Anda di halaman 1dari 16

Bagian Ilmu Bedah Kasus Besar

Fakultas Kedokteran November 2018


Universitas Halu Oleo

KARUNCULA URETHRA

OLEH:

Saras Eka Mardhanti Sabir

K1A1 09 028

PEMBIMBING:

dr. Muh. Jabir, Sp.U

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU UROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018

1
BAB I
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Usia : 28 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : andonohu
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 15 – 10 – 2018
No. RM : 08.23.69

B. Anamnesis
Keluhan utama: Sulit buang air kecil dan ada benjolan di daerah kemaluan
Anamnesis terpimpin:
Pasien baru masuk dengan keluhan sulit buang air kecil sejak 6 hari yang
lalu, dan ada benjolan pada kemaluan yang menonjol dari arah dalam keluar.
Riwayat Penyakit Dahulu
(-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti pasien.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaraan : Composmentis
Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekueni nadi : 80 kali/menit
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,6ºC

2
1. STATUS GENERALIS
Kepala : Normochepal, Deformitas (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : Bibir pucat (-), stomatitis (-), caries (-).
Telinga : Otore (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-),
Leher : KGB tidak membesar
Paru : Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Ekstremitas superior : Edema -/-
Ekstremitas inferior : Edema -/-
Abdomen :
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Palpasi : Turgor baik, defans muscular (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : peristaltik (+) dalam batas normal
2. STATUS UROLOGI
– Regio costovertebra :
 (I) Warna kulit sama dengan sekitarnya, tanda radang tidak
ada, hematom tidak ada, tidak tampak massa tumor
– Regio suprapubik :
 (I) Kesan datar, warna kulit sama dengan sekitar, tidak tampak massa
tumor, hematom tidak ada, edema tidak ada
– Genitalia eksterna :
 (I) vulva nampak bersih, edema (-), kemerahan (-), nampak massa bulat
kemerahan yang menonjol di orificium uretra eksterna
 (P) pada posisi litothomi dilakukan vaginal toucher : didapatkan massa
yang menonjol keluar kembali setelah didorong ke arah dorsal

3
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin (15/10/2018)

Parameter Hasil Nilai Rujukan


Leukosit 6,1 [10^3/ul] 4.00-10.0
Eritrosit 3.88 [10^6/ul] 4.00-6.00
Hemoglobin 10.2 [g/dl] 12.0-16.0
Trombosit 370 [10^3/ul] 150-400

Parameter Hasil Nilai Rujukan


MCV 84 Fl 83,9-99,1
MCH 26,3 Pg 27-31
MCHC 31,3 g/dl 32-35,5

Parameter Hasil Nilai Rujukan


Granulosit 63,4 % 40-70
Limfosit 30,3 % 20-50
Monosit 6,3 % 1-15

E. Resume
Pasien perempuan, 28 tahun, dengan keluhan sulit buang air kecil sejak 6
hari yang lalu, dan ada benjolan pada daerah kemaluan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum sakit sedang,
pemeriksaan tanda vital: TD 120/80 mmHg, N 80 kali/menit, P 20 kali/menit,
S 36,6ºC. Pemeriksaan status urologi regio genitalia eksterna nampak massa
bulat kemerahan yang menonjol di orificium uretra eksterna. Pada posisi
lithotomi dilakukan vaginal toucher didapatkan massa yang menonjol keluar
kembali setelah di dorong ke arah dorsal.

F. Diagnosis Kerja
Karuncula uretra
G.Terapi
IVFD RL 20 tpm
Ranitidin 1 amp/12 jam/iv
Ketorolac 1 amp/8 jam/iv

4
Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv

H.Operasi
Diagnosis pre operasi : tumor jinak pada uretra
Diagnosis post operasi : karuncula uretra
Nama/macam operasi : eksisi
Jam operasi :21.30 Wita

