Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 4 MODUL 3
SISTEM HEPATOBILIER

Disusun oleh : Kelompok 8

ALIF BRILYAN RIYADI NIM. 1710015110


ASLAM NIM. 1710015105
CHRISTOPHER KEVIN SUSANTO NIM. 1710015021
CINDY LIDYA SIAHAAN NIM. 1710015115
ELSA SYAFIRA HIDAYAH NIM. 1710015020
FADILLAH HANA HAFIFAH NIM. 1710015039
FADZILAH NUR QOLBIYAH NIM. 1710015036
KHOIRUNNISAA NABILA NIM. 1710015067
MONIKA WIDI SHERINA NIM. 1710015042
NABILA ARIANTI NIM. 1710015028
ZAKIYYATUL MUNAWWARAH F.S NIM. 1710015068

Tutor :
dr. Meiliati Aminyoto, M.Kes., Sp. GK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul “Sistem Hepatobilier” tepat pada waktunya. Laporan ini kami susun dari
berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain :
1. dr. Meiliati Aminyoto, M.Kes., Sp. GK ,selaku tutor kelompok 8 yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan diskusi kelompok kecil (DKK).
2. Teman-teman kelompok 8 yang telah menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan
dengan baik, serta dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok
kecil (DKK).
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2017 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu
per satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini
sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil
diskusi kelompok kecil (DKK) ini.

Samarinda, 22 Februari 2018

Kelompok 8
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG....................................................................... 1

B. TUJUAN PENULISAN................................................................... 2

C. MANFAAT PENULISAN................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 2

A. SKENARIO.………………………………………………………........ 2

B. IDENTIFIKASI ISTILAH/KONSEP....……………………………….. 2

C. IDENTIFIKASI MASALAH.………………………………………....... 2

D. ANALISA MASALAH.……………………………………………....... 4

E. STRUKTURISASI.……………………………………………………. 5

F. IDENTIFIKASI TUJUAN BELAJAR.………………………………… 6

G. SINTESIS.…………………………………………………………...... 6

BAB III PENUTUP........................................................................................... 15

A. KESIMPULAN…………………………………………………........... 15

B. SARAN.……………………………………………………….............. 15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari – hari manusia akan selalu melakukan aktivitas,
terutama makan. Karena zat – zat yang terkandung dalam makanan yang
dikonsumsi tersebut sangat dibutuhkan oleh tubuh demi keberlangsungan
hidup. Namun, makanan yang dikonsumsi tersebut tidak serta – merta
dengan mudah langsung diserap oleh tubuh. Melainkan, harus melalui
berbagai proses melalui traktus gastrointestinal.
Selain traktus gastrointestinal yang terdiri mulai dari cavum oris hingga
rektum, proses pengolahan makanan atau metabolisme zat nutrisi juga
membutuhkan kerja sama dari perangkat lain, seperti kelenjar pankreas,
hepar, dan kantong empedu (vesica fellea). Tanpa kerja sama dari kelenjar-
kelenjar tersebut, maka proses pencernaan makanan tidak akan berjalan
dengan sempurna dan bisa ditemukan adanya gangguan dalam sistem
digestif.
Maka dari itu, penting untuk dipelajari lebih dalam mengenai kelenjar
tersebut, terutama kelenjar hepar. Karena salah satu fungsi hepar adalah
membantu metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, yang menunjukkan
eratnya hubungan antara kelenjar hepar dengan traktus gastrointestinal.
Selain itu, fungsi hepar lainnya yang sangat penting bagi tubuh juga penting
untuk dipelajari, agar kita bisa mengetahui apabila ada gangguan yang terjadi
dalam kelenjar hepar.

B. TUJUAN PENULISAN
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu mengetahui
bagian- bagian anatomi dari hepar. Selain itu, mahasiswa mampu memahami
bagaimana hepar itu bekerja dalam membantu proses pencernaan makanan dan
fungsi – fungsi lain dari hepar dalam tubuh contohnya detoksifikasi racun, dll.

