Anda di halaman 1dari 9

KORELASI NILAI KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS

BAJA DENGAN KEKERASAN PADA EQUOTIP PORTABLE


ROCKWELL HARDNESS

NASKAH PUBLIKASI
TEKNIK SIPIL

Ditujukan untuk memenuhi persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Teknik

WIKHA FITRIA
NIM. 145060101111042

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
KORELASI NILAI KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS BAJA DENGAN
KEKERASAN PADA EQUOTIP PORTABLE ROCKWELL HARDNESS
(The Correlation of Tensile Strength and Modulus of Elasticity of Steel with Hardness Value
Measured by Equotip Portable Rockwell Hardness)

Wikha Fitria, Eva Arifi, Bhondana Bayu B.K.


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, JawaTimur, Indonesia-Telp (0341) 566710. 587711
E-mail: wikhafitria@gmail.com

ABSTRAK

Equotip Portable Rockwell Hardness merupakan alat yang memungkinkan pembacaan nilai
kekasaran secara Non Destructive Test. Namun hasil dari alat tersebut hanya berupa nilai
kekerasan membuat alat ini tidak dapat berfungsi secara optimal. Oleh karena itu pada penelitian
ini dilakukan korelasi nilai kekerasan yang didapatkan pada Equotip Portable Rockwell
Hardness dengan nilai kuat tarik dan modulus elastisitas yang didapatkan menggunakan uji tarik
baja. Dari penelitian ini didapatkan hasil pengujian nilai kuat tarik dan modulus elastisitas
spesimen uji baja yang dilakukan dengan metode uji tarik menggunakan Universal Testing
Machine dan pembacaan tegangan dari strain gauge dikorelasikan dengan nilai kekerasan yang
didapatkan dari Equotip Portable Rockwell Hardness, meliputi grafik hubungan tegangan-
regangan, nilai kuat Tarik dan modulus elastisitas memiliki korelasi yang linier jika
dibandingkan dengan nilai kekerasannya pada beberapa mutu baja tertentu.

Kata kunci: material konstruksi, baja, nilai kuat tarik, modulus elastisitas, kekerasan, Equotip
Portable Rockwell Hardness

ABSTRACT

Equotip Portable Rockwell Hardness is a tool that enables roughness value reading in Non
Destructive Test. But the result of the tool that only reads the hardness value making this tool’s
function not optimal. Therefore, in this research, hardness values obtained in Equotip Portable
Rockwell Hardness are being compared with value of tensile strength and elastic modulus
obtained using tensile test of steel.
From this research, it can be concluded that the test of tensile strength and elasticity of steel
specimens tested by tensile test using the Universal Testing Machine and voltage reading from
strain gauge are correlated with hardness values obtained from Equotip Portable Rockwell
Hardness, including stress-strain relationship graph, Strong values Tensile and elastic moduli
have linear correlations when compared to their hardness values on certain steel grades.

