Anda di halaman 1dari 132

Desain Bejana Tekan

(Bejana Pendek dan Tinggi


Tinggi))

Abubakar Tuhuloula, ST., MT


CONTENTS
ƒ Desain Bejana Pendek
ƒ Desain Bejana Tinggi
Reference :
1. Bhattacharyya, B.C., 1976,”Introduction to Chemical Equipment Design. Mechanical
Aspect”, Madras – New Delhi.
2. Brownell, L.E., and Young, E.H., 1959, “Process Equipment Design”, 1st ed., Willey Eastern
Limited, New Delhi.
3. Hesse and Rushton., 1945, “Equipemnet Process Design” Princeton, New Jersey.
4. Koolen, K.L.A., 2002, “Design of Simple and Robust Process Plants”, Wiley-VCH Verlag
GmbH & Co. KGaA.
5. Ulrich, G.D., 1984, “A Guide to Chemical Engineering Process Design and Economics”,
J h Wiley
John Wil andd S Sons, N
New YYork.
k
6. Vilbrant, F.C., and Dryden, C.E., 1959, “Chemical Engineering Plant Design”, 4th. ed. ,
International Studernt edition, Tokyo.

Support Reference :
Coulson & Richardson, “Chemical Engineering” Vol. 6
Ludwig'ss, “Applied
Ludwig Applied Process Design for Chemical and Petrochemical Plants
Plants”, Fourth Edition
Volume 1, 2 and 3
Stanley M. Wallas, 1990, “Chemical Process Equipment; Selection and Design”, Butterworth-
Heinernam.
Heinernam
Pendahuluan
ƒ Ada beberapa p macam bejana
j yyangg didasarkan ppada tekanan
tekanan,,
tebal,, peletakan dan tinggi bejana.
tebal bejana.
ƒ Berdasarkan tekanannya
tekanannya,, bejana terdiri dari :
a. bejana bertekanan dalam (internal pressure)
b.
b bejana
b j b t k
bertekanan lluar (external
( t l pressure).
pressure)).
ƒ Berdasarkan tebalnya,
tebalnya, bejana bertekanan terdiri dari :
a. bejana berdinding tipis
b.
b bejana berdinding tebal atau mono block
ƒ Berdasarkan peletakannya,
peletakannya, bejana terdiri dari :
a. bejana horizontal
j
b. bejana vertical
ƒ Berdasarkan tingginya bejana
bejana,, dibagi menjadi :
a.
a bejana pendek
b. bejana tinggi
ƒ Bejana
B j b t k
bertekanan bi
biasanya dib t dari
dibuat d i baja
b j sehingga
hi untuk
t k
mendesainnya perlu dipahami mengenai stress yang timbul
akibat
kib t tekanan
t k
tekanan. .
a. axial stress ; searah dengan sumbu vertikal bejana
dimana stress ini ditimbulkan oleh tekanan operasi dan
berat bejana beserta isinya.
isinya.

Fig. Longitudinal forces acting on thin cylinder under internal pressure


pπ d 2
P= P = force tending to repture vessel longitudinally
4 a = area of metal resisting longitudinal repture

a = tπd

Sehingga,
gg ,

P pπ d 2 / 4 pd
f = stress = = = = induced stress, psi
a tπ d 4t
pd
t=
4f
b.
b circumferential stress : stress yang mengarah dinding
atau keliling bejana
bejana,, dimana stress ini ditimbulkan oleh
tekanan operasi dan beban lainnya
lainnya....
P
f =
A

Fig. Circumferential forces acting


y
on thin cylinder under internal
pressure
P = pdl P = force tending to repture vessel circumferentially
a = area of metal resisting force

a = 2lt

P pπ l pdd
f = stress = = = , psi
a 2tl 2t

pd
t=
2f
Example
E l 1.
1. A ¾-
¾-in,
i 20 BWG standar
t d condenser
d tube
t b iis
subjected to an axial load of 500 lbs. in tension, due to
difference
diff iin coefficient
ffi i t off expansion
i between
b t shell
h ll andd
tubes. Calculate the unit stress in the tube.
Bejana Pendek (Reaktor
Reaktor))
Beberapa kode yang biasa digunakan dalam desain bejana
bejana,,
antara lain :
a. BS 1500 and 515 : dikeluarkan oleh Inggris
b. IS 2825 – 1969 : dikeluarkan oleh India
c. ASME section VIII : dikeluarkan oleh Amerika
d. API : dikeluarkan oleh Amerika
Pemakaian kode juga beragam
beragam,, antara lain :
a. ASME Code Weldingg Qualification untuk Boiler
b. ASA Code, untuk pipa bertekanan
c API Code,
c. Code untuk pengelasan oil storage

Pemakaian kode dapat dilihat pada :


a. Dimensi Flange g and Dishead head – ASME Code
Starndar Straight Flange – ASME Code
b. Properties dari Carbon steel – API Standard
Spesifikasi Low Alloy Steel – API Standar
Di
Dimensi i tangki
t ki – API Standar
St d
Reactor Design
FIXED BED REACTOR
ƒ Bagian solids dalam reaksi Æ unsteady state atau semi
semi--batch mode
ƒ Diatas beberapa
p waktu,, solids manapun
p digantikan
g atau diperbaharui
p

CA,out
Regeneration
Breakthrough
curve

CA,out//CA,in
1 2

CA,in
t
Isothermal Reaction : Plug Flow Reactor
ƒ Fluida plug flow – tidak ada radial gradients,
gradients, dan tidak
ada axial dispersion
ƒ Densitas konstan dengan posisinya
ƒ Superficial velocity remains tetap

Plug Flow Model

z + dz CA,f, + dCA,f,

z CA,f

U0 =
(
V&gas m 2 / s )
U0 (m/s) superficial velocity ( )
Axs m 2
Mass Balance
Input – Output – Reaksi = Akumulasi

[
U 0 C A , f − U 0 (C A , f + dC A , f ] ∂
) − [(− rAv )⋅ dz ] = (ε ⋅ ∂C A , f ⋅ ∂z )
∂t

Bagi
g dengan
g ∂z dan mengambil
g batas sebagai
g ∂z Æ 0

ε adalah void fraction dalam bed


Void fraction
Untuk hanya orde reaksi satu, hanya fluida :

⎡ ⎤ 1 dN A
v (1 − ε )C A, f
moll
rAv ⎢ 3 ⎥ = = k ''

⎣ m reactor⋅ s ⎦ Vr dt
Untuk steady state:
Volume reactor
∂∂C
C A, f
→0
∂t
Oleh karena itu,,
dC A , f
U0 + k v'' (1 − ε )C A , f = 0
dz
Konversi sebagai suatu Fungsi Tingginya

Integrasi dengan CA,f = CA,f,in at z = 0

Catatan 1: Persamaan sama perihal catalytic reactor dengan reaksi orde 1


2: Dapat digunakan dalam pseudo-homogeneous reaction
Keseimbangan pada Solid
ƒ A (fluida) + S (solid) Æ Produk
ƒ Input – Output – Reaksi = Akumulasi
ƒ Diatas
Di t kenaikan
k ik dz d : input
dz: i t = 00, output
t t =00

∂C s
(− rsv ) ⋅ Δz = (1 − ε ) ⋅ Δz
∂t

Fraksi volume solid =


mol
m3 of solid
m3 of solid · s
m3 volume reaktor
∂Cs
(1 − ε ) + rsv = 0
∂t

Θ (− rav ) = a ⋅ (− rsv )