C. MANFAAT PENULISAN
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
khususnya untuk mahasiswa dan mahasiswi kedokteran dalam menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai sistem hepatobilier.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SKENARIO
KULIT KUNING
Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun, dibawa keluarganya
berobat ke klinik rawat jalan dengan keluhan perut membesar dan terlihat
kuning di seluruh tubuh sejak 5 hari yang lalu disertai buang air kecil
pekat berwarna seperti teh. Pasien juga mengeluhkan lemas dan kadang
merasa mual. Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
menunjukkan adanya gangguan fungsi hati dan peningkatan kadar
bilirubin dalam darah. Dokter kemudian menjelaskan kepada pasien dan
keluarganya mengenai apa yang terjadi dalam tubuh pasien sehingga
dapat menimbulkan tanda dan gejala yang dikeluhkan pasien.

B. IDENTIFIKASI ISTILAH/KONSEP
1. Bilirubin : zat pewarna pada feses dan urine,hasil dari pemecahan
hemoglobin, pigmen kuning kecoklatan dari dalam empedu

C. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa fungsi hati?
2. Berapa kadar normal bilirubin dalam darah?
3. Bagaimana metabolisme bilirubin, dan bagaimana kaitannya dengan
urine yang pekat?
4. Mengapa gangguan fungsi hati dan peningkatan bilirubin dapat
menyebabkan penyakit seperti di skenario?
5. Mengapa pasien merasa mual dan muntah?
6. Apa penyebab perut membesar atau asites?

D. ANALISA MASALAH
1. -Sekresi empedu
-inaktivasi zat toksik
-penyimpanan darah
-detoksifikasi
-pembentukan trombopoeitin
-sekresi bilirubin
-penyaringan darah
-vaskularisasi nutrisi dan fungsional
-aktifitas fagosit
-menyimpan besi dalam bentuk feritin
- Metabolisme protein, karbohidrat dan lemak
2. Normal rata-rata 0,5 mg/dl plasma
3. Eritrosit pecah Heme biliverdin bilirubin
urobilin
Urine pekat karena kadar urobilin yang tinggi.
4. - Prahepatik = kelainan akibat infeksi yang mempercepat
kerusakan eritrosit sehingga kadar birulubin meningkat.
Contohnya:malaria,anemia sel sabit,thalassemia.
- Intrahepatik = kerusakan pada organ hati,contohnya : virus
hepatitis A,B,C,alkohol
- Post hepatik = ikterus obstruksi, kerusakan duktus biliaris atau
saluran empedu.
5. - Lemas karena hilang nafsu makan, pecahnya eritrosit yang
berlebih sehingga mengurangi suplai oksigen dalam jaringan
tubuh.
- Mual karena penumpukan cairan pada peritoneal sehingga
lambung tertekan
6. Karena ada akumulasi cairan pada ruang peritoneal abdomen
dana karena ada jaringan ikat yang tumbuh di rongga abdomen
oleh sebab tertentu
Mekanisme asites :
Sel Hepatosit terluka oleh virus/bakteri → Sekresi faktor parakrin
oleh Hepatosit ke Hepatic Stellate Cell (HSC) → Sekresi autokrin
Transforming Growth Factor Beta-1 oleh HSC → HSC teraktivasi
dan berproliferasi serta berdiferensiasi → Terjadi Perubahan
fungsi HSC menjadi mensekresikan kolagen → Kolagen Menjadi
jaringan ikat dan menekan struktur pembuluh vena
Meningkatnya tekanan dalam pembuluh→ Karena tak bisa
melalui jaringan ikat, isi vena meluber keluar
E. STRUKTURISASI

ERITROSIT

(tua dan pecah)

