Anda di halaman 1dari 5

Jangan Disembunyikan Lukamu,

Menangislahh...

 Pada kisah cerita kecil

Suatu hari pada jam 21.00 wib dimana ada seorang anak kecil duduk disekitaran pantai,
namun usianya bukan seperti anak kecil, bisa disebut dia sudah dewasa tetapi dia memiliki
jiwa dan raga yang kecil baginya dan ibunya. Karena apa? Karena dia tumbuh dewasa namun
tidak pernah mendapatkan suatu ketenangan, kebahagiaan, keharmonisan dan keyakinan
dalam kehidupannya. Semua yang dia dapat adalah luka bukan kesembuhan. Dia selalu
menguatkan diri, agar dia tidak melakukan hal yang buruk pada dirinya sendiri. Nama anak
kecil tersebut bisa disebut “Iyan” nama asli Iyan adalah “Brian Lukman Nugroho”. Nama
“Iyan” bisa diambil dari “Brian” karena dia suka sekali dengan nama “iyan” tersebut.
“Kehidupan yang begitu gelap bagi diriku karena semua manusia yang ada pada sekitar ku
adalah manusia jahat dan aku benci dengan diriku sendiri! Kenapa aku selalu dapat takdir
yang buruk dengan hal apapun tuhan?!” luap ya yang sudah terlalu lama untuk menahan
emosinya di pantai, yang dimana tidak ada satupun orang yang ada di pantai tersebut. Jadi
iyan bebas mau teriak sekencang kencang apapun tidak ada yang mendengarkannya

Flashback (awal mula Iyan kehilangan semuanya)

 Di pukul sang ayah

Pada usia 8 tahun yang masih kanak kanak, seorang anak kecil ini selalu dipukul sang
ayah dan menjadi lampiasan sang ayah jika tidak terkontrol emosionalnya, sang anak
kecil ini selalu menahan rasa sakitnya di depan ibu ya, agar sang ibu tidak berantam sama
sang ayah, selain itu sang anak kecil ini juga tidak ingin sang ibu khawatir atas banyak
lukanya di tubuhnya. “brian apakah bisa keruangan ayah” ketik sang ayah di handphone
ya itu, “iya yah” balas brian. tetapi brian tau kalo dia akan dipukul lagi sama sang
ayahnya itu. Ia ingin menolak tapi dia takut dengan emosi ayah yaa. Brian pun sampai di
ruangan ayahnya, “ada apa ayah manggil Brian??” ucap brian yang berani untuk
membuka suara, namun ayahnya tidak membalas ucapan brian, tetapi.. PLAK PLAK
sabetan ikatan pinggang itu melayang pada perut brian dan paha brian, PLAK PLAK
sabetan kedua melayang pada tangan brian, sabetan itu terus-menerus melayang pada
tubuh Brian. Dan pada akhirnya Brian diseret keluar dari ruangan ayahnya. Brian tidak
menangis karena dia laki laki yang harus kuat dengan rasa sakit itu. Karena siapa yang
akan menjaga ibu ya nanti?

3 tahun kemudian

Ayah brian dinyatakan mengidap sakit kanker yang cukup parah yaitu kanker otak yang
dimana usianya tidak begitu lama lagi, apakah brian sudah memaafkan ayah ya?? Yaps
benar Brian sudah memaafkan sang ayah karena itu keinginan sang ibu yang sudah
mengetahui semuanya. Kok ibu ya bisa tau? Yahh pembantu rumah ya lah yang mengasih
tau hal tersebut dan ibu Brian pun memasang cctv/kamera kecil di ruangan suaminya itu
dan ternyata benar apa yang dibilang pembantunya itu,

ibu Iyan memanggil suaminya itu “mas sini kamu, apa yang kamu lakukan dengan anak
akuu selama ini ha!!” bentak ibu ya brian yang benar benar udah puncak kemarahan (1
tahun sebelum ibu ya baru berani mengungkapkan semuanya) “kenapa kamu mau cerein
aku? Sok sana kamu buat gugatan itu aku ga takut!!” balasnya dengan penekanan, ibu
brian langsung menampar sang suaminya plak “aku tidak pernah mengajarkan anak aku
untuk membalas mu, tapi ingat tuhan yang akan membalas muu nanti mass!!”
penekanannya pada akhirnya (ini sebelum kena kanker suaminya)

oh ya namanya pembantu bisa di panggil bi rema yaa. Pada usia 11 tahun brian mengganti
nama panggilannya menjadi Iyan bukan brian lagi karena dia benci dengan panggilan
brian itu, semuanya pun setuju dengan panggilan Iyan. Karena nama itu sudah sangat
kotor sekali untuk di panggil dan iyan pun trauma mendengar nama panggilan itu.

