Anda di halaman 1dari 4

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK): STIMULASI PERSEPSI

MODIFIKASI SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALIAN HALUSINASI


DENGAR PADA KLIEN SKIZOFRENIA

Ah. Yusuf*, Rizki F.*, Nursalam*, Iskandar

ABSTRACT

The objective of this study was to examine the effect of modified Group Activity Therapy (GAT)
perception stimulation on auditory halucination controlling in schizophrenia. Modification
means using only 3 sessions in GAT. A quasi-experimental pre post test design was used in this
study. Eighteen samples with auditory halucination at male third’s class wards Menur Mental
Hospital Surabaya were used in this study and divided into 2 groups. Observation was applied
to measure patient’s responses and data were analyzed by Wilcoxon Signed Rank test and
Mann Whitney test with significance level of α<0.05.
Conclusion: modified perception stimulation of GAT is able to increase patient’s ability for
making differences between reality and non-reality and motivated patient to choose and use the
best way for controlling halucination.

Keywords: auditory halucination, perception stimulation Group Activity Therapy.

PENDAHULUAN

Halusinasi merupakan bentuk gangguan Halusinasi yang tidak segera mendapatkan


persepsi dimana individu mengalami terapi atau penanganan akan menimbulkan
kehilangan kemampuan dalam masalah-masalah yang lebih banyak dan
membedakan rangsangan internal (pikiran) lebih buruk. Dampak yang dapat
dan rangsangan eksternal (dunia luar). ditimbulkan oleh halusinasi pada klien
Klien dengan diagnosa skizofrenia, 70% skizofrenia adalah: 1) perilaku kekerasan
mengalami halusinasi dan 30% mengalami baik ditujukan pada diri sendiri maupun
waham. Dari klien yang mengalami orang lain, 2) risiko tinggi tindakan bunuh
waham ditemukan 35%-nya mengalami diri, 3) gangguan interaksi sosial dan 4)
halusinasi. Klien skizofrenia dan psikotik kerusakan komunikasi verbal dan non
lain, 20% mengalami campuran halusinasi verbal.
pendengaran dan pengelihatan (Stuart &
Sundeen, 1995). Pendekatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi halusinasi dengar antara lain
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya pada dengan terapi psikofarmaka, terapi somatik
tahun 2006 merawat rerata 150 pasien (elektro convulsi therapy), terapi
skizofrenia perbulan, yang mengalami lingkungan, terapi bermain, terapi okupasi
halusinasi sekitar 60%, kerusakan interaksi dan terapi aktifitas kelompok yang
dan gangguan konsep diri 25%, perilaku bertujuan untuk mengorientasikan klien
kekerasan 10% dan klien dengan waham pada realita. Orientasi pada realitas akan
sekitar 5%. Dari 60% (90 klien) yang mengurangi persepsi sensorik yang salah
mengalami halusinasi, 50% mengalami dan meningkatkan rasa makna diri dan
halusinasi dengar, halusinasi penglihatan keluhuran pribadi klien (Townsend, 1998).
45% dan halusinasi jenis lain sekitar 5%
(Medical Record RSJ Menur Surabaya, Orientasi klien pada realita diperoleh
2005). dengan pendekatan terapi aktifitas
kelompok stimulasi persepsi. Dalam
_____________ kegiatan aktivitas kelompok, tujuan
* Staf Pengajar PSIK FK UNAIR ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan

Jurnal Ners Vol. 2 No. 1 Mei – September 2007


masalah yang dihadapi oleh sebagian besar persepsi modifikasi terhadap pengendalian
peserta. halusinasi dengar pada klien skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktifitas mempersepsikan BAHAN DAN METODE PENELITIAN
berbagai stimulus yang terkait dengan
pengalaman dan atau kehidupan untuk Penelitian ini menggunakan quasy
didiskusikan dalam kelompok. Hasil eksperiment dengan pendekatan (non-
diskusi kelompok dapat berupa equaivalen control group atau non
kesepakatan persepsi atau alternatif randomized control group pretest-posttest
penyelesaian masalah (Keliat, 2002). design). Populasi dalam penelitian ini
Namun kenyataan yang diperoleh di adalah klien halusinasi yang sedang
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jiwa
pelaksanaan TAK stimulasi persepsi belum Menur Surabaya yang terdiri dari 3 ruang
dapat dilaksanakan secara optimal hal ini rawat inap kelas III laki-laki dengan besar
disebabkan oleh beberapa faktor: 1) sampel 18 responden. TAK stimulasi
kurangnya pemahaman perawat tentang persepsi modifikasi terdiri atas tiga sesi,
TAK, 2) adanya anggapan bahwa proses dilaksanakan tiga kali selama tiga hari.
TAK terlalu panjang namun hasil nyatanya
belum nampak, 3) kurangnya tenaga Instrumen yang digunakan dalam penelitian
perawat yang ada diruang rawat inap untuk ini adalah: 1) Panduan TAK, 2) Lembar
dapat mengaplikasikan TAK secara teratur. observasi dan wawancara. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan Wilcoxon
Modifikasi TAK stimulasi persepsi perlu Signed Rank Test dan Mann Whitney Test
dilakukan agar dapat diterapkan dilapangan dengan derajat kemaknaan α<0.05.
dan menilai pengaruh TAK stimulasi

