PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, jika kita menyalakan ataupun mematikan
lampu, tentunya jika diperhatikan ada jeda waktu antara saat saklar dinyalakan
hingga lampu menyala dari agak redup,kemudian menjadi terang. Atau yang lebih
mudah diamati adalah saat menyalakan atau mematikankipas angin. Contoh, ketika
kipas angin dimatikan, tentunya putaran baling-baling pada kipas tidak serta-merta
langsung berhenti seketika, tapi perlahan-lahan menjadi pelan hingga akhirnya
baling-baling berhenti. Mengapa begitu? Itulah yang disebut peralihan atau bias
disebut juga transien.
Lalu jika kita mengamati dan membandingkan lampu rumah kita, yakni
membandingkan lampu kamar mandi dan lampu kamar tidur. Lampu mana yang
lebih awet menyala? Lampu kamar tidur atau kamar mandi? Pada umumnya pasti
kalian menjawab lampu kamar mandi. Mengapa begitu? Karena dibandingkan
lampu kamar tidur yang hanya di nyala-matikan saat malam hari, lampu kamar
mandi lebih sering di nyala-matikan, yaitu setiap kali sebelum-sesudah
menggunakan kamar mandi. Ternyata hal tersebut terjadi karena adanya pengaruh
transien.
Memang pada kenyataannya transien hanya terjadi secara singkat, tetapi
dengan memahami transien pada suatu rangkaian atau alat, kita akan memahami
efek gejala listrik yang sangat mempengaruhi kekuatan suatu alat/rangkaian
sehingga dapat meminimalisir efek gejala listrik yang dapat menyebabkan kerusakan
pada alat.
Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk memahami apa itu transien,
dan gejala-gejala yang terjadi ketika transien.
1
1.2.3 Bagaimana cara menganalisa besar arus, tegangan, dan daya pada
rangkaian ketika transien?
1.2.4 Bagaimana cara menganalisis waktu yang diperlukan suatu
alat/rangkaian untuk peralihan (transien)?
1.2.5 Bagaimana memberikan solusi dengan adanya permasalahan transien?
2
BAB II
ISI
2.1 Definisi Transien
Gejala peralihan atau transient merupakan perubahan nilai tegangan
atau arus maupun keduanya baik sesaat maupun dalam jangka waktu tertentu
(dalam orde mikro detik) dari kondisi tunaknya (steady state). Penyebabnya
adalah dapat dari lingkungan atau faktor eksternal seperti petir, dan dapat juga
akibat perlakuan terhadap sistem itu sendiri atau faktor internal seperti
pensaklaran.
Transien sudah lama digunakan dalam istilah tenaga listrik sebagai
sesuatu kejadian yang sebenarnya tidak diinginkan dan sifatnya sangat cepat,
namun merupakan suatu kejadian yang alami sehingga tidak dapat dicegah.
Kondisi transient dapat berupa tegangan ataupun arus. Transient arus lebih
dikenal secara khusus sekarang ini sebagai arus inrush.
Pada rangkaian listrik, transient merupakan suatu karakteristik respon
alami tegangan atau arus dari sistem yang terdiri dari komponen resistif (R),
induktif (L) dan kapasitif (C). Ada 3 respon yang dikenal, yaitu respon alami
kurang teredam (underdamped), teredam kritis (crititically damped) dan sangat
teredam (overdamped). Karena disini membicarakan arus maka respon yang
dimaksud adalah respon arus, sehingga rangkaiannya adalah sebuah rangkaian
seri.
3
arus atau tegangan tanpa mengubah frekuensi dari kondisi tunak dengan bentuk
gelombang yang memiliki polaritas searah. Bentuk gelombangnya sesuai
dengan persamaan eksponensial murni. Salah satu penyebab transien impulsif
adalah sambaran petir.
Transien impulsif sering kali ditinjau dari beberapa karakteristik penting
yang menunjukkan kondisi respon impulsif tersebut, seperti besar respon
maksimum (Imaks atau Vmaks), waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi
maksimum dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan tunak.
Karakteristik tersebut biasanya dinyatakan oleh notasi, contohnya 1,2 x 50 µs
2000 V. Ini artinya transien impulsif nilainya naik dari nol menuju nilai puncak
2000 V dalam 1,2 mikrodetik dan turun sampai setengahnya dalam 50
mikrodetik.
Karena peralihan ini berada dalam frekuensi yang tinggi maka bentuk dari
gelombang peralihan dapat berubah secara cepat oleh komponen rangkaian dan
akan mempunyai bentuk gelombang yang berbeda bila dilihat pada komponen
lain dari sistem daya.
