Analisa Simpang Bersinyal
Analisa Simpang Bersinyal
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman globalisasi seperti sekarang ini peran transportasi sangatlah penting di
berbagai aspek kehidupan terutama untuk perekonomian bangsa. Transportasi
merupakan urat nadi perekonomian di sebuah negara tak terkecuali di Indonesia. Oleh
karena itu kebutuhan akan moda angkutan sangat tinggi. Dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi yang sebanding dengan meningkatnya moda angkutan maka
kebutuhan lahan seperti jalan sebagai infrastruktur transportasi akan meningkat pula.
Dan bagaimana jika infrastruktur tersebut sudah dapat menampung jumlah kendaraan
yang ada.
Persimpangan adalah pertemuan atau percabangan dua jalan atau lebih yang
bersilangan, baik sebidang maupun yang tidak sebidang (Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas jalan). Lajur adalah bagian jalur yang
memanjang, dengan atau tanpa marka jalan, yang memiliki lebar cukup untuk satu
kendaraan bermotor sedang berjalan, selain sepeda motor (Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas jalan)
Dalam sebuah persimpangan baik itu bersinyal maupun tidak bersinyal
mempunyai beberapa permasalahan meliputi volume kendaraan yang melintas, panjang
antrian kendaraan, konflik lalu lintas, kapasitas simpang, drajat kejenuhan, efektifitas
kerja simpang dan kondisi fisik dari persimpangan tersebut.
Jalan Pantura merupakan jalan arteri primer dengan volume lalu lintas yang padat
karena pada jalan ini merupakan jalan lintas utama perdagangan di kawasan pantai utara
jawa yang menghubungkan beberapa kota besar yang ada di Pulau Jawa. Volume lalu
lintas yang terjadi pada Jalan Pantura padat maka secara otomatis persimpangan yang
berpotongan dengan Jalan Pantura volume lalu lintasnya juga padat khususnya pada
persimpangan Jalan Gajah Mada di kawasan Mulya Dana kota Tegal. Simpang
Panggung Baru merupakan sebuah persimpangan yang mempertemukan Jalan Pantura
dari arah Jakarta menuju Semarang dan arah sebaliknya (Jalan Gajah Mada) yang
1
berpotongan dengan Jalan Kolektor yaitu jalan Perintis Kemerdekaan menuju ke pusat
kota Tegal. Volume lalu intas pada persimpangan ini termasuk padat terutama pada jam
sibuk pagi dan siang khususnya pada Jalan Martoloyo dari arah Jakarta menuju
Semarang dan sebaliknya, konflik lalu lintas pada persimpangan ini rata-rata adalah
serius.
Maka dari itu Perlu adanya sebuah survai untuk mengamati suatu persimpangan
apakah persimpangan masih dapat memberikan tingkat pelayanan yang bagus atau tidak.
Apabila jumlah kendaraan yang melalui ruas jalan di kaki persimpangan tertentu pada
satuan waktu tertentu melebihi kapasitas pada jalan tersebut maka dapat dikatakan ruas
jalan pada kaki persimpangan sudah mencapai tingkat pelayanan yang buruk. Selain
mengamati tingkat pelayanan pada jalan kita juga perlu mengamati kualitas jalan apakah
ada kerusakan pada jalan, apakah kerusakan jalan dapat berakibat pada meningkatnya
angka kecelakaan dan kemacetan lalu lintas. Usaha untuk meningkatkan tingkat
pelayanan tersebut adalah dengan melakukan manajemen rekayasa lalu lintas. Kami
membuat laporan suvai lalu lintas ini dengan sampel persimpangan Panggung Baru di
Kota Tegal untuk menghitung drajat kejenuhan guna mengamati kinerja fase pada traffic
light yang ada pada persimpangan, dan konflik lalu lintas yang terjadi pada
persimpangan. Agar kami dapat menentukan salah satu alternatif untuk dijadikan
rekomendasi manajemen lalu lintas pada persimpangan tersebut.
