Anda di halaman 1dari 171

2.

1 KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

2.1.1 Letak Administrasi Wilayah

Kota Balikpapan merupakan sebuah kota di Kalimantan Timur yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959. Terletak di antara 1,0 LS 1,5 LS dan 116,5 BT - 117,0
BT, kota ini secara geografis berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara di sisi
utara, Kabupaten Penajam Paser Utara di sisi barat, dan Selat Makassar di sisi timur dan
selatan.

Secara administratif, Kota Balikpapan terdiri dari 6 (enam) Kecamatan dan 34 (tiga puluh
empat) Kelurahan. Enam kecamatan tersebut antara lain: Balikpapan Selatan, Balikpapan
Timur, Balikpapan Utara, Balikpapan Tengah, Balikpapan Barat, dan Balikpapan Kota.

2.1.2 Kondisi Geografis

Kota Balikpapan memiliki wilayah yang berbukit-bukit dengan sedikitdaerah landai di sekitar
aliran sungai dan pesisir pantai. Berdasarkan ketinggiannya dari permukaan laut, wilayah Kota
Balikpapan terdiri dari: 0-10 m = 25,4 %, 10-20 m = 13,7%, Lebih dari 20 m = 60,9%.

Kota Balikpapan, sama seperti daerah lainnya di Indonesia, memiliki iklim tropis dengan hujan
sepanjang tahun. Suhu udara tertinggi sepanjang tahun 2017 tercatat pada bulan Februari,
sebesar 34,8 derajat celsius dan terendah pada bulan Juli, sebesar 22,4 derajat celsius.
Adapun secara ratarata, suhu udara tertinggi pada tahun 2017 tercatat pada bulan Oktober
dengan 28,1 derajat celsius dan terendah pada bulan Agustus dengan 26,8 derajat celsius.
curah hujan tertinggi pada tahun 2017 tercatat pada bulan Mei dengan 535 mm dan terendah
pada bulan Februari dengan 104 mm. Adapun curah hujan maksimum 1 hari yang tercatat
pada tahun 2017 terjadi pada bulan Maret, dengan 128,1 mm.
Kualitas air sungai di 12 sungai di Kota Balikpapan tercatat memiliki indeks polusi antara 1,9
hingga 8,54, dengan status antara cemar ringan hingga cemar sedang. Khusus untuk bagian
hulu Sungai Manggar, yang merupakan sumber air baku yang digunakan PDAM Kota

II-1
Balikpapan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari warga Kota Balikpapan, tercatat
mengalami perubahan status dari yang semula baik menjadi cemar ringan pada tahun 2017,
dengan indeks polusi 0,67 pada 2016 menjadi 1,90 pada 2017.
Tercatat pada tahun 2017, bencana alam yang paling banyak melanda Kota Balikpapan adalah
banjir air dengan 89 kejadian sepanjang 2017. Pohon tumbang dan tanah longsor juga banyak
terjadi dengan masing-masing terjadi sebanyak 81 dan 70 kejadian, sebagai salah satu imbas
curah hujan tinggi dan kondisi wilayah yang berbukit. Adapun bencana kebakaran juga sering
terjadi, dengan kejadian paling banyak adalah kebakaran pemukiman yang tercatat sebanyak
27 kejadian sepanjang 2017.

2.1.3 Kondisi Kependudukan

Kota Balikpapan merupakan kota di Kalimantan Timur dengan jumlah penduduk terbesar
ketiga setelah Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Jumlah penduduk Kota
Balikpapan berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 sebanyak 636.012 jiwa. Dari jumlah
tersebut, 328.382 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 307.630 jiwa berjenis kelamin
perempuan.
Kecamatan Balikpapan Utara memiliki jumlah penduduk terbesar, yakni sebanyak 140.243
jiwa, kemudian diikuti oleh Kecamatan Balikpapan Selatan sebanyak 127.885 jiwa dan
Kecamatan Balikpapan Tengah sebanyak 112.777 jiwa. Selanjutnya Kecamatan Balikpapan
Barat dan Kecamatan Balikpapan Kota dengan masing-masing 95.491 jiwa dan 90.645 jiwa.
Sedangkan Kecamatan Balikpapan Timur dengan jumlah penduduk sebesar 68.971 jiwa.

Kepadatan penduduk di Kota Balikpapan pada tahun 2017 mencapai 1.251 jiwa per km2.
Kecamatan Balikpapan Tengah menjadi Kecamatan yang terpadat dihuni dengan kepadatan
penduduk 10.188 jiwa per km2. Cukup timpang apabila dibandingkan dengan Kecamatan
Balikpapan Timur yang memiliki kepadatan penduduk terendah di Kota Balikpapan, dengan
kepadatan penduduk hanya 503 jiwa per km2.

Tabel 2.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2017

No. Kecamatan Luas Wilayah Penduduk Kepadatan


km2 Jiwa Jiwa/km2
1 Balikpapan Selatan 37,82 127.885 3.381
2 Balikpapan Timur 137,16 68.971 503
3 Balikpapan Utara 132,17 140.243 1.061
4 Balikpapan Tengah 11,07 112.777 10.188
5 Balikpapan Barat 179,95 95.491 531
6 Balikpapan Kota 10,22 90.645 8.869
Sumber : Balikpapan Dalam Angka, Tahun 2018.

II-2
2.1.4 Kondisi Perekonomian

Industri pengolahan masih mendominasi dalam perekonomian Kota Balikpapan dengan nilai
kontribusinya terhadap PDRB adalah 47.62 persen. Subsektor indsutri batubara dan
pengilangan migas berada di urutan pertama dalam konstribusinya terhadap PDRB industri
pengolahan dengan mencatatkan nilai konstribusi sebesar 88.54 persen terhadap PDRB
industri pengolahan. Adapun subsektor lain adalah industri kertas dan barang dari kertas,
percetakan dan reproduksi media rekaman memiliki kontribusi sebesar 4.28 persen dan
industri makanan dan minuman sebesar 3.48 persen. Sementara itu 13 subsektor lain hanya
memiliki peranan kurang dari 1 persen terhadap kategori industri pengolahan. Secara
keseluruhan, laju pertumbuhan industri pengolahan pada tahun 2016 mengalami
peningkatan sebesar 6.30 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terutama didorong
oleh perbaikan harga minyak dunia.

Berdasarkan data dari Kamar Dagang dan Indsutri (KADIN) Kota Balikpapan pada tahun 2016,
jumlah usaha kecil dan usaha non kecil yang memperoleh sertifikat kompetensi dan kualifikasi
perusahaan mengalami peningkatan. Jumlah usaha kecil yang mendapat sertifikat tersebut
naik dari 148 usaha kecil di tahun 2015 menjadi 155 usaha kecil di tahun 2016. Sementara itu,
jumlah usaha non kecil di tahun 2015 ada sebanyak 164, meningkat menjadi 169 usaha non
kecil pada tahun 2016.

2.1.5 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Balikpapan Kalimantan Timur

Pada peraturan penataan ruang di Kota Balikpapan telah ditetapkan dengan peraturan daerah
tentang rencana tata ruang wilayah kota yaitu Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 12
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan Tahun 2012- 2032. Adapun
isi dari perda tersebut terdiri dari:

1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Balipapan

a. Tujuan: Menjadikan Balikpapan sebagai kota jasa yang dinamis, selaras dan hijau guna
mendukung fungsinya sebagai Pusat Pertumbuhan Nasional.

b. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Balikpapan:

Kebijakan:
a. Penguatan fungsi pusat-pusat pelayanan
b. Peningkatan aksesibilitas antar kawasan;
c. Peningkatan pelayanan sistem jaringan prasarana yang terpadu, merata dan ramah
lingkungan (zero waste);

II-3
d. Perwujudan kelestarian kawasan lindung;
e. Peningkatan RTH yang proporsional di seluruh wilayah kota;
f. Pengembangan kawasan budidaya yang produktif dan berwawasan lingkungan;
g. Pengembangan kawasan strategis kota; dan
h. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan keamanan negara.

Strategi:

a. Strategi untuk penguatan fungsi pusat-pusat pelayanan, meliputi:


₋ Memperkuat peranan pusat pelayanan kota sebagai kawasan pemerintahan serta
perdagangan dan jasa yang berkarakter unik;
₋ Mengembangkan sub pusat pelayanan kota di kawasan yang belum berkembang;
dan
₋ Mengembangkan pusat lingkungan secara merata di kawasan pinggiran.

b. Strategi untuk peningkatan aksesibilitas antar kawasan, meliputi:


₋ Mendukung pengembangan jaringan jalan Trans Kalimantan;
₋ Mendukung pengembangan jaringan perkeretaapian di bagian utara kota;
₋ Meningkatkan ruas-ruas jalan utama;
₋ Mengembangkan jalan yang menghubungkan antar pusat-pusat pelayanan di
wilayah kota;
₋ Mengembangkan jalan yang menghubungkan pusat lingkungan dengan kawasan
permukiman;
₋ Menghubungkan jalan antar kawasan permukiman;
₋ Meningkatkan pelayanan terminal angkutan penumpang;
₋ Mengembangkan terminal angkutan barang;
₋ Meningkatkan pelayanan pelabuhan penyeberangan;
₋ Mengembangkan jembatan antar pulau; dan
₋ Meningkatkan pelayanan kebandarudaraan.

c. Strategi untuk peningkatan pelayanan sistem prasarana yang terpadu, merata dan
ramah lingkungan (zero waste), meliputi:
₋ Mengembangkan sistem jaringan energi yang handal dan merata;
₋ Mengembangkan prasarana telekomunikasi secara merata;
₋ Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem jaringan sumber daya air;
₋ Mengembangkan sistem pengelolaan air limbah kota; dan
₋ Mengembangkan sistem pengelolaan sampah terpadu.

II-4
d. Strategi untuk perwujudan kelestarian fungsi kawasan lindung, meliputi:
₋ Menetapkan kawasan lindung di ruang darat dan ruang laut;
₋ Menjaga keberlanjutan hutan lindung;
₋ Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun
akibat pengembangan kegiatan budidaya;
₋ Merehabilitasi kawasan cagar budaya; dan
₋ Mengintegrasikan fungsi kawasan lindung dengan fungsi wisata.

e. Strategi untuk meningkatkan RTH yang proporsional di seluruh wilayah kota,


meliputi:
₋ Menyediakan RTH minimal 30% dari luas wilayah kota;
₋ Mengembangkan RTH di kawasan sempadan; dan
₋ Mengembangkan RTH di kawasan rawan bencana.

f. Strategi untuk pengembangan kawasan budidaya yang produktif dan berwawasan


lingkungan, meliputi:
₋ Mengembangkan kawasan perumahan dengan konsep hunian berimbang dan
terjangkau dengan pusat-pusat pelayanan;
₋ Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa yang merata dan berhirarki;
₋ Mengembangkan kawasan peruntukan industri yang terintegrasi dengan terminal
peti kemas dan selaras dengan kawasan sekitarnya.

g. Strategi untuk pengembangan kawasan strategis kota, meliputi:


₋ Menetapkan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan lingkungan;
₋ Memprioritaskan pengembangan sistem prasarana di kawasan strategis; dan
₋ Mengembangkan kawasan penyangga yang sesuai dengan kawasan strategis yang
ada.

h. Strategi untuk Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan keamanan Negara,


meliputi:
₋ Mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
₋ Mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan untuk
menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
₋ Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun
di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga;
dan
₋ Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.

II-5
2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Balikpapan

a. Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Balaikpapan

1. Pusat pelayanan kota Balikpapan berada di Kelurahan Klandasan Ilir dan Kelurahan
Klandasan Ulu di Kecamatan Balikpapan Kota dengan fungsi pusat pemerintahan,
pusat perdagangan dan jasa skala kota.

2. Sub pusat pelayanan kota, terdiri:

Sub pusat pelayanan kota di Kelurahan Karang Joang Kecamatan Balikpapan Utara
melayani Kelurahan Muara Rapak, Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Graha Indah,
Kelurahan Gunung Samarinda dan Kelurahan Gunung Samarinda Baru dengan
fungsi sebagai pusat perdagangan jasa, pusat pendidikan skala regional; dan

Sub pusat pelayanan kota di Kelurahan Teritip Kecamatan Balikpapan Timur


melayani Kelurahan Manggar, Kelurahan Manggar Baru dan Kelurahan Lamaru
dengan fungsi sebagai perdagangan dan jasa agro skala kota dan pusat pelayanan
pendidikan skala kota.

3. Pusat lingkungan, terdiri dari :

a. Kelurahan Margasari, melayani Kelurahan Baru Ulu, Kelurahan Baru Ilir,


Kelurahan Margomulyo, Kelurahan Kariangau dan Kelurahan Baru Tengah di
Kecamatan Balikpapan Barat dengan fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa
skala kecamatan, pusat pelayanan kesehatan skala kecamatan dan pusat
pendidikan skala kecamatan;

b. Kelurahan Gunung Bahagia, melayani Kelurahan Damai Baru, Kelurahan Damai


Bahagia, Kelurahan Sungai Nangka, Kelurahan Sepinggan Baru, Kelurahan
Sepinggan Raya dan Kelurahan Sepinggan di Kecamatan Balikpapan Selatan
dengan fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan, pusat
pelayanan kesehatan skala kecamatan;

c. Kelurahan Gunung Sari Ilir, melayani Kelurahan Gunung Sari Ulu, Kelurahan
Karang Rejo, Kelurahan Karang Jati, Kelurahan Sumber Rejo dan Kelurahan
Mekar Sari di Kecamatan Balikpapan Tengah dengan fungsi sebagai kawasan
perdagangan dan jasa skala kecamatan;

d. Kelurahan Manggar di Kecamatan Balikpapan Timur, melayani Kelurahan


Manggar Baru dengan fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala
kecamatan dan pusat pelayanan pendidikan skala kecamatan;

II-6
e. Kelurahan Lamaru di Kecamatan Balikpapan Timur, melayani Kelurahan Teritip
dengan fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan, pusat
pelayanan kesehatan skala kecamatan dan pusat pelayanan pendidikan skala
kecamatan;

f. Kelurahan Batu Ampar di Kecamatan Balikpapan Utara, melayani Kelurahan


Muara Rapak, Kelurahan Graha Indah, Kelurahan Gunung Samarinda, Kelurahan
Gunung Samarinda Baru dan Kelurahan Karang Joang dengan fungsi sebagai
pusat perdagangan jasa skala kecamatan dan pusat pendidikan skala kota;

g. Kelurahan Klandasan Ulu di Kecamatan Balikpapan Kota, melayani Kelurahan


landasan Ilir, Kelurahan Damai, Kelurahan Telaga Sari dan Kelurahan Prapatan
dengan fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat pelayanan kesehatan
dan pusat pelayanan pendidikan skala kota.

2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kota

a. Sistem jaringan prasarana utama, terdiri dari:


₋ Sistem jaringan transportasi darat;
₋ Sistem jaringan transportasi laut; dan
₋ Sistem jaringan transportasi udara.

b. sistem jaringan prasarana lainnya, terdiri dari:


₋ Sistem jaringan prasarana telekomunikasi;
₋ Sistem jaringan prasarana sumber daya air;
₋ Sistem jaringan prasarana energi; dan
₋ Sistem jaringan prasarana infrastruktur perkotaan.

3. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Balikpapan

1. Kawasan lindung, meliputi:

a. Hutan Lindung Sungai Manggar sebagian berada di Kelurahan Karang Joang


Kecamatan Balikpapan Utara dan sebagian di Kelurahan Manggar Balikpapan Timur
dengan luas kurang lebih 4.999 Ha;

b. Hutan Lindung Sungai Wain sebagian berada di Kelurahan Karang Joang Kecamatan
Balikpapan Utara dan sebagian berada di Kelurahan Kariangau Balikpapan Barat
dengan luas kurang lebih 9.782 Ha;

c. Perluasan Hutan Lindung Sungai Wain sebagian berada di Kelurahan Kariangau


Kecamatan Balikpapan Barat seluas kurang lebih 1.402 Ha;

II-7
d. Rencana perwujudan pengembangan kawasan hutan lindung meliputi:
₋ mengembangkan kawasan wisata alam;
₋ mengembangkan wisata pendidikan alam/lingkungan hidup;
₋ mengembangkan kegiatan penelitian flora fauna khas Kalimantan; dan
₋ mencegah terjadinya alih fungsi lahan.

2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya berupa


kawasan resapan air terdiri dari:

a. sebagian Kelurahan Kariangau Kecamatan Balikpapan Barat; dan

b. sebagian Kelurahan Lamaru Kecamatan Balikpapan Timur.

3. Rencana perwujudan kawasan resapan air melalui penghijauan di kawasan muara


sungai yang berbatasan dengan hutan lindung Sungai Manggar dan hutan lindung
Sungai Wain.

4. Kawasan perlindungan setempat, terdiri:


₋ sempadan pantai;
₋ sempadan sungai;
₋ kawasan sekitar danau/waduk/embung;
₋ kawasan pantai berhutan bakau/mangrove.

5. Sempadan pantai dengan luas kurang lebih 874 ha

6. Sempadan sungai meliputi:


a. Sempadan sungai bertanggul dengan luas kurang lebih 35 ha
b. Sempadan sungai tidak bertanggul dengan luas kurang lebih 2.351 ha

7. Kawasan sekitar danau/waduk/embung

8. Kawasan pantai berhutan bakau/mangrove s dengan luas kurang lebih 1.833 ha

9. RTH Kota Balikpapan terduri dari:


a. RTH publik seluas kurang lebih 4.582 Ha atau kurang lebih 12,92 persen dari luas
kawasan perkotaan Balikpapan, dan
b. RTH privat seluas kurang lebih 320 Ha atau 0,9 persen dari luas kawasan perkotaan

10. Kawasan suaka alam terdiri dari:


a. Karang Joang Kecamatan Balikpapan Utara dengan luas kurang lebih 19 ha;
b. Suaka alam di sebagian Kelurahan Batu Ampar Kecamatan Balikpapan Utara
dengan luas kurang lebih 21 ha;

II-8
c. Suaka alam penangkaran buaya Teritip di sebagian Kelurahan Teritip Kecamatan
Balikpapan Timur;
d. Kebun raya di sebagian Kelurahan Karang Joang Kecamatan Balikpapan Utara
seluas kurang lebih 255 ha; dan
e. Pelestarian dan pemanfaatan terbatas kawasan cagar alam meliputi kegiatan
wisata alam, pendidikan alam dan penelitian flora fauna.

11. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan meliputi kawasan cagar budaya Tugu
Matilda dan Tugu Australia di sebagian Kelurahan Prapatan di Kecamatan Balikpapan
Kota; Tugu Perdamaian Australia dan Jepang di Kelurahan Karang Joang Kecamatan
Balikapapan Utara, Monumen Perjuangan Rakyat di sebagian Kelurahan Prapatan di
Kecamatan Balikpapan Kota, Meriam Jepang di sebagian Kelurahan Margomulyo
Kecamatan Balikpapan Barat, Bunker Jepang di sebagian Kelurahan Klandasan Ulu di
Kecamatan Balikpapan Kota, Kelurahan Sepinggan di Kecamatan Balikpapan Selatan,
Kelurahan Lamaru di Kecamatan Balikpapan Timur.

12. Kawasan Konservasi Laut dan Pesisir meliputi:


a. Zona Perlindungan Mangrove dan Laut (DPML);
b. Zona rawan ranjau laut;
c. Zona terlarang;
d. Zona pulau-pulau kecil;
e. Zona Terumbu karang; dan
f. Zona Padang lamun.

4. Kawasan Budidaya Kota Balikpapan

Rencana pola ruang kawasan budidaya di Kota Balikpapan meliputi:


a. Kawasan peruntukan pertanian;
b. Kawasan peruntukan perikanan;
c. Kawasan peruntukan perumahan;
d. Kawasan peruntukan perdagangan jasa;
e. Kawasan peruntukan perkantoran;
f. Kawasan peruntukan industri;
g. Kawasan peruntukan pariwisata;
h. Kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau;
i. Kawasan ruang evakuasi bencana;
j. Kawasan peruntukan pertahanan keamanan negara;

II-9
k. Kawasan peruntukan pelayanan umum;
l. Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal; dan
m. Kawasan peruntukan pendidikan.

5. Rencana Kawawasan Strategis Kota Balikpapan

Rencana Kawasan Strategis di Kota Balikpapan meliputi:


a. Kawasan Kota Baru Karang Joang;
b. Kawasan Industri Kariangau;
c. Kawasan Minapolitan Manggar dan Manggar Baru;
d. Kawasan Reklamasi Pantai;
e. Kawasan Kota Baru Teritip;
f. Kawasan permukiman nelayan Margasari di Kelurahan Margasari Kecamatan
Balikpapan Barat; dan
g. Kawasan pendidikan di Kelurahan Karang Joang Kecamatan Balikpapan Utara;
h. Kawasan Hutan Lindung Sungai Wain di Kelurahan Kariangau Kecamatan Balikpapan
Barat dan Kelurahan Karang Joang Kecamatan Balikpapan Utara;
i. Kawasan hutan lindung Sungai Manggar di Kelurahan Karang Joang Kecamatan
Balikpapan Utara dan Kelurahan Manggar Kecamatan Balikpapan Timur.

Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Struktur dan Pola Ruang Kota Balikpapan dapat
dilihat pada gambar berikut:

II-10
II-11
II-12
II-13
6. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Tata Kota Balikpapan

Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui:

1. Ketentuan Umum Peraturan zonasi, terdiri dari:


a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk hutan lindung:
c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan resapan air
d. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan pantai
e. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai
f. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan danau/
waduk/embung
g. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan pantai berhutan
bakau/mangrove
h. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan jalan tol
i. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau
j. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan kota
k. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan taman RT
l. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan taman kota
m. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pemakaman
n. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lapangan olah raga
o. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam dan cagar budaya
p. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar alam
q. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya
r. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana
s. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan konservasi laut dan pesisir
t. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan jalur pengungsian satwa
u. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya.

2. Ketentuan Perizinan

Ada beberapa bentuk ketentuan perizinan di Kota Balikpapan, yaitu:

a. Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam


pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Balikpapan.

b. Ketentuan perizinan berfungsi sebagai alat pengendali dalam penggunaan lahan


untuk mencapai kesesuaian pemanfaatan ruang dan rujukan dalam membangun.

II-14
c. Ketentuan perizinan disusun berdasarkan ketentuan umum peraturan zonasi yang
sudah ditetapkan dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai Mekanisme perizinan menjadi wewenang


Pemerintah Kota Balikpapan diatur dalam Peraturan Walikota.

e. Apabila dalam dokumen RTRW kota Balikpapan belum memberikan ketentuan yang
cukup tentang perizinan harus melalui persetujuan BKPRD.

f. Izin pemanfaatan ruang meliputi:


 izin prinsip;
 izin lokasi;
 izin pemanfaatan tanah;
 izin mendirikan bangunan;
 izin penerbitan hak atas tanah;
 izin perpanjangan hak atas tanah; dan
 izin peralihan hak atas tanah.

3. Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Insentif yang diberikan kepada masyarakat terdiri:

a. Insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung


pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam bentuk:
 pemberian kompensasi;
 imbalan;
 penyediaan infrastruktur; dan
 penghargaan.

b. Insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung


pengembangan kawasan budidaya, yaitu dalam bentuk:
 keringanan pajak daerah dan retribusi daerah;
 pemberian kompensasi;
 imbalan;
 sewa ruang;
 penyediaan infrastruktur;
 kemudahan prosedur perizinan; dan
 penghargaan.

Disinsentif yang dikenakan kepada masyarakat, terdiri:

II-15
a. Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang
menghambat pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam bentuk:
 pengenaan pajak daerah dan retribusi daerah yang tinggi;
 pembatasan penyediaan infrastruktur; dan
 pengenaan kompensasi.

b. Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang


menghambat pengembangan kawasan budidaya, yaitu dalam bentuk:
 pengenaan pajak daerah dan retribusi daerah yang tinggi;
 pencabutan izin;
 pembatasan penyediaan infrastruktur; dan
 pengenaan kompensasi.

4. Arahan Sanksi

a. Arahan sanksi untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW dalam
bentuk:

 Pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi di daerah;

 Pemanfaatan ruang tanpa izin yang diterbitkan berdasarkan RTRW;

 Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin yang diterbitkan berdasarkan
RTRW;

 Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin yang diterbitkan


berdasarkan RTRW;

 Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh


peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan

 Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.

b. Sanksi dikenakan kepada perseorangan dan/atau korporasi yang melakukan


pelanggaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Sanksi dikenakan dalam bentuk sanksi administratif.

d. Sanksi administratif berupa:


 peringatan tertulis;
 penghentian sementara kegiatan;
 penghentian sementara pelayanan umum;

II-16
 penutupan lokasi;
 pencabutan izin;
 pembatalan izin;
 pembongkaran bangunan;
 pemulihan fungsi ruang; dan/atau
 denda administratif.

5. Ketentuan Pidana
a. Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Perda RTRW dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
b. Tindak pidana adalah pelanggaran.
c. Selain ancaman pidana dapat diancam pidana sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang mengaturnya.

2.1.6 Penggunaan Lahan Eksisting

Tata guna lahan di Kota Balikpapan terdiri dari lahan terbangun dan non terbangun. Tata guna
lahan pada lahan terbangun di Kota Balikpapan berupa kawasan industri, kawasan militer,
kawasan wisata, kawasan bandara, permukiman dan perumahan. Untuk lahan non terbangun
adalah berupa hutan, tegalan, kebun, lapangan, rawa-rawa, dan semak belukar. Kota
Balikpapan masih didominasi dengan lahan non terbangun dikarenakan karakternya yang
banyak memiliki kontur permukaan tanah dengan kelerengan yang curam. Lahan terbangun
yang berada di Kota Balikpapan berada pada wilayah Selatan, sedangkan dibagian Utara masih
didominasi oleh hutan dikarenakan wilayah Utara Kota Balikpapan merupakan wilayah
perbukitan.

II-17
II-18
2.1.7 Indikasi Awal Pelanggaran Tata Ruang Kota Balikpapan

Ada beberapa isu yang terkait dengan indikasi awal pelanggaran tata ruang di Kota Balikpapan
yang didapat dari berbagai sumber seperti media online dan cetak, adalah sebagai berikut:
 Pembangunan coastal road yang terkendala oleh RTRW yang baru belum disetujui
 Hutan dengan nilai konservasi tinggi di Teluk Balikpapan telah rusak Sepanjang Desember
2016 hingga Januari 2017 tercatat ada pembukaan lahan lebih dari lima hektare di hulu
Sungai Berenga Tengah yang masuk perluasan Kawasan Industri Kariangau (KIK) medio
November 2016. Yakni, Perusahaan Sawit PT. Dermaga Kencana Indonesia (PT. DKI,
Kencana Agro Ltd. Group) diduga telah merusak sekitar 23 hektare hutan dengan nilai
konservasi tinggi. Di lahan itu dibangun pabrik pengolahan minyak sawit mentah (crude
palm oil), di Muara Sungai Tempadung. Sekarang PT. DKI, berencana memperluas areanya.
 Kondisi kawasan kumuh yang masih terdapat di beberapa wilayah di Kota Balikpapan, baik
yang sifatnya slum maupun squatter
 Kondisi krisis air bersih, yang disebabkan oleh terbatasnya sumber air baku untuk
penyediaan air bersih masyarakat dan peningkatan kebutuhan air bersih akibat
pertambahan penduduk dan aktifitas sosial ekonomi di Kota Balikpapan
 Kondisi pengelolaan persampahan yang belum optimal karena peningkatan timbulan
sampah dan keterbatasan jumlah dan persebaran sarana persampahan di Kota Balikpapan
 Kondisi sanitasi yang belum memadai karena masih ada kurang lebih 15% rumah tangga
yang belum memiliki tempat buang air besar
 Belum optimalnya Perlindungan Sumber Daya Alam, terutama pada upaya Pengadaan
Tanah untuk Kawasan Konservasi
 Meningkatnya Fenomena Perubahan Iklim yang berimbas pada meningkatnya bencana
Banjir, tanah longsor dan penurunan kualitas lingkungan.
 Meningkatnya Pencemaran Air, Udara, dan Tanah oleh pelaku usaha/kegiatan.

2.2 KABUPATEN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2.2.1 Letak Administrasi Wilayah

Kabupaten Banjar terletak antara 2o49’ 55”-3o43’ 38” pada garis Lintang Selatan dan 114o 30’
20”hingga 115o 35’ 37” pada Bujur Timur. Dan terbagi menjadi 19 kecamatan, dengan 290
desa/kelurahan. Luas wilayah ±4.668,50 Km2, merupakan wilayah terluas ke 3 di Provinsi

II-19
Kalimantan Selatan setelah Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu. Kabupaten
Banjar berdasarkan letak administrasti nya berbatasan dengan dengan :

- Sebelah Utara dengan HSS & Tapin


- Sebelah Selatan dengan Banjarbaru & Tanah Laut
- Sebelah Timur dengan Kotabaru & Tanah Bumbu
- Sebelah Barat dengan Batola & Banjarmasin.

Berdasarkan posisi tersebut Kabupaten Banjar merupakan wilayah sebagai trans Kalimantan,
Kabupaten Banjar sebagai penyangga kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar dekat dengan
rencana pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten Banjar dekat dengan
Airport, Pelabuhan serta dengan lokasi rencana pembangunan terminal regional. Sedangkan
berdasarkan kebijakan pengembangan wilayah pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
bagian dari rencana kota metropolitan (Banjarmasin-Banjarbaru-Martapura).

2.2.2 Kondisi Geografis

Ketinggian wilayah Kabupaten ini berkisar antara 0–1.878 meter dari permukaan laut (dpl).
Ketinggian ini merupakan salah satu faktor yang menentukan letak kegiatan penduduk, maka
ketinggian juga dipakai sebagai penentuan batas wilayah tanah usaha, dimana 35% berada di
ketinggian 0–7 m dpl, 55,54 % ada pada ketinggian 50–300 m dpl, sisanya 9,45 % lebih dari
300 m dpl.

