0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
81 tayangan2 halaman
Prosedur ini menjelaskan tata cara penanganan pasien kasus pemerkosaan mulai dari memberikan pelayanan klinis, mengumpulkan bukti forensik, melakukan pemeriksaan genitalia, perawatan komplikasi, pencegahan penularan HIV dan kehamilan, serta rujukan pasien ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Prosedur ini menjelaskan tata cara penanganan pasien kasus pemerkosaan mulai dari memberikan pelayanan klinis, mengumpulkan bukti forensik, melakukan pemeriksaan genitalia, perawatan komplikasi, pencegahan penularan HIV dan kehamilan, serta rujukan pasien ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Prosedur ini menjelaskan tata cara penanganan pasien kasus pemerkosaan mulai dari memberikan pelayanan klinis, mengumpulkan bukti forensik, melakukan pemeriksaan genitalia, perawatan komplikasi, pencegahan penularan HIV dan kehamilan, serta rujukan pasien ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Pengertian Penanganan pasien dengan suatu perbuatan hubungan seksual tanpa
persetujuan korban
Tujuan Tata cara penanganan pasien kasus pemerkosaan
Kebijakan Penanganan pasien kasus pemerkosaan sesuai prossedur
Prosedur 1. Merespon kekerasan seksual berupa memberikan pelayanan klinis,
mengumpulkan bukti forensik, merujuk untuk internitasi lebi lanjut. 2. Memberi pelayanan klinis berupa riwayat, pemeriksaan, perawatan, konseling 3. Pemeriksaan genetalia a. Pasien diminta berbaring dalam posisi litotomi. b. Lakukan inspeksi genitalia eksterna untuk melihat adanya deflorasi himen, laserasi vulva atau vagina. c. Selaput darah yang utuh dapat dibagi dalam 3 golongan utama berdasar bentuk dan tepi lubangnya. d. Bentuk teratur dengan tepi yang teratur dan utuh: hirnen anularis, himen semilunaris, himen labiiformis. e. Bentuk teratur dengan tepi tidak teratur: himen lobatus, himen dentatus, himen fimbriatus, himen koroliformis. f. Bentuk tidak teratur dengan tepi teratur atau dengan tepi tidak teratur: himen imperforatus, himen bipartitus/septus, himen partim septus (sulit dibedakan dengan himen yang telah mengalami deflorasi), himen multipleks/koroliformis, himen kribrosus. g. Sisir rambut pubis (pemeriksaan seperti rambut kepala). Bila terlihat menggumpal, dicurigai terdapat noda semen. Rambut harus digunting dan diperiksa sebagai bukti. Periksa dan catat adanya memar, laserasi, dan daerah yang nyeri. Lampu Woods dapat dipakai untuk mencari adanya bercak semen. Daerah yang paling sering cedera adalah introitus posterior, himen, dan forniks posterior. h. Untuk memeriksa serviks dan vagina gunakan spekulum tanpa pelicin, cukup dengan dibasahi dengan air. Sperma dapat ditemukan dalam vagina dalam keadaan motil sampai 12 jam, sedangkan dalam serviks sampai 7 hari. Ambil spesimen untuk mencari sperma dengan kapas lidi dari daerah-daerah berikut: i. Labia minor. j. Forniks vagina untuk mencari sperma. k. Pada masing-masing daerah diusapkan 2 kapas lidi. Satu kapas lidi langsung diusap di kaca obyek, keringkan, lalu tutup dengan kaca obyek lagi dengan diganjal lidi di antara kedua kaca tersebut (sehingga tidak saling bersentuhan maupun tergores dalam penyimpanan). Masukkan kaca objek dalam amplop. Kemudian, keringkan kapas lidi dan simpan pula dalam amplop. Kedua amplop tersebut dikirim ke laboratorium forensik terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dalam bentuk ini, spesimen dapat bertahan sekitar 1 bulan. Usapkan kapas lidi kedua di kaca obyek, tambahkan 1 tetes NaCl 0,9%, lalu lakukan pemeriksaan mikroskopik langsung untuk mencari adanya sperma. Dapat dipakai pewarnaan Giemsa (fiksasi dalam metil alkohol selama 3 menit) atau Papanicolau (fiksasi dalam alkohol 95% selama 15 menit), atau lainnya. Kemudian, masukkan kapas lidi dalam tabung berisi 1 ml NaCl 0,9% dan simpan dalam suhu 4-6oC jika akan dilakukan pemeriksaan kimiawi. l. Dapat dilakukan bilas vagina dengan NaCl 0,9% (4 ml) untuk mencari semen dengan alat khusus berbentuk seperti penyemprot/vaginal douche applicator atau dengan pipet. m. Selain untuk mencari sperma, dari apusan kapas lidi lakukan pemeriksaan Gram secara langsung dan kultur gonore pada perbenihan Thayer Martin atau New York City Medium bila fasilitas memungkinkan. n. Pemeriksaan terhadap anak kecil harus ditemani orang dewasa yang dipercayainya, bila perlu dapat dilakukan dalam pembiusan umum. Dapat dilakukan dalam posisi litotomi, atau knee chest. 4. perawatan komplikasi yangmengancam nyawa terlebih daulu, mencegah IMS, jika ada indikasi bisa diberikanvaksin hepatitis B 5. mencegah penularan HIV (PEP), jika insiden < 27 jam dan resiko penularan Zidovudin (AZT) + Lamuvudin (3CT) untuk 28 hari 6. Pencegahan kehamilan <5 hari, dosis tunggal1,5 mg levonogrestrel atau ethinylestradiol 100 mcg + levonogrestrel 0,5 mg dua dosis terpisah 12 jam 7. perawatan luka 8. rujuk pasien ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi jika diperlukan