Anda di halaman 1dari 15

TEMPAT PENGELOLAAN AKHIR SAMPAH TPA BASIRIH

Gambaran Umum TPA Basirih

Perencanaan pembangunan TPA Basirih dimaksudkan dapat mengakomodir


pengelolaan persampahan Kota Banjarmasin dimulai pada tahun 1997 melalui bantuan
Bank Dunia dan pada tanggal 24 Pebruari 2000 TPA Basirih mulai beroperasi sebagai
tempat pembuangan dan pemrosesan akhir sampah, dengan desain awal sistem
pengelolaan yang diterapkan adalah Controlled Landfill tetapi eksisting Open
Dumping.

Secara administratif TPA Basirih terletak di Jalan Gubernur Soebardjo, Kelurahan


Basirih Selatan, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Provinsi
Kalimantan Selatan. Kondisi lingkungan TPA barupa dataran rawa, berair tanah tinggi,
terpengaruh pasang surut dan ditutupi tanah humus. Lahan lokasi kegiatan merupakan
milik Pemerintah Kota Banjarmasin, dari luas TPA Basirih 39,5 Ha, luas area
penimbunan sampah efektif 19,5 Ha dan dapat menampung sampah 2.340.000 meter
kubik atau hingga tahun 2016, namum kondisi saat ini masih tersisa lahan sekitar 4,5
Ha yang belum terisi sampah dan 4,98 Ha lahan yang mengalami penyusutan sampah,
sehingga masih ada 9,48 Ha lahan yang dapat diisi sampah.

Kondisi dan Fasilitas

1. Jalan akses ke zona sampah

Jalan masuk ke TPA dari Jl. Gubernur Soebardjo merupakan jalan cor beton bertulang
sepanjang sekitar 1,2 Km. jalan tersebut sangat vital bagi armada pengangkut sampah
dalam melaksanakan proses pengangkutan sampah hingga ke zona penimbunan sampah
yang telah ditentukan.
2. Pagar

Pagar yang dibangun merupakan pembatas antara lahan masyarakat dengan TPA dan
dibangun mulai gerbang masuk TPA berupa pagar beton, panjang pagar yang telah
dibangun sekitar 1 km, sedangkan disepanjang tanggul dan Instalasi Pengolahan Lindi
dipagari dengan tanaman sawit.
3. Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau yang ada berupa taman dan areal penyangga, terletak mulai jalan
masuk ke TPA dan sekitar kantor dengan luas sekitar 2,15 Ha. Ruang terbuka hijau
tersebut di isi dengan berbagai jenis pepohonan dan bunga-bungaan, seperti jambon,
ketapang, kelapa sawit, angsana, trembesi, tumbuhan liar seperti semak belukar dan
pohon sagu, bahkan di area penyangga, karyawan TPA memanfaatkan untuk menanam
buah-buahan seperti pepaya dan pisang serta tanaman holtikultura lainnya. untuk taman
sekitar jalan masuk ke TPA tahun 2014 dibangun dengan luas 444,85 meter persegi dan
tahun 2015 dengan luas 522,48 meter persegi, sehingga total luas taman 967,33 meter
persegi, sedangkan kebun bibit dibangun tahun 2015 dengan luas 1.200 meter persegi
4. Jembatan Timbang

Setiap kendaraan pengangkut sampah yang masuk ke TPA Basirih diwajibkan untuk
menimbang sampahnya di jembatan timbang. hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
jumlah sampah yang masuk perhari, asal sampah, kendaraan pengangkut dan jumlah
kendaraan pengangkut sampah. Dari data sampah yang masuk perhari dapat diketahui
ternyata terjadi peningkatan jumlah sampah setiap tahunnya, berdasarkan hal tersebut
Dinas Kebersihan dan Pertamanan dapat mengambil langkah-langkah atau perencanaan
dalam pengelolaan persampahan di perkotaan itu sendiri maupun di TPA, karena
peningkatan jumlah sampah secara langsung akan mempengaruhi umur pakai TPA.
5. Zona Sampah, Saluran Lindi, Siring dan Tunggul

Zona sampah merupakan areal/lahan dengan luasan tertentu tempat dimana sampah
ditumpuk/ditimbun dengan dibatasi oleh saluran lindi, siring dan tanggul. zona sampah
terdiri dari 16 zona dengan luasan efektif 19,5 Ha. luas areal yang telah tertutupi sampah
hingga saat ini (Nopember 2016) mencapai 15,5 Ha dengan ketinggian bukit sampah
antara 4-8
sedangkan tanggul dan siring berfungsi untuk mengisolir zona sampah dengan
lingkungan sekitar yang merupakan lahan masyarakat serta menampung dan
mengontrol air lindi dalam saluran lindi yang selanjutnya diolah dan di instalasi
pengolahan lindi/IPL. Letak atau posisi tanggul, siring dan saluran lindi adalah
berdampingan, panjang tanggul 2,5 km dan lebar 10 m, seiring waktu tanggul
mengalami penurunan, sehingga pada waktu tertentu perlu dilaksanakan pengurukan
tanah untuk mencegah limpasan lindi.
pengurukan tanah dengan tanah merah dilaksanakan antara 2-4 kali setahun untuk
menutupi zona sampah yang sudah tidak aktfi lagi, pengurukan tersebut dimaksudkan
untuk mengurangi bau, lalat, tikus, resapan air hujan menjadi air lindi dan
meningkatkan estetika/keindahan.

Instalasi pengolahan lindi/IPL dibangun dan beroperasi bersamaan dengan TPA


Basirih, pada IPL terdapat sumur pengumpul dan pompa lindi, kolam Anaerob, kolam
fakultatif dan kolam wetland, namun pada tahun 2015 telah dibangun kolam ekualisasi
dari renovasi kolam tinja yang tidak berfungsi. pada IPL ini air lindi diolah untuk
menurunkan atau memperbaiki baku mutu sesuai persyaratan dalam pergub nomor 5
tahun 2007, sehingga dapat dibuang ke badan sungai/perairan umum, sedangkan
pemantauan air lindi tersebut dilaksanakan setiap 3 bualn sekali.
6. Alat Berat

Jumlah alat berat di TPA Basirih ada 6 unit, secara variasi alat berat sudah lengkap,
namun untuk komposisi belum lengkap, karena terdapat 4 unit excavator serta masing-
masing 1 unit buldozer dan loader.

Keseluruhan alat berat dalam keadaan baik dan operasional sehingga sangat
mendukung dalam kegiatan pengelolaan sampah seperti menempatkan pada zona
sampah yang telah ditentukan serta memadatkan sampahnya.

Anda mungkin juga menyukai