Kajian Parkir Full (Compress) PDF
Kajian Parkir Full (Compress) PDF
ii
2.4.4 Proses WTP Dalam Parkir .......................................................................... 23
2.4.5 Metode Penentuan WTP ............................................................................ 26
2.4.6 Pengertian ATP .......................................................................................... 30
2.4.7 Pengertian Tarif ......................................................................................... 31
2.4.8 Hubungan Antara Tarif Parkir Dan WTP .................................................. 32
2.4.9 Hubuan ATP Dan WTP ............................................................................. 34
2.4.10 Model Logit ............................................................................................... 36
iii
4.1.1 Umum ........................................................................................................ 64
4.1.2 Data Ruas Jalan .......................................................................................... 68
4.1.3 Identifikasi Tata Guna Lahan...................................................................... 72
4.2 Volume Lalu Lintas ................................................................................................ 77
4.3 Kondisi Perparkiran ................................................................................................ 80
4.3.1 Data WTN 2008 ......................................................................................... 80
4.3.2 Kondisi Eksiting ......................................................................................... 86
4.3.3 Volume Parkir ............................................................................................ 91
4.4 Willingness To Pay ( WTP ) Dan Ability To Pay (ATP ) ...................................... 99
4.4.1. Willingness To Pay ( ATP ) ....................................................................... 99
4.4.2. Ability To Pay ( ATP )................................................................................ 103
iv
6.3.2. Pemanfaatan Pangkalan Data Parkir .......................................................... 135
6.3.3. Standarisasi Pengelolaan Parkir ................................................................. 136
6.3.4. Peraruran Daerah Mengenai Stadar Pelayanan Minimal Pengelolaan Parkir
..................................................................................................................... 136
6.3.5. Sosialisasi Standar Pelayanan Minimal Pengelolaan Parkir ...................... 137
6.4 Konsep Penanganan Jangka Panjang ( Pertimbangkan Angkutan Barang ) .......... 137
6.4.1. Sistem Pengelolaan Parkir Pintar ............................................................... 137
6.4.2. Sistem Pengadaan Penyediaan Jasa Pengelola Parkir ................................ 139
6.4.3. Peratutan Daerah Mengenai Ketersedian Parkir ........................................ 139
6.4.4. Sosialisasi Dan Edukasi Sistem Parki ......................................................... 139
v
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 4.6 Rekapitulasi Volume Parkir (SMP / JAM ) .....................................................92
Tabel 4.7 Volume Parkir Kendaraan Di Jalan Brigjen Katamso ....................................96
Tabel 4.8 Data Survei WTP Ruas Jalan Pemuda ............................................................99
Tabel 4.9 Lokasi Survei ...............................................................................103
Tabel 4.10 Jenis Kendaraan ...............................................................................103
Tabel 4.11 Kelompok Umur ...............................................................................104
Tabel 4.12 Pengeluaran Keluarga ...............................................................................105
Tabel 4.13 Persen Biaya Transportasi Terhadap Pengeluaran Keluarga ........................105
Tabel 4.14 Persen Biaya Parkir Terhadap Biaya Transportasi .......................................106
Tabel 5.1 VCR Hasil Survei …………………………………………………………. 108
Tabel 5.2 Karakteristik Pola Parkir…………………………………………………… 117
Tabel 5.3 Pola Parkir Dan Pengurangan Kapasitas Beberapa Ruas Jalan …………… 118
Tabel 6.1 Penanganan Parkir Kota Medan ……………………………………………127
Tabel 6.2 Ruas – Ruas Jalan Dengan Larangan Parkir Badan Jalan…………………. 130
Tabel 6.3 Ruas – Ruas Jalan Dengan Parkir Tinggi Di Badan Jalan ………………… 130
Tabel 6.4 Ruas – Ruas Jalan Dengan Parkir Rendah Di Badan Jalan…………………131
vii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 4.10 Jalan Sisingamangaraja 77
Gambar 4.11 Volume Kendaraan Di Ruas 79
Gambar 4.12 Proporsi Kendaraan Hasil Survei 80
Gambar 4.13 Evaluasi parkir di CBD Kota Meda 85
Gambar 4.14 Grafik Volume Parkir Harian Jalan Brigjen Katamso 97
Gambar 4.15 Lay Out Jalan Brigjen Katamso 97
Gambar 4.16.A Peta Sebaran Parkir Roda Empat 98
Gambar 4.16.B Peta Sebaran Parkir Roda Dua 98
Gambar 4.17 Grafik WTP Roda Empat Jalan Pemuda 100
Gambar 4.18 Grafik WTP Roda Dua Jalan Pemuda 101
Gambar 4.19.A Peta Sebaran WTP Roda Empat 102
Gambar 4.19.B Peta Sebaran WTP Roda Dua 102
Gambar 4.20 Jenis Pekerjaan Responden 104
Gambar 4.21 ATP Kendaraan Roda Empat 106
Gambar 4.22 ATP Kendaraan Roda Dua 107
Gambar 5.1 VCR Hasil Servei 109
Gambar 5.2 VCR Prediksi Tahun 2015 110
Gambar 5.3 Korelasi Lalu Lintas Dan Kinerja Ruas 112
Gambar 5.4 Korelasi Kecepan Arus Lalu Lintas Dengan Kinerja Ruas 113
Gambar 5.5 Korelasi Kecepatan Arus Lalu Lintas Dengan BOK 114
Gambar 5.6 Korelasi Target Parkir Bulanan Dengan Volume Kendaraan Parkir 115
Gambar 5.7 Korelasi Target Parkir Harian Dengan Volume Kendaraan Parkir 115
Gambar 5.8 Korelasi Target Bulanan Dengan Volume Lalu Lintas Ruas 116
Gambar 5.9 Korelasi Target Parkir Terhadap Kinerja Ruas 117
Gambar 5.10 Pola Distribusi Besaran ATP Mobil 120
Gambar 5.11 Pola Distribusi Besaran ATP Motor 121
Gambar 5.12 Pola Distribusi Besaran WTP Mobil 122
Gambar 5.13 Pola Distribusi Besaran WTP Sepeda Motor 122
Gambar 5.14 Tampilan Data Base Titik Parkir Kota Medan 123
Gambar 5.15 Tampilan Data Base Titik Parkir Kota Medan 124
Gambar 6.1 Peta Zona Parkir 132
x
KAJIAN POTENSI RETRIBUSI PARKIR DI KOTA MEDAN
ABSTRAKSI
Otonomi daerah juga mengandung arti bahwa pemerintah daerah harus mencukupi kebutuhan daerahnya
dengan berusaha meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) sendiri, akhirnya pemerintah daerah
berusaha meningkatkan pendapatan daerahnya seoptimal mungkin melalui peningkatan pajak . retribusi
daerah dan pendapatan lainnya. Dalam upaya mendapatkan sumber-sumber penerimaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang dapat membiayai segala sektor pembangunan di pemerintah kota Medan yang begitu
potensial untuk dikembangkan antara lain pajak-pajak daerah, pendapatan dari berbagai sektor ekonomi
yang sampai saat ini belum begitu efektif dan efisien. Oleh sebab itu pemerintah kota Medan perlu
melakukan penelitian dan pengkajian terhadap semua sektor yang dapat meningkatkan PAD. Oleh karena
luasnya potensi yang dapat untuk meningkatkan PAD Kota Medan, maka penelitian ini hanya membatasi di
bidang kajian retribusi parkir terhadap PAD, kemudian merupakan strategi yang digunakan oleh Pemko
Medan dalam rangka memberi kenyamana para pengguna jasa. Seberapa besar pengaruh kontribusi
retribusi parkir terhadap PAD, tingkat pertumbuhan PAD dan penerimaan retribusi parkir, potensi
penerimaan retribusi, faktor apa saja yang merupakan kendala dalam pemungutan retribusi parkir untuk
dicari solusinya, membandingkan antara potensi target/ anggaran dan realisasi parkir, menjelaskan
hubungan antara potensi target/ anggaran dan realisasi parkir serta tersusunnya dokumentasi penanganan
perparkiran di Kota Medan sebagai serangkaian proses yang harus dipenuhi sebagai standar yang harus
diperhatikan, agar semua pemangku kepentingan yang terlibat dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawab dengan baik dan meningkatnya PAD dari retribusi parkir di Kota Medan. Dalam melakukan
penelitian diperlukan landasan teori untuk membuktikan kedudukan variable secara ilmiah, oleh karena itu
diambil beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan objek penelitian dan beberapa peraturan dan
ketentuan sebagai acuan atau dasar hokum yakni: Undang – undang No.25 Tahun 2000, tentang Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS), Sk Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No.40 Tahun
2000, tentang Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Departemen Dalam Negeri Otonomi Daerah,
Undang – undang No.18 Tahun 2001 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan DN Penetapan
IPTEK; Undang – undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalulintas Angkutan Jalan; Undang – undang No.12
Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah RI No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah
No.79 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Dari hasil
WTP yang dilakukan di sekitar ruas jalan Kota Medan kesediaan membayar parkir untuk mobil berkisar
antara Rp.500,- s/d Rp.2000,- sedangkan untuk sepeda motor antara Rp.500,- s/d Rp.1000,-. Bila di ambil
50% tile responden maka diperoleh kemauan membayar (willingness to pay (WTP) mobil sebesar
Rp.1100, sedangkan untuk sepeda motor sebesar Rp.950,- Hasil survai juga menunjukan persentile
kemampuan membayar (ability to pay (ATP) parkir kendaraan roda empat dan roda dua, dimana nilai
persentile 50% untuk roda empat nilainya sebesar Rp.2000,-, untuk kendaraan roda dua nilainya sebesar
RP.1500,-. Dari kajian yang dilaksanakan disimpulan tidak semua ruas jalan yang bisa dijadikan tempat
parkir pada badan jalan, kemauan dan kemauan membayar (WTP dan ATP) dari pengguna parkir di Kota
Medan masih tergolong sangat rendah, PAD dari retribusi parkir pada badan jalan akan dapat tercapai
dengan adanya penetapan SRP yang jelas dan penataan manajemen perparkiran di kota Medan yang baik.
Dari kajian potensi restribusi parkir yang dilaksanakan untuk zona lahan parkir pada badan jalan yang
sebanyak seratus lima (105) ruas jalan di Kota Medan diperoleh PAD sebesar dua puluh satu milyar seratus
enam puluh delapan juta rupiah per tahun (Rp. 21.168.000.000,-/ tahun) dengan diberlakukannya tarif
parkir tiga ribu rupiah (Rp. 3000,-). Berdasarkan jumlah parkir yang ada dari nilai WTP/ATP sebesar dua
ribu rupiah (Rp.2000,-) potensi restribusi parkir hanya mencapai empat belas milyar seratus dua belas juta
rupiah (Rp. 14.112.000.000,-). Penambahan sarana parkir tidak dapat diwujudkan dalam waktu singkat
karena memerlukan perencanaan dan pembangunan agar sesuai dengan kebutuhan. Karena itu konsep
penanganan parkir jangka pendek diarahkan untuk mengoptimalkan kondisi lahan parkir eksisting dengan
mengupayakan agar parkir kendaraan lebih menyebar sehingga diharapkan gangguan terhadap arus lalu
lintas berkurang khususnya di ruas-ruas jalan yang rawan macet dan tidak berpengaruh pada pendapatan
parkir semula. Pemegang ijin memberikan pelayanan pada pengguna parkir seperti yang telah ditetapkan
dengan menjaga ketertiban dan kelancaran lalu lintas disekitar lokasi parkir.
