Anda di halaman 1dari 6

PROTOZOA DAN BAKTERI YANG DITEMUKAN PADA TUBUH LALAT DI

PASAR SURABAYA
Kartika Ishartadiati
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dan bakteri banyak ditemui di daerah tropis termasuk
Indonesia. Lalat dapat berperan sebagai vektor mekanik dari protozoa dan bakteri.
Pada penelitian ini, lalat ditangkap dengan menggunakan botol penangkap lalat yang diletakkan di Pasar
Genteng Baru, Pasar Pegirian, Pasar Pucang Anom, Pasar Bendul Merisi, dan Pasar Manukan Kulon. Lalat
yang tertangkap dimatikan dengan cara pendinginan (suhu ± -20ºC, selama 15 menit). Setelah itu, lalat
dimasukkan ke dalam larutan garam fisiologis dan dikocok selama 5 menit, kemudian dilakukan pemeriksaan
parasitologi dan mikrobiologi pada air cucian lalat.
Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia ditemukan pada tubuh lalat yang ditangkap di Pasar Manukan
Kulon, sedangkan Salmonella, Shigella, dan Vibrio cholerae ditemukan pada tubuh lalat yang ditangkap di
kelima pasar tersebut di atas.

Kata kunci: lalat, protozoa, bakteri

PROTOZOA AND BACTERIA IN BODY DISCOVERED IN THE MARKET


FLIES SURABAYA
Kartika Ishartadiati
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
Abstract
Infectious diseases caused by protozoa and bacteria are often found in tropical region, including Indonesia.
Flies can act as mechanical vectors of protozoa and bacteria.
In this study, flies were collected from following traditional markets: Genteng Baru, Pegirian, Pucang Anom,
Bendul Merisi and Manukan Kulon. All of the captured flies were killed by deep freezing at ± -20ºC for 15
minutes. Later, they were immersed in normal saline and shaken for 5 minutes. The washed fly bodies were
then filtered out and the fluid was then examined for protozoa and bacteria.
Entamoeba histolytica and Giardia lamblia were isolated fom the body of flies which were collected at
Manukan Kulon, whereas Salmonella, Shigella and Vibrio cholerae have been found in all above mentioned
markets.

