Anda di halaman 1dari 4

STANDARISASI VITAMIN C PADA BUAH BENGKUANG

(Pachyrhizus erosus) SECARA SPEKTROFOTOMETRI


UV-VIS
Harti Widiastuti
Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia
e-mail : harti_widiastuti@yahoo.com

ABSTRACT
Have been conducted by a obstetrical research of vitamin C at juicy tuber by
spectrophotometry UV – Vis. The research aim to determine and compare the content of
vitamin C from juicy tuber. Firstly fruit of juicy tuberare cleared by their seed then it
weighed after that it enhanced by oxilate acid 0.4% and than it blended and filtered.
Filtrat obtained to qualitative analyze by using the react specific and standarization of
vitamin C using the spectrophotometry UV – Visible at wave legth 516 nm obtained rate
of mean vitamin C that is juicy tuber yaitu 91.97 mg/100g.

Keywords : Vitamin C, Juicy Tuber, Spectrophotometry UV – Vis

I. PENDAHULUAN Pachyrhizus erosus atau yang lebih


Latar Belakang dikenal sebagai bengkuang adalah salah satu
Vitamin C merupakan salah satu buah-buahan yang berasal dari wilayah
vitamin yang diperlukan oleh tubuh dan Amerika tropis termasuk dalam suku
berfungsi untuk meningkatkan sistem polong-polongan. Umbi putihnya biasa
imunitas tubuh. Bila dalam tubuh kebutuhan dikonsumsi sebagai sayuran dan kripik
vitamin dan mineral mencukupi, maka bengkuang atau dijadikan masker untuk
segala jenis penyakit dapat dicegah. menyegarkan wajah dan memutihkan kulit..
Mengkonsumsi vitamin C yang juga Selain itu jus bengkuang dapat digunakan
berfungsi sebagai antioksidan terbukti dapat untuk pengobatan diabetes mellitus,
menangkal virus-virus seperti virus flu, sariawan, wasir, demam dan dapat
selain itu vitamin C juga berfungsi sebagai menurunkan kadar kolesterol darah.
sistem pertahanan tubuh yang bertanggung Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan
jawab penuh terhadap setiap gangguan pada penelitian analisis kadar vitamin C pada
tubuh baik gangguan psikis (misalnya stres, buah bengkuang (Pachyrhizus erosus)
sedih, marah), fisik (seperti terluka, secara spektrofotometri UV-Vis.
kelelahan, sakit), fisiologi (contohnya
asupan zat anti gizi bersama makanan, kasus II. METODE PENELITIAN
salah gizi), maupun lingkungan sekitar A. Penyiapan Sampel
(diantaranya udara kotor, asap rokok, Pada penelitian ini, digunakanbuah
kebisingan). bengkuang (Pachyrhizus erosus) yang dicuci
Vitamin C sangat dibutuhkan, bersih terlebih dahulu, dipotong lalu
terutama di kota besar. Belum lagi radikal kulitnya dikupas. Ditimbang sebanyak 50,0
bebas berupa polusi dari asap kendaraan gram kemudian dimasukkan kedalam
bermotor dan rokok, serta lainnya, makin blender lalu ditambahkan 100 ml larutan
bertebaran. Semua itu membuat tubuh rentan asam oksalat 0,4% kemudian diblender
terhadap berbagai gangguan kesehatan. sampai halus lalu disaring untuk
Daya tahan mudah menurun dan serangan memisahkan residu dan filtratnya. Filtrat
radikal bebas membuat sel-sel tubuh mudah diambil dan dimasukkan dalam labu
rusak dan tak mampu berfungsi dengan baik. tentukur 500 ml, dan cukupkan volumenya
Salah satu akibat dari proses kerusakan dengan larutan asam oksalat 0,4% hingga
secara cepat itu adalah penuaan kulit lebih batas tanda.
dini.

Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol 2 No. 1 72


B. Pemeriksaan kualitatif Vitamin C hingga tanda. Diperoleh masing-masing
1. Pereaksi iodium konsentrasi 4; 6; 8; 10 bpj. Kemudian diukur
Sampel ditambahkan larutan serapanya pada panjang gelombang 516 nm.
pereaksi iodium, warna iodium akan hilang
jika mengandung vitamin C. 4. Pengukuran kadar vitamin C
Larutan contoh dipipet sebanyak
2. Pereaksi 2,6 - diklorofenol indofenol 1,0 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu
Sampel mengandung vitamin C jika tentukur 10 ml. Setelah itu ditambahkan
sampel ditambahkan dengan larutan pereaksi dengan 2,6 - diklorofenol indopenol hingga
2,6 – diklorofenol akan berwarna merah batas tanda kemudian dikocok hingga
muda atau ungu. homogen lalu diukur serapannya pada
panjang gelombang 516nm.
3. Pereaksi Fehling A dan Fehling B
Larutan contoh ditambahkan 5. Perhitungan kadar vitamin C
dengan pereaksi fehling A dan fehling B Perhitungan kadar vitaminC
sama banyak, lalu dipanaskan terjadi dilakukan dengan cara mengekstrapolasikan
endapan merah bata. data serapan vitamin C pada persamaan
4. Pereaksi besi (III) klorida regresi linear dari kurva baku vitamin C.
Larutan contoh ditambahkan
dengan pereaksi Besi (III) klorida terbentuk III. HASIL DAN PEMBAHASAN
warna kuning dibiarkan akan hilang. A. Hasil Penelitian
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif
C. Standarisasi Vitamin C Secara Vitamin C Pada Buah Bengkuang
Spektrofotometri UV-Vis (Pachyrhizus erosus)
1. Pembuatan larutan Baku vitamin C
Ditimbang dengan teliti 100,0 mg
asam askorbat murni kemudian dimasukkan No. Pereaksi Hasil Pustaka Keterangan
ke dalam labu tentukur 100,0 ml lalu Warna Warna
dilarutkan dengan asam oksalat 0,4 % 1. P1 iodium iodium Positif (+)
hingga 100,0 ml (1000 bpj). hilang hilang
Warna Warna
2. Penentuan panjang gelombang
2. P2 merah merah Positif (+)
maksimum
Dipipet sebanyak 10 ml larutan muda muda
baku asam askorbat dimasukkan kedalam Warna Warna
labu ukur 100 ml, dilarutkan dengan asam 3. P3 kuning kuning Positif (+)
oksalat 0,4% hingga tanda garis sehingga hilang hilang
konsentrasinya menjadi 100bpj. Dipipet 25 Warna Warna
ml larutan dimasukkan kedalam labu 4. P4 merah merah Positif (+)
tentukur 50 ml, kemudian dilarutkan dengan bata bata
asam oksalat 0,4% hingga tanda garis Keterangan :
sehingga konsentrasi menjadi 50 bpj. Pereaksi (P1) : Iodium
Dipipet 1 ml larutan dimasukkan dalam labu Pereaksi (P2) : 2,6-diklorofenol indofenol
ukur 10 ml dan ditambahkan larutan 2,6 Pereaksi (P3) : Besi (III) klorida
diklorofenol indofenol sampai tanda garis, Pereaksi (P4) : Fehling A dan B
dikocok dan segera dilakukan pengukuran
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
gelombang 516 nm.

3. Pembuatan kurva baku


Larutan asam askorbat 50 bpj
dipipet sebanyak 2, 3, 4 dan 5 ml
dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml
masing-masing larutan ditambahkan 4 ml
2,6-diklorofenol indofenol dan dicukupkan
volumenya dengan asam oksalat 0,4%

Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol 2 No. 1 73


Gambar 1. Spektrum Absorban Baku No Konsentrasi Absorban
Vitamin C Menggunakan Spektrofotometer 1 4 0,308
UV-VIS
2 6 0,538
Vitamin C memiliki serapan
maksimum pada panjang gelombang 516 3 8 0,698
nm. Oleh karena itu pada pengerjaan
selanjutnya digunakan panjang gelombang 4 10 0,865
516 nm.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Serapan Diperoleh Persamaan regresi : y =


Larutan Baku Asam Askorbat Secara 0,0916x – 0,0386, dengan koefisien korelasi
Spektrofotometri UV– Visible Pada Panjang = 0,996.
Gelombang 516nm

Tabel 3. Hasil Analisis Kuantitatif Vitamin C Pada Buah Bengkuang (Pachyrhizus erosus)
Secara Spektrofotometri UV-Vis.