Kata-kata Kunci: Retribusi Parkir, PAD, kemampuan membayar (ATP), kemauan membayar (WTP)
STUDY OF THE POTENTIAL IN MEDAN PARKING LEVY
ABSTRACTION
Regional autonomy also means that local governments should be sufficient for the region to try to increase revenue
(PAD) itself, finally the local government tried to increase local income optimally through increased taxes. levies
and other revenues. In an attempt to get sources of revenue (PAD), which can finance all development sectors in the
city of Medan that is so the potential to be developed include local taxes, revenue from the various sectors of the
economy, which until now has not been very effective and efficient. Therefore, the Medan city government needs to
do research and assessment of all the sectors that can increase revenue. Because of the vast potential that can
increase revenue for the city of Medan, this research only limit parking fees in the field of study of the PAD, and the
strategies used by the Government in order to provide comforts field service users. How much influence contributed
parking fees to PAD, the growth rate of revenue and the receipt of parking fees, the potential retribution, what
factors are an obstacle in the collection of parking fees to find the solution, comparing among potential targets /
budgets and the realization of the park, explaining the relationship between a potential target / budget and actual
arrangement of parking and parking management documentation in Medan as a series of processes that must be met
as the standard that must be considered, so that all the stakeholders involved can carry out the duties and
responsibilities well and increased revenue from parking fees in the city of Medan. In conducting the research
necessary theoretical basis for scientifically proving the position variable, therefore, taken a few expert opinions
relating to the object of research and some of the rules and regulations as a reference or the legal basis: Act - Act 25
of 2000, concerning Development Program National (PROPENAS), Sk Minister of Home Affairs and Regional
Autonomy No.40 of 2000 on Research and Development in the Ministry of Interior Regional Autonomy Law - Law
No.18 of 2001 on the National System of Research, Development Establishment DN science and technology; Law -
Law No.22 of 2009 on Traffic Road Transport; Act - Act 12 of 2008 on Regional Government, Government
Regulation 65 of 2001 on Local Taxes and Government Regulation 58 of 2005 on Regional Financial Management,
Government Regulation 79 Year 2005 on the Implementation and Supervision of Local Government. From the
results of willingness to pay (WTP) conducted around the streets of Medan's willingness to pay for parking for cars
range between Rp 500, - s / d Rp.2000, - while the motorcycle between Rp 500, - s / d Rp.1000, -. When taken 50%
of the respondents tile car PAP obtained by Rp.1100, while for motorcycles amounted to Rp.950, - The survey also
shows percentile ability to pay (ATP) parking four-wheeled vehicles and two-wheelers, where the percentile value
of 50% for four-wheeled value by Rp.2000, -, for a two-wheeled vehicle value by Rp.1500, -. From studies
undertaken be concluded that not all roads can be used as a parking on the road (on Street), the willingness and
ability to pay (WTP and ATP) from the parking lot in the city of Medan is still relatively very low, revenue from
parking on the road (on Street) will be achieved with the SRP clear determination and arrangement of parking
management in the city of Medan good. From the study of potential retribution carried out for the parking zone
parking space on the road as much as one hundred and five (105) roads in the city of Medan obtained revenue of
twenty-one billion, one hundred and sixty eight million per year (Rp. 21.168 billion, - / year) with the enactment of
parking rates three thousand rupiah (Rp. 3000, -). Based on the number of existing parking lot of the value of WTP /
ATP for two thousand rupiah (Rp.2000, -) potential parking retribution only reaching fourteen billion one hundred
and twelve million rupiah (Rp. 14.112 billion, -). The addition of parking facilities can not be realized in a short time
because it requires planning and development to fit the needs. Hence the concept of handling short-term parking is
directed to optimizing the existing condition of the parking area by ensuring that the vehicle parking more spread so
expect disruption to the traffic flow is reduced, especially on road sections are prone to traffic jams and parking
income has no effect on the original. The permit holder providing service in the park as set by maintaining order and
the smooth traffic around the location of parking.
Keywords: Retribution Parking, PAD, ability to pay (ATP) / willingness to pay (WTP)
1.1 LATAR BELAKANG
Dengan semakin berkembangnya kota Medan menjadi kota metropolitan maka
semakin banyak membutuhkan fasilitas pendukung baik sarana maupun prasarana dan
selanjutnya seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, kegiatan pemerintah daerah di
kota medan semakin meningkat dan meliputi hampir semuia bidang. Meningkatnya
kegiatan pemerintah daerah diikuti pula dengan meningkatnya kebutuhan dana untuk
menunjang penyediaan fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat, fungsi utama
pemeritah kota antara lain adalah memberikan pelayanan kepada masyakarat ,
disamping fungsi pelayanan , pemerintah kota juga menjalankan fungsi melakukan
pengaturan, fungsi pembangunan dalam menjalankan roda pemerintahn yang baik dan
benar, kemudian melindungi seluruh warga kota memberikan pembinaan kehiudupan
masyarakat yang damai dan sejahtera, menyediakan fasilitas umum yan g tidak dapat
disediakan oleh pihak swasta. Otonomi daerah juga men gandung arti bahwa
pemerintah daerah harus mencukupikebutuhan daerahnya dengan berusaha
meninghkatkan pendapatan asli daerah (PAD) sendiiri, akhirnya pemerintah daerah
berusaha meningkatkan pendapatan daerahnya seoptimal mungkin melalui peningkatan
pajak . retribusi daerah dan pendapatan lainnya.
Dalam hal pemerintah daerah menggali sumber-sumber pendapatan untuk
pembiayaan pembangunan daerah masih banyak mengalami kendala-kendala walaupun
ada beberapa banbtuan yang diberikan oleh pemeritah pusat naum untuk pembiayaan
belanja rutin saja tidak memadai. Dalam rangka pengoptimalan Pendapatan asli Daerah
(PAD) yang berasal dari pajak-pajak daerah, retribusi, laba BUMD, penerimaan dinas-
dinas dan penerimaan lainnya mutlak untuk ditingkatkan sebagai sumber pendanaan
pemban gunan terutama dalam rangka pelaksanaan ootonomi daerah yang sedang
berjalan ini menunjukkan bahwa daerah dinilai telah mampu untuk bnerkembang
secara mandiri maka dengan demikian bantuan pemerintah pusat berangsur angsur akan
berkurang dan sebaliknya pemerintah daerah siap menerima beban dan emngelola
rumah tangganya sendiri.
1
Laporan Akhir
2
Laporan Akhir
A. Identifikasi Masalah
B. Batasan Masalah
Oleh karena luasnya potensi yang dapat digali untuk meningkatkan PAD Kota
Medan, maka penelitian ini hanya membatasi penelitian di bidang retribusi parkir saja,
sehingga tidak meluas dan focus dalam pengkajian untuk pengambilan keputusan hasil
penelitian yang dilakukan, kemudian merupakan strategi yang digunakan oleh Pemko
Medan dalam rangka memberi kenyamana para pengguna jasa.
C. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam peneliitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Seberapa besar pengaruh kontribusi retribusi parkir terhadap PAD kota Medan.
2. Seberapa besar tingkat pertumbuhan PAD dan penerimaan retribusi parkir di
kota Medan
3. Bagaimana potensi penerimaan retribusi di Kota Medan
4. Faktor apa saja yang menjadi kendala pemungutan retribusi parkir di Kota
Medan
5. Apakah penentuan target/anggaran retribusi parkir di Kota Medan didasari oleh
jumlah potensi yang ada.
6. Apakah jumlah retribusi parkir yang direalisasi untuk parkir di Kota Medan
sudah setara dengan jumlah potensi yang ada.
3
Laporan Akhir
D. Tujuan Penelitian
E. Sasaran Penelitian
4
Laporan Akhir
H. Metode Penelitian
5
Laporan Akhir
I. Pemberi Tugas
Pemberi tugas dalam kegiatan ini adalah Badan Penelitian dan Pengembangan
Kota Medan (BALITBANG Kota medan) sebagai kuasa pengguna anggaran.
6
Laporan Akhir
7
2.1 Alur Pikir Dan Pola Pikir Kajian
Alur pikir yang dikembangkan dalam metodologi ini mengacu kepada latar
belakang, maksud dan tujuan, dan lingkup Kajian yang disampaikan pada kerangka
acuan kerja. Untuk dapat menyusun Kajian yang komprehensif maka perlu dipahami
konteks Kajian secara holistik yang menyangkut semua aspek kajian baik secara
teknis maupun non teknis serta pelibatan semua elemen sistem terkait.
Dalam melaksanakan kajian ini secara garis besar dikelompokan menjadi tiga
tahapan pekerjaan , yaitu :
1. Pengenalan dan evaluasi kondisi eksisting perparkiran dan
permasalahannya
2. Memprediksi perkembangan perparkiran Kota Medan di masa datang
3. Menganalisis sistem manajemen perparkiran yang paling sesuai dan efisien
untuk kawasan Kota Medan
Untuk lebih jelasnya hubungan antara ketiga tahapan di atas dapat dilihat pada
gambar 2.1 berikut ini.
8
Laporan Akhir
Pola pikir disusun mengikuti alur pikir yang disampaikan pada gambar, yang
juga merupakan pola pikir keseluruhan dari pengembangan perparkiran. Dalam pola
pikir ini disampaikan tools/alat atau metoda yang digunakan dalam mencapai tujuan
sesuai dengan identifikasi subyek dan obyek yang terlibat.
Input/masukan Kajian adalah eksisting perparkiran dan permasalahannya,
pola pergerakan, dan pola tata ruang. Selain itu regulasi/kelembagaan dan
lingkungan strategis yang aktif mempengaruhi inner system yang dipelajari juga
dijadikan sebagai input. Proses analisis dilakukan dengan sejumlah metoda, di mana
dalam Kajian ini fokusnya hanya pada proses identifikasi/benchmarking dari kondisi
eksisting perparkiran, durasi parkir, dan mekanisme dalam pola ruang perpakiran
Output dari pola pikir ini adalah prediksi pengembangan perparkiran , dan
pedoman/panduan berupa sistem manajemen perparkiran yang sesuai bagi
pemerintah dalam rangka pembinaan kepada operator yaitu pengelola parkir dan
masyarakat sebagai pengguna lahan parkir. Outcome-nya adalah efisiensi jaringan
transportasi dan pengembangan wilayah/ekonomi secara lebih merata yang akan
mendukung kelancaran pembangunan dalam skala regional wilayah Kota Medan
maupun nasional.
9
Laporan Akhir
Jangka Panjang
Jangka Menengah
Jangka Pendek
PEMILIHAN
ALTERNATIF
PERENCANAAN
USULAN PARKIR (AMK):
ALTERNATIF
Kesesuaian
PERENCANAAN
KEBUTUHAN Program/Peraturan
PARKIR:
PARKIR: Model
Lokasi
Fluktuasi volume Pengelolaan
Desain (on/off
kendaraan parkir PAD
street)
Kinerja Lalu
Tarif
Lintas
Pengelolaan
Kinerja Parkir
WTP
10
Laporan Akhir
12
Laporan Akhir
Hasil tahap analisis dan perencanaan ini akan disampaikan pada Konsep
Laporan Akhir.
(4) Tahap Finalisasi Kajian: ditujukan untuk melengkapi laporan Kajian sesuai
dengan hasil diskusi dengan pihak pemberi kerja dan masukan dari berbagai
instansi untuk dijadikan hasil akhir dari Kajian ini. Hasil Tahap Finalisasi
Kajian ini akan disampaikan pada Laporan Akhir.
Rincian kegiatan dalam keempat tahapan tersebut akan dibahas lebih jelas
seperti terlihat pada gambar 2.3 berikut :
Persiapan
Administrasi dan personel
Pemantapan metodologi, rencana kerja dan
Persiapan
rencana survey
Kajian data sekunder, peraturan terkait, dan
studi terdahulu
Pengumpulan Data
Kompilasi dan Analisis Awal
Pelaksanaan Survey Interpretasi data
Survey institusional Kondisi eksisting & kinerja
Survey wawancara parkir
Survey inventarisasi/kondisi Penyusunan basis pemodelan
perparkiran (zoning, link &
manuver)
13
Laporan Akhir
Tahap I Persiapan
Di dalam tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai awal
(inisialisasi) dari seluruh rangkaian kegiatan yang direncanakan. Hasil tahap
persiapan ini akan sangat mempengaruhi proses yang dilakukan dalam tahap-tahap
selanjutnya.