Keywords: fly, protozoa, bacteria

PENDAHULUAN lengket membuat lalat mudah membawa


patogen (Graczyk et al., 2005).
Penyakit infeksi yang disebabkan Penelitian ini dilakukan untuk
oleh bakteri dan protozoa banyak ditemui di mengetahui apakah lalat di pasar Surabaya
daerah tropis termasuk Indonesia. Protozoa berpotensi sebagai vektor mekanik dari
usus seperti Entamoeba histolytica, Giardia Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
lamblia, dan Balantidium coli dapat Balantidium coli, Salmonella, Shigella, dan
menyebabkan diare, demikian pula dengan Vibrio cholerae.
bakteri Salmonella, Shigella, dan Vibrio
cholerae (Setiawan, 2006), bahkan tidak BAHAN DAN CARA KERJA
jarang pula protozoa dan bakteri tersebut
menyebabkan kematian (WHO, 1997; Haque Penelitian ini berjenis observasional,
& Petri, 2006). karena tidak memerlukan perlakuan terhadap
Protozoa dan bakteri dapat obyek penelitian. Berdasarkan waktunya
dipindahkan secara mekanis oleh lalat penelitian ini bersifat cross sectional.
(Strickland, 1988). Probosis dan keenam kaki Populasi dalam penelitian ini adalah populasi
lalat dilengkapi dengan rambut-rambut halus lalat di Pasar Genteng Baru, Pasar Pegirian,
serta kakinya mengeluarkan cairan yang Pasar Pucang Anom, Pasar Bendul Merisi,
dan Pasar Manukan Kulon. Besar sampel
adalah lalat yang masuk perangkap dalam  Pemeriksaan mikrobiologi
waktu 2 jam. Penelitian dilakukan pada bulan Air cucian lalat ditanam pada media
Mei 2009. enrichment (Alkaline Pepton Water),
Persiapan untuk penangkapan lalat, kemudian ditanam pada agar Salmonella-
yaitu menyediakan botol plastik berukuran Shigella (SS) untuk mengidentifikasi bakteri
1,5 liter yang telah dipotong pada sekitar 1/3 Salmonella dan Shigella. Untuk mengetahui
bagian atasnya, kemudian potongan botol adanya bakteri Vibrio cholerae, air cucian
bagian atas diletakkan terbalik pada botol lalat ditanam pada kaldu Selenit yang
tersebut sehingga berbentuk seperti corong merupakan media enrichment, kemudian
(Prendergast et al., 2006). Ke dalam botol ditanam pada agar Thiosulfat Citrat Bile salt
tersebut dimasukkan terasi yang sudah Sucrosa (TCBS). Koloni warna kuning yang
dikukus sebagai umpan bagi lalat. Setelah tumbuh pada agar TCBS ditanam pada agar
persiapan selesai, botol tersebut diletakkan di Nutrien, selanjutnya dilakukan pewarnaan
pasar yang sudah ditentukan selama 2 jam Gram.
(pada masing-masing pasar ditempatkan 3
buah botol). Penentuan waktu 2 jam HASIL PENELITIAN
berdasarkan dari penelitian pendahuluan,
yang dalam waktu 2 jam lalat telah cukup Hasil dari pemeriksaan parasitologi
banyak masuk ke dalam botol penangkap dapat dilihat pada tabel 1.
lalat. Selanjutnya, botol yang sudah berisi Tabel 1 Protozoa yang ditemukan pada lalat
lalat tersebut dimasukkan ke dalam freezer (± di Pasar Genteng Baru, Pasar Pegirian,
-20ºC) selama 15 menit agar lalat pingsan. Pasar Pucang Anom, Pasar Bendul Merisi,
Dari penelitian pendahuluan, didapatkan Pasar Manukan Kulon bulan Mei 2009
bahwa lalat telah pingsan dalam waktu 15 E. G. B.
Pasar
menit. Setelah lalat pingsan, jumlah lalat histolytica lamblia coli
yang ada dalam masing-masing botol Genteng Baru - - -
dihitung. Pegirian - - -
Lalat pada masing-masing botol Pucang Anom - - -
dimasukkan ke dalam Erlemeyer yang berisi Bendul Merisi - - -
100 ml larutan garam faali, kemudian Manukan Kulon + + -
dikocok selama 5 menit agar protozoa dan
bakteri yang menempel pada seluruh tubuh Hasil dari pemeriksaan mikrobiologi
lalat dapat lepas. Setelah itu lalat disaring, disajikan pada tabel 2.
kemudian air cucian lalat diambil 30 ml Tabel 2 Bakteri yang ditemukan pada lalat di
untuk pemeriksaan parasitologi (protozoa) Pasar Genteng Baru, Pasar Pegirian, Pasar
dan 70 ml untuk pemeriksaan mikrobiologi Pucang Anom, Pasar Bendul Merisi, Pasar
(bakteri). Manukan Kulon bulan Mei 2009
V.
 Pemeriksaan parasitologi Pasar Shigella Salmonella
cholerae
Suspensi cucian lalat dipusingkan Genteng Baru + + +
dengan kecepatan 2000 rpm selama 5 menit. Pegirian + + +
Supernatan dibuang, sedimen dicampur Pucang Anom + + +
dengan Modified Sheather’s Solution
Bendul Merisi + + +
(merupakan campuran dari 454 g gula pasir,
Manukan Kulon + + +
355 ml air, dan 6 ml formaldehida) yang
mempunyai berat jenis 1,27 (Dryden, et al.,
2005), dan dipusingkan lagi dengan DISKUSI
Pengambilan sampel lalat pada
kecepatan 2000 rpm selama 5 menit. Setelah
kelima pasar dilakukan sekitar pukul 10.00-
itu, bagian atas permukaan supernatan
12.00, sebab lalat biasanya keluar pada siang
diambil dengan ose siku dan diletakkan di
hari, suka suasana terang dan hangat
atas gelas benda, ditetesi lugol, ditutup
(Williams et al., 1985). Jumlah lalat yang
dengan gelas penutup, kemudian diperiksa
tertangkap di masing-masing pasar adalah
menggunakan mikroskop cahaya dengan
sebagai berikut: Pasar Genteng Baru 117
pembesaran 400x dan 1000x.
lalat, Pasar Pegirian 93 lalat, Pasar Pucang
Anom 57 lalat, Pasar Bendul Merisi 186 lalat, penelitian di Meksiko menunjukkan bahwa
Pasar Manukan Kulon 239 lalat. lalat rumah membawa Salmonella dari rumah
Lalat telah diidentifikasi sebagai potong hewan ke pasar-pasar dan pemukiman