HASIL PENELITIAN

Tabel 1: Pengendalian Halusinasi Dengar Responden Kelompok Perlakuan dan Kelompok


Kontrol.

Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok


Pengendalian
Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol
Halusinasi
Pre Post Pre Post Pre Post
Bisa 0 9 0 1 9 1
mengendalikan 0% 100% 0% 10% 100% 11,1%
Tidak bisa 9 0 9 8 0 8
mengendalikan 100% 0% 100% 90% 0% 88,89%
9 9 9 9 9 9
Total
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Wilcoxon Sign Rank Test Mann Whitney Test
Z = -2.692 Z = -0.577 Z = -3.648
p = 0.007 p = 0.564 p = 0.000
Ket: p = Probabilitas

PEMBAHASAN halusinasi dengar pada klien skizofrenia


yaitu p=0,007. Perubahan kemampuan
Pemberian TAK stimulasi persepsi klien dalam mengendalikan halusinasi
modifikasi secara signifikan memberikan antara kelompok perlakuan dan kelompok
perubahan terhadap pengendalian kontrol menunjukkan hal yang sangat

Jurnal Ners Vol. 2 No. 1 Mei – September 2007


signifikan dengan p=0.000. Sebelum pada kelompok perlakuan antara lain: 1)
diberikan TAK stimulasi persepsi homogenitas jenis halusinasi yaitu
modifikasi 100% responden baik kontrol halusinasi dengar. Kesamaan suatu masalah
maupun perlakuan tidak mampu yang dihadapi oleh responden dalam suatu
mengendalikan halusinasi dengar. kelompok mempermudah pencapaian
tujuan terapi. 2) pelaksanaan TAK yang
Pengendalian halusinasi adalah berkelanjutan mengakibatkan responden
kemampuan klien dalam mengendalikan saling mengenal, bertukar pengalaman,
stimulus yang datang dikaitkan dengan berkomunikasi dan menggali pengetahuan
penurunan, berlebihan, distorsi atau tentang pengendalian halusinasi dengar, 3)
kerusakan terhadap stimulasi (Nurjannah, responden berusia 21-45 tahun, yang
2001). merupakan tahap usia dewasa dimana
kepribadian seseorang lebih matang secara
Menurut Townsend (1998), emosional sehingga perubahan mekanisme
ketidakmampuan klien mengenal halusinasi koping setelah TAK akan lebih mudah
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain: diadopsi 4) seluruh responden berjenis
1) Klien merupakan penderita yang baru kelamin laki-laki sehingga mempermudah
mengalami gangguan jiwa dan menjalani kelompok dalam pertukaran pengalaman
rawat inap, sehingga klien belum bisa secara terbuka.
membedahkan antara realita dan non
realita. Hal tersebut menyebabkan Pada kelompok kontrol hanya terjadi
mekanisme koping klien saat terjadi perubahan yang tidak terlalu signifikan
halusinasi tidak efektif dan cenderung yaitu 10% (1 orang), keadaan ini
terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri disebabkan oleh karena: 1) perbedaan
maupun orang lain. 2) Ketidaktahuan klien mekanisme koping antar individu dalam
dalam mengenal cara mengendalikan kemampuannya untuk mengendalikan
halusinasi. Klien merasa apa yang didengar halusinasi dengar yang mempengaruhi
(halusinasi) adalah suatu hal yang nyata. percepatan klien dalam mengontrol
Kemampuan untuk mengontrol halusinasi halusinasi, 2) perbedaan terapi yang
bisa diajarkan. 3) Klien rerata menjalani diterima klien yaitu adanya pemberian
masa perawatan di minggu ke-2. Hal elektro convulsi therapy (ECT).
tersebut mempengaruhi kondisi mental
atau psikis dari klien. Keadaan umum klien
pada minggu ke-2 lebih tenang dan SIMPULAN DAN SARAN
kooperatif, akan tetapi gejala halusinasi
masih nampak dan klien belum bisa Simpulan
mengendalikan halusinasinya. 4) TAK 1. TAK stimulasi persepsi modifikasi
belum menjadi protap penanganan klien berpengaruh terhadap pengendalian
halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Menur, halusinasi dengar yang meliputi aspek
terapi klien hanya terfokus pada pemberian kognitif, afektif dan psikomotor
obat psikofarmaka saja. dimana klien lebih terkendali dalam
menanggapi setiap halusinasi yang
Setelah diberikan TAK stimulasi persepsi muncul.
modifikasi, pada kelompok perlakuan 2. Pemberian TAK stimulasi persepsi
100% responden mampu mengendalikan modifikasi dapat merubah perilaku
halusinasi. Sedangkan pada kelompok klien dalam mengendalikan halusinasi
kontrol 90% responden tidak bisa yaitu dengan timbulnya kemampuan
mengendalikan halusinasi. Townsend membedakan realita dan non realita
(1998) menyatakan bahwa orientasi pada serta memilih dan menggunakan cara
realitas akan mengurangi persepsi sensorik untuk mengendalikan halusinasi.
yang salah dan meningkatkan rasa makna
diri dan keluhuran pribadi klien. Saran
1. TAK ditetapkan sebagai kegiatan
Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan terapi dan dilaksanakan secara
atau perubahan pengendalian halusinasi tyerencana dan berkelanjutan sebagai