I. Foto operasi

Gambar 3. Foto pasien sebelum operasi

Gambar 4. Foto uretra

5
J. Follow up

Tanggal Perjalanan penyakit Planning


15/10/2018 S: susah BAK P:
O: - TD: 120/80 mmHg - Darah rutin
- HR: 80x/min - IVFD RL 20 tpm
- RR: 20x/min - Ranitidin 1 amp/12 jam/iv
- Suhu: 36.6°C - Ketorolac 1 amp/8 jam/iv
A : PH1 + tumor jinak uretra - Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
- Konsul bedah urologi
16/10/2018 S: susah BAK P: renc. Op. eksisi
O: - TD: 110/70 mmHg - IVFD RL 20 tpm
- HR: 80x/min - Ranitidin 1 amp/12 jam/iv
- RR: 20x/min - Ketorolac 1 amp/8 jam/iv
- Suhu: 36.1°C - Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
A : PH2 + tumor jinak uretra
17/10/2018 S: nyeri bekas operasi (+) P:
O: - TD: 100/60 mmHg - IVFD RL 20 tpm
- HR: 80x/min - Ranitidin 1 amp/12 jam/iv
- RR: 20x/min - Ketorolac 1 amp/8 jam/iv
- Suhu: 36.0°C - Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
Genitalia eksterna : nyeri (+) - Terpasang kateter
A: PH3 + POH1 Karuncula uretra

6
18/10/2018 S: nyeri bekas operasi berkurang (+) P:
O: - TD: 110/70 mmHg - IVFD RL 20 tpm
- HR: 80x/min - Ranitidin 1 amp/12 jam/iv
- RR: 20x/min - Ketorolac 1 amp/8 jam/iv
- Suhu: 36.2°C - Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
A : PH4 + POH2 Karuncula uretra - Aff kateter

19/10/2018 S : baik P:
O : - TD : 120/80mmHg Aff infus
- HR : 76x/min. Boleh rawat jalan
- RR : 20x/min
- Suhu : 36,5
A : PH5 + POH3 Karuncula Uretra

BAB II

7
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Tumor adalah terbentuknya neoplasma yang di sebabkan oleh pertumbuhan


atau regnerasi sel tubuh yang tidak wajar. Tumor adalah sekumpulan sel yang
membelah diri dengan sangat cepat sehingga tumbuh dan jumlahnya menjadi
semakin banyak dan tidak terkendali. Untuk beberapa jenis tumor tertentu,
kumpulan sel yang tumbuh dengan sangat cepat ini terlihat sebagai benjolan jika
sudah mencapai tahap yang cukup lanjut. Namun demikian, tidak semua kanker
harus terlihat sebagai benjolan apalagi pada stadium awal. Dalam keadaan normal,
pembelahan sel selalu terkendali. Di dalam tubuh kita terdapat sistem yang
mengatur kapan sel membelah dan seberapa cepat sel - sel tersebut harus
memperbanyak diri. Jika sistem pengaturan ini terganggu maka sel - sel akan
membelah secara tidak terkendali sehingga menyebabkan timbulnya tumor.
Sebenarnya perbanyakan jumlah sel ini dilakukan tubuh untuk menggantikan sel -
sel yang secara rutin mengalami kematian serta untuk menambah jumlah sel tubuh
pada masa pertumbuhan. Sel akan mati jika sudah mencapai masa tertentu.
Tumor sendiri dibedakan menjadi dua yaitu :
Tumor jinak
Tumor disebut jinak jika kecepatan pembelahan sel - selnya tidak terlalu
tinggi dan sel - sel hasil pembelahan yang cepat tersebut masih menunjukkan
keabnormalan yang relatif rendah. Tumor jinak biasanya terbungkus oleh
semacam selaput yang membuat jaringan. Kumpulan sel - sel tumor ini terpisah
dengan jaringan yang normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian
tubuh yang lain. Itulah mengapa tumor jinak relatif lebih mudah diangkat melalui
metode operasi pembedahan. Tumor jinak juga biasanya tidak membahayakan
kesehatan penderitanya.
Tumor ganas
tumor ganas, kecepatan pembelahan selnya sangat tinggi dan sel - selnya
menunjukkan keabnormalan yang relatif besar. Tumor ganas juga tidak
terbungkus oleh selaput seperti halnya tumor jinak sehingga akan menyulitkan
untuk mengangkat sel tumor ganas sampai bersih melalui metode pembedahan

8
sehingga biasanya pengobatan atas tumor ganas ini dilakukan dengan
menggunakna metode penyinaran atau kemoterapi. Tumor ganas ini biasa disebut
dengan kanker. Tumor ganas juga bisa menyerang dan merusak jaringan di
sekitarnya. Sel - sel tumor bisa masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke
bagian - bagian tubuh yang lainnya. Proses penyebaran sel tumor ganas ini disebut
sebagai metastasis.
Tumor pada alat reproduksi wanita dijumpai pada semua umur (18 – 80
tahun) dengan rata-rata puncaknya pada usia 50 tahun. Kejadian paling sering
pada kelompok umur 30 – 40 tahun.

B. Anatomi dan Fisiologi

Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ
genitalia interna. Organ genitalia eksterna adalah bagian untuk sanggama,
sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan
sel telur, transportasi blastokis, implantasi, dan tumbuh kembang janin.

Organ Genitalia Eksterna

9
 Vulva atau pudenda

Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari
pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora,
klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan
struktur vascular.

Mons veneris(monspubis)

Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada
perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan
umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke
bawah sampai sekitar anus dan paha.

Labia mayora

Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, onjong
mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di
mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan
membentuk kommisura posterior.Labia mayora analog dengan skrotum pada pria.

Labia minora (nymphae)

Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam
bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris membentuk
preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk frenulum klitoridis.
Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare.
Kulit yang meliputi labia minora mengandung banyak glandula sebasea dan juga
ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensistif.

Klitoris

10
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis
dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang
menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang
dapat mengembang, penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitif.

Vestibulum

Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke


belakang dan dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil
dan di belakang oleh perineum (fourchette).

Introitus Vagina

Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.


Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara.

 Perineum

Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan
yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma
urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis
posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak
eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber isiadika dan
simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi muskulus transverses perinea
profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal yang
menutupinya.

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses


penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin
(air kemih) (Speakman, 2008). Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua
ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal
ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria tempat urin

11
dikumpulkan, dan d) satu uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria (Panahi,
2010) .

C. Epidemiologi

Urethral caruncles sering terjadi pada wanita postmenopause diduga


berhubungan dengan kadar estrogen yang menurun, jarang terjadi pada wanita
premenopause atau perimenopause.

D. Patofisiologi

Tahap awal perkembangan karunkula uretra mirip seperti prolaps distal uretra
yang disebabkan oleh atrofi urogenital karena kekurangan hormon estrogen.
Adanya iritasi kronis saat mukosa uretra terbuka keluar, menyebabkan
pertumbuhan, perdarahan dan nekrosis dari lesi tersebut. Kasus melanoma uretra,
tuberculosis, intestinal ecttopia, dan leiomyoma uretra dilaporkan pernah muncul
dalam bentuk mirip karunkula uretra, walaupun hubungan antara kasus-kasus
tersebut dengan karunkula uretra jarang dilaporkan. Intraepithelial squamous cell
carcinoma timbul disertai caruncula uretra dilaporkan terjadi pada 2 pasien
Karunkula uretra dilaporkan jarang terjadi pada wanita premenopause tapi dapat
membesar selama kehamilan.

E. Gejala klinis

Karunkula urethra, ada 2 macam:

Karunkula urethra neoplasma , terdiri dari polip merah muda dengan tangkai
pada tepi dorsal muara urethtra, mikroskopik sebagai papiloma urethra yang
ditutup oleh epitel transisional yang tersusun sebagai lipatan dengan tipe yang
sering menyerupai pertumbuhan ganas. Tumor ini mempunyai kecendrungan
untuk kambuh lokal. Gangguan yang ditimbulkan antara lain adalah nyeri pada
saat waktu berjalan dan duduk, dispareunia, disuria, perdarahan, dan
pembengkakan.

12
Karunkula urethra granulomatosa, penonjolan ini terdiri dari jaringan
granulomatosa pada muara-muara urethra terutama bagian belakang yang meluas
ke samping juga, dengan demikian lubang muara urethra ini menonjol akan tetapi
tidak mempunyai tangkai, berwarna merah kusam dan tidak menimbukan nyeri
seperti pada karunkula urethra neoplasma.

Kebanyakan karunkula uretra asimptomatik dan secara tidak sengaja


ditemukan saat pemeriksaan pelvis. Namun, beberapa muncul dengan keluhan
nyeri dan dihubungkan dengan disuria. Gejala lain biasanya muncul perdarahan
atau yang paling sering pasien menyadari ada darah di pakaian Pada pemeriksaan,
karunkula sering muncul secara klinis sebagai lesi exophytic berwarna
pink/kemerahan di meatus uretra, pada beberapa kasus yang mengalami trombosis
berwarna ungu/hitam. Beberapa lesi karunkula menyerupai carcinoma uretra.
Penelitian pada 41 wanita dengan rerata usia 68tahun (28-87 tahun). Yang
memiliki gejala nyeri(37%), hematuria (27%), dan dysuria (20%), asymptomatic
(32%).

F. Diagnosis
1. Anamnesis
Biasanya pasien akan mengeluhkan atau mengalami nyeri waktu berjalan
dan duduk, dispareunia, disuria, perdarahan, pembengkakan.
2. Pemeriksaan Fisik
– Regio costovertebra :
 (I) Warna kulit sama dengan sekitarnya, tanda radang tidak
ada, hematom tidak ada, tidak tampak massa tumor
– Regio suprapubik :
 (I) Kesan datar, warna kulit sama dengan sekitar, tidak tampak massa
tumor, hematom tidak ada, edema tidak ada
– Genitalia eksterna :
 (I) vulva nampak bersih, edema (-), kemerahan (-), nampak massa bulat
kemerahan yang menonjol di orificium uretra eksterna

13
 (P) pada posisi litothomi dilakukan vaginal toucher : didapatkan massa
yang menonjol keluar kembali setelah didorong ke arah dorsal

Terdapat benjolan atau massa berbentuk bulat berwarna pink/kemerahan


pada meatus uretra eksterna.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan anemia akibat
perdarahan. Jika pasien dapat berkemih lakukan urinalisis. Bisa juga
dilakukan biopsi untuk mengetahui sel tumor tersebut apakah jinak atau
ganas.

G. Penatalaksanaan
Tatalaksana awal kegawatdaruratan bertujuan untuk menstabilkan
kondisi pasien dari keadaan syok karena perdarahan; dapat berupa resusitasi
cairan dan balut tekan pada lokasi perdarahan. Pemantauan harus dilakukan
pada hidrasi agresif. Selanjutnya, drainase urin harus segera dilakukan karena
ketidakmampuan berkemih. Dan lakukan tindakan pembedahan.

H. Komplikasi
Penyulit yang terjadi pada tumor jinak uretra atau vulva biasanya bisa
terjadi infeksi saluran kemih karena pasien susah untuk buang air kecil
sehingga pasien biasa menahan kencingnya. Resiko terjadi perdarahan apabila
pasien menggaruk benjolan tersebut.

14
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasaran anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada


kasus ini, didapatkan diagnosis akhir dari pasien ini adalah tumor jinak uretra
(karuncula uretra). Diagnosis karuncula uretra dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang lainnya. Pada
anamnesis di dapatkan perempuan, umur 28 tahun, dengan keluhan sulit buang air
kecil sejak 6 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum sakit sedang,
pemeriksaan tanda vital: TD 120/80 mmHg, N 80 kali/menit, P 20 kali/menit, S
36,6ºC.
Pemeriksaan status urologi didapatkan adanya massa atau benjolan bulat
menonjol pada genitalia externa. Adapun untuk penatalaksanaan pada karunkula
uretra bisa dilakukan tindakan pembedahan.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo, BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto;

2008

2. Sjamsuhidajat R, Jong WM. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC;

2005. p. 770-2

3. Rosentein DI, Alsikafi NF . Diagnosis and classification of urethral injuries.

In : McAninch JW, Resinck MI, editors. Urologic clinics of north america.

Philadelpia : Elseivers Sanders; 2006 . p. 74-83

4. Ramchandani P, Buckler PM. Imaging of genitourinary trauma. AJR.

2009;1921514-23.

5. Tanto, C, et all. Kapita selekta kedokteran Jilid I. Edisi IV. 2014. Hal 292-3

16

Anda mungkin juga menyukai