Keywords: construction material, steel, tensile strength value, elastic modulus, hardness,
Equotip Portable Rockwell Hardness
PENDAHULUAN perbandingan dari desakan yang diberikan dengan
Pada forensik struktur, sering sekali dijumpai perubahan bentuk persatuan panjang sebagai akibat
kecacatan ataupun kegagalan pada material benda uji. dari desakan yang diberikan.
Kecacatan tersebut terjadi bukan karena kebetulan, Sehingga dari persamaan Hooke mengenai
tetapi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya tegangan-regangan, dapat dicari nilai modulus
yaitu sumber daya manusia yang kurang ahli, sarana elastisitas dengan persamaan:
dan prasarana yang kurang mendukung ataupun
pembebanan diluar perhitungan. Untuk σ 𝑃.𝐿
mengetahui kecacatan yang terjadi pada material 𝐸= =
ε 𝐴.∆𝐿
tersebut, metode yang sering digunakan adalah
dengan menggunakan alat Destructive Test. Dimana :
Dimana dari alat tersebut bisa didapatkan data σ = Tegangan Aksial (kg/cm2)
kekuatan yang terjadi pada material tersebut dengan ε = Regangan Aksial
mengambil sampel pada daerah beda uji. Namun P = Gaya Aksial (kg)
Destructive Test ini tidaklah efektif, karena L = Panjang struktur mula-mula (cm)
mengharuskan adanya kerusakan pada material E = Modulus Elastisitas (kg/cm2)
pengujian. Sehingga muncullah inovasi yaitu NDT A = Luas Penampang Batang (cm2)
(Non Destructive Test). NDT sendiri merupakan ∆L = Pertambahan panjang struktur (cm)
pengujian material yang memungkinkan mengetahui
tingkat kekuatan tanpa merusak material tersebut.
Tuntutan akan praktisitas mengenai sifat dan
kekuatan baja pun ikut meningkat dengan
berkembangnya teknologi. Sehingga dalam hal ini,
dilakukan penelitian uji coba terhadap baja dengan
menggunakan 3 (tiga) alat yaitu Uji Tarik (Tensile
Test) dengan Universal Testing Machine (UTM), Uji
hardness dengan menggunakan Equotip Portable
Rockwell Hardness, dimana Equotip Portable
Rockwell Hardness merupakan alat Non Destructive
Test. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
korelasi modulus elastisitas dan nilai kuat tarik yang
didapatkan melalui uji tarik menggunakan Universal
Testing Machine di laboratorium dengan nilai
kekerasan menggunakan Equotip Portable Rockwell Gambar 1. Kurva Tegangan Regangan pada Uji
Hardness. Korelasi tersebut digunakan untuk Tarik Baja
mengkonfirmasi nilai modulus elastisitas dan nilai Sumber: Indrawahyuni dkk (2010)
kuat tarik baja di lapangan dengan menguji nilai
kekerasannya menggunakan Equotip Portable
Rockwell Hardness, sehingga tidak mengharuskan Nilai Kuat Tarik
adanya konfirmasi dengan uji tarik di laboratorium. Kekuatan Tarik atau tegangan putus (ultimate
Adapun hasil akhir yang diharapkan dari penulisan tensile strength) adalah tegangan maksimum yang
skripsi ini yaitu korelasi masing-masing modulus bisa ditahan oleh sebuah bahan ketika diregangkan
elastisitas dan nilai kuat tarik baja berupa tegangan atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah. Biasanya
putus dan tegangan leleh dari uji tarik menggunakan
ultimate tensile strength dinotasikan sebagai fu.
Universal Testing Machine dengan nilai kekerasan
menggunakan Equotip Portable Rockwell Hardness. Dalam tensile strength, juga ditemukan definisi
tegangan Leleh (notasi: fy) yang mana merupakan
TINJAUAN PUSTAKA tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan.
Modulus Elastisitas
Nilai Kekuatan leleh merupakan titik awal sebuah
Modulus elastisitas merupakan kemiringan dari
diagram tegangan dan regangan yang masih dalam material bahan atau logam mulai terdeformasi secara
kondisi elastis. Modulus elastisitas yang besar plastik.
menunjukkan kemampuan menahan tegangan yang Tegangan putus dan tegangan leleh sendiri dapat
cukup besar dalam kondisi regangan yang masih dicari dengan persamaan:
kecil, artinya bahwa baja tersebut mampu menahan Fy = Py/A
tegangan (desak utama) yang cukup besar akibat Fu = Pu/A
beban-beban yang terjadi pada suatu regangan
Dimana: Py = beban saat benda uji mengalami leleh
(kemampuan terjadi retak) kecil, tolak ukur yang
umum dari sifat elastisitas yang merupakan Pu = beban saat benda uji mengalami putus
Sesuai dengan SNI 03-1729-2002 maka mutu baja nilai kekerasan menggunakan Equotip Portable
dibagi menjadi kelas mutu sebagai berikut : Rockwell Hardness.