∂Cs rAv
+ =0
∂t a(1 − ε )
M
Memecahkan
hk Persamaan
P ini
i i

= 0 (In steady state tidak benar, akumulasi A kita abaikan dalam gas)
Non--Isothermal Packed Bed Reactor
Non
ƒ Untuk mass continuity Æ menyeimbangkan pada fluida dan solid
ƒ Untuk energy balance,
balance, kita bertindak dengan menyeimbangkan pada
setiap phase

ƒ Asumsi:
Asumsi:
1) Reaksi adiabatik – tidak ada panas hilang melalui shell ke lingkungan
(no radial temperature gradients) q = 0
2)) Biλ adalah kecil – T seragam
g di dalam ppartikel (suatu reaksi
exothermic Tp > Tg)
3) Plug flow of gas dan digunakan Tref = 0 untuk menghitung enthalpy
4) Asumsi suatu average density dapat digunakan (ρg = tetap)
tetap)
Modeling
g

q =0

Tf + dTf z + dz
Tf z

Tf,0

⎡ kg ⎤
G⎢ 2 ⎥ = U0ρg
U0

⎣m s⎦
Pengaturan
g Persamaan
Pecahkan semua persamaan ini bersama-sama.

ƒ Fluida
∂T f ∂T f
ερ f C p , + U 0 ρ f C p, f − hAs (Ts − T f ) = 0
f
∂t ∂z
ƒ Solid

∂Ts
(r )(− ΔH ) − hA (T
Av r s s − T f ) = ρ s C p , s (1 − ε )
∂t
Quasi Steady State
∂Cs rAv ∂C A, f
+ =0 + rAv = 0
∂t a(1−
1 ε) ∂z
DESAIN DIAMETER VESSEL
ƒ Dalam
D l desain
d i diameter
di t dan
d tinggi
ti i bagian
b i silinder
ili d didasarkan
did k
pada jumlah volume liquid :
V=Q.θ (1)
ƒ Volume total bejana dapat dihitung disesuaikan dengan proses
atau
t fungsi
f i bejana
b j , apakah
bejana, k h sebagai
b i : penampung
penampung,, pengaduk
pengaduk,
d k,
pengaduk dan pemanas atau sebagai kontaktor gas dan liquid.
VT = Vs + Vrk (2)

Gambar 1. Peruntukan Bejana dan Perkiraan Volume Liquid di dalam Bejana


ƒ V
Volume
l total
t t l bejana
b j dapat
d t jjuga dihitung
dihit d i jumlah
dari j l h volume
l
bagian tutup bawah
bawah,, volume silinder dan volume tutup atas :
VT = Vs + Vd +Vk (3)

Gambar 2. Volume Bagian Bejana


ƒ Volume
V l t t bawah
tutup b h dihitung
dihit sebagai
b i lluas alas
l kkalili tinggi,
ti i,
tinggi
diaman : luas alas = π/4 d2, sehingga :

⎛π 2 ⎞ 1⎛ d ⎞
Vk = ⎜ d ⎟ x ⎜ ⎟
⎝ 4 ⎠ ⎝3 2tg 0,5α ⎠
πd3
Vk = (4)
0 5α
24tg 0,5

silinder,, Vs = π d 2 Ls
volume silinder (5)
4
dimana Rasio D/Ls →  Lihat di tabel 4 – 25; 4 – 27 Ulrich
→ Lihat
(tergantung dari jenis bejana
bejana))
ƒ Volume tutupp atas berbentuk standard dished head , dapat
p
dihitung sebagai volume tembereng bola :
⎛π 2 ⎞
Vd = ⎜ h ⎟ ( 3r − h )
⎝4 ⎠ (6)
apabila pada jenis tutup tersebut d = r,
r, dimana r adalah crown
radius dan harga h = 0,169d,
0,169d, maka :
⎛π 2⎞
Vd = ⎜ ( 0,169 ) ⎟ ( 3 ( d − 0,169d ) )
⎝4 ⎠
Vd = 0, 0847 d 3 (7)

maka :
πd3 π (8)
VT = + d 2 Ls + 0, 0847 d 3
0 5α
24tg 0,5 4
ƒ Untuk volume tutupp berbentuk torispherical
p dished head adalah :
V = 0,000049di3
dimana : di = diameter dalam vessel,
vessel in
V = volume torispherical dished head to straight
flange,, cuft
flange
head jenis ini digunakan untuk tekanan bejana : 15 – 200 Psig
ƒ Untuk volume tutup berbentuk elliptical dished head adalah :
V = 0,000076di3
dimana : di = diameter dalam vessel, in
V = volume elliptical dished head to straight flange,
flange,
cuft
ƒ Tinggi bagian silinder pada keadaan optimal dibuat sebesar
1,5 kali diameter bejana
bejana..
DESAIN TINGGI BEJANA
ƒ Tinggi
Ti i tutup
t t bawah
b h berbentuk
b b t k konis
k i

Gambar 3. Tutup Bawah berbentuk


Konis

0,5d d
hb = = (9)
0 5α 2tg 00,5
tg 0,5 5α

ƒ Untuk kontaktor diameter bejana dihitung berdasarkan


supervisial velocity, sedangkan tingginya disesuaikan dengan
tinggi liquid dan ruang kosong di dalam bejana
bejana..
ƒ Tinggi
gg tutupp bagian g atas berbetuk dish ((lihat lihat ggambar
gambar)) dihitungg
dengan persamaan :
ha = r – BD ((10))
dari Δ ABD, didapat :
BD2 = AD2 – AB2
= (r – icr
icr))2 – (0,5d – icr
icr))2
Gambar 3. Tutup Bawah berbentuk Dish
= r2 – 2icr + icr2 – 0,25d
0 25d 2 + d.icr
d icr – icr2

jika dianggap : r = d dan icr = 0,06d ((tutup tutup dianggap berbentuk


standard
standar
t d d diheddih d head),
h d)
head d),
) maka k :
BD2 = d2 – 2 x 0,06d + (0,06d)2 + d x 0,06d – (0,05d)2
= 0,69d2 BD = 0,831 d
dengan menggunakan pers. (10)
ha = d – 0,831 d ha = 0,169 d (11)
Contoh
C t h soall 1 :
Sebuah bejana digunakan untuk menampung liquid dengan laju
alir
li sebesar
b 125 cuft
cuft/h
ftft/h
/h dengan
d waktu
kt tinggal
ti l rata
rata-
t -rata
t liliquid
id 1
jam. Tutup atas berbentu standard dished head dan tutup bawah
berbentuk conical dengan sudut puncak 120o. Apabila tinggi
bagian silinder sebesar 1,5 kali diameter bejana dan volume
ruang kosong 20%,
20% desainlah dimensi bejana tersebut
tersebut!!!!
DESAIN INTERNAL PRESSURE VESSEL
ƒ Gaya
G yang timbul
ti b l dalam
d l bejana
b j akibat
kib t adanya
d t k
tekanan dapat
d t
dihitung menggunakan persamaan :
P = pii x A (12)

Gambar 5. gaya axial dan


circumferential pada bejana

ƒ Untuk gaya axial :, P = pi x π/4 x di2 (13)


