Abses Otak
Abses Otak
OLEH :
I WAYAN SUMARYANA
NIM : P07120011081
JURUSAN KEPERAWATAN
A. Latar Belakang
B. Definisi
C. Epidemiologi
D. Anatomi Otak
Anatomi otak adalah struktur yang kompleks dan rumit. Organ ini
berfungsi sebagai pusat kendali dengan menerima, menafsirkan, serta
mengarahkan informasi sensorik di seluruh tubuh. Ada tiga divisi utama
otak, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang.
Pembagian otak :
1. Prosencephalon - Otak depan
Sumber: www.stanford.edu/group/parasites/ParaSites
Tight junction dari endothelium pembuluh darah serebral
biasanya mampu menghalangi masuknya leukosit ataupun
mikroorganisme patogen ke susunan saraf pusat. Tetapi pada proses
radang dan imunologik, tight junction dapat menjadi bocor. Leukosit
polinuklearis terangsang oleh substansi-substansi yang dihasilkan dari
sel-sel yang sudah musnah sehingga ia dapat melintasi pembuluh
darah, tanpa menimbulkan kerusakan structural. Limfosit yang
tergolong dalam T-sel ternyata dapat juga menyebrangi endothelium
tanpa menimbulkan kerusakan structural pada pembuluh darah.
1. Organisme aerobik:
2. Faktor kuman
3. Faktor lingkungan
F. Histopatologi
a. Virulensi bakteri
c. Imunopatologis
H. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda klinis dari abses otak tergantung kepada banyak
faktor, antara lain lokasi, ukuran, stadium dan jumlah lesi, keganasan
kuman, derajat edema otak, respons pasien terhadap infeksi, dan juga
umur pasien. Bagian otak yang terkena dipengaruhi oleh infeksi
primernya.
Abses pada lobus frontalis biasanya tenang dan bila ada gejala-
gejala neurologik seperti hemikonvulsi, hemiparesis, hemianopsia
homonim disertai kesadaran yang menurun menunjukkan prognosis
yang kurang baik karena biasanya terjadi herniasi dan perforasi ke
dalam kavum ventrikel.
I. Diagnosis
(Sumber: http://emedicine.medscape.com)
Sumber: Kepustakaan 13
J. Penatalaksanaan
Etiologi Antibiotik
Tabel 1.2 Dosis dan Cara Pemberian Antibiotik pada Abses Otak
15 mg/KgBB/Hari IV
K. Diagnosa Banding
ABSCESS TUMOUR
T1 Hyperintense rim.
T2 Hypointense rim.
M. Prognosis
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien dan psikososial
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Pendidikan
d. Alamat
e. Pekerjaan
f. Agama
g. Suku bangsa
h. Reran keluarga
i. Penampilan sebelum sakit
j. Mekanisme koping
k. Tempat tinggal yang kumuh
2. Keluhan utama: nyeri kepala disertai dengan penurunan
kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang: demam, anoreksi dan malaise,
peninggikatan tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal .
4. Riwayat penyakit dahulu: pernah atau tidak menderita infeksi
telinga (otitis media, mastoiditis) atau infeksi paru-paru
(bronkiektaksis, abses paru, empiema), jantung (endokarditis),
organ pelvis, gigi dan kulit.
5. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Nyeri kepala
c. Nystagmus
d. Ptosis
e. Gangguan pendengaran dan penglihatan
f. Peningkatan sushu tubuh
g. Paralisis/kelemahan otot
h. Perubahan pola napas
i. Kejang
j. Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
k. Kaku kuduk
l. Tanda brudzinski’s dan kernig’s positif
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan abses
otak, yaitu :
C. Intervensi
Ditandai dengan :
a. Perubahan kesadaran
b. Perubahan tanda vital
c. Perubahan pola napas, bradikardia
d. Nyeri kepala
e. Muntah
f. Kelemahan motorik
g. Kerusakan pada Nervus kranial III, IV, VI, VII, VIII
h. Refleks patologis
i. Perubahan nilai ACD
j. Hasil pemeriksaan CT scan adanya edema serebri, abses
Ditandai dengan :
a. Penurunan kesadaran
b. Aktivitas kejang
c. Perubahan status mental
Ditandai dengan:
Ditandai dengan :
Ditandai dengan:
Ditandai dengan :
Ditandai dengan:
Data Subjektif (DS) : Pasien menguluh nyeri kepala, kaku pada
leher dan merasa tidak nyaman.
D. Implementasi
E. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall & Moyet, Buku Saku; Diagnosis Keperawatan, 13th
Edition, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2013