BILIRUBIN

HATI

EMPEDU

GINJAL

KANDUNG
EMPEDU
pengosongan
URINE
USUS

EMPEDU GARAM EMPEDU

FESES

UROBILINOGEN
F. IDENTIFIKASI TUJUAN BELAJAR
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan fungsi hati.
2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan fungsi kandung
empedu.
3. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang fungsi
empedu dalam pencernaan.
4. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang sekresi
empedu.
5. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang mekanisme
pembentukan bilirubin.
G. SINTESIS
1. Fungsi Hati
a) Hati sebagai tempat metabolisme (Guyton & Hall,2014)
 Metabolisme karbohidrat
- Menyimpan glikogen dalam jumlah besar : Hati
terutama penting untuk mempertahankan
konsentrasi glukosa darah normal.
Penyimpanan glikogen memungkinkan hati
mengambil kelebihan glukosa dari darah,
menyimpannya, dan kemudian
mengembalikannya ke dalam darah bila
konsentrasi glukosa darah mulai turun terlalu
rendah
- Glukoneogenesis :Glukoneogenesis dalam hati
juga penting untuk mempertahankan
konsentrasi normal glukosa darah, karena
glukoneogenesis hanya terjadi secara
bermakna apabila konsentrasi glukosa darah
mulai menurun di bawah normal. Pada keadaan
demikian, sejumlah besar asam amino dan
gliserol dari trigliserida diubah menjadi glukosa,
dengan demikian membantu mempertahankan
konsentrasi glukosa darah yang relatif normal.
 Metabolisme lemak
- Oksidasi asam lemak untuk menyuplai energi
bagi fungsi tubuh yang lain
Untuk memperoleh energi dari lemak netral,
lemak pertama-tama dipecah menjadi gliserol
dan asam lemak, kemudian asam lemak
dipecah oleh oksidasi beta menjadi radikal
asetil berkarbon 2 yang membentuk asetil
koenzim A (asetil-KoA). Asetil-KoA dapat
memasuki siklus asam sitrat dan dioksidasi
untuk membebaskan sejumlah energi yang
sangat besar. Oksidasi beta dapat terjadi di
semua sel tubuh, namun terutama terjadi
dengan cepat dalam sel hati. Hati sendiri tidak
dapat menggunakan semua asetil-KoA yang
dibentuk, sebaliknya asetil-KoA diubah melalui
kondensasi dua molekul asetil-KoA menjadi
asam asetoasetat, yaitu asam dengan kelarutan
tinggi yang lewat dari sel hati masuk ke cairan
ekstrasel dan kemudian ditranspor ke seluruh
tubuh untuk diabsorbsi oleh jaringan lain.
Jaringan ini kemudian mengubah kembali asam
asetoasetat menjadi asetil-KoA dan kemudian
mengoksidasinya dengan cara biasa. Jadi, hati
berperan pada sebagian besar metabolisme
lemak.
- Sintesis kolesterol, fosfolipid, dan sebagian
besar lipoprotein
Kira-kira 80 persen kolesterol yang disintesis di
dalam hati diubah menjadi garam empedu,
yang kemudian disekresikan kembali ke dalam
empedu, sisanya diangkut dalam lipoprotein
dan dibawa oleh darah ke semua sel jaringan
tubuh. Fosfolipid juga disintesis di hati dan
terutama ditranspor dalam lipoprotein.
Keduanya, fosfolipid dan kolesterol, digunakan
oleh sel untuk membentuk membran, struktur
intrasel, dan bermacam-macam zat kimia yang
penting untuk fungsi sel.
- Sintesis lemak dari protein dan karbohidrat
Hampir semua sintesis lemak dalam tubuh dari
karbohidrat dan protein juga terjadi di hati.
Setelah lemak disintesis di hati, lemak
ditranspor dalam lipoprotein ke jaringan lemak
untuk disimpan.
 Metabolisme protein
- Deaminasi asam amino : Deaminasi asam
amino dibutuhkan sebelum asam amino dapat
dipergunakan untuk energi atau diubah menjadi
karbohidrat atau lemak. Selain hati, deamonasi
juga terjadi di ginjal dan jaringan tubuh lain.
Walaupun begitu, deaminasi yang berarti hanya
terjadi di hati.
- Pembentukan ureum untuk mengeluarkan
amonia dari cairan tubuh : Hati mengeeluarkan
amonia dari cairan tubuh karena adanya
pembeentukan ureum. Selain melalui proses
deeaminasi, pembentukan bakteri didalam usus
juga menambah banyak amonia yang
keeemudian akan diserap darah. Bila ureum
tidak dibentuk, maka amonia yang meeningkat
dalam darah akan menyeebabkan toksik dan
menimbulkan koma hepatik dan kematian.
b) Hati sebagai tempat penyimpanan vitamin (Guyton &
Hall,2014)
Vitamin yang paling banyak disimpan di hati : Vitamin A yang
disimpan untuk mencegah defisiensi vitamin A (dapat disimpan
selama 10 bulan)
Vitamin lain yang juga disimpan di hati: Vitamin D yang
disimpan untuk mencegah defisiensi (dapat disimpan selama
3-4 bulan); B12 (dapat bertahan paling sedikit 1 tahun).
c) Hati menyimpan besi dalam bentuk feritin (Guyton &
Hall,2014)
Sebagian besi dalam sel tubuh disimpan dalam bentuk Ferritin.
Sel hati mengandung apoferitin, protein yang dapat bergabung
dengan besi. Bila besi terdapat banyak di cairan tubuh, maka
akan berikatan dengan apoferitin membentuk ferritin dan
disimpan dalam bentuk ini didalam sel hati sampai diperlukan.
Sistem apoferritin-ferritin ini disebut juga sebagai penyangga
besi darah.

