Anda di halaman 1dari 8

Nama : Siti Ambarwati Rukmana

NIM : 3201701024

1. Judul “Dampak Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Terhadap Kualitas Air Di Desa Parit
Baru, Kecamatan Salatiga, Kabupaten Sambas“

2. Latar belakang,tujuan, serta kesimpulan dari tugas makalah saya adalah:


a. Latar belakang
Kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya tidak terlepas dengan adanya
sampah, karena sampah merupakan hasil efek samping dari adanya aktivitas manusia,
hasil-hasil dari organisme ataupun hasil proses alahiah. Seiring berkembangnya
waktu, populasi manusia semakin bertambah dan perkembangan teknolog semakin
canggih sehigga banyak menghasilkan sampah dalam berbagai macam jenis. Seperti
sampah rumah tangga maupun sampah limbah pabrik yang mengandung zat-zat
kimia berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitar. Jika sampah-
sampah tersebut tidak dikelola dengan baik, sampah tersebut dapat mencemari
lingkungan, menggangu dan merusak ekosistem, dan akan menimbulkan bau yang
tidak sedap. Oleh karena itu dibangun Tempat Penampungan Sementara (TPS),
Tempat pengolahan sampah, dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah tempat untuk memproses dan
mengembalikan sampah kemedia lingkungan secara aman bagi manusia dan
lingkungan dalam peraturan mentri dalam negri nomor 33 tahun 2010 tentang
pedoman pengelolaan sampah. Sampah yang ada di Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) berasal dari Tempat Penampungan Sementara (TPS). Sampah dari TPS Sesuai
dengan definisi TPS (Tempat Penampungan Sementara) dalam Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2008 dan peraturan pelaksananya, tidak serta merta diangkut ke
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Sampah yang sudah terpilah di TPS diangkut lebih
dahulu ke tempat pendauran ulang, pengolahan, atau tempat pengolahan sampah
terpadu. Namun, banyak daerah yang belum memiliki pempat pengolahan sampah.
Sehingga sampah hanya ditumpuk di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) hingga
volume sampah memenuhi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Pertumbuhan jumlah penduduk sangat mempengaruhi volume sampah yang ada.
Semakin tinggi jumlah penduduk, volume sampah akan terus meningkat terlebih pada
daerah perkotaan. Tidak tersedianya tempat pengolahan sampah akan mempercepat
penumpukan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Jika volume sampah sudah
melebihi kapasitas penampungan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), maka dapat
membuka lokasi baru untuk dijadikan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Untuk membuka lokasi baru Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), sangat
dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk akan
mengurangi ketersediaan lahan dikarenakan lahan yang ada akan digunakan sebagai
permukiman penduduk. Selain keterbatasan lahan pembukaan lokasi baru Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) tentulah harus membayar dengan harga yang tinggi dan
menghadapi masyarakat di sekitar lokasi tersebut yang belum tentu bisa menerima
rencana pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Salatiga terletak di Desa Parit Baru,Kecamatan


Salatiga, Kabupaten Sambas yang menampung sampah dari Kecamatan Salatiga,
Kecamatan Pemangkat, Kecamatan Semparuk, dan Kecamatan Selakau. Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Salatiga memiliki timbunan sampah terbanyak kedua di
Kabupaten Sambas setelah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sorat yaitu sebanyak
222,45 m³/hari. Banyaknya volume sampah perhari di Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) dapat mempengaruhi kualitas air tanah di sekitar Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Salatiga. Terlebih jumlah penduduk yang semakin meningkat dapat
meningkatkan volume sampah perhari di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Salatiga.