ƒ Untuk
U t k gaya circumferential,
i f ti l P = pii x LLs x di (14)
ƒ Untuk menghitung besar stress yang terjadi dengan adanya gaya
tersebut,, maka :
tersebut
f=P/A (15)
pada gaya axial luasan yang akan menahan stress adalah πdts :
f = Paxial / πdts (16)
apabila harga gaya axial seperti yang terlihat pada gambar 6,
besarnya dinyatakan dengan pers.
pers (13)
(13), maka pers.(16)
pers (16) menjadi :
pi (π / 4 ) di2 p .di
pi
f = = (17)
π .di .ts 4ts

Gambar 6. Stress yang di


timbulkan oleh gaya axial
dan circumferential
ƒ Pada gaya circumferential seperti pada gambar 6,
6 luasan yang
akan menahan stress adalah 2Ls.ts, sehingga :
f = Pcircumferential
i f ti l / 2Ls.tts (18)
maka besarnya strees pada gaya circumferential :
pi.Ls .di pi.di
f = = (19)
2.Ls .ts 2ts

stress circumferential dalam bejana adalah yang terbesar


terbesar,, maka
d i tebal
desain t b l bejana
b j di dasarkan
d k padad gaya circumferential
i f ti l :
p .di
pi
ts = (20)
2f
Pengelasan
ƒ Seperti telah diketahui bejana dibuat dari bahan steel plate,
sehingga untuk membuatnya menjadi bentuk silinder
silinder,, tutup
tutup,, perlu
disambung yang dinamakan pengelasan
pengelasan..
ƒ Akibat dari pengelasan dengan suhu tinggi akan menyebabkan
berubahnya struktur dan komposisi bahan bejana tersebut.
tersebut.
ƒ Tebal bahan juga sangat menentukan macam pengelasan
sekaligus menentukan efisiensi atau faktor pengelasan (E).

Gambar 7. Beberapa macam pengelasan


Penggunaan sambungan pengelasan dapat
menyebabkan berkurangnya kekuatan
pada daerah disekitar sambungan.
p g
Pengembangan Persamaan Desain Tebal Silinder
ƒ Dari pers.(20) dan memperhatikan harga t/d t/d < 0,1 untuk bejana
tipis,, maka menurut ASME perlu ditambahkan faktor 0,6
tipis 0 6 kedalam
persamaan tersebut
tersebut,, dan dengan memperhatikan juga faktor
ppengelasan
g dan faktor korosi
korosi,, maka ppers.(20)
( ) menjadi
j :
pi .ri
ts = +C (21)
2 ( fE − 0, 6 pi )
pi .d o
ts = +C (22)
2 ( fE − 0, 4 pi )
DESAIN TEBAL TUTUP
ƒ Ada dua macam bentuk tutup :
1 Bentuk
1. B t k piring
i i : Torispherical,
T i h i l, Standar
Torispherical St d dishedhead
di
dishedhead,
h dh d, Elliptical,
Elli ti l
Hemispherical..
Hemispherical
2 Bentuk
2. B t k corong : Conical
C i l andd Toriconical
T i i l
Tutup Berbentuk Dish

Gambar 8. Gaya dan stress pada tutup


b b k dish
berbetuk di h

ƒ Untuk mendapatkan dasar persamaan mencari tebal tutup tutup,, maka


stress longitudinal (fm), perlu dikonversikan ke arah horisontal
maupun
p vertikal,
vertikal, karena ggaya
y ppada tutupp membentuk sudut
sebesar α terhadap sumbu bejana (lihat gambar 9).
stress searah sumbu horosontal = fm cos ((90o – α) ((23))
stress searah sumbu vertikal = fm sin (90o – α) (24)
Gambar 9. Stress yang terjadi pada tutup berbetuk dish

ƒ Besar stress yan terjadi dengan memperhatikan : gaya P, luas


aliran (A1) dan luas penampang tebal bejana (A2) dengan
dimensi jari
jari--jari luar bagian silinder (ro), maka :
fm.sin α = P / A2 (25)
apabila
p harga
g A2 dimasukan ppada ppers.(25), ( ) maka :
pi .π .ro2
f m .sin α = (26)
π .ro .th
Sehingga dasar untuk menghitung tebal tutup adalah :
pi .ro
th =
2 f m sin α (27)

Jika,, sin α = ro/r


Jika /r,, maka :

pi .ro pi .r
th = = (28)
2 f m ro / r 2 f m

Dari persamaan dasar (28),


(28) dengan memperhatikan ASME Code, Code
maka untuk beberapa jenis tutup dish dapat diberikan persamaan
persamaan..
Torispherical Dished Head
pi .ri .W
th = +C
2 ( fE − 0,1 pi ) (29)

1⎛ r ⎞
W = ⎜⎜ 3 + ⎟⎟
4⎝ icr ⎠

Bentuk Standar Dishedhead


(atau
atau,, untuk knuckle radius lebih besar dari 6%), maka :
00,885
885 p.rc
th = +C
( fE − 0,1 p ) (29a)
Elliptical Dished Head
pi .di .V
th = +C
2 ( fE − 0,1 pi ) (30)

dimana : V = 1/6 (2 + k2) dan k = a/b (see to table 8.1 B & Y)


atau :

p.d
th = +C (31)
2 ( fE − 0, 2 p )
Hemispherical Dished Head
pi .di
th = +C
4 ( fE − 0,1 p ) (32)

9 Bagian tutup
tutup,, yaitu crown radius (r), knuckle radius atau torus
(inside corner radius, icr
icr)) dan straight flange (S
(Sf), menurut
ASME Code,
Code, dapat di tetapkan berdasarkan tabel 5.7 B & Y.
9 Straight flange berbentuk elliptical (tabel
(tabel 5.11 B & Y)
9 Straight flange berbentuk dishedhead (tabel 5.8 B & Y)
C i l
Conical

Gambar 10. Tutup berbetuk conical

ƒ Conical adalah suatu bentuk tutup yang hampir sama dengan


bentuk silinder,
silinder, dimana jari
jari--jari silinder berubah secara teratur
(lihat gambar 10)
ƒ Pada titik A dimana tekanan (p) mengenai dinding secara tegak
lurus merupakan titik yang ditinjau
ditinjau.. Pada tinjauan tersebut stress
yang terjadi merupakan circumferential stress.
stress
ƒ Apabila dari titik A tersebut ditarik garis tegak lurus pada sumbu
vertikal,, maka panjang L dapat dihitung dengan persamaan :
vertikal
r = L cos α atau L = r / cos α (33)
ƒ Pada keadaan α = 0o maka L = r, r, dengan demikian bentuk konis
hampir sama dengan silinder
silinder,, sehingga perhitungan tebal tutup
bentuk konis sama dengan silinder
silinder,, Cuma dipengaruhi oleh cos
α, yaitu :
pd
tc = +C
2 cos α ( fE − 0, 6 p ) (34)
ƒ Untuk memperkuat sambungan antara tutup dan bagian silinder
silinder,,
perlu dipasang cincin penguat dengan luas
luas,,

pi ⎛ d 2tgα ⎞⎛ Δ ⎞
A= ⎜ ⎟ ⎜1 − ⎟ (35)
fE ⎝ 8 ⎠⎝ α ⎠
Tori-Conical
Tori-
ƒ Desain tebal pad tutup berbentuk tori tori--conical seperti pada
gambar,, ada dua tebal,
ggambar tebal, yyaitu th
th--1 ppada bagian
g toritori--spherical
p
dan th
th--2 pada bagian tutup berbentuk conicalconical..

