Anda di halaman 1dari 5

Kesalahan Persepsi dan Aplikasi Kurva-S

Posted on March 18, 2011 by budisuanda

Kurva-S atau S-Curve mungkin metode perencanaan dan


kendali waktu pelaksanaan proyek yang paling populer dalam perencanaan dan
monitoring schedule pelaksanaan di proyek. Hampir semua proyek mensyaratkan dan
telah lama menggunakan kurva-s baik proyek Pemerintah maupun Swasta. Namun
pada kenyataannya, banyak sekali kejadian dimana kurva-s tidak dimanfaatkan secara
optimal dan malah sering kali salah aplikasi serta salah kaprah.

Kurva-S
Kurva-S atau S-Curve adalah suatu grafik hubungan antara waktu pelaksanaan proyek
dengan nilai akumulasi progres pelaksanaan proyek mulai dari awal hingga proyek
selesai. Kurva-S sudah jamak bagi pelaku proyek. Umumnya proyek menggunakan S-
Curve dalam perencanaan dan monitoring schedule pelaksanaan proyek, baik
pemerintah maupun swasta.

Kurva-S ini secara gampang akan terdiri atas dua grafik yaitu grafik yang merupakan
rencana dan grafik yang merupakan realisasi pelaksanaan. Perbedaan garis grafik
pada suatu waktu yang diberikan merupakan deviasi yang dapat berupa Ahead (
realisasi pelaksanaan lebih cepat dari rencana) dan Delay (realisasi pelaksanaan lebih
lambat dari rencana). Indikator tersebut adalah satu-satunya yang digunakan oleh
para pelaku proyek saat ini atas pengamatan pada proyek-proyek yang dikerjakan di
Indonesia.

Manfaat Kurva-S
Kepraktisan menggunakan alat ini menjadikannya sebagai alat yang paling banyak
digunakan dalam proyek. Namun juga tidak sedikit proyek yang menjadikan alat ini
hanya sebatas hiasan dinding ruang rapat proyek. Mungkin agar terlihat “keren” atau
yang lain. Padahal manfaat dari Kurva-S ini cukup banyak disamping sebagai alat
indikator dan monitoring schedule pelaksanaan proyek.

Ada beberapa manfaat lain dari Kurva-S yang dapat diaplikasikan di proyek, yaitu:

 Sebagai alat yang diperlukan untuk membuat EVM (Earned Value Method)
 Sebagai alat yang dapat membuat prediksi atau forecast penyelesaian proyek
 Sebagai alat untuk mereview dan membuat program kerja pelaksanaan proyek
dalam satuan waktu mingguan atau bulanan. Biasanya untuk melakukan
percepatan.
 Sebagai dasar perhitungan eskalasi proyek
 Sebagai alat bantu dalam menghitung cash flow
 Untuk mengetahui perkembangan program percepatan
 Untuk dasar evaluasi kebijakan manajerial secara makro

Kesalahan penggunaan dan persepsi Kurva-S


Walaupun gampang dan praktis untuk digunakan, tetap saja masih ada pelaku proyek
yang salah persepsi dan salah menggunakan fitur sederhana ini. Berdasarkan
pengalaman, ada beberapa hal yang saya anggap keliru dan belum lengkap dalam
aplikasi Kurva-S ini, yaitu:

 Anggapan bahwa progress 50% adalah tepat pada 50% waktu pelaksanaan.
Asumsi ini mengesampingkan kenyataan variasi jenis proyek atau keunikan proyek.
Menurut saya ini suatu kesalahan persepsi. Contoh pada proyek gedung dimana
komponen alat M/E yang cukup tinggi hingga 25% dan dipasang di akhir
pelaksanaan proyek. Hal ini berarti kurva-s akan cukup landai di awal dan naik
cukup tinggi di bagian akhir waktu pelaksanaan. Kurva-S akhirnya cenderung
berada di progres 50% pada lebih dari 50% waktu pelaksanaan.
Persepsi yang benar adalah bahwa progres 50% belum tentu tepat pada 50% waktu
pelaksanaan. Ini karena komposisi biaya dan waktu pelaksanaan tiap jenis proyek
berbeda-beda. Pada suatu jenis proyek pun cukup variatif terkait lingkup pekerjaan
yang dikerjakan.

 Bentuk kurva harus mendekati huruf S. Banyak pelaku proyek mempersepsikan


nama kurva-s berarti grafik schedule yang terbentuk juga harus berbentuk S.
Kedengaran lucu tapi ini benar-benar terjadi.
Ini juga kesalahan persepsi. Dengan alasan yang sama dengan point di atas bahwa
proyek itu unit. Ada begitu banyak variasi termasuk kasus di atas. Bentuk S pada
kurva adalah pendekatan.
Variasi bentuk S pada kurva-s akan sesuai kondisi proyek yang dilaksanakan yaitu
distribusi bobot, urutan pelaksanaan, durasi, lingkup, dan yang lainnya. Sehingga
tidak perlu memaksakan bentuk kurva atau grafik menyerupai S pada kurva-s,
walaupun pada kebanyakan kasus kurva yang terbentuk memang mendekati huruf
S.

