Anda di halaman 1dari 44

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang kita ucapkan atas nikmat yang diberikan Allah sehingga kami
sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat beriringan salam kita kirimkan buat nabi
Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita mampu menjadi menjadi pengikut setia Nabi, amin…
Selanjutnya, ucapan terima kasih penulis kepada dosen pembimbing, yang telah memberikan tugas dalam
membuat makalah tentang “KONSEP BIAYA DAN ARUS BIAYA “ dalam mata pelajaran Akuntansi
Biaya, sehingga dengan makalah ini memberikan banyak ilmu dan pengalaman baru bagi penulis sendiri.
Semoga dengan adanya makalah ini memberikan banyak manfaat bagi pembaca maupun penulis. Dan
penulis berharap masukan dan kritik untuk makalah ini agar bisa lebih baik.

Padang, September 2011

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………
1.3 Tujuan Makalah……………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………
2.1 Pengertian konsep biaya dan objek biaya ………………………………………...
2.2 Ketelusuran Biaya…………………………………………………………………
2.3 Penggolongan Biaya………………………………………………………………
2.4 Perbedaan Akuntansi Biaya perusahaan Jasa, Dagang dan Manufaktur................
2.5 Akuntansi Biaya untuk perusahaan Manufaktur…………………………………
2.6 Arus Biaya………………………………………………………………………
2.7 Laporan Harga Pokok Produksi Perusahaan Manufaktur....................................
2.8 Laporan Rugi Laba Perusahaan Manufaktur.......................................................
BAB III PENUTUPAN………………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………...
3.2 Saran……………………………………………………………………………..
REFERENSI………………………………………………………………………………....
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bilamana seseorang menanyakan sesuatu hal berkaitan dengan biaya (Cost), maka reaksi pertama
hendaknya mencari tahu untuk apa informasi biaya tersebut hendak digunakan. Angka-angka biaya dapat
diartikan bervariasi tergantung pada tujuannya.
Suatu filosofi berorientasi pasar membutuhkan informasi biaya yang cepat, dimulai dari konsepsi produk
sampai distribusi akhir, pelayanan, dan purnajual. Para manajer menggunakan informasi biaya produk
untuk berbagai keputusan strategis, termasuk penetapan harga, penerimaan dan menolak pesanan
penjualan dan memilih produk mana yang akan dibuat. Jika system akuntansi menghasilkan data biaya
yang tidak akurat, perusahaan mungkin menjual produknya lebih rendah dari biayanya. Tanpa informasi
biaya yang akurat, perancangan produk mungkin memilih rancangan yang tidak memberikan nilai tambah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian konsep biaya dan objek biaya
2. Ketelusuran Biaya
3. Penggolongan Biaya
4. Perbedaan Akuntansi Biaya perusahaan Jasa, Dagang dan Manufaktur
5. Akuntansi Biaya untuk perusahaan Manufaktur
6. Arus Biaya
7. Laporan Harga Pokok Produksi Perusahaan Manufaktur
8. Laporan Rugi Laba Perusahaan Manufaktur

1.3 Tujuan Makalah


1. Menambah wawasan tentang Konsep Biaya dan Arus Biaya
2. Dapat mengetahui perbedaan akuntansi biaya di perusahaan jasa, dagang dan manufaktur
3. Dapat mengetahui prosedur untuk menelusuri arus biaya yang menghasilkan keputusan yang efekif.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsep Biaya dan Objek Biaya


Dalam arti luas, biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang
telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Harga Pokok adalah sejumlah nilai aktiva, tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva tersebut
dimanfaatkan untuk membantu memperoleh penghasilan, aktiva tersebut harus dikonversikan ke biaya
(Expense).
Contoh : Uang yang dikeluarkan untuk membeli gedung, tanah, mesin, mobil dll.
Biaya (Expense) adalah beban terhadap penghasilan karna perusahaan menggunakan sumber daya
ekonomi yang ada. Biaya berasal dari aktiva atau terjadi langsung tanpa melalui aktiva.
Contoh : Uang yang dikeluarkan untuk mebayar Upah, Tagihan Telepon, Tagihan Listrik, Sewa gudang
dll.
Objek Biaya (cost object) atau tujuan biaya (cost objective) adalah sebagai sesuatu item atau aktivitas
yang biayanya diakumulasi dan diukur.
Berikut adalah aktivitas atau item-item yang dapat menjadi objek biaya:
1. Produk, Proses
2. Batch dari unit-unit sejenis, Departemen
3. Pesanan pelanggan, Divisi
4. Kontrak, Proyek
5. Lini produk, Tujuan strategis.
2.2 Ketelusuran Biaya
Ketelusuran (Treaceability)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat dengan mudah dan akurat dilacak sebagai objek biaya.
Biaya langsung adalah biaya yang dapat dengan mudah dan akurat ditelusuri sebagai objek biaya.
Metode Penelusuran
Ketelusuran berarti bahwa biaya dapat dibebankan dengan mudah dan akurat sedangkan penelusuran
adalah pembebanan aktual dari biaya ke objek biaya dengan menggunakan ukuran yang dapat diamati
pada konsumsi sumber daya oleh objek biaya.
2 cara penelusuran :
1. Penelusuran langsung, adalah suatu proses pengidentifikasian dan pembebanan biaya yang berkaitan
secara khusus dan secara fisik dengan suatu objek.

2. penelusuran penggerak, adalah suatu proses pengidentifikasian yang menggunakan dalil-dalil sebab
akibat untuk mengidentifikasi berbagai faktor.

2.3 Penggolongan Biaya


Penggolongan biaya adalah penggolongan proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan
elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan
informasi yang lebih punya arti atau lebih penting

Biaya dapat digolongkan menurut :


1. Obyek Pengeluaran.
Dalam cara penggolongan ini ,nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Salah
satu contoh penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran adalah dalam perusahaan kertas, obyek
pengeluarannya adalah biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi
mesin, biaya asuransi, biaya bunga, dan biaya zat warna.
2. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur terdapat tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan
fungsi administrasi dan umum.
Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok :
a. Biaya produksi (production costs)
Termasuk direct material, direct labor & factory overhead yang dikeluarkan untuk memproduksi barang
atau jasa.

b. Biaya pemasaran (marketing costs)


dihasilkan dari penjualan dan pengiriman produk serta mencakup biaya promosi penjualan dan
mempertahankan pelanggan serta biaya transportasi, pergudangan, dan distribusi lainnya.

c. Biaya administrasi (administrative costs)


dihasilkan dari pengerahan dan pengendalian perusahaan serta kegiatan umum seperti fungsi personalia
dan hukum. Biaya ini mencakup gaji bagian akuntansi, manajemen dan keuangan, biaya klerikal, biaya
telepon, dan ongkos sewa.

3. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang dibiayai.

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubgungannya dengan sesuatu yang
dibiayai, biaya dapat dikelompokan menjadi dua golongan:

a. Biaya Langsung ( direct cost )


b. Biaya Tidak Langsung ( indirect cost )
Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi dua, yaitu

a. Biaya Produksi Langsung


Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya Produksi Tidak Langsung.

Dan dalam hubungannya dengan departemen, biaya dibagi menjadi dua golongan, yaitu
a. Biaya Langsung Departemen
Biaya langsung departemen adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu. Contohnya
adalah biaya tenaga kerja yang bekerja dalam Departemen Pemeliharan merupakan biaya langsung
departemen bagi Departemen Pemeliharaan.
b. Biaya tidak langsung departemen.

4. Penggolongan Biaya menurut Volume Produksi


Dalam hubungannya dengan volume produksi, biaya dapat digolongakan menjadi :
a. Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
b. Biaya Semi Variabel, adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. Contohnya penggunaan
tenaga listrik untuk penerangan pada bagian produksi bersifat tetap, tetapi akan bersifat variabel untuk
menggerakan mesin-mesin produksi.
c. Biaya Tetap, adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh
biaya tetap adalah gaji direktur produksi.
d. Biaya Semi Fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan
jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya.


Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua: yaitu pengeluaran modal dan
pengeluaran pendapatan.

a. Pengeluaran modal( capital expenditures) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
akuntansi.
Contohnya adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran, dan
pengeluaran untuk riset dan pengeluaran suatu produk.

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam
satu periode akuntansi. Contohnya adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja.
Manfaat Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (1993, hal. 165), manfaat penggolongan biaya sebagai
berikut:

c. Untuk mengetahui harga pokok produk yang diproduksi dalam bulan tertentu.

d. Sebagai dasar pengambilan keputusan biaya dimasa yang akan datang.


e. Untuk memperjelas tugas wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap manajer.

Menurut Murti dan John (1998, hal. 424), manfaat penggolongan biaya adalah:
1. Memberikan kemudahan pendistribusian biaya secara merata.
2. Memberikan keadilan atau beban yang pantas terhadap suatu produk.

Menurut Charles (1997, hal. 328) manfaat penggolongan biaya adalah untuk mengadakan penilaian
persediaan dan untuk pengambilan keputusan seperti penentuan harga, menambah produk dan
mempromosikan produk.

2.4 Perbedaan Akuntansi Biaya perusahaan Jasa, Dagang dan Manufaktur


Akuntansi Biaya untuk Perusahaan Retail, Jasa dan Manufaktur
Informasi biaya yang akurat merupakan hal penting bagi semua perusahaan baik yang bergerak di bidang
ritel, manufaktur dan jasa.

Masing-masing industri tersebut mempunyai laporan keuangan pokok yang sama; umumnya laporan itu
terdiri , dan dari neraca( laporan posisi keuangan) dan laporan laba-rugi, laba ditahan arus kas yang
terkait.
1. Pedagang eceran (retail) dan perusahaan dagang lainnya, menjual barang pada dasarnya berbentuk fisik
sama dengan barang yang telah mereka beli. Retailer umumnya hanya memiliki satu akun persediaan,
yang disebut Persediaan Barang Dagang.
2. Perusahaan manufaktur mengubah bahan menjadi barang jadi dan secara umum mempunyai 4 akun
persediaan : Persediaan barang langsung, Persediaan Perlengkapan Pabrik, Persediaan Barang Dalam
Proses dan persediaan barang jadi.
Bahan langsung menunjukan harga yang tersedia untuk diproses; Barang dalam proses, harga pokok
barang yang tersedia untuk diproses; barang dalam proses, harga pokok barang yang belum diselesaikan
dan barang jadi, harga pokok barang yang telah diselesaikan.
3. Perusahaan Jasa mempunyai beberapa atau tidak mempunyai persediaan dan outputnya seringnya tidak
berwujud, seperti jasa kesehatan. Sedangkan perusahaan jasa yang memiliki output berwujud, contohnya
adalah kantor akuntan dan konsultan publik,yang outputnya adalah laporan audit.

Perbedaan Akuntansi Biaya Perusahaan Jasa, Dagang, dan Manufaktur dapat terlihat pada contoh laporan
keuangan dibawah ini.
Laporan keuangan perusahaan manufaktur hampir sama dengan laporan keuangan perusahaan dagang.
Perbedaannya terletak pada bagian Aktiva Lancar di Neraca dan Harga Pokok Penjualan di Laporan Rugi-
Laba.
Neraca
Perbandingan Neraca Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur:

Perusahaan Dagang
Neraca sebagian
31 Desember 2005 Perusahaan Manufaktur
Neraca sebagian
31 Desember 2005
Aktiva Lancar: Aktiva Lancar:
Kas XXX Kas XXX
Piutang (bersih) XXX Piutang (bersih) XXX
Persediaan Barang Dagangan XXX Persediaan:
Sewa Dibayar di Muka XXX Barang Jadi XXX
25.900 Barang Dalam Proses XXX
Bahan Baku XXX
XXX
Sewa Dibayar di Muka XXX
XXX
Laporan Rugi-Laba

Perbandingan bagian Harga Pokok Penjualan di Laporan Rugi-Laba antara Perusahaan Dagang dan
Perusahaan Manufaktur:
Perusahaan Dagang
Laporan Rugi-Laba sebagian
Periode Tahun 2005
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan Barang Dagangan 1 Januari ………… XX
(+) Pembelian Bersih …………………..…………… XXX
Barang Tersedia Untuk Dijual ……………………… XXX
(-) Persediaan Barang Dagangan 31 Desember … XXX
Harga Pokok Penjualan ……………………………. XXX

Perusahaan Manufaktur
Laporan Rugi-Laba sebagian
Periode Tahun 2005
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan Barang Jadi 1 Januari …………………. XXX
(+) Harga Pokok Produksi …………… XXX
Barang Tersedia Untuk Dijual ………………………. XXX
(-) Persediaan Barang Jadi 31 Desember …………. XXX
Harga Pokok Penjualan XXX

Komponen yang berbeda digambarkan secara skematis sbb:


Perusahaan Dagang:

Persediaan Barang + Pembelian - Persediaan Barang = Harga Pokok


Dagangan (Awal) Bersih Dagangan (Akhir) Penjualan

Perusahaan Manufaktur:

Persediaan Barang + Harga Pokok - Persediaan Barang = Harga Pokok


Jadi (Awal) Produksi Jadi (Akhir) Penjualan

2.5 Akuntansi Biaya untuk perusahaan Manufaktur


Perusahaan manufaktur mengubah bahan menjadi barang jadi dan secara umum mempunyai 4 akun
persediaan :
f. Persediaan barang langsung
g. Persediaan Perlengkapan Pabrik
h. Persediaan Barang Dalam Proses
i. Persediaan barang jadi.