Gambar 11. Tutup berbetuk tori


tori--conical

Diameter knuckle ekivalen


ekivalen,, de
de = di – 2(
2(Icr
Icr – b)
de = di – 2 (Icr
(Icr – Icr cos α)
de = di
de =  di – 2Icr (1 
2Icr (1 –– cos α) (36)
ƒ Harga
g jjari
jari--jjari ((L)) dari sumbu silinder sampai
p ppada bagian
g torus :
L = de / 2 cos α (37)

ƒ Dengan memperhatikan ASME


ASME--Code, maka desain tebal tori
tori--
conical berdasarkan pers.(36)
pers (36) dan (37) adalah :
pi L.W
th −1 = +C
2 ( fE − 0,1 pi ) (38)

dimana : W = 1 ⎜⎛ 3 + r ⎞
⎟⎟ dan L = de/2 cos α
⎜ 4⎝ icr ⎠ de = di – 2 Icr (1 – cos ½ α)

pi d e
th − 2 = +C (39)
( )
2 ( fE − 0,
0 6 pi ) cos α
Contoh
C t h soall 2 :
Sebuah bejana berdiameter dalam 60 in., tutup bawah bejana
b b t k conical
berbentuk i l dengan
d sudut
d t puncakk 60o. Bahan
B h bejana
b j SA--240
SA
grade O.
O. Alat ini bekerja pada 35oC, 1 atm. Pengelasan berupa
double welded butt joint dengan faktor korosi 1/16 in.
in Desainlah
tebal silinder,
silinder, tutup atas dan bawah
bawah.!!!
.!!!
Contoh Kasus

Persamaan reaksi utama (proses dimerisasi Etilen) :

X = 95,7 %
Reaksi Utama
Kecepatan laju reaksi orde 1
C2 H 4( g ) + C2 H 4( g ) ⎯⎯⎯
→ C4 H 8( g )
katalis
terhadap A (Etilen) , maka :
Awal : FAO FAO − − ra = kC1A
Reaksi : − FAO . X − FAO . X + FAO . X
−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−
Sisa : FAO (1 − X ) FAO (1 − X ) FAO . X

FAo . X
FAO = CA = CA0 (1 – X)
X FA = FAo (1 – X)

FAo kmol / h kmol


C Ao = = 3
=
vo m /h m3
Perhitungan
g volume fase g
gas (Plug
( g flow)) :

Reaksi :
C2 H 4( g ) + C2 H 4( g ) ⎯⎯⎯
katalis
→ C4 H 8( g )
Awal : FAO FAO −
Reaksi : − FAO . X − FAO . X + FAO . X
−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−
Sisa : FAO (1 − X ) FAO (1 − X ) FAO . X

FC2 H 4 = FAO (1 − X ) = FA
FC2 H 4 = FAO (1 − X ) = FA
FC4 H 8 = FAO X + yA =
FA
E3-7.1 Fogler, 1992:92)
----------------------------------- FA Total
F Total = FAO (2 − X )
FAO (1 − X ) 1− X
yA = =
FAO ( 2 − X ) 2 − X

C AO = y AO CTO

Po
C AO = y AO E2-3.1 Fogler, 1992:41)
RTo

Po 1 − X Po
CA = yA = .
RTo 2 − X RTo
Untuk Plug
g flow digunakan
g persamaan
p
X X
V dX V dX
=∫ =∫ 1
FAO 0 − rA FAO 0 kC A
X X
dX RT dX
=∫ = o .∫
0 ⎛ 1 − X ⎞ ⎛ Po ⎞ k .Po 0 (1 − X ) / ( 2 − X )
k⎜ ⎟⎜ ⎟
⎝ 2 − X ⎠ ⎝ RTo ⎠

R.To
X
( 2 − X ) dX = R.To X (1 − X ) + 1 dX = R.To ⎡ X ⎛1 + 1 ⎞ dX ⎤
=
k .Po ∫0 (1 − X ) ∫
k .Po 0 (1 − X )
⎢ ∫ ⎜⎜ ⎟⎟ ⎥
k .Po ⎢⎣ 0 ⎝ (1 − X ) ⎠ ⎥⎦

R.To ⎡X X
⎛ 1 ⎞⎤
= ⎢∫ d dX + ∫ ⎜
⎜ (1 − X )
d ⎟⎥
dX

k .Po ⎢⎣ 0 0⎝ ⎠ ⎥⎦
R.To
V = FAO l (1 − X ) ⎤⎦
⎡⎣ X − ln
k .Po
Sehingga Volume total fluida dalam reaktor gelembung
adalah :

Volume total = Volume liquid + volume gas

Jika safety factor 20%, maka :

VD = Volume total x safety factor


Pemilihan jenis impeller tergantung pada jenis dan sifat fluida :
Propeller µ< (rendah)
Turbin <µ< (rendah – sedang)
Paddle µ> (tinggi/viskos)
dimensi Impeller :
Da/Dt = 1/3 – 1/5
Zi/Da = 2,7 – 3,9 Zi = tinggi impeller dari dasar
Zl/Da = 0,75
0 75 – 1,31
1 31 Zl = tinggi
ti i liquid
li id dalam
d l tangki
t ki
P/Da = 0,25 P = panjang blade
L/Da = 0,200 20 L = lebar
l b blade
bl d
J/Dt = 1/12 J = lebar baffle
ƒ Kecepatan
p Impeller
p
V H liquid .Sg rata − rata
N= Jumlah agitator =
(π .Da ) Dt

V = kecepatan
p linear : u/ turbin : 200 – 250 mpmp
u/ propeler : 300 – 500 mpm
jarak antara agitator : 1 – 1,5Da (Joshi, p
p-389)
389)

ƒ Konsumsi Power Pengaduk


Power pengaduk yang dibutuhkan tidak dapat diprediksi secara
teoritis,, tetapi
p dengan
g menggunakan
gg korelasi empiris
p antara
turbulensi pengadukan, power number and froude number
sehingga diperoleh korelasi :
Untuk unbaffle tank (Ludwig Vol.1,
Vol 1 p – 301) :
a − log Nre
Φ ( ρ . N .D
3 3
)⎡N .Da ⎤
2 b
P=
a
⎢ ⎥
g ⎣ g ⎦
Reynold number ρ .N .Da2
Nre =
μ
N .Da2 ν = viskositas kinematis
Nre =
υ

Untuk unbaffle turbin Nre >> 300,


300 Φ = 0,9.
0 9 Dari Fig
Fig. 55.13
13 Ludwig
vol.1 dengan menggunakan fungsi Nre didapat Φ.
a=2 ; b = 40
N P ( ρ .N 3 .Da5 )
Untuk baffle tank : P=
gc
→ Nre ≤ 10.000

KT ( ρ .N 3 .Da5 )
P= → Nre ≥ 10.000
gc
ƒ Rasio kebutuhan daya gas sparged liquid dalam stirred tank, PG/P.
Berdasarkan
B d k data
d empirisi i untukk six-flat
i fl t blade
bl d turbine,
t bi dengan
d lebar
l b
blade 1/5 da, untuk diameter tangki sampai dengan 0,6 m, namun
Persamaan dibawah ini akan berlaku juga untuk tangki yang lebih
besar di mana liquid depth-to-diameter ratio biasanya dalam region.