 Distribusi bobot pekerjaan berdasarkan waktu untuk suatu item pekerjaan sering
diasumsikan terdistribusi merata.
Kesalahan ini diakibatkan oleh pemahaman yang kurang tepat mengenai Kurva-S.
Pemahaman yang dimaksud adalah bagaimana bobot didapatkan, bagaimana
struktur biaya masing-masing item pekerjaan dan bagaimana pekerjaan itu
dilakukan terkait urutan pelaksanaan dan durasinya.
Distribusi bobot haruslah memperhitungkan rencana volume yang akan dikerjakan
dalam satuan waktu dan nilai biayanya. Pada pekerjaan struktur beton untuk
gedung berlantai banyak, distribusi bobot dapat dimungkinkan untuk merata.
Namun untuk kasus lain misalnya pekerjaan M/E, tidak dapat didistribusikan
merata karena pada dasarnya pekerjaan M/E terdiri atas dua kelompok besar yaitu
instalasi dan alat M/E. Komposisi biaya antara dua kelompok biaya tersebut
berbeda signifikan. Instalasi M/E diperkirakan hanya 10% dari total biaya M/E dan
alat M/E bisa mencapai 90%.

 Jika dihubungkan dengan kurva-S hasil realisasi pelaksanaan, hanya


menghasilkan selisih akumulatif realisasi terhadap rencana yaitu Ahead (lebih
cepat) atau Behind(terlambat). Sangat jarang memanfaatkannya untuk estimasi
atau forecast penyelesaian proyek.
Seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya mengenai manfaat schedule
Kurva-S cukup banyak. Sayang sekali apabila pada suatu proyek, schedule Kurva-
S dibuat namun tidak pernah diupdate realisasi pelaksanaannya. Proyek seakan
berjalan tanpa tahu apakah mengalami keterlambatan atau sebaliknya. Tentu
berbahaya menjalankan proyek tanpa kendali
Produk turunan dari kurva-s yang paling gampang adalah estimasi waktu
penyelesaian proyek. Keterlambatan proyek biasanya sering dikaitkan dengan
paramter waktu perkiraan penyelesaian proyek. Untuk mendapatkan parameter ini
perlu mempelajari mengenai Earned Value Method (EVM).

 Ahead atau Behind adalah satu-satunya alat untuk menyatakan kondisi realisasi
pelaksanaan tanpa memperhatikan aspek lain.
Mungkin ini persepsi yang paling banyak terjadi. Perlu diketahui bahwa Kurva-S
menyatakan realisasi pekerjaan dalam bentuk bobot atau nilai biaya yang telah
dikerjakan. Dasar tersebut berarti tingkat akurasi dalam hal deviasi tidaklah benar-
benar akurat.
Untuk menyatakan apakah proyek benar-benar sedang mengalami keterlambatan,
diperlukan alat yang lain misalnya Critical Path Method (CPM) atau Earned Value
Method (EVM). Akan tetapi untuk deviasi schedule dan realisasi yang cukup besar,
indikasi dari Kurva-S sudah cukup. Pada deviasi yang kecil, perlu instrumen lain
untuk menyatakan keterlambatan proyek.

 Cara memprogres pekerjaan persiapan adalah berdasarkan proporsional terhadap


pekerjaan fisik. Misal, jika realisasi pekerjaan fisik mencapai 40% maka progres
pekerjaan persiapan juga harus 40%.
Ini salah kaprah. Pekerjaan persiapan merupakan salah satu item pekerjaan yang
selalu ada dalam BQ dan Kurva-S. Pekerjaan persiapan memiliki karakteristik yaitu
tergantung dengan waktu. Artinya pekerjaan ini tidak terkait dengan progres
pelaksanaan. Seringpula pada aktualnya pekerjaan persiapan dilakukan lebih dulu
seperti kantor direksi, jalan akses, papan nama, dan lain-lain. Cakupan pekerjaan
persiapan tersebut tidak terkait dengan seberapa besar progress pelaksanaan pada
item pekerjaan fisik yang lain.
Pekerjaan persiapan haruslah diprogres sesuai dengan realisasi aktual di lapangan.
Hal ini karena memprogress pelaksanaan dengan Kurva-S adalah suatu tindakan
yang mengakui biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa. Memprogress adalah
sama dengan mengakui biaya yang dikeluarkan. Perlu kesepakatan awal mengenai
bobot progres pada item pekerjaan ini.