Tabel 1. Klasifikasi Mutu Baja Alat dan Bahan


Bahan utama yang digunakan pada penelitian
ini adalah profil baja yang telah ditentukan yaitu WF
200.100.8.6,8 (web and flange), Hollow 100.50.5,
Siku 60.60.6, dan Plat 8 mm.. Adapun alat yang
digunakan untuk membaca nilai kekerasan yaitu

Sumber: SNI 03-1729-2002

Nilai Kekerasan
Nilai kekerasan adalah ketahanan material
terhadap deformasi tekan atau penetrasi sementara Equotip Portable Rockwell Hardness, untuk
yang dilakukan oleh indentor. Pengujian terhadap pembacaan nilai tegangan-regangan digunakan
kekerasan bertujuan untuk mengukur ketahanan pembacaan Strain Gauge pada strain meter, dan
material terhadap deformasi plastis. Prinsip untuk penentuan nilai Py dan Pu digunakan
pengukuran kekerasan yaitu dengan pemberian gaya Universal Testing Machine.
tekan pada permukaan material menggunakan
indentor. Dimana luas ataupun diameter indentor Rancangan Benda Uji
sudah terukur. Adapun identor yang digunakan uji Ketentuan Spesimen ASTM E8
kekerasan pada umumnya berbeda-beda bentuknya, Pada pengujian ini digunakan profil baja yang
yaitu bola, kerucut dan piramida. Nilai kekerasan telah distandarisasi ukurannya menurut dengan
dihitung menggunakan formula dari alat masing- ASTM E-8 dimana terbagi atas spesimen besar yang
masing dari perubahan deformasi per tiap jejaknya merupakan plate type dan spesimen kecil yang
saat indentasi. merupakan sheet type, dimana ketetapan ukuran
Menurut Sudarno (2010), nilai kekerasan yang dapat dilihat pada gambar dibawah.
dikorelasikan dengan tegangan dapat
memperlihatkan kelompok logam yang dimiliki Gambar 2. Dimensi Benda uji Spesimen Besar
benda uji jika melihat dari nilai koefisien determinan
yang terjadi. Adapun pengelompokkan logam
menurut Sudarno dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kelompok Logam Menurut Sudarno (2010) Gambar 3. Dimensi Benda Uji Spesimen Kecil

Sumber : Sudarno (2010)


