itu
beta liat penciptaan, bukan tipu" "Maksudnya bapa kesinaran Allah itu bagaimana,
bapa?" "Na, be ada dudu minum laru merah dengan be pung kawan. Pak Stef
Nggadas. Ju bapa penciptaan kas tunjuk muka di be, terang. Kita berbicara perkataan,
liat langsung. Dia bilang sesungguhnya lu berani lu pi pukul gambar Yesus Kristus
Bait-El, Naimata. Gereja bersinar, terang. Dia uji be, be puku. Abis be pi puku, dia
berbicara le. Sesungguhnya kalo lu berani, lu tunggu polisi. Be tunggu polisi di dalam
gereja. Be son rasa takut. Terus dong bawa be pi polisi dong bilang nanti be masuk
penjara. Be bilang katong pake pengacara sa, tapi buka Alkitab berdasarkan sepuluh
hukum taurat. Karena setiap telah berbicara tipu, tentang satu nama, satu orang, dan
satu pulau" "Bapa, selain masalah di Bait-El, ada masalah lain le yang bapa akhirnya
dong bawa pi polisi?" "Iya, ada juga masalah tanah. Ada orang bikin kebun di be
pung tanah, atas bantuan Megawati Soekarno Putri ini. Saat itu be pung bapa masih
hidup. Be kastau ko itu orang datang ko baomong dengan beta. Ma dong terus-terus
pasang pondasi sampe bangun rumah. Lalu, terjadi pembakaran. Dong tuduh be ada
pi bakar. Be omong di dong katong baomong sa berdasarkan fakta. Sampe sekarang
be pi lapor-lapor terus, tapi sampai sekarang respon pemerintah begitu-begitu sa. Be
dengar ada keluarga-keluarga lain yang kasi tau dong ko kerja terus itu rumah. Be

6
tanya kaka, kaka sonde tau. Be marah, be pi dorong dong pung rumah setengah jadi
su ma. Ini masalah kedua. Lalu, ada masalah le yang dong mau penggarukan tanah.
Babin Baumata, Dicky Tanebe. Itu hampir beta puku. Ini tanah kebun itu dong pake
untuk mau buat jalan. Be pi tegur. Itu kebun dong be tanam pohon Jati, kayu Ende
dong. Be minta ganti rugi ma dong son toe. Dicky Tanebe datang bilang be buat
masalah, be dobel dia su ma. Baru le masalah ketiga dengan Markus Sine dan Andre
Sine. Dong membangun rumah, langgar satu rumah. Bangun pondasi di kita pung
kebun. Tanah itu su bermasalah dari beta kelas 1 SD, jaman pemerintahan Soeharto,
gubernur Piet A. Tallo. Dong sonde mau buat sertifikat, dong lepas sa. Pas sekarang,
dong su buat sertifikat gelap. Dong son mau kas tunjuk beta. Mungkin alasan takut.
Di be pung kaka dong kas tunjuk, ma di be sonde. Be pung respon be dorong itu
pondasi su ma. Ini masalah tanah sa. Bukan tipu. Kalau pak mau, beta bisa kas tunjuk
bukti. Pemerintahan dari kapan punya ini tanah? Dong tipu-tipu itu. Kita mau
berbicara dengan masyarakat di kantor lurah Naimata, tapi akhirnya di bawa ke
rumah sakit. Lalu saya disuntik oleh pak Frid, suntik disini (bokong), tau ko untuk
tenang. Bukan karena gangguan. Terus kasi obat merah dan obat untuk disini (tunjuk
ke leher) gara-gara yang be dapa cekik di dalam rumah dari Markus Sine dan polisi-
polisi dong" "Tidak ada yang jelaskan pak sekarang sakit apa?" "Tidak, cuman sakit
leher saja, ma su sonde le. Karena dia pegang, terus dia tarek be pung leher. Be
tendang dia (Markus Sine)" "Berarti sekarang bapa sehat-sehat sa?" "Sehat sa e pak"
"Sehat maksudnya kermana pak?" "Sehat jasmani, rohani pak" "Bapa bisa jelaskan
sehat jasmani dan rohani itu yang kek kermana?" "Kalo sehat jasmani tuh katong
pung tubuh sonde merasakan sakit apa-apa le. Bisa gerak leluasa. Kalo sehat rohani,
betul-betul tidak ada suatu halusinasi yang merasuk kita pung jiwa. Jadi kadang-
kadang kita marah, ribut kiri kanan, kita juga harus tenang. Makanya beta rasa ini,
beta pung jiwa, sekarang su tenang. Kalo dia dirasuki, nanti dia sembrono. Berbicara
plin-plan. Omong sembarang" "Jadi menurut bapa kermana sekarang?" "Kalo beta
aman sekarang. Su baek" "Baik bapa. Bapa be mau tanya tentang rumah sakit. Pas
bapa di rumah sakit, bapa rawat inap dimana?" "Rawat inap di tempat penyakit jiwa.