Pada usia 12 tahun ayah iyan dinyatakan di panggil tuhan yang maha esa karena ayah
iyan tidak kuat lagi dengan penyakitnya ituu, semua kesalahan yang dilakukan ayah iyan
sudah dimaafkan olehnya, sebelum meninggal ayah iyan pun sudah meminta maaf atas
semua prilakunya pada diri iyan dan istrinya.

Setelah ayah iyan meninggal

Persidangan pembagian harta warisan pun dimulai!..

“sabtu 9 agustus 2003 kami memutuskan harta benda yang dimilikikan oleh alm
ayahnanda akan diwariskan oleh ke seluruh keluarganya tetapi tidak semua
diwariskan kekeluargaan namun akan diwariskan juga kepada sang istri alm, sidang
hari ini kami tutup!!” tegas hakim, hakim pun Mengetuk palu tiga kalii. Dan
persidangan pun selesai
Setelah sidang selesai dan hasil dari persidangan tersebut dimenangkan oleh paman
(Kaka) dan bibi (adik) 70% sedangkan ibu Cuma sekedar 30%. Namun iyan tidak
dapat sama sekali. “apa apaan ini kok aku cuma dapat 30%, kenapa mereka yang lebih
dapat gedenya?? Sedangkan saya istri yaa!! dan kenapa anak kandung dari alm tidak
dapat!!” protes ibu sebelum hakim keluar dari tempat persidangan. “maaf untuk ibu
kami keputusan sudah bulat dan kami sudah getuk palu, yang berarti sudah sah dalam
persidangan ini, terimakasih.” Singkat hakim tersebut, tetapi ibu tetep kekeh dengan
pendirian, namun “sudahlah kaka ipar, sudah jelaskan tadi hakim bilang apa??
Keputusan mereka sudah bulat dan warisan kaka ku itu setengah ada banyak pada
diriku, understand kaka ipar maniss??” songong sang bibi dengan si paman itu. Iyan
yang tadinya tutup mulut turut berbicara “jangan pernah ejek ibu saya. Ingat saya bisa
mengendalikan kalian nanti!!” tegas Iyan pada mereka berdua, namun mereka tetap
songong.

Beberapa Tahun

Warisan yang ibu dapat dari persidangan itu sudah habis tetapi masih ada setengah. karena
keperluan mereka sangat banyak sekali, bukan keperluan yang banyak tetapi ibu lebih banyak
untuk di sadaqah kan pada orang yang tidak mampu. Dengan akal licik dan jahat dua orang
tersebut berulah lagi dengan perilaku lazim “halo kaka ipar manis, ini ada orang nyarain
kamu, katanya si suami kamu ada hutang besar pada dia, aku ga bisa bantu bayar karena
warisannya sudah habis kak ipar” kata mereka yang berbohong dan menjebak, “tetapi setau
saya suami saya tidak pernah ada hutang sama orang lain, anda salah orang kali..” ucap ibu
dengan lembut yang harus menjaga emosinya. “oh saya ada buktinya bu, jika ibu tidak
percaya” orang tersebut mengeluarkan buktinya dan ternyata itu fakta dengan benar (padahal
palsuu pliss). Ibu mau tidak mau harus mengeluarkan setengah warisan itu. “sudah lunasnya
utang suami saya, diterima” tutur ibu yang sambil memberi amplop warna coklat itu kepada
orang tersebut. “baik terimakasih,saya terima” balas orang tersebut dan mereka pun akhirnya
pergi

“ibu kita harus gimana, apakah ada yang membantu kita nanti??” ucapan tegang Iyan yang
bergetar, ibu mencoba untuk menyari bantuan tetapi tidak dapat sama sekali. Malah takdir
berkehendak lain. ~~
 Ditinggal orang yang tersayang
Hari senin, seharusnya adalah hari spesial Iyan, yang dimana itu iyan berulang tahunnya ke
14 tahun yang akan dirayakan oleh ibunya, namun takdir tuhan berkehendak lain. Tanggal 15
juli 2005 itu yang dimana Iyan dapat kabar benar benar buruk, seorang yang Iyan sayang itu
sudah di panggil oleh tuhan yang maha esa yaitu seorang ibu yang sudah merawatnya dan
melahirkannya. “kenapa selalu semuanya kau ambil pada diriku tuhan? Kapan aku dapat
semua yang aku inginkan tuhan? Aku cape tuhan, kenapa kedua orang tua aku, kau panggil
semuanya tuhan?? ” ucap batin hati Iyan sambil berjalan yang tidak tahu kemana, Iyan pun
memutuskan pergi ke pantai yang dimana tempat terfavorit Iyan jika hatinya tidak baik baik
saja.