4
inni biasanya terjadi karena respon dari sistem terhadap transient impulsif.
b. Transien osilasi frekuensi menengah, dengan frekuensi komponen diantara 5-
500KHz dan durasi waktunya terukur dalam puluhan mikrodetik. Transien ini
terjadi karena pensaklaran kapasitor ataupun pensaklaran beban. Transien ini
juga dapat terjadi karena respon dari sistem terhadap transient impulsif.
c. Transien osilasi rendah, dengan frekuensi dibawah 5KHz dan durasi waktunya
0,3-0,5 ms. Transien ini biasanya terjadi pada sistem subtransmisi dan
distribusi, dan dapat disebabkan oleh beberapa kejadian. Paling sering adalah
karena pelepasan energi dari kapasitor bank yang menghasilkan transien
dengan frekuensi 300-900 Hz.
Transien frekuensi rendah biasanya mempunyai frekuensi pokok kurang dari
300 Hz dan terjadi dalam sistem distribusi. Hal ini terkait dengan ferroresonansi
dan pelepasan energi transformator. Transien dikarenakan kapasitor terhubung seri
juga masuk kategori ini.
5
keadaan tunak yang baru.
2.3.1 Transien dalam Rangkaian listrik
Dalam analisa rangkaian listrik harus dibedakan antara operasi statis atau
keadaan tunak, dan operasi dinamis atau keadaan transien. Sebuah rangkaian
listrik dikatakan dalam keadaan tunak yaitu saat variabel-variabelnya
(tegangan, arus, dan lain-lain) menunjukan perilaku dari masing-masing
variabel tersebut yang tidak berubah terhadap waktu (pada rangkaian searah)
atau berubah secara periodik (pada rangkaian bolak-balik). Rangkaian
dikatakan dalam keadaan transien saat variabel-variabelnya berubah tidak
secara periodik.
Dalam rangkaian yang terdapat komponen induktansi (L) dan kapasitansi
(C), parameter L dan C dikarakteristikkan oleh kemampuannya dalam
menyimpan energi, yaitu energi magnetik (wm) pada L :
6
membutuhkan daya yang tidak terbatas, yang diasosiasikan dengan induktor
dan kapasitor. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, daya adalah turunan dari
energi dan perubahan seketika dalam energi akan menghasilkan daya yang tidak
terbatas.
Karena daya yang tidak terbatas tidak mungkin ada dalam sistem
sebenarnya, maka energi tidak dapat berubah seketika, tapi hanya dalam
periode waktu dimana trasnien terjadi. Demikianlah, dari sudut pandang secara
fisik dapat dikatakan bahwa keadaan transien terjadi dalam sistem fisik saat
kondisi energi dari satu keadaan tunak sedang diubah ke yang lain.
Perhatian berikutnya adalah mengenai arus dan tegangan. Untuk mengubah
energi magnetik memerlukan perubahan arus melalui induktansi. Oleh karena
itu, arus dalam rangkaian induktif atau cabang induktif dari rangkaian tidak
dapat berubah seketika. Dari sudut pandang lain, perubahan arus dalam
induktor membawa tegangan induksi dari nilai L (di/dt).
Perubahan secara instan dari arus akan kemudian memerlukan tegangan
yang tidak terbatas, yang dalam keadaan sesungguhnya tidak mungkin ada.
Karena tegangan induksi diberikan oleh dψ/dt, dimana ψ adalah fluks magnetik
dan nilai fluks magnetik tidak bisa berubah seketika.
Kemudian kita mendapatkan bahwa untuk mengubah energi listrik
memerlukan perubahan tegangan pada kapasitor yang diberikan oleh v = q/C,
dimana q adalah besarnya muatan. Maka, baik tegangan pada kapasitor maupun
muatannya bisa berubah seketika. Sebagai tambahan, tingkat dari perubahan
tegangan adalah dv/dt = (1/C) dq/dt = i/C dan perubahan seketika dari tegangan
akan menghasilkan arus yang tidak terbatas, yang juga tidak mungkin dalam
keadaan sebenarnya. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa perubahan
apapun dalam rangkaian listrik, akan menghasilkan perubahan dalam distribusi
energi yang akan meghasilkan keadaan transien.
Dengan kata lain, dengan adanya pensaklaran, interupsi, rangkaian hubung
singkat atau apapun perubahan yang sangat cepat yang terjadi dalam rangkaian
listrik, fenomena transien akan muncul. Secara umum, setiap perubahan dari
suatu keadaan akan menghasilkan penyimpangan dari keadaan biasanya
(perilaku keadaan tunak dari rangkaian) ke yang lain.