2.6 Arus Biaya


Akuntansi biaya tidak menambah ataupun mengubah siklus akuntansi dan prinsip-prinsip akuntansi yang
sudah dikenal dalam akuntansi keuangan. Semua biaya manufaktur, tanpa mempedulikan, apakah tetap
atau variable, mengalir melalui akun barang dalam proses dan pembuatan barang jadi. Berdasarkan hasil
analisis didapat bahwa variabel metode arus biaya persediaan dan gross profit margin tidak pengaruh
signifikan terhadap market value perusahaan. Sedangkan variable perputaran persediaan dan nilai
persediaan berpengaruh signifikan antara perusahaan terhadap market value perusahaan.hasil Penelitian
Variabel secara simultan ini menunjukan bahwa variabel metode arus biaya persediaan, Perputaran
persediaan, Gross Profit Margin, Nilai persediaan berpengaruh signifikan terhadap nilai pasar Perusahaan

2.7 Laporan Harga Pokok Produksi Perusahaan Manufaktur


Laporan harga pokok produksi adalah laporan tentang biaya total yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan
untuk memproduksi sejumlah barang di dalam suatu periode tertentu.
Tujuan dari laporan harga pokok produksi adalah untuk mendukung laporan laba-rugi dengan
mengikhitsarkan semua biaya produksi selama periode akuntansi. Biaya produksi tersebut terdiri dari tiga
unsur utama yakni bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.
Contoh format Laporan
PT. Jaya Raya
Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk Periode Yang Berakhir Tanggal 31 Desember XXX
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Harga Pokok Produksi :


- Persediaan awal bahan baku xx
- Pembelian xx
- Persediaan akhir bahan baku (xx)

- Biaya Bahan Baku xxx


- Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
- Biaya Overhead xxx

- Biaya Produksi xxx


- Persediaan awal, Barang Dalam Proses xxx
- Persediaan total, Barang Dalam Proses xxx
- Persediaan akhir, Barang Dalam Proses ( xxx )
- Harga Pokok Produksi xxx

2.8 Laporan Rugi Laba Perusahaan Manufaktur


Dari hasil perhitungan skedul harga pokok produksi dapat lanjutkan untuk penyusunan laporanlaba rugi
manufaktur sebagaimana dicontohkan pada format berikut :

Nama Perusahaan
LAPORAN LABA RUGI
(Perusahaan Manufaktur)
Untuk tahun yang berakhir tanggal 31/12/20xx

Penjualan................................................................xxxx
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan Barang Jadi, 01/01/20xx............xxxx
Harga Pokok Produksi.................................xxxx
Barang tersedia untuk dijual.......................(xxxx)
Persediaan Barang Jadi, 31/12/20xx............(xxxx)
Harga Pokok Penjualan............................................(xxxx)
Laba Kotor................................................................xxxx

Beban operasional :
Beban Pemasaran........................................xxxx
Beban Administrasi.......................................xxxx
Total beban usaha..................................................(xxxx)
Laba Operasional.....................................................xxxx

Pendapatan/Beban lain :
Pendapatan-pendapatan lain.........................xxxx
Beban-beban lain.........................................(xxxx)
Total Pendapatan/Beban lain..................................xxxx(+/-)
Laba Neto (sebelum pajak).....................................xxxx

Laporan Laba Rugi seperti dicontohkan diatas adalah laporan laba rugi multiple step karena perhitungan
dilakukan secara bertahap. Para pengguna laporan laba rugi ini tentu lebih senang membaca laporan laba
rugi dengan multiple step ini karena lebih informatif ketimbang laporan laba rugi dengan single step.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap perusahaan memerlukan konsep biaya yang baik sehingga menghasilkan informasi biaya produk
untuk berbagai keputusan strategis, termasuk penetapan harga, penerimaan dan menolak pesanan
penjualan dan memilih produk mana yang akan dibuat. Jika system akuntansi menghasilkan data biaya
yang tidak akurat, perusahaan mungkin menjual produknya lebih rendah dari biayanya. Tanpa informasi
biaya yang akurat, perancangan produk mungkin memilih rancangan yang tidak memberikan nilai tambah.

REFFERENSI

Rayburrn,L.Gayle (R), Cost Accounting: Using a Cost Management Approach, 6th ed.
Mulyadi, Akuntansi Biaya,Edisi 5, Universitas Gajah Mada, Jogyakarta.
Herawati, Akuntansi Biaya LKMS, BUNG HATTA UNIVERSITY PRESS, Padang.
Thomson, Cost Accounting, Buku 1 – edisi 13- 2006, Salemba Empat .
http://www.managementaccountingsystems.com/60/pengertian-objek-pendekatan-dan-fungsi-sistem-
akuntansi-biaya.htm Diakses, hari Jum’at tanggal 21 September 2012
http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/32-penggolongan-biaya.pdf Diakses, hari
Jum’at tanggal 21 September 2012
http://www.ask.com/web?l=dis&o=14595cr&qsrc=2869&q=ARUS%20BIAYA Diakses, hari
Jum’at tanggal 21 September 2012
http://www.ask.com/web?qsrc=2417&o=14595cr&l=dis&locale=in_ID&tpr=2&q=AKUNTANSI+BIAY
A+UNTUK+PERUSAHAAN+MANUFAKTUR Diakses, hari Jum’at tanggal 21 September 2012
http://solusiakun.blogspot.com/2009/11/laporan-laba-rugi-perusahaan-manufaktur.html Diakses, hari
Senin, tanggal 24 Sepember 2012.
http://www.anneahira.com/laporan-laba-rugi-perusahaan-manufaktur.htm Diakses, hari Senin, tanggal 24
Sepember 2012.
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada TUHAN yang MAHAESA, karena atas berkat
dan limpahan rahmatNya lah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat
waktu.

Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul " KONSEP BIAYA DAN
SISTEM AKUNTANSI BIAYA ", yang menurut kami dapat memberikan manfaat besar bagi
kita untuk dipelajari.

Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila
mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau
menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
TUHAN yang MAHA ESA memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat
kepada kami dan kepada pembaca.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut Supriyono (2000;16), Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau
digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai
pengurang penghasilan.
Menurut Henry Simamora (2002;36), Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan
untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang
bagi organisasi.
Menurut Mulyadi (2001;8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud konsep biaya?
b. Apa yang dimaksud sistem akuntansi biaya?
c. Apa itu Objek biaya?
d. Apa itu data biaya?
e. Apa itu Biaya dalam Hubungan dengan Produk?
f. Bagaimana Biaya dalam Hubungan dengan Volume Produksi?
g. Apa itu Klasifikasi Biaya?
1.3 TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah :
a. Mengetahui pengertian Biaya dalam Hubungan dengan Volume Produksi.
b. Mengetahui pengertian dari konsep biaya
c. Mengetahui tentang sistem akuntansi biaya
d. Mengetahui Objek biaya
e. Mengetahui data biaya
f. Mengetahui Biaya dalam Hubungan dengan Produk.
g. Mengetahui Klasifikasi Biaya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Konsep Biaya
Konsep Biaya dalam akuntansi biaya diartikan dalam dua pengertian yang berbeda yaitu
biaya dalam artian cost dan biaya dalam artian expense. Biaya (cost) Biaya atau cost adalah
pengorbanan sumber ekonomis yang belum habis masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva
yang dimasukkan dalam neraca.
Contoh : persediaan produk dalam proses, persediaan produk selesai, aktiva yang belum
digunakan. Beban (Expense) Biaya atau expense adalah biaya yang telah memberikan manfaat
dan telah habis masa pakainya. Contoh : beban penyusutan, beban pemasaran, beban yang
tergolong sebagai biaya operasi.
2.2.Objek Biaya
Objek biaya atau tujuan biaya adalah tempat dimana biaya atau aktivitas diakumulasikan atau
diukur.
Unsur aktivitas-aktivas yang dapat dijadikan sebagai objek biaya antara lain :
1. Produk
2. Produksi
3. Departemen
4. Divisi
5. Batch dari unit-unit sejenis
6. Lini produk
7. Kontrak
8. Pesanan pelanggan
9. Proyek
10. Proses
11. Tujuan strategis
2.3.Penelusuran Biaya ke Objek Biaya
Pengukuran biaya tergantung pada kemampuan untuk menelusuri biaya tersebut ke objek
biaya. Penelusuran biaya ke objek biaya dapat dibedakan menjadi Biaya Langsung adalah biaya
yang dapat ditelusuri langsung ke sasaran biaya atau objek biaya Biaya Tidak Langsung adalah
biaya yang tidak dapat ditelusuri langsung ke sasaran biaya atau objek biaya.

2.4.Sistem Akuntansi Biaya

Sistem Akuntansi biaya adalah sistem yang membantu manajemen dalam menetapkan
sasaran laba perusahaan, mengungkapkan kegagalan dan keberhasilan tanggung jawab yang
spesifik dan menganalisis serta memutuskan penyesuaian dan perbaikan yang diperlukan agar
tujuan atau sasaran organisasi dapat dicapai.
Informasi biaya yang baik dapat dipenuhi jika :
1. Informasi biaya yang digunakan secara sistematis dan komparatif.
2. Informasi yang digunakan terkoordinasi dan terintegrasi.
3. Informasi tersebut mencerminkan otoritas.
4. Informasi sebaiknya dapat memfokuskan perhatian manajemen.

2.5. Pemrosesan Data.


Pemrosesan data adalah suatu proses pengumpulan, menggelompokkan, menganalisis
dan pelaporan data perusahaan. System pemrosesan data yang baik apabila pemrosesan
data yang digunakan tersebut menyediakan informasi yang tepat waktu. Contohnya mesin
kasir pada supermarket. Sistem informasi atau sistem pemrosesan data harus mampu
menyediakan informasi untuk menentukan :