Peningkatan jumlah penduduk dengan segala aktivitasnya akan diikuti dengan


meningkatnya kebutuhan air bersih. Ketersediaan air bersih merupakan permasalahan
klasik yang dihadapi masyarakat baik dari segi kuantitas maupun kualitas air bersih. Air
merupakan salah satu sumber energi yang sangat penting di dunia sebagai sarana untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Standar kebutuhan pokok air bersih yang
ditetapkan pemerintah dalam peraturan menteri Dalam Negeri No. 23 tahun 2006
tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan
Daerah Air Minum adalah 60 liter/orang/hari. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa manusia memiliki ketergantungan hidup terhadap air terutama air
bersih. Air bersih tidak bisa dipisahkan dengankehidupan karena tanpa air bersih
manusiasulit memperoleh sumber air minum. Salahsatu sumber air bersih yang banyak
digunakan oleh masyarakat di Indonesia adalah air tanah dari sumur gali. Selain air
tanah dari sumur gali, masyarakat juga dapat memanfaatkan air hujan sebagai sumber
air bersih. 1
Desa Parit Baru merupakan salah satu desa di Kecamatan Salatiga Kabupaten
Sambas dengan jumlah penduduk 4.790 jiwa yang menggunakan sumber air bersih dari
air sumur gali, namun masyarakat disana juga masih mengandalkan sumber air hujan
(PAH) hal ini terlihat disetiap rumah penduduk memiliki penampungan air hujan
didepan rumah dalam bentuk bak penampungan yang digunakan sebagai sumber air
bersih dan air minum.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menelitinya lebih mendalam dan
membahasnya dalam bentuk laporan dengan judul:

“DAMPAK TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) TERHADAP KUALITAS AIR


DI DESA PARIT BARU, KECAMATAN SALATIGA, KABUPATEN SAMBAS“

b. Tujuan
Tujuan dari penulisan Laporan Dampak Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Terhadap Kualitas Air Di Desa Parit Baru, Kecamatan Salatiga, Kabupaten Sambas
adalah:

1) Dapat mengetahui dampak adanya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) terhadap


kualitas air di Desa Parit Baru, Kecamatan Salatiga, Kabupaten Sambas.
2) Dapat mengetahui kelayakan air tanah di Desa Parit Baru khususnya di kawasan
sekitar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Salatiga yang digunakan oleh penduduk
sebagai sumber air bersih.
c. Kesimpulan
Kesimpulan dari Dampak Tempat Pemrosesan Akhir (Tpa) Terhadap Kualitas Air
Di Desa Parit Baru, Kecamatan Salatiga, Kabupaten Sambas adalah:
1) Sampel 1 adalah sampel air yang diambil ±2 m dari Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Salatiga, lokasi berupa saluran air yang digunakan untuk pengaliran air di
sekitar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan digunakan untuk pengaliran air
menuju sawah. Kondisi saluran air di lokasi sudah dipenuhi sampah. Setelah diteliti
sampel 1 memiliki bau yang sangat menyengat seperti bau bangkai dan air
comberan, berwarna coklat pekat dan memiliki pH 8 (basa).

1
2) Sampel 2 adalah sampel air yang diambil ±100 m dari tumpukan sampah Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Salatiga, lokasi berupa aliran sungai. Aliran sungai
mengalir kearah permukiman penduduk di Desa Parit Baru Kecamatan Salatiga. Air
dari sungai masih digunakan sebagian warga untuk kebutuhan sehari-hari seperti
mencuci piring, mandi, toilet, dll. Setelah diteliti sampel 2 memiliki bau yang sangat
menyengat seperti bau bangkai dan air comberan, berwarna kuning kecoklatan keruh
dan memiliki pH 8 (basa).
3) Sampel 3 adalah sampel air yang diambil ±300 m dari Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Salatiga, lokasi berupa perumahan penduduk yang memiliki sumur. Sumur
milik warga tidak dilapisi batu pecah maupun beton. Setelah diteliti sampel 3
memiliki bau yang busuk seperti sampah dan lumpur dan berwarna kuning agak
bening dan memiliki pH 6 (asam).
4) Ketiga sampel yang telah diteliti tidak memenuhi syarat air bersih warna dan bau
(Syarat air bersih tidak berwarna dan tidak berbau). Untuk sampel 1 dan sampel 2
memenuhi syarat dari pH dengan pH 8 (Syarat pH 6,5-8,5).
5) Dari hasil penelitian dapat diketahui air di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Salatiga tidak dapat digunakan sebagai sumber air bersih yang dapat digunakan
warga Desa Parit Baru Kecamatan Salatiga untuk kebutuhan sehari-hari.
6) Air tercemar dikarenakan tumpukan sampah dari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Salatiga dan adanya toilet dipinggir sungai (jamban). Selain pencemaran air, udara
di sekitar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Salatiga juga tercemar dikarenakan
adanya pembakaran terbuka yang dilakukan untuk memproses sampah yang belum
diproses.