vektor dari parasit protozoa (Doiz et al., terdekat (Greenberg et al., 1963). Pada
2000). Pada penelitian ini Entamoeba penelitian ini bakteri Shigella, Salmonella,
histolytica dan Giardia lamblia ditemukan dan Vibrio cholerae ditemukan pada lalat-
pada lalat yang dikoleksi dari Pasar Manukan lalat yang dikoleksi di Pasar Genteng Baru,
Kulon, sedangkan Balantidium coli tidak Pasar Pegirian, Pasar Pucang Anom, Pasar
ditemukan pada lalat yang dikoleksi dari Bendul Merisi, dan Pasar Manukan Kulon.
kelima pasar (Genteng Baru, Pegirian,
Pucang Anom, Bendul Merisi, Manukan Bakteri Salmonella dan Shigella
Kulon) (tabel 1). Hal ini karena di sekitar hanya terdapat dalam jumlah relatif sedikit
daerah pengambilan sampel lalat tidak ada dalam tinja (sekitar 200 bakteri per gram
peternakan babi. Menurut Strickland (1988), tinja) dibandingkan dengan bakteri enterik
prevalensi tertinggi dari balantidiasis adalah lain yang merupakan flora normal usus dan
daerah yang penduduknya banyak dapat mencapai 109 bakteri per gram tinja,
memelihara babi. Selain itu, di Indonesia oleh karena itu pada penelitian ini digunakan
Balantidium coli memang jarang ditemukan media enrichment yaitu kaldu Selenit yang
pada manusia (Rasad & Gandahusada, 2000). akan menghambat pertumbuhan bakteri
Di luar Kota Surabaya ada beberapa enterik lain dan mendorong pertumbuhan
peternakan babi, tetapi kemampuan terbang Salmonella dan Shigella, sehingga kedua
lalat yang rata-rata hanya sekitar 1,5 km dari bakteri ini lebih mudah ditemukan.
tempat perindukannya (Santi, 2001), tidak Selanjutnya setelah diinkubasi pada suhu
dapat menjangkau tempat tersebut . 35ºC selama 8 jam, bakteri yang tumbuh di
Penelitian ini menggunakan tehnik kaldu Selenit ditanam pada lempeng agar
pemusingan untuk dapat menemukan kista Salmonella-Shigella (SS). Medium SS ini
protozoa lebih banyak. Dengan pemusingan, bersifat selektif karena memiliki kadar garam
kotoran akan mengendap, tetapi kista akan empedu yang tinggi. Dari antara kuman-
mengapung di permukaan. Dari penelitian kuman enterik, Salmonella dan Shigella
yang dilakukan Dryden dkk., menunjukkan memiliki daya tahan yang kuat terhadap
bahwa dengan tehnik pemusingan akan lebih garam empedu, sehingga dapat tumbuh di
banyak menemukan kista daripada tehnik agar SS, sementara kuman-kuman enterik
pengapungan yang pasif. Larutan yang lain akan terhambat pertumbuhannya
digunakan pada penelitian ini adalah (Koneman et al., 1992). Pada agar SS
Modified Sheather’s Solution yang tampak koloni Salmonella terdapat bintik
mempunyai berat jenis 1,27 (Dryden et al., hitam, hal ini karena Salmonella
2005). Larutan ini dipilih karena pada menghasilkan H2S, sedangkan Shigella tidak
penelitian yang lain dikatakan bahwa larutan menghasilkan H2S.
yang terbaik untuk pemeriksaan laboratorium Untuk menumbuhkan Vibrio
rutin adalah larutan yang mempunyai berat Cholerae pada penelitian ini digunakan
jenis 1,22-1,35 (O’Grady & Slocombe, Alkaline Peptone Water (pH 8,4) yang
1980). Selain itu, Modified Sheather’s merupakan media enrichment untuk
Solution dipilih pada penelitian ini karena mendeteksi adanya Vibrio cholerae dalam
mudah membuatnya dan relatif murah. jumlah kecil, karena pada pH ini bakteri lain
Lalat rumah dikenal sebagai faktor sulit tumbuh. Segera setelah diinkubasi
terpenting dalam penyebaran berbagai selama 5 jam ditanam di media selektif
penyakit infeksi seperti kolera, shigellosis, (TCBS) untuk mencegah tumbuhnya bakteri
dan salmonellosis (Olsen et al., 2001). Hal lain pada APW (Baron et al., 1994). Pada
tersebut oleh karena lalat mempunyai agar TCBS, Vibrio cholerae koloninya
hubungan yang erat dengan bahan-bahan berwarna kuning karena bakteri ini memecah
yang membusuk, sampah, dan tinja. Olsen sukrosa menghasilkan asam, tetapi Vibrio
(1998) mencatat ada 47 spesies lalat yang alginolyticus koloninya juga berwarna
membawa Escherichia coli, 17 dari spesies kuning pada agar TCBS. Oleh sebab itu,
lalat tersebut ditemukan juga membawa koloni kuning pada agar TCBS ditanam pada
Salmonella atau Shigella. Pada sebuah kaldu Nutrien, karena pada kaldu Nutrien
hanya Vibrio cholerae dan Vibrio mimicus Koneman EW, Allen SD, Janda WM,
yang dapat tumbuh, sedangkan spesies Vibrio Schreckenberger PC, Winn WC,
lainnya tidak dapat tumbuh (Koneman et al., 1992. Color Atlas and Textbook of
1992). Selanjutnya, dilakukan pengecatan Diagnostic Microbiology, 4th Ed.,
Gram pada bakteri yang tumbuh di kaldu Philadelphia: J.B. Lippincott
Nutrien. Dengan pengecatan Gram, Vibrio Company.
cholerae tampak berwarna merah (Gram
negatif) dan berbentuk batang bila dilihat O’Grady MR, Slocombe JOD, 1980. An
dengan mikroskop cahaya pembesaran investigation of variables in a fecal
1000x. flotation technique. Can. J. Comp.
Med. 44: 148-154.
PENUTUP
Dari hasil penelitian ini Olsen AR, 1998. Regulatory action criteria
dapat disimpulkan bahwa lalat di pasar for filth and other extraneous
Surabaya berpotensi sebagai vektor mekanik materials. III. Review of flies and
dari Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, foodborne enteric disease. Reg.
Salmonella, Shigella, dan Vibrio cholerae. Toxicol. Pharmacol. 28: 199-211.