d) Membentuk zat yang digunakan untuk koagulasi (Guyton &


Hall,2014)
Meliputi fibrinogen, protrombin, globulin akselerator, faktor VII,
dan beberapa faktor koagulasi lain. Vitamin K penting disini
agar konsentrasi zat tersebut tidak turun, sehingga dapat
mencegah koagulasi.
e) Mengekskresikan obat,hormon dan zat lain (Guyton &
Hall,2014)
Medium kimia yang aktif dari hati dikenal untuk detoksifikasi
meliputi sulfonamide, penisilin, ampisilin, dan eritromisin ke
dalam empedu.
Dengan cara yang serupa untuk hormone yang disekresi oleh
kelenjar endokrin diubah secara kimia atau diekskresi oleh
hati, meliputi tiroksin, hormon steroid (estrogen, kortisol,
aldosterone).Jika hormon ini menumpuk maka akan
menyebabkan aktivitas berlebihan pada sistem hormon.
f) Hati berfungsi sebagai detoksifikasi (Ganong,2014)
Di hati terdapat enzim sitokrom p450, yang merupakan katalis
oksidator. Enzim ini dikenal kemampuannya dalam
detoksifikasi atau ekskresi berbagai obat-obatan, meliputi
sulfonamid, penisilin, ampisilin, dan eritromisin ke dalam
empedu. Enzim ini bekerja menghancurkan berbagai zat yang
dideteksi sebagai racun atau benda asing didalam tubuh.

2. Fungsi Kandung Empedu


Fungsi utama dari kandung empedu adalah menyimpan dan
memekatkan empedu. Empedu disekresikan secara terus menerus
oleh sel-sel hati, namun sebagian besar normalnya disimpan dalam
kandung empedu sampai diperlukan di dalam duodenum. Volume
maksimal yang dapat ditampung kandung empedu hanya 30 sampai
60 ml. Meskipun demikian, sekresi empedu selama 12 jam (biasanya
sekitar 450 ml) dapat disimpan dalam kandung empedu karena air,
natrium, klorida, dan kebanyakan elektrolit kecil lainnya secara terus-
menerus diabsorbsi melalui mukosa kandung empedu, memekatkan
sisa zat-zat empedu yang mengandung garam empedu, kolesterol,
lesitin, dan bilirubin.
Kebanyakan absorpsi kandung empedu ini disebabkan oleh
transpor aktif natrium melalui epitel kandung empedu, dan keadaan ini
diikuti oleh absorpsi sekunder ion klorida, air, dan kebanyakan zat-zat
terdifusi lainnya. Empedu secara normal dipekatkan sebanyak 5 kali
lipat dengan cara ini, tetapi dapat dipekatkan sampai maksimal 20 kali
lipat. (Guyton & Hall,2014)