2
2. Mengevaluasi unjuk kerja desain kapasitas simpang di Kota Tegal, dengan
peninjauan dari segi derajat kejenuhan, kapasitas, arus lalu lintas.
C. Ruang Lingkup Pembahasan
Pembahasan mengenai desain kapasitas simpang, dan kondisi eksisting simpang Mulya
Dana di Kota Tegal dengan prasarana yang disediakan pihak pengelola Kota Tegal.
Dengan batasan masalah yaitu :
1. Untuk menghitung volume lalu lintas.
2. Untuk menghitung drajat kejenuhan.
3. Untuk mengetahui kondisi sarana dan kelengkapan jalan pada tiap kaki simpang
dengan melakukan inventarisasi jalan.
4. Untuk mengetahui kinerja fase pada traffic light.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum
Kota Tegal merupakan sebuah kota yang banyak dibangun pertokoan dan pusat Pemerintah
Kota Tegal sehingga daerah ini menjadi cukup ramai. Selain itu kota Tegal merupakan daerah
yang di lalui oleh jalan Pantura sehingga banyak aktifitas pengiriman barang baik yang berasal
dari daerah lain masuk ke kota Tegal maupun dari kota Tegal menuju ke kota - kota lain karena
di Tegal terdapat industri logam dalam skala kecil, menyebabkan banyak kendaraan berat untuk
mengirimkan barang yang masuk masuk ke daerah ini.
Lokasi yang kami survai adalah simpang Panggung Baru , simpang ini merupakan sebuah
simpang tiga yang mempertemukan Jalan Perintis Kemerdekaan (Jalan Kolektor) dari dan
menuju kota Tegal dengan Jalan Martoloyo (Arteri / jalan Pantura) dari arah Jakarta menuju
Semarang dan sebaliknya. Secara umum persimpangan Panggung Baru merupakan sebuah
persimpangan bersinyal yang terletak pada suatu kawasan perumahan dan pertokoan, sehingga
daerah persimpangan ini menjadi daerah yang cukup ramai dengan volume lalu lintas dengan
jumlah yang tinggi, baik yang berasal dari arah Jalan Martoloyo Pantura maupun arus lau lintas
dari arah jalan Perintis Kemerdekaan kolektor menuju arah kota Tegal, selain itu Simpang
Panggung Baru Kota Tegal merupakan titik simpul atau pertemuan antara arus yang berasal dari
jalan Perintis Kemerdekaan Kota Tegal dan kawasan jalan Pantura yaitu Jalan Martoloyo. Pada
Jalan Martoloyo Kendaraan yang paling banyak melintas merupakan kendaraan niaga adalah
kendaraan berat dan sedang diantaranya, truk sedang 2 sumbu, truk berat 3 sumbu, trailer, tangki,
kontainer dan kendaraan angkutan umum. Dan kendaraan dari dan menuju Jalan Perintis
kemerdekaan kendaraan yang paling banyak melintas adalah kendaraan ringan seperti sepeda
motor, sepeda, becak, mobil pribadi, truk sedang, pick up dan mobil box kecil. Kondisi jalan
pada simpang Panggung Baru ini cukup baik tapi tidak memenuhi syarat lalu lintas karena
pengaturan fasenya yang salah menyebabkan panjangnya antrian di sepanjang jalan patura
tepatnya di jalan gajah mada sehingga terjadi kemacetan lebih dari 60 meter.
4
Lokasi Persimpangan Mulya Dana kota Tegal
5
BAB III
METODE SURVAI
6
b. Penentuan lokasi survai.
Survai inventarisasi simpang dilakukan pada persimpangan Panggung Baru.
3. Metode Pelaksanaan Survai
Survai inventarisasi simpang ini dilaksanakan dengan cara mengamati,
mengukur dan mencatat data ke dalam formulir survai, sesuai dengan target data
yang akan diambil.
Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan survai ini adalah pengamatan
yang dilakukan dengan cara mengukur semua titik survai yang ditetapkan, yaitu
:Lebar simpang, lebar jalan, lebar bahu, lebar Lebar trotoar, lebar median, dan lebar
drainase.