Secara umum terdapat 4 kegiatan utama di dalam tahap persiapan ini, yakni:
(1) Pemantapan metodologi, maksud dari kegiatan ini adalah:
a. Merencanakan secara lebih detail tahap-tahap pelaksanaan kegiatan
berikutnya, untuk mengefisienkan penggunaan waktu dan sumber daya.
b. Menetapkan metoda pemodelan dan analisis yang akan digunakan, hal ini
penting untuk ditetapkan karena akan mempengaruhi kebutuhan data,
penyediaan waktu analisis, dan kualitas hasil penelitian secara
keseluruhan.
(2) Kajian literatur yang berguna untuk:
a. Menelaah sejumlah metoda pelaksanaan Kajian sistem perparkiran terpadu
yang pernah dilakukan di beberapa lokasi kajian yang berbeda.
b. Memaksimalkan kemungkinan penggunaan data dan model yang pernah
dikembangkan di wilayah Kajian yang sejenis untuk memperkaya bahasan
dan validasi dari model yang dikembangkan dalam penelitian ini.
(3) Review peraturan terkait yang bermanfaat untuk:
a. Menyusun konsep pengembangan wilayah parkir
b. Mengetahui recana tata ruang baik dalam skala, propinsi (RTRWP),
maupun Kota (RTRWK) sebagai masukan dalam pengembangan konsep
parkir.
c. Menyusun sejumlah indikator penilaian kinerja sistem parkir sebagai
langkah untuk mengevaluasi kondisi eksisting tempat parkir dan
permasalahannya, indikasi tujuan yang diinginkan, dan kinerja dari
alternatif pengembangan
(4) Identifikasi awal kondisi dan permasalahan pada sistem perparkiran yang ada
di wilayah Kota Medan, baik dari masalah perencanaan, operasional, maupun
pendanaannya.
14
Laporan Akhir
1) Persiapan Survei
Persiapan survei ini dilakukan untuk merencanakan secara detail
pelaksanaan survei yang berkaitan dengan:
(1) Pemilihan metoda survei;
(2) Penyiapan formulir survei sesuai dengan metoda survei yang
digunakan;
(3) Penyiapan sumber daya survei dan penyusunan jadwal pelaksanaan
survei;
(1) Penentuan jumlah responden dan lingkup wilayah survei.
2) Kebutuhan Data
Data yang digunakan untuk pengembanganmanajemen parkir terdiri
dari:
(1) Data tata ruang, yang meliputi data penggunaan lahan per jenis
kegiatan, pola penyebaran lokasi kegiatan, besaran penggunaan
ruang dan pola kegiatannya;
(2) Data kondisi eksisting tempat parkir, sarana dan kapasitas pelayanan
parkir yang tersedia
(3) Data volume dan durasi kendaraan yang di parkir
15
Laporan Akhir
16
Laporan Akhir
18
Laporan Akhir
Tahap IV: Penetapan PAD dari Tarif Parkir dan Finalisasi Kajian
Tahap ini merupakan tahap akhir dari Kajian manajemen parkir di mana
berbagai masukan dari sejumlah pihak dari rangkaian presentasi yang dilakukan akan
menjadi masukan untuk melakukan perbaikan pelaporan dan menyusun kesimpulan
serta rekomendasi dari hasil Kajian ini.
19
Laporan Akhir
20
Laporan Akhir
Analisis
Jenis data yang diperlukan meliputi data sekunder dan data primer. Data
sekunder diperoleh melalui survai instansi pada instansi-instansi Biro Pusat Statistik
(BPS), Dinas Prasarana Wilayah, dan Badan Pengelola Perparkiran, meliputi: data
kondisi sosial, ekonomi, demografi, kondisi transportasi, kondisi jalan dan lalu lintas,
tarif parkir dan peraturan-peraturan mengenai kebijakan penyelenggaraan parkir di
badan jalan. Data primer diperoleh dari hasil survai lapangan meliputi data kesediaan
dan kemampuan membayar (willingness dan ability to pay), karakteristik responden
(pendapatan, umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, ukuran keluarga), persepsi
mengenai kondisi parkir, persepsi mengenai manfaat parkir, pola transportasi dan
tingkat penggunaan/ utilisasi parkir.
Dalam pengumpulan data primer dilakukan survai wawancara pengguna jalan
dengan menggunakan formulir isian yang telah disiapkan.
21
Laporan Akhir
22
Laporan Akhir
23
Laporan Akhir
cenderung naik, sejalan dengan hukum permintaan dimana hubungan jumlah dan
harga produk berbanding terbalik (Lihat Gambar 2.5). Oleh karena itu, harga yang
terbentuk dalam mekanisme pasar bukan merupakan pencerminan dari ukuran
persepsi kepuasan konsumen atas nilai produk yang bersangkutan.
Harga Pasar
Price, (Monopolis)
Cost
PM LAC
A MC2
MC1
C
PR
Harga Pasar Jika
Seluruh Permintaan
Dipenuhi
PM ’
B
D
Harga Produk At
Production Cost
0 QM QR Output
MR
Untuk kebanyakan produk, bentuk kurva nilai total tersebut merupakan garis
melengkung yang melewati titik original pada diagram empat kuadran, dimana
24
Laporan Akhir
II Decrements I
in Income
Price Line
Y- Total
A
Value
Q- Y0 Curve
Decrements Q0 Q+ Increments
in Quantity in Quantity
Y+
B
III Increments IV
in Income
25
Laporan Akhir
26
Laporan Akhir
dua atau lebih alternatif produk dengan karakteristik yang sama/mirip, konsumen
akan melakukan evaluasi dengan dasar profil atribut dari produk-produk yang
bersangkutan. Oleh karena itu, dalam memahami preferensi konsumen terhadap
kualitas produk perlu dilakukan pendefinisian kualitas dalam terminology atribut-
atribut yang signifikan (distinct), dapat diukur dan penting (meaningful) bagi
konsumen. Beberapa metode stated preference yang telah berkembang dapat
digunakan untuk memperoleh nilai kepuasan konsumen terhadap suatu produk (nilai
produk).
27
Laporan Akhir
Intention to Specified
specified behaviour
behaviour
Influence Feedback
28
Laporan Akhir
Stated
Preference Methods
Referendum Choice
Contingent Valuation Modelling
29
Laporan Akhir
5). Agregasi
Menghitung nilai total WTP dari nilai mean WTP, yaitu dengan mengalikan
jumlah kunjungan per tahun dengan mean WTP sampel.
6). Pengujian
Menguji validitas dan reliabilitas dari estimasi yang dihasilkan.
adalah suatu pengkajian pola pengeluaran individu yang rasional, khususnya dalam
pengkonsumsian jasa pelayanan prasarana jalan tol. Pengembangan konsep ATP ini
dilakukan, karena penerapan besaran tarif tol pada jaringan jalan tol di Indonesia
selama ini belum didasarkan pada hasil kajian willingness to pay, sehingga analisis
perbandingan antara WTP dan ATP dapat dilakukan.
Karena pada umumnya individu akan berperilaku rasional, maka secara
apriori dapat dikemukakan bahwa ability to pay masyarakat pengguna jalan tol akan
dipengaruhi oleh faktor-faktor tingkat pendapatan, kebutuhan transportasi,
biaya-biaya transportasi, intensitas perjalanan, tujuan perjalanan, pengeluaran
rumah tangga, dan lain-lain.
31
Laporan Akhir
32
Laporan Akhir
33
Laporan Akhir
Price,
Cost
0 QM QR Output
MR
Gambar 2.9. Keseimbangan Jangka Panjang Pasar Monopoli
WTP dan ATP. Oleh karena itu, dalam mengkaji hubungan antara WTP dan ATP
(lihat Gambar 2.10.), maka dapat dikemukakan bahwa dalam kenyataan empiris akan
diperoleh gambaran seperti berikut ini, yaitu:
35
Laporan Akhir
Willingness To
Pay
36
Laporan Akhir
lain, yaitu model Logit, untuk kasus pemilihan alternative disebut model Logit Biner.
Model ini merupakan model pemilihan yang menggambarkan probabilitas seseorang
dalam memilih suatu alternative. Asumsi dasar dalam model probabilitas pemilihnya
adalah bahwa : εn = εjn ‒ εin akan bersifat bebas dan terdistribusi secara ideal
(Independent and Indentically Distributed) menurut distribusi logistic atau Gumbel,
yaitu sebagai berikut :
1
F ( n ) 0, n ....................(1)
(1 e n )
1
(Vin V jn )
1 e
e Vin
V jn
...........................................................................................(3)
e Vin e
Karena Vin dan Vjn adalah linier dalam parameter, sehingga persamaan diatas
dapat ditulis menjadi :
e X in
Pn (i ) X jn
............................................................(4)
e X in e
1
( X in X jn )
..............................................................(5)
1 e
Dengan asumsi Vin dan Vjn linier dalam parameter, maka persamaan di atas
dapat dituang dalam bentuk persamaan berikut :
1
Pn (i) .............................................................................................(6)
1 e Z
Dimana Z merupakan kombinasi linier :
0 1 X 1 2 X 2 3 X 3 ........ k X k ...................................................(7)
37
Laporan Akhir
3.1 Umum
Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara. Medan adalah kota terbesar di
Pulau Sumatera bagian utara. Sebagai ibukota Sumatera Utara, Kota Medan mempunyai
posisi yang sangat strategis sebagai pusat ekonomi dan kegiatan bisnis. Medan berbatasan
dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, timur, dan selatan dan dengan Selat
Malaka di sebelah utara. Penduduk asli kota ini adalah orang Batak Karo dan Melayu,
tetapi saat ini kota ini merupakan kota multi etnis yang menarik.
Mayoritas penduduk kota Medan sekarang adalah suku Jawa dan Batak, tetapi di
kota ini banyak tinggal pula orang keturunan India dan Tionghoa. Komunitas Tionghoa di
Medan cukup besar, sekitar 25% jumlah total. Keanekaragaman etnis di Medan terlihat
dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota.
Daerah di sekitar Jalan Zainul Arifin bahkan dikenal sebagai Kampung Keling (Kampung
India) dan saat ini telah dirubah menjadi Kampung Madras.
Kota Medan memiliki sebuah bandara internasional, Polonia. Bandara ini akan
dipindahkan ke Bandara Kualanamu yang pada saat ini sedang dalam masa pembangunan.
Selain itu, Kota Medan juga memiliki pelabuhan bertaraf Internasional, yaitu Pelabuhan
Belawan, yang letaknya sangat strategis karena berada di Selat Malaka yang merupakan
jalur perdagangan internasional.
Koordinat geografis kota Medan adalah 3º 30' - 3º 43' LU dan 98º 35' - 98º 44' BT.
Permukaan tanahnya cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 m di
atas permukaan laut. Kota Medan mempunyai temperatur rata-rata 27oC. Adapun letak
geografis beberapa daerah di Kota Medan dapat dilihat dalam tabel berikut:
38
Laporan Akhir
3.2.2 Klimatologi
Suhu Kota Medan pada pagi hari berkisar antara 23,7ºC sampai dengan 25,1ºC,
siang hari berkisar antara 29,2ºC sampai dengan 32,9ºC dan pada malam hari berkisar
antara 26,0ºC sampai dengan 30,8ºC. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara 68%
sampai dengan 93%, dengan rata-rata intensitas cahaya matahari 31% sampai dengan 55%.
Secara umum beriklim teratur karena dipengaruhi oleh udara pegunungan dan angin laut.
Pergantian musim kemarau dan musim penghujan umumnya berjalan teratur yaitu bulan
April sampai dengan bulan Juli untuk musim kemarau dan bulan Agustus sampai bulan
Desember untuk musim penghujan. Pada bulan Januari sampai Maret terjadi musim
pancaroba.
