Anda di halaman 1dari 26

MATEMATIKAWAN

GEORGE POLYA
(BAPAK PROBLEM SOLVING)

A. KEHIDUPAN GEORGE POLYA

1. George Polya (1887 – 1985)


George Polya, seorang matematikawan kelahiran
Budapest, Hongaria pada 13 Desember 1887 ini
dikenal sebagai bapak “pemecahan masalah”.
Setelah suami dari Stella Vera Weber ini
memperoleh gelar Ph.D pada University of
Budapest, beliau mengajar di Swiss Federal
Institute of Technology di Zurich. Pada tahun
1940 beliau mengajar di Brown University United
States dan kemudian menjadi staf pengajar di
Stanford University pada tahun 1942.

George Polya wafat pada 7 September 1985 di Palo Alto, California, Amerika dan telah
menghasilkan karya-karya yang monumental dengan diwariskannya 250 makalah dan tiga
buku yang mengembangkan pendekatan populernya terhadap pemecahan masalah. Buku
terkenalnya yang berjudul “How to Solve It” telah diterjemahkan ke dalam 15 bahasa. Di
samping mewariskan karya-karya matematika dengan temuannya seputar dunia mengajar
berbasis pemecahan masalah, beliau juga mewariskan “Sepuluh Perintah untuk Mengajar
(Ten Commandment for Teachers)”.

a. Masa kecil
Geolge Polya adalah anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan suami istri
berdarah Yahudi, Jakab Polya dan Anna Deutsch. Keluarga ibunya sudah beberapa
generasi tinggi di kota Buda, namun pada tahun 1872, kota Buda bergabung dengan
kota Obuda dan Pest dan nama kota ini menjadi kota Budapest. Meskipun menyandang
nama Polya sebagai nama keluarga dan George Polya awalnya bernama Gyorgy ketika
baru lahir, namun nama Polya ini hanya disandang selama lima tahun. Jakab Polya
berganti nama menjadi Jakab Pollak.

b. Mempelajari bahasa
Ibunya ingin agar George meneruskan profesi ayahnya sebagai seorang pengacara
dengan kuliah di bidang hukum. George lulus sekolah dasar pada tahun 1894, sebelum
melanjutkan di Daniel Berzsenyi Gymnasium guna belajar bahasa Yunani klasik dan
bahasa Latin selain bahasa Jerman modern maupun bahasa asli Hongaria. Minat George
adalah biologi dan studi kepustakaan, namun menonjol dalam bidang geografi dan
subyek-subyek lain. Matematika bukan bidang yang disukai George.
Di sekolah, nilai mata pelajaran geometri mendapat nilai sedikit lebih baik dibanding
aritmatika. Disinyalir bahwa cara mengajar guru yang salah membuat anak tidak dapat
berprestasi.

c. Banting ‘setir’
George lulus dan masuk universitas Budapest pada tahun 1905 dengan biaya
ditanggung oleh Jeno yang sudah menjadi seorang ahli bedah. Awalnya George
mengambil jurusan hukum, namun hanya bertahan satu semester karena dianggapnya
membosankan. Banting setir dengan belajar berbagai bahasa dan kepustakaan yang
menjadi minat utamanya, namun bertahan selama 2 tahun yang memperoleh sertifikat
sebagai bekal untuk mengajar bahasa Latin di sekolah menengah. Kecewa dengan
kenyatan ini, George memutuskan untuk belajar filsafat, namun seorang profesor,
Bernat Alexander, menyarankan agar George mengambil mata pelajaran fisika dan
matematika untuk membantu memahami filsafat. Nasihat ini dituruti dan George
belajar matematika. Disebutkannya bahwa fisika terlalu sulit dan filsafat terasa terlalu
mudah, sedang matematika berada di tengah-tengah.

Di universitas Budapest, Polya belajar fisika di bawah Eotvos dan matematika


dibimbing oleh Fejer. Fejer, pada saat itu, adalah salah seorang matematikawan
terkemuka Hongaria. Bersama Fejer, Polya membuat karyakarya kolaborasi, dimana
pengaruh Fejer sangat terasa pada karya-karya Polya di kemudian hari.

Tahun 1910 - 1911, Polya kuliah di universitas Vienna, dengan uang yang diperoleh
lewat mengajar anak-anak orang kaya sebagai dosen pribadi. Di sini, kembali, Polya
mendapatkan matematika dari tangan Wirtinger dan Mertens meskipun menambah
pengetahuan fisika dengan kuliah teori relativitas, optik dan topik-topik lainnya.

Tahun berikutnya, Polya kembali ke Budapest dan dianugerahi dengan gelar doktorat
di bidang matematika, terutama, dengan belajar sendiri, teori probabilitas geometri.
Tahun 1912 dan 1913 kembali menekuni matematika di Gottingen lewat kumpulan
matematikawan terkemuka di dunia seperti: Hilbert, Weyl, Edmund Landau, Runge,
Courant, Hecke dan Toeplitz.

2. Karya kolaborasi Polya


Polya bertemu dengan Szego di Budapest pada kisaran tahun 1913, ketika baru saja pulang
menuntut ilmu di mancanegara. Szego pada saat itu masih mahasiswa di Budupest dan
bersama dengannya Polya mendiskusikan praduga (conjecture) karyanya terntang
koefisien-koefisien Fourier. Szego tertarik untuk membuktikan praduga Polya yang
dijadikan karya publikasi perdananya.

Beberapa tahun kemudian, ketika Polya memutuskan untuk menulis buku tentang
problem-problem dalam analisis, maka dia meminta bantuan Szego dan hampir selama dua
tahun mereka bekerja bersama. Hasilnya buku karya Polya dan Szego tentang problem-
problem dalam analisis sangat berbeda. Polya menjelaskan bahwa bukan problem yang
menjadi subyek, tapi metode dalam solusi lebih menjadi penekanan. Mereka bersama-
sama menemui penerbit pada tahun 1923 dan karya mereka diterbitkan dalam dua jilid.