2. Target Data
7
Target data yang diamati adalah data arus lalu lintas atau volume lalu lintas dan
jenis/klasifikasi jenis kendaraan untuk setiap arah pergerakan kendaraan pada tiap-
tiap kaki persimpangan dalam satuan waktu tertentu.
4. Lokasi Survai
Survai gerakan membelok dilakuan pada titik persimpangan Mulyadana Kota
Tegal, pada tiap kaki simpangnya.
8
1. Maksud dan Tujuan
Maksud Survai konflik lalu lintas ini dilakukan untukmengetahui kondisi
tingkat keseriusan konflik yang terjadi di persimpangan. Dengan mencatat data
kecepatan kendaraan yang akan mengalami konflik dan jarak antar kendaraan.
2. Target Data
Target data yang akan didapatkan dari survai konflik lalu lintas ini adalah
kecepatan kendaraan dan jarak antar kendaraan yang mengalami konflik di
persimpangan.
9
Survai gerakan membelok ini dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013, yang
dilaksanakan pada jam sibuk yaitu pagi hari pada pagi pukul 06.00 – 08.00 WIB dan
siang hari pada pukul 11.00 -13.00 WIB dengan kondisi cuaca cerah
INVENTARISASI SIMPANG
PETA JARINGAN JALAN
gerakan membelok
terklasifikasi (CTMC)
TC
Spot Speed
PELAKSANAAN SURVEY
Kondisi Simpang
Derajat Kejenuhan
IDENTIFIKASI MASALAH
10
BAB IV
ANALISA KAKI SIMPANG
B. Analisa Data
1. Inventarisasi Simpang
11
Persimpangan Mulya Dana Kota Tegal
b. Klasifikasi Jalan
Prasarana jalan di Persimpangan Jalan Gajah Mada di Mulya Dana
termasuk dalam kategori jalan arteri yang melayani semua jenis kendaraan
dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk tidak dibatasi. Jalan ini banyak dilewati mobil angkutan niaga dan
angkutan umum yang menuju ke beberapa daerah kota dan kabupaten lain dari
Kota Tegal maupun kota dan kabupaten lain yang melintasi wilayah Kota Tegal.
Prasarana jalan Hos Cokroaminoto termasuk dalam kategori jalan kolektor yang
melayani angkutan pengumpulan/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan ini
banyak dilewati mobil pribadi yang menuju Pusat Pemerintah Daerah Kota Tegal
dan menuju ke pemukiman serta kendaraan barang yang menuju ke Kawasan
Industri.
Persimpangan Mulya Dana di Jalan Gajah Mada memiliki 3 kaki simpang:
Kaki Utara : JL. Gajah Mada dari arah Semarang
Kaki Timur : Jl. Hos Cokroaminoto dari arah kota Tegal
Kaki Selatan : Jl. Gajah Mada dari arah Jakarta
c. Lebar jalan
Prasarana jalan persimpangan Mulyadana harus mendapat perhatian
yang lebih. Karena desain geometris jalan yang ada sudah cukup baik. Lebar
jalan tersebut dianggap sudah efektif untuk menampung volume lalu lintas yang
12
melewati persimpangan Mulyadana. Namun, pada kaki simpang di Jalan Hos
Cokroaminoto lebarnya kurang efektif karena di sepanjang jalan di gunakan
untuk lahan parkir dengan bentuk sudut 90”.
d. Kondisi jalan
Kondisi jalan di persimpangan Mulyadana mengalami kerusakan jalan
yang cukup parah di kaki simpang sebelah utara. Jalan berlubang dengan
kedalaman yang cukup dalam dan lebar. Jenis konstruksi jalan dengan
perkerasan aspal dan beton di dekat traffic light sebelah utara sepanjang 40
meter. Permukaan jalan rata dengan lapisan jalan aspal hotmix.
e. Trotoar
Pada persimpangan Mulyadana terdapat trotoar selebar 2.5 meter di
semua kaki simpang.