Gambar 4. Benda Uji

METODOLOGI PENELITIAN Pengujian Nilai Kekerasan menggunakan


Equotip Portable Rockwell Hardness
Variabel Penelitian Sebelum melakukan pengujian, diharuskan adanya
Variabel bebas adalah variabel yang ditentukan penghalusan akan permukaan benda uji sesuai yang
oleh peneliti sendiri. Adapun variabel bebas pada dapat dibaca oleh Equotip Portable Rockwell
penelitian ini yaitu variasi profil dan tipe spesimen
Hardness, setelah didapatkan kehalusan yang tepat,
yaitu WF 200.100.8.6,8 (web and flange), Hollow
100.50.5, Siku 60.60.6, dan Plat 8 mm. dilakukan pembacaan deformasi akan nilai
Sedangkan variabel terikat adalah variabel kekerasan oleh indentor. Dari alat Equotip Portable
yang bergantung pada variabel bebas. Pada Rockwell Hardness didapatkan grafik dan statistik
penelitian ini yang merupakan variabel terikat yaitu perubahan deformasi yang terbaca oleh indentor.
nilai kuat tarik, modulus elastisitas dari uji tarik dan Pengujian terhadap nilai kekerasan dilakukan pada
tengah dan kedua sisi tepi benda uji seperti yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat terlihat pada titik A, B dan C di gambar
Pengujian Nilai Kekerasan
berikut.
Dari hasil pengujian kekerasan menggunakan
Equotip Portable Rockwell Hardness, didapatkan
hasil pada titik percobaan A, B dan C sesuai yang
terlihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 dengan A
merupakan luasan penampang spesimen, dimana A=
Gambar 5. Persebaran Titik Pengujian Kekerasan W x t, dan HV merupakan nilai kekerasan, yang
mana merupakan perbandingan antara beban dengan
Pengujian Tarik menggunakan Universal Testing luasan indentasi, dinotasikan dalam HV yang mana
Machine sama dengan 1,854 Kgf/mm2. Dari Tabel 2 dan
Sebelum dilakukan pengujian tarik Tabel 3 didapatkan bahwa semakin kecil luasan
menggunakan Universal Testing Machine, dilakukan penampang, maka terdapat kecenderungan semakin
pemasangan strain gauge pada tengah dan tepi benda besar nilai kekerasan dalam HV yang dapat terjadi.
uji. Namun strain gauge tepi hanya diberikan pada
Tabel 2. Hasil Nilai Kekerasan Spesimen Besar
spesimen besar karena spesimen kecil tidak A HV
No Profil HV Rata-rata HV Rata-rata
(mm2) (a) (b) (c)
memungkinkan pemasangan strain gauge. Hal ini 200 154 348 293 265 265
1 HOLLOW WEB 2
bertujuan untuk mengetahui perbedaan perilaku 2 PLAT BESAR 1 310 154 152 151 152
152
tegangan-regangan yang dimiliki oleh benda uji. 3 PLAT BESAR 2 310 146 145 165 152
4 WF BESAR 1 232 290 215 216 240
Setelah strain gauge terpasang, maka dilakukan 228
5 WF BESAR 2 232 257 156 233 215
pembacaan tegangan-regangan pada strain meter,
dan setelah benda uji mengalami putus, dianalisis Py Tabel 3. Hasil Nilai Kekerasan Spesimen Kecil
A HV
dan Pu yang terjadi pada grafik hubungan beban dan No Profil
(a) (b) (c)
HV Rata-rata HV Rata-rata
(mm2)
pertambahan panjang yang didapatkan dari UTM. 1 HOLLOW FLANGE 1 62,4 225 237 342 268
2 HOLLOW FLANGE 2 64,35 311 181 248 247
251
3 HOLLOW FLANGE 3 64,35 297 235 166 233
Diagram Alir Tahapan Penelitian 4 HOLLOW FLANGE 4 61,44 293 218 260 257
5 PLAT KECIL 1 98,8 331 238 306 292
356
6 PLAT KECIL 2 103,74 238 536 487 420
7 SIKU KECIL 1 70,49 283 304 197 261
261
8 SIKU KECIL 2 68,64 220 235 326 260
9 WF FLANGE 1 102,4 222 227 131 193
203
10 WF FLANGE 2 102,4 175 100 362 212

Gambar 6. Grafik Hubungan Luas Penampang


dengan Nilai Kekerasan

Pengujian Tarik untuk mendapatkan Modulus


Elastisitas menggunakan Strain Gauge
Nilai modulus elastisitas didapatkan dari plotting
nilai tegangan dan regangan yang didapatkan dari
pembacaan regangan pada strain meter. Sedangkan
nilai tegangan didapatkan dari pembagian nilai
beban dengan luasan penampang benda uji. Adapun
hasil dari pengujian pada strain gauge didapatkan
nilai modulus elastisitas sebagai berikut. TEGANGAN-REGANGAN
PLAT 2

TEGANGAN (N/MM2)
Tabel 4. Modulus Elastisitas Strain Gauge Tengah SG tengah SG Pinggir
No Profil E Rata-rata
500
1 HOLLOW FLANGE 1 166266
2 HOLLOW FLANGE 2 141903
158179
0
3 HOLLOW FLANGE 3 149858 0 0,01 0,02 0,03 0,04
4 HOLLOW FLANGE 4 174688
REGANGAN
5 PLAT KECIL 1 188703
187512
6 PLAT KECIL 2 186320
7 SIKU KECIL 1 141334
8 SIKU KECIL 2 111792
126563 TEGANGAN-REGANGAN
9 WF FLANGE 1 78353 HOLLOW WEB - 2
128891
10 WF FLANGE 2 179429