39
Laporan Akhir
Kota Medan memiliki wilayah seluas 265,10 km² dan terdiri atas 21 kecamatan dengan
151 kelurahan seperti pada Tabel 3.2. Sebelumnya hingga tahun 1972 luas Kota Medan
hanya 51,32 km². Pada 1973 melalui PP No. 22 Tahun 1973 wilayah Kota Medan
diperluas dengan mengintegrasikan sebagian wilayah Kabupaten Deli Serdang.
Dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya Kota Medan memiliki luas wilayah yang
relatif kecil (3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara), tetapi dengan jumlah
penduduk yang relatif besar.
Pada Gambar 3.2 berikut dapat dilihat wilayah Kota Medan berdasarkan wilayah
administratif kecamatan.
40
Laporan Akhir
41
Laporan Akhir
Medan
Belawan
Medan
Labuhan
Medan
Marelan
Medan
Deli
Medan
Timur
Medan
Med Temb
Medan ung
an
Medan Perjuan
Bara
Helvetia Med gan
t
an
Petis
Medan Sunggal ahMed Med
Medan an
an Area
Maimun
Med Med
Baru
Med an an
an Kota Den
Medan Polo ai
Medan
Selayang nia
Amplas
Medan Tuntungan Medan Johor
42
Laporan Akhir
3.4 Demografi
3.4.1 Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan
Populasi Medan didominasi beberapa suku: Melayu, Jawa, Batak, dan Tionghoa.
Berdasarkan data kependudukan yang dikeluarkan oleh BPS dalam Medan Dalam Angka
2007, pada tahun 2007 penduduk Kota Medan diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa,
dengan komposisi 1,034,696 pria dan 1,048,460 wanita.
Sepanjang tahun 2010 – 2013 jumlah penduduk Kota Medan cenderung mengalami
peningkatan yaitu dari 2.006.142 jiwa pada tahun 2010 menjadi 2.270.640 jiwa pada tahun
2013, dengan pertumbuhan rata-rata 1,26%. Demikian juga kepadatan penduduk Kota
Medan, meningkat dari 7.567 jiwa/Km2 pada tahun 2010 menjadi 8.858 jiwa/Km2 tahun
2013. (Tabel 3.3)
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kota Medan 2010 - 2013
Luas Laju Pertumbuhan Kepadatan
Tahun Jumlah
(km²) (%) (jiwa/km²)
2010 265,10 2.006.142 - 7.567
2011 265,10 2.036.185 1,50 7.681
2012 265,10 2.067.288 1,53 7.798
2013 265,10 2.270.640 0,77 8.858
Sumber : Medan dalam Angka 2010
Peningkatan ini selain dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan internal Kota Medan
juga dipengaruhi oleh arus urbanisasi, komuter serta kaum pencari kerja ke Kota Medan.
Jumlah penduduk Kota Medan pada siang hari diperkirakan mencapai 2,5 juta jiwa,
terdapat penambahan sekitar 0,5 juta jiwa.
Dilihat dari struktur umur maka penduduk Kota Medan pada tahun 2010 terbanyak
berumur antara 20-24 tahun yang mencapai 11.4% dari total penduduk. Secara lengkap
komposisi penduduk Kota Medan pada tahun 2007 berdasarkan struktur umur dapat dilihat
pada Tabel 3.4.
Jika ditinjau dari kelompok usia produktif (berumur antara 15-59 tahun), maka
Kota Medan dihuni oleh lebih dari 1,387 juta jiwa. Dengan demikian Kota Medan secara
relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis
perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.
43
Laporan Akhir
Tabel 3.4 Penduduk Koata Medan dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin
Tahun 2010
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Total Persentase
0-4 89,206 92,853 182,059 8.74
5-9 96,559 91,885 188,444 9.05
10-14 98,519 100,590 199,109 9.56
15-19 111,263 105,426 216,689 10.40
20-24 116,164 121,385 237,549 11.40
25-29 99,499 102,041 201,540 9.67
30-34 83,325 75,926 159,251 7.64
35-39 75,482 83,180 158,662 7.62
40-44 70,091 75,926 146,017 7.01
45-49 57,837 53,680 111,517 5.35
50-54 47,054 47,393 94,447 4.53
55-59 30,879 31,434 62,313 2.99
60-64 26,468 22,246 48,714 2.34
65-69 17,645 18,861 36,506 1.75
70-74 9,803 13,057 22,860 1.10
75+ 4,902 12,577 17,479 0.84
Jumlah 1,034,696 1,048,460 2,083,156 100
Sumber : Medan dalam Angka 2010
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000
Kelom pok Um ur
44
Laporan Akhir
45
Laporan Akhir
Jika ditinjau sebaran penduduk disetiap kecamatan, maka berdasarkan data Tabel
3.8 diketahui Kecamatan Medan Deli mempunyai penduduk terbanyak, disusul kecamatan
Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di
kecamatan Medan Baru, Medan Polonia dan Medan Maimun. Untuk tingkat kepadatan
penduduk, kecamatan terpadat adalah Kecamatan Medan Perjuangan, disusul oleh
Kecamatan Medan Area dan Medan Maimun. Sementara kepadatan paling sedikit adalah
Kecamatan Medan Labuhan disusul oleh Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan
Belawan
Tabel 3.8 Data Kepadatan Penduduk Per kecamatan 2010
Luas Penduduk Kepadatan
No Kecamatan
(km2) (jiwa) (Jiwa/km2)
1 Medan Tuntungan 20.68 68,817 3,328
2 Medan Johor 14.58 114,143 7,829
3 Medan Amplas 11.19 113,099 10,107
4 Medan Denai 9.05 137,443 15,187
5 Medan Area 5.52 107,300 19,438
6 Medan Kota 5.27 82,783 15,708
7 Medan Maimun 2.98 56,821 19,067
8 Medan Polonia 9.01 52,472 5,824
9 Medan Baru 5.84 43,419 7,435
10 Medan Selayang 12.81 84,148 6,569
11 Medan Sunggal 15.44 108,688 7,039
12 Medan Helvetia 13.16 142,777 10,849
13 Medan Petisah 6.82 66,896 9,809
14 Medan Barat 5.33 77,680 14,574
15 Medan Timur 7.76 111,839 14,412
16 Medan Perjuangan 4.09 103,809 25,381
17 Medan Tembung 7.99 139,256 17,429
18 Medan Deli 20.84 147,403 7,073
19 Medan Labuhan 36.67 105,015 2,864
20 Medan Marelan 23.82 124,369 5,221
21 Medan Belawan 26.25 94,979 3,618
Total 265.10 2,083,156 7,858.0
Sumber : Medan Dalam Angka 2010
Jika menggunakan kriteria pada Tabel 3.6 maka seluruh kecamatan di Kota Medan
merupakan kecamatan sangat padat.
47
Laporan Akhir
Medan Belawan
Medan Labuhan
Medan Marelan
48
Laporan Akhir
Intensitas penggunaan lahan di Kotamadya Medan jauh lebih tinggi di pusat kota
dibandingkan dengan daerah pinggiran kota. Luas wilayah Kotamadya Medan (26,510
Ha) terdiri atas 10,089 Ha (38%) lahan kosong dan 16,421 Ha (62%) lahan terbangun.
Adapun total lahan kosong meliputi kawasan hutan mangrove (1,029 Ha) dan sempadan
sungai (661 Ha). Dengan demikian sisa lahan kosong yang tersedia sebagai kawasan
pengembangan untuk menampung kegiatan kota Medan adalah sebesar 8,399 Ha
(RTRW Kota Medan 2007-2016).
Tabel 3.10 Kategori Kepadatan Penduduk
Berdasar Tabel 3.11 dapat dilihat peningkatan PDRB Kota Medan atas dasar
harga berlaku dari 33,12 trilyun rupiah pada tahun 2004 menjadi 42,79 trilyun rupiah
pada tahun 2005 dan 48,95 triliyun rupiah pada tahun 2006, atau mengalami
peningkatan rata-rata 21,69 persen/tahun.
Sepanjang tahun 2004 – 2006, struktur perekonomian Kota Medan didominasi
oleh 5 lapangan usaha utama (kontribusi sektor > 10% PDRB total) yaitu sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran jasa-jasa, sektor pengangkutan dan
49
Laporan Akhir
komunikasi, sektor keuangan, asuransi, persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan
serta sektor jasa-jasa. Gambar 3.5 menggambarkan distribus persentase kontribusi
setiap sektor pada tahun 2006. Total kontribusi 5 sektor lapangan usaha utama pada
tahun 2006 mencapai 85% dari total PDRB. Khusus untuk kelompok pengangkutan dan
komunikasi, kontribusi yang diberikan kepada PDRB dari tahun 2004 – 2006 adalah
rata-rata 18.20% setiap tahunnya.
Tabel 3.11 PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004 -2006 (Jutaan
Rupiah)
No. Lapangan Usaha 2004 2005 2006
1 Pertanian 1.012.225,17 1.306.921,44 1.427.430,11
2 Pengalian 2.197,87 2.596,57 3.283,61
3 Industri Pengolahan 5.602.436,86 7.094.919,38 7.960.595,91
4 Listrik, Gas dan Air Minum 899.983,38 917.530,98 1.102.658,52
5 Bangunan 2.908.818,00 3.502.798,64 4.795.785,16
6 Perdagangan, Hotel 8.945.382,80 11.271.818,27 12.692.841,73
dan Restoran
7 Pengangkutan 5.689.843,58 7.979.778,29 9.164.618,54
dan Komunikasi
8 Keuangan, Asuransi, 4.654.512,63 6.063.875,99 6.550.498,59
Persewaan, Bangunan,
Tanah dan Jasa Perusahaan
9 Jasa-Jasa 3.399.946,76 4.652.210,64 5.152.234,71
Total PDRB 33.115.347,05 42.792.450,20 48.849.946,88
Pertumbuhan 29,22 14,16
Sumber: Medan Dalam Angka 2010
Pertanian, 2.92
Pengalian, 0.01
Jasa-Jasa,
Industri
10.55
Pengolahan,
16.30
Keangan,
Asuransi, Listrik, Gas dan
Persew aan dll, Air Minum, 2.26
13.41
Bangunan,
9.82
Pengangkutan
dan
Perdagangan,
Komunikasi,
Hotel dan
18.76
Restoran,
25.98
50
Laporan Akhir
Jika dilihat berdasarkan penggolongan sektor maka strutkur PDRB atas dasar
harga berlaku tahun 2004–2006 menunjukkan, sektor tersier mendominasi
perekonomian Kota Medan (Tabel 3.12 dan Gambar 3.6). Basis kegiatan ekonomi kota
Medan berasal dari sub sektor perdagangan, hotel dan restauran, sub sektor
pengangkutan dan komunikasi dan sub sektor keuangan, asuransi, persewaan,
bangunan, tanah dan jasa perusahaan serta sub sektor jasa-jasa merupakan kontributor
utama sektor tertier. Sedangkan untuk sektor sekunder, yaitu sub sektor industri
pengolahan, sub sektor listrik, gas dan air serta sub sektor bangunan. Sementara untuk
sektor primer adalah pertanian dan penggalian.