g. Tikungan / Belokan
Tikungan atau belokan di simpang ini telah didesain dengan baik yang
memiliki radius putar yang cukup untuk kendaraan besar. Gerakan belok kiri
pada saat lampu merah (left turn on red, LTOR) diijinkan karena ruas jalan pada
kaki simpang memiliki lebar approach yang cukup sehingga dapat langsung
melintasi antrian pada kendaraan yang lurus.
h. Marka Jalan
Marka jalan di persimpangan ini berupa stop line pada mulut simpang
dan marka panah pada belok kiri serta marka lajur pada kaki simpang. Pada
semua kaki simpang ditemukan fasilitas penyeberang jalan atau zebra cross pada
mulut simpang.
13
i. Penerangan Jalan
Penerangan jalan di simpang sudah cukup baik.Pada setiap pulau lalu
lintas sudah dipasang lampu.Dan pada setiap kaki simpang juga dipasang lampu
dengan jarak antar lampu 40 meter, dilengkapi dengan lampu yang dipasang
pada pohon, selain menambah penerangan lampu pada pohon ini juga
memperindah simpang.
Waktu fase antara simpang utara dan selatan dibuat sama Karen arus pada
jalan pantura ini cukup ramai, sedangkan di simpang timur relative sedikit di
persimpangan Mulyadana ini. Pada simpang ini pengaturan lalu lintas dengan 2
fase.
14
jenis kendaraan Kiri Lurus
Kendaraan
Ringan 34 211
Kendaraan berat 3 301
Sepeda motor 157 136
Tidak bermotor 31 17
Belok Kiri
06.00-07.00
100
80
60
40
20
0
00-15 15-30 30-45 45-60
Jumlah kendaraan
07.00-08.00
60
50
40
30
20
10
0
00-15 15-30 30-45 45-60
Jumlah kendaraan
15
11.00-12.00
60
40
20
0
00-15 15-30 30-45 45-60
Jumlah kendaraan
12.00-13.00
40
30
20
10
0
00-15 15-30 30-45 45-60
Jumlah kendaraan
Belok Kanan
16
06.00-07.00
30
20
10
0
00-15 15-30 30-45 45-60
Jumlah kendaraan
07.00-08.00
40
30
20
10
0
00-15 15-30 30-45 45-60
Jumlah kendaraan
11.00-12.00
40
30
20
10
0
00-15 15-30 30-45 45-60
Jumlah kendaraan
17
12.00-13.00
40
30
20
10
0
00-15 15-30 30-45 45-60
Jumlah kendaraan
Belok Kiri
06.00-07.00
80
60
40
20
0
00-15 15-30 30-45 45-60
Jumlah kendaraan
18
07.00-08.00
60
40
20
0
00-15 15-30 30-45 45-60
Jumlah kendaraan
11.00-12.00
60
40
20
0
00-15 15-30 30-45 45-60
Jumlah kendaraan
12.00-13.00
40
20
0
00-15 15-30 30-45 45-60
Jumlah kendaraan
19
Volume Nilai
Kaki Arah Lalu
No (smp/jam) (Q)
Simpang Lintas
Pagi Siang
1 Timur Kiri 138 153
134
Kanan 139 102
2 Selatan Kanan 99 101
777
Lurus 554 799
3 Utara Kiri 110 392
757
Lurus 490 523
Arus lalu lintas tertinggi terjadi pada kaki simpang selatan dengan nilai Q sebesar 777
smp/jam.Hal ini dikarenakan pada arah selatan simpang Mulyadana merupakan jalan
utama pantura menuju arah Jakarta. Sedangkan untuk arus lalu lintas terendah terjadi
pada kaki simpang sebelah timur dengan nilai Q sebesar 134 smp/jam.Hal ini
dikarenakan pada arah timur simpang Mulyadana tidak terdapat tarikan perjalanan
hanya terdapat sedikit pemukiman dan pertokoan yang tidak terlalu ramai.