1. Biaya dan pendapatan historis perusahaan


2. Evaluasi manajemen untuk saat ini dan yang akan datang
3. Perkiraan ekonomi yang berasal dari luar perusahaan
2.6.Penggunaan Data Biaya
Manajer prusahaan menggunakan data biaya dalam pengambilan keputusan, evaluasi kinerja
dan pengendalian operasi perusahaan. Data biaya tersebut dapat digunakan oleh manajer untuk
tujuan :
1. Perencanaan Perusahaan menggunakan data biaya untuk memilih metode yang terbaik untuk
mencapai tujuan yang akan dicapai pada masa akan datang. Selain itu, data biaya digunakan
untuk penentuan anggaran (budget). Perencanaan tersebut berorientasi pada masa yang akan
datang dan berbentuk perencanaan jangka panjang dan jangka pendek.
2. Pengawasan diperlukan untuk membandingkan dan mengevaluasi apakah anggaran atau program
yang dibuat sudah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan funsi perencanaan.
3. Penetapan Harga Pertimbangan yang diperlukan dalam penetapan biaya selain permintaan dan
penawaran adalah biaya. Pertimbangan yang baik seorang manajemen dalam penetapan harga
yaitu dengan memastikan pemulihan atas semua biaya dalam mencapai laba.
4. Menentukan Laba Laba yang dihasilkan dapat ditentukan dengan mengumpulkan seluruh biaya
yang dikeluarkan kemudian dibandingkan dengan biaya-biaya lain.
5. Pengambilan Keputusan Akuntansi biaya dapat digunakan untuk memilih berbagai macam
alternatif pengmabilan keputusan. Perusahaan dapat mengambil keputusan baik yang bersifat
jangka pendek maupun bersifat jangka panjang.
2.7.Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokkan biaya secara
sistematis ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas.
Klasifikasi biaya yang umum digunakan adalah biaya dalam hubungan dengan :
1. Produk
2. Volume produksi
3. Departemen dan pusat biaya
4. Periode akuntansi
5. Pengambilan keputusan
2.8.Biaya dalam Hubungan dengan Produk
Biaya dalam Hubungan dengan Produk dapat dikelompokkan menjadi :
 Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead.
1. Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang tidak dapat dipisahkan dari produk
selesai.
Contoh :
1. kayu dalam pembuatan mebel
2. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah bahan baku menjadi
produk selesai. Contoh : tukang jahit, bordir, pembuatan pola dalam pembuatan pakaian.
3. Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi
membantu dalam merubah bahan baku menjadi produk selesai. Biaya overhead dapat
dikelompokkan menjadi :
a) Bahan tidak langsung (bahan pembantu atau penolong) adalah bahan yang digunakan dalam
penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatf lebih kecil. Contoh : amplas, pola kertas, staples.
b) Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang membantu dalam pengolahan produk
selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai. Contoh : gaji satpam pabrik, gaji
pengawas pabrik
c) Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak
langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada
produk selesai. Contoh : pajak bumi dan bangunan pabrik, listrik pabrik, penyusutan pabrik Dua
dari tiga unsur utama biaya produksi dapat digolongkan secara terminologi biaya menjadi :
1. Biaya utama adalah gabungan antara biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung.
2. Biaya konversi adalah gabungan antara biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
 Biaya Non Produksi
Biaya non produksi adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi. Disebut
juga sebagai biaya komersial atau biaya operasi. Biaya ini digolongkan sebagai biaya periode
yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan interval waktu. Biaya ini dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Beban pemasaran atau biaya penjualan adalah biaya yang dikeluarkan apabila produk selesai dan
siap dipasarkan ke tangan konsumen. Contoh : beban iklan, promosi, komisi penjualan
2. Beban administrasi adalah biaya yang dikeluarkan dalam hubungannya dengan kegiatan penentu
kebijakkan, pengaraham,pengawasan kegiatan perusahaan agar dapat berjalan dengan efektif dan
efisien. Contoh : gaji administrasi kantor, sewa kantor, biaya urusan kantor.
3. Beban keuangan adalah biaya yang muncul dalam melaksanakan fungsi-fungsi keuangan.
Contoh : beban bunga
2.9.Biaya dalam Hubungan dengan Volume Produksi
Biaya dalam hubungan dengan volume produksi dikelompokkan menjadi :
1. Biaya variable adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi dalam
rentang relevan, tetapi secara per unit tetap. Contoh : perlengkapan, bahan bakar
2. Biaya tetap adalah biaya yang bersifat tetap dalam rentang relevan tertentu, tetapi secara per unit
berubah. Contoh : gaji supervisor, gaji eksekutif produksi
3. Biaya semi adalah biaya yang di dalamnya mengandung unsur tetap dan mengandung unsur
variabel. Biaya semi ini dapat dikelompokkan dalam dua elemen biaya yaitu :
a. Biaya semivariabel adalah biaya yang di dalamnya mengandung unsure tetap dan
memperlihatkan karakter tetap dan variabel. Contoh : biaya listrik, biaya telepon dan air.
b. Biaya semitetap adalah biaya yang berubah dan volume secara bertahap. Contoh : gaji penyelia
2.0.1. Biaya dalam Hubungan dengan Departemen Produksi
Biaya dalam hubungan dengan departemen produksi dapat dikelompokkan menjadi :
1. Biaya langsung departemen adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke departemen
yang bersangkutan. Contoh : gaji mandor pabrik
2. Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang tidak dapatditelusuri secara langsung ke
departemen bersangkutan. Contoh : biaya penyusutan dan biaya asuransi.
2.0.2. Biaya Dalam Hubungan dengan Periode Waktu
Biaya dalam hubungan dengan periode waktu dapat dikelompokkan menjadi :
1. Biaya pengeluaran modal adalah biaya yang dikeluarkan untuk memberikan manfaat di masa
depan dan dalam jangka waktu yang panjang serta dilaporkan sebagai aktiva. Contoh : pembelian
mesin dan peralatan.
2. Biaya pengeluaran pendapatan adalah biaya yang yang memberikan manfaat untuk periode
sekarang dan dilaporkan sebagai beban. Contoh : mesin atau peralatan yang apabila dikonsumsi
akan kehilangan kegunaan dan menimbulkan penyusutan.
2.0.3. Biaya dalam Hubungannya dengan Pengambilan Keputusan
Biaya dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan dikelompokkan Biaya Relevan
Biaya relevan adalah biaya masa akan datang yang berbeda dalam alternatif yang berbeda. Biaya
relevan terdiri dari :
1. Biaya diferensial adalah selisih biaya atau biaya yang berbeda dalam berbagai alternatif pilihan.
Biaya ini disebut juga dengan biaya marginal atau biaya incremental.
2. Biaya kesempatan adalah kesempatan yang dikorbankan dalam memilih suatu alternatif.
3. Biaya tersamar adalah biaya yang tidak kelihatan dalam catatan akuntansi tetapi mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan. Contoh : biaya bunga
4. Biaya nyata adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan akibat memilih suatu alternatif. Contoh :
biaya yang dikeluarkan akibat menerima pesanan dari luar.
5. Biaya yang dapat dilacak adalah biaya yang dapat dilacak kepada produk selesai. Contoh : biaya
bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
 Biaya Tidak Relevan Biaya tidak relevan adalah biaya yang dikeluarkan tetapi tidak
mempengaruhi keputusan apapun. Biaya ini dapat dikelompokkan menjadi :
1. Biaya masa lalu adalah biaya yang sudah dikeluarkan tetapi tidak mempengaruhi keputusan
apapun. Contoh : pembelian mesin
2. Biaya terbenam adalah biaya yang tidak dapat kembali. Contoh : kelebihan nilai buku atas nilai
sisa, supervisor pabrik, penyusutan bangunan.

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut maka dapat diambil kesimpulan berikut :
1. Konsep Biaya sumber ekonomis yang belum habis masa pakainya, dan digolongkan sebagai
aktiva yang dimasukkan dalam neraca.
2. Sistem informasi Akuntansi biaya adalah sistem yang membantu manajemen dalam menetapkan
sasaran laba perusahaan, mengungkapkan kegagalan dan keberhasilan tanggung jawab yang
spesifik dan menganalisis serta memutuskan penyesuaian dan perbaikan yang diperlukan agar
tujuan atau sasaran organisasi dapat dicapai.
3. Objek biaya atau tujuan biaya adalah tempat dimana biaya atau aktivitas diakumulasikan atau
diukur.
4. Manajer prusahaan menggunakan data biaya dalam pengambilan keputusan, evaluasi kinerja dan
pengendalian operasi perusahaan. Seperti : Perencanaan Perusahaan, Penetapan Harga
Pertimbangan,dan lain – lain.
5. Biaya dalam Hubungan dengan Produk dikelompokan dalam 2 bagian :
a. Biaya Produksi
b. Biaya Non Produksi
6. Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokkan biaya secara
sistematis ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas.
7. Biaya dalam hubungan dengan volume produksi dikelompokkan menjadi :
a. Biaya variable
b. Biaya tetap
c. Biaya semi
3.2.SARAN
Dengan adanya konsep biaya dan sistem akuntansi biaya dalam suatu
organisasi/perusahaan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja
organisasi/perusahaan tersebut. Asalkan pelaksanaannya masih memegang teguh tanggung jawab
utamanya.

DAFTAR PUSTAKA
http://www. Supriyono.com/2012/01/Makalah-konsep-biaya-dan-sistem-akuntansi-biaya.html

http://www.HenrySimamora.com/2012/01/Makalah-konsep-biaya-dan-sistem-akuntansi-

biaya.html

http://www Mulyadi.com/2012/01/Makalah-konsep-biaya-dan-sistem-akuntansi-biaya.html

http://www.scribd.com/doc/26804232/Makalah-konsep-biaya-dan-sistem-akuntansi-biaya.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Akuntansi biaya merupakan suatu bidang akuntansi yang diperuntukkan bagi proses
pelacakan dan analisa terhadap biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas suatu organisasi
untuk menghasilkan barang dan jasa.Biaya didefinisikan sebagai waktu dan sumber daya yang
dibutuhkan dan menurut konvensi diukur dengan satuan uang.Pengguna kata beban adalah pada
saat biaya sudah habis terpakai.
Definisi akuntansi biaya yang diutarakan oleh Kartadinata (2000:22) adalah “patner
manajemen yang utama dalam kegiatan perencanaan dan pengawasan dengan memberikan
kepada manajemen alat-alat yang diperlukan untuk merencanakan, mengawasi dan melakukan
penilaian atas kegiatan-kegiatan perusahaan”. Menurut Usry dan Carter (2004:11) yang
dialihbahasakan oleh Krista, akuntansi biaya adalah “perhitungan biaya yang diperlukan untuk
aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisiensi, serta
membuat keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun strategis”. Menurut Schaum
pengertian dari Akuntansi biaya adalah “suatu prosedur untuk mencatat dan melaporkan hasil
pengukuran dari biaya pembuatan barang atau jasa”. Fungsi utama akuntansi biaya adalah
melakukan akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan pendapatan. Berdasarkan
definisi-definisi di atas dapat dikatakan bahwa akuntansi biaya merupakan suatu proses kegiatan
di bidang akuntansi dalam menetapkan biaya suatu produk atau jasa dengan tujuan untuk
mendapatkan laba yang maksimal dan manfaat, sedangkan biaya menyediakan salah satu
informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaannya, yaitu untuk
perencanaan dan pengendalian laba, penentuan harga pokok produk dan jasa, serta bagi
pengambilan keputusan oleh manajemen.

1.2 Rumusan masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan biaya?


b. Apakah yang dimaksud dengan klasifikasi biaya?
c. Apakah yang dimaksud dengan klasifikasi biaya dalam perusahaan pabrikasi, dagang, dan jasa?
d. Apakah yang dimaksud dengan biaya untuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan
keputusan?
e. Bagaimanakah hubungan biaya dengan obyek biaya?
f. Apakah yang dimaksud dengan unsur-unsur harga pokok produksi?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan biaya.


b. Mengatahui apa yang dimaksud dengan klasifikasi biaya.
c. Mengetahui apa yang dimaksud dengan klasifikasi biaya dalam perusahaan pabrikasi, dagang,
dan jasa.
d. Mengetahui apa yang dimaksud dengan biaya untuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan
keputusan.
e. Mengatahui bagaimana hubungan biaya dengan obyek biaya.
f. Mengetahui apa yang dimaksud dengan unsur-unsur harga pokok produksi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Biaya

Definisi biaya sendiri memiliki kemajemukan karena konsepnya berasal dari istilah
umum, sehingga tidak mudah untuk memberikan suatu batasan yang pasti tanpa meninggalkan
keraguan mengenai pengertiannya. Para ahli ekonomi, akuntan dan pihak-pihak yang dihadapkan
pada masalah biaya ini memiliki pengembangan mengenai konsep dan istilah biaya menurut
kebutuhan meraka.
Objek dari akuntansi biaya adalah biaya itu sendiri, ini dapat dilihat dari definisi biaya
yang dikemukakan oleh para ahli. Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk
suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku,
baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya terbagi menjadi dua, yaitu biaya
eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang terlihat secara fisik, misalnya
berupa kas. Sementara itu, yang dimaksud dengan biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat
secara langsung, misalnya biaya kesempatan dan penyusutan barang modal.
Menurut Hansen Mowen (2000:38) yang dialihbahasakan oleh Ancella A. Hermawan,
mendefinisikan biaya sebagai “kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau
jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisssi.Di sisi
lain, Carter dan Usry (2004:29) biaya didefinisikan sebagai “Nilai tukar, pengeluaran,
pengorbanan untuk memperoleh manfaat”.
Menurut Bastian, dkk. (2006:4) biaya adalah “pengorbanan sumber ekonomis yang diukur
dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan
tertentu”.
Dalam akuntansi, yang dimaksud dengan biaya adalah aliran sumber daya yang dihitung
dalam satuan moneter yang dikeluarkan untuk membeli atau membayar persediaan, jasa, tenaga
kerja, produk, peralatan, dan barang lainnya yang digunakan untuk keperluan bisnis atau
kepentingan lainnya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas biaya adalah pengorbanan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mendapatkan laba yang maksimal dimasa yang akan datang.
Sampai saat ini banyak orang yang terjebak dalam kata-kata biaya (cost) dan beban
(expense) yang digunakan dalam akuntansi. Dalam akuntansi terdapat perbedaan yang mendasar
antara dua kata tersebut.
Biaya (cost) merupakan bahan olah dasar akuntansi (pengukuran yang dilekatkan pada
suatu objek cost). Dengan pengertian tersebut semua objek yang dapat diukur merupakan objek
cost,dan hasil pengukuran tersebutlah yang disebut cost.
Biaya merupakan harga yang dibayarkan untuk mendapatkan, menghasilkan, atau
memelihara barang atau jasa. Misalnya harga-harga yang dibayarkan untuk bahan, tenaga kerja,
dan biaya overhead pabrik.
Beban (expense) adalah “penurunan manfaat ekonomi selama satu periode dalam bentuk
arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal”.
Beban merupakan hasil dari penggunaan sebuah aktiiva, misalnya penyusutan, beban juga
lebih banyak diterapkan terhadap hal-hal rutin, misalnya beban gaji.
Biaya adalah upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pendapatan (hasil). Sedangkan
kata beban tidak selaras dengan konsep upaya dan hasil, karena beban mempunyai makna akan
sesuatu yang harus ditanggung (seakan-akan pendapatan didapat dahulu, dan karena
mendapatkan pendapatan tersebut kita harus menanggung beban). Dari beberapa pengertian biaya
(cost) dan beban (expense) dapat dilihat perbedaan antara biaya dan beban.