 Cara menilai progres realisasi berbeda dengan asumsi atau cara membuat
distribusi bobot masing-masing pekerjaan pada Master Schedule S-Curve.
Perbedaan yang akhirnya akan membuat deviasi dalam pelaksanaannya. Asumsi-
asumsi terhadap menetapkan distribusi bobot item pekerjaan pada saat
perencanaan schedule dalam Kurva-S haruslah sama dengan asumsi-asumsi yang
diterapkan dalam melakukan progres realisasi pekerjaan.
Agar tidak terjadi perbedaan pendapat, maka haruslah dilakukan kesepakatan di
awal. Perlu diingat bahwa distribusi bobot item pekerjaan dan ketentuan
memprogres pekerjaan adalah fokus pada biaya yang dikeluarkan berdasarkan
kontrak yang telah disepakati baik ditinjau terhadap BQ maupun jenis kontrak.

 Percepatan dilakukan dengan mempercepat item pekerjaan yang memiliki bobot


yang besar, sehingga realisasi schedule dalam waktu singkat dapat
menjadi Ahead tanpa melihat aspek pekerjaan kritis.
Persepsi ini pada akhirnya akan membuat keterlambatan schedule berdasarkan
Kurva-S dapat dikejar namun berdasarkan aktual waktu penyelesaian sisa
pekerjaan mengalami keterlambatan karena sisa pekerjaan memiliki urutan dan
ketergantungan yang membutuhkan waktu yang lama walaupun bobot yang kecil.
Dalam usaha percepatan atas keterlambatan pekerjaan, parameter yang paling
penting adalah perkiraan waktu penyelesaian proyek. Percepatan hanya dapat
berhasil apabila menggunakan fitur Critical Path Method yang merupakan turunan
dari Bar Chart. Dengan menggunakan fitur Critical Path Method, rencana
percepatan akan jauh lebih akurat.

Kesalahan dan kurang optimalnya penggunaan Kurva-S pada beberapa kasus di atas
harusnya dihindari dalam rangka mencapai target waktu yang benar. Walaupun
sederhana, Kurva-S cukup bermanfaat sebagai alat kendali waktu pelaksanaan di
proyek. Pemahaman filosofis mengenai Kurva-S akan sangat membantu proyek untuk
mencapai target waktu.

Kurva-s pada dasarnya adalah perbandingan antara rencana dan realisasi


pengeluaran biaya atau lebih pada kebutuhan cash flow. Namun dapat bermanfaat
dalam menyatakan apakah proyek terlambat maupun tidak. Keterlambatan yang
dinyatakan dalam kurva-s tersebut sebenarnya hanyalah merupakan pendekatan
sehingga memiliki akurasi yang tidak tinggi dalam menyatakan keterlambatan
proyek. Alat yang lebih baik dalam menyatakan keterlambatan proyek adalah Bar
Chart dan produk turunannya yaitu Critical Path Method.

Pada proyek internasional, baik Owner maupun MK menggunakan tiga alat kendali
sekaligus yaitu kurva-s, Bar Chart, dan Critical Path Method. Ketiganya digunakan
dalam mencapai akurasi penilaian dan membuat program pelaksanaan proyek agar
target waktu dapat tercapai. Mungkin kita perlu meniru dan mencoba
mengaplikasikannya.
(Untuk berdiskusi dan konsultasi terkait permasalahan Project Management yang
sedang dihadapi, silahkan klik – Konsultasi. Untuk melihat lengkap seluruh judul
posting, silahkan klik – Table of Content.)

2 Responses to Kesalahan Persepsi dan Aplikasi Kurva-S

1. Helmy Kadafi says:


January 18, 2016 at 1:52 am

wah bagus sekai bro,


emang bener ternyata hal yang selama ini sudah digunakan sejak jaman dulu
ternyata salah, tetapi tidak sepenuhnya salah ya
emang kerap ditemui pembengunan bila tidak ingin progresnya terlihat kritis
biasanya mengakali dengan mengerjakan item2 pekerjaan yang non-struktural dulu,
padahal item2 pekerjaan kritisnya terlambat tetapi deviasi pada monitoringnya
masih bisa dotoleransi.
emang sulitnya kurva s adalah memonitoring pekerjaan kritisnya, dan g bisa tau
tambahan waktu pada total durasi keseluruhan bila terjadi keterlambatan
hehe saya angkat jadi thesis ya bro perbandingan antara monitoring dengan kurva s
dengan metode lainya (misal: ms.project)
thx bro
Reply

2. krisna says:
January 21, 2016 at 5:00 am

Terima kasih atas informasinya. Good luck.

Anda mungkin juga menyukai