KAKI PANJANG
N0
SIMPANG ANTRIAN
72
1 Utara
18
2 Timur
78
3 Selatan
KAKI
N0 TUNDAAN
SIMPANG
29
1 Utara
27
2 Timur
28
3 Selatan
20
Antrian paling panjang terjadi pada simpang selatan yaitu 78 meter. Pada simpang ini
sering terjadi antrian panjang karena arus lalu lintasnya yang relatif tinggi dibandingkan
dengan arus lalu lintas pada kaki simpang yang lain.
Tundaan tertinggi terjadi pada kaki sebelah utara dengan waktu tundaan 29 detik.
21
4. Arus Jenuh
Arus jenuh adalah besarnya keberangkatan antrian didalam suatu pen dekat selama
kondisi yang ditentukan (smp/jam hijau).
𝑺 = 𝑺𝒐 × 𝑭𝒄𝒔 × 𝑭𝒔𝒇 × 𝑭𝒈 × 𝑭𝒑 × 𝑭𝒓𝒕 × 𝑭𝒍𝒕 (𝒔𝒎𝒑/𝒋𝒂𝒎 𝒉𝒊𝒋𝒂𝒖)
Dengan : So = arus jenuh dasar
Fcs = faktor koreksi ukuran kota
Fsf = faktor koreksi gangguan samping
Fg = faktor koreksi kelandaian
Fp = faktor koreksi parkir
Frt = faktor koreksi belok kanan
Flt = faktor koreksi belok kiri
a. Menghitung arus jenuh dasar masing – masing kaki simpang dengan menggunakan
persamaan:
𝑺𝒐 = 𝟔𝟎𝟎 × 𝑾𝒆
Lebih lengkapnya bisa dilihat dalam tabel penghitungan arus jenuh dasar dibawah ini :
Penghitungan arus jenuh
LEBAR ARUS JENUH DASAR
Kaki Simpang
We ( m ) So ( smp/ jam )
Utara 6.7 4000
Timur 4.7 2800
Selatan 6.7 4000
b. Jumlah penduduk yang berada di Tegal< 1 juta penduduk, maka dapat diketahui bahwa
nilai faktor penyesuaian ukuran Tegal adalah Fcs = 0,94. Dapat dilihat pada table
berikut.
22
c. Dengan memadukan antara jumlah kendaraan tidak bermotor, lingkungan sekitar
simpang, maupun kondisi tata guna lahannya dapat diketahui nilai faktor hambatan :
Penentuan factor penyesuaian hambatan samping dapat dilihat pada tabel berikut,
d. Friksi kelandaian persimpangan untuk masing – masing kaki simpang adalah datar ( 0%
), oleh karena itu faktor gradien ( Fg ) adalah 1,00
23
e. Disekitar simpang utara dan selatan tidak terdapat parkir, maka faktor penyesuaian
parkir adalah 1,00. Sedangkan disekitar simpang timur terdapat parkir dengan jarak
antara garis henti dan kendaraan parkir pertama adalah 30 meter sehingga factor
penyesuaian parkir 0,82
𝒔𝒎𝒑 𝒔𝒎𝒑
𝑷𝒓𝒕 = 𝒓𝒕( )/𝑸( )
𝒋𝒂𝒎 𝒋𝒂𝒎
Prt adalah jumlah kendaraan belok kanan dibagi dengan jumlah total arus kendaraan
pada kaki simpang tersebut ( smp/jam ). Setelah Prt diketahui dapat dihitung Frt dengan
rumus :
𝑭𝒓𝒕 = 𝟏. 𝟎𝟎 − 𝑷𝒓𝒕 × 𝟎. 𝟐𝟔
𝒔𝒎𝒑 𝒔𝒎𝒑
𝑷𝒍𝒕 = 𝒍𝒕( )/𝑸( )
𝒋𝒂𝒎 𝒋𝒂𝒎
Plt adalah jumlah kendaraan belok kiri dibagi dengan jumlah total arus kendaraan
pada kaki simpang tersebut ( smp/jam ). Untuk mencari Flt dapat dicari dengan
rumus :
𝑭𝒍𝒕 = 𝟏. 𝟎𝟎 − 𝑷𝒍𝒕 × 𝟎. 𝟏𝟔
24
Sehingga arus kendaraan masing – masing kaki dapat dilihat melalui tabel berikut :
g. Setelah faktor – faktor penyesuaian diketahui, maka arus jenuh masing – masing kaki
