Anda di halaman 1dari 1

Mengenal Ejaan Van Ophuijsen dalam Teks Sumpah Pemuda

Bagi Bapak/ Ibu yang lahir di masa-masa kemerdekaan dan Orde Baru pasti tidak asing dengan ejaan lama/ ejaan
Van Ophuijsen. Ejaan tersebut menggunakan nama penemunya, Prof. Charles van Ophuijsen, tahun 1901. Ejaan ini
bekerja dengan cara menuliskan kata-kata Melayu melalui model yang dimengerti oleh orang Belanda melalui
perubahan huruf Latin tersebut sehingga menyesuaikan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda. Penyesuaian
tersebut antara lain :

- Huruf ‘j’ untuk bunyi ‘y’ (contoh: jang, pajah, sajang)


- Huruf ‘oe’ untuk bunyi ‘u’ (contoh: goeroe, itoe, oemoer –kecuali diftong ‘au’ tetap ditulis ‘au’)
- Tanda dijakritik (koma ain dan tanda trema) untuk menuliskan bunyi hamzah (contoh: ma’moer, ‘akal, dinamai’).

Siapakah van Ophuijsen?

Charles van Ophuijsen adalah ahli Bahasa dari Belanda. Pengalaman kerja sebagai inspektur sekolah di maktab
perguruan Bukittinggi, Sumatera Barat, lalu menjadi professor bahasa Melayu di Universitas Leiden, Belanda.
Bukunya yang terkenal karena dijadikan panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia adalah ‘Tata Bahasa
Melayu’ yang diterjemahkan oleh T. W. Kamil.

Charles bersama Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Sutan Ibrahim menyusun ejaan baru
untuk mengganti ejaan bahasa Melauu (1986). Ejaan tersebut resmi disahkan oleh pemerintah kolonial Belanda
pada tahun 1901. Semanjak itu, Charles diminta untuk menjadi guru besar di Leiden sampai akhir hayatnya,
meninggal pada 1917.

Sebelum ejaan Van Ophuijsen dicanangkan untuk digunakan, Bahasa Melayu Kuno menjadi bahasa yang digunakan
sampai rentang waktu tahun 1901. Berikut adalah urutan bahasa yang pernah digunakan di Indonesia setelah ejaan
Van Ophuijsen:

1. Ejaan Republik (1947-1972


2. Ejaan Pembaharuan (1957, tak diberlakukan)
3. Ejaan Melindo (1959, batal diresmikan)
4. Ejaan Baru/ LBK (1967-1972)
5. Ejaan yang Disempurnakan (1972-2015)
6. Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)

Akhirnya, bahasa kembali lagi kepada sifat suka berubah tergantung zaman karena pemakainya yang menginginkan
untuk diubah sesuai kebutuhan. Pentingnya adalah, meskipun ejaan tak lagi sama dengan yang dulu, semangat
untuk terus menggali ilmu demi mencetak kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya tetep sama (al).

Anda mungkin juga menyukai