CSS Hipertensi
CSS Hipertensi
HIPERTENSI
Disusun Oleh :
Octawyana Moestopo 130112140620
Steven 130112140594
Nalinie Nalammah Nahenthran 130112142527
Preceptor :
Teddy A. Sihite, dr., Sp.PD, Sp.JP
H. Ali Djumhana, dr., Sp.PD-KGEH
BANDUNG
2015
Hipertensi
Pendahuluan
A. Definisi
Secara umum, pengertian hipertensi adalah tekanan darah yang tinggi. Tekanan darah
adalah suatu ukuran dari kekuatan darah yang menekan dinding pembuluh darah. Tekanan
darah yang digunakan sebagai batasan dalam menentukan penyakit hipertensi adalah tekanan
darah arteri. Jadi, hipertensi adalah tingginya tekanan darah yang dilihat dari kekuatan darah
dalam menekan dinding pembuluh darah arteri yang terjadi secara persisten. Hipertensi
2
merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung,
penyakit ginjal, dan penyakit vaskular perifer.
Jika hipertensi disuspek pada individu, haruslah dilakukan pengukuran tekanan darah
sekurang-kurangnya 2 kali di waktu yang berlainan. 2,3,4
Pengukuran tekanan darah arteri yang umumnya menggunakan sphygmomanometer dan
stetoskop akan menghasilkan dua buah angka hasil pencatatan, yaitu tekanan darah sistol dan
tekanan darah diastol. Angka pertama yang lebih besar nilainya, menunjukkan tekanan darah
sistol. Tekanan darah sistol merupakan tekanan darah terhadap dinding arteri ketika jantung
sedang berkontraksi memompa darah. Angka kedua yang lebih kecil nilainya, menunjukkan
tekanan darah diastol. Tekanan darah diastol merupakan tekanan darah terhadap dinding
arteri ketika jantung sedang berelaksasi di antara dua kontraksi. Tekanan darah diastol juga
menggambarkan keadaan elastisitas dinding arteri. Tekanan darah diastol akan menurun
setelah usia 50an oleh karena elastisitas dinding arteri yang berkurang.1,5
Tekanan darah sistol/diastol sebesar 120/80 ditetapkan sebagai batas tekanan darah yang
normal. Hal ini didapatkan dengan mempertimbangkan bahwa kenaikan risiko penyakit
kardiovaskular pada orang-orang bertekanan darah di bawah 115/75 mmHg tidak terlalu
signifikan dibandingkan dengan orang-orang bertekanan darah di atas nilai tersebut. 5
B. ETIOLOGI
Hipertensi disebabkan adanya peningkatan cardiac output, resistensi perifer ataupun
keduanya. Cardiac output ditingkatkan oleh banyak faktor yang dapat meningkatkan heart
rate dan stroke volume. Sedangkan resistensi perifer ditingkatkan oleh hal-hal yang membuat
viskositas darah meningkat atau penurunan diameter pembuluh darah, khususnya arteri.3
3
Berdasarkan penyebab hipertensi terbagi menjadi :
1. Essential Hypertension
4
Gambar 3 Abnormalitas primer pada hipertensi esensial3
2. Hipertensi Sekunder
Pada hipertensi yang diketahui penyebabnya disebut dengan secondary hypertension.
Tanda pasien yang memiliki hipertensi sekunder dapat dilihat melallui3 :
a. Umur
Jika pasien menderita hipertensi sebelum umur 20 tahun dan lebih dari 50 tahun
lebih cenderung merupakan hipertensi sekunder.
b. Tingkat keparahan
Pada pasien ini tekanan darah meningkat secara drastis dibandingkan pada pasien
dengan hipertensi esensial yang mengalami hipertensi ringan – sedang.
c. Onset
Hipertensi sekunder muncul tiba – tiba pada pasien yang biasanya memiliki tensi
normal.