Tahun 1920, Polya diangkat menjadi profoseor luar biasa di ETZ disusul memperoleh
beasiswa dari Rockefeller (Rockefeller Dellowship) pada tahun 1924, yang
memungkinkan dirinya belajar bersama Hardy di Inggris. Mulai tahun itu, Polya terkadang
berada di Oxford atau Cambridge, bekerja bersama Hardy dan Littlewood. Buku karya trio
matematikawan ini terbit pada tahun 1934 dengan judul Inequalities. Sambil mengerjakan
buku itu, Polya juga membuat 31 makalah pada kurun waktu 1926-1928. Jangkauan topik,
kedalaman dan banyaknya publikasi yang dilakukannya membuat diangkat menjadi
Ordinary profesor di ETH pada tahun 1928.
3. Matematikawan generalis
Polya layak disebut matematikawan paling berpengaruh pada abad 20. Riset mendasar
yang dilakukan pada bidang analisis kompleks, fisika matematikal, teori probabilitas,
geometri dan kombinatorik banyak memberi sumbangsih bagi perkembangan matematika.
Sebagai seorang guru yang piawai, minat mengajar dan antusiasme tinggi tidak pernah
hilang sampai akhir hayatnya. Semasa di Zurich-pun, karya-karya di bidang matematika
sangat beragam dan produktif. Tahun 1918, mengarang makalah tentang deret, teori
bilangan, sistem voting dan kombinatorik. Tahun berikutnya, menambah dengan topik-
topik seperti astronomi dan probabilitas. Meskipun pikiran sepenuhnya ditumpahkan
untuk topik-topik di atas, namun Polya mampu membuat hasil mengesankan pada fungsi-
fungsi integral.

Tahun 1933, Polya kembali mendapatkan Rockefeller Fellowship dan kali ini dia pergi ke
Princeton. Saat di Amerika, Polya diundang oleh Blichfeldt untuk mengunjungi Stanford
yang menarik minatnya. Kembali ke Zurich pada tahun 1940, namun situasi di Eropa –
menjelang PD II, memaksa Polya kembali ke Amerika. Bekerja di universitas Brown dan
Smith College selama 2 tahun, sebelum menerima undangan dari Stanford yang
diterimanya dengan senang hati.

Sebelum meninggalkan Eropa, Polya sempat mengarang buku How to solve it yang ditulis
dalam bahasa Jerman. Setelah mencoba menawarkan ke berbagai penerbit akhirnya
dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris sebelum diterbitkan oleh Princeton. Buku ini
ternyata menjadi buku best seller yang terjual lebih dari 1 juta copy dan kelak
dialihbahasakan ke dalam 17 bahasa. Buku ini berisikan metode-metode sistematis guna
menemukan solusi atas problem-problem yang dihadapi dan memungkinkan seseorang
menemukan pemecahannya sendiri karena memang sudah ada dan dapat dicari.

4. Menyelesaikan Problem (Problem Solving)


Di bawah ini disajikan ringkasan dari buku How to solve it. Disebutkan ada beberapa
tahapan untuk menyelesaikan problem, yaitu:
1. Memahami problem
Problem apa yang dihadapi? Bagaimana kondisi dan datanya? Bagaimana memilah
kondisi-kondisi tersebut?
2. Menyusun rencana
Menemukan hubungan antara data dengan hal-hal yang belum diketahui.
Apakah pernah problem yang mirip?
3. Melaksanakan rencana
Menjalankan rencana guna menemukan solusi, periksa setiap langkah dengan
seksama untuk membuktikan bahwa cara itu benar.
4. Menengok ke belakang
Melakukan penilaian terhadap solusi yang didapat.
Keempat tahapan ini lebih dikenal dengan See (memahami problem), Plan (menyusun
rencana), Do (melaksanakan rencana) dan Check (menguji jawaban), sudah menjadi
jargon sehari-hari dalam penyelesaian problem sehingga Polya layak disebut dengan
“Bapak problem solving.”

5. Sumbangsih
Jangkauan matematika Polya sangat beragam, namun yang memberi nama besar
padanya adalah sistem gagasannya yang menjadi pedoman dalam penyelesaian problem
(problem solving). Pedoman dalam menyelesaian problem yang disingkat dengan: See
(lihat), Plan (rencana), Do (kerjakan) dan Check (periksa kembali) adalah warisan yang
tidak lekang atau lapuk dimakan waktu dan dapat kita manfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari bukan hanya dalam bidang matematika.

B. METODE POLYA DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA

Memecahkan suatu masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi manusia. Kenyataan
menunjukkan, sebagian besar kehidupan kita adalah berhadapan dengan masalah-masalah.
Kita perlu mencari penyelesaiannya. Bila kita gagal dengan suatu cara untuk menyelesaikan
suatu masalah. Kita harus mencoba menyelesaiakannya dengan cara lain. Kita harus berani
menghadapi masalah untuk menyelesaiakannya.

Adapun tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses terusmenerus manusia
untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat. Karena itu siswa
harus benar-benar dilatih dan dibiasakan berpikir secara mandiri.

Dengan demikian, tidak berlebihanlah kiranya, bila pemecahan masalah seyogyanya


merupakan strategi belajar mengajar di sekolah. Karena itu pembicaraan di dalam hal ini
adalah pemecahan masalah dalam ruang lingkup pengajaran matematika sekolah. Yang
menjadi masalah adalah bagaimana pemecahan masalah itu diintegrasikan ke dalam
kegiatan belajar-mengajar matematika. Keterampilan memecahkan masalah harus dimiliki
siswa. Keterampilan tersebut akan dimiliki para siswa bila guru mengajarkan bagaimana
memecahkan masalah yang efektif kepada siswa. Uraian berikut akan meliputi apa yang
dimaksud dengan suatu masalah di dalam matematika dan akhirnya pemecahan masalah di
dalam kegiatan belajar mengajar matematika.

1. Pengertian Masalah
Suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika seseorang tidak
mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan
jawaban pertanyaan tersebut. Pertanyaan itu dapat juga terselinap dalam suatu situasi
sedemikian hingga situasi itu sendiri perlu mendapat penyelesaian.

Nampak di sini bahwa memecahkan masalah itu merupakan aktivitas mental yang
tinggi. Perlu diketahui bahwa suatu pertanyaan merupakan masalah bergantung kepada
individu dan waktu. Artinya, suatu pertanyaan merupakan suatu masalah bagi siswa,
tetapi mungkin bukan merupakan suatu masalah bagi siswa yang lain. Pertanyaan yang
dihadapkan kepada siswa yang tidak bermakna akan bukan merupakan masalah bagi
siswa tersebut. Dengan perkataan lain, pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa
haruslah dapat diterima oleh siswa tersebut. Jadi pertanyaan itu harus sesuai dengan
struktur kognitif siswa. Demikian juga pertanyaan merupakan suatu masalah bagi
seorang siswa pada suatu saat, tetapi bukan merupakan suatu masalah lagi bagi siswa
tersebut pada saat berikutnya, bila siswa tersebut sudah mengetahui cara atau proses
mendapatkan penyelesaian masalah tersebut.