simpang dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Arus jenuh tertinggi terjadi pada kaki simpang sebelah utara dengan nilai 3276.8
smp/jam karena pada kaki simpang ini merupakan jalan Pantura menuju arah
Semarang yang banyak dilewati oleh kendaraan yang berdimensi besar sehingga
arus lalu lintas cenderung padat dibandingkan dengan kaki simpang yang lain
Waktu Siklus
Dengan melakukan survey dilapangan, maka kondisi eksisting waktu siklus dapat diketahui
dengan memakai alat stop watch, hasil yang diperoleh dari survey semua kaki simpang memiliki
fase yang sama yaitu:
25
Cycle Time (detik)
Kaki
No. All Keterangan
Simpang Hijau Kuning Merah Total
Red
1 Utara 36 5 54 6 101
2 Timur 29 5 61 6 101 Semua sama
3 Selatan 36 5 54 6 101
Menurut MKJI 1997 untuk waktu siklus yang disarankan untuk simpang berfase 2 adalah
antara 40-80 detik. Simpang ini memiliki waktu siklus 101 detik, jadi simpang ini belum
memenuhi aturan waktu siklus menurut MKJI 1997. Besarnya waktu siklus ini,
menyebabkan kemacetan lalu lintas karena, tingginya arus lalu lintas yang melewati
simpang ini sehingga waktu siklus yang tidak sesuai dengan aturan waktu siklus untuk
simpang 2 fase ini menimbulkan masalah yang berarti, apalagi pada jam sibuk siang.
5. Kapasitas
Kapasitas sesungguhnya C ( smp/jam ) dihitung dengan menggunakan rumus :
𝒈
𝑪 = 𝑺 × (𝒄)
Dari perhitungan diatas didapatkan kapasitas terbesar adalah pada kaki simpang sebelah
selatan dengan nilai 1220.69 smp/jam.Kapasitas pada kaki simpang ini dibuat besar karena
kaki simpang ini merupakan akses jalan utama pantura sehingga banyak dipenuhi
kendaraan – kendaraan besar.
26
6. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑄
𝐷𝑆 =
𝐶
DS adalah jumlah volume pada kaki simpang dibagi kapasitas pada kaki simpang yang
sama.
Kaki simpang yang memiliki derajat kejenuhan tertinggi adalah simpang utara jalan Gajah Mada
dari arah Semarang ke Jakarta yaitu sebesar 0.65.
27
Dari hasil analisis yang telah kami lakukan dapat terlihat kinerja tiap-tiap kaki simpang sebagai
berikut:
a) Kaki simpang sebelah utara dengan lebar pendekat 6,7 meter, memiliki derajat
kejenuhan 0.65, waktu siklus 101, tundaan 29 detik, panjang antrian 72 meter,
kapasitas 1167.97 smp/jam.
b) Kaki simpang sebelah timur dengan lebar pendekat 4,7 meter, memiliki derajat
kejenuhan 0.28, waktu siklus 101, tundaan 27 detik, panjang antrian 18 meter,
kapasitas 485.67 smp/jam.
c) Kaki simpang sebelah selatan dengan lebar pendekat 6,7 meter, memiliki derajat
kejenuhan 0.64, waktu siklus 101, tundaan 28 detik, panjang antrian 78 meter,
kapasitas 1220.69 smp/jam.