Rendahnya letak Kabupaten Banjar dari permukaan laut menyebabkan aliran air pada
permukaan tanah menjadi kurang lancar. Akibatnya sebagian wilayah selalu tergenang
(29,93%) sebagian lagi (0,58%) tergenang secara periodik. Pada umumnya tanah di wilayah ini
bertekstur halus (77,62%) yaitu meliputi tanah liat, berlempung, berpasir dan berdebu.
Sementara 14,93 % bertekstur sedang yaitu jenis lempung, berdebu, liat berpasir, sisanya 5,39
% bertekstur kasar yaitu pasir berlempung, pasir berdebu. Kedalaman tanah yang efektif bagi
akar untuk leluasa mengambil air bagi tumbuhnya tanaman, di wilayah ini pada umumnya
(66,45%) lebih dari 90 cm, sementara kedalaman 60-90 cm meliputi 18,72 %, dan 30-60 cm
hanya 14,83%.

Kabupaten Banjar merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas
permukaan laut, terletak pada posisi 2o 49' sampai 3o43' Lintang Selatan, serta 114o30' sampai
115o35' Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Banjar, adalah berupa daratan seluas 4.668,50
km2.

II-20
2.2.3 Kondisi Kependudukan

Kabupaten Banjar memiliki jumlah penduduk terbesar kedua di Provinsi Kalimantan Selatan
setelah Kota Banjarmasin. Jumlah penduduk Kabupaten banjar mencapai 571.573 jiwa di
tahun 2017 (hasil Proyeksi Sensus Penduduk 2010). Jumlah penduduk ini meningkat sebesar
1,49 persen jika dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2016 yang mencapai 563.062
jiwa.

Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, pada tahun 2017 jumlah penduduk laki-laki di
Kabupaten Banjar mencapai 290.503 jiwa meningkat 1,55 persen dibandingkan tahun 2016
(286.058 jiwa) dan penduduk perempuan mencapai 281.070 jiwa atau meningkat 1,47 persen
dibandingkan tahun 2016 (268.461 jiwa). Dari sini dapat diketahui rasio jenis kelamin
penduduk Kabupaten Banjar pada tahun 2017 adalah sebesar 103 yang artinya setiap 100 jiwa
penduduk perempuan terdapat 103 penduduk laki-laki.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Banjar tahun 2017 mencapai 122 jiwa/km2. Kepadatan
Penduduk di 19 kecamatan sangat beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi berada di
Kecamatan Martapura dengan kepadatan sebesar 2.756 jiwa/km dan terendah di Kecamatan
Aranio sebesar 8 jiwa/km2. Bila dilihat dari sebaran penduduknya, sebanyak 20,26 persen
penduduk Kabupaten Banjar berada di Kecamatan Martapura dan hanya 0,61 persen
penduduknya berda di Kecamatan Telaga Bauntung.

Tabel 2.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banjar Tahun 2017

Jumlah Luas Kepadatan


No. Kecamatan Penduduk Wilayah (Jiwa/Km2)
(Jiwa) (Km2)
1 Aluh-Aluh 30.370 82 368
2 Beruntung Baru 14.559 61 237
3 Gambut 40.736 129 315
4 Kertak Hanyar 44.509 46 971
5 Tatah Makmur 12.442 35 351
6 Sungai Tabuk 63.041 147 428
7 Martapura 115.828 42 2.756
8 Martapura Timur 32.115 30 1.071
9 Martapura Barat 18.570 149 124
10 Astambul 36.334 217 168
11 Karang Intan 34.415 215 160
12 Aranio 9.410 1.166 8
13 Sungai Pinang 16.734 459 36
14 Paramasan 5.289 561 9
15 Pengaron 17.668 433 41
16 Sambung Makmur 13.068 135 97

II-21
Jumlah Luas Kepadatan
No. Kecamatan Penduduk Wilayah (Jiwa/Km2)
(Jiwa) (Km2)
17 Mataraman 25.994 148 175
18 Simpang Empat 37.000 453 82
19 Telaga Bauntung 3.491 158 22
Jumlah 571.573 4.669 122

Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2018

2.2.4 Kondisi Perekonomian

Sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesar dalam membentuk perekonomian


di Kabupaten Banjar. Subsektor yang memberi sumbangan terbesar berasal dari subsektor
tanaman pangan dan perikanan. Luas panen dan produksi di tahun 2017 untuk tanaman padi
sebesar 56, 19 ribu hektar yang menghasilkan 218,86 ribu ton, walaupun masih adanya
kerusakan lahan yang terjadi seluas 476 hektar. Hasil perkebunan rakyat berupa karet masih
menempati peringkat tertinggi di Kabupaten Banjar dengan jumlah produksi mencapai 17.888
ton. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 1,30 persen dibandingkan tahun 2016 yang
memproduksi karet sebanyak 17.661 ton. Dari 19 kecamatan di Kabupaten Banjar, ada 12
kecamatan yang berpotensi terhadap hasil perkebunan karet Kecamatan Simpang Empat
merupakan penghasil karet terbesar, yaitu sebanyak 4.868 ton (27,21%) disusul Kecamatan
Karang Intan 4.677 ton (26,15%) dan Kecamatan Mataraman 3.268 ton (18,27%).

Pada sub sektor perikanan jenis perikanan budidaya merupakan yang paling banyak dilakukan
di Kabupaten Banjar. Pada tahun 2017 jumlah produksi perikanan budidaya di Kabupaten
Banjar sebanyak 58.105 ton dengan produksi terbanyak berasal dari budidaya ikan patin
sebesar 30.187,75 ton (51,95%). Budidaya terbanyak kedua berasal dari ikan nila sebanyak
14.649,69 ton (25,21%). Sedangkan menurut wadah budidayanya sebanyak 80,24 % berada
di Kolam.

Peranan sektor pertambangan dan penggalian berkontribusi sebesar 16,35 persen terhadap
PDRB Kabupaten Banjar tahun 2017 atas dasar harga berlaku. Kontribusi ini meningkat
dibandingkan tahun 2016 sebesar 16,17 persen. Di Kabupaten Banjar sektor pertambangan
paling besar kontribusinya adalah berasal dari sub pertambangan batubara dan lignit.
Produksi batu bara di Kabupaten Banjar tahun 2017 sebesar 5,71 Juta ton atau mengalami
kenaikan 4,44 Juta Ton dari tahun 2016. Dari total usaha di Industri Pengolahan mampu
menyerap tenaga kerja sebesar 18.483 orang yang terdiri dari UMK sebanyak 17.272 orang

II-22
dan UMB sebanyak 1.211 orang. Distribusi tenaga kerja untuk Industri pengolahan ini
menempati urutan kedua dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 13,85 persen setelah sektor
perdagangan di tempat pertama.

Dalam hal kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Banjar, Industri Pengolahan pada tahun
2017 memberikan kontribusi sebesar 7,19 persen atau menempati urutan lima besar dimana
kontribusi terbesar diberikan oleh sub sektor Industri makanan dan minuman. Di sisi lain,
untuk pertumbuhannya, industri pengolahan selalu mengalami kenaikan dalam tiga tahun
terakhir.

2.2.5 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banjar

Pada peraturan penataan ruang di Kabupaten Banjar telah ditetapkan dengan peraturan
daerah tentang rencana tata ruang wilayah kota yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Banjar
Nomor 3 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjar Tahun 2013 -
2032. Adapun isi dari perda tersebut terdiri dari:

1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Banjar

a. Tujuan: Mewujudkan tata ruang yang aman, nyaman, produktif, efektif, efesien,
terpadu, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta religius berbasis pada
pengembangan potensi unggulan daerah sebagai kawasan agropolitan, perikanan,
pariwisata, kehutanan, pertambangan, energi, melalui pengembangan sistem
perkotaan pengembangan jaringan perdagangan lokal, regional, nasional dan
internasional dalam rangka peningkatan ekonomi daerah dan kesejahteraan
masyarakat.

b. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Banjar:

Kebijakan:

 Pemerataan seluruh kecamatan dengan cara menyeimbangkan usaha


pembangunan;

 Pengembangan pariwisata yang berbasis pada alam dan lingkungan buatan ;

 Pengembangan sektor pertanian yang dapat merangsang ke arah berkembangnya


agropolitan dan perluasan areal pertanian (ekstensifikasi dan intensifikasi);

 Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan


ekosistem;

 Pengembangan jaringan perdagangan lokal, regional, nasional dan internasional;

II-23
 Pengembangan kawasan perikanan budidaya dan tangkap dalam mewujudkan
terbentuknya kawasan minapolitan;

 Pengembangan ekonomi lokal daerah berbasis potensi sumber daya alam dan
komoditas unggulan;

 Pengembangan wilayah transmigrasi untuk pemerataan pengembangan wilayah baik


melalui pembukaan permukiman perdesaan baru dan/atau pengelolaan kawasan
peruntukan pertanian dengan pembukaan lahan pertanian baru;

 Perlindungan daerah nipah dan rambai konservasi kawasan lindung pesisir berupa
ekosistem mangrove dan pengembangan potensi perikanan pesisir;

 Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;

 Pengelolaan kawasan hutan produksi dengan memperhatikan aspek keberlanjutan


dan dikelola secara optimal;

 Pembentukan dan pengembangan kawasan pusat-pusat kegiatan utama; dan

 Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana secara terpaduyang berwawasan


lingkungan.

Strategi:

 Strategi untuk Pemerataan seluruh kecamatan dengan cara menyeimbangkan usaha


pembangunan, meliputi:

₋ Pemerataan pembangunan yang berkeadilan dalam rangka menurunkan tingkat


kesenjangan antara daerah yang maju dengan kurang berkembang;

₋ Mengarahkan kegiatan pembangunan di daerah sesuai dengan kemampuan dan


potensi yang terdapat di daerah serta diserasikan dengan prioritas daerah;

₋ Mengembangkan hubungan ekonomi antar daerah yang saling menguntungkan


dan keseimbangan antar wilayah dalam hal tingkat kemakmuran sehingga
terjalin ikatan-ikatan ekonomi yang kokoh; dan

₋ Mengusahakan tetap terpeliharanya pembangunan yang berkelanjutan,


berdasarkan konsep-konsep yang jelas dan terarah.

 Strategi untuk Pengembangan pariwisata yang berbasis pada alam dan lingkungan
buatan, meliputi:

II-24
₋ Meningkatkan dan mengembangkan objek wisata religius, wisata budaya
industri, wisata alam dan agrowisata agar semakin representatif;

₋ Mengembangkan seni dan budaya tradisional warisan leluhur;

₋ Memberlakukan muatan lokal tentang sejarah serta budaya kerajinan Banjar


melalui pendidikan, pariwisata, penelitian dan kerjasama pengelolaan kawasan;
dan

₋ Melindungi kawasan di sekitar bangunan dan kawasan yang mempunyai nilai


sejarah dan budaya.

 Strategi untuk pengembangan sektor pertanian yang dapat merangsang ke arah


berkembangnya agropolitan dan perluasan areal pertanian, meliputi :

₋ Mengamankan ketahanan pangan melalui peningkatan efisiensi, produktivitas,


produksi, daya saing dan nilai tambah produk pertanian serta peningkatan
kemampuan petani serta pelaku pertanian beserta penguatan lembaga
pendukungnya;

₋ Mengembangkan ekonomi berbasis kerakyatan dengan memberdayakan


pengusaha kecil, menengah dan koperasi bermitra usaha dalam kesempatan
kerja dan iklim usaha yang kondusif dan terbuka;

₋ Membangun industri pengolah hasil budi daya pertanian, perkebunan,


hortikultura yang diarahkan untuk ekspor dan kebutuhan dalam negeri, serta
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha melalui peningkatan teknologi
yang ramah lingkungan;

₋ Mempertahankan luasan pertanian lahan basah secara keseluruhan agar tidak


berkurang dan saluran irigasi tidak boleh diputus; dan

₋ Meningkatkan daya saing produk pertanian melalui dorongan untuk


peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian, peningkatan standar
mutu komoditas pertanian dan keamanan pangan.

 Strategi untuk perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk menjaga


keseimbangan ekosistem, meliputi:

₋ Memberikan perlindungan terhadap lahan pertanian pangan berkelanjutan


berupa perencanaan, penetapan, pengembangan, penelitian, pemanfaatan,

II-25
pembinaan, pengendalian, pengawasan, sistem informasi, perlindungan dan
pemberdayaan petani, pembiayaan dan peran serta masyarakat;

₋ Memberikan perlindungan khusus dengan mempertimbangkan luas kawasan,


produktivitas kawasan, potensi teknis lahan, keandalan infrastruktur dan
ketersediaan sarana dan prasarana pertanian;

₋ Mengupayakan intensifikasi kawasan pertanian pangan berkelanjutan dengan


cara meningkatkan kesuburan tanah, peningkatan kualitas benih atau bibit,
pendiversifikasian tanaman pangan, pencegahan dan penanggulangan hama
tanaman, pengembangan irigasi, pemanfaatan teknologi pertanian,
pengembangan inovasi pertanian, penyuluhan pertanian dan jaminan akses
permodalan;

₋ Mengupayakan ekstensifikasi kawasan pertanian pangan berkelanjutan dengan


cara pencetakan lahan pertanian pangan berkelanjutan, menetapkan lahan
pertanian pangan menjadi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan
pengalihan fungsi lahan non pertanian pangan menjadi lahan pertanian pangan
berkelanjutan serta pengembangan usaha agribisnis tanaman pangan;

₋ Mengendalikan lahan pertanian pangan berkelanjutan melalui pemberian


insentif, disinsentif, mekanisme perizinan, proteksi dan penyuluhan.

 Strategi untuk pengembangan jaringan perdagangan lokal, regional, nasional dan


internasional, meliputi :

₋ Mengembangkan kawasan perdagangan sebagai pemasaran hasil industri


kerajinan dan industri pengolah hasil pertanian;

₋ Meningkatkan fungsi, nilai dan ciri khas kualitas barang yang akan dipasarkan;

₋ Mengembangkan pasar pusat komoditi untuk skala lokal, regional, dan nasional
berupa Pasar Induk di Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Gambut; dan

₋ Meningkatkan, mengembangkan dan mempercepat arus pergerakan orang,


barang dan jasa melalui sistem jaringan prasarana wilayah beserta simpul-
simpulnya.

 Strategi untuk mengembangkan kawasan perikanan budidaya dan tangkap dalam


mewujudkan terbentuknya kawasan minapolitan, meliputi :

II-26
₋ Meningkatkan kualitas, kuantitas, efisiensi, produktivitas, produksi, daya saing
dan nilai tambah produk perikanan budidaya dengan membentuk sentra
pengolah hasil ikan untuk mendukung pengoptimalan pengolahan dan
peningkatan nilai tambah hasil perikanan;

₋ Mengembangkan sektor unggulan di kawasan pesisir dan laut yang


diprioritaskan pada sektor yang mempunyai skenario pengembangan optimis
dan mempunyai potensi dan prospek pengembangan di masa mendatang;

₋ Memantapkan sentra-sentra perikanan tangkap dan budidaya perikanan sebagai


salah satu penunjang kawasan minapolitan;

₋ Mengembangkan industri kecil dan rumah tangga berbasis minapolitan pada


sentra-sentra produksi; dan

₋ Meminimalkan dampak negatif pengelolaan perikanan melalui pelarangan


penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, pengolahan limbah hasil
perikanan dan menjaga kelestarian lingkungan perikanan.