Log (PG/P) = -192 (d/D)4.38(d2N/v)0.115(dN2/g)1.96(d/D)(Q/Nd3)

ƒ Rasio PG/P untuk flat-blade turbine impller systems dapat diestimasi


dengan persamaan :
PG/P = 0.10(Q/NV)-1/4(N2d4/gbV2/3)-1/5
dimana V adalah volume liquid, dan b adalah impeller blade width.
Konsumsi Daya untuk Gas-Liquid Mixing

Energy loss melalui sparger ditentukan dari perhitungan


pressude drop untuk orifice,

ρ g ⎛ uo ⎞
2

ΔPspiakrkger = ⎜ ⎟
2 gc ⎝ cd ⎠

ket, uo adalah kecepatan melalui orifice tunggal dan cd


adalah koefisien,, 0,9
, untuk downstream ke upstream
p rasio
tekanan 0,4 atau kurang.
P t i l head,
Potensial h d

g g
ΔPp = ⎡⎣(1 − ε ) ρ L + ερ g ⎤⎦ Z ≈ ρ L Z L
gc gc
ket, ZL adalah ketinggian liquid tanpa gas.

Power total per unit volume dalam memompa gas (Pg)

Pg Qg ρ g uo2 Qg ρ L Z L ( g / gc ) Qg ρ g uo2 g
= 2
+ = 2
+ ( us ) g ρL
V 2g c V
c d Ac Z L 2g c V
c d gc
ket, (us)g adalah superficial gas velocity dan Qg adalah laju
alir
li volumetrik
l t ik gas.
K
Konsumsi
i Power
P d l sparging
dalam i gas,
0.45
⎡ hp ft 3 / min ⎤
( )
0.45
⎛ Pa2 NDI3 ⎞ 2

( Pa ) g = 0.08 ⎜ 0.56 ⎟
⎜ Q ⎟
, ⎢ ⎥
⎝ ⎠ ⎢ ( ft 3 / min )0.56 ⎥
g
⎣ ⎦
ket, (Pa)g adalah power gas dan Pa adalah power bukan gas.
• Daya Motor
Kebocoran tenaga akibat poros dan bearing (Gland losses)
Gland losses = 10% Power input
p (P( i)

Kebocoran tenaga akibat motor seperti pada belt dan gear


(transmision system losses).
Transmision system losses = 20%Power input
• Untuk operasi pengadukan moderate (propeller dan turbin)
untuk konsumsi power spesifik 0,2 – 0,5 kW/m3.
Waktu pencampuran untuk suatu Vessel batch, dapat
dihitung dengan,

⎛ μV ⎞ ⎛ V ⎞
1/ 2 1/ 5

θ = 12.000 ⎜ ⎟ ⎜ 3 ⎟
⎝ P ⎠ ⎝ 1, 0 m ⎠

ket, μ = viskositas, Pa.s ; P = power, watt; V = volume, m3.


Example : Calculate the power requirements, with and without aeration,
of a 1.5
1 5 m-diameter stirred tank,
tank containing water 1.5
1 5 m deep,
deep equipped
with a six-blade Rushton turbine that is 0.5 m in diameter d, with blades
0.25d long and 0.2d wide, operating at a rotational speed of 180 rpm. Air
is supplied from the tank bottom at a rate of 0.6 m3 min-1. Operation is at
room temperature. Values of water viscosity μ = 0.001 kg m-1 s-1 and
water
t density
d it ρ = 1000 kg k m-33; hence
h μ/ρ
/ = v = 10-66 m2 s-11 can be
b used.
d
Desain Poros Pengaduk
Poros yang terbuat dari commercial cold rolled steel.
Shear stress yyang g di izinkan fs = 550 kg/cm
g 2.
Elastic limit intension = 2460 kg/cm2.
Modulus elastisitas (E) = 9,5 x 105 kg/cm2.

Moment Puntir yang terjadi pada poros:


hp.75.60
TC = N = putaran pengaduk
2.π .N hp = daya pengaduk
Tc = momen puntir

Moment puntir max.=


max = 11,5T
5TC
Modulus p
polar dari p
penampang
p g melintang
gpporos::
poros
1,5TC
ZP = fs = shear stress
fs

Diameter poros (d)


(d)::
π .d 3
ZP =
16
Bending Moment
Moment::
Tm
Fm = → Rb = Da / 2
0, 75Rb

Rb = modulus blade (radius of blade)


l = tinggi
gg tangki
g total – Za l=p
panjang
j gp poros

Bending Moment (M):


M = Fm . L
Bending moment equivalent (Me):

, M + M + (Tm )
M e = 0,5 2 2⎤
⎢⎣ ⎥⎦
untuk pipa pijal
pijal::
π .d 3
Z= d = diameter p
poros
32
Stress karena bending moment (f
(f):
Me
f =
Z
jika fhitung lebih kecil dari fdata, maka diameter poros dapat
dipakai,, jika lebih besar
dipakai besar,, maka perlu di trial ulang dengan :
Dicoba diameter poros (d) = ….cm
π .d 2
Z=
32
Syarat defleksi :
Defleksi yang
y g terjadi
j ppada p
poros::
poros
WL3 Fm .I 3
δ= =
3 E.I 3.
3. 3 E.I
π .d 4
I=
64
kritis: NC =
Kecepatan kritis:
60 x 44,987
987
δ
Syarat untuk turbin,
turbin, Naktual = 50 – 65%NC
Seandainyay Naktual tidak memenuhi syarat
y untuk turbin,
turbin,
maka perlu dilakukan penurunan defleksi :
Trial diameter poros (d)= ….. ..cm
cm

π .d 4
I=
64
60 x 4,987
NC =
WL 3
Fm .I 3
δ
δ= =
3.E.I 3.E.I
Heat--Transfer Coefficient
Heat

Heat-Transfer Coefficient on the Agitated Side


Heat-
Studi reaktor tangki berpengaduk,
berpengaduk, dengan jacketted dan ber
ber--
baffle untuk simultaneous gas sparging dan Impeller rotation
the
th hheatt-transfer
heat- t f coefficient
ffi i t adalah
d l h berhubungan
b h b d
dengan
power inputs untuk sistim
sistim,,
⎡ ( Pa ) g + Pk ⎤
0 25
0.25

hg = h ⎢ ⎥
⎢⎣ Pa ⎥⎦

Ket, hg dan h adalah liquid heat-


Ket, heat-transfer coefficient dengan
g
dan tanpa sparging
sparging,, Pk adalah power yang dibutuhkan untuk
compress gas secara adiabatis dari tekanan pada top dan
bottom..
bottom
Untuk konfigurasi standar
standar,, (Rase
(Rase,, p-
p-356)
0.33
⎛ cp μ ⎞
0.65 0.24
hD ⎛ ρ ND ⎞ 3
⎛ μb ⎞
= 0.73 ⎜ ⎟
I
⎜⎜ ⎟⎟ ⎜ ⎟
λf ⎝ μ ⎠ ⎝ λf ⎠ ⎝ μw ⎠

