KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Komunitas
Jadi, menurut penulis komunitas ialah kumpulan dari orang-orang yang saling
mengenal dan berinteraksi serta diikat oleh suatu keyakinan, minat, dan tujuan
yang sama.
1
B. Falsafah Keperawatan Komunitas
Lingkungan
2
1. Manusia :
3
kesatuan yang utuh antara jiwa dan raga, mempunyai pandangan
hidup, memiliki daya pikir, kecerdasan, pendapat, diperintah oleh ego,
dan dipengaruhi oleh perasaan, seperti perasaan sedih dan senang,
sehingga pribadi dapat berkembang.
Sejak lahir, manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain, karena
manusia merupakan satu sistem yang saling bergantung, sehingga
manusia perlu bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
hidupnya. Manusia selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan
dituntut untuk dapat beradaptasi dan bertingkah laku sesuai harapan,
norma atau nilai yang ada, serta menjadi anggota keluarga dan
masyarakat.
Manusia lahir pada suatu tempat dan belajar serta berkembang dalam
lingkungan tersebut sehingga ia menganut dan terbentuk sesuai budaya
setempat.
4
manusia. Pada dasarnya, manusia mempunyai kebutuhan yang sama, tetapi
terkadang satu kebutuhan lebih penting bagi seseorang dari pada kebutuhan
lainnya. Salah satu teori yang digunakan untuk menjelaskan kebutuhan dasar
manusia adalah teori dari Abraham Maslow. Teori Maslow didasarkan pada
batasan sebagai berikut.
5
2) Kebutuhan akan rasa aman, meliputi: keselamatan, keamanan, dan
perlindungan hukum, serta ketertiban. Kebutuhan ini akan muncul
jika kebutuhan fisiologis secara relatif benar-benar terpenui.
3. Kesehatan
a. Konsep Sehat
6
Anggota masyarakat yang sehat termasuk dalam model keadaan yang
baik atau high level wellness model-model ini berorientasi pada
menyehatkan yang sakit. Sedangkan konsep dasar keadaan yang baik
berorientasi terutama untuk meningkatkan keadaan yang sudah baik.
Konsep keadaan yang baik harus berfokus pada unsur-unsur:
b. Konsep Sakit
7
3) Seseorang tidak merasa sakit, tetapi sebenarnya individu tersebut
sedang mengidap penyakit.
4. Lingkungan
1. Kemanfaatan
2. Otonomi
8
Dalam keperawatan komunitas, masyarakat diberikan kebebasan untuk
melakukan atau memilih alternatif terbaik yang disediakan. (Mubarak,
2009)
3. Keadilan
Hal ini menegaskan bahwa upaya atau tindakan yang dilakukan sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas komunitas. (Mubarak, 2009)
4. Kerja sama
5. Secara langsung
9
Rentang sehat-sakit bersifat dinamis dan selalu berubah setiap saat.
Perubahan ini dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu :
e. Lingkungan, yang meliputi: tanah (place), udara (air), dan air (water).
10
c. Faktor-faktor pendorong (Reinforcing factors) yang terwujud dalam
sikap dan Perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
B=f (PF, EF, RF )Keterangan :
B = Behavior
PF = Predisposing Factors
EF = Enabling Factors
RF = Reinforcing Factors
F = Fungsi
Teori Lawrence W Green merupakan salah satu teori modifikasi
perubahan perilaku yang dapat digunakan dalam mendiagnosis
masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk merencanakan suatu
kegiatan perencanaan kesehatan atau mengembangkan suatu model
pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan
kesehatan.
a. Pendidikan kesehatan;
11
c. Intervensi keperawatan yang memerlukan keahlian perawat, seperti
melakukan konseling pada remaja, balita, usila, pasangan yang akan
menikah, dan lain-lain;
1. TAHAP PREPATOGENESIS
12
Menular) melalui kegiatan imunisasi dan pemberantasan vektor, stimulasi,
dan bimbingan dini/awal dalam kesehatan keluarga dan asuhan
keperawatan pada anak atau balita, dan lain-lain. Masalah kesehatan yang
dicegah bukan hanya penyakit infeksi yang menular, tetapi juga masalah
kesehatan yang lainnya, seperti: kecelakaan, kesehatan jiwa, kesehatan
kerja, dan sebagainya. Besarnya masalah kesehatan masyarakat dapat
diukur dengan menghitung tingkat morbiditas (angka kejadian sakit),
mortalitas (angka kematian), fertilitas (tingkat kelahiran), dan disability
(tingkat kecacatan) pada kelompok-kelompok masyarakat;
2. TAHAP PATOGENESIS
13
c. Pembatasan kecacatan (disability limitation), antara lain melalui
penyempurnaan intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan komplikasi,
perbaikan fasilitas kesehatan,penurunan beban sosial penderita, dan
lain-lain. Pencegahan level ini menekankan pada penemuan kasus
secara dini dan pengobatan tepat (early diagnosis prompt treatment).
Pencegahan sekunder dimulai pada fase patogenesis (masa inkubasi),
yaitu saat bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia sampai saat
timbulnya gejala penyakit atau gangguan kesehatan. Diagnosis dini dan
interensi yang tepat bertujuan untuk menghambat proses patologis
(proses perjalanan penyakit), sehingga dapat memperpendek waktu
sakit dan tingkat keparahan,keseriusan penyakit.
14
F. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
15
Pendidikan kesehatan (health education) seperti penyuluhan tentang
gizi,pengamatan tumbuh kembang anak (growth and development
monitoring), pengadaan rumah sehat, konsultasi perkawinan (marriage
counseling), pendidikan seks (sex education), pengendalian lingkungan,
program P2M (Pemberantasan Penyakit Menular) melalui kegiatan
imunisasi dan pemberantasan vektor, stimulasi, dan bimbingan dini/awal
dalam kesehatan keluarga dan asuhan keperawatan pada anak atau balita,
dan lain-lain.
16
G. Asumsi Dasar Dan Keyakinan Dalam Keperawatan Komunitas
1. Asumsi Dasar
2. Keyakinan
17
b. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan,
dalam hal ini adalah komunitas.
18
Tabel 1.2. Perbedaan Penanganan Masalah Kesehatan antara Asclepius dan
Hegeia
1. Hidup seimbang
5. Olahraga
1. Kelompok/aliran 1
Aliran ini cenderung menunggu terjadinya penyakit atau setelah orang jatuh
sakit. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan kuratif. Kelompok tersebut
terdiri atas dokter, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan
perawatan atau pengobatan penyakit baik, fisik maupun psikologis.
2. Kelompok/aliran 2
19
Dari uraian di atas, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin maju, maka dalam masyarakat yang luas dapat kita amati
seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi tersebut,
yaitu pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan
pencegahan (preventive health care) sebagaimana tertera pada Tabel 1.3.
Tingkat Pelayanan
20
secara parsial. mencari dan
Padahal manusia mengidentifikasi
terdiri atas aspek masalah yang ada
bio-psiko-sosio dan pada masyarakat, dan
spiritual. selanjutnya
melakukan tindakan.
5. b. Melihat klien
senagai makhluk
yang utuh melalui
pendekatan yang
holistik, bahwa
terjadinya
penyakit tidak
semata-mata
karena
terganggunya
salah satu aspek
yang lain.
Pendekatan yang
digunakan adalah
pendekatan yang
utuh pada semua
aspek, baik
biologis,
psikologis,
sosiologis,
maupun spiritual
dan sosial.
21
subsistemkeluarga dan supra sistemnya adalah system sosial yang lebih luas.
Keluarga sebagaisub sistem komunitas merupakan sistem terbuka dimana terjadi
hubungan Timbal balikantara keluarga dengan komunitas, yang sekaligus
sebagai umpan balik. Adanyagangguanatau stressor padasalahsatu sub system
akanmampengaruhikomunitas, misalnyaadanyagangguanpadasalahsatu subsistem
pendidikan ,dimanamasyarakatakan kehilanganinformasiatau ketidaktahuan.