2.2 Klasifikasi Biaya


2.2.1. Klasifikasi Biaya Secara Umum
Akuntansi biaya menghasilkan biaya untuk memenuhi pencapaian tujuan antara lain
penentuan harga pokok, perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan, maka
dari itu penyajian biaya diklasifikasikan dengan tepat sangat diperlukan agar data yang dihasilkan
akurat sebab informasi tersebut diperlukan untuk tindak lanjut dalam melaksanakan kegitan
perusahaan dalam mengevaluasi serta melakukan perbaikan dimasa yang akan datang.
Pada akuntansi biaya, umumnya penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang
akan dicapai dengan penggolongan tersebut, karena pada akuntansi biaya dikenal konsep
different costs for different purposes, yang artinya biaya yang berbeda digunakan untuk
kepentingan yang berbeda pula. Pada dasarnya klasifikasi biaya adalah preses pengelompokan
biaya atas keseluruhan elemen biaya secara sistematis ke dalam golongan-golongan tertentu yang
lebih rinci yang bertujuan memberikan informasi biaya yang lebih lengkap bagi manajemen
dalam mengelola perusahaan.

2.2.2. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Pabrikasi


Untuk membantu manajemen menganalisis biaya pabrikasi produknya, biaya pabrikasi
pada umumnya di bagi ke dalam tiga komponen, yakni :

a. Bahan baku langsung


b. Tenaga kerja langsung
c. Overhead pabrikasi

 Dalam Perusahaan Pabrikasi (manufactured products)


a. Total Biaya :
Biaya Produk + Biaya periode
b. Biaya produk :
Biaya bahan baku langsung + Biaya tenaga kerja langsung + Biaya overhead pabrikasi.

c. Biaya Periode
Biaya pemasaran/penjualan + Biaya administratif dan umum

 Biaya Produk dan Biaya periode di Organisasi Bisnis

Jenis Perusahaan Biaya Produk Biaya Periode


Perusahaan Jasa Biaya penyerahan Beban pemasaran
Jasa.
Perusahaan dagang Biaya pembelian brg Beban pemasaran
Dagangan dari Beban administratif
pema-
sok.
Perusahaan pabri- Semua biaya pabri- Beban pemasaran
Kasi. kasi, termasuk bhn Beban administratif
Baku langsung, tena
ga kerja langsung,
dan overhead pabri
kasi.
2.2.3. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Dagang.
Contoh : Laporan Laba Rugi

PT. Lintas Media Nusantara


Laporan Laba Rugi
31 Desember 2005

Pendapatan penjualan ……………………………………………Rp. xxx.xxx

Biaya produk :
Persediaan barang dagangan, 1/1/2006 ….Rp. xxx.xxx
Pembelian barang dagangan ………………Rp. xxx.xxx (+)

Barang dagangan tersedia utk dijual …….. Rp. xxx.xxx


Persediaan brg dagangan, 31/12/2006……Rp. xxx.xxx (-)

Biaya pokok penjualan ……………………………………………Rp. xxx.xxx


Laba kotor ………………………………………………………….Rp. xxx.xxx

Beban Penjualan dan Administratif

Biaya Periode :
Gaji …………………………………………. Rp. xxx.xxx
Komisi wiraniaga ………………………….. Rp. xxx.xxx
Sewa ……………………………………….. Rp. xxx.xxx
Periklanan …………………………………. Rp. xxx.xxx
Utilitas ………………………………………. Rp. xxx.xxx
Asuransi ……………………………………. Rp. xxx.xxx
Keperluan kantor ………………………….. Rp. xxx.xxx (+)

Jml beban penjualan dan administratif …. Rp.xxx.xxx


Laba Operasi ……………………………………………………. Rp.xxx.xxx

2.2.4. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Jasa.


Ada dua pertimbangan akuntansi mendasar untuk perusahaan jasa, yakni :
a. Biaya tenaga kerja yang relatif tinggi
b. Tidak adanya persediaan untuk dijual.
Biaya dalam perusahaan jasa dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung.
a. Biaya langsung (direct cost)
adalah biaya yang dapat ditelusuri secara fisik ke produk atau jasa tertentu, seperti gaji yang
dibayarkan kepada para akuntan, pengacara, dll.
b. Biaya Tidak langsung (indirect cost)
adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri ke produk atau jasa, seperti asuransi atau sewa kantor.
Biaya tidak langsung biasanya dikurangkan dari pendapatan dalam periode di mana biaya
dipakai.

Contoh: Laporan Laba Rugi Perusahaan Jasa

PT Cahaya Abadai
Laporan Laba Rugi
31 Desember 2006
Pendapatan Jasa Konsultasi Rp. 18.000.000

Kompensasi dan Tunjangan Rp. 8.500.000


Sewa Kantor Rp. 1.200.000
Pelatihan dan Riset Rp. 900.000
Rekruitmen Karyawan Rp. 500.000
Asuransi Profesional Rp. 350.000
Lain-Lain Rp. 750.000

Jumlah Biaya Rp. 12. 100.000


Laba Operasi Rp. 7.900.000

2.2.5. Biaya untuk Perencanaan, Pengendalian dan Pengambilan Keputusan.


Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, biaya sering kali digolongkan sebagai :
biaya langsung dan tidak langsung, ter- kendalikan dan tidak terkendalikan, bergabung dan
bersama, dan berbagai golongan lainnya.

2.2.6. Hubungan Biaya dengan Obyek Biaya


Biaya sering dikategorikan dari segi hubungannya dengan suatu obyek atau segmen
operasi, yang sering disebut obyek biaya. Obyek biaya dapat berupa produk, kawasan penjualan,
pelang- gan, divisi, pabrik, departemen atau suatu aktivitas.
Terdapat dua jenis obuek biaya : obyek biaya antara dan obyek biaya akhir. Obyek
biaya antara (intermediate cost object) adalah penghimpunan biaya yang dilaporkan yang lalu
dialokasikan kepada obyek biaya lainnya.
Obyek biaya Akhir (final cost object), adalah titik penghimpunan biaya di mana tidak
dilakukan lagi alokasi biaya. Obyek biaya akhir yang palim lazim adalah produk.

2.2.7. Biaya Terkendalikan dan Biaya Tgaidak Terkendalikan


a. Biaya Terkendaliakan :
Suatu biaya dianggap sebagai biaya terkendalikan pada jenjang manajemen tertentu
manakala lapisan manajemen tersebut mempunyai kekuasaan untuk mengotorisasi biaya
tadi. Contoh biaya iklan surat kabar menjadi biaya terkendalikan oleh manajer pemasaran
apabila di mempunyai kekuasaaan untuk mengotori sasi biaya dan jenis iklan surat kabar.
b. Biaya tidak Terkendaliakan :
Biaya ini berada di luar kendali manajer karena di tidak dapat mengotorisasinya. Misal
biaya penyusutan mesin perlengkapan pabrik bagi manajer pemasaran menjadi biaya tidak
terkendalikan, karena manajer tsb tidak mempunyai wewenang untuk mengotorisasi pemakain
mesin pabrik.

2.2.8. Biaya Bergabung dan Biaya Bersama


Biaya tidak langsung sering pula disebut biaya bersama atau biaya bergabung. Biaya
Bersama (Common Cost) dikeluarkan untuk menyediakan manfaat kepada lebih dari satu
aktivitas. Biaya ini terjadi ketika dua produk, yang mungkin dihasilkan secara terpisah,
diproduksi bersama.
Biaya bergabung (joint cost), diterapkan dalam situasi di mana bermacam-macam
keluaran berasal dari satu sumber. Contoh minyak mentah dapat diolah menjadi bermacam-
macam produk (misal solar, oli, premium dll).

2.2.9. Biaya Relevan dan Biaya Tidak Relevan.


Dalam rangka untuk pengambilan keputusan, biaya relevan harus memiliki manfaat yang
paling tinggi. Agar supaya biaya disebut biaya relevan, maka biaya tersebut :
a. Harus berbeda pada waktu dilakukan perbandingan pilihan keputusan. Apabila suatu biaya
meningkat, menurun, mun cul ataupun menghilang pada waktu suatu tindakan yang berbeda
dievaluasi, maka biaya tadi boleh disebut relevan.
b. Harus bernilai kini atau masa yang akan datang.
Biaya Tidak relevan (iirelevant cost) adalah biaya yang tidak berubah untuk semua alternatif.

2.3 Pengertian dan Unsur-unsur Harga Pokok Produksi


2.3.1 Pengertian Harga Pokok Produksi
Perhitungan harga pokok produksi sangat mempengaruhi penetapan harga jual suatu
produk sekaligus penetapan laba yang diinginkan. Dengan demikian ketepatan dalam melakukan
perhitungan harga pokok produksi benar-benar diperhatikan karena apabila terjadi kesalahan
dalam perhitungan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Pada umumnya, sebagian besar dari perusahaan yang menghasilkan barang-barang dan
jasa-jasa masih menghadapi persoalan dalam menentukan harga pokok produksi. Penentuan
harga pokok produksi memegang peran yang sangat penting dalam perusahaa industri. Salah satu
kegunaan dan penentuan harga pokok produksi adalah untuk menentukan harga jual.
Permasalahan yang sering dihadapi perusahaan manufaktur adalah permasalahan
penentuan harga pokok. Harga pokok ini memegang peranan penting karena kesalahan dalam
penentuan harga pokok akan mempengaruhi harga jual produk yang dihasilkan. Harga jual
produk akan mempengaruhi laba yang diharapkan perusahaan, juga kemampuan bersaing produk
sejenis yang dihasilkan perusahaan lain.
Pengertian harga pokok produksi menurut Hansen dan Mowen (2000:48) yaitu;Harga
pokok produksi mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan pada periode tersebut. Satu-
satunya biaya yang diberikan pada barang yang diselesaikan adalah biaya produksi dari bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya lain-lain.
Dipihak lain Bastian, dkk. (2006:60), harga pokok produksi adalah “kumpulan biaya
produksi yang terdiri dari bahan baku langsung dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan
produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir”
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa harga pokok produksi adalah
semua biaya, baik langsung maupun tidak lansung yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu
barang selama periode tertentu.
2.3.2 Unsur-unsur Harga Pokok Produksi
Unsur-unsur harga pokok produksi menurut Kartadinata (2000:7) ada 3, yaitu bahan baku
dan bahan pembantu, upah langsung, biaya produksi tidak langsung.
Definisi biaya bahan baku langsung Bastian, dkk (2006:10), adalah “biaya bahan baku
yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri
langsung dari produk selesai”.
Hansen dan Mowen (2000:45), “biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja
yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan yang dihasilkan. Pengamatan fisik dapat
digunakan untuk mengukur jumlah kerja yang digunakan untuk menghasilkan jasa atau
pelayanan”.
Usry dan Carter (2004:411), “biaya overhead pabrik adalah biaya tidak langsung, pekerja
tidak langsung dan biaya pabrik lainnya yang tidak secara mudah dapat dibebankan langsung ke
pekerja atau produk”.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Akuntansi biaya merupakan bagian yang integral dengan financial accounting. Akuntansi
biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan
merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikannya informasi biaya dalam bentuk
laporan biaya. Biaya (cost) berbeda biaya beban (expense), cost adalah pengorbanan ekonomis
yang dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa, sedangkan beban (expense) adalah expired
cost yaitu pengorbanan yang diperlukan atau dikeluarkan untuk merealisasi hasil, beban ini
dikaitkan dengan revenue pada periode yang berjalan. Pengorbanan yang tidak ada hubungannya
dengan perolehan aktiva, barang atau jasa dan juga tidak ada hubungannya dengan realisasi hasil
penjualan, maka tidak digolongkan sebagai cost ataupun expense tetapi digolongkan sebagai loss.