TEGANGAN (N/MM2)
11 HOLLOW WEB 2 160322 160322 SG Tengah SG Tepi
12 PLAT BESAR 1 196206
250586
223396 500
13 PLAT BESAR 2
14 WF BESAR 1 222963
215085
0
15 WF BESAR 2 207206 0,0000000 0,0020000 0,0040000 0,0060000
Tabel 5. Modulus Elastisitas Strain Gauge Tepi REGANGAN
No Profil E (Mpa) Rata-rata

1 HOLLOW WEB 2 193752 193752


Gambar 7. Perbedaan Hubungan Tegangan -
2 PLAT BESAR 1 188738 Regangan pada Spesimen Besar
227780
3 PLAT BESAR 2 266821
4 WF BESAR 1 174157
154889 Pengujian Nilai Kuat Tarik
5 WF BESAR 2 135620
Nilai Kuat Tarik didapatkan dari pembagian
beban dengan luasan penampang saat sedang
Adapun dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa mengalami leleh dan saat benda uji mengalami
nilai modulus elastisitas di bagian tengah dengan tepi beban maksimum saat putus. Beban ini didapatkan
spesimen tidak memiliki perbedaan yang jauh, hal dari grafik hubungan beban dan pertambahan
tesebut dapat dilihat dari gambar-gambar dibawah panjang yang didapatkan dari Universal Testing
yang merupakan perbandingan grafik tegangan- Machine (UTM).
regangan yang terjadi pada beberapa spesimen besar. Dari hasil pengujian, didapatkan hasil
plotting beban dengan luas penampang untuk
TEGANGAN-REGANGAN mendapatkan nilai kuat tarik sebagai berikut.
WF WEB - 2
Tabel 6. Hasil Nilai Kuat Tarik
SG Tengah SG Tepi A Py Pu Fy Fu Rata-rata
TEGANGAN (N/MM2)

No Profil
(mm2) (N) (N) (Mpa) (Mpa) Fy Fu
500 1 HOLLOW FLANGE 1 62,4 19000 23000 304 369
2 HOLLOW FLANGE 2 64,35 21000 24000 326 373
320 378
0 3 HOLLOW FLANGE 3 64,35 22000 25000 342 389
0,0000000 0,0020000 0,0040000 0,0060000 4 HOLLOW FLANGE 4 61,44 19000 23500 309 382

REGANGAN 5 PLAT KECIL 1 98,8 30000 42000 304 425


316 434
6 PLAT KECIL 2 103,74 34000 46000 328 443
7 SIKU KECIL 1 70,49 22000 35000 312 497
360 503
8 SIKU KECIL 2 68,64 28000 35000 408 510
TEGANGAN-REGANGAN
9 WF FLANGE 1 102,4 38000 46000 371 449
PLAT 1 10 WF FLANGE 2 102,4 37000 46000 361 449
366 449
TEGANGAN (N/MM2)

11 HOLLOW WEB 2 200 75000 85000 375 425 375 425


SG Tengah SG Pinggir
12 PLAT BESAR 1 310 90000 145000 290 468
294 463
500 13 PLAT BESAR 2 310 92000 142000 297 458
14 WF BESAR 1 232 105000 120000 453 517
420 506
0 15 WF BESAR 2 232 90000 115000 388 496
0 0,01 0,02 0,03 0,04
REGANGAN
Dari hasil pengujian menggunakan Universal
Testing Machine, didapatkan hasil rata-rata fy dan fu Hubungan Fy - HV
pada masing-masing profil dimana dari rata-rata Siku (BJ 50)
tersebut dapat diketahui klasifikasi mutu baja yang 450
dimiliki oleh profil tersebut sebagai berikut. y = -95,824x + 25354