1. Sistem Personal
Menurut king setiap individu adalh system personal (system terbuka). Untuk
systempersonal konsep yang relevan adalah persepsi, diri, pertumbuhan dan
perkembangan, citratubuh, dan waktu.
a. Persepsi
22
Persepsi adalah gambaran seseorang tentang objek, orang dan
kejadian- kejadian.Persepsi berbeda dari satu orang dan orang lain
dan hal ini tergantung denganpengalaman masa lalu, latar belakang,
pengetauhan dan status emosi. Karakteristikpersepsi adalah universal
atau dialami oleh semua, selekltif untuk semua orang, subjektifatau personal.
b. Diri
Diri adalah bagian dalam diri seseorang yang berisi benda-benda dan
orang lain. Diriadalah individu atau bila seseorang berkata “AKU”.
Karakteristik diri adalah individuyang dinamis, system terbuka dan orientasi
pada tujuan.
c. Pertumbuhan dan perkembangan
Tumbuh kembang meliputi perubahan sel, molekul dan perilaku
manusia. Perubah inibiasnya terjadi dengan cara yang tertib, dan dapat
diprediksiakan walaupun individu ituberfariasi, dan sumbangan fungsi
genetic, pengalam yang berarti dan memuaskan.Tumbuh kembang
dapat didefinisikan sebagai proses diseluruh kehidupan seseorangdimana
dia bergerak dari potensial untuk mencapai aktualisasi diri.
d. Citra tubuh
King mendefinisikan citra diri yaitu bagaimana orang merasakan
tubuhnya dan reaksi-reaksi lain untuk penampilanya.
e. Ruang
Ruang adalah universal sebab semua orang punya konsep
ruang, personal atausubjektif, individual, situasional, dan tergantung dengan
hubunganya dengan situasi, jarakdan waktu, transaksional, atau
berdasarkan pada persepsi individu terhadap situasi.Definisi secara
operasioanal, ruang meliputi ruang yang ada untuk semua
arah,didefinisikan sebagai area fisik yang disebut territory dan
perilaku oran yangmenempatinya.
f. Waktu
23
King mendefisikan waktu sebagai lama antra satu kejadian dengan
kejadian yang lainmerupakan pengalaman unik setiap orang dan hubungan
antara satu kejadian dengankejadian yang lain.
2. Sistem Interpersonal
King mengemukakan sistem interpersonal terbentuk oleh interkasi
antra manusia.Interaksi antar dua orang disebut DYAD, tiga orang disebut
TRIAD, dan empat orangdisebut GROUP. Konsep yang relefan dengan
system interpersonal adalah interkasi,komunikasi, transaksi, peran dan stress.
a. Interaksi
Interaksi didefinisak sebagai tingkah laku yang dapat diobserfasi oleh
duaorang atau lebih didalam hubungan timbal balik.
b. Komunikasi
King mendefinisikan komunikasi sebagai proses diman informasi yang
diberikan darisatu orang keorang lain baik langsung maupun tidak langsung,
misalnya melalui telpon,televisi atau tulisan kata. ciri-ciri komunikasi
adalah verbal,non verbal, situasional,perceptual, transaksional, tidak dapat
diubah, bergerak maju dalam waktu, personal, dandinamis. Komunikasi dapat
dilakukan secara lisan maupun tertulis dalam menyampaikanide- ide satu
orang keorang lain. Aspek perilaku nonverbal yang sangat penting
adalahsentuhan. Aspek lain dari perilaku adalah jarak, postur, ekspresi wajah,
penampilan fisikdan gerakan tubuh.
c. Transaksi
Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setiap individu mempunyai
realitas personalberdasarkan persepsi mereka. Dimensi temporal-spatial,
mereka mempunyai pengalamanatau rangkaian-rangkaian kejadian dalam
waktu.
d. Peran
Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik dimana seseorang pada
suatu saat sebagaipemberi dan disat yang lain sebagai penerima ada 3 elemen
24
utama peran yaitu, peranberisi set perilaku yang di harapkan pada orang yang
menduduki posisi di social system,set prosedur atau aturan yang ditentukan
oleh hak dan kewajiban yang berhubungandengan prosedur atau organisasi,
dan hubungan antara 2 orang atau lebih berinteraksiuntuk tujuan pada situasi
khusus.
e. Stress
Definisi stress menurut King adalah suatu keadaan yang dinamis
dimanapun manusiaberinteraksi dengan lingkungannya untuk
memelihara keseimbangan pertumbuhan,perkembangan dan perbuatan yang
melibatkan pertukaran energi dan informsi antaraseseorang dengan
lingkungannya untuk mengatur stressor. Stress adalah suatu yangdinamis
sehubungan dengan system terbuka yang terus-menerus terjadi
pertukarandengan lingkunagn, intensitasnya berfariasi, ada diemnsi yang
temporal-spatial yangdipengaruhi oleh pengalaman lalu, individual, personal,
dan subjektif.
3. Sistem Sosial
King mendefinisikan system social sebagai system pembatas peran organisasi
sosisal,perilaku, dan praktik yang dikembangkan untuk memelihara nilai-nilai dan
mekanismepengaturan antara praktk-praktek dan aturan (George, 1995).
Konsep yang relevandengan system social adalah organisasi, otoritas,
kekuasaan, status dan pengambilankeputusan.
a. Organisasi
Organisasi bercirikan struktur posisi yang berurutan dan aktifitas yang
berhubungandengan pengaturan formal dan informal seseorang dan kelompok
untuk mencapai tujuanpersonal atau organisasi.
b. Otoritas
King mendefinisikan otoritas atau wewenang, bahwa wewenang itu aktif,
prosestransaksi yang timbal balik dimana latar belakang, persepsi, nilai-nilai
25
dari pemegangmempengaruhi definisi, validasi dan penerimaan posisi di
dalam organisasi berhubungandengan wewenang.
c. Kekuasaan
Kekuasaan adalah universal, situasional, atau bukan sumbangan personal,
esensialdalam organisasi, dibatasi oleh sumber-sumber dalam suatu situasi,
dinamis dan orientasipada tujuan.
d. Pembuatan keputusan
Pembuatan atau pengambilan keputusan bercirikan untuk mengatur setiap
kehidupandan pekerjaan, orang, universal, individual, personal, subjektif,
situasional, proses yangterus menerus, dan berorientasi pada tujuan.
e. Status
Status bercirikan situasional, posisi ketergantungan, dapat diubah.
Kingmendefinisikan status sebagai posisi seseorang didalam kelompok atau
kelompok dalamhubungannya dengan kelompok lain di dalam organisasi dan
mengenali bahwa statusberhubungan dengan hak-hak istimewa, tugas-tugas,
dan kewajiban.
26
Menurut King sistem personal merupakan sistem terbuka di mana didalamnya
terdapat persepsi adanya pola tumbuh kembang, gambaran tubuh,ruang dan waktu
dari individu dan lingkungan,kemudian hubungan interpersonal merupakan suatu
hubungan antara perawat dengan pasienserta hubungan sosial yang mengandung arti
bahwa suatu interaksi perawat dan pasien dalam menegakkan sistem sosial sesuai
dengan situasiyang ada. Melalui dasar sistem tersebut maka King memandang
manusia merupakan individu yang reaktif yakni bereaksi terhadap situasi, orangdan
objek.
Manusia sebagai makhluk yang berorientasi terhadap waktutidak lepas dari
masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa yang akan datang dan
sebagai makhluk sosial manusia akan hidup bersama dengan orang lain yang akan
berinterak si dengan yang lain.Berdasarkan hal tersebut, maka manusia memiliki tiga
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan terhadap informasi kesehatan, kebutuhan terhadap
pencegahan penyakit dan kebutuhan terhadap perawatan ketika sakit. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, King mengemukakan pendekatan teori yang terdiri
dari komponen yang dapat digambarkan sebagai berikut :
27
Berdasarkan gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa konsep
hubungan manusia menurut King terdiri dari komponen :
2. Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat dari adanya aksi dan
merupakan respons dari individu.
4. Transaksi merupakan suatu kondisi di mana antara perawat dan klien terjadi
suatu pertujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan
28
4. Kelebihandankekuranganteori King’s
a. Kelebihan
1. Teoriinidapatmenyesuaikanpadasetiapperubahan,
teoriinidapatdipergunakandanmenjelaskanataumemprediksisebagia
nbesar phenomena dalamkeperawatan.