3.2 Saran
Adanya konsep dan klasifikasi biaya akan mempermudah pemimpin perusahaan dalam
mengelola perusahaanya secara efisien dan efektif. Untuk itu penulis menyarankan kepada
pembaca dan calon pemimpin perusahaan pada khususnya, untuk lebih mendalami semua aspek
yang berkaitan dengan akuntansi biaya. Khususnya tentang biaya produksi atau operasional, di
sistem industri memainkan peran yang sangat penting, karena ia menciptakan keunggulan
kompetitif dalam persaingan antar industri dalam pasar global. Hal ini disebabkan proporsi biaya
produksi dapat mencapai sekitar 70% – 90% dari biaya total penjualan secara keseluruhan,
sehingga reduksi biaya produksi melalui peningkatan efisiensi akan membuat harga jual yang
ditetapkan oleh produsen menjadi lebih kompetitif.
DAFTAR PUSTAKA
Hamanto, M.Soc.Sc., Akt., Drs., 1992, Akuntansi Biaya untuk Perhitungan Biaya
Matz-Usry, 1991, Akuntansi Biaya- Perencanaan dan Pengendalian, Jakarta : Erlangga.
Mulyadi, 2007, Akuntansi Biaya. Yogyakarta : BPFE-UGM.
Pokok Produksi (Sistem Biaya Historis), Yogyakarta:BPFE-UGM.
Tresno Lesmono, MSPA., AKT., Drs., 1998, Akuntansi Biaya, Cetakan Pertama , Yogyakarta :
Pusat penerbitan Akaderni YKPN.
Konsep Dasar Akuntansi Biaya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gaji dan upah adalah komponen biaya yang secara rutin terjadi dalam penyelenggaraan

perusahaan dan sangat penting, karena berkaitan dengan motivasi karyawan. Pada perusahaan yang

bergerak di sektor jasa, gaji dan upah merupakan biaya yang paling dominan. Untuk memudahkan

pelaksanaan administrasinya maka diperlukan suatu sistem, yaitu sistem akuntansi gaji dan upah.

Dengan adanya sistem akuntansi yang memadai, menjadikan akuntan perusahaan dapat

menyediakan informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau pemegang saham,

kreditur dan para pemakai laporan keuangan lain. Sistem Akuntansi tersebut dapat digunakan oleh

manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan operasi perusahaan. Sehingga dapat mencapai

sasaran dan menjamin atau menyediakan laporan keuangan yang tepat.

Gaji dan upah merupakan bagian dari kompensasi-kompensasi yang paling besar yang diberikan

perusahaan sebagai balas jasa kepada karyawannya. Dan bagi karyawan ini merupakan nilai hak dari

prestasi mereka, juga sebagai motivator dalam bekerja.

Sedangkan bagi perusahaan jasa, gaji dan upah merupakan komponen biaya yang mempunyai

dampak besar dalam mempengaruhi laba, sehingga harus terus menerus diawasi pengelolaannya.

B. Landasar Teoritis

1. Apa konsep dasar akuntansi biata tentang upah langsung ?

2. Apa fungsi sistem akuntansi dalam upah tenaga kerja langsung?

3. Bagaimana komponen biaya rutin yang terjadi dalam penyelengaraan perusahaan?

4. Apa fungsi penentuan upah dalam sebuah perusahaan?

5. Bagaimana standar upah yang telah di tentukan dalam konsep akuntansi biaya?

C. Tujuan Pembahasan

1. Memahami konsep dasar akuntansi biaya tentang Upah tenaga kerja langsung

2. Mengetahui arti pentingnya sistem akuntansi dalam konsep upah tenaga kerja langsung

3. Memahami komponen biaya rutin yang terjadi dalam penyelenggaraan perusahaan

4. Memahami fungsi penentuan upah standar dalam sebuah perusahaan


5. Mengetahui standar upah yang telah di tentukan dalam konsep akuntansi biaya

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya biasanya hanya dianggap berlaku untuk operasi pabrikase, namun dalam dunia

ekonomi dewasa ini setiap jenis organisasi dari berbagai ukuran dapat mengambil manfaat dari

penggunaan konsep dan teknik akuntansi biaya. Dalam hal ini penulis hanya menerapkan akuntansi biaya

sesuai dengan judul skripsi yang ditulis dalam memecahkan suatu masalah-masalah yang terjadi di

lapangan.

Akuntansi biaya juga dapat diartikan sebagai kunci atau alat yang penting guna membantu

manajemen dalam melakukan pertimbangan, perencanaan, pengawasan serta sebagai penilaian terhadap

kegiatan perusahaan.

Menurut Mulyadi bahwa pengertian Akuntansi Biaya ialah proses pencatatan, penggolongan,

peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk jasa dengan cara-cara tertentu serta

penafsiran terhadapnya.[1]

Matz - Usry mendefinisikan akuntansi biaya sebagai berikut :

“Cost accounting sometime call management accounting, should be considered the key managerial
partner, furnishing management with the necessary accounting tools to plan and control activities.” [2]

Kemudian Abdul Halim mengemukakan definisi akuntansi biaya sebagai berikut :

“Akuntansi biaya adalah akuntansi yang membicarakan tentang penentuan harga pokok (cost) dari suatu
produk yang diproduksi (atau dijual di pasar) baik untuk memenuhi pesanan dan pemesan maupun untuk
menjadi persediaan barang dagangan. yang akan dijual.” [3]

Selanjutnya dikemukakan pula definisi akuntansi biaya menurut R. A. Supriyono dalam bukunya

Akuntansi Biaya, bahwa :

Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen untuk memonitor
dan merekam transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan
biaya.[4]

Jadi akuntansi biaya merupakan penentuan harga pokok suatu produk dengan melakukan suatu

proses pencatatan, penggolongan dan penyajian transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan

informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Akuntansi biaya dinyatakan oleh Fess and Warren dalam

bukunya adalah :

“Cost accounting emphasizes the determination and the control of costs. It is concerned primarily with the
costs of manufacturing processes and of manufactured products. In addition, one of the most important
duties of the cost accountant is to gather and explain cost data, both actual and prospective. Management
uses these data in controlling current operations and in planning for the future. [5]
Dari definisi di atas, jelaslah bahwa fungsi akuntansi biaya adalah sebagai alat informasi bagi

seorang pimpinan dalam rangka pengambilan keputusan. Disamping itu, dikemukakan juga bahwa

akuntansi biaya pada umumnya identik dengan manajerial dan sebagai alat bagi seorang manajer dalam

merencanakan dan mengontrol serta mengevaluasi kegiatan perusahaan.

Menurut R. A. Supriyono, Akuntansi biaya bertujuan untuk :

1. Perencanaan dan pengendalian biaya.

2. Penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dengan tepat dan teliti.

3. Pengambilan keputusan oleh manajemen. [6]

Adapun menurut Matz and Usry, Akuntansi Biaya mempunyai peranan sebagai berikut :

1. Menyusun dan melaksanakan rencana dan anggaran operasi perusahaan dalam kondisi yang

ekonomis dan bersaing.

2. Menetapkan metode kalkulasi biaya dan prosedur yang menjamin adanya pengendalian biaya dan

jika memungkinkan, pengurangan atau pembebanan biaya.

3. Menentukan nilai persediaan dalam rangka kalkulasi biaya dan penetapan harga, dan sewaktu-

waktu memeriksa jumlah persediaan dalam bentuk fisis.

4. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi tahunan atau periode yang lebih

singkat.

5. Memilih alternatif terbaik yang bisa menaikkan pendapatan atau menurunkan biaya.[7]

Akuntansi biaya memberikan klasifikasi dan pembagian biaya yang tepat dalam mengontrol bahan

baku, bahan penolong, upah tenaga kerja dan biaya-biaya tak langsung menetapkan standar untuk

mengukur efisiensi, memberikan data dan menyusun anggaran serta untuk menetapkan harga pokok

produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan secara teliti.

B. Mamfaat dan Tujuan Akuntansi Biaya

Adapun tujuan dari akuntansi biaya adalah untuk menyediakan informasi biaya bagi manajemen

guna membantu mereka dalam mengelola perusahaan.

Penentuan harga pokok produk juga merupakan tujuan dari pada perusahaan pabrikase hanya dapat

dilakukan jika diadakan pemisahan antara biaya produksi dan biaya non produksi

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka biaya-biaya yang terjadi di dalam perusahaan harus dicatat

dan digolongkan sedemikian rupa, sehingga jelas yang mana biaya langsung dan biaya tak langsung yang

termasuk biaya produksi dan apa saja yang merupakan biaya non produksi, dengan demikian
memungkinkan untuk menentukan harga pokok atau menetapkan biaya produksi secara baik dan teliti.

Akuntansi biaya bukanlah tujuan tetapi merupakan alat dari manajemen untuk berbagai tujuan dan

keperluan yang dibutuhkan manajemen termasuk pengawasan dan penekanan biaya produk yang

dihasilkan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya itu sendiri dapat membantu

manajemen dalam mengambil keputusan mengenai :

1. Penentuan harga pokok persatuan produk atau jasa.

2. Pengendalian biaya.

3. Pengendalian data biaya bagi pengambilan keputusan khusus, perumusan kebijaksanaan dan

perencanaan jangka panjang.

Tujuan atau manfaat lain akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang

diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu untuk

1. Perencanaan dan Pengendalian Laba. Akuntansi biaya menyediakan informasi

atau data biaya masa lalu yang diperlukan untuk menyusun perencanaan, dan

selanjutnya atas dasar perencanaan tersebut, biaya dapat dikendalikan dan

akhirnya pengendalian dapat dipakai sebagai umpan balik untuk perbaikan

dimasa yang akan datang.

2. Penentuan Harga Pokok Produk atau Jasa. Penetapan harga pokok akan dapat

membantu dalam :

a. penilaian persediaan baik persediaan barang jadi maupun

barang dalam proses,

b. penetapan harga jual terutama harga jual yang didasarkan kontrak, walaupun tidak selamanya penentuan

harga jual berdasarkan harga pokok penetapan laba.

c. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen.

4. Klasifikasi Biaya

Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang digunakan

untuk berbagai tujuan, sehingga penggolongan biaya juga didasarkan atas

disesuaikan dengan tujuan tersebut. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menggolongkan biaya

diantaranya :

1. Berdasarkan Fungsi Pokok Perusahaan

Factory Cost (Biaya Produksi)


 Biaya Bahan Baku (Direct Material Cost)

 Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)

 Biaya Tidak Langsung (Factory Overhead)

 Commercial Expense (Operating Expense)

 Marketing and Selling Expense

 General & Administration Expense

2. Berdasarkan Periode Akuntansi

Capital Expenditure (Pengeluaran Modal). Pengeluaran ini akan memberi manfaat pada beberapa

periode akuntansi. Jenis pengeluaran ini dikapitalisirdan dicantumkan sebagai harga perolehan. Suatu

pengeluaran dikelompokkan sebagai capital expenditure jika pengeluaran ini memberi manfaat lebih dari

satu periode akuntansi, jumlahnya relatif besar, dan pengeluaran ini sifatnya tidak rutin.

 Revenue Expenditure (Pengeluaran Penghasilan)

Pengeluaran ini akan memberi manfaat pada periode akuntansi dimana pengeluaran ini terjadi.

Pengeluaran ini menjadi beban pada periode tersebut, dan dicantumkan dalam income statement. Suatu

pengeluaran dikelompokkan sebagai revenue expenditure jika pengeluaran tersebut memberi manfaat pada

periode terjadinya pengeluaran tersebut, jumlahnya relatif kecil, dan umumnya pengeluaran ini sifatnya

rutin.