Jurnal Ners Vol. 2 No. 1 Mei – September 2007


upaya untuk mempercepat kesembuhan Nurjannah, I., (2001). Aplikasi Proses
klien di Rumah Sakit Jiwa Menur Keperawatan: pada diagnosa risiko
Surabaya. kekerasan diarahkan pada orang lain
2. TAK stimulasi persepsi ditetapkan dan gangguan sensori persepsi,
sebagai prosedur tetap (protap) dalam Yogyakarta: Mocomedika Hal.91-
menyelesaikan masalah halusinasi pada 147
klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Keliat, B.A., (2004). Keperawatan Jiwa:
Menur Surabaya. terapi aktifitas kelompok, Jakarta:
3. Perlu dilaksanakan pelatihan tentang EGC, Hal. 3-15
TAK untuk melatih terapis yang Keliat, B.A., (2005). Proses Keperawatan
menjalankan TAK dengan benar dan Kesehatan Jiwa Edisi 2, Jakarta:
sesuai dengan tujuan. EGC, Hal. 46
4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan
tentang jenis TAK yang lain agar Metodologi Penelitihan Ilmu
memperluas wawasan tentang terapi Keperawatan, Jakarta: Salemba
modalitas khususnya TAK untuk klien Medika, Hal.102
skizofrenia Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan
Mental Psikiatri Terintegrasi dengan
Keluarga, Jakarta: CV. Agung Seto,
KEPUSTAKAAN Hal. 23.
Stuart & Sundeen, (1998). Buku Saku
Arikunto, S., (2002). Prosedur Penelitian, Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC,
Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Hal. 227-237.
PT. Ribeka Cipta, Hal. 215. Suliswati, dkk, (2005). Konsep Dasar
Hawari, D., (2003). Pendekatan Holistik Keperawatan Kesehatan Jiwa,
pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia, Jakarta: EGC, Hal. 129.
Jakarta: Gaya Baru, Hal. 41 Townsend, M.C., (1998). Buku Saku
Nurjannah, I., (2001). Pedoman Diagnosa Keperawatan Psikiatri:
Penanganan pada Gangguan Jiwa: pedoman untuk pembuatan rencana
Manajemen, Proses Keperawatan perawatan, Jakarta: EGC, Hal. 156-
dan Hubungan Terapeutik Perawat- 157.
Klien, Yogyakarta: Mocomedia, ----------, (2005). Medical Record, Rumah
Hal.102 Sakit Jiwa Menur Surabaya.

Jurnal Ners Vol. 2 No. 1 Mei – September 2007

Anda mungkin juga menyukai