5
Penyebab-penyebab dari hipertensi sekunder adalah kelainan ginjal, kelainan
endokrin, koartasi aorta dan juga obat-obatan. 2,3
Kelainan Ginjal
Hipertensi yang diakibatkan oleh kelainan ginjal dapat berasal dari perubahan
sekresi zat-zat vasoaktif yang menghasilkan perubahan tonus dinding pembuluh darah
atau berasal dari kekacauan dalam fungsi pengaturan cairan dan natrium yang
mengarah pada meningkatnya volume cairan intravaskular. Pembagian lebih lanjut
dari kelainan ginjal yang menyebabkan hipertensi adalah kelainan renovaskular dan
kelainan parenkim ginjal.3
Kelainan renovaskular disebabkan oleh rendahnya perfusi dari jaringan ginjal
oleh karena stenosis yang terjadi pada arteri utama atau cabangnya yang utama. Hal
ini menyebabkan sistem renin-angiotensin teraktivasi. Angiotensin II yang merupakan
produk dari sistem renin-angiotensin, akan secara langsung menyebabkan
vasokonstriksi atau secara tidak langsung melalui aktivasi sistem saraf adrenergik.
Selain itu angiotensin II juga akan merangsang sekresi aldosteron yang
mengakibatkan terjadinya retensi natrium.3
Aktivasi sistem renin-angiotensin juga merupakan penjelasan dari hipertensi
yang diakibatkan kelainan parenkim ginjal. Perbedaannya adalah penurunan perfusi
jaringan ginjal pada kelainan parenkim ginjal disebabkan oleh peradangan dan proses
fibrosis yang mempengaruhi banyak pembuluh darah kecil di dalam ginjal.3
Kelainan Endokrin
Kelainan endokrin dapat menyebabkan hipertensi. Hal ini disebabkan banyak
hormon-hormon yang mempengaruhi tekanan darah. Beberapa kelainan endokrin ini
antara lain adalah :
1. Hiperaldosteronism primer
2. Cushing syndrome
3. Pheochromocytoma
4. Akromegali
5. Hiperparatiroid
Koartasi Aorta
Hipertensi yang disebabkan oleh koartasi aorta dapat berasal dari
vasokonstriksi pembuluh darah itu sendiri atau perubahan pada perfusi ginjal.
Perubahan perfusi ginjal ini akan menghasilkan bentuk hipertensi renovaskular yang
tidak umum.3
6
Gambar 4 Penyebab Hipertensi Sekunder2
C. KLASIFIKASI
Joint National Committee (JNC) (sebuah komite yang menyediakan panduan mengenai
pencegahan, deteksi, evaluasi dan penanganan hipertensi), dalam laporannya yang ke-7,
membuat sistem klasifikasi hipertensi sebagai berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi pada Orang Dewasa (18 tahun ke atas) 5
D. MANIFESTASI KLINIS
Penderita hipertensi umumnya meninggal pada usia yang lebih muda dibandingkan
dengan orang yang tidak memiliki hipertensi. Penyebab kematiannya yang paling
sering adalah akibat penyakit jantung, stroke atau gagal ginjal. Hipertensi juga dapat
menyebabkan kebutaan akibat retinopati.2
Gejala klasik pada hipertensi meliputi pusing, epistaxis, dan sakit kepala. Tanda lain
seperti kemerahan, berkeringat, dan pandangan berkurang juga umum terjadi pada
pasien hipertensi.3
Efek pada Jantung2
Peningkatan tekanan darah sistemik menyebabkan jantung harus bekerja lebih
berat untuk mengkompensasinya. Pada awalnya, jantung akan mengalami hipertrofi
ventrikel yang konsentris, yaitu meningkatnya ketebalan dinding otot jantung.
Namun, pada akhirnya, kemampuan ventrikel ini akan semakin menurun, sehingga
ruang ventrikel jantung akan ikut membesar. Pembesaran jantung ini lama-kelamaan
akan mengakibatkan gejala-gejala dan tanda-tanda gagal jantung mulai tampak.