Fy (Mpa)
350 R² = 1
Tabel 7. Penentuan Mutu Profil Baja 250
Profil Fy (MPa) Fu (MPa) Mutu 260 261 261 262
Hollow 331 387,4 BJ 37 HV
Plat 305 448,5 BJ 41
Siku 360 503 BJ 50
Gambar 9. Hubungan Fy-HV per tiap Mutu Baja
WF 393 477,5 BJ 41
Sedangkan adapun hasil hubungan tegangan putus
Korelasi Nilai Kuat Tarik dengan Kekerasan dengan kekerasan dapat dilihat pada gambar-gambar
Dari hasil nilai kekerasan dan kuat tarik yang
dibawah.
telah didapatkan, maka bisa ditarik sebuah hubungan
nilai kuat tarik dengan kekerasan. Dimana korelasi
ini merupakan hubungan nilai kuat tarik dengan Hubungan Fu - HV
kekerasan secara umum yang mana mutu baja yang
dimiliki berbeda-beda. Adapun hasil korelasi secara 550

Fu (Mpa)
umum biasanya mengakibatkan nilai koefisien y = 0,0013x2 - 0,8291x + 565,93
450
determinan yang kecil, sehingga untuk mendapatkan R² = 0,057
keakuratan yang lebih tinggi, dilakukan korelasi per
350
tiap mutu baja untuk mendapatkan nilai koefisien
100 200 300 400 500
yang lebih tinggi sehingga dapat ditentukan pula
kelompok logam seperti yang dilakukan oleh HV
Sudarno (2010).
Gambar 10. Hubungan Fu-HV secara Umum

Hubungan Fy - HV
Hubungan Fu - HV
650 y = -0,0022x2 + 1,2185x + 184,59 Hollow (BJ 37)
Fy (Mpa)

450 R² = 0,0989
400 y = -0,4468x + 490,32
Fu (Mpa)

250 380 R² = 0,5556


100 200 300 400 500 360
HV 220 240 260 280
HV
Gambar 8. Hubungan Fy-HV secara Umum

Hubungan Fu - HV
Hubungan Fy - HV Plat dan WF (BJ 41)
Hollow (BJ 37)
1000
Fu (Mpa)

350 y = -0,0969x + 485,95


500
Fy (Mpa)

300 y = -1,1135x + 600,07 R² = 0,0809


R² = 0,9641 0
250 100 200 300 400 500
220 240 260 280 HV
HV

Hubungan Fu - HV
Hubungan Fy - HV Siku (BJ 50)
Plat dan WF (BJ 41)
520
Fu (Mpa)

500 y = -13,382x + 3993,8


500
Fy (Mpa)

y = 0,0234x + 343,44 R² = 1
480
R² = 0,0014
0 260 261 261 262
100 200 300 400 500 HV
HV
Gambar 11. Hubungan Fu-HV per tiap Mutu Baja
Korelasi Modulus Elastisitas dengan Kekerasan dibandingkan dengan rentang saat baja mengalami
Berbeda dengan tegangan leleh dan tegangan tegangan leleh.
putus yang dicari untuk mencari mutu baja dari Adapun hubungan modulus elastisitas dengan
material baja yang diujikan, nilai modulus elastisitas nilai kuat tarik dapat dilihat pada gambar-gambar
justru tidak dapat digunakan untuk penentuan mutu dibawah dibawah.
baja. Nilai dari modulus elastisitas yang
didapatkan hanya akan menjadi tolak ukur dari HUBUNGAN E - FY
kesesuaian dari modulus elastisitas baja pada Hollow Plat Siku WF
umumnya.
Sehingga korelasi nilai modulus elastisitas 500