Setelah iyan menenangkan hatinya itu,


Iyan pun memutuskan untuk pulang, tetapi iyan akan pulang, namun “aku ingin pulang, tetapi
aku pulang kemana? Apakah keluarga ayah akan menerima aku? Ibu ayah seandainya kalian
masih ada Iyan pasti kuat yah,bu tapi sekarang Iyan lemah tanpa kalian berdua bener bener
lemah. Aku gatau apakah keluarga ayah akan membukakan pintu untuk ku??” binar iyan yang
benar benar kusut dari pakaiannya dan tubuhnya itu. (keluarga ayah iyan ini sangat licik
sekali, Cuma ingin sekedar hartanya ayah Iyan, oh ya harta ayah ya sebelum meninggal di
menangkan oleh kaka dan adik ayah Iyan ini didalam persidangan. jadi iyan tidak dapat
warisan harta ayahnya. Namun ibu ya Iyan dapat warisannya setengah)

Iyan pun tiba dirumah ayah ya (?) eh salah maksudnya dirumah paman dan bibinya itu,
“permisi tante, om” Iyan memencet tombol bel dirumah tersebut, namun tidak ada satupun
yang menjawab dan membukakan pintunya. Beberapa Iyan meninggalkan dan melangkah ada
seseorang yang membukakan pintu rumah tersebut, siapakah dia? Yah benar bi rema
pembantu yang sayang banget sama Iyan ini. Karena bi rema ini dari iyan kecil pun bi rema
selalu ada didekat iyan, bi rema juga tau kalo kehidupan Iyan hancur dari segi keluarga ya
yang pas waktu itu, hancur karena dia tidak dapat warisan punya ayahnya, hancur karena
melihat orang tua ya berantem dll.
Iyan memutuskan untuk berbalik dan feeling dia benar ternyata masih ada yang menunggu
dirinya datang “bi rema, kenapa lama sekali buka pintunya, aku cape tau pencet pencet itu
tombol” kesal Iyan pada bi rema, “maaf yan bi rema lama buka pintunya karena bi rema takut
tuan dan nyonya marah sama kamu nanti, jadi bi rema buka pintunya pas mereka sudah tidur
yan, sekali lagi bi rema mintaa maaf” jelas bi rema pada Iyan dengan teliti. Iyan cuma
mengangguk paham. setelah berbincang di pintu bi rema dan Iyan pergi ke taman belakang
untuk ngomong sesuatu “bi, Iyan boleh ga nyusul ibu sama ayah? Iyan cape bi. Sodara sodara
ayah pada jahat semuanya bi!! Aku benci mereka bii!!” katanya yang penuh dengan rasa
dendam pada sodara ayahnya itu. “no yan, kamu pasti kuat, kamu pasti bisa ayo sekali ini
saja, katanya pengen tenangkan? katanya mau dapat kebahagiaan kan? Ayo tetap hidup sama
bibi. Karena paman dan bibi kamu sudah banyak dikejar Debt Collector yan. Mereka sudah
terlalu terlilit hutang” jelasin bi rema semua ungkapan satu persatu itu.
“iyan pamit bi, iyan pengen ada dekat ibu dan ayah, oh ya Iyan lupa ngasih tau penyakit ayah
nurun ke iyan. Jadi iyan pamit bi, bi rema kerumah keluarga ibu saja disana akan diterima
dengan baik” ucapnya untuk terakhir kalinya. Dan iyan pun menutup matanya dengan
perlahan lahan
“Seandainya bibi bisa kamu selalu yan, kamu ga bakal kanyak gini yan, bibi tau jadi kamu
berat banget ngejalanin dengan hidup yang begitu pedih. Terimakasih yan udah selalu sama
bibi dan terimakasih juga sudah bertahan sampai sekarang jyan
Iyan pamit setelah satu hari sebelum ibu,
Dan cerita ini pun selesai

Anda mungkin juga menyukai