Angina pektoris juga dapat terjadi pada penderita hipertensi yang disebabkan
oleh karena kombinasi dari kelainan pembuluh darah koroner dan peningkatan
kebutuhan oksigen sebagai akibat dari peningkatan massa jantung. Iskemia dan infark
miokard akan terjadi pada tahap lanjut dari perjalanan penyakit yang dapat
mengakibatkan kematian.3
Efek Neurologis2
Efek neurologis jangka panjang dari hipertensi dapat dibagi menjadi efek pada
sistem saraf pusat dan efek pada retina. Oklusi atau perdarahan merupakan penyebab
dari timbulnya efek-efek neurologis ini. Infark serebral merupakan akibat dari proses
8
aterosklerosis (oklusi) yang sering ditemukan pada pasien hipertensi. Sedangkan
perdarahan serebral adalah hasil dari peningkatan tekanan darah yang kronis sehingga
mengakibatkan terjadinya mikroaneurisma. Mikroaneurisma ini sewaktu-waktu dapat
pecah dan menimbulkan perdarahan.3
Retinopati akibat hipertensi dapat disebabkan oleh efek-efek seperti
penyempitan tak teratur dari arteriol retina atau perdarahan pada lapisan serat saraf
dan lapisan pleksiform luar.3
Sakit kepala yang sering terjadi di pagi hari, pusing, vertigo, tinnitus, pingsan
dan penglihatan kabur merupakan gejala-gejala hipertensi yang berasal dari efek
neurologis. Efek neurologis paling berbahaya adalah kematian dan kebutaan yang
merupakan dua hal yang paling ditakutkan terjadi pada penderita hipertensi.3
Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien,
riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisis serta pemeriksaan
penunjang.
Anamnesis meliputi:
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
a. keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
b. adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat-obat
analgesik dan obat bahan lain
c. berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)
d. lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3. Faktor-faktor risiko
a. riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
b. riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
c. riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya
d. kebiasaan merokok
e. pola makan
f. kegemukan, intensitas olah raga
g. kepribadian
4. Gejala kerusakan organ
a. otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic
attacks, defisit sensoris atau motoris
b. jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki
c. ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuri
d. arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6. Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan
Pemeriksaan fisis selain memeriksa tekanan darah, juga untuk evaluasi adanya penyakit
penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi sekunder.
Pengukuran tekanan darah:
ekokardiogram
USG karotis (dan femoral)
C-reactive protein
mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin
proteinuria kuantitatif (jika uji carik positif)
funduskopi (pada hipertensi berat)
pemeriksaan fisis
foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks dan
sirkulasi pulmoner)
elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan konduksi, aritmia, serta
hipertrofi ventrikel kiri)
ekokardiografi
2. Pembuluh darah
pemeriksaan neurologis
diagnosis strok ditegakkan dengan menggunakan cranial computed
tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk pasien
dengan keluhan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan kognitif)
4. Mata
funduskopi
5. Fungsi ginjal
F. PENANGANAN HIPERTENSI
Prinsip Penanganan
Prinsip penanganan hipertensi adalah mengusahakan agar tekanan darah
penderita tetap di dalam batas normal dan jika terjadi kenaikan seiring dengan
bertambahnya usia, maka kenaikannya tersebut tidak terlalu tinggi. Hal ini dilakukan
agar risiko morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular dan penyakit
12
ginjal dapat dikurangi. Target tekanan darah yang harus dicapai adalah <140/90
mmHg. Pada penderita diabetes dan penyakit ginjal, targetnya lebih rendah, yaitu
<130/80 mmHg.5
Penelitian-penelitian menunjukkan, bahwa penanganan hipertensi mempunyai
keuntungan seperti :
(1) Mengurangi insidensi kasus stroke rata-rata sebesar 35-40%.
(2) Mengurangi insidensi infark miokard rata-rata sebesar 20-25%.
(3) Mengurangi insidensi gagal jantung rata-rata >50%.