 Strategi untuk pengembangan ekonomi lokal daerah berbasis potensi sumber daya
alam dan komoditas unggulan meliputi :

₋ Menetapkan kawasan strategis kabupaten yang berfungsi meningkatkan,


memperkuat dan mengembangkan perekonomian daerah;

₋ Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan


kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;

₋ Mengembangkan pusat-pusat industri yang terhubung secara terpadu dan


terintegrasi dengan daerah-daerah sumber bahan baku, sumber produksi yang
didukung dengan pengembangan sarana dan prasarana penunjang ekonomi
lainnya;

₋ Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung
dan daya tampung kawasan; dan

₋ Mengintensifkan promosi peluang investasi dengan menciptakan iklim investasi


yang kondusif dan saling menguntungkan.

 Strategi untuk pengembangan wilayah transmigrasi untuk pemerataan


pengembangan wilayah baik melalui pembukaan permukiman perdesaan baru dan
pengelolaan kawasan peruntukan pertanian baru, meliputi :

II-27
₋ Menjadikan permukiman transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan baru yang
dapat meratakan pengembangan wilayah;

₋ Menyiapkan infrastruktur kawasan permukiman transmigrasi yang memadai


sesuai standar pengembangan kawasan;

₋ Mengendalikan perkembangan pusat-pusat pelayanan atau kota-kota yang


berdekatan dengan pusat-pusat pembukaan transmigrasi baru;

₋ Menjadikan kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan sebagai kegiatan


utama dalam pembukaan kawasan; dan

₋ Mengembangkan kegiatan budidaya pertanian yang dapat menunjang dan


meningkatkan ketahanan pangan daerah dan regional.

 Strategi untuk perlindungan dan konservasi kawasan lindung pesisir berupa


ekosistem mangrove dan pengembangan potensi perikanan pesisir, meliputi :

₋ Memantapkan konservasi meliputi kawasan konservasi perairan, mitigasi


bencana alam dan sempadan sungai;

₋ Mengembangkan kawasan pemanfaatan umum, permukiman, perikanan


tangkap, pariwisata dan zona industri dan pengolahan hasil; dan

₋ Mengamankan alur pelayaran regional dan lokal.

 Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan


negara, meliputi:

₋ Mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;

₋ Kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan disekitar kawasan pertahanan


dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya;

₋ Mengembangkan kawasan lindung dan atau kawasan budidaya tidak terbangun


di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga;
dan

₋ Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.

 Strategi untuk pengelolaan kawasan hutan (konservasi, lindung dan produksi)


dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dan dikelola secara optimal, meliputi:

₋ Membangun Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) yang merupakan


pengelola hutan produksi di Kabupaten Banjar; dan

II-28
₋ Mengoptimalkan produksi kayu dari sektor kehutanan termasuk pada produksi
kayu hutan rakyat, hutan adat dan sejenisnya yang membawa hasil sebanyak-
banyaknya bagi kepentingan masyarakat.

₋ Meningkatkan pengelolaan jasa lingkungan alam: wisata alam, mitigasi dan


adaptasi pemanasan global (global warming); perdagangan carbon (carbon
trading); pengembangan keanekaragaman hayati/plasmanutfah (biodiversity)

₋ Meningkatkan pengelolaan sumber daya air (water shade management) antara


lain: pembangunan bangunan konservasi; dam penahan; dam pengendalian.

 Strategi untuk pembentukan dan pengembangan kawasan pusat-pusat kegiatan


utama, meliputi :

₋ Mengembangkan beberapa sub pusat pelayanan untuk pelayanan skala kota dan
kawasan guna mengurangi beban pusat primer;

₋ Menetapkan fungsi utama dan pendukung masing-masing pusat pelayanan kota


dan sub pusat pelayanan kota sesuai karakteristik, potensi kawasan dan
kecenderungan pengembangan di masa mendatang;

₋ Mengembangkan pusat kegiatan terpadu pada simpul angkutan umum massal


melalui konsep Transit Oriented Development (TOD).

 Strategi untuk peningkatan penyediaan prasarana dan sarana secara terpadu yang
berwawasan lingkungan, meliputi:

₋ Meningkatkan kualitas jaringan eksisting, pengembangan jalan baru yang


menghubungkan dengan jaringan jalan yang mengelilingi, membagi pergerakan
kendaraan di pusat kota ke wilayah sekitarnya serta pengembangan sistem
terminal;

₋ Membangun sistem transportasi massal yang terstruktur mulai dari pelayanan


regional, metropolitan, antar kabupaten, antar bagian wilayah kota hingga
lingkungan;

₋ Mengembangkan sistem transportasi perkotaan menggunakan sistem Transit


Oriented Development (TOD) serta penyediaan Bus Rapid Transit (BRT) yang
berimplikasi pada penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki;

₋ Menerapkan teknologi tepat guna dalam pengelolaan limbah dan persampahan;

II-29
₋ Melakukan kerjasama dalam pengembangan TPA regional kawasan dengan
metode sanitary landfill;

₋ Melakukan kerjasama dalam pengelolaan air limbah terpusat regional dan


sistem komunal.

₋ Mengembangkan konsep pembangunan ramah lingkungan dan pembangunan


berkelanjutan.

₋ Mengembangkan energi kelistrikan, telekomunikasi dan prasarana wilayah


lainnya secara terpadu yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk serta
aktivitas pembangunan;

₋ Mengembangkan prasarana dan sarana olah raga berupa sport center;

₋ Mengembangkan konsep pembangunan ramah lingkungan dan pembangunan


ke atas; dan

₋ Menata kawasan permukiman kumuh dan merevitalisasi kawasan bernilai


budaya/sejarah.

2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Banjar

1. Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kabupaten Banjar

a. PKNp yaitu Perkotaan Martapura

b. PKLp, terdiri atas :

1. Perkotaan Gambut - Kertak Hanyar;

2. Perkotaan Simpang Empat;

3. Perkotaan Sungai Tabuk; dan

4. Perkotaan Aluh-Aluh.

c. PPK terdiri atas :

1. Perkotaan Mataraman di Kecamatan Mataraman;

2. Perkotaan Astambul di Kecamatan Astambul;

3. Perkotaan Kampung Baru di Kecamatan Beruntung Baru;

4. Perkotaan Mekar di Kecamatan Martapura Timur;

5. Perkotaan Sungai Rangas di Kecamatan Martapura Barat;

II-30
6. Perkotaan Karang Intan di Kecamatan Karang Intan;

7. Perkotaan Aranio di Kecamatan Aranio;

8. Perkotaan Sungai Pinang di Kecamatan Sungai Pinang;

9. Perkotaan Paramasan Bawah di Kecamatan Paramasan;

10. Perkotaan Madurejo di Kecamatan Sambung Makmur;

11. Perkotaan Tampang Awang di Kecamatan Tatah Makmur;

12. Perkotaan Rantau Bujur di Kecamatan Telaga Bauntung;

13. Perkotaan Pengaron di Kecamatan Pengaron; dan

14. Perkotaan Cintapuri di Kecamatan Cintapuri Darussalam.

d. PPL terdiri atas :

1. Desa Melintang di Kecamatan Gambut;

2. Desa Lok Baintan di Kecamatan Sungai Tabuk; dan

3. Desa Tiwingan di Kecamatan Aranio.

2. Sistem Jaringan Prasarana Utama

Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten Banjar, terdiri atas :

a. Sistem jaringan transportasi darat, terdiri atas:

1. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jaringan jalan, jaringan
prasarana lalu lintas dan jaringan layanan lalu lintas; dan

2. Jaringan sungai, danau dan penyeberangan.

b. Sistem jaringan perkeretaapian, merupakan:

1. Rencana pembangunan jalan kereta api yaitu jalan angkutan penumpang dan
barang antar kota PKN dengan PKW dan PKL yaitu ruas: Tanjung - Barabai -
Rantau - Martapura - Banjarmasin.

2. Rencana angkutan barang sentra-sentra produksi untuk komoditas sumber


daya mineral dan komoditas perkebunan pada sebelah barat Pegunungan
Meratus yaitu ruas Batas Kalimantan Tengah di Kabupaten Barito Timur -
Kabupaten Tabalong - Kabupaten Hulu Sungai Utara - Kabupaten Hulu Sungai
Tengah - Kabupaten Hulu Sungai Selatan - Kabupaten Tapin - Kabupaten Banjar
- Kabupaten Tanah Laut.

II-31
3. Rencana Lokasi pengembangan Stasiun Kereta Api, terdapat di Desa Mekar
Kecamatan Martapura Timur dan Desa Simpang Empat Kecamatan Simpang
Empat dan Kelurahan Gambut Kecamatan Gambut.

3. Sistem Jaringan Prasarana Lai

Sistem jaringan prasarana lainnya, terdiri atas :

a. Sistem jaringan energi;

b. Sistem jaringan telekomunikasi;

c. Sistem jaringan sumber daya air; dan

d. Sistem infrastruktur dan prasarana wilayah;

4. Sistem Jaringan Telekomunikasi

5. Sistem Jaringan Sumber Daya Air

6. Sistem Infrastruktur dan Prasarana Wilayah

3. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Banjar

1. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya


a. Kawasan lindung tersebar di Kecamatan Beruntung Baru, Kecamatan Gambut,
Kecamatan Aranio, Kecamatan Sungai Pinang, Kecamatan Sambung Makmur,
Kecamatan Telaga Bauntung, dan Kecamatan Paramasan dengan luas kurang lebih
42.901 (empat puluh dua ribu sembilan ratus satu) hektar.
b. Kawasan resapan air meliputi kawasan taman hutan raya, kawasan lindung di
Pegunungan Meratus termasuk kawasan lindung geologi sekitar kawasan mata air.
2. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas:
a. Kawasan Sempadan Pantai;
b. Kawasan Sempadan Sungai;
c. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk;
d. Kawasan Sekitar Mata Air;
e. Kawasan Ruang Terbuka Hijau;
f. Jalur Hijau Sepanjang Sungai dan Pantai
3. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, terdiri atas :
a. Kawasan Taman Hutan Raya;

II-32
b. Kawasan Pantai Berhutan Bakau; dan
c. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.
4. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam, terdiri atas :
a. Kawasan rawan tanah longsor;
b. Kawasan rawan banjir;
c. Kawasan rawan kebakaran; dan
d. Kawasan angin puting beliung.

4. Kawasan Budidaya Kabupaten Banjar

Rencana pola ruang kawasan budidaya di Kabupaten Banjar meliputi:


a. Kawasan peruntukan hutan produksi;
b. Kawasan peruntukan pertanian;
c. Kawasan peruntukan perikanan;
d. Kawasan peruntukan pertambangan;
e. Kawasan peruntukan industri dan Pergudangan;
f. Kawasan peruntukan pariwisata;
g. Kawasan peruntukan permukiman; dan
h. Kawasan peruntukan lainnya.

5. Rencana Kawawasan Strategis Kabupaten Banjar

Rencana Kawawasan Strategis Kabupaten Banjar, meliputi:


a. Kawasan Metropolitan Banjar Bakula;
b. Kawasan Rawa Batang Banyu
c. Kawasan Pegunungan Meratu
d. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
e. Kawasan tertentu di sepanjang sungai, pesisir pantai, laut dan pulau-pulau kecil
f. Kawasan tertentu di pegunungan meratus sebagai daerah pertahanan darat dan
pertahanan udara, daerah basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan
amunisi, gudang amunisi dan daerah uji coba persenjataan.
g. Kawasan Perkotaan PKNp Martapura
h. Kawasan Perkotaan PKLp Kertak Hanyar-Gambut
i. Kawasan Perkotaan PKLp Simpang Empat
j. Kawasan Perkotaan PKLp Sungai Tabuk;
k. Kawasan Perkotaan PKLp Aluh-Aluh;

II-33
l. Kawasan Pengembangan Perkantoran di Kecamatan Martapura, dan sebagian
Kecamatan Karang Intan
m. Kawasan Komersial, Industri dan Pergudangan di Kecamatan Gambut, Kertak Hanyar,
dan Tatah Makmur;
n. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan di Kecamatan Gambut dan
Sekitarnya;
o. Kawasan Agropolitan di Kecamatan Sungai Tabuk;
p. Kawasan Perikanan Budidaya Minapolitan di Kecamatan Martapura dan Martapura
Barat;
q. Kawasan Pengembangan Ekonomi Lokal Perkebunan Karet Rakyat
r. Kawasan Pesisir di Kecamatan Aluh-Aluh; dan
s. Kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KKPHP).
t. Kawasan Tradisional, Religius Dan Bersejarah Teluk Selong.
u. Kawasan Tradisional, Religius Dan Bersejarah Pesayangan.
v. Kawasan Tradisional, Religius Dan Bersejarah Kalampaian.
w. Kawasan Pariwisata Tradisional Lok Baintan.
x. Kawasan PLTA Ir. P.M. Noor;
y. Kawasan Irigasi Teknis
z. Kawasan Sub DAS Martapura, Sub DAS Riam Kanan, Sub DAS Riam Kiwa, dan Sub DAS
Barito Hilir.

Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Banjar dapat
dilihat pada gambar berikut:

II-34
II-35
II-36
II-37
6. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Banjar

Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui:

a. Ketentuan Umum Peraturan zonasi;

b. Ketentuan Perizinan;

c. Ketentuan Pemberian insentif dan disinsentif; dan

d. Ketentuan arahan sanksi administratif

1. Ketentuan Umum Peraturan zonasi, terdiri atas:

a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, meliputi:


₋ Kawasan Hutan Lindung;
₋ Kawasan Sekitar Mata Air;
₋ Kawasan Sempadan Pantai;
₋ Kawasan Sempadan Sungai;
₋ Kawasan Sempadan Danau/Waduk;
₋ Kawasan Sempadan Bendungan;
₋ Kawasan Rawan Banjir;
₋ Kawasan Pelestarian Alam (TAHURA);
₋ Kawasan Cagar Budaya;
₋ Kawasan Ruang Terbuka Hijau;
₋ Kawasan Sempadan Irigasi;
₋ Kawasan Rawan Bencana Alam.

b. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk Kawasan Budidaya, meliputi:


₋ Kawasan peruntukan hutan produksi;
₋ Kawasan peruntukan hutan berbasis kemasyarakatan;
₋ Kawasan peruntukan pertanian;
₋ Kawasan peruntukan perikanan;
₋ Kawasan peruntukan perkebunan;
₋ Kawasan peruntukan permukiman dan lahan terbangun;
₋ Kawasan peruntukan industri dan pergudangan;
₋ Kawasan peruntukan pertambangan;
₋ Kawasan peruntukan pariwisata; dan
₋ Kawasan peruntukan lainnya.

II-38
c. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Sekitar Sistem Prasarana
Wilayah, meliputi:
₋ Kawasan sekitar prasarana transportasi;
₋ Kawasan sekitar prasarana energi;
₋ Kawasan sekitar prasarana telekomunikasi;
₋ Kawasan sekitar prasarana sumber daya air; dan
₋ Kawasan sekitar prasarana tempat pemrosesan akhir.

2. Ketentuan Perizinan

Ketentuan perzinan terdiri dari:

a. Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam


pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

b. Izin pemanfaatan ruang diberikan sesuai norma, standar, prosedur, kriteria standar
pelayanan minimal oleh pejabat atau badan yang berwenang.

c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah sebagai instrumen dalam rangka


mengakomodasi alih fungsi tanah sekaligus sebagai instrumen pengendali
perubahan penggunaan tanah.

d. Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.

Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Banjar, terdiri atas:
a. Izin prinsip;
b. Izin lokasi;
c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. Izin mendirikan bangunan; dan
e. Izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan
3. Ketentuan Insentif dan Disinsentif

1. Insentif yang diberikan kepada masyarakat, terdiri atas :

₋ Pemberian keringanan atau penundaan pajak dan kemudahan proses perizinan;

₋ Penyediaan sarana dan prasarana kawasan oleh pemerintah untuk memperingan


biaya investasi oleh pemohon izin;

II-39
₋ Pemberian kompensasi terhadap kawasan terbangun lama sebelum rencana tata
ruang ditetapkan dan tidak sesuai tata ruang serta dapat menimbulkan dampak
terhadap lingkungan; dan

₋ Pemberian kemudahan dalam perizinan untuk kegiatan yang menimbulkan


dampak positif.

2. Disinsentif yang dikenakan kepada masyarakat, terdiri atas :

₋ Pengenaan pajak yang tinggi terhadap kegiatan yang berlokasi di daerah yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti pusat kota, kawasan komersial, daerah yang
memiliki tingkat kepadatan tinggi;

₋ Penolakan pemberian izin perpanjangan hak guna usaha, hak guna bangunan
terhadap kegiatan yang terlanjur tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan
peraturan zonasi;

₋ Peniadaan sarana dan prasarana bagi daerah yang tidak dipacu pengembangannya,
atau pengembangan dibatasi;

₋ Penolakan pemberian izin pemanfaatan ruang budidaya yang akan dilakukan di


dalam kawasan lindung;

₋ Pencabutan izin yang sudah diberikan karena adanya perubahan pemanfaatan


ruang budidaya menjadi lindung; dan

₋ Pembatasan administrasi pertanahan.

3. Sanksi Administratif

Pengenaan sanksi dilakukan terhadap :

a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola
ruang;

b. Pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;

c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan


RTRW kabupaten;

d. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW Kabupaten;

e. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang


yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten

II-40
f. Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau

g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.

Terhadap pelanggaran dikenakan sanksi administratif berupa :


a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin;
f. Pembatalan izin;
g. Pembongkaran bangunan;
h. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. Denda administratif.
Terhadap pelanggaran dikenakan sanksi administratif berupa :
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pembongkaran bangunan;
f. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. Denda administratif.

2.2.6 Penggunaan Lahan Eksisting

Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan, telah terjadi penggunaan lahan
yang melalui prosedur administrasi untuk kepentingan pembangunan lahan terbangun dan
non-terbangun. Selain untuk perkebunan, kawasan hutan di Kabupaten Banjar juga
dikonversi untuk lokasi transmigrasi dan pada beberapa lokasi dilakukan pinjam pakai
kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan, jalur transmisi listrik, pembangunan tower
telekomunikasi dan sebagainya. Penggunaan lahan pada wilayah Kabupaten Banjar meliputi:

a. Permukiman, yang merupakan kawasan permukiman baik perkotaan, perdesaan,


perdagangan, industri, dan lain-lain yang memperlihatkan pola alur yang rapat.
b. Kebun, yang merupakan seluruh kawasan kebun baik yang sudah ditanami maupun yang
belum (masih berupa lahan kosong). Identifikasi dapat diperoleh persebaran perkebunan
(perkebunan besar dan perkebunan rakyat).

II-41
c. Sawah, yang merupakan semua aktifitas pertanian di lahan basah yang dicirikan oleh pola
pematang.
d. Sungai, yang merupakan bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah
di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa
atau ke sungai yang lain.
e. Semak/belukar rawa, yang merupakan semak/belukar dari bekas hutan di daerah rawa.
f. Rawa, yang merupakan kenampakan rawa yang sudah tidak berhutan.
g. Hutan, yang merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

2.2.7 Indikasi Awal Pelanggaran Tata Ruang Kabupaten Kota Waringin Timur

Ada beberapa isu yang terkait dengan indikasi awal pelanggaran tata ruang di Kabupaten Kota
Waringin Timur yang didapat dari berbagai sumber seperti media online dan cetak, adalah
sebagai berikut:
 Pesatnya perkembangan kegiatan sektoral yang memerlukan pengaturan penggunaan
lahan (industri, perdagangan dan perumahan).
 Daya dukung lingkungan yang menurun akibat pemanfaatan sumberdaya yang berlebihan.
 Penataan ruang yang belum konsisten
 Belum tersusunnya penataan ruang secara detail pada kawasan-kawasan strategis.
 Berkurangnya lahan subur pertanian dan lahan resapan air.
 Menurunnya produksi pertanian
 Konservasi lahan yang terus berlangsung
 Tingginya alih fungsi lahan dan menurunnya kualitas (degradasi) lahan produktif.
 Terjadinya kebakaran hutan dan gangguan keamanan hutan serta pelestarian sumberdaya
alam akibat tekanan masyarakat sekitar hutan.
 Kurangnya prasarana dan fasilitas perhubungan yang aman dan nyaman
 Aksesibilitas wilayah dalam provinsi yang belum merata dan masih banyaknya tempat-
tempat wisata yang belum terjangkau oleh pelayanan transportasi.
 Rendahnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pengendalian ruang manfaat
jalan (rumaja) untuk kegiatan di luar kegiatan transportasi .
 Masih belum tercapainya efisiensi sarana dan prasarana irigasi yang mengakibatkan masih
belum maksimalnya daerah irigasi untuk mendapat layanan irigasi.

II-42
 Tindakan-tindakan merusak lingkungan menimbulkan dampak negative khususnya
berkaitan dengan penyediaan air, pencemaran air, termasuk kontrol yang lebih ketat
terhadap alih fungsi lahan.
 Ketersediaan sumber-sumber air yang belum dimanfaatkan secara optimal.
 Infrastruktur pengelolaan air limbah yang belum mencakup seluruh wilayah perkotaan dan
perdesaan.
 Penggunaan sungai dan anak sungai sebagai penerima air buangan.
 Tumbuhnya permukiman padat dan kumuh di daerah perkotaan
 Laju pencemaran/kerusakan lingkungan yang semakin meningkat setiap tahunnya
terutama di wilayah perkotaan Kabupaten Banjar akibat dinamika kegiatan rumah tangga,
ekonomi, transportasi dan pembangunan.
 Perlu nya meningkatkan konservasi sumberdaya air dan keanekaragaman hayati serta
pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana agar ketersediaan sumber air baik secara
kualitas dan kuantitas dapat terjaga serta terpeliharanya daya dukung dan daya tampung
lingkungan.

2.3 KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

2.3.1 Letak Administrasi Wilayah

Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur terletak antara 11207’29” Bujur Timur sampai dengan
113014’22” Bujur Timur, dan antara 1011’50” Lintang Selatan sampai dengan 3018’51” Lintang
Selatan. Adapun secara geografis, wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur berbatasan
langsung dengan Kabupaten Katingan di sebelah utara dan sebelah timur, Kabupaten Seruyan
disebelah barat dan Laut Jawa disebelah selatan.

2.3.2 Kondisi Geografis

Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan wilayah tropis dengan rata-rata temperatur udara
berkisar antara 26,400 C sampai dengan 27,20 C. Letaknya yang berada dekat dengan Lintang
0o membuat wilayah kabupaten ini memiliki cuaca yang cenderung panas dengan rata-rata
lama penyinaran matahari setiap harinya sebesar 53,92%.

Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki lebih dari 50% penggunaan lahan berupa hutan.
Selama tahun 2017 terdeteksi 59 titik api/hotspot yang tersebar hampir diseluruh kecamatan.
Jumlah hotspot terbanyak terjadi pada bulan September. Sedangkan untuk kualitas udara di

II-43
kabupaten ini rata-rata berada pada kategori baik dengan PM10 berada pada rentang 13
sampai dengan 24.

Kabupaten Kotawaringin Timur beribukota di Sampit. Seperti pada umumnya kabupaten di


Provinsi Kalimantan Tengah yang dilewati oleh aliran sungai, Kabupaten Kotawaringin Timur
juga dilewati oleh aliran sungai yaitu Sungai Mentaya. Sungai ini kemudian menjadi trandmark
dari Kabupaten Kotawaringin Timur sebagai Kota Mentaya.

2.3.3 Kependudukan

Kabupaten Kotawaringin Timur adalah kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak di


Provinsi Kalimantan Tengah. Pada proporsi jenis kelamin total, penduduk Kabupaten
Kotawaringin Timur lebih banyak laki-laki dibanding dengan perempuan. Dari total 436.276
penduduk pada tahun 2016, terdapat 230.497 laki-laki atau 53 persen. Laju pertumbuhan
penduduk di Kabupaten Kotawaringin Timur pada tahun 2017 sebesar 2.25 persen. Nilai ini
menunjukkan laju pertumbuhan penduduk yang melambat dibanding pada tahun
sebelumnya yaitu sebesar 2,37 persen. Rasio jenis kelamin penduduk di Kabupaten
Kotawaringin Timur sebesar 112.17 yang artinya pada setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 112 penduduk laki-laki.

Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dengan
sebaran distribusi penduduknya sebesar 19,47 persen. Kepadatan penduduk di kecamatan ini
mencapai 119,61 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan kecamatan dengan penduduk
terkecil adalah Kecamatan Teluk Sampit dengan distribusi sebaran penduduk sebesar 2,33
persen. Sedangkan untuk kepadatan penduduk dikecamatan ini sebesar 17,03 jiwa per
kilometer persegi. Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan
Mentaya Hulu yang hanye memiliki kepadatan penduduk sebesar 7,36 jiwa per kilometer
persegi.

Tabel 2.3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten


Kotawaringin Timur Tahun 2017

No. Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan


(Jiwa) (Km2) (Jiwa/Km2)
1 Mentaya Hilir 24.190 318,00 76,07
2 Teluk Sampit 10.391 610,00 17,03
3 Pulau Hanaut 17.994 620,00 29,02
4 Mentawa Baru K. 86.839 726,00 119,61
5 Seranau 10.819 548,00 19,74
6 Mentaya Hilir Utara 17.707 725,00 24,42
7 Kota Besi 19.477 1.889,00 10,31

II-44
8 Telawang 21.873 317,00 69,00
9 Baamang 59.014 639,00 92,35
10 Cempaga 26.123 1.253,00 20,85
11 Cempaga Hulu 31.856 1.183,00 26,93
12 Parenggean 29.143 493,15 59,10
13 Tualan Hulu 28.795 1.090,85 26,40
14 Mentaya Hulu 12.604 1.712,79 7,36
15 Bukit Santuai 16.258 1.636,00 9,94
16 Antang Kalang 11.961 1.579,00 7,58
17 Telaga Antang 21.050 1.456,21 14,46
Jumlah 446.094 16.796,00 26,56

Sumber : Kotawaringin Timur Dalam Angka, Tahun 2018

2.3.4 Kondisi Perekonomian

Kinerja ekonomi Kabupaten Kotawaringin Timur terutama didukung oleh industri


pengolahan. Sejak tahun 2016, lapangan usaha indutri pengolahan menggeser peran
lapangan usaha pertanian dan menjadi lapangan usaha utama di Kabupaten Kotawaringin
Timur. Kontribusi lapangan usaha tersebut meningkat pada tahun 2017, 23,56 persen
ekonomi kabupaten ini disumbangkan oleh lapangan usaha industri pengolahan. Meskipun
perannya telah tergeser oleh lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha pertanian,
kehutanan dan perikanan masih memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Kotawaringin Timur dengan kontribusai sebesar 21,56 persen pada tahun
2017.kontribusi terkecil pada perekonomian Kabupaten Kotawaringin Timur berasal dari
lapangan usaha jasa perusahaan.

2.3.5 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kota Waringin Timur

Pada peraturan penataan ruang di Kabupaten Kota Waringin Timur telah ditetapkan dengan
peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kota yaitu Peraturan Daerah Kota
Balikpapan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kota
Waringin Timur Tahun 2015- 2035. Adapun isi dari perda tersebut terdiri dari:

1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kota Waringin
Timur

1. Tujuan: Mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang bersinergi dengan kawasan


hutan, dengan keseimbangan pemanfaatan ruang berkelanjutan yang berbasiskan
pengembangan pertanian, industri pengolahan dan pelayanan transportasi demi
tercapainya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,
dengan tetap mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta

II-45
kelestarian sumberdaya alam.

2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kota Waringin Timur:

Kebijakan:

a. pensinergian kawasan hutan dan kawasan non hutan;

b. pengaturan keseimbangan pemanfaatan ruang yang berkelanjutan dengan


mempertimbangkan daya dukung dan daya tamping lingkungan serta kelestarian
sumberdaya alam;

c. pengembangan pertanian dalam arti luas;

d. pengembangan industri pengolahan;

e. pengembangan pelayanan transportasi;

f. pemanfaatan ruang demi tercapainya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan


kesejahteraan masyarakat; dan

g. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Strategi:

a. Strategi pensinergian kawasan hutan dan kawasan non hutan;

₋ memastikan dan menegaskan batas antara kawasan budidaya non hutan


dengan kawasan hutan untuk memberikan kepastian rencana pemanfaatan
ruang dan investasi;

₋ mengikuti ketentuan dan peraturan yang berlaku terkait rencana program


pembangunan yang melewati atau berada dalam kawasan hutan;

₋ mengikuti ketentuan dan peraturan yang berlaku terkait pemanfaatan ruang


atau program pembangunan eksisting yang melewati atau berada dalam
kawasan hutan;

₋ memanfaatkan secara optimal ketentuan yang berlaku pada kawasan hutan


produksi agar bisa dikelola sendiri oleh masyarakat maupun pemerintah daerah
tanpa merusak dan merubah peruntukan hutan; dan

₋ menggalang kerjasama Regional, Nasional dan Internasional dalam rangka


pemulihan fungsi kawasan hutan terutama hutan lindung.