Tabel 3.12 PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Penggolongan Sektor Tahun
2004 -2006 (persentase)
Sektor/Lapangan Usaha 2004 2005 2006
1 Primer 3.06 3.06 2.93
Pertanian 3.06 3.05 2.92
Pengalian 0.01 0.01 0.01
2 Sekunder 28.42 26.91 28.37
Industri Pengolahan 16.92 16.58 16.30
Listrik, Gas dan Air Minum 2.72 2.14 2.26
Bangunan 8.78 8.19 9.82
3 Tersier 68.52 70.03 68.70
Perdagangan, Hotel dan Restoran 27.01 26.34 25.98
Pengangkutan dan Komunikasi 17.18 18.65 18.76
Keuangan, Asuransi, Persewaan Bangunan,
Tanah dan Jasa Perusahaan 14.06 14.17 13.41
Jasa-Jasa 10.27 10.87 10.55
Jumlah 100.00 100.00 100.00
Sumber: Medan Dalam Angka 2010, diolah
80
70
60
50
Persen
40
30
20
10
0
2004 2005 2006
Gambar 3.6 Distribusi persentasi PDRB Penggolongan Sektor Tahun 2004 -2006
Sumber: Medan Dalam Angka 2010
51
Laporan Akhir
PDRB per kapita merupakan indikator makro ekonomi penting lainnya yang
menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk Kota Medan, sebagai dampak proses
pembangunan kota yang dilaksanakan. Walaupun PDRB per kapita tidak dapat
dijadikan dasar untuk melihat kesejahteraan suatu daerah, tetapi minimal dapat
dijadikan indikator sederhana apakah perubahan perekonomian dapat mengimbangi
perubahan penduduk.
Pendapatan per kapita sebagai salah satu indikator untuk melihat tingkat
kemakmuran masyarakat merupakan hasil pembagi antara PDRB dengan jumlah
penduduk. Pendapatan per kapita masyarakat Kota Medan atas dasar harga berlaku dari
tahun 2004 sampai tahun 2006 berturut-turut adalah Rp. 16,506,980.59, 21,015,993.24
dan Rp. 23,629,966.84 atau mengalami peningkatan rata-rata 19,88 persen/tahun.
Tabel 3.13 PDRB Perkapita Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004 -2006
Tahun 2004 2005 2006
Total PDRB (Jutaan rupiah) 33,115,347.05 42,792,450.20 48,849,946.88
Jumlah Penduduk (Jiwa) 2,006,142.00 2,036,185.00 2,067,288.00
PDRB Perkapita 16,506,980.59 21,015,993.24 23,629,966.84
Perubahan - 27.32 12.44
Sumber: Medan Dalam Angka 2010
Melihat trend pertumbuhan ekonomi yang terjadi sejak tiga tahun terakhir,
perekonomian Kota Medan dapat dikatakan dinamis, dan mengalami percepatan
pertumbuhan yang menggembirakan.
Besarnya volume kegiatan ekonomi sektor tertier dan sekunder di kota Medan
tidak terlepas dari dukungan sarana dan prasarana yang relatif lebih baik seperti sarana
pertokoan, perhubungan, komunikasi, lokasi industri, disamping letak strategis kota
Medan, dan jumlah penduduk yang relatif besar. Hal yang tidak kalah pentingnya
adalah dukungan daerah bahkan propinsi yang ada disekitarnya. Perkembangan sektor
industri di kota Medan tidak terlepas dari dukungan bahan baku dan sektor pertanian
yang besar dari daerah sekitar kota Medan yang kaya sumber daya alam. Demikian juga
perkembangan sektor tersiernya tidak terlepas dari gerakan kegiatan ekonomi dari
propinsi di sekitarnya yang menggunakan pelabuhan Belawan dan Bandara Polonia
sebagai jalur masuk dan keluar ekspor dan impor barang-barang.
52
Laporan Akhir
53
Laporan Akhir
54
Laporan Akhir
2006 panjang jalan Kota Medan yang masuk dalam katagori kelas I adalah sepanjang
127,56 km (4,14%), katagori kelas II sepanjang 96,03 km (3,12%). Sementara untuk
katagori kelas III, IIIA, IV dan kelas tidak tidak diperinci secara berturut-turut adalah
sepanjang 566,47 km (18,40%), 762.58 km (24.77%), 1,010.66 km (32.82%) dan
515.64 km (16.75%).
Tabel 3.14 Prasarana Jalan Kota Medan Berdasar Kondisi 2006
Kondisi Jalan\Status Negara Propinsi Kota Jumlah Rasio
Baik 56.86 70.70 1,955.38 2,082.94 67.65
Sedang - - 385.76 385.76 12.53
Rusak - - 111.08 111.08 3.61
Rusak berat - - 0.65 0.65 0.02
Tidak diperinci - - 498.51 498.51 16.19
56.86 70.70 2,951.38 3,078.94
Medan Dalam Angka Tahun 2010
Tabel 3.15 Prasarana Jalan Kota Medan Berdasar Jenis Permukaan 2006
Jenis Permukaan\Status Negara Propinsi Kota Jumlah Rasio
Aspal 56.86 70.70 2,548.89 2,676.45 86.93
Kerikil - - - - -
Tanah - - 8.95 8.95 0.29
Tidak diperinci - - 393.54 393.54 12.78
56.86 70.70 2,951.38 3,078.94
Medan Dalam Angka Tahun 2010
Tabel 3.16 Prasarana Jalan Kota Medan Berdasar Kelas Jalan 2006
Kelas Jalan\Status Negara Propinsi Kota Jumlah Rasio
Kelas I 56.86 70.70 - 127.56 4.14
Kelas II - - 96.03 96.03 3.12
Kelas III - - 566.47 566.47 18.40
Kelas IIIA - - 762.58 762.58 24.77
Kelas IV - - 1,010.66 1,010.66 32.82
Kelas V - - - - -
Tidak diperinci - - 515.64 515.64 16.75
56.86 70.70 2,951.38 3,078.94
Sumber: Medan Dalam Angka Tahun 2010
Akan tetapi jika kita lihat pada penambahan panjang jalan di Kota Medan, maka
sepanjang tahun 2002 sampai tahun 2006 tidak ada penambahan panjang jalan.
Tentunya hal ini sangat riskan, mengingat pertumbuhan angkutan pribadi terutama
sepeda motor relatif tinggi.
55
Laporan Akhir
Tabel 3.17 Prasarana Jalan Kota Medan Berdasar Penanggung jawab 2002 - 2006
Tahun\Penanggungjawab Negara Propinsi Kota Jumlah
2002 56.86 70.70 2,951.38 3,078.94
2003 56.86 70.70 2,951.38 3,078.94
2004 56.86 70.70 2,951.38 3,078.94
2005 56.86 70.70 2,951.38 3,078.94
2006 56.86 70.70 2,951.38 3,078.94
Sumber: Medan Dalam Angka Tahun 2010
56
Laporan Akhir
merupakan jalan lingkar luar Utara. Untuk kawasan bagian Selatan - Barat
dihubungkan oleh ruas Jl. Letjend. Jamin Ginting – Jl. Setia Budi – Jl. Sunggal - Jl.
Jend. Gatot Subroto atau ruas jalan Jl. Brigjend. Katamso - Jl. Karya Jasa – Jl. Pintu Air
- Jl. Bunga Sedap Malam – Jl. Mawar Merah - Jl. Setia Budi – Jl. Sunggal - Jl. Jend.
Gatot Subroto atau ruas Jl. Sisingamangara – Jl. Asrama II – Jl. Suka Elok - Jl.
Sukosopan – Jl. Karya Jasa – Jl. Pintu Air – Jl. Bunga Sedap Malam – Jl. Mawar Merah
– Jl. Setia Budi – Jl. Sunggal - Jl. Jend. Gatot Subroto. Disamping itu, terdapat jaringan
jalan lingkar luar Selatan yaitu Jl. Jl. Tritura, Jl. Karya Jasa dan Jl. Ngumban Surbakti.
Terdapat jalan Tol Belmera yang menghubungkan kawasan bagian Utara (Belawan) -
Selatan (Tanjung Morawa) melalui kawasan Timur Kota Medan.
57
Laporan Akhir
Legenda:
Batang Kuis
(Timur Kota Medan)
Tembung
(Timur Kota Medan)
Binjai
(Barat Kota Medan) Tanjung Morawa
(Timur Kota Medan)
Sumber:
Peta RTRW Kota Medan 2007 -2016
58
Laporan Akhir
59
Laporan Akhir
Tabel 3.19 Jumlah sarana angkutan (umum dan pribadi) tahun 2006
Tahun Mobil Penumpang Mobil Gerobak Bus Sepeda Motor Jumlah
2002 128,882 93,989 11,424 558,236 792,531
(16.26 %) (11.86 %) (1.44 %) (70.44 %)
2003 138,179 99,464 11,815 657,460 906,918
(15.24 %) (10.97 %) (1.30 %) (72.49 %)
2004 149,302 104,776 12,108 756,569 1,022,755
(14.60 %) (10.24 %) (1.18 %) (73.97 %)
2005 164,314 112,001 12,406 883,406 1,172,127
(14.02 %) (9.56 %) (1.06 %) (75.37 %)
2006 175,198 116,184 12,619 985,745 1,289,746
(13.58 %) (9.01 %) (0.98 %) (76.43 %)
Sumber: Medan Dalam Angka Tahun 2010
Disamping itu pada Tabel 3.20 dapat dilihat data statistik kendaraan tidak
bermotor. Dapat dilihat bahwa penggunaan becak sebagai sarana angkutan cukup
signifikan, serta pertumbuhan pemilikan sepeda yang memiliki kecenderungan meningkat.
60
Laporan Akhir
taksi dengan argometer, sementara untuk taksi tanpa argo meter memiliki kecenderugnan
yang meningkat. Keadaan ini sangat kontradiktif dengan tujuan Kota Medan sebagai kota
jasa dan industri.
61
Laporan Akhir
62
Laporan Akhir
63
4.1 Jaringan Jalan
4.1.1 Umum
Secara umum jaringan jalan di Kota Medan merupakan jaringan jalan perkotaan
yang membentuk pola jaringan grid dengan radial. Beberapa jaringan radial utama yang
ada di Kota Medan membentuk sumbu utara – selatan dan barat – timur yang dijabarkan
sebagai berikut,
Jaringan utama utara – selatan yang menghubungkan daerah Medan ke Belawan
dan Medan ke Deli Serdang dihubungkan oleh Jl. Brigjend. Katamso – Jl. Pemuda
– Jl. Ahmad Yani – Jl. Ahmad Yani – Jl. Balai Kota – Jl. Putri Hijau dan Jl. Yos
Sudarso. Beberapa jaringan jalan yang merupakan jaringan jalan utama utara-
selatan antara lain Jl. Industri-Gagak Hitam-Asrama, Jl. Letjend. Jamin Ginting, Jl.
Sisingamangaraja, Jl. Pertahanan, Jl. Setia Budhi, Jl. Sunggal, Jl. Arif Rahman
Hakim- Negara- Aksara- Pancing.
Sumbu barat – timur yang menghubungkan daerah Kota Medan menuju ke Binjai
dihubungkan oleh Jl. Jend. Gatot Subroto- Guru Patimpus-Perintis Kemerdekaan-
Prof. HM. Yamin-Letda Sujono. Beberapa ruas jalan utama yang pada sumbu
barat-timur ini antara lain Jl. Bunga Sedap Malam-Pintu Air-Karya Jasa-
Sukosopan-Suka Elok-Asrama II-Sisingamangaraj, Ir. H. Juanda-Halat, Jl. Sei
Batanghari-Gajah Mada.
Jaringan jalan utama yang menghubungkan wilayah Kota Medan dengan wilayah
sekitarnya (Binjai dan Deli Serdang) merupakan jalan arteri (primer dan sekunder) dengan
kapasitas jalan yang cukup besar. Jalan yang menghubungkan Kota Medan dengan Kota
Binjai merupakan jalan 4 lajur 2 arah dengan median, lebar kurang lebih 20 meter seperti
pada Jalan Jend. Gatot Subroto. Volume pergerakan lalu lintas yang cukup besar
khususnya pada pagi dan sore hari.