Penanganan hipertensi dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan memperbaiki
pola hidup dan dengan terapi farmakologis. Perbaikan pola hidup perlu dilakukan,
terutama jika penderita sudah termasuk dalam kategori prehipertensi. Sedangkan pada
penderita yang sudah mencoba perubahan pola hidup tetapi tetap gagal mencapai
target (<140/90 mmHg) , maka terapi farmakologi perlu dimulai.5
Pada kebanyakan penderita hipertensi, terutama yang berusia di atas 50 tahun,
mengurangi tekanan darah sistol lebih sulit daripada mengurangi tekanan darah
diastol. Oleh karena itu, tekanan darah sistol harus menjadi perhatian utama dalam
menangani hipertensi.5
Perbaikan Pola Hidup
Penerapan pola hidup sehat oleh semua orang merupakan hal yang penting
untuk pencegahan hipertensi dan merupakan bagian yang tidak boleh dilupakan dalam
penanganan penderita hipertensi. Penurunan berat badan sebesar 4,5 kg saja sudah
dapat mengurangi tekanan darah, walaupun yang diutamakan adalah pencapaian berat
badan yang ideal. Tekanan darah juga dapat dikendalikan dengan penerapan pola
makan yang dibuat oleh DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension). Pola
makan yang baik menurut DASH adalah diet kaya akan buah-buahan, sayur-sayuran
dan produk susu yang rendah lemak(lowfat). Asupan natrium juga harus dibatasi agar
tidak lebih dari 100 mmol per hari (2,4 gr natrium). Semua orang yang mampu
sebaiknya melakukan aktivitas fisik aerobik yang teratur seperti jalan cepat sekurang-
kurangnya 30 menit setiap hari. Asupan alkohol harus dibatasi agar tidak lebih dari 1
ons (30mL) etanol per hari untuk pria. Sedangkan untuk wanita dan orang yang berat
badannya ringan, dibatasi agar tidak lebih dari 0,5 ons (15ml) etanol per hari.5
Perbaikan pola hidup akan mengurangi tekanan darah, mencegah atau
menghambat kejadian hipertensi, meningkatkan efektivitas obat-obat antihipertensi,
dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.5
Terapi Farmakologis
Ada berbagai macam obat antihipertensi yang tersedia. Tabel 2 memuat daftar
obat-obat yang biasanya digunakan sebagai obat antihipertensi. Dosis dan frekuensi
pemberiannya juga tertera.5
Lebih dari 2/3 penderita hipertensi tidak dapat dikendalikan dengan hanya satu
obat saja dan membutuhkan dua atau lebih kombinasi obat antihipertensi dari kelas
13
yang berbeda. Diuretik merupakan obat yang direkomendasikan sebagai obat yang
pertama kali diberikan, jika penderita hipertensi memerlukan terapi farmakologis,
kecuali jika terdapat efek samping.5
Tabel 2. Obat-obatan Antihipertensi Oral5
14
Semua obat antihipertensi bekerja pada salah satu atau lebih tempat pengaturan tekanan darah
berikut:2,8
1. Resistensi arteriol
2. Kapasitansi venule
3. Pompa jantung
4. Volume darah
Obat-obat antihipertensi tersebut juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat kerja
utamanya, antara lain:8
1. Diuretik yang menurunkan tekanan darah dengan mengurangi kandungan natrium
tubuh dan volume darah
a. Thiazide diuretic
b. Loop diuretic
c. Potassium sparing diuretic
2. Agen-agen simpatoplegia yang menurunkan tekanan darah dengan mengurangi
resistensi pembuluh darah perifer, menghambat kerja jantung dan meningkatkan
kapasitansi darah dengan memvasodilatasi vena
a. Beta-blocker
b. Alpha-1 blocker
c. Central alpha-2 agonist
3. Vasodilator direk yang menurunkan tekanan darah dengan merelaksasi otot polos
pembuluh darah, sehingga menurunkan resistensi dan meningkatkan kapasitansi
pembuluh darah.
a. Calcium channel blocker
b. Hydralazine
c. Minoxidil
4. Agen yang menghambat produksi atau kerja dari angiotensin sehingga
menurunkan resistensi pembuluh darah perifer dan juga volume darah.
a. Angiotensin Converting Enzyme inhibitor
b. Angiotensin II antagonist
c. Aldosterone receptor blocker
Kenyataan bahwa obat-obat dari golongan yang berbeda ini bekerja dengan
mekanisme yang berbeda pula, membuat kombinasi obat-obat yang berbeda golongan
tersebut dapat meningkatkan efektifitas dan juga dalam beberapa kasus menurunkan
toksisitas dari terapi farmakologis.8
Algoritma Penanganan Hipertensi5
15
Gambar 7 Algoritma Penanganan Hipertensi5
16
Tabel 3. Pedoman untuk kasus-kasus hipertensi tertentu.5
17
Hipertensi urgensi adalah keadaan-keadaan dengan peningkatan tekanan darah
yang hebat (>180/120mmHg) tanpa disertai keadaan-keadaan disfungsi organ target
atau keadaan-keadaan yang mengarah pada disfungsi organ target. Hipertensi urgensi
biasanya ditandai dengan sakit kepala yang hebat, nafas pendek, epitaksis, atau
kecemasan yang berlebih.5
Pasien-pasien dengan hipertensi emergensi harus dirawat di ICU (intensive
care unit) untuk pemantauan dan pemberian obat-obatan antihipertensi parenteral.