7
Tetapi sesungguhnya, saya bukan disini. Karena diatas tempatnya penuh. Jadi saya
disini tahan-tahan sa. Dokter Dickson pung mau saya disini mungkin karena saya
dicekik, dengan masalah tanah, mungkin beta pung jiwa terganggu" "Baik bapak. Pas
masuk di bangsal jiwa itu tanggal berapa pak?" "Tanggal 10, bulan 3" "Mantap bapa"
"Memang mantap, saya su sembuh. Cuman itu hari saya kesal. Tapi, sonde terlalu ju.
Karena masalah tanah toh. Saya disana, jadi saya tidak bisa urus. Saya cuman pikiran
untuk pulang saja ko pi urus tanah saya" "Oh iya bapa. Omong-omong, bapa punya
hobi begitu ko? Kek memancing begitu?" "Be suka dengar musik. Dengar tape begitu
pak. Lagu-lagu kek Scorpion dong. Wind Of Changes. Be suka itu lagu" "Selain band
Scorpion, bapa suka band seperti Gun N' Roses, Firehouse?" "Suka ma son terlalu ju.
Be suka ju Don't Cry Gun N' Roses. Apale Slash kalo maen gitar" sambil memutar
musik. Pemeriksa "Bapa, abis ini kita tensi e bapa" pasien "Iya pak, silahkan".
Setelah tensi, pemeriksa "Bapa, be pung wawancara su abis. Terima kasih atas
kerjasamanya bapa. Bapa tetap harus minum obat e bapa. Jangan sonde minum obat
e" "Iya pak, saya minum. Saya su sembuh begini" "Tetap harus minum e bapa. Biar
tambah sehat le pak" "Baik pak dokter, terima kasih" "Kalau begitu saya pamit dulu
ke depan pak. Permisi bapa" "Iya pak"

2. Heteroanamnesis

Wawancara dilakukan pada hari Sabtu, 31 Maret 2018 pada kakak pasien dan
teman kerja pasien pada saat pasien bekerja di Bali. Menurut kakak pasien, pasien
diantar ke rumah sakit karena mengamuk dan mengancam tetangga yang sedang
membangun rumah. Pasien menghancurkan pondasi rumah, dilaporkan ke polisi, dan
dibawa ke rumah sakit pada tanggal 10 Maret 2018. Sebelumnya, kakaknya pasien
mengalami gejala-gejala seperti mengamuk¸mengancam, berbicara sendiri, ketawa-
ketawa sendiri, sejak 3 tahun yang lalu. Pasien juga sempat berkelahi secara verbal
maupun fisik terhadap orang di dalam rumah. Pasien juga menimbulkan masalah
terhadap tetangga sekitar rumah pasien seperti membakar rumah, merusakan fasilitas
warga, mencuri peralatan tukang, dan merobohkan pondasi rumah. Pasien juga

8
mengklaim tanah-tanah milik orang lain dengan mengatakan tanah ini milik pasien
berdasarkan fakta yaitu sejak dari SD, pasien yang menanam tanaman disekitaran
tanah tersebut.

Pasien kadang-kadang suka melihat ke atap langit, tertawa-tawa sendiri,


berbicara sendiri, bahkan pasien membawa klewang dan berputar-putar di halaman
depan sambil berbicara sendiri. Pasien juga mempunyai 6 buku, yang isinya tentang
tanah-tanah yang dianggap kepunyaannya. Pasien juga sering ke tempat-tempat yang
menurutnya ada sesuatu yang diyakini seperti tuhan, seperti di goa atau pohon-pohon
besar. Kamar pasien tidak mau dibersihkan. Pasien pernah mengancam iparnya pada
saat kamar tersebut mau dibersihkan. Pasien memiliki senjata tajam, busur, dan juga
katapel. Kesehariaannya adalah mengasah senjata tajam, lalu besi-besi kecil yang
digurinda sampai menjadi bulat untuk menjadi peluru katapelnya. Pasien sering
keluar malam atau pagi-pagi buta untuk merusakan bahkan mencelakakan orang yang
lewat di jalan atau di kebun belakang rumah pasien.

Sedangkan menurut teman kerja pada saat di Bali, pasien pernah dibawa ke
balian (semacam dukun) karena "sakit". Sejak saat itu, pasien tidak pernah berkumpul
bersama teman-temannya, mengurung diri, murung, dan diam. Teman kerja
mengetahui bahwa pasien sebelumnya mempunyai cewek dari Makassar. Paras
cewek tersebut sangat cantik sehingga teman kerja mencurigai jika pasien
menggunakan guna-guna untuk mendapatkan cewek tersebut. Tetapi, hubungan
tersebut tidak bertahan lama. Pasien juga diceritakan tidak suka diganggu-ganggu
soal hubungan asmaranya dengan seseorang. Pasien pernah memukul temannya
karena hal tersebut.

Pasien sebelumnya adalah seseorang yang terkenal ramah, suka menjahili atau
membuat temannya jengkel karena candaannya, tetapi tertutup dalam hal-hal pribadi
seperti pacaran atau teman dekat perempuan. Pasien juga seseorang yang terkenal ulet,
mandiri, dan pekerja keras. Memiliki hubungan yang baik dengan kedua orangtuanya.