Jelas kiranya, syarat suatu masalah bagi seorang siswa adalah sebagai berikut.
1. Pertanyaan yang dihadapkan kepada seorang siswa haruslah dapat dimengerti oleh
siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya untuk
menjawabnya.
2. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui
siswa. Karena itu, faktor waktu untuk menyelesaikan masalah janganlah dipandang
sebagai hal yang esensial.
Dalam pengajaran matematika, pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa biasanya
disebut soal. Dengan demikian, soal-soal matematika akan dibedakan menjadi dua
bagian berikut.
1. Latihan yang diberikan pada waktu belajar matematika adalah bersifat berlatih agar
terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian yang baru saja diajarkan.
2. Masalah tidak seperti halnya latihan tadi, menghendaki siswa untuk menggunakan
sintesis atau analisis. Untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa tersebut harus
menguasai hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai pengetahuan,
keterampilan dan pemahaman, tetapi dalam hal ini ia menggunakannya pada suatu
situasi baru.
Misalnya kita perhatikan soal berikut.
Berapa banyak segmen garis paling banyak yang dapat ditarik untuk
menghubungkan titik yang terletak di sebuah lingkaran.
Soal tersebut akan merupakan masalah bagi seorang siswa sekolah menengah, bila
siswa itu belum pernah menyelesaikan soal semacam itu. Masalah semacam itu
memerlukan penganalisaan dan setelah pola diketahui dapatlah diketemukan
formulanya. Selanjutnya formula ini perlu dibuktikan. Tetapi soal semacam itu
akan menjadi bukan masalah lagi bagi seorang siswa yang sudah pernah
menyelesaikannya.

2. Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika Menurut Polya


Polya (1985) mengartikan pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari jalan keluar
dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera untuk
dicapai, sedangkan menurut utari (1994) dalam (hamsah 2003) mengatakan bahwa
pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, menemukan teknik atau
produk baru. Bahkan didalam pembelajaran matematika, selain pemecahan masalah
mempunyai arti khusus, istilah tersebut mempunyai interpretasi yang berbeda, misalnya
menyelesaikan soal cerita yang tidak rutin dan mengaplikasikan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.

Polya(1985) mengajukan empat langkah fase penyelesaian masalah yaitu memahami


masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan melakukan
pengecekan kembali semua langkah yang telah dikerjakan.
Fase memahami masalah tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan,
siswa tidak mungkin menyelesaikan masalah tersebut dengan benar, selanjutnya para
siswa harus mampu menyusun rencana atau strategi.

Penyelesaian masalah, dalam fase ini sangat tergantung pada pengalaman siswa lebih
kreatif dalam menyusun penyelesaian suatu masalah, jika rencana penyelesaian satu
masalah telah dibuat baik tertulis maupun tidak. Langkah selanjutnya adalah siswa
mampu menyelesaikan masalah, sesuai dengan rencana yang telah disusun dan
dianggap tepat. Dan langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut polya
adalah melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan. Mulai dari fase pertama hingga
hingga fase ketiga. Dengan model seperti ini maka kesalahan yang tidak perlu terjadi
dapat dikoreksi kembali sehingga siswa dapat menemukan jawaban yang benar-benar
sesuai dengan masalah yang diberikan.

Tingkat kesulitan soal pemecahan masalah harus di sesuaikan dengan tingkat


kemampuan siswa. Hasil penelitian Driscol (1982). Pada anak usia sekolah dasar
kemampuan pemecahan masalah erat sekali hubungannya dengan pemecahan masalah.
Disadari atau tidak setiap hari kita diperhadapkan dengan berbagai masalah yang dalam
penyelesaiannya, sering kita
diperhadapkan dengan masalah–masalah yang pelik dan tidak bisa diselesaikan dengan
segera. Dengan demikian, tugas guru adalah membantu siswa dalam menyelesaikan
masalah dengan spektrum yang luas yakni membantu siswa dalam memehami masalah,
sehingga kemampuan dalam memahami konteks masalah bisa terus berkembang
menggunakan kemampuan inguiri dalam menganalisa alasan mengapa masalah itu
muncul. Dalam matematika hal seperti itu biasanya berupa pemecahan masalah yang
didalamnya termuat soal cerita untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah hal yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan menyangkut
berbagai hal teknik dan strategi pemecah masalah,pengetahuan, keterampilan dan
pemahaman merupakan elemen–elemen penting dalam belajar matematika terkadang
guru menghadapi kesulitan dalam mengajarkan cara menyelesaikan masalah dengan
baik. Sementara dipihak lain siswa mengalami kesulitan bagaimana menyelesaikan
masalah yang diberikan guru, kesulitan ini muncul, karena mencari jawaban dipandang
sebagai satu-satunya tujuan yang ingin dicapai, karena hanya terfokus pada jawaban.
3. Perencanaan Mengajarkan Pemecahan Masalah
Mengajar siswa untuk memecahkan masalah perlu perencanaan. Secara garis besar,
perencanaan itu sebagai berikut.

1.) Merumuskan tujuan.