3. Mengedepankanpartisipasiaktifkliendalampenyusunantujuanbersa
ma,mengambilkeputusan , daninteraksiuntukmencapatujuanklien.
6. Teoriinisangatpentingpadakolaborasiantaratenagakesehatan
b. Kekurangan
1. Beberapadefinisikonsepdasarkurangjernih.
Misalnyakonsepmengenaistres yang
kurangjelaskarenaiamenyatakanbahwastresmemilikikonsekuensipositif
danmenyarankanparaperawatharusmenghapuspembuat stress
darilingkunganrumahsakit.
29
3. Teori King belummenjelaskanmetode yang
aplikatifdalampenerapankonsepinteraksi, komunikasi,
transaksidanpersepsi, misalnyapasien-
pasientidakdapatberinteraksisecarakompetendenganperawat,
sepertibekerjadenganpasienkoma, bayi yang barulahir,
danpasienpsikiatrik.
B. Model KeperawatanKomunitasBettyNewmans
Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang bermutu
yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan dari
konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari sebuah teori dan
konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care
System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang
menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan
penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat
fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas
(Mubarak & Chayatin, 2009).
Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma
keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan
30
keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait
dengan keperawatan komunitas adalah:
1. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan
dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel yang utuh, yaitu:
fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
2. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-
pengaruh dari sekitar atau sistem klien.
3. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan.
Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor
4. Keperawatan.
Model ini menganalisa interaksi anatra empat variabel yang menunjang
keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis,
aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual. Sehat menurut Neuman adalah
suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan spiritual pada tiga garis
pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat
dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:
1. Normallywell, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social.
2. Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan
baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain).
3. Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu
secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat.
4. Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan.
5. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur.
6. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada
menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan,
seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang
untuk kesehatan/keselamatan orang lain.
31
7. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi
mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam
penyembuhan sakit medisnya.
8. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan
sosial
- Kekurangan
32
C. Model KeperawatanAdaptasi Roy
Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy
dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy
menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys
College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of
California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964
ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar
dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah
model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka
konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori
sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli
fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya.
Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai
33
tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk
oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan
residual stimuli.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun
1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi.
Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang
Roydan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan
bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan
spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model
adaptasi keperawatan.
34
Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy
adalah:
1. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan
membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control,
proses, output, dan umpan balik.
2. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,
konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat
berespon adaptif sendiri.
3. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap
penurunan atau peningkatan kebutuhan.
4. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung
mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi
perubahan tingkah laku.
5. Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan
memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan
atau dirangsang oleh stimulus fokal.
6. Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan
konstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di
validasi.
7. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik
melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
35
8. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui
proses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan
belajar.
9. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean,
interdependensi dan konsep diri.
10. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam
mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan
reproduksi.
11. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan
bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit,
aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap
suhu, sensasi, dan proses endokrin.
12. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu
dalam satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang
lain dan tingkah laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya
(body image dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi
diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.
13. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan
dengan tugasnya di lingkungan social.
14. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting
dan sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara
memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.
1. Manusia
36
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif.
Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic
sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan
proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang
dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di
definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan
regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi
yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
37
Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan
proses pengendalian manusia sebagai sistem adaptasi
PROSES
1. Koping
INPUT
1. Stimulus
2. Tingkat adaptasi
OUTPUT
1. Adaptasi
2. Respon inefekti
1. Oksigenasi
2. Nutrisi
3. Eliminasi
38
5. Sensori
7. Integritas kulit
8. Fungsi saraf
9. Fungsi endokrin
2. Konsep diri
3. Fungsi peran
4. Model ketergantungan
2. Keperawatan
39
Rangsang fokal dapat diubah dan perawat dapat meningkatkan respon
adaptasi dengan memanipulasi rangsangan konstektual dan residual.
Perawat dapat mengantisipasi kemungkinan respon sekunder yang tidak
efektif pada rangsang yang sama pada keadaan tertentu. Perawat juga
dapat menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan memperkuat
regulator kognator dan mekanisme koping.
3. Kesehatan
4. Lingkungan
KelebihandanKekuranganadaptasi Roy
- Kelebihan
40
selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh
pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang
dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-
hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan
effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress. Sedangkan
kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya.
- Kekurangan
Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien
dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses
keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara
merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak
mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.
41
Teori self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang The
nepeutic sesuai dengan kebutuhan Perawatan diri sendiri adalah suatu
langkah awal yang dilakukan oleh seorang perawat yang berlangsung
secara continue sesuai dengan keadaan dan keberadannya, keadaan
kesehatan dan kesempurnaan.
Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang
dalam memelihara kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya.
Terjadi hubungan antar pembeli self care dengan penerima self care dalam
hubungan terapi. Orem mengemukakan tiga kategori / persyaratan self
care yaitu: persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan
persyaratan kesehatan.
Penekanan teori self care secara umum:
1. Pemeliharaan intake udara
2. Pemeliharaan intake air
4. Mempertahankankan hubungan
perawatan proses eliminasi dan eksresi
5. Pemeliharaan keseimbangan
antara aktivitas dan istirahat
6. Pemeliharaan keseimbangan
antara solitude dan interaksi social
42
9. Self Care Deficit
Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem. Yang
menggambarkan kapan keperawatan di perlukan.Oleh karena perencanaan
keperawatan pada saat perawatan yang dibutuhkan.Bila dewasa (pada
kasus ketergantungan, orang tua, pengasuh) tidak mampu atau
keterbatasan dalam melakukan self care yang efektif Teori self care deficit
diterapkan bila:
1. Anak belum dewasa
4. Nursing system
43
Merupakan system dalam memberikan perawatan diri secara
sebagian saja dan ditujukan pada pasien yang memerlukan bantuan
secara minimal seperti pada pasien post op abdomen dimana pasien
ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok gigi, akan tetapi
butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan
luka.
3. The supportive – Educative system
Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya
untuk dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri. Metode
bantuan : Perawat membantu klien denagn mengguanakn system dan
meallaui lima metode bantuan yang meliputi Acting atau melakukan
sesuatu untuk klien, Mengajarkan klien, Menagarahkan klien,
Mensuport klien, Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat
tumbuh dan berkembang.
44
masyarakat dalam mempertahankan self care yang mencakup integritas
struktural, fungsi dan perkembangan.
Tiga kategori self care
Model Orem’s menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care / yang
disebutkan sebagai keperluan self care ( self care requisite ), yaitu:
1. Universal self care requisite
Keperluan self care uiniversal aadan oada setiap manusia dan berkaitan
dengan fungsi kemanusiaan dan proses kehidupan, biasanya mengacu pada
kebutuhan dasar manusia. Universal requisite yang dimaksudkan adalah :
Pemeliaharaan kecukupan intake udara, Pemeliharaan kecukupan intake
cairan, Pemeliaharaan kecukupan makanan, Pemeliaharaan keseimabnagn
antara aktifitas dan istirahat, Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi
kemanusiaan dan kesejahteraan manusia, Persediaan asuhan yang berkaitan
dengan proses- proses eliminasi., Meningkatkan fungsi human fungtioning
dan perkembangan ke dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi
seseorang, keterbatasan seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi
normal.
2. Developmental self care requisite
Terjadi berhubungn dengan tingkat perkembangn individu dan lingkunag
dimana tempat mereka tinggal yang berkaitan dengan perubahan hidup
sseseorang atau tingkat siklus kehidupan.
3. Health deviation self care requisite
Timbul karena kesehatan yang tidak sehat dan merupakan kebutuhan-
kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau ketidakmampuan yang
menginginkan perubahan dalam prilaku self care.
45
kontek ini sedangkan kompleksitas perawatan manusia dan tindakan manusia
tidak dipertimbangkan. Dalam hal ini, model tersebut berada dalam kategori
yang didefinisikan sebagai paradigma total, bahwa manusia dianggap sebagai
sejumlah kebutuhan perawatan diri.
2. Lingkungan
Lingkungan juga dibahas dengan jelas dalam model ini. Namun, hal ini
terutama dianggap sebagai situasi tempat terjadinya perawatan diri atau
kurangnya perawatan diri.