3. Adapun literatur yang saya gunakan pada tugas Rekayasa Lingkungan adalah:
a. Buku
Abdillah, Pius, Danu Prasetya, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Arloka,
Surabaya.
Babadu, J.S dan Zain, 2001, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar
Harapan Jakarta.
Bambang Wintoko, Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah (Keuntungan
Ganda Lingkungan Bersih dan Kemapanan Finansial), Pustaka Baru Press,
Yogyakarta.
Campbell, 2002, Biologi Edisi Kelima-jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Cecep Dani Sucipto, 2009, Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah,
Goysen Publishing, Jakarta.
Effendi, Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air, PT Kanisius, Yogyakarta.
Fauziah , Meta, 2014, Sehat Dengan Air Putih, Stomata, Surabaya.
G. Theisen Tchobanoglous, S.A. Vigil, Integrated Solid Waste Mangement
Engineering Principles and Mangement Issues.
Gottschalk, Louis,2000, Mengerti Sejarah, Yayasan Penerbit Universitas
Indonesia, Depok.
Hanafiah, A.K, 2012, Dasar-dasar Ilmu Tanah, RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Hugiono, Poerwantana,2000, Pengantar Ilmu Sejarah, PT Bina Aksara,
Jakarta.
Indarto, 2010, Hidrologi, Bumi Aksara, Jember.
Juli Soemirat Slamet, 2009, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
M. Gelbert, dkk, 1996, Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dan “Wall
Chart”. Buku Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup, PPPGT/VEDC, Malang.
S. Hadiwiyoto,1983, Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, Yayasan Idayu,
Jakarta.
Sukanda Husin, 2009, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Jakarta,
Sinar Grafika, Jakarta.
Suriawiria, Unus, 2008, Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan
Buangan Secara Biologis, Alumni, Bandung.
Sutrisno, Totok, 1987, Teknologi Penyediaan Air Bersih, PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Wahy ono, E. H. dan Sudarno.N, 2012, Pengelolaan Sampah Plastik: Aneka
Kerajinan dari Sampah Plastik, Yapeka, Bogor.
b. Jurnal
E. Damanhuri dan Tri Padmi,1999, Probleme de Dechets Urban en Indonesie,
TFE ENTPE (Perancis), E. Damanhuri (Editor): Teknik Pengelolaan Persampahan –
Modul A dan Modul B, Disiapkan untuk PT. Freeport Indonesia, Teknik Lingkungan
ITB, Bandung.
Novia Harum Solikhah, 2000, Dampak Keberadaan Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo,
Kecamatan Payungan, Kabupaten Bantul, FIS Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta.
Zairinayati, Nur Afni Maftukhah, 2019, Efektivitas Pengolahan Air Bersih
Menggunakan Tray Aerator Dalam Menurunkan Konsentrasi Fe, Mn, Ph Pada Air
Sumur Gali, Jurnal, STIK Muhammadiyah Palembang, Palembang.
c. Internet
https://media.tdbangarna.com/contoh-sampah-organik-basah-yang-
bisaditemukan-di-lingkungan-sekitarmu/ diakses pada 27 Mei 2020
https://badungkab.go.id/instansi/dislhk/baca-artikel/152/Limbah-RumahTangga.html
diakses pada 27 Mei 2020
https://www.happyfresh.id/blog/hidup-hemat/sampah-organik-adalah/amp/
diakses pada 27 Mei 2020
http://www.ebiologi.net/2017/01/contoh-limbah-cair-gambar.html?m=1 diakses
pada 27 Mei 2020 http://cateringdepokaqiqah.blogspot.com/2018/12/contoh-
sampah-organikdan-pemanfaatannya.html?m=1 diakses pada 27 Mei 2020
https://mello.id/sampah-anorganik/ diakses pada 27 Mei 2020
http://ibumitala.blogspot.com/2017/09/bahaya-fly-ash-si-abuterbang.html?m=1
diakses pada 27 Mei 2020 https://bincangsyariah.com/kalam/bangkai-hewan/
diakses pada 27 Mei 2020 https://www.mobil88.astra.co.id/mobil88/in/blog/tak-
banyak-yang-tahumobil-korban-tabrakan-berkumpul-di-kuburan-ini diakses pada 27
Mei 2020 https://www.mobil88.astra.co.id/mobil88/in/blog/tak-banyak-yang-
tahumobil-korban-tabrakan-berkumpul-di-kuburan-ini diakses pada 27 Mei 2020
d. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010