Tujuan itu hendaknya menyatakan bahwa siswa akan mampu menyelesaikan
masalah-masalah yang tidak rutin. Soal-soal yang serupa benar hendaknya
dihindarkan sebab soal-soal yang demikian itu menjadi bukan masalah lagi bagi
siswa tertentu.
2.) Memerlukan pra-syarat.
Untuk menyelesaikan setiap masalah matematika, seorang siswa memerlukan pra-
syarat pengetahuan, keterampilan dan pemahaman. Guru harus mengindentifikasi
apa-apa yang sudah dipelajari siswa untuk suatu masalah sehingga masalah-
masalah yang cocok sajalah yang disajikan kepada para siswa.
Misalnya masalah berikut.
Buktikan jumlah dua bilangan prima kembar yang bukan 3 dan 5 habis dibagi 6.
Prasyarat yang perlu dimiliki seorang siswa untuk menyelesaikan masalah itu
adalah bahwa siswa itu sudah mengerti arti habis dibagi 6, bilangan prima dan
bilangan prima kembar. la sudah terampil menggunakan operasi membagi.
3.) Mengajarkan Pemecahan Masalah.
Untuk belajar memecahkan masalah, para siswa harus mempunyai kesempatan
untuk menyelesaikan masalah. Apabila mereka berhasil menyelesaikan masalah,
mereka perlu mendapatkan penghargaan. Jadi mereka perlu mendapatkan
pendekatan pedagogik untuk menyelesaikan masalah. Yang menjadi pertanyaan
ialah bagaimana seorang guru menyiapkan masalahmasalah untuk para siswa dan
bagaimana guru itu membuat para siswa tertarik dan suka menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Guru harus mempunyai bermacam-macam masalah yang cocok
sehingga bermakna bagi para siswanya. Sumber-sumber boleh diambil dari buku-
buku, majalah-majalah yang berhubungan dengan matematika sekolah. Berikan
masalah-masalah itu sebagai pekerjaan rumah. Pada suatu saat boleh juga para
siswa memilih sendiri masalah-masalah itu, mengerjakan masalah-masalah
tersebut, membicarakannya dan kemudian menyajikan penyelesaianya di depan
kelas. Masalah-masalah tersebut dapat dikerjakan secara individu atau kelompok.
Agar supaya para siswa tertarik dan suka menyelesaikan masalah yang dihadapi perlu
diberikan penghargaan. penghargaan itu dapat berupa nilai atau penghargaan khusus
lainnya. Pujian juga jangan dilupakan. Hal itu semuanya merupakan cara yang efektif
untuk mendorong keberhasilan, walaupun banyak juga para siswa yang dengan senang
hati menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi mereka memberikan penghargaan
kepada diri mereka sendiri dengan kcberhasilan mereka itu.
Pertanyaan berikutnya yang timbul : "Bagaimana seorang siswa memulai
menyelesaikan suatu masalah?" "Bagaimana strategi yang dapat dilakukan?"
"Kemampuan apa yang akan bermanfaat baginya untuk menyelesaikan masalah itu?"
Ketiga hal ini, secara bersama-sama merupakan usaha untuk menemukan.Untuk dapat
mengajarkan pemecahan masalah dengan baik ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
1. Waktu yang diperlukan, untuk menyelesikan masalah sangat relatif artinya jika
seseorang diperhadapkan dengan satu masalah dengan waktu yang diberikan untuk
menyelesaikannya tidak dibatasi, maka kecendrungannya, orang tersebut tidak
akan mengkonsentrasikan fikirannya secara penuh pada proses penyelesaian
masalah yang diberikan.
2. Perencanaan, aktivitas pembelajaran dan waktu yang diperlukan harus
direncanakan serta dikoordinasikan, sehingga siswa memiliki kesempatan yang
cukup untuk menyelesaikan berbagai masalah dan menganalisis serta
mendiskusikan pendekatan yang mereka pilih.
3. Sumber, buku matematika biasanya banyak memuat masalah yang sifatnya hanya
rutin, maka guru dituntut untu menyembunyikan masalah-masalah lain sehingga
dapat menambah soal pemecahan masalah.
4. Teknologi, sekalipun banyak kalangan yang tidak setuju dengan penggunaan
kalkulator disekolah akan tetapi pada hal tertentu dapat digunakan, karena alat
tersebut perlu dipertimbangkan penggunaannya.