3. Berdasarkan Pengaruh Manajemen Terhadap Biaya

Biaya Terkendali (Controllable Cost). Adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang

manajer tingkatan tertentu dalam jangka waktu tertentu.

C. Pengertian Upah

Gaji dan upah merupakan bagian dari kompensasi-kompensasi yang paling besar yang diberikan

perusahaan sebagai balas jasa kepada karyawannya. Dan bagi karyawan ini merupakan nilai hak dari

prestasi mereka, juga sebagai motivator dalam bekerja.

Sedangkan bagi perusahaan jasa, gaji dan upah merupakan komponen biaya yang mempunyai

dampak besar dalam mempengaruhi laba, sehingga harus terus menerus diawasi pengelolaannya.

Untuk dapat memahami lebih lanjut arti dari gaji dan upah perlu diketahui terlebih dahulu

beberapa defenisi dari gaji dan upah menurut pendapat para ahli di bawah ini.

Niswonger (1999:446) mengemukakan bahwa:

Istilah gaji (salary) biasanya digunakan untuk pembayaran atas jasa manajerial, administratif, dan jasa-jasa
yang sama. Tarif gaji biasanya diekspresikan dalam periode bulanan. Istilah upah (wages) biasanya
digunakan untuk pembayaran kepada karyawan lapangan (pekerja kasar) baik yang terdidik maupun tidak
terdidik. Tarif upah biasanya diekspresikan secara mingguan atau perjam.[8]

Sementara Mulyadi (2001:373) mengemukakan bahwa:

Gaji umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan yang
mempunyai jenjang jabatan manajer, sedangkan upah umumnya merupakan pembayaran atas penyeraha
jasa yang dilakukan oleh karyawan pelaksana (buruh). Umumnya gaji dibayarkan secara tetap perbulan,
sedangkan upah dibayarkan berdasarkan hari kerja, jam kerja atau jumlah satuan produk yang di
hasilkan.[9]

D. Standar Biaya Upah Langsung

Standar biaya upah langsung adalah adalah biaya tenaga kerja langsung yang seharusnya

dikeluarkan untuk membuat satu-satuan ptroduk. Penentuan standar biaya tenaga kerja langsung

berdasarkan kriteria berikut ini :

a. Standar jam tenaga kerja langsung

Standar jam kerja langsung dapat ditentukan dengan dasar

- Menghitung waktu rata-rata yang digunakan untuk membuat satu satuan produk yang sejenis masa lalu

- Mengadakan uji coba produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan

- Penyelidikan gerak dan waktu

b. Standar tarif upah

Standar tarif upah adalah tarif upah yang harus dikeluarkan berdasarkan waktu setiap jam kerja

atau setiap menyelesaikan satu satuan produk.

Standar tarif upah dapat ditentukan berdasarkan :

- Perjanjian melalui organisasi antara karyawan dengan perusahaan

- Rata-rata upah karyawan yang terjadi pada masa lalu dengan menggunakan rata-rata hitung, rata-rata

tertimbang, upah.

- Perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.

Untuk mengatasi adanya kesalahan dan penyimpangan dalam perhitungan dan pembayaran gaji

dan upah maka perlu dibuat suatu sistem penggajian dan pengupahan. Sistem akuntansi gaji dan upah juga

dirancang oleh perusahaan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai gaji dan upah karyawan

sehingga mudah dipahami dan mudah digunakan.

E. Mamfaat Penentuan Standar Biaya Upah Langsung Terhadap Perusahaan

Menurut Mulyadi (2001:382) fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi gaji dan upah adalah:

1). Fungsi kepegawaian;

2). Fungsi pencatatan waktu;


3). Fungsi pembuat daftar gaji dan upah;

4). Fungsi akuntansi;

5). Fungsi keuangan.

Fungsi kepegawaian. Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencari karyawan baru, menyeleksi

calon karyawan, memutuskan penempatan karyawan baru, membuat surat keputusan tarif gaji dan upah

karyawan, kanaikan pangkat dan golongan gaji, mutasi karyawan dan pemberhentian karyawan.

Fungsi pencatat waktu. Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyelenggarakan catatan waktu

hadir bagi semua karyawan perusahaan. Fungsi pencatatan waktu hadir karyawan tidak boleh

dilaksanakan oleh fungsi operasi atau oleh fungsi pembuat daftar gaji dan upah.

Fungsi pembuat daftar gaji dan upah bertanggung jawab untuk membuat daftar gaji dan upah yang

berisi penghasilan bruto yang menjadi hak dan berbagai potongan yang menjadi beban setiap karyawan

selama jangka waktu pembayaran gaji dan upah. Daftar gaji dan upah diserahkan oleh pembuat daftar gaji

dan upah kepada fungsi akuntansi guna pembuatan bukti kas keluar yang dipakai sebagai dasar

pembayaran gaji dan upah.

Fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk mencatat kewajiban yang timbul dalam hubungannya

dengan pembayaran gaji dan upah karyawan (misalnya utang gaji dan upah karyawan, utang pajak, utang

dana pensiun). Fungsi akuntansi yang menangani sistem akuntansi penggajian dan pengupahan berada

ditangan bagian utang, bagian kartu biaya, dan bagian jurnal.

Fungsi keuangan bertanggung jawab untuk mengisi cek guna pembayaran gaji dan upah dan

menguangkan cek tersebut ke bank. Uang tunai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop gaji dan

upah setiap karyawan untuk selanjutnya dibagikan kepada karyawan yang berhak.

Fungsi-fungsi tersebut diatas, saling bekerja sama dan terkait satu dengan yang lainnya sehingga

membentuk suatu sistem penggajian dan pengupahan yang baik.

F. Sistem Akuntansi Biaya

Sistem akuntansi biaya (cost system) dapat dikelompokkan menjadi dua sistem yaitu :

1. Actual Cost System (Sistem Harga Pokok Sesungguhnya). Yaitu sistem pembebanan harga pokok kepada

produk atau pesanan yang dihasilkan sesuai dengan harga pokok yang sesungguhnya dinikmati. Pada

sistem ini, harga pokok produksi baru dapat dihitung pada akhir periode setelah biaya sesungguhnya

dikumpulkan.

2. Standard Cost System (Sistem Harga Pokok Standar). Yaitu sistem pembebanan
harga pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan sebesar harga pokok

yang telah ditentukan/ditaksir sebelum suatu produk atau pesanan dikerjakan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan adanya sistem akuntansi yang memadai, menjadikan akuntan perusahaan dapat

menyediakan informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau pemegang saham,

kreditur dan para pemakai laporan keuangan lain. Sistem Akuntansi tersebut dapat digunakan oleh

manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan operasi perusahaan. Sehingga dapat mencapai

sasaran dan menjamin atau menyediakan laporan keuangan yang tepat.

Gaji dan upah merupakan bagian dari kompensasi-kompensasi yang paling besar yang diberikan

perusahaan sebagai balas jasa kepada karyawannya. Dan bagi karyawan ini merupakan nilai hak dari

prestasi mereka, juga sebagai motivator dalam bekerja.

Sedangkan bagi perusahaan jasa, gaji dan upah merupakan komponen biaya yang mempunyai

dampak besar dalam mempengaruhi laba, sehingga harus terus menerus diawasi pengelolaannya.

Akuntansi biaya biasanya hanya dianggap berlaku untuk operasi pabrikase, namun dalam dunia

ekonomi dewasa ini setiap jenis organisasi dari berbagai ukuran dapat mengambil manfaat dari

penggunaan konsep dan teknik akuntansi biaya. Dalam hal ini penulis hanya menerapkan akuntansi biaya

sesuai dengan judul skripsi yang ditulis dalam memecahkan suatu masalah-masalah yang terjadi di

lapangan.

Akuntansi biaya juga dapat diartikan sebagai kunci atau alat yang penting guna membantu

manajemen dalam melakukan pertimbangan, perencanaan, pengawasan serta sebagai penilaian terhadap

kegiatan perusahaan.

Akuntansi biaya memberikan klasifikasi dan pembagian biaya yang tepat dalam mengontrol bahan

baku, bahan penolong, upah tenaga kerja dan biaya-biaya tak langsung menetapkan standar untuk

mengukur efisiensi, memberikan data dan menyusun anggaran serta untuk menetapkan harga pokok

produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan secara teliti.

Adapun tujuan dari akuntansi biaya adalah untuk menyediakan informasi biaya bagi manajemen

guna membantu mereka dalam mengelola perusahaan.

Penentuan harga pokok produk juga merupakan tujuan dari pada perusahaan pabrikase hanya dapat

dilakukan jika diadakan pemisahan antara biaya produksi dan biaya non produksi
B. Daftar Pustaka

1. Masiyah Kholmi, Yuningsih. 2001. Akuntansi Biaya. Edisi 1. UMM Press. Malang

2. Matz, Adolph, Ursy, Millon. 1990. Akuntansi Biaya – Perencanaan dan Pengendalian. Edisi 8.

Erlangga. Jakarta

3. Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya – Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya. Edisi 5. STIE

YKPN. Yogyakarta

4. Supriyono, R.A. 1993. Akuntansi Biaya – Perencanaan dan Pengendalian Biaya Serta Pembuatan

Keputusan. Buku II. BPFE. Yogyakarta

5. Surahmad, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah. Edisi 9. Transito. Bandung

6. Rahmad, Jalaludin. 1988. Metodologi Penelitian Komunikasi. Edisi 5. CV Karya Agung. Bandung UNM.

2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UM Press. Malang

7. Baridwan, Zaki. 1999. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode. Yogyakarta: BPFE

8. Fakultas Ilmu Sosial. 2005. Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa Program S1. Medan: Universitas

Negeri Medan.

9. Jusup, Haryono. 2001. Dasar-dasar Akuntansi. Yogyakarta:STIE YKPN.

10. Heckert, JB. 1992. Controllership. Edisi 3. Erlangga. Jakarta

11. Jusup, Al Haryono. 1994. Dasar-dasar Akuntansi. Edisi 4. YKPN. Yogyakarta


MAKALAH AKUNTANSI BIAYA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembangnya industri akan selalu memunculkan produk-produk baru. Perusahaan akan selalu
berusaha menciptakan produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Akibatnya suatu perusahaan tidak hanya
memproduksi satu produk tetapi beragam produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini
menjadikan masalah baru bagi perusahaan dalam perhitungan akuntansinya. Bersumber dari masalah
inilah kalkulasi produk bersama dan produk sampingan menjadi penting untuk dibahas.
Produk Bersama adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama- sama atau serempak
dengan menggunakan satu macam atau beberapa macam bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrik
yang sama dan masukkan (input) tersebut tidak diikuti jejaknya pada setiap macam produk tertentu
Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang bernilai total relatif kecil dan
diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih besar. Produk yang nilainya lebih besar
biasa disebut dengan produk utama. Produk sampingan juga bisa diartikan sebagai produk yang bukan
tujuan utama operasi perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses pengolahan
produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau karena sifat pengolahan produk, kuantitas dan nilai
produk sampingan relatif kecil dibandingkan dengan nilai keseluruhan produk.

1.2 Rumus Masalah


Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama yang harus dialokasikan ke berbagai
departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan pesanan ataupun secara
massa. Biaya Produk bersama juga bisa diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula
bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya
produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Biaya
produk bersama muncul dari produksi secara simultan atas berbagai produk dalam proses yang sama.
Ketika dua atau tiga produk di produksi dari sumber daya yang sama maka akan terbentuk biaya
gabungan.