3. Fungsi Empedu dalam Pencernaan


Salah satu dari berbagai fungsi hati adalah menyekresi empedu,
normalnya antara 600 dan 1.000 ml/hari. Empedu melakukan dua
fungsi penting, yaitu:
1. Berperan dalam pencernaan dan absorpsi lemak.
Asam empedu dalam empedu melakukan dua hal:
 Membantu mengemulsi partikel-partikel lemak yang
besar dalam makanan menjadi banyak partikel kecil,
permukaan partikel tersebut dapat dikatalisir oleh
enzim lipase yang disekresikan dalam getah pankreas.
 Membantu absorpsi produk akhir lemak yang telah
dicerna melalui membran mukosa intestinal.
2. Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengekskresi
beberapa produk buangan yang penting dari darah. Hal ini
terutama meliputi bilirubin, suatu produk akhir penghancuran
hemoglobin, dan kelebihan kolesterol.
Di dalam empedu terdapat garam-garam empedu yang
mempunyai dua fungsi penting pada traktus intestinal, yaitu:
1) Garam-garam ini bekerja sebagai dalam proses
emulsifikasi pada partikel lemak dalam makanan. Hal
ini mengurangi tegangan permukaan partikel dan
memungkinkan agitasi dalam traktus intestinal untuk
memecahkan gefembung-gelembung lemak menjadi
gelembung-gelembung yang sangat kecil.
2) Garam empedu membantu absorpsi (1) asam lemak,
(2) monogliserida, (3) kolesterol, dan (4) lemak lain
dalam traktus intestinal dengan cara membentuk
kompleks-kompleks fisik yang kecil dengan lemak ini;
kompleks ini disebut misel, dan bersifat semi larut
dalam kimus akibat muatan listrik dari garam-garam
empedu. Lemak usus "diangkut" dalam bentuk ini ke
mukosa usus, tempat lemak kemudian diabsorbsi ke
dalam darah. (Guyton & Hall,2014)

4. Sekresi Empedu
Hasil sekresi terbesar dalam hepar adalah sekresi empedu, dan
normalnya sel-sel hati atau hepatosit dapat mensekresi empedu
sebanyak 600 – 1200 ml/hari. Dalam proses pensekresian empedu ini
terjadi beberapa tahap, yaitu :
Bagian awal empedu disekresikan oleh sel hepatosit (mengandung
asam empedu, kolesterol, dan zat-zat organik lainnya)  disekresikan
ke dalam kanalikuli biliaris kecil di antara sel-sel hati  mengalir
menuju septa interlobaris  masuk ke dalam duktus biliaris terminal
 kemudian ke duktus yang lebih besar  duktus hepatikus 
duktus biliaris komunis duktus sistikus  kandung empedu
langsung ke duodenum

Gambar 1. Komposisi Empedu


Sumber : Guyton & Hall,2014
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, setelah air, kandungan
zat yang paling banyak dalam empedu adalah garam-garam
empedu.Sel-sel hati menyintesis sekitar 6 gram empedu setiap
harinya.Garam-garam empedu ini dibentuk menggunakan kolesterol
yang ada di plasma darah.Setiap harinya, ada sekitar 1 – 2 gram
kolesterol dipindahkan dari plasma darah ke dalam empedu. Berikut
ini adalah proses pensekresian garam empedu dengan menggunakan
kolesterol:
Kolesterol diubah menjadi asam kolat atau asam kondeoksikolat 
berkombinasi dengan glisin dan taurin  membentuk asam empedu
terkonjugasi –gliko dan –tauro garam-garam dari asam ini disekresi
dalam empedu.
Kandung empedu mulai dikosongkan ketika makanan mulai
dicerna di dalam traktus gastrointestinal atas, terutama ketika
makanan berlemak telah mencapai duodenum.Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengosongan empedu ini antara lain yaitu:
 Hormon Kolesistokinin (CCK), yang merupakan perangsang
terkuat

 Kimus yang mengandung banyak lemak, dan mulai masuk ke


duodenum, yang akan merangsang sekresi hormone CCK

 Saraf parasimpatis / nervus vagus

 Adanya gelombang peristaltic yang melewati Papila Vateri

 Bahan Cholagogue

Mekanisme pengosongan empedu ini juga membutuhkan


relaksasi yang bersamaan dari sfingter Oddi, yang menjaga
pintu keluar duktus biliaris komunis ke dalam duodenum.
(Guyton & Hall,2014)
5. Mekanisme Pembentukan Bilirubin

Gambar 2. Pembentukan dan ekskresi bilirubin


Sumber : Guyton & Hall,2014 hal. 810

Bila sel darah merah sudah habis masa hidupnya ( rata rata 120 hari)
dan menjadi terlalu rapuh untuk bertahan dalam sistem sirkulasi, membran
selnya pecah dan hemoglobinnya yang lepas difagositosis oleh jaringan
makrofag ( disebut juga sistem retikuloendotelial ) diseluruh tubuh.