4. Langkah-Langkah Penerapan Strategi Penyelesaian Masalah Menurut Polya.


Berbicara pemecahan masalah, kita tidak bisa terlepas dari tokoh utamanya yaitu Polya.
Menurut polya dalam pemecahan masalah. Ada empat langkah yang harus dilakukan,
Keempat tahapan ini lebih dikenal dengan See (memahami problem), Plan (menyusun
rencana), Do (melaksanakan rencana) dan Check (menguji jawaban), sudah menjadi
jargon sehari-hari dalam penyelesaian problem sehingga Polya layak disebut dengan
“Bapak problem solving.”
Gambaran umum dari Kerangka kerja Polya:
1. Pemahaman pada masalah (Identifikasi dari tujuan)
Langkah pertama adalah membaca soalnya dan meyakinkan diri bahwa anda
memahaminya secara benar. Tanyalah diri anda dengan pertanyaan :
o Apa yang tidak diketahui?
o Kuantitas apa yang diberikan pada soal?
o Kondisinya bagaimana?
o Apakah ada kekecualian?
Untuk beberapa masalah akan sangat berguna untuk membuat diagranmnya dan
mengidentifikasi kuantitas-kuantitas yang diketahui dan dibutuhkan pada diagram
tersebut. Biasanya dibutuhkan membuat beberapa notasi ( x, a, b, c, V=volume,
m=massa dsb ).
2. Membuat Rencana Pemecahan Masalah
Kedua: Carilah hubungan antara informasi yang diberikan dengan yang tidak
diketahui yang memungkinkan anda untuk memghitung variabel yang tidak
diketahui. Akan sangat berguna untuk membuat pertanyaan: “Bagaimana saya akan
menghubungkan hal yang diketahui untuk mencari hal yang tidak diketahui? “. Jika
anda tak melihat hubungan secara langsung, gagasan berikut ini mungkin akan
menolong dalam membagi masalah ke sub masalah
o Membuat sub masalah
o Pada masalah yang komplek, akan sangat berguna untuk membantu jika anda
membaginya kedalam beberapa sub masalah, sehingga anda dapat
membangunya untuk menyelesaikan masalah.
o Cobalah untuk mengenali sesuatu yang sudah dikenali.
o Hubungkan masalah tersebut dengan hal yang sebelumnya sudahdikenali.
Lihatlah pada hal yang tidak diketahui dan cobalah untuk mengingat masalah
yang mirip atau memiliki prinsip yang sama.
o Cobalah untuk mengenali polanya.
o Beberapa masalah dapat dipecahkan dengan cara mengenali polanya. Pola
tersebut dapat berupa pola geometri atau pola aljabar. Jika anda melihat
keteraturan atau pengulangan dalam soal, anda dapat menduga apa yang
selanjutnya akan terjadi dari pola tersbut dan membuktikannya.
o Gunakan analogi
o Cobalah untuk memikirkan analogi dari masalah tersebut, yaitu, masalah
yang mirip, masalah yang berhubungan, yang lebih sederhana sehingga
memberikan anda petunjuk yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah
yang lebih sulit. Contoh, jika masalahnya ada pada ruang tiga dimensi,
cobalah untuk melihat masalah sejenis dalam bidang dua dimensi. Atau jika
masalah terlalu umum, anda dapat mencobanya pada kasus khusus.
o Masukan sesuatu yang baru
o Mungkin suatu saat perlu untuk memasukan sesuatu yang baru, peralatan
tambahan, untuk membuat hubunganantara data dengan hal yang tidak
diketahui.Contoh, diagram sangat bermanfaat dalam membuat suatu garis
bantu.
o Buatlah kasus
o Kadang-kadang kita harus memecah sebuah masalah kedalam beberapa
kasus dan pecahkan setiap kasus terbut.
o Mulailah dari akhir (Asumsikan Jawabannya) Sangat berguna jika kita
membuat pemisalan solusi masalah, tahap demi tahap mulai dari jawaban
masalah sampai ke data yang diberikan.
3. Malaksanakan Rencana
Ketiga. Menyelesaikan rencana anda. Dalam melaksanakan rencana yang tertuang
pada langkah kedua, kita harus memeriksa tiap langkah dalam rencana dan
menuliskannya secara detail untuk memastikan bahwa tiap langkah sudah benar.
Sebuah persamaan tidaklah cukup!
4. Lihatlah kembali
Keempat. Ujilah solusi yang telah didapatkan. Kritisi hasilnya. lihatlah kelemahan
dari solusi yang didapatkan (seperti: ketidak konsistenan atau ambiguitas atau
langkah yang tidak benar ). Pada saat guru menggunakan strategi ini, sebaiknya
ditekankan bahwa penggunaan objek yang dicontohkan dapat diganti dengan satu
model yang lebih sederhana, misalnya :
1. Membuat gambar atau diagram.
Penekanan ini perlu dilakukan bahwa gambar atau diagram yang dibuat tidak
perlu sempurna, terlalu bagus atau terlalu aktual, yang penting bagian-bagian
terpenting dari gambar itu dapat memperjelas masalah.
2. Menemukan pola
Kegiatan matematika yang berkaitan dengan proses menemukan suatu poladari
sejumlah data yang diberikan, dapat mulai dilakukan melalui sekumpulan
gambar atau bilangan. Kegiatan yang mungkin dilakukan antara lain dengan
mengobservasi sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh kumpulan gambar atau
bilangan yang tersedia. Sebagai suatu strategi untuk pemecahan masalah,
pencarian pola yang pada awalnya hanya dilakukan secara pasif melalui
permasalahan yang dikeluarkan oleh guru, pada suatu saat keterampilan itu akan
terbentuk dengan sendirinya sehingga pada saat menghadapi permasalahan
tertentu, salah satu pertanyaan yang mungkin muncul pada benak seseorang
antara lain adalah :”Adakah pola atau keteraturan tertentu yang mengaitkan tiap
data yang diberikan?”. Tanpa melalui latihan sangat sulit bagi seseorang untuk
menyadari bahwa dalam permasalahan yang dihadapinya terdapat pola yang
bisa diungkap.
3. Membuat tabel
Mengorganisasi data ke dalam sebuah tabel dapat membantu kita dalam
mengungkapkan suatu pola tertentu serta dalam mengidentifikasi informasi
yang tidak lengkap. Penggunaan tabel merupakan langkah yang sangat efisien
untuk melakukan klasifikasi serta menyusun sejumlah besar data sehingga
apabila muncul pertanyaan baru berkenaan dengan data tersebut, maka kita akan
dengan mudah menggunakan data tersebut, sehingga jawaban pertanyaan tadi
dapat diselesaikan dengan baik.
4. Memperhatikan semua kemungkinan secara sistematik
Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi mencari pola dan
menggambar tabel. Dalam menggunakan strategi ini, kita tidak perlu
memperhatikan keseluruhan kemungkinan yang bisa terjadi.Yang kita
perhatikan adalah semua kemungkinan yang diperoleh dengan cara sistematik.
Yang dimaksud sistematik disini misalnya dengan mengorganisasikan data
berdasarkan kategori tertentu. Namun demikian, untuk masalah-masalah
tertentu, mungkin kita harus memperhatikan semua kemungkinan yang bisa
terjadi.
5. Tebak dan periksa ( Guess and Check )
Strategi menebak yang dimaksudkan disini adalah menebak yang didasarkan
pada alasan tertentu serta kehati-hatian. Selain itu, untuk dapat melakukan
tebakan dengan baik seseorang perlu memiliki pengalaman cukup yang
berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.
Contoh:
Letakkan bilangan-bilangan dalam
kotak di bawah ini pada persegi-
persegi, sehingga bilangan yang
terletak pada masing-masing
lingkaran berjumlah sama.
-1 -2 -3 -4 -5 -6
Jawab
1. Pemahaman pada masalah (Identifikasi dari tujuan)
Diketahui:
a. Meletakkan Bilangan-bilangan dalam kotak yang satu lingkaran 17
b. Bilangan –bilangan itu:
-1 -2 -3 -4 -5 -6
2. Membuat Rencana Pemecahan Masalah
Lakukan percobaan dengan cara mengambil satu persatu bilangan yang
diketahui kemudian jumlahkan yang terletak pada satu lingkaran.
3. Malaksanakan Rencana
Dengan berbagai percobaan didapatlah sebagai berikut.

4. Lihatlah kembali
Dengan memeriksa setelah memasukkan digit tadi, sehingga lebih yakinlah
peserta didik.
6. Strategi kerja mundur
Suatu masalah kadang-kadang disajikan dalam suatu cara sehingga yang
diketahui itu sebenarnya merupakan hasil dari proses tertentu, sedangkan
komponen yang ditanyakan merupakan komponen yang seharusnya muncul
lebih awal. Penyelesaian masalah seperti ini biasanya dapat dilakukan dengan
menggunakan strategi mundur.
Contoh:
Bagas dan Soni berencana untuk makan di warung Pak Bimo dan pergi latihan
softball bersama. Latihan softball dimulai pukul 10.00. Bagas memerlukan
waktu ¾ jam untuk menjemput Soni dan pergi ke warung Pak Bimo dekat lokasi
latihan softball. Untuk makan dan berjalan ke lokasi latihan diperlukan waktu
1 ¼ jam. Mereka ingin tiba di lokasi latihan 15 menit sebelum di mulai. Pukul
berapa Bagas seharusnya meninggalkan rumahnya?
Jawab:
1. Pemahaman pada masalah (Identifikasi dari tujuan)
Diketahui:
a. softball dimulai pukul 10.00
b. Menjemput Soni ¾ jam
c. makan dan berjalan ke lokasi latihan 1 ¼ jam
d. ingin tiba di lokasi latihan 15 menit sebelum di mulai.
e. Pukul berapa Bagas seharusnya meninggalkan rumahnya?
2. Membuat Rencana Pemecahan Masalah
Bekerja mundur salah satu langkah pemecahan masalah ini yang efektif dan
efisien yaitu mulai dari pukul 10.00 kemudian dikurangi 15 menit dikurangi
pula 1 ¼ jam selajutnya dikurangi lagi ¾ jam.
3. Melaksanakan Rencana
Dengan memperhatikan rencana pemecahan masalah yang telah dibuat
maka dapat dihitung sebagai berikut:
Dimulai pukul 10.00. Tiba di lokasi 10.00-15 menit = 9.45
Makan dan berjalan 9.45 – 1.15 = 8.30
Menjemput Soni dan ke warung 8.30-45 menit = 7.45
Jadi Bagas meninggalkan rumah pukul 7.45
4. Lihatlah kembali
Dengan memeriksa setelah mendapatkan hasilnya dapatlah dicek
kebenarannya dengan memulai berangkat dari pukul 7.45 kemudian
menambahkan ¾ jam = 7.45 + 45 = 8.30 selajutnya 8.30 dijumlahkan
dengan 1 ¼ jam = 8.30 + 1.15 = 9.45 . Hal ini berarti bahwa benar tiba 15
menit sebelum pukul 10.00 sehingga lebih yakinlah peserta didik bahwa
jawaban yang dicari benar.
7. Menggunakan kalimat terbuka
Strategi ini juga termasuk sering diberikan dalam buku matematika sekolah
dasar. Walaupun strategi ini termasuk sering digunakan, akan tetapi pada
langkah awal anak seringkali mendapat kesulitan untuk menentukan kalimat
terbuka yang sesuai. Untuk sampai pada kalimat yang dicari, seringkali harus
melalui penggunaan strategi lain, dengan maksud agar hubungan antar unsur
yang terkandung di dalam masalah dapat dilihat secara jelas. Setelah itu baru
dibuat kalimat terbukanya.