4. Kata kunci abstrak dari tugas Rekayasa Lingkungan saya adalah Air Bersih, Pencemaran,
Sampel, Tempat Pemrosesan Akhir.

Manfaat bagi masyarakat setempat adalah:


a. Dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang kondisi lingkungan
disekitar.
b. Dapat meningkatkan kesadaran tentang pengolahan sampah agar sumber air bersih
selalu terjaga.
5. Diketahui:
 Gedung Hotel (200 liter/orang/hari)
 Dihuni oleh 24 orang
 Banyaknya lumpur 28 liter/orang/tahun
 Rerata penurunan air 1” dalam waktu 3 menit (perkolasi)
 Lumpur dikuras 3 tahun sekali
 Waktu desensi 18 jam
 Kedalaman bidang resapan 50 cm

Ditanya:merencanakan tangki septik dan bidang resapan

Jawab:

Tangki septik

- Volume cairan = 24 orang x 200 liter/orang/hari x 1 hari


= 4800 liter = 4,8 m3
- Volume lumpur = 24 orang x 28 liter/orang/tahun x 3 tahun
= 672 liter = 0,672 m 3

- Volume cairan + volume lumpur = 4,8 + 0,672 = 5,472 m3

- Ambil kedalaman cairan + lumpur = 1 m

- Luas tangki septik = 5,472 m3 / 1 m = 5,472 m2

- P :l=2:1 p=2l

- A = p x l = 2 l x l = 2 l2

- 2 l2 = 5,472 m2

- l = 2,339 m ≈ 2,34 m

- P = 2 l = 2 x 2,34 m = 4,68 m

- Ambil tinggi ruang gas = 0,2 m


- Kedalaman total = 1 m + 0,2 m = 1,2 m

Bidang resapan
I = 204/√3 = 117,78 liter/m 2 /hari
Ambil D = 0,5 m
NQ/2DI = (24 orang x 200 liter/ orang/hari)/(2 x 0,5m x 117,78 liter/m 2 /hari )= 40,75 m

6. Limbah dari toilet menuju ke septiktank, selanjutnya akan menuju ke resapan dan di
saring dengan batu kali (dapat juga dengan arang maupun ijuk), cairan yang telah
terpisah dari limbah manusia dapat menuju ke saluran drainase.

7. Fungsi septic tank adalah sebagai penampungan air limbah & proses penghancuran
kotoran – kotoran yang masuk, air limbah ini akan mengalir ke rembesan/ sumur
peresapan yang jaraknya tidak jauh dari septictank, begitu juga penempatan septic tank
tidak terlalu jauh dari WC (water closet).

Fungsi bidang resapan adalah untuk membuang air limbah yang keluar dari sistem on-
site atau pengolahan off-site (terpusat).

Anda mungkin juga menyukai