Untuk konfigurasi nonstandar


nonstandar,, substitusi untuk 0.73,
1.155 ((ZI/D)
/ )0.4 ((ZL/D)
/ )-0.56,
ket;; ZI adalah tinggi impeller dari dasar Reaktor.
ket Reaktor.
Heat-Transfer to Solid
Heat- Solid--Liquid Suspension
Suatu korelasi untuk jacketted vessel dengan suatu
vertically--mounted propeller and four baffle berdasarkan
vertically
analisa
li regresii linear
li pada
d Newtonian
N t i slurries,
slurries
l i ,
0.13 −0.16 −0.04
⎛D⎞
0.33
⎛ cp ⎞ ⎛ ρp ⎞ ⎡ mc / ρ p ⎤
hD
( ) (N )
0.6 0.26
= 0.575 N Re ⎜ I ⎟ ⎢ ⎥
λ
Pr ⎜ ⎟ ⎜ cp ⎟ ⎜⎜ ρ ⎟⎟ ⎢⎣1 − ( mc / ρ p ) ⎥⎦
I
⎝ DI ⎠ ⎝ f ⎠ ⎝ f ⎠

Ket, cpI kapasitas panas partikel katalis pada sisi padatan


Ket, padatan,, mc
adalah beban katalis (ML-3).
D i Nozzle
Desain N l dan
d Penguatnya
P t
a. LLubang
b pemasukan
k dan d pengeluaran
l atau
t nozzle l
untuk desian ukuran nozzle yang optimal ada dua cara :
1. secara grafis
2. secara analitis
b. Manhole and handhole
ƒ Manhole dan handhole adalah nozzle yang diameternya lebih
besar dibandingkan
g dengan
g nozzel ppemasukan & ppengeluaran
pengeluaran.
g .
ƒ Manhole di desain diameter 20 in atau 24 in
c Penguatan lubang atau reinforcement
c.
ƒ Pengelasan bagian dalam (twi)
t i = 0,7
tw 0 7 (t
(tmin)
ƒ Pengelasan bagian luar (two)
two = 0,5 ((ttmin)
ƒ Untuk mengetahui apakah lubang nozzle perlu penguatan atau
tidak dapat dievaluasi dari luas penampang tebal pada bagian
shell dan nozzle (lihat
(lihat gambar
gambar)).
gambar).
)

ƒ Adapaun
p luas penampang
p p g adalah :
A = trs x dn
dimana : trs = tebal teoritis shell,, in
dn = diameter nozzle, in
A1 = (t
(ts – trs) dn
A2 = 2 x [(t
[(tn – trn) (2,25tn + tp)]

pi din
trn = +C
2 ( fE − 0,
0 6 pi )

ket : tn = tebal nozzle, in.; trn = tebal teoritis nozzle, in.; tp = tebal
penguat nozzle, in

A3 = (two2 + twi2)
A4 = ((ddp – dn – 2tn)tp

jika : A1 + A2 > A dimensi penguat sudah memadai


A1 + A2 < A dimensi penguat belum memadai
Desain Flange
ƒ Berbagai
g jjenis flange
g yyangg umum digunakan
g adalah :
1. Welding
Welding--neck (Fig. 7.1 a)
2 Slip
2. Slip--on (Fig
(Fig. 77.11 b)
3. Lap
Lap--joint (Fig. 7.1 c)
4. Blind (Fig. 7.1 d)
ƒ Desain flange g melibatkan :
a) Selection of the gasket (material, type, and
dimensions))
b) Flange facing
c)) Boltingg
d) Hub proportion
e)) Flange
g widht
f) Flange thickness
Pemilihan Gasket
ƒ Gasket biasanya soft pacing material yang diperkenalkan
diantara flange faces.
faces.
ƒ Rasio
R i gasket k t stress,
stress
t , ketika
k tik vessell dibawah
dib h tekanan
t k
tekanan,, untuk
t k
tekanan dalam yang disebut “gasket factor”.
factor”.
ƒ Gasket factor adalah suatu property dari gasket material
and construction dan tidak tergantung dari tekanan internal
diatas berbegai tekanan
tekanan..
ƒ The pplain face flange
g adalah sangat
g ekstrem digunakan
g
untuk temperatur diatas 250oC dan tekanan diatas 1 MN/m2
Source : Bhattacharyya, p-104
Desain Gasket
ƒ Material gasket (Fig.12.11, p-
p-228 Brownell)
Lebar gasket:
do y − pm
=
di y − p ( m + 1)

m = faktor
f kt gasketk t (Fig.12.11)
(Fi 12 11)
y = minimum design seating stress (Fig.12.11)
p = iinternal
t l pressure, psii
do = outside diameter gasket, in
di = iinside
id diameter
di gasket,
k iin
di = IDvessel + 2t
do = (do/di) x di
lebar ggasket minimum,W:
minimum,W , :
= ½ (do – di)
diameter g gasket rata-
rata-rata,, G:
= di + W
Basic Seating width:
bo = W/8
jika bo ≤ ¼ in, maka b = bo (Fig.12.12 Brownell)
b = effective gasket seating width
bo = Basic gasket seating width
jika bo > ¼ in, maka
maka,,
bo
b=
2
Bolting Design
1 Beban
1. B b pada
d Bolt.
B lt
Ada dua beban baut : yang dikembangkan oleh pengetatan
baut Wm2, dan yang ada di bawah kondisi operasi,
baut, operasi Wm1.
Beban baut untuk kondisi pengetatan harus mengerahkan
kekuatan yyang
g cukup,
p, Hy,
Wm2 = Hy = π.b.G.y

2. Beban yang dibutuhkan untuk menahan


kebocoran. Gaya yang diperlukan untuk
pelihara gasket dari kebocoran
Hp = 2.b.π.G.m.p

3. The internal pressure produces an end


force
H = 0,7850 (G2).p
4. Total beban gasket
Wm1 = H + Hp
5 Penentuan luas bolt minimum
5.
Jika Wm2 < Wm1, maka yang mengontrol Wm1 (untuk
internal presure
presure)).
presure).
) Untuk kondisi operasi
operasi,, luas bolting
minimum,
Wm1
Am1 =
fb (fb = tabel 13
13..1 atau item 4 Brownell)

jika yang mengontrol Wm2 tanpa internal pressure

Wm2
Am2 =
fa
6. Penentuan ukuran bolt minimum
(see to table 10.4, p – 188, Brownell & Young)
Bolt circle (c)
= IDvessel + 2(1,41 x g + R) g = tebal shell
R = radial
di l distance
di
Desain Flange
1. Menghitung otside diameter flange
OD flange,
g , A = C + 2E E = edge
g distance

2 Check lebar gasket


2.
Ab actual = Jumlah bolt x Root area
Abactual . f allowabel
lebar gasket minimum =
2. y.π G

lebar gasket ini harus lebih kecil dari lebar gasket yang dipilih
dipilih..
Desain Moment
1. Untuk keadaan bolting up, tanpa tekanan dalam
⎛ Am + Ab ⎞ ⎛ Am 1 + Ab actual ⎞
W =⎜ ⎟ fa = ⎜ ⎟ fa For gasket seating
⎝ 2 ⎠ ⎝ 2 ⎠

2. Jarak radial dari gasket ke lingkaran baut


hG = (C – G)/
G)/22

3. Flange moment
Ma = W x hG

Dalam keadaan operasi


operasi:: W = Wm1
4. Hydrostatic
y and force p
pada daerah dalam flange
g
HD = π/4 (B2).p B = outside diameter

5. Jarak radial dari bolt circle ke circle pada aksi HD


hD = ½ ((C – B))

6. Moment Diamerial
MD = HD x hD
HG = Wm1 – H
MG = HG x hG

7. Perbedaan antara Hydrostatic end Force dan Hydrostatic and


Force p
pada area inside flange
g :
HT = H – HP
hT = ((h
hD + hG)/2
MT = HT + hT

jadi moment untuk kondisi operasi :