9
Pasien memiliki riwayat penyakit maag/gastritis pada saat bekerja di Bali dan
tidak memiliki riwayat gangguan kejiwaan di keluarga pasien. Pasien juga
menyangkal bahwa ia sedang mengalami gangguan jiwa.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Pasien baru pertama kali dirawat di RSUD Prof. W.Z. Yohannes Kupang pada
10 Maret 2018 karena pasien mengamuk, mengancam tetangga disekitaran rumah dan
merusakan rumah warga yang akhirnya ditangkap oleh aparat. Sebelumnya, pasien
sudah menunjukan gejala sejak 3 tahun yang lalu yaitu berbicara sendiri, tertawa
sendiri, mengklaim tanah yang bukan miliknya, pergi mencari "tuhan" di goa dan
pohon-pohon besar.

D. Riwayat Sifat Kepribadian Sebelumnya

Pasien sebelumnya adalah seseorang yang terkenal ramah, suka menjahili atau
membuat temannya jengkel karena candaannya, tetapi tertutup dalam hal-hal pribadi
seperti pacaran atau teman dekat perempuan. Pasien juga seseorang yang terkenal ulet,
mandiri, dan pekerja keras. Memiliki hubungan yang baik dengan kedua orangtuanya.

E. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal


Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Selama kehamilan
sang ibu tidak menderita penyakit ataupun masalah dengan kehamilannya.
Saat hamil ibu pasien mengkonsumsi makanan seperti biasanya.Pasien
lahir normal, dan selama proses persalinan tidak ditemui masalah.

2. Masa Kanak Dini (usia 0-3 tahun)


Menurut kakak pasien, tidak ada keterlambatan dalam perkembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai umur. Pasien biasa-biasa

10
saja dan tidak pernah membenturkan kepalanya saat rewel. Sejak kecil
pasien tidak pernah mengalami kejang dan sakit lainnya yang
mengharuskan pasien dibawa ke rumah sakit.
3. Masa Kanak Pertengahan (usia 3-11 tahun)
Menurut kakak pasien, pasien melewati jenjang Sekolah Dasar di SD St.
Carolus, Penfui, Kupang. Pasien mulai masuk SD sekitar usia 6 tahun.
Pasien adalah anak yang ceria dan senang bermain dengan teman -
temannya di sekolah.
4. Masa Remaja
Pasien mengakui tidak pernah mendapatkan mimpi basah dan pasien
mengatakan bahwa ia tidak terlalu tertarik pada perempuan. Pasien lebih
suka mencari pekerjaan pada usia remaja, seperti menjadi tukang
mengerjakan rumah atau teras tetangga maupun keluarga.
5. Masa Dewasa
o Riwayat Pendidikan
SD St. Carolus Penfui, Kupang
SMP Baumata
SMEA Negeri Kupang (Tidak tamat)

o Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja bersama kenalan sejak di bangku SMP. Pada saat
pasien bersekolah di SMEA, pasien memilih untuk keluar dari SMEA
dan bekerja sebagai tukang bersama kenalannya. Pasien diupah jika
pekerjaannya sudah selesai. Jumlah upahnya pun diakui pasien tidak
menentu. Pada tahun 2005, pasien berangkat ke Bali untuk bekerja di
meubel perancis, Bali Keramik, dan proyek sampai akhirnya kembali
ke Kupang. Pasien pada saat kerja di Bali, diupah dengan uang
18.000-20.000 rupiah.
o Riwayat Psikoseksual

11
Pasien mengaku belum pernah berhubungan seksual.
o Riwayat Agama
Menurut kakaknya, pasien jarang sekali pergi beribadah ke gereja
setiap minggu.
o Aktivitas sosial
Menurut kakaknya, pasien sering duduk bersama dan berkumpul
bersama teman-temannya di daerah rumah pasien. Menurut teman
kerja pasien di Bali, pasien sering duduk bersama dan berkumpul
bersama teman kerjanya pada saat bekerja di Bali.
Hubungan pasien dengan keluarga juga baik sebelumnya. Tidak ada
masalah serius dengan keluarga pasien.
o Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien pernah melakukan beberapa pelanggaran hokum seperti
merusak properti gereja, menghalangi pembangunan infrastruktur
(jalan), membakar rumah, menghancurkan fasilitas milik warga,
mencuri alat-alat tukang, dan menghancurkan rumah tetangga. Pasien
pernah dipenjara selama 2 minggu.
F. Situasi Kehidupan Sekarang

Saat ini pasien tinggal di rumah orangtuanya di Naimata, Kota Kupang.