Target terapi awal adalah menurunkan tekanan darah arteri rata-rata, tetapi tidak lebih
dari 25% dalam 1 menit sampai 1 jam. Kemudian, jika tekanan darahnya stabil, target
terapi adalah menurunkan tekanan darahnya sampai 160/100-110 mmHg dalam 2-6
jam berikutnya. Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba harus dihindarkan untuk
mencegah terjadinya iskemia renal, serebral dan koronaria. Untuk alasan ini, nifedipin
kerja singkat tidak lagi digunakan pada terapi hipertensi emergensi.5
Jika target tersebut telah tercapai dan keadaan pasien telah stabil, penurunan
tekanan darah berikutnya dapat dilakukan dalam 24-48 jam kemudian. Terdapat
beberapa pengecualian dari penanganan di atas, yaitu:5
Tabel 4. Rekomendasi pemantauan ulang berdasarkan pemeriksaan tekanan darah awal untuk
pasien tanpa kerusakan organ target.5
19
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HIPERTENSI
Pencegahan dan penanganan hipertensi merupakan tantangan yang perlu
dihadapi oleh ilmu kesehatan masyarakat. Jika kenaikan tekanan darah seiring
bertambahnya usia dapat dicegah, maka akan terdapat banyak penyakit
kardiovaskular, stroke dan penyakit ginjal yang dapat dicegah. Beberapa faktor
penyebab hipertensi telah diidentifikasi, termasuk kelebihan berat badan, kelebihan
asupan natrium, kurangnya aktivitas fisik, kekurangan diet buah-buahan dan sayur-
sayuran, serta tingginya konsumsi minuman beralkohol.5
Oleh karena, risiko kejadian seumur hidup (lifetime risk) hipertensi adalah
sangat tinggi, maka diperlukan suatu strategi di bidang ilmu kesehatan masyarakat
yang mencakup pencegahan dan penanganan hipertensi. Sebagai upaya untuk
mencegah kenaikan tekanan darah dalam suatu populasi, pencegahan utama ditujukan
pada pengurangan faktor-faktor penyebab pada populasi tersebut. Individu-individu
yang termasuk dalam kategori prehipertensi perlu diberi perhatian lebih.5
Walaupun penurunan tekanan darah dari suatu populasi hanya menghasilkan
penurunan yang kecil, namun dampaknya akan sangat besar. Sebagai contoh, telah
diperhitungkan bahwa jika terdapat penurunan tekanan darah sistol sebesar 5 mmHg
pada suatu populasi, maka akan menghasilkan penurunan sebesar 14 % dari mortalitas
karena stroke, 9 % dari kematian akibat penyakit jantung koroner dan 7 % dari
kematian akibat semua penyebab.5
Hambatan dalam pencegahan hipertensi ini adalah kebudayaan masyarakat;
tidak adanya perhatian terhadap kegiatan pendidikan kesehatan oleh para praktisi di
bidang kesehatan; kurangnya dana untuk program-program pendidikan kesehatan;
kurangnya akses terhadap sarana-sarana olahraga; besarnya porsi makanan di tempat-
tempat makan umum; kurangnya ketersediaan makanan sehat di tempat-tempat umum
seperti sekolah, tempat kerja, dan restoran; kurangnya kegiatan olahraga di sekolah;
tingginya kandungan natrium dari produk-produk makanan yang dibuat oleh industri
pangan dan restoran-restoran; mahalnya harga-harga makanan sehat.5
20
Upaya untuk menghadapi hambatan-hambatan tersebut memerlukan
pendekatan menyeluruh yang ditujukan tidak hanya pada populasi dengan risiko
tinggi, tetapi juga pada masyarakat secara umum seperti sekolah, tempat kerja dan
industri makanan. Rekomendasi yang dilakukan oleh American Public Health
Association dan juga National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP)
Coordinating Committee agar industri pangan termasuk restoran-restoran untuk
mengurangi kandungan natrium pada produk-produknya sebesar 50 % dalam waktu
10 tahun ke depan, adalah tipe pendekatan yang jika diterapkan, akan mengurangi
tekanan darah populasi.5
DAFTAR PUSTAKA
22