64
Laporan Akhir
Gambar 4.1.a. Kondisi Jalan Medan - Binjai (Jl. Jend. Gatot Subroto)
65
Laporan Akhir
Gambar 4.1.b. Kondisi Jalan Medan - Binjai (Jl. Jend. Gatot Subroto)
Gambar 4.1.c. Kondisi Jalan Medan - Binjai (Jl. Jend. Gatot Subroto)
Gambar 4.1.d. Kondisi Jalan Medan - Binjai (Jl. Jend. Gatot Subroto)
66
Laporan Akhir
Kota Medan dengan wilayah Deli Serdang dihubungkan oleh jaringan jalan arteri
primer dan sekunder yang sebagian merupakan jalan dua lajur dua arah seperti Jalan
Sisingamangaraja, Jalan Brigjen Katamso dan Jalan Pertahanan. Secara umum, kondisi
jalan dalam keadaan baik. Kemacetan lalu lintas terjadi pada beberapa persimpangan
seperti Jl. Katamso - Juanda, Jl. Sisingamangaraja - Pertahanan, Jl. Katamso - Sukosopan.
Beberapa gambaran mengenai kondisi jaringan jalan tersebut digambarkan pada gambar
4.2 dibawah ini.
67
Laporan Akhir
68
Laporan Akhir
69
Laporan Akhir
Panjang
No. Ruas Jalan Lebar (m) Pola Parkir
(m)
70
Laporan Akhir
Panjang
No. Ruas Jalan Lebar (m) Pola Parkir
(m)
71
Laporan Akhir
Panjang
No. Ruas Jalan Lebar (m) Pola Parkir
(m)
72
Laporan Akhir
73
Laporan Akhir
74
Laporan Akhir
5. Jalan MT Haryono
Tata guna lahan di sekitar ruas jalan MT Haryono adalah perkantoran, perumahan,
pertokoan, dan pemakaman. Kondisi arus kendaraan di ruas jalan ini tidak lancar (macet),
hal tersebut terjadi karena jumlah kendaraan yang masuk ke ruas jalan ini cukup besar, dan
banyaknya hambatan samping yang diakibatkan oleh tata guna lahan di sekitar jalan yaitu
pertokoan, kecepatan rata – rata kendaraan di ruas jalan ini adalah 10 km/jam dengan 4
lajur dan 1 arah dan lebar jalan 12 m. Fasilitas rambu dan marka di sekitar ruas jalan ini
memiliki kondisi baik begitu pula dengan kondisi fisik permukaan perkerasan jalan baik.
75
Laporan Akhir
7. Jalan Sisingamangaraja
Tata guna lahan di sekitar Jalan Sisingamangaraja adalah pertokoan, rumah makan dan
hotel. Beberapa hotel ternama Kota Medan berada pada jalan ini. Kondisi jalan merupakan
76
Laporan Akhir
jalan 4 lajur 2 arah dengan median (4/2D). Lebar jalan sebesar 18m dengan bahu yang
diperkeras. Kondisi perkerasan jalan cukup baik.
77
Laporan Akhir
mengalami kemacetan. Kondisi ini menyebabkan penghitungan volume lalu lintas yang
lewat satu segmen jalan mendapatkan nilai yang kecil, mengingat kondisi arus yang
tersendat. Hal ini terlihat di ruas jalan Cirebon. Kondisi seperti ruas jalan Cirebon terjadi
pada ruas jalan di daerah CBD sebelah timur rel KA seperti jl. Pandu, jl. Perintis
Kemerdekaan, dsb.
Data rekapitulasi volume lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 4.2a, 4.2b. Penyebaran
volume kendaraan menurut lokasi berdasarkan hasil survai dibeberapa lokasi ruas jalan
diberikan pada Gamba 4.11. di bawah ini.
Tabel 4.2a Volume Lalu Lintas Ruas Jalan di Kota Medan (kend/Jam)
Volume Lalu Lintas (Kend/Jam)
No Nama Jalan Sabtu Minggu Senin
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
1 Zainul Arifin 4,606 4,725 4,609 4,455 9,948 9,224 4,746 10,960 7,715
2 Sutomo 3,539 3,039 4,019 1,209 1,292 1,199 1,383 3,146 3,444
3 Bogor 607 582 566 193 271 241 593 667 509
4 Surakarta 1,309 1,196 1,265 421 930 1,070 1,630 1,368 1,436
5 Pemuda Timur 3,118 1,920 1,825 1,286 1,443 1,121 3,662 2,540 3,382
6 Surabaya 634 838 786 197 832 881
7 Pemuda Barat 3,883 3,099 3,022 2,345 2,928 2,827 3,609 3,082 2,976
8 Cirebon 1,996 2,535 2,284 831 1,873 1,719 1,922 2,550 2,776
9 Balai Kota 6,238 8,090 7,704 6,744 6,770 6,269 5,275 7,393 7,819
10 Rahmadsyah 4,415 4,280 4,767 4,308 4,820 4,893 4,726 5,169 4,618
Sumber : Hasil survai
Tabel 4.2b Volume Lalu Lintas Ruas Jalan di Kota Medan (smp/Jam)
78
Laporan Akhir
Sedangkan proporsi lalu lintas berdasarkan hasil survai menunjukkan sepeda motor
masih mendominasi proporsi lalu lintas ruas yang di survai, sementara kendaraan ringan
memiliki porsi yang relatif besar dibawah proporsi sepeda motor. Proporsi rata-rata
kendaraan hasil survai adalah Sepeda Motor (59,39%), Kendaraan Ringan (38,33%),
Kendaraan Berat Ringan (2,16%) dan Kendaraan Berat (0,11%). Proporsi jenis kendaraan
rata-rata hasil survai dibeberapa lokasi ruas jalan diberikan pada Gambar 4.12.
79
Laporan Akhir
Kendaraan Ringan,
38.33%
Sepeda Motor,
59.39%
80
Laporan Akhir
Perparkiran merupakan salah satu komponen yang penting dalam manajemen lalu
lintas di suatu wilayah, dalam pengaturannya perpakiran haruslah sejalan dengan tata guna
lahan di sekitarnya, sehingga dibutuhkan banyak hal yang perlu untuk dilakukan agar suatu
wilayah dengan fasilitas perparkiran dapat teratur keberadaannya.
Sebagai contoh suatu wilayah perbisnisan sangat membutuhkan perparkiran, namun
kendala yang akan didapatkan dengan memberikan perparkiran di badan jalan sekitar
wilayah tersebut akan mengakibatkan pengurangan kapasitas lalu lintas kendaraan yang
bergerak di atasnya. Namun jika wilayah tersebut tidak disediakan fasilitas parkir maka
wilayah tersebut akan terancam keberadaannya, wilayah bisnis yang berkembang akan
menurun kapabilitasnya yang mengakibatkan banyak pelaku bisnis di wilayah tersebut
rugi, hal tersebut diakibatkan karena tidak banyak minat masyarakat untuk datang ke
wilayah tersebut akibat tidak adannya fasilitas parkir. Kerugian yang terjadi
mengakibatkan pelaku bisnis mencari tempat lain yang lebih menjanjikan, sehingga
wilayah yang merupakan wilayah bisnis berubah fungsi. Perubahan fungsi suatu wilayah
mengakibatkan perubahan tata guna lahan yang ada pada rencana tata ruang wilayah,
dengan berpegang pada kondisi keterkaitan antara pereparkiran, lalu lintas jalan dan tata
guna lahan tersebut maka pengaturan perparkiran sangat perlu diperhatikan dan
membutuhkan penanganan serius.
81
Laporan Akhir
82
Laporan Akhir
83
Laporan Akhir
Gambaran mengenai lokasi parkir yang ada di daerah CBD Kota Medan
digambarkan pada Gambar 4.13 dibawah ini.
84
Sumber : WTN 2014, Dinas Perhubungan Kota Medan
Gambar 4.13. Lokasi Perparkiran di Daerah CBD Kota Medan
85
Laporan Akhir
86
Laporan Akhir
87
Laporan Akhir
88
Laporan Akhir
89
Laporan Akhir
Jika melihat kondisi parkir yang ada di Kota Medan, beberapa lokasi
memperlihatkan bahwa kondisi parkir yang ada kurang teratur dan membutuhkan
penanganan yang lebih lanjut dalam pengaturannya.
Saat ini, tarif parkir mobil Rp 1.000, sepeda motor Rp 500, dan truk Rp 1.500
sekali parkir. Selain mengenai permasalahan tarif, banyak hal yang terjadi dengan
kondisi perparkiran di Kota Medan yang terkait langsung dengan kondisi lalu lintas di
Kota Medan, beberapa ruas jalan mengakomodir parkir melebihi kapasitas parkir yang
dipersyaratkan sehingga mengganggu lalu lintas yang terjadi. Salah satu contoh terlihat
di sepanjang Jalan Cirebon, Jalan Surakarta, Jalan Semarang, dan Jalan Bandung. Jalan
Cirebon yang searah memiliki enam lajur. Namun, akibat tingginya volume parkir di
kawasan tersebut, petugas parkir sering memanfaatkan tiga lajur yang berada di sisi kiri
sehingga sering timbul kemacetan lalu lintas di kawasan tersebut.
Berkaitan dengan permasalahan perparkiran tersebut seharusnya dilakukan
pembangunan gedung parkir di kawasan inti kota untuk menampung volume parkir
90
Laporan Akhir
kendaraan yang terus meningkat. Penyerahan pengelolaan parkir pada pihak swasta
ternyata tidak diimbangi dengan peningkatan pelayanan kepada pengguna jasa parkir.
91
Laporan Akhir
92
Laporan Akhir
93
Laporan Akhir
94
Laporan Akhir
95
Laporan Akhir
Volume parkir di kota Medan sangat berpariasi dari nilai yang sangat kecil
sampai ke yang paling besar, volume parkir kendaraan roda 4 yang paling besar terjadi
pada ruas jalan Brigjen Katamso seperti pada tabel 4.7 dan Gambar 4.14 dibawah ini,
sedangkan untuk peta penyebarannya dapat dilihat pada gambar 4.21a dan 4.21b.