1.3 Manfaat
a. Mengetahui Perbedaan anatara Produk bersama dengan Produk Sampingan
b. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam Pruduk tersebut
c.Mengetahui Perhitungan harga pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan
d. Mengetahui Pendapatan Harga Pokok produk Bersama dan Produk Sampingan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Sifat Produk Bersama Dan Produk Sampingan


a. Produk bersama (joint-product)
Produk Bersama adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama- sama atau serempak dengan
menggunakan satu macam atau beberapa macam bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama
dan masukkan (input) tersebut tidak diikuti jejaknya pada setiap macam produk tertentu. Biaya produk
bersama bersifat homogen untuk seluruh produk sampai pada titik pisah. Nilai jual dari masing-masing
produk bersama relatif sama sehingga tidak ada produk yang dianggap sebagi produk utama dan produk
sampingan. Contoh: Pabrik penyulingan minyak mentah (crude oil) menghasikan minyak siap dikonsumsi
berupa minyak gasolin, karosine, minyak diesel (solar), minyak bakar, minyak tanah, dll.
b. Produk Sampingan (by-product)
Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang bernilai total relatif kecil dan
diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih besar. Produk yang nilainya lebih besar
biasa disebut dengan produk utama. Produk sampingan juga bisa diartikan sebagai produk yang bukan
tujuan utama operasi perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses pengolahan
produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau karena sifat pengolahan produk, kuantitas dan nilai
produk sampingan relatif kecil dibandingkan dengan nilai keseluruhan produk. Pembedaan produk utama
dan produk sampingan terletak pada nilai jualnya. Jika nilai jual salah satu produk relatif lebih kecil dari
yang lainnya maka dikategorikan sebagai produk sampingan, sedangkan apabila produk-produk yang
dihasilkan relatif sama maka dikategorikan sebagai produk bersama. Contoh: pada pabrik penggergajian
kayu, kayu lapis dan papan kayu merupakan produk utama, sedangkan serbuk gergaji dan kayu bakar
merupakan produk sampingan.

c. Produk sekutu (coproduct)


Produk sekutu dapat didefinisikn sebagai beberapa macam produk yang dihasilkan dalam waktu yang
sama, tetapi tidak berasal dari proses pengolahan yang sama atau tidak dari bahan baku yang sama.
Contoh : Pabrik penggergajian dapat menghasilkan papan kayu dan kayu lapis dari berbagai jenis kayu log
(kayu gelonggongan) yang diproses sehingga macam produk yang dihasilkan dapat berupa papan kayu
jati, kayu meranti, kayu kanfer, begitu pula dapat dihasilkan kayu lapis jati,meranti atau kanfer.

Sifat Produk Bersama, Produk Sampingan Dan Produk Sekutu


Produk bersama dan produk sekutu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan produksi.
b. Dengan mengolah produk bersama, produsen tidak dapat menghindarkan diri untuk menghasilkan
semua jenis produk bersama, jika ingin memproduksi salah satu diantara prduk bersama tersebut.
c. Produk diproses secara bersamaan dan setiap produk mempunyai nilai yang relatif sama antara satu
dengan yang lainnya.
d. Setiap produk mempunyai hubungan fisik yang sangat erat dalam proses produksi. Apabila terjadi
peningkatan kualitas untuk satu unit jenis produk yang dihasilkan, maka kualitas yang lain akan
bertambah secara proporsional.
e. Dalam produk bersama dikenal istilah Split-Off Point adalah saat dimana produk-produk tersebut dapat
diidentifikasi atau dipisah ke masing-masing produk secara individual.
f. Setelah Split-Off Point (titik pisah) tersebut dapat dijual pada titik pisah (secara langsung) dan dapat
juga dijual setelah pisah (setelah proses lebih lanjut) untuk mendapatkan produk yang lebih
menguntungkan. Biaya yang dikeluarkan untuk memproses produk lebih lanjut disebut biaya proses
lanjutan atau biaya setelah titik pisah (severable cost)
Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut dijual pada saat
terpisah dari produk utama.
a. Produksi sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa memerlukan
pengolahan lebih lanjut.
b. Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah terpisah dari produk
utama.

2.2 Akuntansi Produk Bersama


Perusahaan yang menghasilkan produk bersama pada umumnya menghadapi masalah pemasaran
berbagai macam produknya, karena masing-masing produk mempunyai masalah pemasaran dan harga jual
yang berbeda. Manajemen biasanya ingin mengetahui kontribusi masing-masing produk pada pendapatan
perusahan. Oleh karena itu, perlu diketahui secara teliti biaya yang dibebankan pada masing-masing
produk sebagai dasar perhitungan harga pokok setiap produk.
Alokasi Biaya merupakan pembebanan biaya secara proposional dari biaya tidak langsung atau biaya
bersama ke objek biaya. Biaya bersama sulit diperhitungkan kepada masing-masing produk, oleh karena
itu untuk memudahkan dalam perhitungan diperlukan alokasi biaya.
Manfaat menghitung alokasi biaya dalam produk bersama adalah:
1. Menghitung harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan pelaporan keuangan internal
dan eksternal.
2. Menilai persediaan untuk tujuan asuransi.
3. Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai barang yang rusak.
4. Biaya bahan yang hancur.
5. Menetukan biaya departemen atau divisi untuk tujuan pengukuran kinerja eksekutif.
6. Pengaturan tarif karena adanya sebagian produk atau jasa yang diproduksi dikenakan peraturan harga.
7. Mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama terhadap total pendapatan perusahaan.
8. Mengetahui seluruh biaya produksi yang dibebankan ke masing-masing produk bersama.

a) Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif


Metode ini adalah metode yang sangat populer karena dengan argumennya bahwa harga produk
merupakan manifestasi dari biaya produksinya. Metode ini mengasumsikan bahwa setiap produk yang
dihasilkan dalam proses produksi bersama memilki nilai jual atau nilai pasar yang berbeda. Perbedaan
nilai pasar disebabkan tingkat pemakaian biaya yang berbeda.
Metode ini berpendapat bahwa jika salah satu produk terjual lebih tinggi daripada yang lainnya, hal
itu terjadi karena biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya juga lebih tinggi dibandingkan produk
lain. Jadi dalam metode ini kelangkaan tidak mempunyai pengaruh dalam menentukan harga jual. Karena
asumsi itulah, cara yang logis untuk mengalokasikan biaya bersama adalah berdasarkan pada nilai jual
relatif masing-masing produk bersama.
Terdapat dua metode dalam metode nilai jual relatif, yaitu:

1. Metode nilai pasar saat split-off point


Metode ini digunakan ketika setelah split-off point tidak ada proses produksi lanjutan dan harga jual
sudah diketahui pada saat itu. Biaya bersama (joint cost) dialokasikan ke masing-masing produk sesuai
dengan perbandingan nilai jualnya terhadap nilai jual keseluruhan produk bersama.
Contoh :
PT “ABC” memproduksi 3 macam produk yaitu alfa, beta dan gamma. Biaya bersama yang
dikeluarkan selama satu periode adalah sebsar Rp 20.000.000,00. Jumlah produksi dan harga jual masing-
masing produk tertera pada table berikut:

Produk Jumlah unit Harga unit


Alfa 5.000 Rp 1000
Beta 10.000 Rp 1500
Gamma 7.000 Rp 1300

Penyelesaian :

Produk Jumlah unit Harga unit Nilai jual Rasio Alokasi HPP/ unit
Alfa 5.000 1000 5.000.000 22,62% 4.524.000 904,8
Beta 10.000 800 8.000.000 36,20% 7.240.000 724
Gamma 7.000 1300 9.100.000 41,18% 8.236.000 1.176,5
Jumlah 22.100.000 100% 20.000.000

2. Metode nilai jual hipotesis


Apabila suatu produk tidak bisa dijual pada saat titik pisah, maka harga tidak dapat diketahui pada
saat titik pisah. Produk tersebut memerlukan proses tambahan sehingga harga jual tidak dapat dikethui
sebelum dijual (setelah titk pisah). Dasar yang dapat digunakan dalam mengalokasikan biaya bersama
adalah harga pasar hipotesis.
Harga pasar hipotesis adalah nilai jual suatu produk setelah diproses lebih lanjut dikurangi dengan biaya
yang dikeluarkan untuk memproses lanjutan setelah pemisahan.
Contoh :
Dengan menggunakan data perusahaan PT. ABC pada contoh soal metode nilai pasar, diketahui biaya
proses lanjutan masing-masing produk adalah sebagai berikut:

Keterangan Produk Alfa Produk Beta Produk Gamma

Unit Produksi 5.000 10.000 7.000


Harga Jual/unit Rp1.000 Rp800 Rp1.300
Biaya Proses lanjutan/unit Rp400 Rp300 Rp500

Produk Hrg Biaya Nilai jual Jmlh Nilai jual Rasio Alokasi** HPP /kg
bersama jual/ kg Tmbhan Hipotesis* Prduk (20.000.000)

Alfa 1.000 400 600 5.000 3.000.000 22,06% 4.412.000 882,4

Beta 800 300 500 10.000 5.000.000 36,76% 7.352.000 735,2

Gamma 1.300 500 800 7.000 5.600.000 41,18% 8.236.000 1.176,6

13.600.000 100% 20.000.000

*(Harga jual – biaya tambahan)


**(rasio x 20.000.000)

b) Metode rata-rata biaya per satuan


Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya produksi gabungan ke berbagai produk atas
dasar biaya per unit. Metode ini digunakan jika dari satu proses produksi bersama dihasilkan beberapa
produk yang bisa diukur dalam satuan yang sama meskipun dalam kualitas yang berbeda-beda.
Perusahaan yang menggunakan metode ini berpendapat bahwa semua produk yang dikerjakan dengan
proses yang sama harus menerima bagian yang sebanding dengan total biaya gabungan berdasarkan unit
yang diprosuksi. Penentuan biaya untuk setiap produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas masing-
masing produk yang dihasilkan.
Contoh :
Suatu perusahaan menghabiskan biaya Rp 2.000.000 untuk memproduksi 1000 liter produk dari
minyak mentah. Rata-rata biaya produksi per unit adalah Rp 2.000 (Rp 2.000.000/1000)

Produk Kuantitas Rata-rata biaya Alokasi biaya


per satuan bersama
Bensin 350 Rp 2.000 Rp 700.000
Pelumas 250 Rp 2.000 Rp 500.000
Minyak 300 Rp 2.000 Rp 600.000
Tanah
Solar 100 Rp 2.000 Rp 200.000
Jumlah 1000 Rp 2.000.000
c) Metode rata-rata tertimbang
Pada banyak industri, metode-metode yang telah dibahas diatas tidak dapat memberika solusi yang
memuaskan dalam mengalokasikan biaya bersama karena tidak mempertimbangkan segi kualitas dari
suatu produk. Sehingga mucullah metode yang menggunakan bobot sebagai presentasi dari ukuran
besarnya unit, kesulitan pembuatan, waktu yang dibutuhkan dan sebagainya sebagai dasar untuk
mengalokasikan biaya bersama. Penentuan alokasi biaya bersama pada setiap produk didasarkan atas
perkalian jumlah unit produk dengan angka penimbang, dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk
alokasi.
Contoh :
Dari soal pada metode kedua (metode rata-rata biaya per satuan), diketahui bobot untuk bensin 4,
pelumas 2, minyak tanah 3 dan solar 1. Alokasi biaya bersamanya sebagai berikut :

Produk Jumlah Angka Jumlah produk x angka Alokasi biaya bersama


produk penimbang penimbang (2.000.000)
Bensin 350 4 1400 Rp 965.517
Pelumas 250 2 500 Rp344.826
Minyak tanah 300 3 900 Rp620.689
Solar 100 1 100 Rp. 68.966
Total 1000 2.900 Rp 2.000.000

d) Metode unit kuantitatif / satuan fisik


Metode kuantitatif berupaya mendistribusikan total biaya gabungan berdasarkan satuan ukuran
tertentu seperti kilogram, ton, liter, meter dan sebagainya. Jika produk bersama mempunyai ukuran yang
berbeda maka harus ditentukan koefisien ekuivalesinya yang digunakan untuk mengubah satuan yang
berbeda kedalam satuan yang sama. Metode ini beranggapan bahwa setiap produk dapat diidentifikasi
sesuai dengan tingkat pemanfaatan bahan baku dalam ukuran satuan yang sama.
Contoh :
Berikut adalah data produk yang dihasilkan dari satu ton batu bara yang menghabiskan biaya sebesar
Rp 1.000.000 :

Produk Kuantitas Presentase (%) Alokasi Biaya Bersama


(pon)
Kokas 1.200 60% Rp 600.000
Ter Batu Bara 300 15% Rp 150.000
Gas 500 25% Rp 250.000
Jumlah 2.000 100% Rp 1.000.000

2.3 Perhitungan Harga Pokok Produk Sampingan


Setelah mempelajari konsep dan cara perhitungan harga pokok produk gabungan, maka tidak lengkap
jika tidak membahas harga pokok produk sampingan. Hal ini dapat dimengerti karena keduanya
mempunyai hubungan yang erat. Dalam produk sampingan, yang menjadikan permasalahan adalah
bagaimana memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut.
Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap harga pokok produk
sampingan, biaya untuk memproses produk sampingan, dan hasil penjualan produk sampingan. Alokasi
biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu, karena
nilai produk sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama. Tetapi dalam
kenyataannya ada beberapa metode yang mengalokasikan biaya bersama kepada produk utama dan
produk sampingan. Metode-metode akuntansi yang dapat diterima untuk menetapkan biaya produk
sampingan dibagi dalam dua kategori, yaitu:
a. Metode Tanpa Harga Pokok (Non-Cost Methods)
Dalam metode ini, Harga pokok produk sampingan atau persediannya tidak diperhitungkan, tetapi
memperlakukan pendapatan penjualan prduk sampingan sebagai pendapatan atau pengurang biaya prduksi
produk utama. Dalam rangka perhitungan biaya persediaan, suatu nilai yang berdiri sendiri dapat
dibebankan ke produk sampingan.
Metode tanpa harga pokok adalah suatu metode dalam perhitungan produk sampingan tidak memperoleh
alokasi biaya bersama dari pengolahan produk sebelum dipisah.