3. Sehat dan Sakit
Ide ini juga terdapat dalam model tersebut, namun dibahas dalam
kaitannya dengan perawatan diri. Alasannya bahwa jika individu dalam
keadaan sehat mereka dapat memenuhi sendiri deficit perawatan diri yang
mereka alami. Sebaliknya jika mereka sakit atau cedera, orang tersebut
bergeser dari status agens perawtan diri menjadi status pasien atau penerima
asuhan. Penyamaan sehat dengan perawatan diri dalam hal ini berarti sehat
sakit tidak dibahas dalam konsep yang berbeda. Akan timbul masalah disini
jika orang yang sehat tidak dapat melakukan perawatan untuk dirinya sendiri.
4. Keperawatan
Model ini membahas dengan cara yang jelas dan sistematik sifat dari
keperawatan dan kerangka kerja untuk memberikan asuhan keperawatan.
Harus diketahui bahwa hal tersebut ditampilkan dalam bentuk pendekatan
mekanistik berdasarkan pendekatan supportif-edukatif, kompensasi partial,
dan kompensasi total. Pendekatan tersebut merupakan pendekatan langsung
yang dapat ditatalaksanakan.
Tujuan keperawatan pada model Orem”s secara umum adalah:
1. Menurunkan tuntutan self care pada tingkat diamna klien dapat
memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
46
3. Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk
memberikan asuhan dependen jika self care tidak memungkinkan, oleh
karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
47
5. Kelebihandankekurangan model keperawatan Orem
- Kelebihan
- Kekurangan
48
E. Model Community as partner Mc. Ferland
Model community as partner terdapatduakomponenutamayaituroda
pengkajiankomunitasdan proses keperawatan.
Rodapengkajiankomunitasterdiri(1) intikomunitas ( the community core ), (2)
subsistemkomunitas ( the community subsystems ), dan (3) persepsi
( perception ). Model inilebihberfokus padaperawatankesehatanmasyarakat yang
merupakanpraktek, keilmuan,
danmetodenyamelibatkanmasyarakatuntukberpartisipasipenuhdalammeningkatka
nkesehatannya.
1. Data inti
a) Demografi
Variabel yang dapatdikajiadalahjumlahbalitabaiklaki-
lakimaupunperempuan.Data
diperolehmelalui.Puskesmasataukelurahanberupalaporantahunanataurekapitu
lasijumlahkunjunganpasien yang berobat.
b) Statistik vital
Data statistik vital yang
dapatdikajiadalahjumlahangkakesakitandanangkakematianbalita.Angkakesak
49
itandankematiantersebutdiperolehdari penelusuran data
sekunderbaikdariPuskesmasatauKelurahan.
c) Karakteristikpenduduk
Variabelkarakteristikpendudukmeliputi :
- Fisik : jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya.
Perawatmengobservasi ketika ada program posyandu.
- Psikologis : efek psikologis terhadap anak maupun orang tua yaitu berupa
kesedihan karena anaknya berisiko tidak bisa bermain dengan anak-anak
sebaya lainnya dan pertumbuhan anak pun akan terhambat atau sulit untuk
berkembang.
- Sosial : sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih acuh dan
tidak memberikan tanggapan berupa bantuan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, namun orang tua membawa anak ke posyandu rutin
untuk ditimbang.
- Perilaku : seperti pola makan yang kurang baik mungkin mempengaruhi
penyebab anak mengalami gizi kurang, diare dan penyakit lainnya, terlebih
banyak orang tua yang kurang mampu dalam hal ekonomi.
2. Sub sistem
a) Lingkunganfisik
Lingkunganfisik yang kurangbersihakanmenambahdampakburukterhadap
penurunandayatahantubuhsehinggarentanterkenapenyakit,
selainfaktoruntukmenjaminmendapatkanmakanan yang
sehatakansulitdidapat,
selainitukerentananterhadapvektorpenyakitmenjadisalahsatutingginyarisiko
peningkatankejadiansakitdiwilayahtersebut.
b)Sistemkesehatan
Jarakantaradesadenganpuskesmastidakterlalujauhyaituhanya 1 km,
desatersebutmemiliki 1 posyandudalam 1 RW danaktifmelaksanakan
program kerja yang dilaksanakan 1 bulansekali,
namununtukketersedianposbindubelumada.
50
c) Ekonomi
Pekerjaan yang dominandiwilayahtersebutyaituburuh, petani,danlainnya
yang berpenghasilanbervariasiuntuksetiapkeluarga.
d) Keamanandantransportasi
Wilayah tersebutmemilikimobil yang
disediakanolehpemberibantuanuntukdimaanfaatkanolehmasyarakatdalamhal
memfasilitasimasyarakatuntukmempermudahaksesmendapatkanlayanankese
hatan.Variabelkeamananmeliputijenisdantipepelayanankeamanan yang ada,
tingkatkenyamanandankeamananpenduduksertajenisdantipegangguankeama
nan yang ada.
e)Kebijakandanpemerintahan
Jeniskebijakan yang sedangdiberlakukan, kegiatanpromosikesehatan yang
sudahdilakukan,
kebijakanterhadapkemudahanmendapatkanpelayanankesehatan,
sertaadanyapartisipasimasyarakatdalam
f)Komunikasi
Komunikasimeliputijenisdantipekomunikasi yang digunakanpenduduk,
khususnyakomunikasi formal dan informal yang
digunakandalamkeluarga.Jenis bahasa yang
digunakanterutamadalampenyampaianinformasikesehatangizi,
dayadukungkeluargaterhadapbalita yang sakit.
g)Pendidikan
Pendidikansebagai sub sistemmeliputitingkatpengetahuanpenduduktentang
pengertiantentangpenyakitbalita yang dihadapi, bahayadandampaknya,
caramengatasi, bagaimanacaraperawatan ,sertacaramencegahnya. Mayoritas
pendudukberpendidikanrendahyaitu SD bahkantidaksekolah.
h) Rekreasi
Yang perludikajiadalahjenisdantipesaranarekreasi yang ada, tingkat
partisipasiataukemanfaatandarisaranarekreasisertajaminankeamanandarisara
narekreasi yang ada.
51
3. Persepsi
Persepsimasyarakatdankeluargaterhadapsuatupenyakitbalitamasihacuh,
mungkindipengaruhirendahnyatingkatpendidikanmasyarakatataupunkurangnya
pengetahuankesehatanmengenaisuatupenyakit
52
untuk tujuan pengambilan keputusan dan hasil keputusan tersebut dilaporkan
dalam bentuk deskriptif (Yang dan Embretson, 2007). Skrining bukanlah
diagnosis sehingga hasil yang diperoleh betul-betul hanya didasarkan pada
hasil pemeriksaan tes skrining tertentu, sedangkan kepastian diagnosis klinis
dilakukan kemudian secara terpisah, jika hasil dari skrining tersebut
menunjukkan hasil yang positif (Noor, 2008).
Uji skrining digunakan untuk mengidentifikasi suatu penanda awal
perkembangan penyakit sehingga intervensi dapat diterapkan untuk
menghambat proses penyakit. Selanjutnya, akan digunakan istilah “penyakit”
untuk menyebut setiap peristiwa dalam proses penyakit, termasuk
perkembangannya atau setiap komplikasinya. Pada umumnya, skrining
dilakukan hanya ketika syarat-syarat terpenuhi, yakni penyakit tersebut
merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan, terdapat sebuah uji yang
sudah terbukti dan dapat diterima untuk mendeteksi individu-individu pada
suatu tahap awal penyakit yang dapat dimodifikasi, dan terdapat pengobatan
yang aman dan efektif untuk mencegah penyakit atau akibat-akibat penyakit
(Morton, 2008).
Skrining Kesehatan dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Skrining untuk Preventif Primer : Skrining Riwayat Kesehatan
Skrining Riwayat Kesehatan merupakan bentuk deteksi dini untuk
penyakit yang berdampak dan menjadi fokus pengendalian
contohnya Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi.
2. Skrining untuk Preventif Sekunder Selektif (Peserta RISTI
penyakit kronis berdasarkan hasil Skrining Riwayat Kesehatan
dan Deteksi Kanker) : Deteksi Kanker merupakan bentuk deteksi
dini untuk penyakit Kanker Leher Rahim pada wanita yang sudah
menikah dan Kanker Payudara.
