Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masuk RS : 12 April 2012
Alamat : Cugenang
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
OS MRS dengan perut bagian bawah terasa sakit

Riwayat Penyakit Sekarang


OS mengaku hamil ketiga dan usia kehamilannya saat ini adalah 9 bulan. OS dua kali
melahirkan anak hidup lewat persalinan normal, belum pernah keguguran. OS datang ke
Rumah Sakit dengan membawa surat pengantar dari dokter spesialis obgyn yang
menyatakan bahwa kehamilan OS letak lintang dan dianjurkan untuk melakukan SC
elektif.
Saat ini OS sudah merasakan sakit di bagian perut bawah sejak 2 jam SMRS. Gerakan
janin masih terasa aktif.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat DM dan asma disangkal

Riwayat Operasi
 Os belum pernah dioperasi sebelumnya

Riwayat Alergi
 Alergi makanan disangkal
 Alergi obat ibu tidak tahu

Riwayat Perkawinan
Kawin ke-1, masih kawin, lama kawin 12 tahun

Riwayat Haid
Menarche: umur 13 tahun, teratur, tidak nyeri saat haid, lama haid 7 hari, siklus 28 hari.
HPHT : 12 – 07 - 2011
TP : 19 – 04 - 2012

Riwayat ANC
ANC teratur setiap bulan di praktik pribadi dokter kebidanan dan kandungan.

Riwayat Persalinan
No Penolong Thn Aterm Penyulit Anak
1
Tempat Jenis JK Keadaan
bersalin Persalina BB
n
1 RB Bidan 2000 + Spontan - ♂ 3300 Meninggal
2 RB Bidan 2003 + Spontan - ♀ 3300 Baik
3 Hamil
ini

C. PEMERIKSAAN FISIK UMUM


KU : Tidak tampak sakit
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8 0C
BB : 65 kg
TB : 160 cm

Status generalis
Rambut : bersih
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Mulut : Mukosa bibir lembab (+)
Gigi : caries (-)
Leher : kelenjar tiroid membesar (-)
Dada : jantung normal (+), paru-paru normal (+)
Payudara : simetris, puting susu menonjol (+)
Abdomen : membesar sesuai kehamilan (-), striae (+), linea nigra (+), TFU 29 cm
Vagina : pengeluaran pervaginam (-), penyakit kelamin (-), varices (-)
Ekstremitas : oedema (-), simetris (+)

D. STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan luar
I : cembung (+), abdomen melebar, fundus uteri diatas umbilikus, linea nigra (+), striae
gravidarum (+)
P : TFU 29 cm
Leopold I : tidak teraba bagian bayi di fundus, TFU 29 cm
Leopold II : teraba bagian bulat keras (kepala) di sebelah kiri, dan bagian bulat
besar lunak (bokong) di sebelah kanan
Leopold III : teraba dataran yang keras membentang (punggung)
Leopold IV : bagian terbawah janin (punggung) diatas PAP, 5/5 (divergen)
His : (-)
A : DJJ 150 x / menit, teratur, terdengar disekitar simfisis
Pemeriksaan dalam  Terasa bagian keras (tulang rusuk)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 USG: Letak Lintang
2
 HEMATOLOGI
- Laboratorium
o Masa perdarahan : 3’30” menit nilai normal (1-3)
o Masa pembekuan : 4’00” menit (2-5)

DPL:

o Hb : 12,2 g/dl (11,3 – 15,5)


o Leukosit : 6000 sel/mm3 (4300 – 10.400)
o Ht : 37,1% (36,0 – 46,0)
o Trombosit : 188.000/mm3

F. ASSESSMENT
Ibu : G3P2A0, dengan distosia letak lintang
Bayi : Janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi bahu posisi dorsoanterior
G. RENCANA
Pro - Seksio Sesaria (elektif)

H. LAPORAN SEKSIO SESARIA


- Pasien terlentang di atas meja operasi dalam anesthesia spinal
- Asepsis dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya
- Insisi pfannenstiel 8 cm
- Setelah peritoneum dibuka, tampak uterus gravidus
- Plika vesikouterina disayat semilunar, kandung kemih disisihkan ke bawah
- SBU disayat, ditembus dan dilebarkan secara tumpul berbentuk semilunar
- Dengan menarik kepala, dilahirkan bayi perempuan, 3000 gr,49 cm, AS 9/10
- Air ketuban jernih dan tidak berbau
- Plasenta berimplantasi di fundus
- Dengan tarikan ringan pada tali pusat, plasenta dilahirkan lengkap
- Kedua ujung SBU dijahit hemostasis
- Setelah diyakini tidak ada perdarahan, dilakukan reperitonisasi dengan plika vesikouterina
- Pada eksplorasi, kedua tuba dan ovarium dalam batas normal
- Setelah diyakini tidak ada perdarahan, dinding abdomen ditutup lapis demi lapis
- Perdarahan selama operasi 750 ml