5. Soal Cerita
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dari kata soal dan cerita yang mempunyai arti
hal atau masalah yang harus dipecahkan dan cerita artinya tuturan yang
membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal yang dipecahkan. Dalam pengajaran
matematika, pemecahan masalah sudah umumnya dalam bentuk soal cerita, biasanya
soal cerita disajikan dalam cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan
masalah kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini yang dimaksud soal cerita adalah
soal matematika yang disajikan dengan kalimat yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari serta memuat masalah yang menuntut pemecahan. Soal cerita yang
dimaksud dalam tulisan ini adalah soal Matematika yang dinyatakan dalam bentuk
cerita. Soal cerita yang baik adalah yang berkaitan erat dengan keadaan yang dialami
siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan siswa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal cerita tidak hanya
kemampuan skill (keterampilan) dan mungkin algoritma tertentu saja melainkan
dibutuhkan juga kemampuan yang lain, yaitu kemampuan dalam menyusun rencana
atau strategi yang akan digunakan dalam mengerjakan soal. Menurut Tim Matematika
Depdikbud (1983:27)setiap soal cerita dapat diselesaikan dengan rencana sebagai
berikut:

 Membaca soal itu dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang ada
dalam soal tersebut.
 Menuliskan kalimat matematika yang menyatakan hubungan-hubungan itu dalam
bentuk operasi-operasi bilangan.
 Menyelesaikan kalimat matematika tersebut, artinya mencari bilangan mana yang
membuat kalimat matematika itu menjadi benar.
 Menggunakan penyelesaian itu untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan di
dalam soal.

Menurut Sumarmo dan Sukahar (1996:112) menjelaskan bahwa untuk


menyelesaikan soal cerita matematika siswa dapat menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut.

 Menulis apa yang diketahui.


 Menulis apa yang ditanyakan.
 Menulis pengerjaan atau operasi matematika yang diperlukan.
 Menulis kalimat bilangan atau kalimat matematika.
 Mengerjakan kalimat bilangan dan dicari hasilnya.
 Dari hasil itu ditulis jawaban soal cerita.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah menengah
dalam proses pembelajarannya membutuhkan instrumen penilaian dalam bentuk tes
hasil belajar (khususnya tes prestasi akademik). Tes hasil belajar matematika
merupakan salah satu instrumen yang harus dibuat guru yang berisi sekumpulan
pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
Tes juga dipakai sebagai acuan dalam mengevaluasi tingkat penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran matematika yang diberikan selama periode tertentu (Depdiknas,
2005:14).

Ada dua tipe tes yang digunakan yaitu tes objektif dan tes uraian(essay) Tes objektif
adalah tes yang telah disediakan pilihan jawabannya, di antaranya dalam bentuk: benar-
salah (true-false), pilihan ganda(muliple choice), menjodohkan (mathching) dan isian
singkat (short answer). Sedangkan tes uraian berupa soal yang masing-masing memuat
permasalahan dan menuntut penguraian sebagai jawaban. Soal cerita termasuk kategori
soal uraian, sehingga siswa dituntut mengorganisasi sendiri jawaban yang diinginkan.
Soal bentuk cerita biasanya memuat pertanyaan yang menuntut pemikiran dan langkah-
langkah penyelesaaian secara sistematis. Hal ini menurut sebagian kalangan siswa
menjadi kendala baik dari kemampuan menangkap makna kalimat maupun kemampuan
mengetahui prosedur penyelesaiannya. Dengan demikian soal cerita dapat
dikategorikan sebagai masalah bagi sebagian besar siswa.

Soal cerita dalam pengajaran matematika menjadi sangat penting bagi perkembangan
proses berpikir peserta didik sehingga keberadaannya mutlak diperlukan. Menurut tim
matematika Depdikbud (1983), setiap soal cerita dapat diselesaikan dengan rencana
sebagai berikut:

 Membaca dan memahami soal, kemudian memikirkan hubungan antar faktor-


faktor yang ada dalam soal tersebut.
 Menulis kalimat matematika yang menyatakan hubungan-hubungan itu dalam
bentuk operasi-operasi bilangan.
 Menyelesaikan kalimat matematika tersebut.
 Menggunakan penyelesaian tersebut untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam
soal.

a. Manfaat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Melatih siswa untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan soal cerita, siswa
diharapkan mampu mengambil keputusan. Hal ini disebabkan siswa tersebut
menjadi terampil tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relefan,
menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang
diperoleh (Herman Hudoyo,1998:81). Apabila latihan tersebut dapat dilakukan
sedini mungkin, maka berarti akan membiasakan siswa untuk memecahkan dan
menyelesaikan soal cerita. Mengingat besarnya peranan matematika pada disiplin
ilmu lain, maka kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan penyelesaian
soal cerita, perlu sedini mungkin ditingkatkan. Peningkatan tersebut dapat ditempuh
dengan cara mengajar matematika dengan penekanan pada eksplorasi serta model
berpikir matematika.
b. Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika

Kenyataan terjadi di Sekolah Dasar sering dijumpai dua bentuk soal matematika
yaitu soal dalam bentuk cerita dan soal dalam bentuk bilangan. Soal cerita sering
disiapkan dalam bentuk cerita pendek yang menyangkut kehidupan sehari-hari.
Panjang pendeknya kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan soal cerita
tersebut sangat berpengaruh. Dalam penelitian ini yang dimaksud soal cerita adalah
soal cerita yang disajikan dengan kalimat-kalimat yang disajikan dengan kalimat-
kalimat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, serta memuat masalah yang
menuntut pemecahan.