53
1. Mendeteksi faktor risiko penyakit kronis dalam rangka mendorong peserta
untuk sadari dini,deteksi dini, dan cegah risiko secara dini terhadap
penyakit kronis.
2. Mendeteksi penyakit Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara pada
peserta yang memiliki faktor risiko tinggi penyakit tersebut secara lebih
dini.
54
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko
tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta,
Malaria, Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita
penyakit degeneratif.
2. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap
masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk
group), dengan prioritas:
a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai
kartu sehat.
b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi,
penyakit menular.
c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan
3. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak
terikat dalam suatu institusi.
a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu
institusi antara lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu
hamil, Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit
tertentu, kelompok pekerja informal.
b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi,
antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut,
rumah tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
4. Sasaran masyarakat
55
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai
risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan
pada
a. Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang
mempunyai:
1) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan
daerah lain
2) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi
dibandingkan daerah lain
3) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah
lain
b. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria,
diare, demam berdarah, dll)
c. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau
akibat lainnya
d. Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain
daerah terpencil, daerah perbatasan.
e. Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi
sulit seperti daerah transmigrasi.
Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus yang
memerlukan pengawasan akibat pertumbuhan dan
perkembangannya ( Nasrul Effendi. 1998) :
1. Kelompok ibu hamil
2. Kelompok ibu bersalin
3. Kelompok Ibu nifas
4. Kelompok bayi dan anak balita
5. Kelompok anak usia sekolah
6. Kelompok lansia
56
Pada sekelompok individu yang tampak sehat dilakukan pemeriksaan
(tes) dan hasil tes dapat positif dan negatif. Individu dengan hasil negatif pada
suatu saat dapat dilakukan tes ulang, sedangkan pada individu dengan hasil tes
positif dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik dan bila hasilnya
positif dilakukan pengobatan secara intensif, sedangkan individu dengan hasil
tes negatif dapat dilakukan tes ulang dan seterusnya sampai penderita semua
penderita terjaring.
Tes skrining pada umumnya dilakukan secara masal pada suatu
kelompok populasi tertentu yang menjadi sasaran skrining. Namun demikian
bila suatu penyakit diperkirakan mempunyai sifat risiko tinggi pada kelompok
populasi tertentu, maka tes ini dapat pula dilakukan secara selektif (misalnya
khusus pada wanita dewasa) maupun secara random yang sarannya ditujukan
terutama kepada mereka dengan risiko tinggi. Tes ini dapat dilakukan khusus
untuk satu jenis penyakit tertentu, tetapi dapat pula dilakukan secara serentak
untuk lebih dari satu penyakit (Noor, 2008).
Uji skrining terdiri dari dua tahap, tahap pertama melakukan
pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko
tinggi menderita penyakit dan bila hasil tes negatif maka dianggap orang
tersebut tidak menderita penyakit. Bila hasil tes positif maka dilakukan
57
pemeriksaan tahap kedua yaitu pemeriksaan diagnostik yang bila hasilnya
positif maka dianggap sakit dan mendapatkan pengobatan, tetapi bila hasilnya
negatif maka dianggap tidak sakit dan tidak memerlukan pengobatan. Bagi
hasil pemeriksaan yang negatif dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik.
Ini berarti bahwa proses skrining adalah pemeriksaan pada tahap pertama
(Budiarto dan Anggraeni, 2003).
Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa
pemeriksaan laboratorium atau radiologis, misalnya :
a. Pemeriksaan gula darah.
b. Pemeriksaan radiologis untuk uji skrining penyakit TBC.
Pemeriksaan diatas harus dapat dilakukan :
1. Dengan cepat tanpa memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut
(pemeriksaan diagnostik).
2. Tidak mahal.
3. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan
4. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa
(Budiarto dan Anggraeni, 2003).
Contoh pemanfaatan skrining :
Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
Pap smear/IVA untuk mendeteksi ca cervix
Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner
(Bustan, 2000).
58
- Mengadakan pendekatan sebagai penjagaan awal pembinaan kelompok
khusus terhadap institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
terhadap kelompok khusus dan kelompok yang ada di masyarakat.
- Identifikasi masalah kelompok khusus di masyarakat dan dip anti /
institusi, melalui pengumpulan data.
- Menganalisa data kelompok khusus di masyarakat dan di intitusi.
- Merumuskan masalah dan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan
kelompok khusus di masyarakat dan di institusi.
- Mulai dari tahap mengidentifikasi masalah, analisa data, perumusan
masalah dan prioritas masalah kesehatan.keperawatan kelompok khusus
melibatkan kader kesehatan dan petugas panti.
2. Tahap perencanaa
- Menyusun perencanaan penanggungan masalah kesehatan keperawatan
bersama petugas panti dan kader kesehatan :
- Jadwal kegiatan (tujuan, sasaran, jenis pelayanan, biaya, criteria hasil)
- Jadwal kunjungan
- Tenaga pelaksana pengorganisasian kegiatan.
- Dan sebagainya.
3. Tahap pelaksanaan
Pelaksana didasarkan atas rencana kerja yang telah di sepakati bersama
yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Pelaksanaan kegiatan dapat
berupa :
- Pendidikan dan pelatihan kader dan petugas panti.
- Pelayanan kesehatan dan keperawatan.
- Penyuluhan kesehatan.
- Immunisasi.
- Penemuan kasus dini.
- Rujukan dianggap perlu.
- Pencatatan dan pelaporan kegiatan.
4. Penilaian
59
Penilaian atas keberhasilan kegiatan di dasarkan atas criteria yang telah
disusun. Penilaian dapat dilakukan selama kegiatan berlangsung dan
setelah kegiatan dilaksanakan secara keseluruhan. Apakah itu penilaian
terhadap program jangka pendek, jangka menengah maupun jangka
panjang.
b. Output:
• Terlaksananya pemeriksaan deteksi KankerLeher Rahim dan Kanker
Payudara sertaditemukannya peserta berisiko tinggi olehFasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
60
b. Peserta sasaran diwilayah terpencil tidaktercakup, karena kondisi
geografis yang sulitdijangkau.
c. Pengisian formulir Skrining Riwayat Kesehatantidak valid dan tidak
lengkap (tidak sesuaidengan kondisi kesehatan peserta).
d. Target tidak tercapai, karena peserta tidakbersedia mengikuti program
Skrining RiwayatKesehatan (takut kondisi kesehatan diketahui).
e. Luaran data tidak valid, disebabkan karenaproses entri yang tidak
optimal.
2. Deteksi Kanker
a. Kesulitan mencari peserta sasaran (karena adabudaya tabu, takut,
malu).
b. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang melayanipemeriksaan Deteksi
Kanker terutama didaerahterpencil.
c. Ketersediaan tenaga kesehatan (Dokter atauBidan) yang mampu
melakukan pemeriksaanDeteksi Kanker (metode IVA).
A. Pengertian
Demografi berasal dari kata demos yang berarti rakyat atau penduduk dan
grafein yang berarti menulis. Jadi, demografi adalah tulisan-tulisan atau karangan-
karangan mengenai penduduk (Wahit & Nurul). Menurut A. Guillard (1985),
demografi adalah elements de statisque humaine on demographic compares.
Definisi demografi antara lain sebagai berikut :
61
3. Demografi merupakan studi tentang jumlah, penyebaran territorial dan
komposisi penduduk, serta perubahan-perubahan dan sebab-sebabnya.
1. Fertilitas (kelahiran)
62
fekunditas merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi
merupakan lawan arti kata sterilitas.
Natalis mempunyai arti sama dengan fertilitas, hanya berbeda ruang
lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan
penduduk. Sedangkan natalis mencakup peranan kelahiran pada
perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Konsep-konsep yang terkait dengan fertilitas, antara lain sebagai
berikut :
b. Lahir mati (still birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan
yang berumur oaling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-
tanda kehidupan.
63
1) Ketepatan definisi yang digunakan dan aplikasinya
64
dilahirkan. Hal ini dapat disebabkan anaknya mungkin sudah
menikah, meninggal atau tinggal bersama dengan salah satu
keluarganya di tempat lain.