Metode tanpa harga pokok dibagi menjadi 2 macam:


1. Produk sampingan dapat langsung dijual pada saat saat titik pisah (split-off point) atau pengakuan
atas pendapatan kotor.

Metode ini memperlakukan penjualan produk sampingan berdasarkan penjualan kotor. Hal ini
dilakukan karena biaya persediaan final dari produk utama dianggap terlalu tinggi sehingga menanggung
biaya yang seharusnya dibebankan pada produk sampingan. Dalam metode ini penjualan atau pendapatan
produk sampingan dalam laporan laba rugi dapat dikategorikan sebagai berikut :

a) Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai penghasilan diluar usaha.


Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk sampingan dikurangi dengan
returnya, dicatat dalam rekening “Pendapatan Penjualan Produk Sampingan” dan pada akhir periode
akuntansi ditutup ke rekening Rugi-Laba. Rekening pendapatan penjualan produk sampingan dicantumkan
dalam laporan Laba-Rugi pada kelompok penghasilan di luar usaha (other income).
Metode ini tidak mencoba untuk menentukan harga pokok sampingan. Metode ini cocok bila
digunakan pada perusahaan yang:
- Nilai produk sampingnya tidak begitu penting atau tidak dapat ditentukan.
- Penggunaan metode yang lebih teliti tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
- Pemisahan produk sampingan dari produk utama tidak begitu jelas dan pembebanan harga pokok produk
sampingan pada produk utama tidak mengakibatkan perbedaan yang mencolok pada harga pokok produk
utama.

Terdapat beberapa kekurangan pada metode pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai
penghasilan diluar usaha, yaitu:
- Apabila pada akhir periode akuntansi terdapat persediaan pokok sampingan, maka timbul masalah
penilaian persediaan untuk tujuan pembuatan neraca perusahaan. Pada umumnya persediaan akhir produk
sampingan tidak diadakan penilaian sehingga mengakibatkan harga pokok persediaan produk utama lebih
besar.
- Dapat mengakibatkan perbandingan pendapatan dan biaya yang kurang tepat karena perbedaan periode
akuntansi. Pada saat produk sampingan selesai diproduksi tidak ada pencatatan jurnal, pencatatan
dilakukan ketika produk dijual. Apabila produksi dan penjualannya tidak dalam satu periode maka
perhitungan pendapatan dan biaya menjadi kurang tepat.
- Tidak adanya pengawasan dari terhadap persediaaan produk sampingan mengakibatkan rawan terjadi
penggelapan.
- Dapat mengaburkan gambaran menyeluruh tentang hasil usaha perusahaan.
Contoh : Diketahui data dari kegiatan operasional perusahaan “ABC” sebagai berikut:

Unit Produksi Produk Utama 16.200 unit

Unit Penjualan Produk Utama 13.500 unit

Unit Persediaan Awal Produk Utama 500 unit

Harga Jual per Unit Rp750

Biaya produksi/unit produk utama Rp500

Hasil Penjualan Produk Sampingan (2.000xRp300) Rp600.000

Beban Pemasaran dan Administrasi Produk Utama Rp2.925.000


Laporan laba-rugi sebagai berikut:
Penjualan produk utama Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 x Rp 500) Rp 1.600.000 -
Rp 6.750.000-
Laba Kotor Rp 3.375.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000-
Laba operasi Rp 450.000
Pendapatan lain-lain :
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000+
Laba sebelum pajak Rp 1.050.000
Pendapatan penjualan produk sampingan dijadikan sebagai pendapatan lain-lain sehingga akan
menambah laba operasi secara langsung.
b) Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai tambahan pendapatan penjualan produk
utama.

Metode ini merupakan variasi dari metode pertama. Semua biaya produksi dikurangkan dari
pendapatan penjualan semua produk (baik utama maupun sampingan) untuk mendapatkan laba bruto.
Dalam metode ini tidak ada alokasi biaya bersama seperti dalam metode pertama.
Dengan menggunakan data perusahaan “ABC”, maka laporan laba-rugi menggunakan metode ini
akan tampak sebagai berikut:

Penjualan Rp 10.125.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000+
Penjualan bersih Rp 10.725.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 xRp 500) Rp 1.600.000 -
Rp 6.750.000-
Laba Kotor Rp 3.975.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000-
Laba operasi Rp 1.050.000

Dari laporan laba rugi diatas, ditampilkan Rp600.000 dari penjualan produk sampingan sebagai
tambahan penjualan produk utama. Akibatnya total pendapatan menjadi Rp 10.725.000,00. Sedangkan
angka lainnya tetap sama.

c) Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai pengurang harga pokok penjualan.

Dari data perusahaan “ABC”, jika dibuat laporan laba-rugi dengan metode in maka akan menjadi:
Penjualan Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 x Rp 500) Rp 1.600.000 -
Harga pokok penjualan Rp 6.750.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000 -
Rp 6.150.000 -
Laba Kotor Rp 3.975.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000 -
Laba operasi Rp 1.050.000
Dalam kasus ini, hasil penjualan produk sampingan sebesar Rp600.000 dikurangkan pada harga
pokok penjualan sehingga HPP menjadi Rp6.150.000 (HPP sebelum dikurangkan sebesar Rp 6.750.000).

d) Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai pengurang total biaya produksi.
Pada metode ini, hasil penjualan produk sampingan sebesar Rp600.000 dikurangkan pada total biaya
produksi sebesar Rp 8.100.000 sehingga menghasilkan biaya produksi netto sebesar Rp7.500.000.
Pegurangan ini menyebabkan biaya per unit rata-rata menjadi Rp464,07 (7.500.000+250.000 : 16.700)
Konsekuansinya persediaan akhir sebesar Rp 1.600.000,00 menjadi Rp1.485.024,00
Laporan laba rugi akan tampak sebagai berikut :
Penjualan Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500x500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x 500) Rp 8.100.000
Pendapatan penjualan PS Rp 600.000-
Rp 7.500.000+
Tersedia dijual Rp 7.750.000
Persediaan akhir (3.200 x 464,07) Rp 1.485.024 -
Rp 6.264.976 -
Laba Kotor Rp 3.860.024
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000 -
Laba operasi Rp 935.024

2. Produk sampingan memerlukan proses lanjutan setelah dipisah dari produk utama atau pengakuan
atas pendapatan bersih.

Dalam metode ini disadari kebutuhan untuk membebankan sebagian biaya ke produksi sampingan.
Tetapi bukan berarti mengalokasikan biaya produk utama ke produk sampingan. Biaya pemrosesan dan
pemasaran produk sampingan setelah pemisahan dicatat dalam perkiraan yang berbeda dengan produk
utama. Angka-angka yang ada tetap akan diperhitungkan didalam laporan laba-rugi sesuai dengan metode
yang ada pada metode pertama.
Ayat jurnal dalam metode ini juga terdiri atas pembebanan biaya setelah pemisahan (proses lanjutan)
terhadap hasil penjualan produk sampingan. Beban pemasaran dan administrasi juga dialokasikan kedalam
produk sampingan sesuai tarif yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam metode ini hasil penjualan bersih produk sampingan dapat dihitung, yaitu :

Penjualan/pendapatan produk sampingan Rp xxxxxx


Biaya proses lanjutan produk sampingan Rp xxxxxx
Biaya pemasaran dan biaya administrasi Rp xxxxxx +
Rp xxxxxx +
Penjualan/ Pendapatan Bersih Produk Sampingan Rp xxxxxx

Pendapatan bersih produk sampingan inilah yang nantinya akan dimaksukkan pada perhitungan
laporan laba-rugi.
Seperti metode pertama, dalam menghitung harga pokok produk sampingan metode kedua juga bisa
dilkaukan dengan metode-metode yang ada pada metode pertama, yaitu:
1. Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.
2. Diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama.
3. Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan.
4. Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.

b. Metode-Metode Harga Pokok (Cost Methods)


Dalam metode ini pengalokasian biaya produk sampingan hampir sama dengan produk bersama yaitu
sebagian biaya bersama dialokasikan kepada produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan
produk sampingan dengan biaya yang dialokasikan tersebut. Ada dua metode yang berdasarkan dpada
metode harga pokok, yaitu:
1. Metode biaya pengganti
Metode biaya pengganti biasanya digunakan pada perusahaan yang produk sampingannya digunakan
sendiri, sehingga tidak perlu membeli bahan dari pemasok luar. Harga pokok yang diperhitungkan adalah
sebesar harga beli atau biaya pengganti (replacement cost) yang berlaku di pasar. Harga pokok ini
kemudian dikreditkan pada rekening Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku (BDP-BBB), sehingga
mengurangi biaya produksi produk utama. Pengurangan biaya produksi produk utama ini akan
mengakibatkan harga pokok persediaan produk utama menjadi lebih rendah.

Contoh:
Misalkan diketahui data sebagai berikut :
Jumlah biaya produksi untuk 10.000kg produk utama 700.000

Pendapatan penjualan (9000 x 120) 1.080.000

Biaya pengganti produk sampingan yang digunakan dalam pengolahan produk utama 50.000

Biaya pemasaran dan administrasi&umum 100.000


Persediaan akhir produk 1000kg

Laporan laba rugi :

Pendapatan penjualan produk utama Rp 1.080.000


HPP:
Biaya produksi Rp 700.000
Dikurangi: biaya pengganti produk smpingan Rp 50.000 -
Rp 650.000
Dikurangi: Persediaan akhir (1000kg x Rp65)* Rp 65.000-
Rp 585.000-
Laba bruto Rp 495.000
Biaya pemasaran dan admnstrasi&umum Rp 100.000-
Laba bersih sebelum PPh Rp 395.000

*Rp650.000 : 10.000kg = Rp65

2. Metode pasar
Metode pasar juga disebut dengan metode pembatalan biaya (reversal cost methods). Metode ini
sebenarnya hampir sama dengan metode tanpa harga pokok-pendapatan produk sampingan mengurangi
biaya produksi. Tetapi ada seedikit perbedaan yaitu kalau pada metode pertama (metode tanpa harga
pokok-pendapatan produk sampingan mengurangi biaya produksi) yang dikurangkan dari total biaya
produksi adalah pendapatan penjualan sesungguhnya produk sampingan, sedangkan pada metode nilai
pasar yang dikurangkan adalah taksiran nilai pasar produk sampingan. Metode ini berusaha untuk
menaksir biaya produk sampingan berdasarkan nilai pasarnya.
Contoh :
Misalkan diketahui perusahaan XYZ memproduksi produk utama sebanyak 900 buah dan produk
sampingan sebanyak 100 buah. Produk sampingan jika dijual akan laku sebesar Rp 500/buah. Biaya
bersama yang dikeluarkan sebanyak Rp1.600.000. hitunglah harga pokok produk utama dan produk
sampingan!

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Biaya produk bersama muncul dari produksi secara simultan atas berbagai produk dalam proses yang
sama. Ketika dua atau tiga produk di produksi dari sumber daya yang sama maka akan terbentuk biaya
gabungan. Biaya gabungan terjadi sebelum titik pisah (split-off). Titik pisah adalah saat dihasilkannya dua
atau lebih produk bersama, dimana pada saat itu produk bersama bisa langsung dijual atau diproses lebih
lanjut.
Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap harga pokok produk sampingan,
biaya untuk memproses produk sampingan, dan hasil penjualan produk sampingan. Alokasi biaya bersama
kepada produk utama dan produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk
sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama.

3.2 Saran

Biaya Produk bersama juga bisa diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula
bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Hal ini
menjadikan masalah baru bagi perusahaan dalam perhitungan akuntansinya jika sesuatu perusahaan tidak
memahami hal ini, Oleh sebab itu sangat penting untuk bias memahai makalah ini karena makalah ini
sudah membahas tentang Biaya Produk bersama dan Produk Sampingan.

Anda mungkin juga menyukai