II-46
b. Strategi pengaturan keseimbangan pemanfaatan ruang yang berkelanjutan dengan
mempertimbangkan daya dukung dan daya tamping lingkungan serta kelestarian
sumberdaya alam;

₋ memastikan dan menegaskan batas antara kawasan yang mempunyai fungsi


lindung dan kawasan budidaya;

₋ memilih bentuk pemanfaatan ruang yang disesuaikan dengan kesesuaian lahan


dan kriteria teknis yang ditentukan;

₋ mengoptimalkan pemanfaatan ruang peruntukan budidaya yang telah ada


dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan;

₋ menjaga dan melestarikan kawasan lindung yang telah ditetapkan;

₋ meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup serta pengendalian kerusakan dan


pencemaran lingkungan akibat kegiatan pemanfaatan ruang yang dilakukan;
dan

₋ memilih penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dalam kegiatan


pemanfaatan ruang.

c. Strategi pengembangan pertanian dalam arti luas;

₋ meningkatkan penggunaan teknologi dan intensifikasi pertanian untuk


peningkatan produksi pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan;

₋ mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan;

₋ menambah area baru untuk pengembangan pertanian dengan mengacu


kesesuaian lahan dan kriteria teknis yang ditentukan pada lahan-lahan yang
belum dibudidayakan dalam kawasan non hutan; dan

₋ menetapkan dan mengembangkan kawasan agropolitan di Wilayah Kecamatan


Teluk Sampit dengan melengkapi fasilitas perdagangan, pusat koleksi distribusi,
dan infrastruktur pendukung.

d. Strategi pengembangan industri pengolahan;

₋ mengembangkan variasi produksi olahan dari komoditas pertanian;

₋ membatasi pengiriman bahan baku mentah produk komoditas perkebunan dan


pertambangan ke luar wilayah Kabupaten sebelum diolah menjadi bahan
setengah jadi atau bahan jadi;

II-47
₋ menetapkan suatu kawasan industri di Bagendang dan mengalokasikan semua
kegiatan industri besar pada kawasan tersebut;

₋ membentuk perusahaan daerah atau bekerjasama dengan investor untuk


mengelola kawasan industri; dan

₋ memperlancar sirkulasi aliran barang dari kawasan perkebunan dan


pertambangan menuju kawasan industri.

e. Strategi pengembangan pelayanan transportasi;

₋ memantapkan status dan peran Pelabuhan Sampit dan Pelabuhan Multipurpose


Bagendang sebagai pelabuhan utama di Provinsi Kalimantan Tengah;

₋ meningkatkan sarana dan prasarana pendukung Pelabuhan Sampit sebagai


pelabuhan penumpang;

₋ meningkatkan sarana dan prasarana Pelabuhan Multipurpose Bagendang


sebagai pintu gerbang keluar dan masuknya barang baik Nasional maupun
Internasional;

₋ membangun sistem jaringan perkeretaapian dari kawasan perkebunan dan


pertambangan untuk mengangkut hasil produksi menuju kawasan industri
Bagendang;

₋ meningkatkan sarana dan prasarana pendukung Bandar Udara H. Asan Sampit;

₋ meningkatkan status dan peran Bandar Udara H. Asan Sampit dalam tatanan
kebandarudaraan di Provinsi Kalimantan Tengah;

₋ meningkatkan konektivitas pusat-pusat kegiatan dalam kabupaten secara


hierarki yaitu antara PKW – PKL – PPK – PPL; dan

₋ mengembangkan terminal penumpang tipe B (AKDP) di jalan lingkar utara


Sampit.

f. Strategi pemanfaatan ruang demi tercapainya pertumbuhan ekonomi dan


peningkatan kesejahteraan masyarakat;

₋ meningkatkan produktivitas dan nilai jual hasil komoditas masyarakat dengan


perluasan lahan pertanian dan pengembangan kawasan industri;

₋ mengakomodir pengembangan kawasan budidaya dengan tetap


memperhatikan ketentuan dan peraturan yang berlaku;

II-48
₋ memperkuat pemasaran hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, dan
pertambangan melalui pengembangan kawasan industri dan agropolitan;

₋ melibatkan peran serta masyarakat lokal secara aktif dalam kegiatan


pemanfaatan ruang yang dilakukan, terutama oleh pelaku usaha;

₋ meningkatkan kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana; dan

₋ meningkatkan peran pemerintah daerah untuk membuat regulasi dan terlibat


secara aktif terkait pemanfaatan ruang yang dapat meningkatkan pendapatan
asli daerah sehingga dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.

g. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

₋ mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus


pertahanan dan keamanan;

₋ mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar


kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya;

₋ mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun


di sekitar kawasan pertahanan, sebagai zona penyangga yang memisahkan
kawasan tersebut dengan kawasan budi daya terbangun; dan

₋ turut menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.

2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kota Waringin Timur

a. Pusat – Pusat Kegiatan

1. PKW yaitu Kota Sampit, meliputi:

₋ Kecamatan Baamang;

₋ Kecamatan Mentawa Baru Ketapang; dan

₋ Kecamatan Seranau

2. PKLp meliputi :

₋ Samuda di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan;

₋ Parenggean di Kecamatan Parenggean; dan

₋ Simpang Sebabi di Kecamatan Telawang.

3. PPK, meliputi :

II-49
₋ Bagendang di Kecamatan Mentaya Hilir Utara;

₋ Ujung Pandaran di Kecamatan Teluk Sampit;

₋ Bapinang di Kecamatan Pulau Hanaut;

₋ Kota Besi di Kecamatan Kota Besi;

₋ Cempaka Mulia di Kecamatan Cempaga;

₋ Pundu di Kecamatan Cempaga Hulu;

₋ Tumbang Penyahuan di Kecamatan Bukit Sentuai;

₋ Tumbang Kalang di Kecamatan Antang Kalang;

₋ Kuala Kuayan di Kecamatan Mentaya Hulu;

₋ Tumbang Mangkup di Kecamatan Telaga Antang; dan

₋ Luwuk Sampun di Kecamatan Tualan Hulu.

4. PPL meliputi :

₋ Gunung Makmur di Kecamatan Antang Kalang;

₋ Beringin Agung di Kecamatan Telaga Antang;

₋ Lempuyang di Kecamatan Teluk Sampit;

₋ Tangar di Kecamatan Mentaya Hulu;

₋ Bagendang Tengah di Kecamatan Mentaya Hilir Utara;

₋ Pelantaran di Kecamatan Cempaga Hulu;

₋ Tumbang Sangai di Kecamatan Telaga Antang; dan

₋ Tumbang Batu di Kecamatan Bukit Santuai.

b. Sistem Jaringan Prasarana Utama

Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten Kotawaringin Timur,


meliputi:
₋ sistem jaringan transportasi darat;
₋ sistem jaringan transportasi laut;
₋ sistem jaringan perkeretaapian; dan
₋ sistem jaringan transportasi udara.

c. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

II-50
Sistem jaringan prasarana terdiri atas :
₋ sistem jaringan energi;
₋ sistem jaringan telekomunikasi;
₋ sistem jaringan sumber daya air; dan
₋ sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan.

d. Sistem Jaringan Energi

Sistem jaringan energi terdiri atas :


₋ pembangkit tenaga listrik; dan
₋ jaringan prasarana energi.

e. Sistem Jaringan Telekomunikasi

Sistem jaringan telekomunikasi, meliputi:


₋ sistem jaringan kabel;
₋ sistem jaringan nirkabel; dan
₋ sistem jaringan satelit.

f. Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Sistem jaringan sumberdaya air, terdiri atas :


₋ wilayah sungai;
₋ daerah irigasi (DI) dan daerah irigasi rawa (DIR);
₋ prasarana air baku untuk air bersih;
₋ jaringan air bersih ke kelompok pengguna; dan
₋ sistem pengendalian banjir.

3. Rencana Pola Ruang Kabupaten Kota Waringin Timur

a. Rencana Kawasan Lindung, meliputi:


₋ kawasan hutan lindung;
₋ kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
₋ kawasan perlindungan setempat;
₋ kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
₋ kawasan rawan bencana alam; dan
₋ kawasan lindung lainnya.

b. Rencana Kawasan Budidaya, meliputi:


₋ kawasan peruntukan hutan produksi;

II-51
₋ kawasan peruntukan pertanian;
₋ kawasan peruntukan perikanan;
₋ kawasan peruntukan pertambangan;
₋ kawasan peruntukan industri;
₋ kawasan peruntukan pariwisata;
₋ kawasan peruntukan permukiman; dan
₋ kawasan peruntukan lainnya.

4. Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Kota Waringin Timur

Rencana pengembangan kawasan strategis yang ada di Kabupaten, meliputi :

a. Kawasan pertanian berkelanjutan yang dipaduserasikan dengan pengembangan


irigasi teknis yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi;

b. Kawasan pengembangan peternakan berupa kawasan peternakan ruminansia dan


non ruminansia yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi;

c. Kawasan perkebunan (kelapa sawit, kelapa, karet) yang merupakan kawasan strategis
dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;

d. Kawasan terpadu industri, pelabuhan, petikemas dan pergudangan, serta simpul


transportasi darat, laut dan udara berupa KSP Sampit – Bagendang yang merupakan
kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;

e. Kawasan strategis ekonomi sektor unggulan agropolitan di Kecamatan Baamang yang


merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;

f. Kawasan strategis sekitar kawasan adat masyarakat terutama bagi Umat Hindu
Kaharingan yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi sosial
budaya;

g. Kawasan ekosistem pantai (mangrove) yang merupakan kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

h. Kawasan ekosistem gambut yang merupakan kawasan strategis dari sudut


kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; dan

i. Kawasan strategis DAS Mentaya yang merupakan kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

II-52
j. Kawasan perkotaan Sampit, meliputi Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kecamatan
Baamang, dan Kecamatan Seranau;

k. Kawasan industri pengolahan di Kecamatan Mentaya Hilir Utara dan Kecamatan


Mentawa Baru Ketapang; dan

l. Kawasan agropolitan di Kecamatan Teluk Sampit.

Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Kota Waringin
Timur dapat dilihat pada gambar berikut:

II-53
II-54
II-55
II-56
5. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Kota Waringin Timur

Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan ruang terdiri atas:

a. Ketentuan Umum Peraturan zonasi;

b. Ketentuan Perizinan;

c. Ketentuan Pemberian insentif dan disinsentif; dan

d. Arahan Sanksi

 Ketentuan Umum Peraturan zonasi, terdiri atas:

a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;

b. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk Kawasan Budidaya;

c. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Sekitar Sistem Prasarana


Nasional dan Wilayah, meliputi:
₋ Kawasan sekitar prasarana transportasi;
₋ Kawasan sekitar prasarana energi;
₋ Kawasan sekitar prasarana telekomunikasi;
₋ Kawasan sekitar prasarana sumber daya air; dan
₋ Kawasan sekitar prasarana pengelolaan lingkungan.

 Ketentuan Perizinan

Ketentuan perzinan terdiri dari:

a. Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam


pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

b. Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
kewenangannya.

c. Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur atau


mekanisme sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

d. Izin pemanfaatan ruang yang memiliki dampak skala kabupaten diberikan atau
mendapat rekomendasi dari Bupati.

Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Banjar, terdiri atas:

a. Izin prinsip;

II-57
b. Izin lokasi;

c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah;

d. Izin mendirikan bangunan; dan

e. Izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan

 Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap


pelaksanaan kegiatan yang mendukung atau sejalan dengan rencana tata ruang
wilayah, yaitu dalam bentuk :
₋ pemberian penghargaan;
₋ keringanan pajak atau retribusi, pemberian kompensasi,
₋ subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan penyertaan modal;
₋ pembangunan atau penyediaan infrastruktur pendukung; dan
₋ kemudahan prosedur perizinan.

Disinsentif yang diberikan merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi


pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang menghambat atau tidak sejalan
dengan rencana tata ruang wilayah, yaitu dalam bentuk :
₋ pengenaan pajak/retribusi yang tinggi disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan
ruang;
₋ pembatasan atau peniadaan infrastruktur pendukung;
₋ pengenaan kompensasi dan sanksi;
₋ penolakan pemberian izin perpanjangan hak guna usaha, hak guna bangunan
terhadap kegiatan yang terlanjur tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah;
₋ pemberian persyaratan khusus untuk perizinan; dan
₋ penolakan pemberian izin pemanfaatan ruang budidaya yang akan dilakukan di
dalam kawasan lindung.

 Arahan Sanksi

Pengenaan sanksi dilakukan terhadap :


a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola
ruang;
b. Pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;

II-58
c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
RTRW kabupaten;
d. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;
e. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten
f. Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.

Terhadap pelanggaran dikenakan sanksi administratif berupa :


a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin;
f. Pembatalan izin;
g. Pembongkaran bangunan;
h. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. Denda administratif.

Terhadap pelanggaran dikenakan sanksi administratif berupa :


a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pembongkaran bangunan;
f. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. Denda administratif.

2.3.6 Penggunaan Lahan Eksisting

Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki kawasan hutan lindung berdasarkan SK


Menteri Kehutanan No 529 Tahun 2012 adalah seluas 18.731,92 Ha atau sekitar 1,12%
dari total luas Kabupaten Kotawaringin Timur. Lokasi Hutan Lindung tersebar di
wilayah Desa Rantau Suwang dan Desa Rantau Sawang Kecamatan Telaga Antang

II-59
serta di Desa Satrikuk dan Serambut Kecamatan Pulau Hanaut dan Juga di Desa Regei
Lestari, Kuin Permai, Lempuyang dan Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit.
Kawasan Hutan Produksi Tersebar di semua wilayah Kabupaten Kota Waringin Timur
dengan luasan sebesar 540.974,77 Ha atau sekitar 32,21% dari total wilayah
kabupaten Kotawaringin Timur, Kawasan Hutan Produksi merupakan Wilayah yang
terluas dari keseluruhan kawasan Hutan di Kotawaringin Timur. Kemudian Luasan
Hutan Produksi Terbatas adalah sebesar 211.191,27 Ha atau sekitar 12,57% dari total
luas wilayah kabupaten Kotawaringin Timur, Sebaran kawasan hutan Produksi
terbatas di Kabupaten Kotawaringin Timur adalah di sebelah Barat Kabupaten
Kotawaringin Timur atau yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Seruyan,
dimana lokasinya tersebar di Kecamatan Antang Kalang, Telaga Antang, Bukit
Santuai, Mentaya Hulu dan Telawang.

Kawasan Hutan Produksi Konversi Terdapat di Hampir Semua wilayah Kecamatan di


Kabupaten Kotawaringin Timur, Tepatnya di sekitar aliran sungai Mentaya yang
membelah Kabupaten Kotawaringin Timur, Luasan Untuk Kawasan Hutan Produksi
Konversi adalah sebesar 448.882,93 Ha atau sekitar 26,73% dari total Keseluruhan
Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur.

Selain Kawasan Hutan juga terdapat Kawasan Non Hutan atau Area Penggunaan Lain
diluar kawasan hutan yang telah di tetapkan seluas 432.631,56 Ha atau sekitar
25,76% dari total luasan Kabupaten Kotawaringin Timur, dan sisanya adalah kawasan
perairan sebesar 27.187,55 Ha. Penggunaan lahan hutan oleh masyarakat tersebut
di donimansi oleh penggunaan lahan untuk pertanian, kemudian permukiman dan
juga tambak.

2.3.7 Indikasi Awal Pelanggaran Tata Ruang Kabupaten Kota Waringin Timur

Ada beberapa isu yang terkait dengan indikasi awal pelanggaran tata ruang di Kabupaten Kota
Waringin Timur yang didapat dari berbagai sumber seperti media online dan cetak, adalah
sebagai berikut:

 Tumpang tindih lahan dalam penataan ruang pada sektor kehutanan itu diakibatkan bias
wilayah administrasi;

 Rencana pencetakan sawah serta pengembangan transmigrasi tidak bisa dilaksanakan


karena lahan-lahan potensial yang cadangkan statusnya masih dalam kawasan hutan, jika
dipaksakan maka pemerintah daerah akan berhadapan dengan hukum;

II-60
 Peta kewilayahan yang digunakan pemerintah pusat sudah tidak sesuai dengan kondisi
lapangan, pasalnya banyak lahan yang sudah berubah menjadi bangunan bahkan
perkantoran pemerintah, ternyata disebutkan status lahannya masih masuk dalam
kawasan hutan;

 Kelemahan dalam infastruktur di Kabupaten Kotawaringin Timur adalah belum seluruh


wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur terjangkau oleh jalan darat dan kondisi jalan darat
yang belum baik, bahkan pada ruas tertentu menuju kecamatan mengalami kesulitan pada
musim penghujan. Permasalahan transportasi ini dapat berdampak tingginya biaya angkut
dan konstruksi, serta mengurangi daya saing daerah;

 Penyediaan air bersih masih terkendala oleh kualitas dan kuantitas air sungai Mentaya
pada musim kemarau akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kapasitas produksi
PDAM, disamping Pipa-pipa PDAM banyak yang sudah tua dan seharusnya diganti dan
kapasitas produksi di beberapa kecamatan sekitar lima liter per detik yang belum
memenuhi kebutuhan masyarakat;

 Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan pengembangan wilayah antara lain adalah
belum terbangunnya komitmen seluruh pihak untuk melakukan kegiatan dengan mengacu
pada rencana tata ruang, terutama yang berkaitan dengan keberlanjutan dan daya dukung
lingkungan, serta memperhatikan kerentanan wilayah terhadap bencana alam;

 Banyaknya daerah-daerah yang berada di tepi Sungai Mentaya sering mengalami


kebanjiran dan sulitnya pengendalian kebakaran lahan, terutama di lahan gambut
mengindikasi kelemahan ini. Demikian pula dengan berkurangnya area hutan saat ini yang
akan mengurangi kesuburan tanah 20 tahun lagi. Serta erosi di sepanjang Sungai Mentaya
membuat sungai ini semakin dangkal;

 Belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam yang potensial dan pengendalian


pemanfaatan ruang;

 Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan, seperti


masalahkebakaran hutanatau lahan dan kabut asap yangsetiap tahun terjadi di Kabupaten
Kotawaringin Timur;

Besarnya potensi pariwisata di Kabupaten Kotawaringin Timur namun belum didukung oleh
keterpaduan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana, serta kesiapan masyarakat
setempat dalam menerima kunjungan wisatawan.