65
a. Suatu angkat (rate) menunjukkan ukuran untuk jangka waktu. Angka
fertilitas menunjukkan dua piligan jangka waktu, pertama untuk
jangka pendek biasanya 1 tahun, sedangkan pilihan kedua adalah
jumlah kelahiran selama masa reproduksi.
e. Melahirkan lebih dari satu kali adalah hal yang bisa terjadi pada
seorang istri. Oleh karena itu, ada unsur pilihan antara melahirkan lagi
atau tidak. Pilihan ini bergantung pada beberapa hal seperti
pendidikan, status ekonomi, jumlah anak yang telah mereka miliki,
dan lain lain.
66
1) Yearly Performance (Current Fertility)
Rumus :
CBR = B/R x K
Keterangan :
B : banyaknya kelahiran selama 1 tahun
R : banyaknya penduduk pada pertengahan tahun
K : bilangan konstanta, biasanya 1.000
Contoh :
Banyaknya kelahiran di Gresik pada tahun 2008 adalah 182.880
orang bayi. Banyaknya penduduk gresik pada pertengahan tahun
2008 sebesar 4.546.942 orang.
Maka CBR = 182.880/4.546.942 x 1.000 = 40 per seribu penduduk
Rumus :
GFR = B / Pf15-49 x K
Atau
GFR = B / Pf15-44 x K
Keterangan :
B : banyaknya kelahiran selama 1 tahun
67
Pf15-49 : banyaknya penduduk wanita yang berumus 15-
49 tahun pada pertengahan tahun
Pf15-44 : banyaknya penduduk wanita yang berumus 15-
44 tahun pada pertengahan tahun
k : bilangan konstanta, biasanya 1.000
68
1) Tahap hubungan kelamin (intercourse)
- Abstinensia sukarela
2) Tahap konsepsi
- Pemakaian kontrasepsi
3) Tahap kehamilan
2. Mortalitas (kematian)
69
(death) adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen, (3) lahir mati (fetal death) adalah peristiwa
menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil
konsepsi tersebut dikeluarkan dari Rahim ibunya (sumber : united nation
dan WHO).
3. Migrasi
70
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan menetap
disuatu wilayah lain melampaui batas politik/negara ataupun natas
administrative suatu negara.
Jenis-jenis migrasi :
f. Arus migrasi yaitu jumlah perpindahan yang terjadi dari daerah asal ke
daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.
g. Migrasi partial yaitu jumlah migran ke suatu daerah tujuan dari satu
daerah asal atau dari daerah asal ke suatu daerah tujuan. Migrasi ini
merupakan ukuran dari arus migrasi antara dua daerah asal dan tujuan
71
Faktor Yang Mempengaruhi Migrasi
72
- Adanya aktivitas-aktivitas dikota besar, tempat-tempat hiburan,
pusat kebudayaan sebagai faktor penarik bagi orang-orang desa
atau kota kecil.
D. Transisi Demografi
50
TINGKAT KELAHIIRAN
I II III IV TINGKAT KEMATIAN
40
3. Dari stabil tinggi ke stabil rendah melalui tahapan transisi (tahap I-IV)
Tahap I : pratransisi
Tahap II
73
Ada keterlibatan pemerintah, angka kematian menurun, angka
kelahiran meningkat karena masyarakat tidak tahu adanya penurunan
kematian. Sehingga terjadilah peledakan penduduk dan terjadi krisis pangan.
Tahap III
Tahap IV
Transisi di Indonesia
1. Jumlah penduduk relative besar, pada tahun 2000 diperkirakan 200 juta
74
5. Mobilitas tidak serasi dan arus urbanisasi tinggi (Wahit & Nurul).
F. Kebijakan Kependudukan
75
luas pada transmigrasi di mana pertimbangan demografi hanya merupakan
satu dari 7 sasaran yang terdiri atas :
2. Pembangunan daerah
76
melaksanan program KB merupakan salah satu produk “Orde Baru”
yang paling penting dengan jangkauan yang jauh.
77
dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para
anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.
Menurut McMillan dan Chavis (1986) mengatakan bahwa komunitas merupakan
kumpulan dari para anggotanya yang memiliki rasa saling memiliki, terikat
diantara satu dan lainnya dan percaya bahwa kebutuhan para anggota akan
terpenuhi selama para anggota berkomitmen untuk terus bersama-sama
Community is “ a feeling that members have of belonging, a feeling
that members matter to one another and to the group, and a shared faith that
members needs will be meet through their commitment to be together “ –
McMillan & Chavis (1986)
Jauh sebelum McMillan & Chavis mengutarakan pendapatnya tentang
komunitas, Hillery, George Jr. (1955) telah mengutarakan terlebih dulu dengan
melakukan studi tentang komunitas dalam psikologi rural, komunitas adalah hal
yang dibangun dengan fisik atau lokasi geografi (Physical or geographical
location) dan kesamaan dasar akan kesukaan (interest) atau kebutuhan (needs).
Community bounded by Physical or geographical location
(Neighborhood, School) and Basic of Common Interests, Goals or needs
(Sporting, hobby or political groups) – Hillery, George, Jr (1955)
Definisi komunitas adalah individu atau orang – orang yang
mempunyai kesamaan karakteristik seperti kesamaan geografi, kultur, ras,
agama, atau keadaan sosial ekonomi yang setara. Komunitas dapat didefinisikan
dari lokasi, ras, etnik, pekerjaan, ketertarikan pada suatu masalah – masalah atau
hal lain yang mempunyai kesamaan
Pemberdayaan komunitas adalah sebagai subjek sekaligus objek dari
sistem kesehatan. dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses
yang dilakukan oleh komunitas (dengan atau tampa campur tangan pihak luar)
untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara
langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam kesehatan komunitas.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
78
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).
Pemberdayaan komunitas yang disebut Community Development
adalah sebuah proses pembangunan jejaring interaksi dalam rangka
meningkatkan kapasitas dari sebuah komunitas, mendukung pembangunan
berkelanjutan, dan pengembangan kualitas hidup komunitas (United States
Departement of Agriculture, 2005). Community Development tidak bertujuan
untuk mencari dan menetapkan solusi, struktur penyelesaian masalahatau
menghadirkan pelayanan bagi komunitas. CD adalah bekerja bersama komunitas
sehingga mereka dapat mendefinisikan dan menangani masalah, serta terbuka
untuk menyatakan kepentingan-kepentingannya sendiri dalam proses
pengambilan keputusan (Standing Conference for Community Development,
2001). Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam
peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat
dan derajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan
kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan
memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan (Wahyudin,
2012)
Menurut definisinya, pemberdayaan komunitas dapat diartikan sebagai
upaya peningkatan kemampuan komunitas (miskin) untuk berpartisipasi,
bernegosiasi, memengaruhi dan mengendalikan kelembangaan komunitas secara
bertanggung-gugat demi perbaikan kehidupannya. Pemberdayaan dapat juga
diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya (empowermnet) atau kekuatan
(strength) kepada komunitas. Keberdayaan komunitas adalah unsur-unsur yang
memungkinkan komunitas mampu bertahan (survive) dan (dalam pengertian
yang dinamis) maupun mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-tujuannya.
Oleh karena itu, memberdayakan komunitas merupakan upaya untuk (terus-
menerus) meningkatkan harkat dan mertabat lapisan komunitas “bawah” tidak
79
mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Dengan kata lain memberdayakan komunitas adalah meningkatkan kemampuan
dan meningkatkan kemandirian komunitas.
2.2 Tujuan Pemberdayaan Komunitas
80
5. Ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran
terutama pada desa tertinggal.
81
akan mengakibatkan semakin berkurangnya sumber daya alam untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia.
11. Memberikan pengembangan dan pemberian yang efektif, tepat sasaran, dan
efesien.
82
sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan
makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang
menimbulkan gangguan kesehata.
2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali
potensi-potensi komunitas setempat.
3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman
kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui
berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan
sebagainya.
83
3. Dalam pelaksanaan program pemberdayaan komunitas, kegiatan pelatihan
merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari usaha pembangunan fisik.