Keadaan post operasi:

- Sadar (+), muntah (-), refleks (+), sianosis (-)


- TD 130/90, FN 88 x/menit, FP 20 x/menit, suhu 36,7oC

I. DIAGNOSA POST SC
- P3A0, post Op Sc atas indikasi letak lintang

J. FOLLOW UP
Tanggal : 13 – 04 – 2012
S : Flatus (+), miring kanan miring kiri bisa sedikit-sedikit, nyeri bekas jahitan (+)
3
O : KU baik, TD (120/80 mmHg), N (84x/menit), RR (22x/menit), S (36,5 OC), Asi(-/-),
Abdomen datar lembut, NT(+), DM(-), BU(+), PS PP(-), TFU 1jari atas pusat, HIS(+),
BAK(+) diuresis(+), BAB(-), LO tertutup perban. Hb post Op 10

A : P3A0 post op Sc a.i letak lintang. POD 1

P :
Cefotaxime 3x1 iv
Metronidazole 2x1
Kaltrofen Supp 2x1
Test Feeding
Mobilisasi
Aff DC
Obs KU, TTV, Perdarahan, Hb post op

Tanggal : 14 – 04 – 2012

S : Nyeri bekas jahitan (+), os sudah bisa duduk, miring ka-ki, jalan sedikit2.

O : KU baik CM, TD (110/80 mmHg), N (82x/menit), RR (20x/menit), S (36,5OC), Asi(+/+),


Abdomen datar lembut, NT(+), DM(-), PS PP(-), TFU sejajar pusat, HIS(+), BAK(+),
BAB(-), LO kering terawat. Hb post op 10

A : P3A0 post op Sc a.i letak lintang. POD 2

P :
Cefadroxil 2x1
As. Mefenamat 3x1
Viliron 1x1
Mobilisasi
Aff Infus
Obs KU, TTV, Perdarahan

Tanggal 15 – 04 – 2012
Pasien boleh pulang

4
TINJAUAN PUSTAKA
LETAK LINTANG

PENDAHULUAN
Keadaan ini terjadi bila sumbu panjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang
tubuh ibu. Bila sumbu panjang tersebut membentuk sudut lancip hasilnya adalah letak lintang
oblik. Letak lintang oblik biasanya hanya terjadi sementara, karena kemudian akan berubah
menjadi posisi longitudinal atau letak lintang saat persalinan. Oleh karena itu, di Inggris letak
lintang oblik dinyatakan sebagai letak lintang yang tidak stabil.

Pada letak lintang, biasanya bahu berada di atas pintu atas panggul sedangkan kepala
terletak pada salah satu fossa illiaka dan bokong pada fossa illiaka yang lain. Pada keadaan
yang disebut sebagai presentasi bahu ini, arah akromion yang menghadap sisi tubuh ibu
menentukan jenis letaknya, karena pada kedua posisi tersebut, punggung dapat mengarah ke
anterior atau posterior, ke superior atau ke inferior, biasanya jenis letak lintang ini dapat
dibedakan lagi menjadi letak lintang dorsoanterior dan dorsoposterior.

INSIDEN
Letak lintang terjadi pada satu dari 322 kelahiran tunggal (0,3%) berdasarkan prevalensi di
Mayo Clinic. Frekuensi letak lintang dalam literatur disebutkan sekitar 0,5%-2%. Sedangkan
di Indonesia sekitar 0,5%.

ETIOLOGI
Penyebab utama letak lintang adalah :

1. Relaksasi berlebihan pada dinding abdomen pada multiparitas yang tinggi


2. Janin prematur
3. Plasenta previa
4. Uterus abnormal
5. Cairan amnion berlebih
6. Panggul sempit

5
Wanita dengan paritas 4 atau lebih memiliki insiden letak lintang 10 kali lipat dibanding
wanita multipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut gantung (pendulous abdomen)
menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi
menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang.
Plasenta previa dan panggul yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang pula.
Letak lintang atau oblik ini kadang-kadang terjadi dalam persalinan dari posisi awal
longitudinal.

DIAGNOSIS
Diagnosis letak lintang biasanya mudah ditegakkan bahkan sering hanya dengan inspeksi
saja. Abdomen biasanya melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit diatas
umbilikus. Tidak mungkin ditemukan bagian bayi di fundus, dan balotemen kepala teraba
pada salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Pada saat yang sama,
posisi punggung mudah diketahui. Bila punggungnya terletak di anterior, suatu dataran yang
keras membentang dibagian perut ibu; bila punggungnya posterior, teraba nodulasi irreguler
yang menggambarkan bagian-bagian kecil janin dapat ditemukan pada tempat yang sama.

