1 - Ebp Amarilis 1
1 - Ebp Amarilis 1
Disusun Oleh:
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
1
KATA PENGANTAR
2
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
3
DAFTAR ISI
PENYUSUSUN ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum ....................................................................... 2
2. Tujuan Khusus ...................................................................... 2
C. Manfaat ...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Konstipasi.................................................................. 4
B. Mekanisme Konstipasi ................................................................ 4
C. Mekanisme Huknah .................................................................... 5
D. Prosedur instrumen .................................................................... 5
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu (tanggal pelaksanaan) ...................................................... 8
B. Sasaran ........................................................................................ 8
C. Tempat......................................................................................... 8
D. Pengelolaan Pasien ...................................................................... 9
BAB IV EVALUASI KEGIATAN
A. Hasil analisis questioner/lembar observasi ................................. 12
B. Faktor pendukung ....................................................................... 12
C. Faktor penghambat ...................................................................... 12
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................... 13
B. Saran ........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang
tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan
(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya (FKUI, 2008)
Saat ini Indonesia menempati posisi ketiga penderita kanker kolon, rata
rata penderita kanker mencapai 19,1 per 100.000 populasi laki laki di
indonesia dan 15,6 per 100.000 populasi perempuan di Indonesia. Dan yang
paling rentan mengidap penyakit usus besar adalah masyarakat yang tinggal
di kota. Hal ini disebabkan oleh tekanan hidup di perkotaan yang semakin
tinggi. Bahkan menurut WHO pada tahun 2030 akan terjadi lonjakan
penderita kanker di Indonesia sampai tujuh kali lipat. Jumlah penderita
kanker yang meninggal juga kian memprihatinkan.
Kanker Kolon suatu bentuk keganasan dan masa abnormal atau neoplasma
yang muncul dari jaringan ephitel dari kolon (Haryono,2010). Kanker
kolorektal ditunjukkan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon dan
rektum. Kolon dan rektum bagian dari usus besar pada sistem pencernaan
yang disebut traktus gastroinstestinal.
Pada pemeriksaan penyakit ini sebenarnya sama seperti sigmoidoskopi.
Hanya saja pada kolonoskopi, alat yang digunakan lebih panjang sehingga
mampu menjangkau lebih dalam ke usus besar. Kamera yang dipasang di
ujung kolonoskopi mampu memberikan gambar bagian-bagian usus besar
yang tidak normal akibat serangan kanker. Bahkan jika diperlukan, biopsi
5
atau pengambilan sampel bisa dilakukan dengan alat khusus yang disertakan
pada kolonoskopi. Sampel tersebut selanjutnya diteliti di laboratorium guna
mendeteksi adanya kanker. Sebelum melakukan kolonoskopi, pasien akan
diberi obat pencahar oleh dokter agar perutnya bersih dari kotoran, sehingga
hasil yang didapat dari proses pengamatan akan jauh lebih baik. Dan juga
dapat dilakukan tindakan huknah/enema/klisma adalah suatu tindakan
memasukkan cairan secara perlahan-lahan ke dalam rektum dan kolon
sigmoid melalui anus dengan menggunakan kanul rektal. Pemberian huknah
juga dilakukan untuk tindakan kolonoskopi pada pasien dengan kanker
kolorektal, dan tindakan sebelum operasi (Osborn, 2011; Fry, 2008).
Pemberian huknah yang tidak adekuat dapat mempengaruhi hasil dari
kolonoskopi, infeksi nosokomial,dan infeksi insisi operasi (Rovera et al.,
2006; Fry, 2008; Atreja et al., 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin memberikan inovasi
Penerapan Tindakan Keperawatan berbasis Bukti Ilmiah atau Evidence Based
Practice terkait dengan perubahan gangguan eliminasi dengan pemberian
huknah
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh tindakan huknah terhadap konstipasi pada
pasien Ca Colon di ruang amarilis 1 RSU Tugurejo Semarang.
2. Tujuan Khusus
a Untuk mengetahui pengaruh sebelum dilakukan tindakan huknah
terhadap konstipasi pada pasien Ca Colon di ruang amarilis 1 RSU
Tugurejo Semarang
b Untuk mengetahui pengaruh setelah dilakukan tindakan huknah
terhadap konstipasi pada pasien Ca Colon di ruang amarilis 1 RSU
Tugurejo Semarang
6
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan dalam pengembangan pengetahuan dan kemampuan
dalam intervensi dan implementasi keperawatan yang didalam
penerapannya berbasis bukti ilmiah.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Ruang Amailis 1 RSU Tugurejo Semarang.