FY (MPA)
dengan kekerasan yang didapatkan hanya akan 400
menjadi pembanding saat diujikan di lapangan 300
apakah sudah sesuai dengan ketentuan dan 200
kesesuaian tertentu. Sama seperti halnya prosedur 50000 150000 250000 350000
E (MPA)
korelasi nilai kuat tarik baja, korelasi nilai modulus
elastisitas dengan kekerasan juga didapatkan dengan
membandingkan nilai modulus elastisitas yang Gambar 15. Hubungan E-Fy masing-masing Profil
terjadi pada uji tarik melalui tegangan strain gauge
yang terjadi dengan nilai kekerasan yang didapatkan
HUBUNGAN E - FU
dari alat Equotip Portable Rockwell Hardness.
Adapun hasil korelasi modulus elastisitas dengan Hollow Plat Siku WF
kekerasan dapat dilihat pada Gambar 12.
550
FU (MPA)

450
Hubungan E - HV
350000 350
y = 2,3332x2 - 1377,3x + 358895 50000 150000 250000 350000
E (Mpa)

250000 R² = 0,1491
E (MPA)
150000
50000
100 200 300 400 500 Gambar 16. Hubungan E-Fu masing-masing Profil
HV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian uji kekerasan
Gambar 12. Hubungan Modulus Elastisitas dengan
menggunakan Equotip Portable Rockwell Hardness
Kekerasan
dan uji tarik menggunakan Universal Testing
Machine yang telah dilakukan untuk mengetahui
Hubungan Nilai Kuat Tarik dengan Modulus
korelasi nilai kuat tarik dan modulus elastisitas pada
Elastisitas
baja terhadap nilai kekerasan, dapat ditarik beberapa
Pada dasarnya nilai modulus elastisitas dan nilai
kesimpulan :
kuat tarik baja tidak memiliki korelasi yang
1. Nilai kuat tarik dan Modulus Elastisitas dari
signifikan. Karena variabel untuk
profil baja yang diujikan akibat pengujian
mengkorelasikan biasanya harus dengan mutu yang
metode Uji Tarik menggunakan Universal
sama. Pada penelitian uji tarik kali ini, didapatkan
Testing Machine yaitu :
bahwa modulus elastisitas dan nilai kuat tarik
a. Nilai Kuat Tarik yang didapatkan akibat uji tarik
memiliki kecenderungan berbanding terbalik. Hal
menggunakan Universal Testing Machine untuk
ini dapat terlihat pada plot grafik nilai kuat tarik
masing-masing profil baja yaitu:
dengan modulus elastisitas masing-masing profil
Hollow Fy = 331 Mpa Fu = 387,4 Mpa
baja pada Gambar 13 dan Gambar 14. Meskipun
Plat Fy = 305 Mpa Fu = 448,5 Mpa
tidak selalu, seperti halnya yang terjadi pada grafik
Siku Fy = 360 Mpa Fu = 503 Mpa
plot nilai tegangan putus. Hal ini kemungkinan
WF Fy = 393 Mpa Fu =477,5 Mpa
besar terjadi karena durabilitas dari masing-masing
Dari nilai kuat tarik yaitu tegangan leleh dan
mutu dalam menahan tegangan ultimate berbeda-
tegangan putus yang terjadi dapat diketahui mutu
beda dan memiliki rentang yang lebih besar
baja profil yaitu profil Hollow BJ 37, profil Plat
dan WF BJ 41, sedangkan profil Siku BJ 50. Mutu BJ 50
b. Nilai Modulus Elastisitas yang didapatkan akibat TS = -13,382 HV + 3993,8
uji tarik dengan bantuan pembacaan strain gauge YS = -95,824 HV + 25354
yaitu:
Hollow E = 158607 Mpa DAFTAR PUSTAKA
Plat E = 205454 Mpa Askeland., D. R. (1985). The Science and
Siku E = 126563 Mpa Engineering of Material. Alternate Edition. Boston,