II-61
2.4 KABUPATEN POHUWATO

2.4.1 Letak Administrasi Wilayah

Kabupaten Pohuwato merupakan wilayah paling barat dari Provinsi Gorontalo yang
berbatasan dengan Kabupaten Buol (Sulawesi Tengah) dan Kabupaten Gorontalo Utara di
bagian utara, Kabupaten Boalemo di sebelah timur, Teluk Tomini di bagian selatan, dan
Kabupaten Parigi Moutong (Sulawesi Tengah) serta Kabupaten Buol (Sulawesi Tengah) di
sebelah barat. Letak astronomisnya antara 00- 22’ - 00- 57’ lintang utara dan antara 121023’-
122019’ bujur timur. Luas wilayah Kabupaten Pohuwato adalah 4.359,52 km2 atau 35,83
persen dari total luas Provinsi Gorontalo. Jarak Pohuwato dengan ibukota Provinsi Gorontalo
adalah sejauh 158 km melalui Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo.

Kabupaten Pohuwato sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Gorontalo, mempunyai sistem
pemerintahan yang sama dengan kabupaten lainnya. Unit pemerintahan di bawah kabupaten
secara langsung adalah kecamatan. Masing-masing kecamatan terdiri dari beberapa desa.
Kabupaten Pohuwato meliputi 13 kecamatan. Jumlah desa yang ada di Kabupaten Pohuwato
sebanyak 101 desa. Terdapat 1 UPT di Kecamatan Taluditi. Kabupaten Pohuwato juga
memiliki 3 kelurahan yang semuanya terletak Kecamatan Paguat.

2.4.2 Kondisi Geografis

Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), 76,9 % dataran memiliki ketinggian
antara 101 – 150 mdpl dan 23,1 % memiliki ketinggian antara 151 – 200 mdpl. Jika dilihat dari
jarak ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten, Kecamatan Popayato Barat yang beribukota
di desa Dudewulo merupakan kecamatan terjauh dari ibukota kabupaten dengan jarak
sebesar 99 Km dari ibukota Kabupaten Pohuwato terletak di Kecamatan Marisa.

Kondisi iklim diperoleh dari Stasiun Pengamatan BMKG Jalaludin di Kabupaten Gorontalo.
Oleh karena itu, data yang tersedia memiliki level penyajian untuk tingkat provinsi. Rata-rata
suhu udara di Provinsi Gorontalo selama setahun terakhir berkisar antara 26,6 – 28,0 C.
Sementara itu, rata-rata kelembaban udara di Provinsi Gorontalo berkisar antara 75,4 – 85,0
persen. Salah satu data iklim yang tingkat penyajiannya sampai level kabupaten adalah data
mengenai curah hujan. Data mengenai curah hujan di Kabupaten Pohuwato diperoleh dari
hasil pemantauan di 4 titik yaitu di Popayato, Marisa, Randangan, dan Wanggarasi.

Selama tahun 2017, kondisi curah hujan di Kabupaten Pohuwato berkisar antara 35 sampai
309 mm3 Curah hujan tertinggi terjadi di bulan November di titik pemantauan yang berada

II-62
di Marisa. Sedangkan curah hujan terendah terjadi di bulan Desember di titik pemantauan
yang berada di Wanggarasi.

2.4.3 Kondisi Kependudukan

Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pohuwato, pada
tahun 2017 jumlah penduduk Kabupaten Pohuwato sebanyak 142.571 jiwa yang terdiri atas
72.453 jiwa penduduk laki-laki dan 70.118 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan
data dari sumber yang sama jumlah penduduk tahun 2016, penduduk Kabupaten Pohuwato
mengalami pertumbuhan sebesar 1,22 persen dengan masing-masing persentase
pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 1,20 persen dan penduduk perempuan sebesar 1,23
persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2017 penduduk laki-laki
terhadap penduduk perempuan sebesar 103.33.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Pohuwato tahun 2017 mencapai 33 jiwa/km2 dengan


rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 3 orang. Kepadatan Penduduk di 13 kecamatan
cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Marisa dengan
kepadatan sebesar 719 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Wanggarasi sebesar 9 jiwa/Km2.

Tabel 2.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Pohuwato Tahun 2017

No. Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan


(Jiwa) (Km2) (Jiwa/Km2)
1 Popayato 9.912 62,98 157
2 Popayato Barat 7.056 702,92 10
3 Popayato Timur 8.239 401,94 20
4 Lemito 11.182 459,80 24
5 Wanggarasi 5.083 554,33 9
6 Marisa 20.332 28,29 719
7 Patilanggio 9.595 232,42 41
8 Buntulia 11.574 434,03 27
9 Duhiadaa 12.367 36,86 336
10 Randangan 16.463 181,52 91
11 Taluditi 8.379 830,72 10
12 Paguat 16.248 68,76 236
13 Dengilo 6.141 364,88 17
Jumlah 142.571 4.359,45 33

Sumber : Pohuwato Dalam Angka Tahun 2018.

Data persebaran penduduk menunjukkan penduduk Pohuwato lebih terpusat di 3 kecamatan


yaitu Kecamatan Marisa, Randangan dan Paguat. Pohuwato dengan fasilitas yang lebih

II-63
memadai dibanding kecamatan lainnya menjadi faktor penarik bagi Kecamatan Marisa
sehingga sebagian besar penduduk Pohuwato menetap di kecamatan ini. Rasio jenis kelamin
Pohuwato sebesar 103 menunjukkan bahwa penduduk kabupaten ini lebih didominasi oleh
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan kelompok usia produktif, komposisi
penduduk Kabupaten Pohuwato usia 15-59 tahun sebesar 67,51 persen. Sedangkan
kelompok umur 0-14 tahun dan 60 tahun ke atas masing-masing sebesar 26,27 persen dan
6,22 persen.

2.4.4 Kondisi Perekonomian

Pertanian menjadi sektor unggulan dalam hal share pendapatan regional maupun
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Pohuwato. Diantara lima subsektor yang membentuk
sektor pertanian, subsektor tanaman pangan menjadi yang paling dominan. Terutama padi
dan jagung, tidak heran jika Pohuwato dijuluki sebagai Lumbung Jagung di Gorontalo.
Produksi pertanian unggulan di Kabupaten Pohuwato adalah jagung mencapai 315 ribu ton,
meningkat 1, 93 persen dari tahun sebelumnya.

Sejalan dengan jagung, produksi padi cenderung meningkat. Pada tahun 2016, produksi padi
mengalami peningkatan yang relatif rendah yaitu sebesar 37 ton. Produksi tanaman
perkebunan di Kabupaten Pohuwato mengalami penurunan pada tahun 2016. Poduksi kelapa
menurun 3.300,02 ton. Selain itu, produksi kakao juga menurun 2.398,2 ton pada tahun 2016.

Konstribusi Lima Sektor Terbesar di Kabupaten Pohuwato Tahun 2016

Administrasi Industri
Pemerintahan Pengolahan
5,01% 4,46%

Konstruksi
Pertanian
6,45%
59,42%

Perdagangan
9,37%

Sumber : Pohuwato Dalam Angka 2017

Dilihat dari kontribusi PDRB Kabupaten Pohuto, sektor pertanian masih menjadi sektor utama
yang menyokong perekonomian Kabupat en Pohuwato. Sektor ini menyumbang sebesar
59,42 persen dari total PDRB. Namun jika dilihat dalam kurun waktu lima tahun terakhir,

II-64
kontribusi sektor pertanian senantiasa mengalami kecenderungan menurun. Penurunan ini
bukan semata disebabkan oleh penurunan produksi sektor pertanian, melainkan adanya
peningkatan kontribusi yang diberikan oleh sektor lain.

2.4.5 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pohuwato

Pada peraturan penataan ruang di Kabupaten Pohuwato telah ditetapkan dengan peraturan
daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Pohuwato
Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pohuwato Tahun
2012-2032. Adapun isi dari perda tersebut terdiri dari:

1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Pohuwato

1. Tujuan: .Penataan ruang Kabupaten Pohuwato bertujuan untuk mewujudkan


ruangwilayah Kabupaten Pohuwato yang aman, nyaman, produktif danberkelanjutan
berbasis agroindustri dan perikanan guna meningkatkanperekonomian wilayah
menuju masyarakat sejahtera

2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Pohuwato :

Kebijakan :

i. pengembangan pusat-pusat kegiatan Kabupaten secara berhierarki dalamrangka


mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan di wilayah Kabupaten;

j. peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan jaringan prasarana transportasi,


energi, telekomunikasi, sumber daya air dan prasarana pengelolaan lingkungan
dalam rangka menunjang pengembangan pusat-pusat kegiatan;.

k. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

l. peningkatan peran dan produktifitas Kabupaten sebagai kawasanminapolitan dan


pusat produksi pertanian berbasis agroindustri;

m. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan


perekonomian Kabupaten yang produktif, efisien, dan mampu bersaing;

n. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara

Strategi :

a. Strategi pengembangan pusat-pusat kegiatan Kabupaten yang berhierarki selaras


dengan perencanaan pusat-pusat kegiatan dalam sistem provinsi, terdiri atas :

₋ Meningkatkan fungsi kawasan perkotaan Marisa sebagai PKWP;

II-65
₋ Mengembangkan kawasan perkotaan Paguat dan Popayato yangditetapkan
oleh Provinsi sebagai PKL;

₋ Mengembangkan pusat-pusat kegiatan di tingkat kecamatan berupa PPK yang


memiliki keterkaitan dengan pusat-pusat kegiatan di tingkat perdesaan (PPL);

b. Strategi peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan jaringan prasarana


transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air dan prasarana pengelolaan
lingkungan dalam rangka menunjang pengembangan pusat-pusat kegiatan terdiri
atas:

₋ Mengembangkan jaringan jalan lokal yang menghubungkan pkwpdengan


kawasan-kawasna perkotaan yang ditetapkan sebagai PPL;

₋ Mengembangkan terminal pada lokasi yang strategis secara geografisdan


ekonomi, ditunjang dengan rute angkutan yang terintegrasi denganterminal
lain di luar wilayah Kabupaten;

₋ Meningkatkan aksesibilitas terhadap kota-kota penting di Sulawesi dan


Kalimantan Timur melalui peningkatan pelayanan transportasi udara;

₋ Mengembangkan pelabuhan Bumbulan untuk melayani kegiatan


eksporkomoditi hasil perkebunan dari Kabupaten Pohuwato dan sekitarnya;

₋ Mengembangkan sumber-sumber energi alternatif yaitu energy mikrohidro


dan energi surya;

₋ Mengembangkan sistem jaringan seluler sebagai sistem jaringan


telekomunikasi utama yang melayani seluruh wilayah Kabupaten;

₋ Memanfaatkan potensi air permukaan yang cukup besar di wilayah Kabupaten


sebagai sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan airminum dan irigasi;

₋ Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman di kawasan perkotaan melalui


pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

c. Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup terdiri


atas :

₋ Melakukan pemantapan kawasan hutan lindung dalam rangkamelindungi dan


melestarikan fungsi ekologis kawasan hutan;

II-66
₋ Menetapkan kawasan perlindungan setempat berupa sempadan pantai,
sempadan sungai dan sekitar danau/waduk untuk mempertahankan
kelestarian fungsi serta memberikan perlindungan terhadap kegiatan budidaya
di sekitar kawasan tersebut;

₋ Optimalisasi fungsi perlindungan cagar alam yang berpotensi


mengalamidegradasi akibat kegiatan budidaya di kawasan tersebut;

₋ .Melestarikan keberadaan hutan bakau sebagai tempat berkembangbiaknya


berbagai biota disamping sebagai pelindung pantai dari abrasi;

₋ Menetapkan kawasan `rawan bencana dan mengendalikan serta membatasi


kegiatan budidaya di kawasan tersebut.

d. Strategi peningkatan peran dan produktifitas Kabupaten sebagai kawasan


minapolitan dan pusat produksi pertanian berbasis agroindustri terdiri atas :

₋ Menetapkan Kecamatan Lemito sebagai minapolis dengan pusat di Teluk


Tomini;

₋ Menetapkan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

₋ Menetapkan kawasan peruntukan perikanan;

₋ Mengembangkan pelabuhan perikanan dan kawasan budidaya perikanan


sesuai arahan pengembangan kawasan minapolitan;

₋ Meningkatkan aksesibilitas dari pusat produksi ke pusat pengolahan dan


pemasaran;

₋ Mengembangkan industri karaginan dan pengolahan tuna untuk mendukung


pengembangan koridor ekonomi Sulawesi – Maluku Utara;

₋ Menetapkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan

₋ Mengembangkan sistem irigasi teknis untuk meningkatkan produktivitas lahan


pertanian;

₋ Menciptakan aglomerasi kegiatan produksi di kawasan peruntukan industri


terutama untuk industri hasil pertanian.

e. Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalampengembangan


perekonomian Kabupaten yang produktif, efisien, danmampu bersaing terdiri
atas :

II-67
₋ Mendukung penetapan kawasan strategis provinsi terutama dari
sudutkepentingan ekonomi;

₋ Menetapkan kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan ekonomi;

₋ Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana di 13 Kecamatan

f. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanannegara


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f terdiri atas :

₋ Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsikhusus


pertahanan dan keamanan;

₋ Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan disekitar


kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanandan keamanan;

₋ Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak


terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang mempunyai fungsi khusus
pertahanan dan keamanan dengan kawasan budidaya terbangun;

₋ Turut serta memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan

2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Pohuwato

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Pohuwato meliputi :

a. Pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Pohuwato terdiri dari :

 Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) berada di Kecamatan Marisa.