4. Dalam implementasinya, usaha pemberdayaan harus dapat memaksimalkan
sumber daya, khususnya dalam hal pembiayaan
5. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dapat berfungsi sebagai
penghubung antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro dengan
kepentingan masyarakat yang bersifat mikro.
84
e. Membuka ruang gerak yang seluas-luasnya bagi komunitas untuk melibat
dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik melalui
pengembangan forum lintas yang dibangun dan dimiliki komunitas
setempat;
f. mengembangkan potensi komunitas untuk membangun lembaga dan
organisasi keswadayaan komunitas di tingkat lokal dan memperkuat
solidaritas dan ketahanan sosial komunitas dalam memecahkan berbagi
masalah kekomunitasan dan khususnya untuk membantu komunitas miskin
dan rentan sosial.
85
sosial bagi keluarga dan kelompok komunitas yang rentang sosial dan tidak
mampu mangatasi dan akibat goncangan ekonomi, terkena sakit atau cacat,
korban kejahatan dan berusia lanjut dan berpotensi menjadi miskin. Sasaran
yang dicapai dari program ini adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin
dan kelompok komunitas yang miskin dan berpotensi menjadi miskin.
86
b. Meja 2 : Penimbangan
c. Meja 3 : Pengisian Kartu Menuju Sehat
d. Meja 4 : Penyuluhan Kesehatan pembarian oralit Vitamin A ,dan tablet besi
e. Meja 5 : Pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan,serta pelayanan keluarga berencana.
2. Pondok Bersalin Desa ( Polindes )
Pondok bersalin desa merupakan wujud peran serta komunitas dalam
pemeliharaan kesehatan ibu dan anak . UKBM ini dimaksudkan untuk menutupi
empat kesenjangan dalam KIA ,yaitu kesenjangan geografis ,kesejangan
informasi, kesenjangan ekonomi dan kesenjangan sosial budaya.
Keberadaan bidan ditiap desa diharapkan mampu mengatasi kesenjangan
geografis, sementara kontak setiap saat dengan dengan penduduk setempat
diharapkan mampu mengurangi kesenjangan informasi. Polindes
dioperasionalkan melalui kerja sama antara bidan dengan dukun bayi , sehingga
tidak menimbulkan kesenjangan sosial budaya,sememtara tarif pemeriksaan
ibu ,anak dan melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah LKMD diharapkan
mampu mengurangi kesenjangan ekonomi.
87
e. Pos Obat Pondok Pesantren ( POP ) yang dikembangkan di beberapa pondok
pesantren ;
f. Dan sebagainya .
POD jumlahnya belum memadai sehingga bila ingin digunakan di unit –
unit desa, maka seluruh ,diluar kota yang jauh dari sarana kesehatan sebaiknya
mengembangkan Pos Obat Desa masing – masing.
4. Dana Sehat
Dana telah dikembangkan pada 27 provinsi meliputi 209 kabupaten/kota.
Dalam implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain
sebagai berikut.
f) Dana sehat pola Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34
kabupaten dan telah mencakup 12.366 sekolahan.
g) Dana sehat pola pembangunan Kesehatan Komunitas Desa (PKMD)
dilaksanakan pada 96 kabupaten.
h) Dana sehat pola pondok Pesantren, dilaksanakan pasa 39 kabupaten/kota.
i) Dana sehat pola koperasi Unit Desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23
kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
j) Dana sehat yang dikembangkan Lembaga Swadaya Komunitas (LSM),
dilaksanakan pada ta.
k) Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir
angkutan kota dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota..
Seharusnya dana sehat merupakan bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan
bagi anggota komunitas yang belum dijangkau oleh asuransi kesehatan seperti
askes, jamsostek, dan asuransi kesehatan swasta lainnya. Dana sehat berpotensi
sebagai wahana memandirikan komunitas,yang pada giliranya mampu
melestarikan kegiatan UKMB setempat. Oleh karena itu, dana sehat harus
dikembangkan keseluruh wilayah.kelompok sehingga semua penduduk terliput
oleh dana sehat atau bentuk JPKM lainnya.
88
Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya komunitas (LSM),
namun sampai sekarang yang tercatat mempunyai kegiatan di bidang kesehatan
hanya 105 organisasi LSM. Ditinjau dari segi kesehatan, LSM ini dapat
digolongkan manjadi LSM yang belum mempunyai kegiatannya bidang
kesehatan atau LSM yang aktivitasnya seluruhnya kesehatan dan LSM khusus
antara lain, organisasi profesi kesehatan, organisasi swadaya internasional.
Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a. meningkatkan peran serta komunitas termasuk swasta pada semua tingkatan:
b. membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi
kekomunitasan.
c. Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada
organisasi kekomunitasan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan
dengan kemapuan sendiri.
d. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan
kesehatan.
e. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk berkiprah
dalam bidang kesehatan.
89
7. Upaya Kesehatan Kerja
Upaya kesehatan kerja menjadi semakin penting pada industrilisasi
sekarang ini. Pertumbuhan industri yang pesat membuat tenaga kerja formal
semakin banyak, yang biasanya tetap diiringi oleh meraknya tenaga tenaga kerja
imformal. Salah satu wujud upaya kesehatan kerja adalah dibentuknya Pos
Upaya kesehatan kerja (Pos UKK) di sektor informal dan pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sektor formal.
Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) untuk operasional OKMD di
lingkungan pekerja merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan
kesehatan pekerja yang terencana, teratur dan berkesinambungan yang di
selenggarakan oleh komunitas pekerja atau kelompok pekerja yang memiliki
jenis kegiatan usaha yang sama dan bertujuan untuk maningkatkan produktivitas
kerja. Dengan demikian, implamentasi selalu mencakup tiga pilar PKMD, yaitu
adanya kerjasama lintas sektor, adanya pelayanan dasar kesehatan kerja, dan
adanya peran serta komunitas. Jumlah Pos Upaya Kesehatan Kerja ( Pos UKK)
sampai dengan tahun 2003 tercatat sebanyak 9.139 UKK (Profil Kesehatan 2003)
8. Upaya Kesehatan Dasar Swasta
Upaya kesehatan dasar swasta dapat dikelompokkan menjadi :
l) kelompok pelayanan swasta dasar di bidang medik, meliputi Balai Kesehatan
Ibu dan anak (BKIA), Balai pengobatan (BP) Swasta dan Rumah bersalin
(RB):
m) kelompok berdampak kesehatan, meliputi salon kecantikan, pusat
kebugaran, dan sebagainya:
n) kelompok tradisional, meliputi tabib, sinshe, panti pijat, dukun patah tulang,
yang pembinaan teknisnya dilakukan oleh upaya kesehatan tradisional
(Ukestra)
90
mempunyai bebeerapa potensi yang bisa digunakan untuk meningkatkan derajat
kesehatam komunitas, antara lain dalam hal community development, pemberi
pelayanan kesehatan, pelatihan untuk berbagai macam bidang, dan
penghimpunan dana komunitas untuk kesehatan.
Untuk meningkatkan fungsi LSM, forum komunikasi ditingkatkan menjadi
jejaring LSM yang ternyata berkembang beberapa peminatan. Ada beberapa
kelompok peminatan kesehatan, yaitu :
a. Pembangunan Kesehatan Fungsi Komunitas Desa (PKMD) /Primary health
Care (PHC)
b. Keluarga berencana /Kesehatan Ibu dan Anak (KB/KIA)
c. Penyakit Menular Seksual (PMS/AIDS)
d. Kesehatan anak, ramaja, dan generasi muda
e. Kesehatan wanita
f. Pengobatan tradisional
g. Kesehatan kerja
h. Kesehatan lingkungan/air bersih
i. Penyakit menular
j. Klinik/ balai pengobatan
10. Kader Kesehatan
Kader di indonesia merupakan sosok insan yang menarik perhatian khalayak.