Metode penilaian studi konflik adalah dengan menggunakan lampu rem dan juga
pergerakan kendaraan dalam menghindar sebagai tanda terjadinya konflik. Untuk menentukan
keseriusan pada konflik lalu lintas maka perlu mencari data dengan cara menaksir kecepatan
kendaraan dan jarak ketika terjadi konflik. Kedua faktor tersebut diperlukan untuk menentukan
(TA) pada tabel Time to Accident Value Distance. Kemudian TA dan jarak digunakan untuk
menentukan tingkat keseriusan pada grafik keseriusan konflik yang diambil dari negara Swedia
sebagai acuan. Dan untuk mengetahui persentase tingkat keseriusan tiap kaki simpang dengan
cara : misalnya pada sepeda motor, jumlah sepeda motor yang mengalami konflik dibagi jumlah
sampel konflik dilihat per kaki simpang maka dari hasil survai mendapatkan data sebagai
berikut :
a. Dari kaki simpang Jl. Hos Cokroaminoto
Pada jam sibuk pagi terdapat :
- 13/20 x 100% = 65% adalah sepeda motor dengan tingkat keseriusan konflik
yang serius yaitu sebanyak 9 sepeda motor dan non serius 4 motor.
- 3/20 x 100% = 15% adalah mobil dengan tingkat keseriusan konflik yang serius
sebanyak 2 dan non serius 1 mobil.
28
- 3/20 x 100% = 15% adalah 3 sepeda dengan tingkat keseriusan non serius.
- 1/20 x 100% = 5% adalah 1 becak dengan tingkat keseriusan non serius.
29
c. Dari kaki simpang Jl Gajah Mada dari arah Jakarta-Semarang
Pada jam sibuk pagi terdapat :
- 10/20 x 100% = 5% adalah sepeda motor dengan tingkat keseriusan konflik yang
serius dan non serius sebanyak 1 kendaraan.
- 9/20 x 100% = 45% adalah mobil dengan tingkat keseriusan konflik yang serius
sebanyak 9 mobil.
- 1/20 x 100% = 5% adalah truk dengan dengan tingkat keseriusan konflik yang
serius sebanyak 1 truk.
Pada jam sibuk siang terdapat :
- 11/20 x 100% = 55% adalah sepeda motor dengan tingkat keseriusan konflik
yang serius yaitu sebanyak 11 sepeda motor.
- 8/20 x 100% = 40% adalah mobil dengan tingkat keseriusan konflik yang serius
sebanyak 8 kendaraan.
- 1/20 x 100% = 5% adalah pick up dengan tingkat keseriusan konflik yang serius
sebanyak 1 kendaraan.
B. SIMPANG TIMUR
20
15
JUMLAH
10
Series1
5
0
non serius serius
Series1 17 23
KETERANGAN
30
C. SIMPANG SELATAN
D. SIMPANG UTARA
31
BAB V
PENUTUP
I. Kesimpulan
Arus lalu lintas di Simpang utara dan selatan persimpangan mulyadana cukup
padat dengan derajat kejenuhan 0.65 di simpang utara dan 0.64 di simpang
selatan dan mengalami kemacetan terutama pada siang hari, sedangkan
simpang timur arus lalu lintasnya cukup kecil yaitu 0.28.
Perlu adanya pengaturan ulang (control) pada traffic light di simpang
mulyadana.
Kondisi jalan pada simpang utara cukup parah dengan lubang yang besar
dan dalam.
Konflik yang banyak terjadi adalah tipe crossing dengan tingkat keseriusan
cukup serius.
II. Saran
32
Fase 2 (simpang timur)
Merah : 52 detik
Kuning : 3 detik
Hijau : 15 detik
Dari pengaturan fase tersebut maka derajat kejenuhan tiap simpang
juga akan berubah menjadi lebih kecil.
2. Perbaikan atau pengecatan ulang marka jalan agar terlihat lebih jelas.
33
9. Lampiran Foto
34
Gb. 9.3 konflik yang terjadi di persimpangan mulyadana di peak pagi
Gb. 9.4 fasilitas penyeberang jalan (zebra cross) yang mulai menghilang
35
Gb. 9.5 pelanggaran terhadap rambu lalu lintas dilarang parkir
Gb. 9.6 sebagian jalan di simpang timur yang digunakan untuk lahan parkir
36
Gb. 9.7 kemacetan yang terjadi di jalan pantura
37