96
Laporan Akhir
97
Laporan Akhir
Gambar 4.16a. Peta Sebaran Parkir Roda 4 Gambar 4.16b. Peta Sebaran Parkir Roda 2
98
Laporan Akhir
Kesanggupan
No Jenis Kendaraan yang Lokasi Parkir
(Rp/Jam)
digunakan
1 Mobil Jl.Pemuda 500
2 Mobil Jl.Pemuda 500
3 Mobil Jl.Pemuda 500
4 Mobil Jl.Pemuda 500
5 Mobil Jl.Pemuda 500
6 Mobil Jl.Pemuda 500
7 Mobil Jl.Pemuda 500
8 Mobil Jl.Pemuda 500
9 Mobil Jl.Pemuda 500
10 Mobil Jl.Pemuda 1000
11 Mobil Jl.Pemuda 1000
12 Mobil Jl.Pemuda 1000
13 Mobil Jl.Pemuda 1000
14 Mobil Jl.Pemuda 1000
15 Mobil Jl.Pemuda 1000
16 Mobil Jl.Pemuda 1000
17 Mobil Jl.Pemuda 1000
18 Mobil Jl.Pemuda 1000
19 Mobil Jl.Pemuda 1000
20 Mobil Jl.Pemuda 1000
21 Mobil Jl.Pemuda 1000
22 Mobil Jl.Pemuda 1000
23 Mobil Jl.pemuda 1000
24 Mobil Jl.Pemuda 1500
99
Laporan Akhir
Kesanggupan
No Jenis Kendaraan yang Lokasi Parkir
(Rp/Jam)
digunakan
25 Mobil Jl.Pemuda 2000
26 Sepeda Motor Jl.Pemuda 500
27 Sepeda Motor Jl.Pemuda 500
28 Sepeda Motor Jl.Pemuda 500
29 Sepeda Motor Jl.Pemuda 500
30 Sepeda Motor Jl.Pemuda 500
31 Sepeda Motor Jl.Pemuda 500
32 Sepeda Motor Jl.Pemuda 500
33 Sepeda Motor Jl.Pemuda 500
34 Sepeda Motor Jl.Pemuda 500
35 Sepeda Motor Jl.Pemuda 500
36 Sepeda Motor Jl.Pemuda 1000
37 Sepeda Motor Jl.Pemuda 1000
38 Sepeda Motor Jl.Pemuda 1000
39 Sepeda Motor Jl.Pemuda 1000
40 Sepeda Motor Jl.Pemuda 1000
41 Sepeda Motor Jl.Pemuda 1000
42 Sepeda Motor Jl.Pemuda 1000
43 Sepeda Motor Jl.Pemuda 1000
50%
40%
30% WTP
20%
10% 8%
0% 4%
Tarif Parkir
100
Laporan Akhir
50%
40% 44%
30% WTP
20%
10%
0% 0% 0%
0 500 1000 1500 2000 2500
Tarif Parkir
Bila dilihat dari sebaran WTP di Kota Medan umumnya nilai WTP yang besar
berada disekitar jalan-jalan utama. Untuk kendaraan mobil berada di sekitar jalan
Cirebon, Jl. Sutomo, Jl.Barus dengan nilai WTP sekitar Rp.1200, sedangkan untuk
sepeda motor berada disekitar Jl.Jember, Jl.Amuntai, Jl.Sutomodengan dengan nilai
WTP berkisar RP.1000, seperti terlihat pada Gambar 4.24a dan Gambar 4.24b di bawah
ini. Analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
101
Laporan Akhir
Gambar 4.19a Peta Sebaran WTP Roda 4 Gambar 4.19b Peta Sebaran WTP Roda 2
102
Laporan Akhir
Jumlah Jumlah
No Lokasi Parkir No Lokasi Parkir
Data Data
1 Jl. Penang 10 18 Jl. Meleran 1
2 Jl. Ahmad Yani 67 19 Jl. Palang Merah 13
3 Jl. Amuntai 3 20 Jl. Palang karaya 35
4 Jl. Balai Kota 15 21 Jl. Pembelian 9
5 Jl. Bandung 16 22 Jl. Pemuda 43
6 Jl. Banjarmasin 8 23 Jl. Perniagaan 79
7 Jl. Barus 35 24 Jl. Samarinda 7
8 Jl. Bogor 43 25 Jl. Rahmadsyah 5
9 Jl. Bukit Barisan 61 26 Jl. Sambas 32
10 Jl. Cirebon 57 27 Jl. Sawah Lunto 4
11 Jl. Gakahmada 1 28 Jl. Semarang 32
12 Jl. Guangju 5 29 Jl. Stasiun KA 22
13 Jl. Ismiliyah 1 30 Jl. Surabaya 42
14 Jl. Jember 8 31 Jl. Surakarta 22
15 Jl. Kapuas 7 32 Jl. Sutomo 31
16 Jl. Kota Nopan I 12 33 Jl. Sutoyo 28
17 Jl. Kumango 21 34 Jl. Zaenul Arifin 23
Total 798
103
Laporan Akhir
Pada kegiatan survai ini usia responden yang berhasil d survai bervariasi antara
≤20 sampai <50 tahun, hasil survai menunjukan usia yang berkisar antara 31-40 tahun
menjadi data yang dominan, dengan pekerjaan pada umumnya sebagai pegawai swasta
dan wiraswasta. Hasil lebih jelasnya seperti yang disajikan pada table 4.11 dan gambar
4.25 dibawah ini.
Tabel 4.11 Kelompok Umur
Umur (Tahun) Jumlah Data
≤ 20 24
21 - 30 227
31 - 40 408
41 - 50 125
< 50 14
Total 798
Peg. Swasta
27% Wiraswasta/Da
gang
43%
104
Laporan Akhir
Pengeluaran Keluarga
Jumlah Data
(Juta/Bulan)
0 - 0.5 10
0.5 - 1.0 59
1.0 - 1.5 98
1.5 - 2.0 271
2.0 - 2.5 184
2.5 - 3.0 63
3.0 - 4.0 70
4.0 - 5.0 37
5.0 - 6.0 4
> 10.0 2
Total 798
105
Laporan Akhir
0-5% 34
5 - 10 % 117
10 - 15 % 128
15 - 20 % 94
20 - 25 % 175
25 - 30 % 83
30 - 35 % 45
35 - 40 % 59
40 - 45 % 49
45 - 50 % 14
Total 798
Hasil survai juga menunjukan persentile ATP parkir kendaraan roda empat dan
roda dua, dimana nilai persentile 50% untuk roda empat nilainya sebesar Rp.2000,
sedangkan untuk kendaraan roda dua nilai persentile 50% nya sebesar RP.1500. Untuk
lebih jelasnya nilai ATP hasil survai disajikan pada Gambar 4.26 dan 4.27 dibawah ini.
106
Laporan Akhir
107
Laporan Akhir
108
Laporan Akhir
Volume
Ruas Jalan V/C
kend/jam smp/jam
Cirebon 2,776 2,064 0.43
Balai Kota 8,090 5,874 0.93
Rahmadsyah 5,169 3,445 0.91
sumber : hasil analisis
Kinerja lalu lintas ruas jalan kondisi mendatang dianalisis berdasarkan data hasil
simulasi pergerakan lalu lintas yang dilakukan oleh Konsultan dengan menggunakan
109
Laporan Akhir
model lalu lintas. Dari hasil model lalu lintas didapatkan peramalan lalu lintas
mendatang sehingga bisa dianalisis nilai VCR. Kondisi yang dianalisis pada model lalu
lintas adalah kondisi dengan parkir di badan jalan dan kondisi tanpa parkir di badan
jalan. Prediksi VCR untuk beberapa ruas jalan yang dimodelkan diberikan pada Gambar
5.2.
Dari bandwidth Gambar 5.2 terlihat nilai VCR tinggi cenderung terjadi pada
koridor ruas jalan utama. Tidak semua ruas jalan di CBD memiliki nilai VCR yang
110
Laporan Akhir
tinggi. Kondisi ini memungkinkan penerapan parkir di badan jalan untuk beberapa ruas
tanpa memberikan gangguan yang tinggi terhadap arus lalu lintas. Namun untuk ruas-
ruas dengan nilai VCR yang sudah tinggi perlu pengaturan yang ketat terhadap
kebijakan parkir di badan jalan bahkan sampai pelarangan.
111
Laporan Akhir
600
500
y = 0.1155x
Volume Parkir Mobil R² = 0.38
(kend/11jam) 400
300
200
100
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
Volume Ruas
(smp/jam)
112
Laporan Akhir
80
70
KECEPATAN (km/jam) 60
50
40
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
VCR
5.2.3 Biaya Operasi Kendaraan Dan Kecepatan Arus Lalu Lintas Ruas
Biaya operasi kendaraan (BOK) pada umumnya didekati dengan model
matematis hubungan antara biaya yang dikeluarkan dalam operasi kendaraan sebagai
moda transportasi dengan variable yang mempengaruhinya. Salah satu model yang
digunakan adalah formula penghitungan biaya operasi kendaraan (BOK) hasil studi
LAPI-ITB dan PT Jasa Marga (Persero), 1997. Formulasi penghitungan BOK pada
studi tersebut merupakan modifikasi dari model Pacific Consultant International (PCI)
yang telah dikembangkan sebelumnya. Modifikasi yang dimaksud merupakan
penyesuaian dengan kondisi di Indonesia terhadap formulasi penghitungan pada
beberapa komponan BOK, terutama konsumsi bahan bakar.
Komponen-komponen BOK yang diperhitungkan mencakup konsumsi bahan
bakar, konsumsi minyak pelumas, konsumsi ban, pemeliharaan dan suku cadang,
depresiasi dan bunga modal. Bagian berikut ini menyampaikan formulasi penghitungan
masing-masing komponen biaya operasi kendaraan tersebut.
a. Pemakaian Bahan Bakar
b. Minyak Pelumas
c. Ban
113
Laporan Akhir
d. Pemeliharaan
e. Depresiasi
f. Bunga Modal
g. Asuransi
Persamaan BOK untuk berbagai kecepatan diberikan pada Gambar 5.5, dimana
persamaannya adalah Y = 2.0801X2 - 258.72X + 10098. Dimana Y adalah Biaya
Operasi Kendaraan (rp/km) dan X adalah kecepatan kendaraan (km/jam).
10000
9000
8000 y = 2.0801x 2 - 258.72x + 10098
R² = 0.9489
7000
6000
(rp/km)
BOK
5000
4000
3000
2000
1000
0
0 20 40 60 80 100
Kecepatan
(km/jam)
sumber : hasil analisis
Gambar 5.5 Korelasi Kecepatan Arus Lalu Lintas dengan BOK
114
Laporan Akhir
8,000,000
7,000,000 y = 4481.8x
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
-
0 200 400 600 800 1000
Hal yang sama dilakukan untuk target pendapatan parkir harian. Dugaan
hubungan linear diasumsikan untuk mendapatkan persamaan regresi Y = 1028.7X2,
dimana Y adalah target pendapatan parkir harian (rupiah) dan X adalah volume
kendaraan parkir (kend/11jam). Nilai R² untuk persamaan kurva dugaan adalah sebesar
0.5452. Gambar 5.7 menunjukkan sebaran data dan garis regresi.
2,000,000
1,800,000 y = 1028.7x
R² = 0.5452
1,600,000
TARGET PARKIR HARIAN (rp.)
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
-
0 200 400 600 800 1000
115
Laporan Akhir
8,000,000
7,000,000
y = 5264.9x
TARGET PARKIR BULANAN (rp.)
6,000,000 R² = 0.7305
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
-
0 1000 2000 3000 4000 5000
Hal yang sama dilakukan untuk target pendapatan parkir harian. Dugaan
persamaan regresi Y = -1.414X2 + 1430X dimana Y adalah target pendapatan parkir
harian (rupiah) dan X adalah volume lalu lintas ruas (smp/jam). Nilai R² untuk
persamaan kurva dugaan adalah sebesar 0.5452. Gambar 5.9 menunjukkan sebaran data
dan garis regresi.
116
Laporan Akhir
2,000,000
1,800,000
1,600,000 y = 1430x
TARGET PAKIR HARIAN (rp.)
R² = 0.7161
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
-
0 1000 2000 3000 4000 5000
117
Laporan Akhir
Tabel 5.3 Pola Parkir dan Pengurangan Kapasitas Beberapa Ruas Jalan
Kapasitas
Pola Parkir Jalan Tanpa Dengan %
Parkir Parkir Pengurangan
45 Jl. GATOT SUBROTO 5413 3062 43.43%
90 Jl. S. PARMAN 5078 2610 48.60%
Sejajar Jl. ADAM MALIK 7731 6015 22.20%
Sejajar Jl. GADJAH MADA 3367 2866 14.88%
Sejajar Jl. GATOT SUBROTO 5413 5078 6.19%
Sejajar Jl. ISKANDAR MUDA 5078 3336 34.30%
Sejajar Jl. KH. WAHID HASYIM 3367 2028 39.77%
Sejajar Jl. MAYANG 2610 1462 43.98%
Sejajar Jl. MOJOPAHIT 3367 2866 14.88%
Sejajar Jl. AHMAD YANI 5078 3336 34.30%
Sejajar Jl. BALAI KOTA 6082 5496 9.63%
Sejajar Jl. DAGAM 2975 2028 31.83%
Sejajar Jl. GURU PATIMPUS 6082 5167 15.04%
Sejajar Jl. KESAWAN 2975 2028 31.83%
Sejajar Jl. MESJID UJUNG 2975 2028 31.83%
Sejajar Jl. MIRANTI 2975 2028 31.83%
Sejajar Jl. PALANG MERAH 5580 3497 37.33%
Sejajar 2 Sisi Jl. ADAM MALIK 7731 5413 29.98%
Sejajar 2 Sisi Jl. AHMAD YANI 5078 2756 45.73%
Sejajar 2 Sisi Jl. ISKANDAR MUDA 5078 2756 45.73%
Sejajar 2 Sisi Jl. MAYJEND D.I. PANJAITAN 3367 1785 46.99%
Sejajar 2 Sisi Jl. MOJOPAHIT 3367 1785 46.99%
Sejajar 2 Sisi Jl. NIBUNG RAYA 3367 1785 46.99%
Sejajar 2 Sisi Jl. PALANG MERAH 5580 3304 40.79%
sumber : hasil analisis
Parkir dibadan jalan secara teroritis dan fakta memberikan gangguan terhadap
pengguna jalan yang berdampak pada penurunan kinerja akibat pengurangan kapasitas
efektif jalan. Namun demikian pendapatan daerah dari parkir secara umum mendukung
118
Laporan Akhir
PAD daerah yang bersangkutan demikian juga Kota Medan. Untuk itu perlu dilakukan
optimasi terhadap masalah ini. Kriteria umum pengelolaan parkir di badan jalan adalah
kondisi arus lalu lintas yang tidak terganggu secara signifikan. Berdasarkan kriteria ini
maka ambang batas kinerja lalu lintas yang diperbolehkan adanya parkir di badan jalan
perlu ditetapkan.