Daftar Pustaka Olsen AR, Gecan JS, Ziobro GC, Bryce JR,
Baron EJ, Peterson LR, Finegold SM, 1994. 2001. Regulatory action criteria for
Bailey and Scott’s Diagnostic filth and other extraneous
Microbiology, 9th Ed., St. Louis: materials: V. Strategy for
Mosby-Year Book, Inc. evaluating hazardous and
nonhazardous filth. Regul. Toxicol.
Doiz OA, Clavel S, Morales S, Varea M, Pharmacol. 33: 363-392.
Castillo FJ, Rubio C, Gomez-Luz,
2000. House fly (Musca domestica) Prendergast LTBF, Rosales MAL, Evans ES,
as a transport vector of Giardia Hogsette JA, 2006. Filth Flies.
lamblia. Folia Parasitol. 47: 330- Significance, Surveillance and
331. Control in Contingency Operations.
Washington: Armed Forces Pest
Dryden MW, Payne PA, Ridley R, Smith V, Management Board.
2005. Comparison of Common
Fecal Flotation Techniques for the Rasad R & Gandahusada S, 2000.
Recovery of Parasite Eggs and Balantidium coli. Dalam buku
Oocysts. Veterinary Therapeutics (Gandahusada S, Ilahude, Pribadi W,
6(1): 15-28. editor). Parasitologi Kedokteran,
Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
Graczyk TK, Knight R, Tamang L, 2005. hlm. 125-128.
Mechanical Transmission of
Human Protozoa Parasites by Santi DN, 2001. Manajemen Pengendalian
Insects. Clinical Microbiology Lalat. USU digital library.
Reviews 18(1): 128-132.
Setiawan B, 2006. Diare Akut Karena
Greenberg B, Varela G, Bornstein A, Infeksi. Dalam buku (Aru WS,
Hernandez A, 1963. Salmonellae Bambang S, Idris A, Marcellus SK,
from flies in a Mexican Siti S, editor). Buku Ajar Ilmu
slaughterhouse. Am. J. Hyg. 77: 177- Penyakit Dalam Jilid III, Ed. 4.
183. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas
Haque R & Petri WA Jr, 2006. Diagnosis of Kedokteran Universitas Indonesia,
amebiasis in Bangladesh. Arch. hlm. 1794-1798.
Med. Res. 37: 273-276.
Strickland GT, 1988. Hunter’s Tropical
Medicine, 7th ed. Philadelphia: W.B.
Saunders Company.

WHO, 1997. World Health


Organization/Pan American Health
Organization/ UNESCO report of a
consultation of experts on
amoebiasis. Wkly. Epidemiol. Rec.
72: 97-99.

Williams RE, Hall RD, Broce AB, Scholl PJ,


1985. Livestock Entomology. New
York: A Wiley Interscience
Publication. John Wiley and Sons.

Anda mungkin juga menyukai