Pada pemeriksaan dalam, pada tahap awal persalinan, bagian dada bayi, jika dapat
diraba, dapat dikenali dengan adanya ‘rasa bergerigi’ dari tulang rusuk. Bila dilatasi
bertambah, skapula dan klavikula pada sisi toraks yang lain akan dapat dibedakan. Posisi
aksila menunjukkan sisi tubuh ibu tempat bayi menghadap. Pada tahap lanjut persalinan,
bahu akan terjepit erat di rongga panggul dan salah satu tangan atau lengan sering mengalami
prolaps ke vagina dan melewati vulva.

Deskripsi letak lintang : akromial kiri atau kanan dan dorso-anterior atau dorso posterior.

1. Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso-anterior


2. Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior

PROSES PERSALINAN
Kelahiran spontan bayi normal yang sudah berkembang sempurna jelas tidak mungkin
terjadi pada letak lintang persisten. Setelah ketuban pecah, jika persalinan berlanjut, bahu
janin akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai sering menumbung.
Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu tertahan oleh tepi atas panggul, dengan kepala di
salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Bila proses persalinan
6
berlanjut, bahu akan terjepit kuat diatas panggul. Uterus kemudian berkontraksi dengan kuat
dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi halangan tersebut. Setelah beberapa saat, akan
terbentuk cincin retraksi yang semakin lama semakin meninggi dan semakin nyata. Keadaan
ini disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak cepat ditangani dengan benar, uterus
akhirnya akan mengalami ruptur dan baik ibu maupun bayi dapat meninggal.

Pada permulaan persalinan dalam letak lintang, pintu atas panggung tidak tertutup oleh
bagian bawah anak seperti pada letak memanjang. Oleh karena itu seringkali ketuban sudah
lebih dulu pecah sebelum pembukaan lengkap atau hampir lengkap. Setelah ketuban pecah,
maka tidak ada lagi tekanan pada bagian bawah, sehingga persalinan berlangsung lebih lama.

His berperan dalam meluaskan pembukaan, selain itu dengan kontraksi yang semakin
kuat, maka anak makin terdorong ke bawah. Akibatnya tubuh anak menjadi membengkok
sedikit, terutama pada bagian yang mudah membengkok, yaitu di daerah tulang leher. Ini pun
disebabkan karena biasnaya ketuban sudah lekas pecah dan karena tak ada lagi air ketuban,
maka dinding uterus lebih menekan anak di dalam rahim. Dengan demikian bagian anak yang
lebih rendah akan masuk lebih dulu ke dalam pintu atas panggul, yaitu bahu anak.
Karena pada letak lintang pintu atas panggul tidak begitu tertutup, maka tali pusat seringkali
menumbung, dan ini akan memperburuk keadaan janin.

Bila pembukaan telah lengkap, ini pada awalnya tidak begitu jelas tampaknya. Karena
tidak ada tekanan dari atas oleh bagian anak pada lingkaran pembukaan, makan lingkaran ini
tidak dapat lenyap sama sekali, senantiasa masih berasa pinggirnya seperti suatu corong yang
lembut. Penting untuk diketahui, bahwa tidak ada pembukaan yang benar-benar lengkap pada
letak lintang seperti halnya pembukaan lengkap pada letak memanjang. Tandanya pembukaan
itu sudah lengkap adalah lingkaran pembukaan itu mudah dilalui oleh kepalan tangan
pemeriksa, sedangkan pada pembukaan yang belum lengkap, kepalan tangan pemeriksa sukar
untuk memasuki lingkaran tersebut.

Lain halnya dengan letak memanjang, pada letak lintang setelah pembukaan lengkap,
karena his dan tenaga mengejan, badan anak tidak dapat dikeluarkan dari rongga rahim, akan
tetapi sebagian besar masih di dalam uterus, meskipun tubuh anak menjadi semakin
membengkok.. Jika ini terjadi terus menerus, maka akan terjadi suatu letak lintang kasep,
dimana tubuh anak tidak dapat lagi didorong ke atas. Letak lintang kasep terjadi bukanlah
karena lamanya persalinan, namun faktor yang penting ialah karena faktor kuatnya his. Pada
letak lintang kasep, biasanya anak telah mati, yang disebabkan karena kompresi pada tali
7
pusat, perdarahan pada plasenta, ataupun cedera organ dalam karena tubuh anak terkompresi
dan membengkok.

Bila keadaan kasep ini dibiarkan saja, makan dapat terjadi ruptur uteri yang sangat
berbahaya pada bagi ibu.

Bila janin amat kecil (biasanya 800 gram), dan panggul sangat lebar, persalinan spontan
dapat terjadi meskipun kelainan tersebut menetap. Janin akan tertekan dengan kepala
terdorong ke abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahu kemudian menjadi bagian yang
paling bergantung dan tampak di vulva. Kepala dan dada kemudian melewati rongga panggul
secara bersamaan, dan bayi dapat dikeluarkan dalam keadaan terlipat (conduplicatio
corpore).