WF E = 189738 Mpa USA: PWS.
Pembacaan regangan dengan bantuan strain Budiman, Haris. (2016). Analisis Pengujian
gauge diatas adalah dari pembacaan strain gauge Tarik (Tensile Strength) pada Baja ST37 dengan
tengah bentang. Digunakan analisis tenga Alat Bantu Ukur Load Cell. Jurnal J-Ensitec 3 (I): 9-
bentang saja karena didapatkan analisis bahwa 10
nilai modulus elastisitas yang terjadi pada tengah Davis, H.E., Troxell, G.E., Wiskocil, C.T.
bentang dan tepi bentang tidak jauh berbeda. (1955). The Testing and Inspection of Engineering
Nilai modulus elastisitas yang terjadi cukup kecil Materias. New York, USA: McGraw-Hill Book
diperkirakan karena perletakan strain gauge yang Company.
tidak tepat pada tempat spesimen baja mengalami Dieter, G.E. (1987). Metalurgi Mekanik.
tegangan maksimum (titik putus). Terjemahan. Sriati D. Jakarta: Penerbit Erlangga
c. Nilai kekerasan rata-rata yang didapatkan pada Effendi, S. (2009). Pengaruh Perbedaan Waktu
uji kekerasan menggunakan Equotip Portable Penahanan Suhu Stabil Terhadap Kekerasan Logam.
Rockwell Hardness yaitu: Jurnal Austenit: 39-43
Hollow 253,8 HV Gere, J.M., Timoshenko. (1997). Mekanika
Plat 254 HV Bahan. Terjemahan Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Siku 261 HV Erlangga.
WF 215,5 HV Groenendijk, G. (1980). Teknologi Mekanik.
Dari nilai kekerasan yang didapatkan, dapat Terjemahan Edisi 1. Bandung: Binacipta
disimpulkan bahwa semua profil Siku tergolong Indrawahyuni, H., Dewi, S. M., Prastumi.
dalam material ulet dan profil Hollow tergolong (2010). Mekanika Bahan. Malang : Bargie Media.
dalam material getas. Setiawan, Agus. (2008). Perencanaan Struktur
2. Adapun beberapa korelasi yang didapatkan dari Baja dengan Metode LRFD. Jakarta: Penerbit
nilai kuat tarik dan modulus elastisitas baja Erlangga.
terhadap nilai kekerasan yaitu: Singer, F.L.& Andrew, Pytel. (1995). The
a. Nilai kuat tarik cenderung berbanding terbalik Theory of Material Strength. Edisi II. Terjemahan
dengan kekerasan, dimana didapatkan persamaan Darwin Sebayang. Jakarta: Penerbit Erlangga.
dalam kondisi tidak diketahui mutu baja sebagai Sudarno. (2010). Hubungan Antara Kekerasan
berikut: dengan Kekuatan Tarik pada Logam Ulet dan Getas.
TS = 0,0013HV2 - 0,8291HV + 565,93 Jurnal Agritek 11.(I): 10-11
YS = -0,0022 HV2 + 1,2185 HV + 184,59 SNI 03-1729-2002. (2002). Tata Cara
E = 2,3332 HV2 - 1377,3 HV + 358895 Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung.
Persamaan yang didapatkan cenderung memiliki Departemen Pekerjaan Umum
koefisien determinan yang kecil, hal ini Suseno, Hendro. (2010). Bahan Bangunan
diperkirakan terjadi akibat ketidakseragaman untuk Teknik Sipil. Malang: Bargie Media.
mutu baja profil yang diujikan.
b. Persamaan korelasi nilai kuat tarik baja dengan
nilai kekerasan ketika diketahui mutu baja adalah
sebagai berikut:
Mutu BJ 37
TS = -0,4468 HV + 490,32
YS = -1,1135 HV + 600,07
Mutu BJ 41
TS = -0,0969 HV + 485,95
YS = 0,0234 HV + 343,44

Anda mungkin juga menyukai