Kesederhanaannya dan asalnya yang dari komunitas setempat, telah membuat
kader begitu dekat dengan komunitas membuat alih pengetahuan dan olah
keterampilan dari kader kepada tetangganya demikian mudah. Kedekatanya
dengan petugas puskesmas telah membuat mereka menjadi penghubung yang
andal antara petugas kesehatan dengan komunitas. Profil kader yang paling
dikenal adalah kader posyandu. Melejitnya jumlah dan peran posyandu dalam
keberhasilan program keluarga berencana dan kesehatan. Telah turut mengangkat
kepopelaran kader posyandu di Indonesia. Peran PKK (Pembinaaan
Kesejahteraan Keluarga) dalam kader ini sangat besar, karena kampir seluruhnya
kader posyandu atau kader PKK adalah wanita. Tim Penggerak PKK dari mulai
91
tingkat pusat, provinsi, kabupaten / kota, kecamatan dan desa/kelurahan, selalu
berupaya melakukan penggerakan dan pembinaan intensif terhadap kader PKK
yang menjadi tulang punggung kegiatan posyandu.
92
4. Pengertian Kerjasama Lintas Program dan Sektor
Kerjasama lintas program merupakan kerjasama yang dilakukan antara
beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.
Kerjasama lintas program yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa
program terkait yang ada di puskesmas. Tujuan khusus kerjasama lintas program
adalah untuk menggalang kerjasama dalam tim dan selanjutnya menggalang
kerjasama lintas sektoral (Notoatmodjo, 2003).
Kerjasama lintas sektor melibatkan dinas dan orang-orang diluar sektor
kesehatan yang merupakan usaha bersama mempengaruhi faktor yang secara
langsung atau tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Kerjasama tidak hanya
dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikut serta mendefinisikan masalah, prioritas
kebutuhan, pengumpulan dan interpretasi informasi serta mengevaluasi. Lintas sektor
kesehatan merupakan hubungan yang dikenali antara bagian atau bagian-bagian dari
sektor yang berbeda, dibentuk untuk mengambil tindakan pada suatu masalah agar
hasil yang tercapai dengan cara lebih efektif, berkelanjutan atau efisien dibanding
sektor kesehatan bertindak sendiri (WHO, 1998). Prinsip kerjasama lintas sektor
melalui pertalian program dengan didalam dan diluar sektor kesehatan untuk
mencapai kesadaran yang lebih besar terhadap konsekuensi kesehatan dari keputusan
kebijakan dan praktik organisasi sektor-sektor yang berbeda.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kerjasama lintas sektor
penanggulangan yang meliputi anggaran, peraturan, komunikasi, komitmen, peran
dan tanggung jawab. Masalah anggaran sering membuat beberapa instisusi membantu
kerjasama. Pengendalian melalui manajemen lingkungan memerlukan kejelasan
efektif antara sektor klinis, kesehatan lingkungan, perencanaan pemukiman, insitusi
akademis, dan masyarakat setempat.
Komitmen memerlukan pembagian visi dan tujuan serta penetapan kepercayaan
yang lebih tinggi dan bertanggung jawab timbal balik untuk tujuan bersama. Peran
dan tanggung jawab menunjuk masalah siapa yang akan melakukan keseluruhan
kerjasama. Semua kerjasama memerlukan struktur dan proses untuk memperjelas
tanggung jawab dan bagaimana tanggung jawab tersebut dikerjakan.
93
5. Pengertian Kemitraan
Kemitraan pada esensiensinya adalah dikenal dengan istilah gotong-royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Kemitraan
adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas dan tujuan tertentu (Notoatmodjo,
2003).
Ada berbagai pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI, 2011)
meliputi:
1. Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara
dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan “mitra” atau
“partner”
2. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kerjasama yang
saling menguntungkan dan saling mendidik serta sukarela untuk mencapai
kepentingan bersama
3. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerjasama
mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran
masing-masing
94
Kemitraan memberikan nilai tambah kekuatan pada masing-masing sektor
untuk melaksanakan visi dan misinya. Namun kemitraan juga merupakan suatu
pendekatan yang memerlukan persyaratan, untuk itu diperlukan langkah-langkah
tahapan sebagai berikut:
1. Pengenalan masalah
2. Seleksi masalah
3. Mengidentifikasi calon mitra dan pelaku potensial melalui surat-menyurat,
telepon, kirim brosur, rencana kegiatan, visi, misi, AD/ART
4. Melakukan identifikasi peran mitra/jaringan kerjasama antar sesama mitra dalam
upaya mencapai tujuan melalui diskusi, forum pertemuan, kunjungan kedua
belah pihak, dll
5. Menumbuhkan kesepakatan yang menyangkut bentuk kemitraan, tujuan dan
tanggung jawab, penetapan rumusan kegiatan memadukan sumberdaya yang
tersedia dimasing-masing mitra kerja, dll. Kalau ini sudah ditetapkan maka,
setiap pihak terbuka kesempatan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang
lebih bervariasi sepanjang masih dalam lingkup kesepakatan
6. Menyusun rencana kerja: pembuatan POA penyusunan rencana kerja dan jadwal
kegiatan, pengaturan peran, tugas dan tanggung jawab
7. Melaksanakan kegiatan terpadu: menerapkan kegiatan sesuai yang telah
disepakati bersama melalui kegiatan, bantuan teknis, laporan berkala, dll
95
8. Pemantauan dan evaluasi
96
Kemitraan model 2 ini lebih baik solid dibandingkan dengan model 1. Hal ini
karena setiap mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program
bersama. Visi, misi dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan
direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi bersama.
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe
kemitraan yaitu:
5. Potensial partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tapi
belum bekerjasama secara lebih dekat
6. Nascent partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak
maksimal
7. Complementary partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan
pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap
dan relative terbatas seperti program delivery dan resource mobilization
8. Synergistic partnership
Kemitraan jenis ini memberikan keuntangan dan pengaruh dengan masalah
pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti
advokasi dan penelitian
97
8. Tingkat Jenjang Kemitraan
Menurut Heideneim (2002), ada lima tingkat atau jenjang dalam suatu
kemitraan yaitu: full collaboration, coalition, partnership, alliance, dan network.
Kelimanya digambarkan sebagai berikut:
Full collaboration
Coalition
Partnership
Alliance
Network
98
1) elemen isu,
2) perilaku sebagai respon dari isu-isu yang muncul,
3) akibat-akibat, dan
4) peristiwa-peristiwa pemicu.
99
b) Indikator Input
Tolak ukur keberhasilan input dapat diukur dari tiga indikator, yaitu:
a. Terbentuknya tim wadah atau sekretariat yang ditandai dengan adanya
kesepakatan bersama dalam kemitraan.
b. Adanya sumber dana/biaya yang memang diperuntukkan bagi
pengembangan kemitraan.
c. Adanya dokumen perencanaan yang telah disepakati oleh institusi terkait.
Hasil evaluasi terhadap input dinilai berhasil apabila ketiga tolok ukur
tersebut terbukti ada.
c) Indikator Proses
Tolak ukur keberhasilan proses dapat diukur dari indikator sebagai frekuensi
dan kualiatas pertemuan tim atau secretariat sesuai kebutuhan. Hasil evaluasi
terhadap proses nilai berhasil, apabila tolok ukur tersebut terbukti adanya yang
dilengkapi dengan agenda pertemuan, daftar hadir dan notulen hasil pertemuan.
d) Indikator Output
Tolak ukur keberhasilan output dapat diukur dari indikator sebagai berikut:
Jumlah kegiatan yang dikerjakan oleh institusi terkait sesuai dengan
kesepakatan peran masing-masing institusi. Hasil evaluasi terhadap output
dinilai berhasil, apabila tolok ukur tersebut diatas terbukti ada.
e) Indikator Outcome
Tolak ukur keberhasilan outcome adalah menurunnya angka kesakitan dan
kematian karena penyakit.
100
Dalam membina kemitraan harus ada aktor-aktor yang berperan, yaitu dalam
hal ini mitra. Adapun mitra yang dibangun dapat berasal dari pemerintah dan non
pemerintah. Dapat juga dari sektor kesehatan dan non-kesehatan Setiap kemitraan
dalam upaya kesehatan harus menghormati nilai-nilai universal yaitu:
- Hak asasi manusia
- Kemanan Kesehatan
- Keadilan dalam Kesehatan
- Kemanan Individu
101
6. Kedua belah pihak tidak mencampuri urusan internal organisasi masing-masing
7. Kedua belah pihak mengutamakan musyawarah dan mufakat dalam menyelesaikan
masalah secara bersama
102