Hemoglobin mula mula di pecah menjadi globin dan heme, dan cincin
heme dibuka untuk melepaskan:

1. besi bebas yang ditranspor ke dalam darah oleh transferin

2. Suatu rantai lurus terdiri atas empati inti pirol yaitu substrat yang
nantinya akan dibentuk menjadi pigmen empedu.

Pigmen pertama yang dibentuk adalah biliverdin, tetapi pigmen ini


dengan cepat direduksi menjadi bilirubin bebas, juga disebut bilirubin tidak
terkonjugasi, yang secara bertahap dilepaskan dari makrofag ke dalam
plasma. Bentuk bilirubin ini dengan segera bergabung sangat kuat dengan
albumin plasma dan ditranspor dalam kombinasi ini melalui darah dan cairan
interstisial.

Dalam beberapa jam, bilirubin tidak terkonjugasi di absorbsi melalui


membran sel hati. Sewaktu memasuki sel hati, bilirubin dilepaskan dari
albumin plasma setelah itu sekitar 80% berkonjugasi dengan asam
glukuronat untuk membentuk bilirubin glukuronida, kira kira 10%
berkonjugasi dengan sulfat membentuk bilirubin sulfat, dan sekitar 10%
berkonjugasi dengan berbagai zat lainnya.

Setelah berada dalam usus, kira kira setengah dari bilirubin


“konjugasi” di ubah oleh kerja bakteri menjadi urobilinogen yang mudah larut.
Sebagian urobilinogen direabsorbsi melalui mukosa usus kembali ke dalam
darah. Sebagian besar di eksresi kembali oleh hati kedalam usus, kira kira
5% di eksresi oleh ginjal ke dalam urine. Setelah terpajan udara dalam urine,
urobilinogen teroksidasi menjadi urobilin sedangkan dalam feses,
urobilinogen diubah dan di oksidasi menjadi sterkobilin. (Guyton & Hall,2014)
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas kami mengambil kesimpulan bahwa :
1. Hepar memiliki banyak fungsi, diantaranya fungsi sekresi empedu,
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, penyimpanan darah,
vitamin, besi, detoksifikasi. dll.
2. Biliverdin adalah produk awal katabolisme dan pada reaksi reduksi
menghasilkan bilirubin. Bilirubin diangkut oleh albumin dari jaringan
perifer ke hati, tempat senyawa ini diserap oleh hepatosit. Besi di
heme dan asam amino globin disimpan dan digunakan kembali. Di
hati, bilirubin dibuat menjadi larut air melalui konjugasi dengan dua
molekul asam glukuronida dan disekresikan ke dalam empedu. Kerja
enzim bakteri di usus menghasilkan urobilinogen dan urobilin, yang
disekresikan di tinja dan urine.
3. Kandung empedu terus – menerus menyekresikan empedu sesuai
banyaknya jumlah empedu dalam sirkulasi. Kontraksi kandung
empedu dipicu oleh hormon CCK yang dipengaruhi adanya
kandungan lemak dalam duodenum dan kemudian relkasasi Sfingter
Oddi untuk melepaskan empedu menuju duodenum. Empedu
berfungsi sebagai membantu mengelmusikan lemak agar lemak dapat
dicerna oleh enzim lipase dan diserap oleh mukosa usus.

B. SARAN
Mahasiswa diharapkan mempelajari lebih lanjut bagaimana reaksi –
reaksi biokimia yang terjadi dalam proses pencernaan. Selain itu,
mengenai metabolisme zat-zat nutrisi baik karbohidrat, lemak, dan protein
dalam tubuh setelah diserap oleh traktus gastrointestinal, sehingga kita
bisa mengerti proses bagaimana zat-zat tersebut diolah untuk selanjutnya
bisa berguna di dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (12 ed.).
Jakarta: EGC.

Ganong, W. F. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed. 24. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai