Anda di halaman 1dari 16

BAGIAN ILMU BEDAH NOVEMBER 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO

Ileostomy

Oleh :
Prabowo Saputra Yuwana, S.Ked
K1A1 15 105

Pembimbing :
dr.Irzal Djunaid, Sp. B

KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB I
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama :Ny. B
Umur : 74 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kel.Molawe
Tanggal masuk : Senin, 04/11/2019 (10.00 WITA)
No. Rekam Medik : 106 57 16

B. Anamnesis
Autoanamnesis pada hari Senin, 04 November 2019 pukul 10.15 WITA di Ruang
perawatan RSAD.Dr.R. Ismoyo kendari
Keluhan utama :Datang untuk memperbaiki Ileostomy
Anamnesis terpimpin
Pasien datang dengan post ileostomy ±3bulan yang lalu, dan berencana untuk memperbaiki
ileostomy. 3bulan yang lalu pasien dilakukan ileostomy dengan keluhan sebelumnya yaitu
perut terasa kembung dan sulit BAB, 2 minggu sebelum operasi ileostomy, pasien
menjalani operasi apendektomi. Keluhan lain yang dirasakan : mual (-), muntah (-), sesak
(-), pusing (-) .BAB dan BAK dalam batas normal. Riwayat alergi obat : (-)
Riwayat penyakit terdahulu : HT(-), DM(-), penyakit jantung(-), stroke(-).
Riwayat konsumsi alkohol dan obat-obatan : Tidak ada.
Riwayat pengobatan sebelumnya : Tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik (25 Oktober 2019)
1. Status Generalis
Keadaan umum :Composmentis,sakit sedang, Gizi baik.
TTV :
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 78x/m
Pernapasan : 18x/m
Suhu : 36,5oc

2. Status Lokalis
1. Regio Abdomen
Inspeksi :
Cembung mengikuti gerak napas, distensi abdomen (-) terdapat kantong Ileostomy
pada regio right lower quandrant (RLQ)
Auskultasi :
Peristaltik kesan normal
Palpasi :
Nyeri tekan (-) , teraba massa (-), defans muscular (-)
Perkusi :
Nyeri ketuk (-), Tympani (+)
3. Foto Klinis

Gambar 1
Pemeriksaan Penunjang
 Darah Rutin
WBC : 4,4 x103/uL +
RBC : 3,82 x106/uL
HGB : 10,7 g/dL
HCT : 32,0%
MCV : 83,9 fL
MCH :28,0 pg
MCHC :33,4g/dL
PLT : 273 x103/uL
RDW-SD : 37,2 fL -
RDW-CV :14,1 %
PDW : 9,2 fL
MPV :8,8 fL
P-LCR :14,2 %
PCT :0.24%
Neut : 2,2 x103/uL +
Lymph : 1.9x103/uL
Mono :0,3 x103/uL +

 Kimia Darah
GDS : 90 mg/dL
D. Resume
Perempuan usia 74 tahun , datang dengan post ileostomy ±3bulan yang lalu, dan
berencana untuk memperbaiki ileostomy. 3 bulan yang lalu pasien dilakukan
ileostomy dengan keluhan sebelumnya yaitu perut terasa kembung dan sulit BAB, 2
minggu sebelum operasi ileostomy, pasien menjalani operasi apendektomi. Keluhan
lain yang dirasakan : mual (-), muntah (-), sesak (-), pusing (-) . BAB dan BAK dalam
batas normal. Riwayat alergi obat : (-) Riwayat penyakit terdahulu : HT(-), DM(-),
penyakit jantung(-), stroke(-). Keadaan umum :Composmentis,sakit sedang, Gizi
baik.Tekanan Darah : 140/90 mmHg, Nadi : 78x/m, Pernapasan : 18x/m, Suhu :
36,5oc. Regio Abdomen Inspeksi : Cembung mengikuti gerak napas, distensi abdomen
(-) terdapat kantong Ileostomy pada regio right lower quandrant (RLQ) Auskultasi :
Peristaltik kesan normal Palpasi : Nyeri tekan (-) , teraba massa (-), defans muscular
(-) Perkusi : Nyeri ketuk (-), Tympani (+)

E. Diagnosa Kerja
Post ileostomy + pro tutup Ileostomy(anastomosis ileocolica)
F. Rencana Terapi
a. Terapi Non Farmakologi
1. Edukasi
2. Konsul Bedah Plastik
b. Terapi Farmakologis
1. Resusitasi maintenence IVFD 24 tpm
2. Antiemetik
Injeksi ondansentron 1 ampul IV
3. Antibiotik
Injeksi ceftriaxon 1 ampul IV/12 jam

G. Foto Operasi

Gambar 1

Gambar 2

Diagnosis pre operasi : Post op ileostomy + pro tutup Ileostomy(anastomosis ileocolica)


Diagnosis post operasi :post op Anastomosis ileocolica side to side
Nama/Macam operasi :Laparatomi anastomosis ileocolica side to side

H. Follow Up
Tanggal Keadaan Klinis Penatalaksanaan
06/11/2019 Nyeri pada luka post POH1+ Post Anastomosis
operasi Ileocolica
IVFD RL 20 tpm
BP : 150/90 mmHg
Inj.metronidazole 500mg/8 jam/IV
HR : 88 x/m Inj. Ketorolak 1A/8jam/IV
Inj, as.traneksamat1A /8 jam IV
RR : 20 x/m
Inj. Fosmicin 1vial/12 jam IV
T : 36,00C Pantau draine pasien (+/- 50cc)
Pantau produksi urin(250cc)
Hitung balance cairan/24 jam
07/11/2019 Nyeri pada luka post POH2+ Post Anastomosis
operasi Ileocolica
IVFD RL 20 tpm
BP : 140/80 mmHg
Inj.metronidazole 500mg/8 jam/IV
HR : 78 x/m Inj. Ketorolak 1A/8jam/IV
Inj, as.traneksamat1A /8 jam IV
RR : 20 x/m
Inj. Fosmicin 1vial/12 jam IV
T : 36,8 0C Pantau draine pasien(+/- 20cc)
Pantau produksi urin(200cc)
Hitung balance cairan/24 jam
08/11/2019 Sedikit Pusing POH3+ Post Anastomosis
BP : 140/80 mmHg Ileocolica
IVFD RL 20 tpm
HR : 76 x/m
Inj.metronidazole 500mg/8 jam/IV
RR : 20x/m Inj. Ketorolak 1A/8jam/IV
Inj, as.traneksamat1A /8 jam IV
T : 36,5 0C
Inj. Fosmicin 1vial/12 jam IV
Pantau draine pasien(+/- 10cc)
Pantau produksi urin(150cc)
09/11/2019 - POH4+ Post Anastomosis
BP : 120/70 mmHg Ileocolica
IVFD RL 20 tpm
HR : 80 x/m
Inj.metronidazole 500mg/8 jam/IV
RR : 18x/m Inj. Ketorolak 1A/8jam/IV
Inj, as.traneksamat1A /8 jam IV
T : 36,7 0C
Inj. Fosmicin 1vial/12 jam IV
Pantau produksi urin
Miring kekiri dan kanan
Aff drain dan gv
10/11/2019 - POH5+ Post Anastomosis
BP : 120/80 mmHg Ileocolica
IVFD RL 20 tpm
HR : 88 x/m
Inj.Ceftriaxone 1gr/12 jam/IV
RR : 20x/m Inj. Ketorolak 1A/8jam/IV
Inj, as.traneksamat1A /8 jam IV
T : 36,6 0C
Inj. ondansentron 1A/12 jam IV
Pantau produksi urin

11/11/2019 - POH6+ Post Anastomosis


BP : 130/80 mmHg Ileocolica
IVFD RL 20 tpm
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ileostomy
1. Definisi
Ilesostomi berasal dari kata ileum dan stoma. Ileum merupakan bagian terbawah
dari usus halus. Stoma berarti membuka. (American Accreditation HealthCare
Commission. Ileostomy. Cited at : http :// www.nlm.nih.gov /medlineplus
/ency/article/007378.htm. On november 2019. ) Ileostomi adalah bedah pembuatan
lubang antara ileum dan dinding abdomen untuk tujuan diversi fekal. Ileostomi adalah
suatu lubang terbuka pada usus halus. Ileum bagian akhir dibawa melalui dinding perut
untuk membentuk stoma, sebagai bagian dari operasi ini, juga diikuti dengan kolektomi
sehingga usus normal dan fungsi rektum tidak lagi seperti biasanya, sisa makanan tidak
dapat keluar seperti biasa, maka dibuatlah lubang antara ileum dan dinding abdomen
untuk tujuan diversi fekal.
Tidak seperti anus, stoma tidak memiliki katup ataupun otot untuk menutup. Hal
ini berarti, seseorang dengan stoma tidak dapat mengontrol pengeluaran feses melalui
stoma. Selain itu, stoma juga tidak memiliki ujung saraf, sehingga tidak menjadi sumber
nyeri
Ileostomy dapat bersifat sementara atau permanen, jika ilesototomi hanya bersifat
sementara, hal ini berarti bahwa baik sebagian maupun seluruh colon diangkat, tetapi
rectum tidak diangkat. Jika ileostomi bersifat permanen, maka rektum, kolon, dan anus
akan diangkat. Dalam hal ini, pasien akan menggunakan kantung eksternal untuk
menampung fesesnya seumur hidup.
(Saputra, L.(2011). Case Files Ilmu Bedah. Tangerang: Karisma Publishing Group)
(Grace, P (2007). Et a glance Ilmu bedah ed 3. Jakarta: Penerbit Erlangga)
2. Indikasi Operasi
Ileostomi dilakukan jika penyakit maupun kelainan pada usus besar tidak dapat
diatasi melalui pengobatan. Alasan terbanyak untuk ileostomi adalah karena
Inflammatory Bowel Disease. Terdapat 2 tipe Inflammatory Bowel Disease, yaitu
Penyakit Crohn dan Kolitis Ulseratif. Penyakit Crohn memengaruhi ujung usus halus,
yaitu ileum. Selain itu, dapat pula memengaruhi usus besar dan bagian lain saluran
pencernaan. Kolitis ulseratif adalah keadaan inflamasi mukosa usus bagian dalam yang
menyebabkan rasa nyeri pada kolon dan rectum. Adapun penyakit-penyakit lain yang
memerlukan tindakan ileostomi, antara lain yaitu :
 Kanker kolon atau kanker rectal
 Penyakit congenital, yaitu Familial Polyposis, di mana terbentuk polip di
rectum
 Defek pada saluran cerna
 Penyakit Hirschprungikasi Ileostomi

3. Prosedur Operasi
Ileostomi dilakukan dengan menggunakan anestesi umum. Setelah pasien
teranestesi, operator akan membuat insisi sepanjang delapan inci pada garis tengah perut.
Insisi ini akan menembus kulit, otot, dan jaringan abdomen. Terdapat beberapa tipe
ileostomi, antara lain :
 Ileostomi tipe Brooke

Alasan Pemilihan Output : Manajemen :


tipe Brooke : Cairan atau pasta - Perawatan kulit dibutuhkan
 Kolitis Ulseratif yang mengandung - Gunakan kantung yang
 Penyakit Crohn enzim-enzim memiliki penutup sehingga
 Familial Polyposis pencernaan. mudah dikosongkan.

 Keganasan
Ileostomi tipe Brooke merupakan Ileostomi tipe kedua yang paling sering
digunakan. Pertama-tama akan dibuat insisi pada abdomen sebagai lokasi ileostomi,
kemudian operator akan menarik loop ileum melewati lokasi insisi. Setelah itu, ujung
ileum tersebut akan dilipat ke dalam dan dijahit ke permukaan kulit sekitarnya, dan akan
membentuk stoma yang berbentuk bulat, berwarna merah jambu, dan lembut seperti
mukosa buccal mulut. Stoma ini berdiameter kurang lebih 2 cm dan berlokasi di kuadran
kanan bawah perut pada permukaan kulit yang datar dan lembut. Pengeluaran feses tidak
dapat dikontrol, sehingga mengharuskan pasien untuk menggunakan kantung di perut
secara terus-menerus dan mengosongkannya secara berkala.
 Ileostomi tipe J-Pouch/Pelvic Pouch (Ileoanal Reservoir)

Alasan Pemilihan tipe J- Output : Manajemen :


Pouch/Pelvic Pouch: Terbentuk feses Pengeluaran feses secara
 Kolitis Ulseratif yang lembut natural akan terjadi, tapi
 Familial Polyposis dan lunak. perawatan kulit peri-anal
 Komplikasi keganasan tetap dibutuhkan.
Ileostomi tipe Ileoanal Reservoir merupakan jenis ileostomi yang paling sering
dilakukan. Pada ileostomi tipe ini akan dibuat kantong internal yang berasal dari ileum
dan rectum dan berlokasi di dalam pelvis. Kantong tersebut dihubungkan dengan anus,
dan kemudian feses akan melewati kantong tersebut dan akan disimpan di sana. Ketika
impuls untuk buang air besar muncul, maka feses dapat dikeluarkan melalui anus.
Spinchter ani harus tetap intak untuk mencegah feses meluap. Konsistensi feses pada
kantong tersebut bergantung pada jenis makanan, minuman, dan obat-obatan yang
dikonsumsi. Nama lain tipe ini antara lain J-pouch, W-pouch, atau S-pouch bergantung
pada prosedur operasinya.
 Ileostomi tipe Continent Ileostomy (Abdominal Pouch)

Alasan Pemilihan tipe Output : Manajemen :


Continent Ileostomy: Terbentuk sisa Cairan didrainase secara
 Kolitis Ulseratif yang cair atau berkala menggunakan kateter
 Familial Polyposis konsistensi kecil dan menggunakan
 Komplikasi keganasan seperti pasta penutup stoma
Ileostomi tipe Continent Ileostomy merupakan tipe ileostomi standar yang
berbeda. Pasien tidak perlu menggunakan kantung eksternal pada ileostomi tipe ini.
Prosedur tindakannya adalah dengan melipat ileum itu sendiri ke dalam sehingga
terbentuk reservoir atau katong di dalam abdomen. Beberapa kali sehari, pasien harus
menyambungkan kateter dengan stoma untuk mendrainase kotoran melalui reservoir.
4. Prosedur Pasca Operasi
Pasien harus tetap dirawat inap selama kurang lebih 3-7 hari. Kemudian, pada hari
yang sama setelah dioperasi, pasien tidak diperbolehkan untuk minum. Pada keesokan
harinya, pasien baru diperbolehkan untuk minum air dan secara perlahan-lahan jenis
minuman akan ditingkatkan konsistensinya untuk melatih pencernaan. 2 hari setelah
operasi, pasien diperbolehkan untuk makan.
5. Komplikasi Operasi

1. Kelainan Kulit yang Berat


Akan tampak area kulit yang mengalami kemerahan, bersisik, dan
lembab pada daerah tempat melekatnya kantung di sekitar stoma. Sangatlah
penting untuk langsung mengobati iritasi kulit pada fase-fase awal. Obat yang
sering di berikan adalah Miconazol cream.
2. Obstruksi
Terkadang, pada beberapa periode awal waktu tertentu, ileostomi akan
tidak berfungsi. Hal ini normal. Namun, apabila ileostomi tetap tidak
berfungsi 4-6 jam dan terdapat keram perut maupun mual, hal tersebut harus
segera ditangani. Beberapa hal yang dapat dilakukan jika terdapat obstruksi,
adalah :
 Perhatikan daerah stoma yang mengalami pembengkakan dan bukalah
kantung selama beberapa saat, hingga tidak lagi bengkak.
 Berendam di air hangat agar terjadi relaksasi otot-otot abdomen
 Ubah posisi tubuh
 Jangan mengonsumsi laksansia
3. Diare
Diare terjadi karena terlalu cepatnya pangan melewati usus halus,
sehingga cairan dan elektrolit belum sempat diabsorbsi. Adapun beberapa hal
lain yang dapat menyebabkan diare, adalah :
 Keracunan makanan
 Antibiotik dan obat-obatan lainnya
 Obstruksi parsial, yang kadang dapat menimbukan secret berbau tidak
sedap dan pengeluaran cairan yang banyak melalui stoma.
4. Ketidakseimbangan Elektrolit
Hal ini terjadi sebagai akibat dari dibuangnya usus
dalam jumlah yang besar, sehingga penyerapan mineral dan
elektrolit tidak maksimal dan menyebabkan kekurangan
komponen-komponen tersebut.
5. Phantom Rectum
Phantom Rectum ini sifatnya sama dengan Phantom
Limb pada pasien post amputasi. Adalah hal yang normal jika
seorang pasien tetap merasakan dorongan untuk buang air besar.
Hal ini dapat berlangsung hingga bertahun- tahun. Pada pasien
yang rektumnya tidak diangkat, pasien mungkin merasakan hal
ini dan juga akan mengeluarkan mucus saat mencoba buang air
besar ditoilet.
6. Short Bowel Syndrome
Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari diangkatnya
usus halus yang terlalu banyak. Semakin sedikit usus halus yang
tersisa, maka semakin encer pula feces pasien. Hal ini
menyebabkan penggantian kantung yang lebih sering karena
kelembapan kulit yang meningkat dan akan merusak barier
kulit.
BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, laki-laki usia36 tahun, datang dengan luka bakar pada
bagian tangan dan kaki yang dialami sejak 4 jam yang lalu akibat tersengat
listrik. Pasien mengeluh nyeri (+),BAB dan BAK dalam batas normal.Riwayat
pingsan (+) pasien pingsan sekitar 15 menit.
Primary Survey : Airway : clear; Breathing : 24 x/menit, spontan, simetris
kiri dan kanan; Circulation : BP : 140/90 mmHg, HR : 66 x/menit, regular;
Disability : GCS : 15, pupil bulat, isokor, diameter 2,5 mm/2,5 mm, refleks
cahaya langsung/tak langsung +/+; Exposure : suhu : 36,4oc (Aksila).
Pemeriksaan fisik didapatkan : Regio antebrachiidextra, Inspeksi :
combustio grade III3%, kontraktur (+), eritema (+),udem (+) dan Palpasi : nyeri
tekan (+); Regio antebrachii sinistra, Inspeksi : combustio grade IIB2%, eritema
(+), bulla (+) dan Palpasi : nyeri tekan (+); Regio femoralis sinistra, Inspeksi :
combustio grade IIB1%, eritema (+)dan Palpasi : nyeri tekan (+); Regio pedis
dekstra et sinistra, Inpeksi : Combustio grade IIB1%, bulla (+) dan Palpasi : nyeri
tekan (+).
Pada pemeriksaan penunjang tanggal 29/09/2019, pada pemeriksaan darah
rutin didapatkanWBC=27.15, Neut=24.43, Mono=1.63, dan pada kimia darah
SGOT=316 dan SGPT=57.
Terapi yang diberikan berupa nonfarmakologi yaitu edukasi dan perawatan
luka. Farmakologi yaitu IVFD RL, antibiotik, analgetik dan konsul bedah plastik
untuk dilakukan penanganan operatif berupa fasciotomi dan debridement. Untuk
prognosis pasien pasca operasi yaitu dubia ad malam.
Diagnosis deep dermal burn injury 7% ec. electric injury high voltage and
compartement syndrome extremitas superior dextrapada pasien ini ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan fisikpada pasien. Pada pemeriksaan fisik kasus ini
ditemukanpada Regio antebrachiidextra, Inspeksi : combustio grade III3%,
kontraktur (+), eritema (+), bulla (-), udem (+) dan Palpasi : nyeri tekan (+);
Regio antebrachii sinistra, Inspeksi : combustio grade IIB2%, eritema (+), bulla
(+) dan Palpasi : nyeri tekan (+); Regio femoralis sinistra, Inspeksi : combustio
grade IIB1%, eritema (+), bulla (-) dan Palpasi : nyeri tekan (+); Regio pedis
dekstra et sinistra, Inpeksi : Combustio grade IIB1%, udem (-), eritema (-), bulla
(+) dan Palpasi : nyeri tekan (+).
Berdasarkan kepustakaan, luka bakar derajat IIterdiri atas luka bakar
superficial dan luka bakar dalam, dimana luka bakar superficial memiliki
karakteristik yakni meluas ke lapisan paling dalam dermis, warna kemerahan
mungkin disertai bulla, epidermis rusak, bengkak, permukaan basah, nyeri
(hiperestesia) dan sensitive pada udara, sedangkan luka bakar dalam memiliki
karakteristik yakni meluas hingga seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan
epithel sehat tinggal sedikit, adanya bullatetapi setelah bulla pecah, luka tampak
putih dan kering, sensasi raba atau tusuk pada luka mungkin
berkurang.Sementara itu, luka bakar derajat III memiliki karakteristik yakni
meluas hingga ke lapisan lebih dalam seperti otot dan tulang, kulit tampak pucat,
abu-abu gelap atau hitam, kering dan tidak nyeri.Penentuan luas persentase luka
bakar menggunakan rule of nine.
Penanganan yang dilakukan pada pasien ini terutama untuk kasus baru atau
dalam kurun waktu 24 jam pertama yakni mengacu pada penanganan trauma
dengan memperhatikan terlebih dahulu aspek primary survey yakni Airway,
Breathing, Circulation, Disability dan Exposure. Setelah primary survey
tertangani, penatalaksanaan selanjutnya mengacu pada permasalahan luka bakar
pada fase akut yakni dehidrasi, kompartemen sindrom dan masalah airway
breathing pada pasien yang dicurigai adanya trauma inhalasi. Pada luka bakar
akibat listrik kepustakaan menyebutkan bahwa perlunya dilakukan pemantauan
pada jantung melalui EKG.
Tindakan operatif pada kasus luka bakar listrik yang dilakukan pada pasien
ini yakni fasciotomi dan debridement. Pada kepustakaan tindakan fasciotomi
biasanya dilakukan pada pasien luka bakar yang disebabkan oleh karena listrik,
karena cidera yang ditimbulkan oleh karena arus listrik biasanya lebih dalam
daripada yang ditimbulkan oleh karena penyebab lainnya, sedangkan tindakan
debridement merupakan suatu tindakan eksisi pada luka bakar yang bertujuan
untuk membuang jaringan nekrosis maupun debris yang menghalangi proses
penyembuhan luka dan potensial terjadi/berkembangnya infeksi; sehingga
merupakan tindakan pemutus rantai respon inflamasi sistemik dan maupun
sepsis. Tindakan ini dilakukan seawal mungkin, dan dapat dilakukan tindakan
ulangan sesuai kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

1. American Accreditation HealthCare Commission. Ileostomy. Cited at : http ://


www.nlm.nih.gov /medlineplus /ency/article/007378.htm. On November 2019
2. American Cancer Society. Ileostomy : A Guide. Accessed at
http://www.cancer.org/treatment/treatmentsandsideeffects/physicalsideeffects/ostomi
es/ileostomyguide/ileostomy-guide-toc (002870-pdf). On November 2019
3. United Ostomy Associations of America, Inc. Ileostomy Guide. Accessed at
www.ostomy.org/ostomy_info/pubs/uoa_ileostomy_en.pdf. On November 2019.
Healthline Networks. Ileostomy. Accesed at : http:/
(Saputra, L.(2011). Case Files Ilmu Bedah. Tangerang: Karisma Publishing
Group)
(Grace, P (2007). Et a glance Ilmu bedah ed 3. Jakarta: Penerbit Erlangga)

Anda mungkin juga menyukai