PERSALINAN PERVAGINAM PADA LETAK LINTANG


Kadangkala dalam letak lintang anak dapat dilahirkan secara pervaginam, ini dapat
terjadi pada anak yang kecil (preterm), atau pada anak yang telah mati. Pada anak yang
normal dan hidup, hal ini sama sekali tidak diharapkan.

Evolutio Spontanea
Karena tenaga his dan tenaga mengejan, maka bahu
anak turun dan masuk ke dalam rongga panggul,
sedangkan kepala tertekan dan tinggal di atas. Pada suatu
waktu, bahu itu lahir di bawah simfisis, dan sekarang
dengan bahu itu sebagai hipomoklion, lahirlah berturut
turut bagian atas badan, yaitu samping dada diikuti oleh
perut, bokong , kaki dan kepala. Cara ini disebut cara
DOUGLAS. Gambar 1. Cara Douglas

Ada keadaan dimana bahu dan kepala


anak tertekan dan tinggal di atas pintu atas
panggul. Yang tertekuk adalah punggung dan
8

Gambar 2. Cara Denman


pinggang. Dengan demikian maka pada suatu ketika bokong sama tingginya dengan bahu dan
selanjutnya lahir lebih dahulu bokong, dan kaki, dilanjutkan dengan badan dan kepala. Cara
ini disebut cara DENMAN.

Conduplicatio Corpore

Hal ini berlaku terutama pada panggul luar dan


anak yang kecil, yaitu kepala anak tidak tertahan
di atas, sehingga kepala dan perut sama-sama
turun ke dalam rongga panggul dan dengan
keadaan terlipat lahirlah kepala dan perut,
dilanjutkan dengan bokong dan kaki.

PROGNOSIS
Persalinan dengan presentasi bahu meningkatkan resiko maternal dan sangat
menambah ancaman kematian bayi. Kebanyakan kematian ibu akibat komplikasi kasus kasep
terjadi karena ruptur uteri spontan atau traumatik akibat tindakan versi dan ekstraksi yang
keliru serta terlambat. Meski dengan penanganan sebaik mungkin, morbiditas tetap

9
meningkat karena seringnya disertai plasenta previa, peningkatan kemungkinan terjadinya
prolaps tali pusat, dan keharusan untuk melakukan tindakan operasi besar.

PENATALAKSANAAN
Secara umum, dimulainya persalinan aktif pada wanita dengan letak lintang sudah
merupakan indikasi seksio sesarea. Setelah proses persalinan berjalan baik, percobaan untuk
mengubah posisi menjadi letak longitudinal dengan manipulasi abdomen tidak mungkin
berhasil. Sebelum persalinan atau pada awal persalinan, dengan ketuban yang masih utuh,
upaya versi luar layak dicoba bila tidak ada komplikasi obstetrik lain yang merupakan
indikasi dilakukannya seksio sesarea.

Phelan dan rekan (1986), merekomendasikan upaya tersebut dilakukan hanya setelah
kehamilan berusia 39 minggu, karena tingginya (83%), frekuensi perubahan spontan menjadi
letak longitudinal. Jika selama awal persalinan, kepala bayi dapat diputar dengan manipulasi
abdomen hingga masuk ke panggul, posisi kepala tersebut harus dipertahankan di dalam
panggul selama beberapa kontraksi berikutnya untuk mencoba memfiksasi kepala bayi di
dalam panggul. Bila tindakan ini gagal, tindakan seksio sesarea harus segera dilakukan.

Karena baik kaki maupun kepala bayi, tidak menempati segmen bawah uterus, insisi
melintang rendah pada uterus mungkin akan menyulitkan ekstraksi bayi, yang terjebak dalam
korpus uteri di atas garis insisi. Karena itu, insisi vertikal umumnya lebih disukai.

DAFTAR PUSTAKA

Chrisdiono M. Prosedur tetap Obsetri dan Ginekologi. Jakarta, EGC, 2004, hal 90-93.

10
Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF, et al. Williams Obstetrics. 20th ed.
Connecticut, Appleton & Lange.

Gabbe: Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies, 5th ed. Copyright © 2007
Churchill Livingstone, An Imprint of Elsevier

Gibbs, Ronald S.; Karlan, Beth Y.; Haney, Arthur F.; Nygaard, Ingrid E. Danforth's
Obstetrics and Gynecology, 10th Edition. Copyright ©2008 Lippincott Williams
& Wilkins

Pfeifer, Samantha M. NMS Obstetrics and Gynecology, 6th Edition. Copyright 2008
Lippincott Williams & Wilkins\

S. A. Goelam. arts. Imu Kebidanan. Balai Pustaka Djakarta. 1958

11

Anda mungkin juga menyukai