Soal cerita dalam pengajaran matematika sangat penting bagi perkembangan proses
berpikir siswa, sehingga keberadaannya mutlak diperlukan. Soejadi dalam Muklis
(1999:6) menyatakan bahwa salah satu bahan ajar yang dapat menunjukkan suatu
penalaran matematika adalah proses penyelesaian soal cerita. misalnya: (1) masalah
yang diketahui dalam soal; (2) apa yang ditanyakan atau yang dicari; (3) operasi
dan simbol apa saja yang terlibat dalam soal itu; (4) model matematika manakah
yang dapat diwakili soal itu; dan (5) apa yang telah dikuasai yang perlu
digunakan. Muklis (1999:6) menyatakan bahwa setiap soal cerita diselesaikan
dengan rencana sebagai berikut.

 Membaca soal itu dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang ada
dalam soal tersebut.
 Menuliskan apa yang diketahui dari soal tersebut.
 Menuliskan apa yang ditanyakan.
 Menuliskan kalimat matematika selanjutnya menyelesaikan sesuai dengan
ketentuan.
 Menuliskan kalimat jawabannya.

Menyelesaikan soal cerita diperlukan keterampilan dan kemampuan berpikir,


sehingga bagi siswa perlu ada bimbingan dari guru baik secara lisan maupun tertulis
dalam menyelesaikan soal cerita. Apabila tanpa bimbingan atau siswa harus
menyelesaikan sendiri maka akan menjadi masalah bagi siswa.
Pemecahan masalah didefinisikan oleh Polya dalam Muklis (1999:150) sebagai
usaha untuk mencari jalan keluar dari kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak
dengan segera dapat dicapai agar siswa tidak mengalami kesulitan dan mampu
menangkap pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalah. Jika siswa benar-
benar mengetahui prinsip-prinsip yang dipelajari sebelumnya, siswa mampu
memilih pengalaman-pengalaman yang lalu dan relevan dengan masalah yang
dihadapi. Misalnya siswa akan menyelesaikan soal cerita yang memuat pengerjaan
hitung campuran, maka siswa harus paham betul dengan operasi hitung yang telah
dipelajari sebelumnya dan dapat menyelesaikan sesuai dengan ketentuan. Sebagai
konsekuensinya, agar siswa tidak mengalami kesulitan maka pengajaran yang
efektif harus mengubah bentuk permasalahan ke dalam situasi yang telah dikenal
siswa dengan bimbingan guru baik secara lisan atau tertulis.

c. Manfaat Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Bentuk Soal Cerita

Dengan kemajuan teknologi peranan matematika sangat dibutuhkan, bukan hanya


digunakan pada ilmu teknik saja, melainkan pada ilmu sosialpun banyak
menggunakan konsep-konsep matematika. Oleh sebab itu sedini mungkin siswa
dilatih untuk memecahkan masalah dengan sering diberi soal yang berbentuk cerita,
sehingga siswa terbiasa untuk mengambil keputusan dengan cepat jika suatu saat
siswa menjumpai masalah.

Hudoyo dalam Muklis (1999:8) mengatakan apabila latihan tersebut dapat


dilakukan sedini mungkin berarti siswa akan terbiasa untuk memecahkan masalah
dan menyelesaikan soal yang berbentuk cerita dengan cepat dan benar. Langkah-
langkah dalam menyelesaikan soal cerita menggunakan Metode Polya dengan
langkah-langkahnya memungkinkan siswa untuk mengerjakan secara sistematis,
runtut, urut, tekun dan cermat. Dengan keterampilan memahami, menuliskan
kalimat matematika dan prosedur yang benar, maka siswa dalam menyelesaikan
soal cerita akan lebih cepat menguasai dan memecahkan. Hal yang demikian siswa
akan lebih meningkat kemampuannya dalam menyelesaikan soal cerita.
d. Menyelesaikan Soal Cerita dengan Langkah-langkah Polya

Pembelajaran Matematika Dalam hal kemampuan menyelesaikan soal cerita sangat


dibutuhkan untuk menunjang belajar mata pelajaran lain atau untuk hidup di
masyarakat. Oleh sebab itu perlu diadakan cara yang memudahkan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita yang dihadapi. Polya membutuhkan waktu yang sangat
lama untuk membimbing para siswa serta mencari cara agar siswa dapat dengan
mudah menyelesaikan soal cerita itu. Cara yang digunakan oleh Polya untuk
menyelesaikan soal cerita itu dikenal dengan langkah-langkah Polya, yang meliputi
soal cerita itu dibuat lebih operasional sebagai berikut.

1. Memahami masalah. Memahami masalah yang dimaksud adalah semua unsur


yang ada di dalam soal cerita ke dalam bentuk yang lebih jelas dengan
menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.
2. Membuat Rencana Penyelesaian. Pada langkah ini siswa diminta untuk
menuliskan kalimat matematika dari soal cerita itu dengan menggunakan
operasi hitung yang sudah diketahui oleh siswa, misalnya +,- x,: dan
penggunaan tanda ( ).
3. Pelaksanaan Rencana Penyelesaian. Pelaksanaan rencana ini adalah
menyelesaikan kalimat yang telah ditulis sesuai dengan aturan urutan operasi
hitung yang berlaku.
4. Memeriksa Kembali. Pada langkah ini siswa diharapkan dapat memeriksa
kembali jawaban soal cerita dengan cara mencocokkan kembali antara hasil
jawaban dengan soal semula. Agar langkah tersebut di atas lebih jelas akan
peneliti berikan beberapa contoh soal cerita dan penyelesaiannya dengan
menggunakan langkah-langkah Polya.

Kendala utama para siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita adalah lemahnya
kemampuan mereka dalam memahami maksud soal dan kurangnya keterampilan
menyusun rencana penyelesaiannya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat bentuk
soal yang disajikan selama ini baik pada ulangan akhir semester maupun ujian
nasional adalah bentuk pilihan ganda. Bentuk soal pilihan ganda ini kurang efektif
mengukur beberapa tipe pemecahan masalah, juga kurang efektif mengukur
kemampuan mengorganisir dan mengekspresikan ide (Depdiknas, 2005:21).
C. APLIKASI PEMECAHAN MASALAH POLYA DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