Pasien tinggal bersama ibu, kakak, istri kakak (ipar), dan keponakannya di sebuah
rumah dengan tiga kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang keluarga, dapur,
wc/kamar mandi di luar rumah, dan bengkel tempat kerja pasien. Tembok kamar dan
ruang tamu terbuat dari semen dan batako yang diplester, sedangkan tembok dapur
hanya terbuat dari bambu. Sumber air didapat dari tempat umum (air jalan pada hari
Jumat) dan listrik menggunakan listrik meteran lama yang dibayar rutin setiap bulan.
Interaksi antara anggota keluarga dalam rumah baik, setiap anggota rumah pasien
memperhatikan perihal sakit pasien seperti mengajak melakukan aktivitas lain dan
lain sebagainya.

12
Foto 1 Rumah Tampak Depan

Foto 2 Dokter Muda melakukan kunjungan rumah

13
Foto 3 Ruang Tamu

Foto 4 Dapur

14
Foto 5 Ruang Keluarga

Foto 6 Toilet/Kamar Mandi

15
G. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Anak pertama sudah
menikah. Ayah pasien telah meninggal, tetapi ibunya masih hidup. Didalam keluarga,
tidak ada yang mempunyai riwayat gangguan yang sama.

Keterangan :

Laki-laki :

Perempuan :

Meninggal :

Pasien :

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Pemeriksaan dilakukan pada hari Sabtu, 31 Maret 2018 di rumah pasien di


Jalan Taibenu, Kelurahan Naimata, Kota Kupang.

16
A. Deskripsi Umum

 Pasien laki-laki tampak sesuai usia pasien, mengenakan baju berwarna biru
dengan corak putih dan celana berwarna merah muda. Pasien tampak rapid an
bersih dilihat dari rambut yang diikat, gigi dan kuku tampak bersih.
 Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien tampak tenang selama wawancara

B. Sikap terhadap pemeriksa

 Kooperatif (pasien menjawab pertanyaan dengan baik dan pasien mau mengikuti
beberapa instruksi pemeriksa selama proses wawancara
 Kontak mata (+)

C. Mood dan Afek

 Mood : eutimik (dinyatakan dengan perkataan pasien yang mengatakan pasien


merasa biasa saja, tidak terlalu senang tetapi tidak merasa sedih).
 Afek : Luas (ekspresi wajah pasien yang bervariasi)
 Keserasian : serasi

D. Pembicaraan

Spontan, artikulasi baik, volume suara dapat didengar oleh pemeriksa dengan jelas
dan fasih.

E. Persepsi

Memiliki riwayat halusinasi auditorik maupun visual :

Halusinasi auditorik (+) : autoanamnesis : dinyatakan dari perkataan pasien " Yang
pertama itu tentang gambar Yesus Kristus di Bait-El, Naimata. Itu diuji berdasarkan

17
suatu percaya. Diuji dari atas. Tapi be liat terang, berdasarkan kesinaran Allah. Dia
bilang, kalo berani lu pi pukul itu gambar."

Halusinasi visual (+) : autoanamnesis : dari perkataan pasien yang melihat Bapa
Penciptaan "Na, be ada dudu minum laru merah dengan be pung kawan. Pak Stef
Nggadas. Ju bapa penciptaan kas tunjuk muka di be, terang. Kita berbicara perkataan,
liat langsung."

F. Proses pikir

 Bentuk : tidak logis (masih memiliki waham rujukan, memiliki kecurigaan


terhadap tetangga-tetangga disekitarnya yang sedang membangun rumah)
 Arus : Koheren

G. Isi Pikir : Terdapat waham rujukan, mencurigai tetangga-tetangga yang sedang


membangun rumah, mengambil "tanahnya".

H. Kesadaran dan Kognisi

 Taraf kesadaran dan kesigapan : sadar penuh/compos mentis, GCS : E4V5M6


 Orientasi :
o Waktu : Baik (dinyatakan pasien dengan mengetahui hari/tanggal
wawancara)
o Tempat : Baik (dinyatakan dengan pasien saat ini berada di bengkel
kerjanya di belakang rumah)
o Orang : Baik (dinyatakan dengan pasien yang mengenali keluarga dan
pemeriksa)
 Daya Ingat :
o Daya Ingat Jangka Panjang : baik (dinyatakan pasien dengan
mengetahui tanggal lahir yaitu 16 Desember 1973)

18
o Daya Ingat Jangka Sedang : baik (dinyatakan pasien dengan
mengetahui kapan pasien tersebut masuk rumah sakit pada tanggal 10
Maret 2018)
o Daya Ingat Jangka Pendek : baik ( dinyatakan pasien dengan
mengingat makanan pagi yang pasien makan yaitu sayur marungga
dan nasi putih)
 Konsentrasi dan perhatian : baik (mampu berhitung 100-7, 5 kali serial : 100-
7=93, 93-7=86, 86-7=79, 79-7=72, 72-7=65)
 Kemampuan visuospasial : baik

 Pikiran abstrak : baik (pasien dapat menjelaskan persamaan dan perbedaan


dari motor dan mobil. Persamaan : sama-sama punya kaca spion. Perbedaan :
motor roda dua, mobil roda empat atau lebih)
 Intelegensi dan kemampuan : baik ( pasien mengetahui Gubernur NTT saat
ini dan Presiden Indonesia saat ini)
 Bakat Kreatif : Pasien dapat mengerjakan kusen, memperbaiki alat rumah
tangga, meubel, dan memperbaiki rumah atau teras.