M = MD + MT + MG
Mo

jika dalam proses Ma << Mo, maka yang mengontrol


proses adalah Mo = Mmax.
ƒ Calculation of Flange Stresses
9 Stress di shall flange di tentukan untuk kondisi operasi dan gasket
seating condition,
condition, yang mana di kontrol
kontrol..
9 Untuk perhitungan,
perhitungan, faktor berikut diperkenalkan dalam operasi
sebagai gasket seating conditions dengan membagi moments
dengan flange inside diameter B :
M o CF M o CF
M= M=
B dan B total flange moment
9 Untuk gasket seating,
seating, total flange moment Mo adalah
berdasarkan flange design bolt load,
load, yang which is opposed only
by the gasket load in which case,

Mo =W
( C − G)
2
ƒ Tebal Flange

t=
(Y .M max ) K = A/B
( f .B ) A = outside diameter flange, in
B = shell outside diameter,
diameter in
Y = (Fig.12.22 Brownell, p-
p-238)

ƒ Perhitungan Flange pada Perpipaan


Umumnya digunakan adalah ASA B16E-1939 FORGED and ROLLED
STEEL – ASTM 181 (Brownell Fig.12.2, p – 221).
Contoh : Design a pair of welding neck flanges yang akan
digunakan pada sebuah reaktor. Diameter dalam reaktor
41 in. dengan tekanan 150 Psi dan 500oF, tebal shell
reaktor ½ in. dengan faktor korosi 1/8 in. Shell side
fl
flange di las
l menjadij di sebuah
b h ukuran
k 41 x 75 iin. pada
d
460 Psi dan 650oF. Assume iron jacketed asbestos filted
gasket on both side and use A-105
A 105 flanges with A-193-B7
A 193 B7
Bolts.
Desain Beban Reaktor
ƒ Untuk menyangga berat Reaktor Reaktor,, umumnya dipilih penyangga
jenis leg and lug dengan pertimbangan Reaktor tidak terlalu berat
yang ditahan :
1. Berat Bejana
Wsheel = (π/4) (Dporos)2(Lporos).ρporos
= (π/4) (OD – ID)2(Lporos).ρporos
dimana,, L = tinggi reaktor total
dimana

Berat tutup atas dan bawah


bawah::
DB = OD + OD/
OD/4242 + 2sf + 2/3 Icr (for gages under 1 in)
DB = OD + OD/24
OD/24 + 2sf + 2/3 Icr + t (for gages in
in.. & over)
sf = straight flange, in (Tabel 5.6 Brownell)
Icr = Inside
Inside--corner Radius, in (Tabel 5.7 Brownell)
Berat tutup = 2(
2(π
π/4)(DB)2.t.ρ
.t.

Berat flange = 2(π
2(π/4)[(
/4)[(OD
ODflange)2(IDflange)2].
].ttflange.ρ
jadi::
jadi
Wbejana = Wsheel + Wdish + Wflange

berat umpan = …….

maka:
maka:
Wdesign = ((W
Wbejana + Wumpan) x faktor keamanan
Desain Penyangga (Leg and Lug)
ƒ Leg adalah bagian kaki penyangga yang biasanya dibuat dari
I-BEAM AMERICA STANDAR (Brownell, Item 2, p-355) ,
sebanyak 8 buah – beban Reaktor merata pada ke 4
penyangga.
ƒ Desain leg meliputi jumlah
jumlah,, tinggi dan ukurannya
ƒ Jumlah leg berpengaruh pada besar beban yang akan ditahan
oleh masing
masing--masing leg.
leg
ƒ Besar beban oleh masing-
masing-masing leg :

P=
4 Pw ( H − L )
+
∑ W
n.dbc n (42)

P = beban kompresi maksimum


gg reaktor diatas ppondasi
H = tinggi
atau
P=
∑ W
(42a)
L = jarak dari pondasi sampai ke dalam vessel n
Dbc = diameter anchor bolt circle
ΣW = berat dari vessel beserta isi dan perlengkapannya
ƒ Beban angin pada vessel diberikan oleh,
oleh
Pw = ½ CDρVw2A (42b)
k , CD
ket,
ket = drag
d coefficient
ffi i
ρ = densitas udara
Vw = kecepatan angin
A = proyeksikan daerah yang normal untuk arah
angin
i
ƒ Jika wind velocity diketahui
diketahui,, perkiraan tekanan angin dapat
dihit
dihitung d i hubungan
dari h b berikut
b ik t yang disederhanakan
di d h k ,
disederhanakan,
Pw = 0.05Vw2 (42c)
ket,, Pw = minimum wind pressure yang akan digunakan untuk
ket
moment calcultaion,
calcultaion, N/m2.
Vw = maximum wind velocity experinced oleh daerah di
bawah kondisi cuaca yang terburuk,
terburuk, km/h
a Jumlah leg
a.
Pada bejana pendek biasanya jumlah leg yang dipasang
sebanyak 4 buah
buah,, tetapi pertimbangan aspek teknis biasanya
digunakan 3 buah
b Tinggi leg
b.
Tinggi leg (l), di desain berdasarkan pada tinggi bejana
bejana,, yaitu :
¾ tinggi total bejana (h)
¾ tinggi ujung tutup bawah ke permukaan tanah (L), biasanya
diambil sebesar 5 ft. (1.52 m)
maka tinggi leg adalah :
l=L+h
0,5(
l = 5 ft + 0,5(hb
, (hb)) + Ls + Sf + ha)) ((43))
Dimensi Penyangga
Dari App.
App.G Brownell, p – 355
355,, untuk jenis I BEAM pada item 2,
dimensi dapat di trial
trial..
contoh : ukuran 8 in, 8 x 4

ƒ Stress akibat peletakan beam pada axis 1 – 1, akan


menimbulkan beban exentrik pada beam
beam::
fcaxial = fc – fcexentric
= fc – (Pia
Pia)) / (I/y)

ƒ Stress akibat peletakan beam pada axis 2 – 2, tidak


menimbulkan beban exentrik pada beam
beam::
fc axial = fc = Pi/A
Columns and Structure
ƒ Jika kita mempertimbangkan sebuah kolom yang panjangnya
g
besar dibandingkan least cross-
cross-sectional dimension,
dimension, dengan g
nilai L/k >> 200,
200, kegagalan biasanya terjadi oleh buckling
buckling,, dan
besarnya beban kritis,
kritis,
P/A = fc = Π2E/(L/k)2 Euler’s equation for long column
ket,,
ket E = modulus elastisitas
elastisitas,, Psi
= 29 x 106 Psi commercial steels
L/k = slenderness ratio (Fig. 5-5-34 Hesse & Rushton)
Rushton)

ƒ Untuk memungkinkan efek kolom di akhir kondisi Euler’s


equation dapat ditulis
ditulis,,
P Cπ 2 E
= fc = C adalah faktor yang tergantung pada kondisi
(L / k)
2
A akhir (see fig. 55--31 H & R)
ƒ Jika
Jik rasio
i L/k < 40,
40 maka
k :
fc = P/A
Jik rasio
Jika i L/k antara
t 40 dan
d 120,
120 umumnya terjadi
t j di dengan
d
kombinasi antara buckling dan direct compression, dan
persamaan berikut digunakan untuk menetukkan critical stress,
stress,

y( ) ⎤
P ⎡ f L / k
2

= f c = ⎢1 − ⎥
A ⎢⎣ 4π CE ⎥
2

ket,, fy = yield point ot the material.
ket material.
ƒ Apabila
p luas ppermukaan beam terhadap p hasil pperhitungan
g
lebih kecil daripada luas permukaan beam dari data, dan
stress axial hasil perhitungan lebih kecil dari pada stress
yang diizinkan (= 15000 Psi), maka Beam dapat dipakai
dipakai..