1. Seorang guru mengajukan masalah dengan meminta siswa untuk menjumlahkan 100
bilangan asli yang pertama. Jika siswa tersebut menjumlahkan angka 1,2,3...100 maka
akan menyita waktu yang cukup lama untuk menemukan jawabannya, akan tetapi
dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah maka waktu yang
digunakan cukup cepat.
Memahami masalah : bilangan 1,2,3,4...100 dengan demikian masalah yang muncul
adalah 1+2+3...+100 = ....?
Merencanakan penyelesaian, salah satu strategi yang diterapkan adalah mencari
kemungkinan adanya satu pola.Untuk menyelesaikan masalah ini bila dilakukan pola
seperti :
1 + 2 + 3 + ............. + 100 = x
100 + 99+98+...............+ 1= x
101 +101+101 + ..........+101 = 2x
Karena jumlah nya 101maka ada 100 pasang bilangan yang berjumlah 101.
Menyelesaikan masalah, jika terdapat 100 pasang bilangan 101, maka hasilnya adalah
2x, maka akan di peroleh
100 x 101 = 2X
X = 1010/ 2
X = 5050
Memeriksa kembali, metode yang digunakan secara matematika sudah benar. Sebab
penjumlahan dapat dilakukan dalam urutan yang berbeda dan perkalian adalah
penjumlahan yang berulang. Jika masalah umum muncul, tentukanlah jumlah n
bilangan asli yang pertama:
1 + 2 + 3 ... + n. Dengan n bilangan asli. Jika merupakan bilangan genap, maka cara
seperti sebelumnya dapat digunakan
1 + 2 + 3 + . . . . . . . . . .+ n = X
n + ................. .3 + 2 + 1 =X
(n + 1 ) =2X
pasangan bilangan yang masing-masing berjumlah n + 1. Sebanyak n maka dengan
demikian jumlah keseluruhan didapat ( n / 2 ) ( n + 1 ).
2. Lima orang pemain catur, Ali, Ani, Amin, Hamsah, dan Suko berpartisipasi suatu
pertandingan catur yang mewakili sekolahannya. Masing-masing tim harus paling
sedikit seorang memainkan bidak hitam dan seorang yang lain memainkan bidak putih.
Dua orang siswa mewakili ”Sekolah Nusantara" dan tiga orang siswa lainnya
mewakili "Sekolah bumi putera". dari kelima siswa yang bertanding itu, tiga siswa
memainkan bidak hitam, dua lainnya memainkan bidak putih. Ali dan Hamzah berasal
dari sekolah yang sama, sedang Amin dan Suko berbeda sekolah. Ani dan Amin
memainkan bidak yang sama sedang Hamzah dan Suko memainkan bidak yang
berbeda warnanya. Seorang pemain bidak putih dari ”Sekolah Nusantara" sebagai
pemenang. Siapa pemenang itu ?
Jawab.
1.) Memahami masalah.
Dari kelima siswa.
a) Dalam bermain catur berpasangan, satu pihak memainkan bidak putih dan pihak
lain memainkan bidak hitam.
b) Dua orang mewakili "Sekolah Nusantara", tiga orang mewakili "Sekolah bumi
Putera".
c) Tiga orang memainkan bidak hitam, dua orang memainkan bidak putih
d) Ali dan Hamzah dari sekolah yang sama. Amin dan Suko dari sekolah yang
berbeda. Ani dan Amin memainkan bidak yang sama warnanya. Hamzah dan
Suko memainkan bidak yang berbeda warnanya.
2.) Merencanakan penyelesaian.
Kita akan menyusun tabel yang disesuaikan dengan fakta, yang diketahui dengan
tanda "+" atau ”-” untuk masing-masing pemain bidak hitam; pemain bidak putih.
Juga ”+” atau "-" masing-masing untuk Sekolah Nusantara dan Sekolah Bumi
Putera.
3.) Melaksanakan perencanaan.
Ali dan Hamzah dari sekolah yang sama, Amin dan Suko dari sekolah yang berbeda.
Apa yang dapat kita simpulkan ? (Ali dan Hamzah serta Amin atau Suko dari
Sekolah Bumi Putera). Ani haruslah dari Sekolah Nusantara. Ani dan Amin
memainkan bidak hitam, demikian juga Hamzah atau Suko. Jadi Ali memainkan
bidak putih. Pemain bidak putih yang lain adalah Hamzah tidak dari Sekolah
Nusantara. Suko yang dapat dari Sekolah Nusantara. Dengan demikian Suko adalah
pemain bidak putih dan dari Sekolah Nusantara atau dengan kata lain pemenangnya
adalah Suko.

4.) Melihat Kembali Penyelesaian


Langkah "melihat kembali" untuk melihat apakah penyelesaian yang kita peroleh
sudah sesuai dengan ketentuan yang diketahui dan tidak terjadi kontradiksi
merupakan langkah terakhir yang penting. Terdapat empat komponen untuk
mereviu suatu penyelesaian sebagai berikut.
o Kita cek hasilnya.
o Kita intepertasikan jawaban yang kita peroleh.
o Kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah ada cara lain untuk mendapatkan
penyelesian yang sama.
o Kita bertanya kepada diri kita sendiri apakah ada penyelesaian yang lain ?
Perlu kita sadari janganlah kita langsung mengharapkan dapat menjawab benar
untuk semua masalah. Menyelesaikan masalah memerlukan waktu dan
berkelanjutan, tidak terpenggal-penggal dalam proses berpikir kita. Namun bila
pendekatan yang kita gunakan tepat, nampaknya masalah yang sulit kadang-
kadang berubah menjadi masalah yang mudah.

Karakteristik Bagi Orang Yang Mampu Melakukan Problem Solving


Pemecahan masalah telah dilakukan beberapa puluh tahun yang lalu diantaranya di
lakukan oleh Dodson (1971); Hollander (1974) dalam Wono Setya Budi (2005:3).
Menurut mereka kemampuan pemecahhan masalah yang harus ditumbuhkan adalah :
1. Kemampuan mengerti konsep dan istilah matematika.
2. Kemampuan untuk mencatat kesamaan, perbedaan dan analog.
3. Kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan memilih prosedur yang
benar.
4. Kemampuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan.
5. Kemampuan menaksir dan menganalisa.
6. Kemampuan mengvisualisasi dan menginterpretasi kuantitas.
7. Kemampuan untuk memperumum berdasarkan beberapa contoh.
8. Kemampuan untuk berganti metoda yang di ketahui.
Selain kemampuan di atas, siswa mempunyai keadaan yang tentu untuk masa yang akan
datang sehingga dengan percaya diri dapat mengembangkan kemampuan tersebut.
Apabila Anda tidak dapat menyelesaikan problem, maka ada problem termudah yang
tidak dapat Anda selesaikan: menemukannya. (If you can’t solve a problem, then there
is an easier problem you can’t solve: find it) ………………… George Polya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, 2003. Problem Posing Dan Problem Solving Dalam Pembelajaran Matematika,
Pustaka Ramadan , Bandung.
Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. JICA. Jakarta:
IMSTEP.
NCTM. 1986. Principle and Standard for School Mathematics. Reston: The National Council
of Teacher Mathematics, Inc.
Polya, George, ((1985), How To Solve It 2nd ed Princeton University Press , New Jersey.

Anda mungkin juga menyukai