I. Kemampuan menolong diri : baik (dilihat dari dapat merawat diri sendiri dengan
cara mandi, makan, minum, berpakaian, toilet, tanpa ada bantuan dari orang lain)

19
J. Pengendalian Impuls : baik (dinyatakan dengan pasien tampak tenang tanpa adanya
gerakan-gerakan tidak bertujuan yang dilakukan pasien)

K. Daya Nilai dan Tilikan

A. Daya Nilai dan Tilikan

 Uji daya nilai : baik (pasien sadar bahwa tidak boleh melanggar lampu

lalu lintas)

 Penilaian realita : terganggu (tidak terdapat halusinasi, tetapi terdapat

waham pada pasien)

 Tilikan : I (berdasarkan autoanamnesis, pasien menyangkal

bahwa ia tidak menderita gangguan jiwa)

B. Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya

II. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status Internistik

- TD : 120/80 mmHg

- Nadi : 86x/menit

- Suhu : normal per palpasi

- RR : 16 x/menit

B. Status Neurologis

GCS E4V5M6.

C. Laboratorium/Penunjang

Tidak dilakukan

20
D. Pemeriksaan Psikologi

Tidak dilakukan

III. TEMUAN-TEMUAN POSITIF

1. Pasien dibawa ke Poli Jiwa RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes pada 10

Maret 2018. Pasien mengamuk, mengancam, merusakan property

tetangga, berbicara sendiri dan tertawa sendiri.

2. Beberapa tahun yang lalu pasien mengalami gangguan persepsi, yaitu ada

halusinasi audiotorik dan halusinasi visual. Pasien mengaku bahwa

pernah mendengar suara-suara ilahi yang memerintah pasien dan melihat

sosok putih terang yang hanya dilihat oleh pasien.

IV. FORMULASI DIAGNOSTIK

1. AXIS I : F20.0 Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak

belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas,

serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbagan pengaruh genetik,

fisik dan sosial budaya.1

Kriteria diagnosis untuk menegakkan diagnosis skizofrenia menurut PPDGJ-

III :1

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang

jelas):

21
a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau

– Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar

masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan

– Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umumnya mengetahuinya.

b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar atau

– Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar atau

– Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara

jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran,

tindakan atau penginderaan khusus).

– Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan

mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

– Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien.

22
– Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara atau

– Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan

diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau

berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada

secara jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide

berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi

setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus

menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang

tidak relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor.

23
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons

emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial,

tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi atau medikasi neuleptika.

* Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama

kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase

nonpsikotik prodromal);

* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self

absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

Adapun jenis skizofrenia yang menjadi diagnosis pada kasus ini adalah

skizofrenia paranoid.

Skizorenia paranoid, merupakan jenis dari skizofrenia yang memiliki

kriteria diagnosis sebagai berikut:1

 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

 Sebagai tambahan :

Halusinasi dan atau waham harus menonjol

24
- Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah , atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa

bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa

(laughing);

- Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,

atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada

tetapi jarang menonjol;

- Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan

dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;

 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta

gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

Dari gejala yang dialami pasien, tampak bahwa ada beberapa gejala yang

masuk dalam kriteria diagnosis schizofrenia paranoid antara lain :

1.Didapati gangguan persepsi, yaitu ada halusinasi (halusinasi

audiotorik dan visual). Pasien juga sering bicara sendiri, tertawa

sendiri, melihat cahaya putih dan melihat "Bapa Kesinaran".

2.Didapati gangguan pada isi piker yaitu adanya waham. (Waham

Rujukan)

25
2. AXIS II. Ciri KepribadianHistrionik

Pedoman diagnostik1

Ciri kepribadian pasien yaitu kepribadian histrionik karena menurut ibu dan

saudaranya, pasien merupakan anak yang humoris, selalu meramaikan

suasana ketika ada di rumah jika pasien tidak berada di rumah maka rumah

terasa agak sepi, pasien juga memiliki banyak teman.Ayahnya mengaku jika

pasien juga merupakan anak yang tidak terlalu suka menuntuk kehendaknya.

Adapun ciri kepribadian histrionik yaitu :

- Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self-dramatization), seperti

bersandiwara (theatricallity), yang dibesar-besarkan (exaggereted);

- Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan;

- Keadaan afektif yang dangkal dan labil;

- Terus menerus mencari kegairahan (excitement), penghargaan

(appreciation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat

perhatian;

- Penampilan atau peilaku “merangsang” (seductive) yang tidak memadai;

- Terlalu peduli dengan daya tarik fisik;

V. AXIS III

Tidak ada diagnosis medik.