Mampu menjadi masukan bagi ruangan maupun rumah sakit untuk
diterapkan dalam pelayanan perawatan mengenai terapi
komplementer untuk mengatasi masalah konstipasi serta dengan
membuatkan SOP tentang tindakan Huknah
b. Bagi Pasien
Pasien mampu memahami pentingnya penanganan konstipasi
dengan Huknah dan mampu melakukan secara mandiri maupun
dengan keluarga sebagai upaya nonfarmakologis pendamping terapi
medis untuk mengatasi konstipasi..
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Konstipasi
Menurut Mubarok (2007) konstipasi merupakan gangguan pola
eliminasi akibat adanya feses kering atau keras yang melewati usus besar.
Perjalanan feses yang lama karena jumlah air yang diabsorbsi sangat kurang
menyebabkan feses menjadi kering dan keras. Defekasi yang normal
bervariasi antara 3x sehari dan 3x seminggu. Penyebab konstipasi antara lain
pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang terlalu sering, stres
psikologis yang meningkat, obat-obatan, kurang aktivitas, dan usia. Untuk
mengeluarakan feses, diperlukan tenaga yang besar saat mengedan dan terjadi
peregangan otot.
B. Mekanisme konstipasi
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada
mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang
(transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum.
Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering
disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut
dengan "kolon kiri". Usus besar atau kolon bekerja, saat sisa makanan yang
telah dicerna melewati kolon, terjadi penyerapan air selama proses
pembentukkan produk sisa metabolisme atau yang disebut dengan feses.
Selanjutnya, otot berkontraksi dan mendorong feses keluar melalui rektum.
Ketika feses berada pada rektum, feses bersifat padat karena sebagian besar
air telah terserap saat melewati kolon. Konstipasi terjadi ketika kolon
menyerap air secara berlebih atau ketika kontraksi otot-otot kolon melemah
atau sulit berkontraksi secara normal. Hal tersebut menyebabkan pergerakan
feses dalam kolon sangat lambat dan hasilnya feses dapat menjadi keras dan
kering sehingga sulit untuk dikeluarkan.
8
Biasanya hal-hal yang menyebabkan terjadinya konstipasi adalah
kurangnya konsumsi serat dalam menu makanan sehari-hari, kurang aktif
secara fisik (biasanya pada orang tua usia lanjut), efek samping dari
pengobatan, konsumsi susu, sindrom peradangan perut, perubahan pola hidup
atau perubahan rutinitas seperti hamil, penuaan dan perjalanan,
penyalahgunaan obat pencahar, pengabaian keinginan untuk buang air besar,
serta kurangnya konsumsi cairan. Selain hal-hal yang telah disebutkan, juga
ada beberapa penyebab lain yaitu Kelainan metabolik dan endokrin seperti
hypothyroidism, uremia dan hypercalcemia, penyakit systemic neuromuscular
yang mengakibatkan penurunan fungsi otot-otot sadar, penyakit pembuluh
darah di usus besar.
C. Huknah
1. Pengertian
Enema/ Huknah adalah memasukkan cairan sabun yang hangat
melalui anus rektum sampai kedalam kolon desenden dan asenden.
Fungsinya adalah untuk mengeluarkan feses dan flaktus. Huknah dapat
diklasifikasikan ke dalam empat golongan menurut cara kerjanya:
cleansing ( membersihkan ), carminative ( untuk mengobati flakulance ),
retensi ( menahan ), dan mengembalikan aliran. Dua jenis dari cleaning
anema adalah high enema (huknah tinggi) dan low enema ( huknah
rendah). High enema diberikan untuk membersihkn kolon sebanyak
mungkin, sering diberikan sekitar 1000ml larutan orang dewasa dan posisi
klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbeng dan
kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini agar cairan dapat
turun ke usus besar, cleaning enema paling efektif jika diberikan dalam
waktu 5 – 10 menit. Low enema diberikan hanya untuk membersih kan
rektum dan kolon sigmoid. Sekitar 500 mL larutan diberikan pada orang
dewasa dan klien dipertahankan pada posisi ke kiri selama pemberian.