Berat Absorban Kadar Kadar Kadar rata-rata


Sampel
Contoh (g) (A) (mg/g) (mg/100 g) (mg/100g)
Buah
0,810 0,9262 92,62
bengkuang
0,804 0,9197 91,97 91,97
(Pachyrhizus 50,01
0,798 0,9131 91,31
erosus)

B. PEMBAHASAN dengan pereduksi yang kuat seperti asam


Penelitian ini bertujuan untuk oksalat sehingga vitamin C yang teroksidasi
menentukan kadar vitamin C padabuah yakni asam dehidroaskorbat dapat menjadi
bengkuang (Pachyrhizus erosus)secara asam askorbat kembali dengan demikian
Spektrofotometri UV-Vis. Dimana dapat dilakukan penetapan kadar vitamin C
keuntungan vitamin C untuk perlindungan secara maksimal
terhadap system kekebalan tubuh, berbagai Analisis kualitatif dilakukan
penyakit kardiovaskuler, masalah mata, dan dengan menggunakan beberapa pereaksi
bahkan kesehatan kulit. Sebelum dilakukan yang spesifik dengan tujuan untuk
penelitian, terlebih dahulu dilakukan mengetahui ada atau tidaknya vitamin C
pengambilan dan pengamatan terhadap pada buah bengkuang (Pachyrhizus erosus).
sampel buah bengkuang (Pachyrhizus Adapun pereaksi spesifik yang digunakan
erosus). Buah yang dipilih harus memiliki yaitu Iodium, 2,6-diklorofenol indofenol,
kualitas yang baik, yaitu buah yang segar, Besi (III) klorida dan Fehling A dan B. Hasil
tekstur buah keras, bentuk buah normal yang diperoleh semuanya positif sesuai
(tidak mengkerut), tidak cacat, Kulitnya dengan pustaka. Pereaksi Iodum ditunjukkan
masih licin, mengkilat,dan tidak kusam serta dengan hilangnya warna iodium.Dengan
tidak terinfeksi hama dan penyakit. pereaksi 2,6-diklorofenol indofenol
Penelitian ini dilakukan uji terbentuk warna merah muda, reaksi ini
kualitatif dan uji kuantitatif, dimana terlebih didasarkan atas tereduksinya 2,6-
dahulu dilakukan penyiapan larutan sampel diklorofenol indofenol oleh vitamin C
bengkuang (Pachyrhizus erosus)dicuci membentuk dehidro asam askorbat dan
dengan air suling, dikupas, daging buahnya indofenol tereduksi menjadi dehidro 2,6-
dipotong-potong kemudian ditimbang, diklorofenol indofenol. Dengan pereaksi
sampel tersebut diblender dan dilarutkan besi (III) klorida menjadi larutan kuning
dengan menggunakan asam oksalat 0,4 %. yang lama kelamaan akan hilang, ini
Asam oksalat berguna sebagai pelarut untuk disebabkan karena vitamin C mereduksi Fe+3
mencegah teroksidasinya vitamin C dalam (ferri) menjadi Fe+2 (ferro).
pengolahan. Vitamin C dapat bereaksi

Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol 2 No. 1 74


Pada analisis kuantitatif sampel (http://sobatbaru.blogspot). Diaskes 27
diblender dan dilarutkan dengan maret 2010
menggunakan asam oksalat 0,4%. Asam
oksalat ini berguna untuk mencegah 3. Direktorat Jendral pengawasan Obat
pengaruh ion tembaga sehingga dapat dan Makanan. 1979. Farmakope
bereaksi dengan 2,6-diklorofenol indofenol Indonesi, Edisi III. Departemen
yang akan terukur menjadi vitamin C, dalam Kesehatan Repoblik Indonesia, Jakarta.
hal ini yang akan teroksidasi setara dengan
2,6-diklorofenol indofenol, yang tereduksi 4. Gandjar. 2007. Kimia Farmasi
diperoleh dari hasil pengurangan 2,6- Analisis. Himpunan Pelajar,
diklorofenol indofenol awal dengan Yogyakarta
diklorofenol indofenol yang bereaksi dengan
asam oksalat menjadi tidak berwarna. 5. Ganiswarna Sulistia. 1995.
Penetapan kadar menggunakan Farmakologi dan terapi. Edisi IV,
Spektromotometer Visible menggunakan Fakultas Kedokteran Universitas
pereaksi 2,6-diklorofenol indofenol pada Indonesia, Jakarta.
buah bengkuang (Pachyrhizus erosus),
reaksi ini didasarkan atas pengukuran 6. Hariana, A.H., 2004, Tumbuhan Obat
jumlah larutan 2,6-diklorofenol indofenol dan Khasiatnya Seri 1, Penerbit Penebar
yang dihilangkan warnanya oleh vitamin C. Swadaya, Jakarta.
Intensitas warna dari 2,6-diklorofenol
indofenol sangat tergantung terhadap waktu, 7. Hensen.1982. Analytical Profiles Of
karena hasil reaksi dari 2,6-diklorofenol Drug, Substances Volume II. Ediet By
indofenol dengan vitamin C semakin lama Class Academy Press London.
semakin hilang. Hal ini dapat mempengaruhi
pada absorbansi yang diperoleh dan secara 8. Kasryasapoetra, G., dan Marsetyo, H.,
langsung yang akan mempengaruhi dalam 2008, Ilmi Gizi (kolerasi gizi dan
penetapan kadar. produksi kerja), PT. Rineka Cipta,
Kadar rata-rata vitamin C yang Jakarta.
diperoleh pada buah bengkuang
(Pachyrhizus erosus) adalah 91,97 mg/100 9. Khopkar S. M, 1990. Konsep Dasar
gr. Menurut literatur kandungan vitamin C Kimia Analitik. Universitas Indonesia.
pada buah bengkuang (Pachyrhizus erosus) Jakarta.
yaitu 17,7mg/100 g hasil ini berbeda dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan. 10. Mulja, M dan Syahrani,A., 1990,
Perbedaan tersebut disebabkan karena Aplikasi Spektrofotometri UV-
adanya beberapa faktor diantaranya VIS,Mecphiso Grafika, Surabaya.
perbedaan waktu panen, iklim, tanah dan
perbedaan tempat tumbuh. 11. Rangana, S. 1997. Manual Of Analysis
of fruit and Vegetable Product. Tata
IV. KESIMPULAN Mc Graw Hill publishing Company,
Dari hasil penelitian yang telah New delhi.
dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Buah bengkuang (Pachyrhizus erosus) 12. Sudjadi. 1988. Analisis Obat dan
mengandung vitamin C Makanan. Yayasan Farmasi Indonesia.
2. Kadar vitamin C dari buah bengkuang Jakarta
(Pachyrhizus erosus) adalah
91,76mg/100 gr. 13. Tjay, T.H. dan Raharja Kirana., 2002.
Obat - Obat Penting, Penerbit PT. Elex
DAFTAR PUSTAKA Media Komputindo, Jakarta.
1. Almatsier Sunita. 2003. Prinsip-Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka
14. Warisno. 2007. Budi Daya Bengkoang.
Utama, Jakarta
Penerbit CV, Sinar Cemerlang Abadi.
Jakarta
2. Arianto. 2010. artikel pengertian dan
manfaat bengkuang. (online),

Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol 2 No. 1 75

Anda mungkin juga menyukai