3. AXIS IV

Pasien bekerja di Bali untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dengan upah
yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi tidak terpenuhi sehingga

26
pasien berpindah-pindah tempat kerja di Bali. Pasien lalu kembali ke Kupang
dan kembali bekerja sebagai tukang namun pasien menghadapi masalah dalam
pekerjaannya yaitu upah yang sedikit karena bekerja serabutan atau bila ada
pekerjaan, hal ini memperburuk kondisi pasien secara terus menerus sehingga
pada bulan Maret 2018, pasien dibawa ke rumah sakit karena gejala-gejala
yang timbul semakin memburuk.

4. AXIS V

GAF saat ini :90-81 (gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih
dari masalah harian biasa).

VI. EVALUASI MULTIAXIAL

1. AXIS I : F.20.0 skizofrenia Paranoid

2. AXIS II : Ciri kepribadian Histrionik

3. AXIS III : Tidak ada Gangguan Fisik/Penyakit Organik

4. AXIS IV : Ditemukan masalah ekonomi yang berarti

5. AXIS V : 90-81 (gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas,

tidak lebih dari masalah harian biasa)

VII. DAFTAR MASALAH

a) Organobiologi : tidak ada

b) Psikologi :

1) Gangguan persepsi

Halusinasi Auditorik (+) autoanemnesis: dinyatakan dari perkataan pasien

" Yang pertama itu tentang gambar Yesus Kristus di Bait-El, Naimata. Itu

27
diuji berdasarkan suatu percaya. Diuji dari atas. Tapi be liat terang,

berdasarkan kesinaran Allah. Dia bilang, kalo berani lu pi pukul itu gambar."

Halusinasi Visual (+)  autoanemnesis: dinyatakan dari perkataan pasien

"Na, be ada dudu minum laru merah dengan be pung kawan. Pak Stef

Nggadas. Ju bapa penciptaan kas tunjuk muka di be, terang. Kita berbicara

perkataan, liat langsung."

VIII. RENCANA TERAPI

a. Farmakoterapi

 Haloperidol 2 x 5 mg

 Trihexiphenidyl 2 x 2 mg

 Chlorpromazine 2 x 50 mg

b. Psikoedukasi Pasien

 Mengedukasi pasien agar minum obat secara teratur, tidak boleh putus

obat

 Mengedukasi pasien agar jika suatu ketika halusinasi auditorik muncul

maka pasien harus pastikan lagi kepada orang sekitar apakah mendengar

hal yang sama atau tidak, jika orang sekitar tidak mendengar maka tetap

tenang, jangan mempercayai suara-suara tersebut, cobalah untuk

berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang sekitar.

28
 Mengedukasi pasien mengenai cara untuk mengontrol emosi yang harus

dilakukan ketika pasien sedang marah, yaitu di antaranya berdoa, tarik-

buang nafas, pukul bantal/kasur, bicara baik-baik, minum obat.

c. Psikoedukasi Keluarga

 Edukasi kepada keluarga bahwa gangguan yang dialami oleh pasien

bukanlah penyakit kutukan atau karena dibuat-buat oleh pasien tetapi

karena adanya ketidakseimbangan zat kimia di otak, sehingga zat-zat

kimia yang berlebihan di otak dapat dihambat oleh obat.

 Edukasi kepada keluarga agar rajin membawa pasien untuk kontrol rutin

di poli jiwa serta memperhatikan pemberian obat pada pasien sehingga

tidak putus obat mengingat pengobatan pada pasien membutuhkan

waktu yang cukup lama.

 Edukasi kepada keluarga untuk lebih memberikan semangat dan

dukungan kepada pasien sehingga dapat membantu proses penyembuhan

pasien

 Edukasi kepada keluarga agar selalu mengajak pasien bercerita atau

melakukan aktivitas dirumah seperti bersih-bersih rumah.

IX. PROGNOSIS

DUBIA AD MALAM

1. Faktor yang memperingan

 Skizofrenia paranoid

29
 Keluarga yang mendukung penuh pasien untuk sembuh

2. Faktor yang memperberat :

 Masalah ekonomi

X. DISKUSI

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak

belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta

sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan

sosial budaya. 1

Manifestasi klinik skizofrenia antara lain :

 Gangguan proses pikir : asosiasi longgar, intrusi berlebihan, terhambat,

klang asosiasi, ekolalia, alogia, neologisme

 Gangguan isi pikir (waham : keyakinan yang salah yang tidak sesuai

dengan latar belakang budaya, agama, pendidikan, norma-norma setempat

tapi selalu dipertahankan secara kuat oleh pasien walaupun sudah

diberikan fakta-faktanya)

 Gangguan persepsi : halusinasi, ilusi, depersonalisasi dan derealisasi

 Gangguan emosi : ada tiga afek dasar yang sering diperlihatkan oleh

penderita skizofrenia (tetapi tidak patognomonik) yaitu afek tumpul atau

datar, afek tak serasi, dan afek labil

30
 Gangguan perilaku : berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat

seperti gerakan tubuh yang aneh dan menyeringai, perilaku ritual, sangat

ketol-tololan dan agresif serta perilaku seksual yang tak pantas. 2

Untuk menegakkan diagnosa skizofrenia, pasien harus memenuhi kriteria DSM-IV

atau ICD IX. Berdasarkan DSM IV :

1. Berlangsung paling sedikit enam bulan.

2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang pekerjaan,

hubungan interpersonal, dan fungsi kehidupam pribadi.

3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama

periode tersebut.

4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan

mood mayor, autisme, atau gangguan organik.2

Hampir 1% penduduk dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.2 Gejala

skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada

laki-laki biasanya antara 15-25 tahun, dan 25-35 tahun untuk perempuan.

Prognosisnya biasanya lebih buruk pada laki-laki.2 Etiologi dari skizofrenia belum

ditemukan dengan pasti, namun ada beberapa hasil penelitian yang dilaporkan saat ini;
2

Dari segi biologi , gangguan organik yang paling banyak dijumpai yaitu

pelebaran ventrikel tiga dan lateral yang stabil yang kadang sudah terlihat sebelum

31
awitan penyakit, atropi bilateral lobus temporal medial dan lebih spesifik yaitu gyrus

parahipokampus, hipokampus dan amigdala, disorientasi spasial sel pyramidal

hipokampus dan penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral. Lokasi kerusakan

pada otak menunjukkan gangguan perilaku yang ditemui pada skizofrenia. Misalnya,

gangguan hipokampus dikaitkan dengan impairment memori, dan atropi lobus frontal

dihubungkan dengan symptom negative dari skizofrenia.

Dari segi biokimia, hipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan

neurotransmitter sentral yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dopamine

sentral(hipotesis dopamine), didasarkan pada, efektivitas obat neuroleptik bekerja

untuk memblok reseptor dopamine pasca sinaps, terjadinya psikosis akibat

penggunaan amfetamin (amfetamin melepaskan dopamine sentral, dan memperburuk

skizofrenia), dan adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus.

Dari segi genetika, skizofrenia adalah gangguan yang bersifat keluarga, semakin

dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi risiko. Kembar monozigot mempunyai 4-

6 kali lebih sering menjadi sakit disbanding kembar dizigot. Risiko terjadinya

skizofrenia selama hidup berdasarkan penelitian yaitu antara lain, populasi umum

(1%), kembar monozigot (40-50%), kembar dizigot (10%), saudara kandung

skizofrenia (10%), otrangtua (5%), anak dari salah satu orang tua skizofrenia (10-

15%), anak dari kedua orangtua skizofrenia(30-40%).

Dari segi faktor keluarga, kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan

penting dalam menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi. 2 Beberapa

peneliti mengidentifikasi suatu cara berkomunikasi yang patologis dan aneh pada

32
keluarga pasien skizofrenia. Komunikasi sering samar, tidak jelas, dan sedikit tidak

logis.

Pada kasus ini, belum dapat diketahui pasti penyebab skizofrenia yang dialami

pasien. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut jika ingin dicari atau

menyingkirkan penyebab organik. Ada riwayat dalam keluarga pasien yang

mengalami keluhan yang sama sehingga kemungkinan faktor genetik bisa

dipertimbangkan menjadi penyebab utama didukung keluarga sebagai faktor yang

paling mungkin mencetuskan gangguan pada kasus ini.

Ada beberapa klasifikasi skizofrenia yaitu, tipe paranoid, hebefrenik, katatonik,

tak terinci, residual, depresi pasca skizofrenia, simpleks, dan yang tak tergolongkan.
1,2

Dari gejala yang dialami pasien, tampak bahwa ada beberapa gejala yang masuk

dalam kriteria diagnosis schizofrenia paranoid dan skizofrenia simpleks antara lain :

1. Didapati gangguan persepsi yaitu ada halusinasi (halusinasi pendengaran dan

visual).

2. Adanya gangguan isi pikir yakni waham.

3. Didapati gejala negatif seperti perlambatan psikomotor, aktifitas menurun,

afek yang menyempit, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam

kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti

dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh,

perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.

33
4. Adanya perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,

mengakibatkan kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu ,

tanpa tujuan hidup dan penarikan diri secara sosial.

5. Semua gejala ini berlangsung setiap hari, sejak 2010 hingga 2017.

Terapi pada skozofrenia bersifat komperhensif yaitu meliputi terapi

psikofarmaka, psikoterapi dan terapi psikososial.(1,3)

a) Terapi Psikofarmakologi

Skizofrenia diobati dengan antipsikotik yang tipikal dan atipikal. Obat

golongan tipikal berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif

sedangkan gejala negatif hampir tidak bermanfaat. Sedangkan obat golongan

atipikal bermanfaat baik untuk gejala positif maupun negatif.

Obat golongan tipikal meliputi : Chlorpromazine, fluphenazine,

trifluoperazine, thioridazine, haloperidol dan lain-lain, sedangkan obat

golongan atipikal meliputi: clozapine, olanzapine, zotepine, Quetiapine,

sulpiride, risperidon dan lain-lain.