2. Macam dan Tujuan huknah
Enema dapat diklasifikasikan kedalam 4 golongan menurut cara
kerjanya diantaranya : cleansing (membersihkan), carminative (untuk
9
mengobati flatulence), retensi (menahan), dan mengembalikan aliran
(enema bilas harris).
a. Cleansing Huknah (membersihkan)
merangsang peristaltik dengan mengiritasi kolon dan rektum dan atau
dengan meregangkan intestinal dengan memasuki volume cairan. Ada
2 cleansing enema yaitu :
1) Huknah rendah
merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan
cairan hangat ke dalam kolon dessendens melalui anus dengan
menggunakan kanula rektal. Kanul masuk 10-15 cm ke dalam
rektal dengan ketinggian irigator 50 cm dengan posisi sims kiri.
Bertujuan untuk merangsang peristaltik usus, sehingga pasien
dapat buang air besar karena kesulitan untuk defekasi (obstipasi
konstipasi), mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan
operasi, sebagai tindakan pengobatan, persiapan tindakan
operasi/persalinan/persiapan pemeriksaan radiologi, memberi rasa
nyaman
b. Retention Huknah
Retention enema, dimasukkan oil (pelumas) kedalam rektum dan
kolon sigmoid, pelumas tersebut tertahan untuk waktu yang lama (1-3
jam). Ia bekerja untuk melumasi rektum dan kanal anal, yang akhirnya
memudahkan jalannya fases.
c. Carninative Hunah
Carminative enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus.
Larutan dimasukkan kedalam rektum untuk mengeluarkan gas dimana
ia meregangkan peritaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan 60-
180ml. Contoh enema carminative ialah larutan GMW,yang
mengandung 30ml magnesium, 60ml gliserin, dan 90ml air.
d. Enema bilas Harris
Enema Bilas Harris ( Enema arus balik ),kadang kadang mengarah
pada pembilasan kolon, digunakan untuk mengeluarkan flatus. Ini
10
adalah pemasukan cairan yang berulang ke dalam rektur dan
pengaliran cairan dari rektum. Pertama-tama larutan ( 100-200ml
untuk orang dewasa ) dimasukkan ke rektum dan kolon sigmoid klien,
kemudian wadah larutan direndahkan sehingga cairan turun kembali
keluar melalui rectal tube ke dalam wadah. Pertukaran aliran cairan ke
dalam dan keluar ini berulang 5-6 kali,sampai ( perut ) kembung
hilang dan rasa tidak nyaman berkurang atau hilang. Banyak macam
larutan yang digunakan untuk enema. Larutan khusus mungkin
diminta oleh dokter.
D. Mekanisme kerja huknah
Memberikan hukna membersihkan kolon bagian bawah (desenden)
menjelang tindakan operasi seperti sigmoidoscopy atau colonoscopy sebagai
jalan alternatif pemberian obat, menghilangkan distensi usus, memudahkan
proses defaksi, meningkatkan mekanika tubuh, jika menggunakan larutan
terlalu hangat akan membakar mukosa usus dan jika larutan terlalu dingin
yang diberikan akan menyebabkan kram abdomen, jika klien memiliki
kontrol sfinger yang buruk tidak akan mampu menahan larutan enema (perry
peterson,2005).
E. Prosedur instrumen
11
d. Remaja : 500 – 700 cc
e. Dewasa : 750 – 1000 cc
3) Standar
4) Perlak dan pengalas
5) Bengkok
6) Pispot dan botol cebok
7) Selimut mandi
8) Tissue toilet
9) Jelly
10) Sarung tangan (Handscoen)
Prosedur 1) Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
Pelaksanaan
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan tepat.
d. Menyiapkan alat.
e. Mendekatkan alat kedekat pasien
2) Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam , menyapa nama pasien, memperkenalkan
diri.
b. Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada Allah.
c. Mengatur posisi pasien miring kiri, dengan lutut kaki yang
berada di atas fleksi. Pada anak-anak dapat diposisikan dorsal
recumben (pasien dengan kontrol sfingter kurang bisa
diposisikan langsung pada pispot).
d. Meletakkan perlak dan pengalas di bawah bokong pasien.
e. Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi. Biarkan hanya
area anal yang kelihatan.
f. Meletakkan pispot dekat tempat tidur.
g. Siapkan irigator lengkap dengan selang dan kanul, isi dengan
larutan hangat.
h. Menggantung irigator pada standar dengan ketinggian 30 cm.
i. Mengeluarkan udara dalam selang, kemudian menutup klem
kembali.
j. Memakai handscoen/ sarung tangan.
k. Mengoleskan jelly pada kanul rectal.
l. Membuka bokong pasien hingga anus terlihat, instruksikan
pasien agar rileks.