a. Trial Pemasangan axis 1 – 1


Compression
p – column,, g
gross section,, axiallyy loaded
Jika L/k ≤ 120
120,, (Hesse,
Hesse, p-142
142)) :
fc = 17000 – 0,4850
4850(L/k)
(L/k)2
L/k > 120 digunakan persamaan :
18000
fc = 2
1 ⎛L⎞
1+ ⎜ ⎟
18000 ⎝ K ⎠
fc axial = fc – fc exentric
fc exentric = P.a / (I/y)

a = 0,5b x Jarak vessel dengan penyangga


b = lebar flange
(I/y) = Panjang penyangga x Tinggi beam(r1-1)
y=½b

jika fcaxial < 15000 psi,


psi, maka trial benar dan dapat dipakai
dipakai..
Check :
A = P / fcaxial
jjika A hitungg < A data,, maka I BEAM dapatp dipenuhi.
dipenuhi
p .
Perhitungan Lug
LUG yang dipakai terdiri dari gusset dan 2 buah plate horisontal
Penentuan A,
A = dbold size + 9

dbold size dicari dengan :


W = P/8
P/8

W 4.W
fs = = fs = App
App.
pp.D, Brownell
ab (π .db2 )

44.W
db =
2

(π . f s ) Penentuan b’ & L
b’ = dbold
b i +8
b ld size
L =a+½b
P
Penentuan
t T b l Plate
Tebal Pl t Horisonatl
H i tl (thp)
Ukuran dbold size dapat dilihat pada tabl 10.4 Brownell. γ1 dari
tabel 10.6 didapat dengan cara interpolasi.
interpolasi.
e = nut/2
p’ = fs + Ab
Poisson’s ratio,, µ
steels = 0,3 ((Hesse
Hesse,, p – 34)
cast iron = 0,25
0 25
copper & alloy = 0,33
P ⎡ 2l ⎤
My = ⎢ (1 + μ ) ln + ( 1 )⎥
1 − γ
4π ⎣ πe ⎦

My = maximum bending moment along radial axis, inch-pound


Mx = maximum bending moment along circumferential axis, axis inch
inch-pound
pound
b = gusset spacing, inchi
e = radius, of action of concentrated load, inchi
= one-half
one half distance across flats of bolting nut,
nut inchi
a = radial distance from outside of skirt to bolt circle, inchi
l = radial distance from outside of skirt to outer edge of compression plate, inchi

⎡ πa ⎤
2l sin
P ⎢ ⎥ ⎡ P⎤
⎢(1 + μ ) ln + 1⎥ − ⎢(1 − μ − γ 2 ) ⎥
Mx = l
4π ⎢ πe ⎥ ⎣ 4π ⎦
⎣ ⎦
thp = ( 6M y / f allowable )

Penentuan tebal gusset


tg = 3/8 thp
Desain Base Plate
Base plate dipakai untuk menahan agar beban tidak menembus
tanah.. Dalam hal ini dipilih beton sebagai pondasi
tanah pondasi,, fbp = 600 Psi
(tabel
t b l 7.7 Hesse
H
Hesse, , p – 162
162)).
Pada kaki-
kaki-kaki penahan bagian bawah,bawah, dipasang base plate yang
dihubungkan dari beton beton.. Base plate diambil berbentuk empat
persegi panjang dng sisi sebagai berikut :
Panjang base plate = 0,95 95d
d + 2m (H & R,
R p – 163
163))
d = panjang kaki penahan
m = jarak tepi base plate dengan kaki penahan
Lebar base plate = 0,80 80b
b + 2n (H & R, p – 163
163))
b = lebar kaki penahan
n = jarak tepi base plate dengan kaki penahan
plate tersedia dengan tebal : ¼, ¼ 3/8, ½,
½ ¾,
¾ 1, 1¼,
¼ 1½,½ 1¾,¾ dan 2 in
Tekanan tiap penahan :
P
=
ukuran base plate

ukuran base plate memadai jika


jika,, tekanan tiap penahan lebih kecil
dari allowable bearing stresses beton
beton..

Tebal Base Plate


Tebal base plate dihitung dengan persamaan (Hesse
Hesse,, p – 163
163)):
t = (0,00015 pm2)½
t = (0,00015 pn2)½
t = tebal base plate minimum yang di izinkan,
izinkan, in
p = beban
b b kompresi
k i per lug,
l lb
m = ((ukuran
ukuran base p
plate – dimensi I BEAM))
n = (ukuran
(ukuran base plate – dimensi I BEAM)

Penentuan Diameter Baut


Setiap base plate terdapat 4 buah baut
baut,, sehingga
sehingga::
P masing
masing--masing baut = P/n
P
Abolt =
fbolt

Abolt
db ( diameter baut ) =
π /4

check pada tabel 10.4,


10 4 sesuai dengan db standar
Desain Pondasi
Contoh : diambil ukuran pondasi
pondasi;;
Bidangg atas : 12 x 12 in
Bidang bawah : 17 x 17 in
Tinggi : 12 in
ρbeton : 150 lb/
lb/cuft
cuft

luas permukaan rata-


rata-rata = [(12 x 12) + (17 x 17)] / 2
= 216,5000 in2.
volume pondasi = Tinggi x luas permukaan
= 12 x 216,5000
= 2598 in3.
Pondasi terbuat dari semen, pasir dan gravel.
Save bearing power minimum untuk semen, pasir & gravel
= 5 – 10 ton/ft2 (Tabel 12
12--2 Hesse
Hesse,, p – 327)
Volume pondasi
Wpondasi = x ρbeton
Tinggi pondasi

Base plate terbuat dari steel (ρ


(ρsteel = 490 lb/cuft
lb/cuft ),
size base plate x ρ steel
t l x tbase
Wbase plate = b plate
l t

Tinggi pondasi

Wtotal = Wbase plate + Wpondasi + Wbase plate


Tekanan p
pada tanah
= berat total / luas tanah

jika lebih kecil dari save bearing power, maka tekanan pada
tanah dapat diterima
diterima..

Check Kemiringan Pondasi


Dari pers.
pers. 12
12..3 Hesse,
Hesse, p – 334
334;;
Untuk suatu beton yang mempunyai kekuatan yang bisa di
ijinkan adalah 2250 psi, ungkapan menjadi :
a
d= P
57
Untuk 3300 psi
psi, beton
a
d= P
69

Untuk 4250 psi, beton


a
d= P
78

d = tekanan yang dialami bearing soil,


soil, in
P = total beban pondasi / luas pondasi bagian bawah
tan = a/d
slope actual :
tan = (b – a) / a
dimana :
b = luas pondasi bagian bawah
a = luas p
pondasi bagian
g atas

slope aktual lebih kecil dari slope yang dinginkan,


dinginkan maka
pemilihan dengan pondasi yang ada dapat diterima.
diterima.
Thank You
Arigatou Gozaimasu

Anda mungkin juga menyukai