7
Redistribusi energi, mengikuti perubahan seperti di atas, misalnya keadaan
transien, yang memerlukan waktu yang tidak terbatas. Bagaimanapun juga,
dalam kenyataan perilaku transien dari rangkaian listrik berlanjut pada periode
waktu yang sangat pendek, setelah tegangan dan arus mencapai nilai keadaan
tunak barunya.
Perubahan dalam distribusi energi selama transien dari rangkaian listrik
diatur oleh prinsip konservasi energi, misalnya jumlah dari energi yang disuplai
adalah sama dengan sejumlah energi yang tersimpan ditambah disipasi energi.
Tingkat disipasi energi mempengaruhi interval waktu peralihan. Makin tinggi
disipasi energi, semakin pendek waktu peralihan. Disipasi energi terjadi dalam
resistansi rangkaian dan penyimpanannya mengambil tempat pada induktansi
dan kapasitansi.
Dalam rangkaian yang hanya terdapat resistansi, tidak ada induktansi dan
kapasitansi, maka keadaan transien tidak akan muncul, dan perubahan dari satu
keadaan tunak ke keadaan tunak yang lain akan berlangsung seketika.
Bagaimanapun juga, rangkaian resistif pun akan tetap mengandung induktansi
dan kapasitansi, keadaan peralihan akan muncul dalam rangkaian tersebut,
tetapi transien ini sangat kecil nilainya dan cepat sekali, serta tidak
menimbulkan nilai yang signifikan sehingga dapat diabaikan.
Peralihan dalam rangkaian listrik bisa dianggap sebagai hal yang
diinginkan ataupun yang tidak diinginkan. Dalam jaringan sistem daya,
fenomena transien tidak diinginkan sepenuhnya saat transien ini meningkatkan
nilai dari tegangan, arus, dan kerapatan energi pada sebagian atau semua bagian
sistem daya modern. Semuanya ini dapat menghasilkan distorsi peralatan,
kenaikan suhu, dan atau kehancuran elektrodinamik, interferensi stabilitas
sistem, dan pada kasus ekstrim dapat menyebabkan kerusakan dari keseluruhan
sistem.
Namun, ada juga kondisi transien yang diinginkan yaitu keadaan transien
yang bisa dikontrol dan diperlukan, yang terjadi pada peralatan elektronik
untuk komunikasi, control, dan sistem komputasi yang pada operasi normal
bekerja dengan prinsip pensaklaran.
Fenomena transien yang terjadi pada rangkaian listrik bisa dikarenakan
8
pensaklaran yang disengaja, yang termasuk di dalamnya peralatan untuk
pensaklaran, atau bisa juga dikarenakan pensaklaran yang tidak disengaja yang
dapat berasal dari adanya gangguan pentanahan (ground fault), rangkaian
hubung singkat, kerusakan induktor dan atau kapasitor, dan juga sambaran petir.
9
yang sesuai, dan menggunakan jenis kabel yang cocok seperti yang seperti yang
direkomdasikan oleh gerakan pemasok listrik.
Beberapa usaha solusi di sisi beban:
2.4.1 Voltage Regulator, pengatur tegangan ini beroprasi jika tegangan pasokan
naik ataupun turun. Dengan alat ini di harapakan tegangan yang dilihat beban
menjadi stabil walaupun tegangan pasokan naik turun.
2.4.2 Surge suppressor, pada dasarnya alat ini memotong tegangan surjayang
masuk ke peralatan agar sesuai dengan kemampuan peralatan.
2.4.3 Uninterruptible Power Supply (UPS), alat ini dirancang untuk memberikan
catu daya pada peralatan dengan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan
peralatan, walaupun terjadi penyimpanan di sisi pemasok.
10
BAB III
PENUTUP
Simpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
http://syifa249e.wordpress.com/tugas-tugas/data-data-ipa/fisika/sumber-listrik-
arus-searah/ Diakses pada 1 Oktober 2018
http://kuthow.pun.bz/teknik-dan-konsep-dasar-elektronika-arus.xhtml Diakses 2
Oktober 2018
http://www.crayonpedia.org/mw/SUMBER_ARUS_LISTRIK.Sukis_Wariyono
Diakses pada 2 Oktober 2018
http://temonsoejadi.wordpress.com/2012/05/10/induksi-elektromagnetik-dan-
penerapanya/ Diakses 2 Oktober 2018
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2109882-pengertian-dinamo/
Diakses 2 Oktober 2018
12