12
m. Memasukkannya kanul rektal secara perlahan mengarah ke
umbilicus,(panjang insersi untuk dewasa 7,5 – 10 cm, anak 5 –
7,5 cm, bayi 2,5 – 3,5 cm).
n. Menginstruksikan pasien untuk tidak menahan masuknya kanul
ke anus dengan cara menghembuskan nafas perlahan melalui
mulut, tarik selang segera jika menemui obstruksi yang berarti,
segera laporkan pada dokter.
o. Memegang pangkal kanul dengan tissue, tarik kanul dari anus.
p. Meminta pasien menahan larutan selama mungkin saat berbaring
di tempat tidur (makin lama ditahan akan lebih efektif terhadap
perangsangan Membuka kran dan biarkan cairan masuk dengan
perlahan.
q. Menutup kran bila cairan dalam irrigator habis atau bila pasien
tidak peristaltik dan defekasi).
r. Bantu pasien ke kamar mandi atau pasang pispot di bawah
bokong pasien untuk BAB.
s. Membersihkan anus setelah pasien selesai BAB.
t. Melepas hand schoen.
u. Merapikan pasien.
4) Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada Allah.
e. Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
HAL YANG 1) Perhatikan keadaan umum pasien selama bekerja.
PERLU 2) Catat macam cairan, jumlah dan waktu pemberian.
DIPERHATIKAN 3) Memasukkan cairan harus perlahan-lahan.
4) Catat apakah huknah tersebut berhasil atau tidak, juga apakah pada
feses ada darah, lendir, dsb.
5) Pemberian huknah tinggi harus di dahului oleh pemberian huknah
rendah.
6) Pemberian huknah tidak diperbolehkan memakai air sabun.
7) Untuk anak-anak menggunakan kanul khusus.
13
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu
Pelaksanaan desain inovatif huknah rendah untuk penanganan konstipasi buat
persiapan operasi colonoscopy hari Senin, 4 September 2018 dilakukan pada
praktik Keperawatan Dasar Profesi (KDP) minggu ke 2.
Hari/ tanggal : Minggu, 2 September 2018
Jam : 20:00 WIB
Waktu : ± 15 menit
B. Sasaran
Pasien di ruang Amarilis 1 dengan gangguan eliminasi : konstipasi
C. Tempat
Pelaksanaan dilakukan di kamar pasien ruang Amarilis 1 RSUD Tugurejo
Semarang
D. Pengelolaan Pasien
1. Data Pengkajian Fokus
a. Pengkajian Tn. S
1) Usia : 56 tahun
2) Pekerjaan : Wiraswasta
3) Data fokus :
Pasien datang ke RSUD Tugurejo Semarang dengan keluhan BAB
nya tidak lancar, susah, perutnya terasa penuh, sesak, dan tidak
nafsu makan serta mual. Saat dilakukan pengkajian tanggal 2
September 2018, pasien mengatakan perut saya masih kembung
dan saya takut besok senin akan dioperasi. Keluarga hanya dapat
menemani dan meminta pasien untuk tenang ketika menahan rasa
sakitnya.. Pasien dalam keadaan composmentis dengan GCS 15
(E4V5M6) dan terpasang infuse Asering 20 tpm pada tangan
kanannya.