Pemakaian antipsikotik dalam menanggulangi skizofrenia telah

mengalami pergeseran. Bila mulanya menggunakan antipsikotik tipikal, kini

pilihan beralih ke antipsikosis atipikal. Standar Emas baru adalah dengan

antipsikosis atipikal. Meskipun harganya mahal, tetapi manfaatnya sangat

besar.

34
Mekanisme kerja obat antipsikosis tipikal adalah memblokade

dopamin pada reseptor pasca sinaptik neuron diotak, khususnya di sistem

limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamin D2 Receptor antagonists)

sehingga efektif untuk gejala positif. Sedangkan obat antipsikosis atipikal

disamping berafinitas terhadap dopamin D2 Reseptors juga berespon terhadap

Serotonin 5 HT2 Receptors sehingga efektif juga untuk gejala negatif.

Pada pasien diberikan terapi farmakologis berupa haloperidol dan

trihexyphenidil. Haloperidol merupakan antipsikotik tipikal dengan efek

antipsikotik yang kuat berupa sindroma ekstrapiramidal serta efek samping

sedatif yang lemah. Efek samping berupa sindrom ekstrapiramidal dicegah

dengan pemberian trihexyphenidyl pada pasien ini. Tujuan terapi

farmakologis pada pasien ini adalah “optimal response with minimal side

effect”.

Untuk memantau efek antipsikotik terhadap pasien, maka perlu

diperhatikan adanya respon pasien terhadap pengobatan yang diberikan

selama 2 – 3 hari (initial dose). Bila pasien belum menunjukkan adanya

perbaikan, maka dosis dapat dinaikkan 2 – 3 hari pengamatan sampai

mencapai dosis efektif. Evaluasi selanjutnya dilakukan setiap 2 minggu dan

bila perlu dinaikkan sampai ke dosis optimal kemudian dipertahankan selama

8 – 12 minggu. Selanjutnya dosis terapi diturunkan setiap 2 minggu sampai ke

dosis rumatan untuk dipertahankan hingga 6 – 48 bulan dimana diselingi

35
dengan drug holiday 1 – 2 hari/minggu. Tappering off dilakukan 2 – 4 minggu

hingga akhirnya pengobatan dapat dihentikan.

b) Psikoterapi

Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada penderita skizofrenia baru dapat

diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai

tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan

pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi diberikan dengan catatan bahwa

penderita masih tetap mendapat terapi psikofarmaka.

Secara umum tujuan dari psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur

kepribadian, mematangkan kepribadian, memperkuat ego, meningkatkan citra

diri, memulihkan kepercayaan diri guna mencapai kehidupan yang berarti dan

bermanfaat.

Keluarga perlu diarahkan peran mereka dalam menunjang perbaikan klinis

pasien. Keluarga perlu diberikan pemahaman mengenai keadaan pasien,

perjalanan penyakitnya serta terapi yang akan diberikan. Perlu dicari tahu

kemungkinan penyebab gangguan jiwa pada pasien ini sehingga pendekatan

terapi psikososial lebih dapat memberikan hasil yang lebih baik. Penerimaan

masyarakat serta keterlibatan pasien sebagai kelompok masyarakat tertentu

akan membantu pasien dalam mengembangkan keterampilan dan bakat yang

dimiliki serta mempertahankan hubungan interpersonal yang baik antara

pasien dengan orang lain.

c) Terapi Psikososial

36
Salah satu dampak dari gangguan jiwa skizofrenia adalah terganggunya

fungsi sosial penderita atau hendaya (impairment). Dengan terapi

psikososial ini diharapkan agar penderita mampu kembali beradaptasi

dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu

mandiri sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.

Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap

menjalani terapi psikofarmaka sebagaimana juga waktu menjalani

psikoterapi. Kepada penderita skizofrenia diupayakan untuk tidak

menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan dan kesibukan dan banyak

bergaul (sosialisasi).

Prognosis tergantung pada gejala, tipe skizofrenia dan pengobatan yang

diterima. Indikator yang dapat dihubungkan dengan prognosis yaitu:

 Awitan gejala-gejala psikotik aktif terjadi secara mendadak.


 Awitan terjadi setelah umur 30 tahun, terutama pada perempuan.
 Fungsi pekerjaan dan sosial premorbid (sebelum sakit) baik. Performa
sebelumnya tetap merupakan prediktor terbaik untuk meramalkan performa di
masa datang.
 Kebingungan sangat jelas dan gambaran emosi menonjol, selama episode akut
(simptom positif).
 Kemungkinan adanya suatu stresor yang mempresipitasi psikosis akut dan
tidak ada bukti gangguan susunan saraf pusat (SSP).
 Tidak ada riwayat keluarga menderita skizofrenia.(2)

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari

PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2013

; p:46-8,104.

2. Amir N. Skizofrenia. Dalam : Buku Ajar Psikiatri, edisi kedua. Jakarta: Badan

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015 ; p:173-81,195-8.

3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 4th ed.


Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2014. p : 10-23.

38

Anda mungkin juga menyukai