119
Laporan Akhir
Dari hasil survai ini diperoleh gambaran mengenai pola distribusi besaran ability
to pay (ATP) dari masyarakat pengguna seperti ditunjukkan pada Gambar 5.10 dan
Gambar 5.11. Dengan pendekatan nilai ATP representatif adalah nilai 50%tile,
didapatkan dengan pendekatan ini adalah sebesar Rp. 2000,-/jam untuk mobil dan Rp.
1550,-/jam untuk sepeda motor. Kondisi ini merepresentasikan peluang 50%
masyarakat akan mampu membayar nilai tarif yang diusulkan.
ATP Mobil
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
20.00%
10.00%
2000
0.00%
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
120
Laporan Akhir
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
50%
40.00% Y = 50% → X = 1550
30.00%
20.00%
10.00%
1550
0.00%
0 2000 4000 6000 8000 10000
121
Laporan Akhir
WTP Mobil
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
50%
30.00%
20.00%
10.00%
1180
0.00%
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00% 50%
30.00%
20.00%
10.00%
825
0.00%
0 500 1000 1500 2000 2500
122
Laporan Akhir
123
Laporan Akhir
124
Laporan Akhir
125
Laporan Akhir
parkir. Untuk itu dalam menentukan alternative penanganan parkir setidaknya harus
mempertimbangkan:
Harapan untuk memiliki sistem parkir yang handal memerlukan upaya besar
karena akan melibatkan aspek-aspek diluar parkir, selain itu tentu akan memerlukan
biaya yang besar dan waktu yang panjang. Oleh karena itu diperlukan suatu pentahapan
program penangan sehingga mudah untuk dijalankan dan koreksi dapat dilakukan pada
setiap tahap sehingga mengurangi resiko terjadi defiasi atau kesalahan yang besar.
Dengan menganalisa data-data primer maupun sekunder, mengkaji
peraturan/perundangan yang ada, serta mempertimbangkan berbagai masukan dari
stake holder diusulkan penangan parkir Kota Medan secara ringkas diuraikan pada
Tabel 6.1 berikut ini.
126
Laporan Akhir
JANGKA PANJANG Sistem Pengelolaan Parkir Pintar: Kompetisi Pengelolaan Perda Ruang Parkir: Sosialisasi dan
(Tahun ke 7 – 10 ) Integrasi system managemen parkir dan managemen Parkir (Sistem Perda parkir edukasi sistem
lalu lintas pengadaan penyedia sebagai bagian dari parkir
Sistem Informasi lokasi, jadwal dan tarif parkir jasa pengelolaan penetapan tata
Sistem pengarah lokasi parkir parkir) ruang
Otomatisasi pungutan parkir Perda masterplan
Sistem keamanan parkir parkir
127
Laporan Akhir
128
Laporan Akhir
Penetapan Larangan Parkir dilakukan pada ruas-ruas jalan dengan lalu lintas
padat dengan kriteria rasio volume per kapasitas diatas satu (VCR > 1) atau ruas-ruas
jalan dimana terdapat instansi-instansi penting pemerintah atau instansi-instansi
diplomatik yang membutuhkan standar keamanan tinggi. Selain itu sesuai dengan
ketentuan umum berlaku Larangan Parkir sebagai berikut :
1. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki
atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan
2. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius
kurang dari 500 m
3. Sepanjang 50 meter sebelum dan sesudah jembatan
4. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah persimpangan
5. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah akses banguna gedung
6. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah hydrantiker, pemadam kebakaran
atau sumber air sejenis
129
Laporan Akhir
Dan Tarif Parkir Sedang di badan jalan diberlakukan pada ruas-ruas dengan
kriteria:
a. Lebar badan jalan kurang dari 12 meter ( <12 m )
b. Lalulintas rendah sampai padat ( VCR < 1.0 )
Dari hasil kajian pada bab-bab didepan maka pengaturan hambatan parkir di
badan jalan dilakukan sebagai berikut ini.
Tabel 6.3 Ruas-Ruas Jalan Dengan Tarif Parkir Tinggi di Badan Jalan
NO NAMA RUAS JALAN
1 Jl. Ahmad Yani
2 JI.Pemuda
3 Jl. Imam Bonjol
4 Jl. Brig. Katamso
5 Jl. Cirebon
6 Jl. Sutorno
7 Jl. Thamrin
8 Jl. Sutrisno (m/d Simpang Jl. Thamrin Jl. Sutorno)
9 Jl. S. Parman
10 Jl. Gatot Subroto (m/d Simpang Majestiks/dJembatan)
11 Jl. Zainul Arifin
12 Jl. Jamin Ginting (m/d Simpang Iskandar Muda s/d Pajak Sore)
13 Jl. Stasiun Kereta Api
14 Jl. Pulau Penang
15 Jl. Bukit Barisan
16 Jl. Putri Hijau
17 Jl. Asia
18 Jl. Pandu
130
Laporan Akhir
Tabel 6.4 Ruas-Ruas Jalan Dengan Tarif Parkir Sedang di Badan Jalan
NO NAMA RUAS JALAN
1 JI. Pasar Ikan dan Sekitarnya
2 JI. Pasar Petisah dan Sekitamya
3 JI. Pasar Baru dan Sekitarnya
4 JI. Pasar Sambas dan Sekitarnya
5 JI. Pasar Pringgan
6 JI. Kolonel Yos Sudarso (m/d Simpang Jl. Adam Malik s/d Pasar Palapa)
7 JI. Brig. Katamso
8 JI. Sisingamangaraja
9 JI. Prof. H.M Yamin
10 JI. Gudang
11 JI. H. Adam Malik
12 JI. Setiabudhi
13 JI. Dr. Mansyur
14 JI. Sumatra
15 JI. Rahmadsyah
16 JI. Ring Road
17 JI. Kapten Muslim
18 JI. Siswo Miharjo
19 JI. Mangku Bumi
20 JI. Hindu
21 JI. Mesjid
22 JI. Ahmad Yani VII
23 JI. Gunung Krakatau
24 JI. Gajah Mada
25 JI. Nimbung
26 JI. Pandu Baru
27 JI. Kejaksaan
28 JI. Glugur
29 JI. Majapahit
30 JI. Gatot Subroto
31 JI. Iskandar Muda
32 JI. Sutrisno (m/d Simpang Jl. Thamrin s/d Simpang Jl. Aksara)
33 JI. Arif Rahman Hakim
34 JI. HM. Joni
35 Jl. Halat
131
Laporan Akhir
Ruas-ruas jalan yang tidak tercantum pada Tabel 6.2 sampai 6.4 ditetapkan
sebagai ruas-ruas parkir dengan tarif parkir rendah di badan jalan. Pengaturan hambatan
parkir ini secara skematik dapat dilihat pada Gambar 6.1 sebagai peta zonasi parkir
seperti terlihat berikut ini.
132
Laporan Akhir
133
Laporan Akhir
134
Laporan Akhir
gedung pertokoan tua yang rapat dan umumnya toko/ gedung tersebut tidak mempunyai
sarana parkir.
Pada kawasan ini kebutuhan akan saran parkir sangat tinggi namun ketersediaan
lahan untuk pembangunan gedung parkir hampir tidak memungkinkan kecuali merubah
peruntukan gedung/pertokoan yang ada menjadi gedung parkir. Saat ini kemungkinan
tersebut hampir tidak mungkin namun kedepan hal ini sangat mungkin terjadi karena
kebutuhan tempat parkir yang terus meningkat sehingga akan peluang bisnis pada usaha
penyedian jasa parkir ataupun pemerintah daerah sendiri yang menyediakan gedung
parkirnya.
Pada program penganan jangka menengah, setiap ijin renovasi ataupun
pembangunan gedung baru dikawasan bisnis dan/atau renovasi ataupun pembangunan
gedung dengan peruntukan perdagangan, perkantoran, sekolah dan hiburan harus
menyediakan saran parkir yang cukup sesuai dengan peruntukan gedungnya.
Akses menuju kawasan gedung parkir atau lahan parkir merupakan daerah
rawan macet karena akan timbul persimpangan maupun jalinan pergerakan kendaraan.
Hal ini dapat diatasi dengan memperbesar kapasitas pada daerah persimpangan maupun
jalinan yang akan terjadi. Hal ini pun mestinya menjadi bahan pertimbangan pada saat
pemberian ijin renovasi maupun ijin pendirian bangunan.
135
Laporan Akhir
Selain itu sistem informasi keuangan akan mengarahkan sistem keuangan yang
lebih akuntabel dan transparan. Selain itu prediksi pendapatan maupun kebutuhan biaya
operasional parkir bisa menjadi lebih akurat.
136
Laporan Akhir
137
Laporan Akhir
e. Sosialisasi dan pendidikan untuk semua stake holder agar dapat bisa
melakukan sesuatu sesuai dengan ketetapan sistem
Sistem ini diharapkan dapat melayani kebutuhan informasi real time (saat ini)
bagi penguna parkir yang beragam seperti:
a. Tujuan lokasi perjalanan yang beragam
Disamping itu sistem parkir ini harus terintegrasi dalam sistem manajemen lalu
lintas agar dapat memberikan arahan cara menuju lokasi parkir yang tersedia dengan
cepat dan aman.
Selain teknis parkir, sistem ini juga akan mempunyai sub sistem keuangan yang
sangat transparan karena setiap saat penguna parkir tercatat (waktu masuk dan waktu
keluar) begitupun pendapatan yang diperoleh sehingga dapat menghilangkan potensi
korupsi pendapatan parkir.
Sistem keamanan khususnya pencurian dapat diminimalisir, karena keluar-
masuk kendaraan akan selalu terawasi.
Kekurangan sistem ini adalah kecilnya tolerasi kesalahan, karena bila terjadi
kesalahan pada suatu bagian maka akan berpengaruh pada seluruhnya dan berujung
pada akurasi informasi yang rendah bahkan keliru. Untuk menghindari kesalahan
dibutuhkan kedisiplinan dari semua stake holder baik pengguna maupun pengelola
138
Laporan Akhir
untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Karena itu dalam merencanakan
sistem ini bukan hanya dibutuhkan ahli transportasi dan sistem informasi juga
dibutuhkan ahli sosial, politik, pendidikan bahkan agama.
139
Laporan Akhir
lebih penting sistem ini dapat diikuti dengan sadar tanpa suatu pemaksaan. Edukasi
diharapkan dapat memberikan pembelajaran sehingga setaip orang dengan sadar dan
rela serta disiplin mengikuti ketentuan sistem.
Materi edukasi dapat disisipkan pada kurikulum pendidikan formal maupun
sebagai syarat pada ujian untuk mendapatkan surat ijin mengemudi.
140