14
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi (konstipasi) b.d tumor
3. Analisa Data
Tanggal/
NO Data Fokus Etiologi Problem
Jam
1. 1/09/2018 DS : Tumor Konstipasi
06.25 WIB - Pasien mengatakan BAB nya tidak lancar dan susah
- Pasien mengatakan abdomennya terasa penuh dan sesak
- Pasien menyatakan tidak nafsu makan dan mual
DO :
- Abdomen pasien tampak besar dan teraba keras
- Saat diperkusi terdengar bunyi pekak
- Saat diauskultasi bising usus hipoaktif
15
4. Implementasi
Hari/ Tanggal : Minggu/ 2-09-2018
No
Jam
NO Diagnosa Tindakan Evaluasi Tindakan Paraf
Tindakan
NANDA
1. 08.00 WIB 00011 1. Memantau tanda dan gejala konstipasi 1. Pasien mengatakan perutnya terasa
2 09.00 WIB 2. Memantau bising usus penuh dan nyeri, pasien mengatakan
3. Memberikan intake cairan melalui infus ingin BAB namun tidak bisa
3. 09.15 WIB 4. Menganjurkan pasien/keluarga untuk diit mengeluarkan
4. 09.40 WIB susu nutrioan dan banyak minum air putih
2. Bising usus hipoaktif
5. Kolaborasi pemberian obat 3. Pasien mengatakan tidak bisa makan
5 08.00,
- Infus Asering 20 tpm karena apa yang dimakan akan
16.00, - Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 vial dimuntahkan
20.00 WIB - Injeksi Prosogan 1 x 1 vial 30 mg 4. Pasien kooperatif
- Injeksi ondansetron 3x1 amp 4 mg 5. Pasien kooperatif dalam pemberian
6 20.00 WIB
- Injeksi Ketorolac 30 mg obat, telah terpasang infus asering 20
7 20.15 WIB - Dulcolax tpm dan obat telah masuk melalui
6. Melakukan huknah dengan Air hangat saluran infus
sebanyak < 450 cc 6. Pasien kooperatif
7. Memonitor warna, volume, frekuensi dan 7. Telah keluar feses dengan warna:
konsistensi feses kunig, konsistensi feses: cair,
frekuensi: 2x
16
5. Catatan Perkembangan
Hari/ Tanggal : Minggu/ 3-09-2018
Jam No Dx Perencanaan Selanjutnya
NO Respon Subjektif (S) Respon Objektif (O) Analisis Masalah (A) Paraf
Evaluasi NANDA (P)
1. 22.00 00011 1. Pasien mengatakan ingin 1. Bising usus Masalah teratasi Intervensi dilanjutkan.
WIB BAB namun tidak bisa hipoaktif sebagian Perancanaan:
mengeluarkan 1. Pantau tanda dan
2. Pasien tidak mampu gejala konstipasi
makan makanan yang 2. Pantau bising usus
tinggi serat 3. Menyusun jadwal
huknah dengan
scorting
4. Dukung intake cairan
5. Anjurkan
pasien/keluarga untuk
mencatat warna,
volume, frekuensi
dan konsistensi feses
6. Anjurkan
pasien/keluarga untuk
diet tinggi serat
7. Kolaborasi
pemberian laksatif
8. Konsultasikan
dengan dokter
tentang penurunan
bising usus
17
BAB IV
EVALUASI KEGIATAN
18
dalam persiaapan pemeriksaan colonoscopy yang mana harus mengosongkan
bagian yang terdapat di usus pasien.
D. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam pelaksanaan penerapan huknah rendah ini adalah
pasien mengatakan takut, cemas, dan kurang nyaman karena harus
dipasangkan benda asing di dalam tubuh (duburnya). Pada awal pelaksanaan
tindakan ini pasien biasanya menolak karena merasa kurang nyaman dan
malu. Teknik komunikasi dan cara penyampaian informasi terkait dengan
pelaksanaan tindakan yang baik perlu diperhatikan, agar tingkat kepercayaan
dan kesediaan klien dalam tindakan ini berjalan dengan baik.
19
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Kanker Kolon suatu bentuk keganasan dan masa abnormal atau neoplasma
yang muncul dari jaringan ephitel dari kolon (Haryono,2010). Kanker
kolorektal ditunjukkan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon dan
rektum. Kolon dan rektum bagian dari usus besar pada sistem pencernaan
yang disebut traktus gastroinstestinal.
Enema/ Huknah adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melalui
anus rektum sampai kedalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya adalah
untuk mengeluarkan feses dan flaktus. Huknah dapat diklasifikasikan ke
dalam empat golongan menurut cara kerjanya: cleansing ( membersihkan ),
carminative
( untuk mengobati flakulance ), retensi ( menahan ), dan mengembalikan
aliran. Dua jenis dari cleaning anema adalah high enema (huknah tinggi) dan
low enema ( huknah rendah). Pada saat dilakukan tindakan huknah terhadap
masalah konstipasi dapat disimpulkan bahwa dengan tindakan tersebut, dapat
mempengaruhi masalah konstipasi dengan adanya keluarnya feses.
B. SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi “Pengelolaan Pada
Pasien Ca Colon dengan Gangguan Konstipasi Menggunakan Huknah” yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis khsusnya dan para pembaca.
20
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (2016), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.
Boso, M., Politi, P., Barale, F., Emanuele, E. 2006. Neurophysiology and
Neurobiology of The Musical Experience. Functional Neurology
Kozier, et all. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawata: Konsep, Proses &
Praktik, Ed.7, Vol.1. Jakarta: EGC.
Suyono, S., (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit, Jakarta.
21