 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di Kecamatan Paguat dan Popayato

 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi :

- Kawasan Perkotaan Lemito di Kecamatan Lemito;

- Kawasan Perkotaan Motolohu di Kecamatan Randangan;

 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) meliputi :

₋ Desa Panca Karsa II di Kecamatan Taluditi;

₋ Desa Molosipat Utara di Kecamatan Papayato Barat;

₋ Desa Wanggarasi Timur di Kecamatan Wanggarasi

b. Sistem Jaringan Prasarana Utama Yang Ada Di Kabupaten Pohuwato, terdiri atas :

1. Sistem Jaringan Transportasi Darat

II-68
a. Jaringan jalan, meliputi :

 Jaringan jalan arteri primer, yaitu ruas jalan Tabulo – Marisa, Marisa –
Lemito, dan Lemito – Molosipat;

 Jaringan jalan strategis nasional rencana, yaitu ruas jalan Marisa - Tolinggula;.

 Jaringan jalan kolektor primer K2 berupa jalan lintas yang menghubungkan


Ka- bupaten Pohuwato dengan Kabupaten GorontaloUtara yaitu ruas jalan
yang melewati Bandar Udara Imbodu – Kecamatan Taluditi – Kecamatan
Patilanggio – Kecamatan Buntulia;

 Jaringan jalan bebas hambatan, yaitu ruas jalan milik Provinsi, Negara,dan
Kabupaten, yaitu ruas jalan Isim – Marisa, dan Marisa – Molosipat; dan

 Jaringan jalan lokal primer, terdiri atas:

- Ruas jalan yang menghubungkan poros Kota Marisa – Kota Molosipat


Utara;

- Ruas jalan yang menghubungkan poros Kota Marisa – Wanggarasi Timur;

- Ruas jalan yang menghubungkan poros Kecamatan Patilanggio – Taluditi.

b. Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, yaitu : Terminal (TML)
penumpang tipe A yang terdapat di Marisa dan Terminal Penumpang Tipe B
terdapat di Popayato

c. Jaringan layanan lalu lintas dan angkutan jalan, teridiri dari :

 TML 42 – Bumbulan, TML 42 – Paguat, TML 42 – Marisa, TML 42 – Randangan,


TML 42 – Lemito, TML 42 – Popayato, TML 42 – Malango, TML 42 – Dudeulo,
TML 42 – Molosifat.

 TML Isimu – Bumbulan, TML Isimu – Paguat, TML Isimu – Marisa, TML Isimu–
Randangan, TML Isimu – Lemito, TML Isimu – Popayato, TML Isimu –
Molosifat;

 TML Marisa – Paguat, TML Marisa – Bumbulan, TML Marisa – Randangan,


TML Marisa – Lemito, TML Marisa – Popayato, TML Marisa – Molosifat.

d. Jaringan perkeretaapian mencakup :

 Jaringan jalur kereta api umum yang menghubungkan Gorontalo– Manado –


Bitung;

II-69
 Stasiun kereta api di Kecamatan Marisa.

e. Jaringan sungai, danau dan penyeberangan, meliputi :

 Pelabuhan penyeberangan yaitu Pelabuhan Bumbulan;

 Lintas penyeberangan antar provinsi yaitu Paguat – Wakai – Ampana di


Kabupaten Tojo Una-Una

2. Sistem Jaringan Transportasi Laut

Sistem jaringan transportasi laut, meliputi :

a. Tatanan Kepelabuhanan;

Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Pohuwato, yaitu : Pelabuhan Bumbulan


dengan hierarki sebagai pelabuhan pengumpan dan Pelabuhan Samudra Popayato.

b. Alur Pelayaran.

Alur pelayaran meliputi yaitu : Bumbulan – Pulau Dolong (Kabupaten Tojo Una-Una) –
Ampana (Kabupaten Tojo Una-Una) Parigi (Kabupaten Parigi Moutong). Dan rencana
pengambangan ke Pulau Una-Una (Kabupaten Tojo Una-Una)

3. Sistem Jaringan Transportasi Udara

Sistem jaringan transportasi udara, terdiri atas :

a. Tatanan kebandarudaraan, adalah Bandar Udara Imbodu dengan bisa ditingkatkan


darihierarki bandar udara pengumpan

b. Ruang udara untuk penerbangan, yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

4. Sistem jaringan prasarana lainnya terdiri atas :

a. sistem jaringan energi, meliputi :

 Pembangkit tenaga listrik; terdiri dari :

 pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang terdapat di Marisa dengan


kapasitas 10 MW;

 pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) yang berpotensi


dikembangkan di sekitar kawasan Sungai Randangan, Sungai Lemito,Sungai
Popayato, Sungai Malango;

II-70
 Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang berpotensi dikembangkan di
kawasan perdesaan di Kecamatan Popayato, Popayato Timur, Lemito,
Wanggarasi, Randangan, dan Taluditi.

 Transimisi tenaga listrik, terdiri dari :

 Gardu induk, terdapat di Paguat;

 Jaringan saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) 150 KV, yang
menghubungkan Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo

b. Sistem jaringan telekomunikasi, terdiri atas :

 Sistem Jaringan Kabel

Sistem jaringan kabel, yaitu berupa stasiun telepon otomat yang akan
dikembangkan di Marisa

 Sistem Jaringan Nirkabel

Sistem jaringan nirkabel, berupa : base transceiver station di perkotaan Marisa,


Paguat, Popayato, Lemito, Motolohu, Panca Karsa II, Molosipat Utara, Wanggarasi
Timur dan pada setiap ibukota kecamatan yang tidak termasuk

dalam pusat - pusat kegiatan.

c. sistem jaringan sumber daya air;

Sistem Jaringan Sumberdaya Air, terdiri atas :

 Wilayah Sungai (WS) mencakup :

 WS strategis nasional yaitu WS Paguyaman mencakup Daerah AliranSungai (DAS)


Paguyaman, DAS Salilama, DAS Tabulo, DASBumbulan, DAS Libuo, dan DAS Marisa;b

 WS lintas provinsi yaitu WS Kepulauan Randangan mencakup DASDudeulo, DAS


Popayato, DAS Milangodaa, DAS Lomuli, DAS Lemito,DAS Suka Damai, DAS
Wonggarasi, DAS Sidorukun, DAS Patihu, DASDinga Motoluhu, DAS Randangan dan
DAS Beringin;

 WS lintas kabupaten yaitu WS Tilamuta

 Cekungan Air Tanah (CAT) terdapat di :

Kecamatan Popayato, Lemito, Randangan dan Marisa

 Sistem jaringan irigasi, terdiri atas :

II-71
 Daerah Irigasi (DI) Produktif, terdiri atas kewenangan :

- Provinsi yaitu DI Taluduyunu Seluas 1012Ha;

- Kabupaten yaitu DI Karangetan seluas 238 Ha, DIKalimas seluas 56 Ha, DI


Iloheluma seluas 143Ha, DI Molosipatseluas 108 Ha dan Bunuyo seluas 160
Ha.

 Daerah Irigasi (DI) Rencana, terdiri atas kewenangan :

- Provinsi yaitu : DI Randangna 6040 Ha dan DI Taluduyu Seluas 2523Ha;

- Kabupaten yaitu : DI Karengetang Seluas 323 Ha,DI Kalimas Seluas 400Ha, DI


Iloheluma Seluas 600 Ha, DI Molosipat Seluas 400Ha dan DI Bunuyo 250 Ha.

- Sistem jaringan irigasi teknis bersumber dari Bendungan Sungai Randangan;

- Sistem jaringan irigasi di daerah rawa dalam rangka mendukung budidaya air
payau terutama pada daerah pesisir Teluk Tomini.

 Prasarana air baku untuk air minum;

Prasarana air baku untuk air minum dikembangkan dengan memanfaatkan


sumber air tanah danair permukaan

 Jaringan air bersih ke kelompok pengguna;

Jaringan air bersih ke kelompok pengguna direncanakan di kawasan perkotaan di


seluruh distrik diwilayah Kabupaten dengan menggunakan sistem perpipaan

 Sistem pengendalian banjir dan pengamanan pantai.

Sistem pengendalian banji dan pengamanan pantai , melalui :

- pengendalian struktural melalui kegiatan rekayasa teknis dalampenyediaan


prasarana dan sarana penanggulangan banjir; danb.

- pengendalian non struktural melalui pengelolaan daerah


pengaliran,pengelolaan kawasan banjir, flood proofing dan sistem peringatan
dini

 Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan, terdiri atas:

 Sistem jaringan persampahan;

II-72
Sistem jaringan persampahan, berupa tempat pemrosesan akhir sampah
seluas kurang lebih 5 Ha yang akan dikembangkan di Desa Botubilotahu di
Kecamatan Marissa dengan metode controlled land fill

 Sistem penyediaan air minum (SPAM), mencakup :

- SPAM dengan menggunakan jaringan perpipaan, untuk kawasan-kawasan


perkotaan yang ditetapkan sebagai PKW, PPK dan PPL; .

- SPAM dengan menggunakan pola swadaya secara komunal dengan


memanfaatkan sumber air tanah berupa sumur-sumur bor, untuk daerah-
daerah perdesaan terpencil

 Sistem pengelolaan limbah; yang terdiri atas :

- Sistem pengelolaan limbah rumah tangga, dilakukan secara on site disetiap


rumah;

- Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dilakukan


secara on site berupa instalasi pengolahan air limbahuntuk industri dan
rumah sakit di Kecamatan Marisa dan Paguat.

 Sistem jaringan drainase.

Jaringan drainase dikembangkan di kawasan perkotaan Marisa dengan sistem


terbuka mengikuti jaringan jalan.

3. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Pohuwato

13. Kawasan lindung, meliputi:

 Kawasan hutan lindung;

Kawasan hutan lindung, yaitu kawasan hutan lindung di Kecamatan Buntulia,


Dengilo, Duhiadaa, Lemito, Paguat, Patilanggio, Popayato, Popayato Barat,
Popayato Timur, Randangan, Taluditi dan Wanggarasi dengan luas kurang lebih
137.605 Ha

 Kawasan perlindungan setempat

 Kawasan Sempadan Pantai;

Kawasan sempadan pantai terdapat di sepanjang pantai wilayah Kabupaten


Pohuwato, denganpanjang kurang lebih 160 km dan luas kurang lebih 3.300
ha, dengan ketentuan :

II-73
- Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter darititik
pasang air laut tertinggi ke arah darat;

- Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisikpantainya


curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadapbentuk dan kondisi
fisik pantai.

 Kawasan Sempadan Sungai;

Kawasan Sempadan Sungai terdapat di sebagian wilayah Kabupaten


Pohuwato dengan luas kuranglebih 2.033 Ha, dengan ketentuan :

- Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5


(lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;

- Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luarkawasan


permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meterdari tepian
sungai;

- Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luarkawasan


permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepian
sungai.

 Kawasan Sekitar Danau/Waduk;

Kawasan sekitar danau/waduk terdapat di Desa Palopo di Kecamatan Marisa,


Desa Dudepo di Kecamatan Patilanggio, serta Desa Papayato di Kecamatan
Popayato

 Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau dterdapat di kawasan perkotaan yang ada di Kabupaten


dengan ketentuan luas minimal 30 % dari luas kawasan perkotaan yang terdiri
atas 20 % ruang terbuka hijau publik dan 10 % ruang terbuka hijau privat

 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya; terdiri atas :

 Kawasan Suaka Alam Laut, meliput Taman Laut Pulau Bitila yang ditetapkan
sebagai Kawasan Suaka Alam Laut Provinsi

 Kawasan Cagar Alam; meliputi :

II-74
- Cagar Alam Panua yang meliputi sebagian Kecamatan Marisa, Paguat,
Dengilo, Buntulia, Patilanggio, dan Taluditi dengan luas kurang lebih
36.838 Ha

- Cagar Alam Tanjung Panjang yang meliputi sebagian Kecamatan


Randangan dan Wanggarasi

 Kawasan Pantai Berhutan Bakau;

Kawasan Pantai Berhutan Bakau terdapat di timur hingga barat sepanjang


pesisir Teluk Tomini yang meliputi Kecamatan Marisa, Duhiadaa, Lemito,
Paguat, Patilanggio, Popayato, Popayato Barat, Popayato Timur, dan
Kecamatan Randangan

 Kawasan Taman Wisata Alam Laut;

Kawasan taman wisata alam yaitu kawasan wisata alam laut Torosiaje yang
terdapat di Kecamatan Popayato.

 Kawasan Rawan Bencana Alam;

Kawasan rawan bencana alam yaitu kawasan yaitu kawasan rawan banjir yang
meliputi Kecamatan Marisa, Randangan, Dengilo, Wanggarasi, Lemito, Taluditi,
Popayato Timur, Popayato, dan Popayato Barat

 Kawasan Lindung Geologi

Kawasan lindung geologi yaitu berupa kawasan yang memberikan perlindungan


terhadap air tanah. Dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air
tanah yaitu berupa kawasan sempadan mata air yang terdapat di Kecamatan
Popayato Barat, Lemito, Buntulia, Randangan,Dengilo, Taluditi, Marisa, Dan
Paguat.

4. Kawasan Budidaya Kabupaten Pohuwato

Rencana pola ruang kawasan budidaya di Kabupaten Pohuwato meliputi:

a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi, Terdiri Atas :

 Kawasan Hutan Produksi Terbatas;. Kecamatan Popayato Barat, Popayato


Timur, Popayato,Lemito, Wanggasari, Taluditi, Patilanggio, Buntulia, Dan
Randangan

II-75
 Kawasan Hutan Produksi Tetap; Terdapat Di Kecamatan Popayato Barat,
Popayato Timur, Wanggasari Danlemit

 Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi. Terdapat Di Kecamatan


Popayato, Popayato Barat,Popayato Timur, Lemito, Wanggasari, Randangan,
Taluditi Dan Dengilo

b. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat.

Kawasan peruntukan hutan rakyat terdapat di Kecamatan Maisa, Buntulia, Paguat,


Dengilo, Patilanggio, Taluditi, Popayato, Popayato Barat, Popayato Timur dan Lemito

c. Kawasan Peruntukan Pertanian;

Kawasan Peruntukan Pertanian terdiri atas :

 Kawasan Peruntukan Tanaman Pangan, Terdapat Di Kecamatan Duhiadaa,


Taluditi, Randangan,Dengilo, Patilanggio, Dan Buntulia

 Kawasan Peruntukan Hortikultura, Tersebar Di Seluruh Wilayah Kecamatan Di


Kabupaten Pohuwato

 Kawasan Peruntukan Perkebunan, Tersebar Di Seluruh Kecamatan, Dengan


Komoditas Yang dikembangkan Meliputi Kopi, Kakao, Mete, Kelapa Dalam,
Kelapa Sawit,Cengkeh, Panili, Dan Kemiri. terdapat di Kecamatan Dengilo,
Popayato Barat, Popayato, Popayato Timur, Randangan, dan Taluditi

 Kawasan peruntukan peternakan, terdapat di Kecamatan Dengilo, Popayato


Barat, Popayato,Popayato Timur, Randangan, dan Taluditi

 Kawasan pertanian pangan berkelanjutan ditetapkan di Kecamatan Patilanggio,


Randangan dan Taluditi.

d. Kawasan Peruntukan Perikanan;

Kawasan peruntukan perikanan, terdiri atas :

 Kawasan Peruntukan Perikanan Tangkap;

Kawasan Peruntukan Perikanan Tangkap Diarahkan Dengan Memanfaatkan


Perairan Teluk Tomini,

 Kawasan Peruntukan Budidaya Perikanan; .

Kawasan peruntukan budidaya perikanan terdiri atas:.

II-76
 Budidaya Perikanan Air Tawar Di Kecamatan Buntulia, Taluditi,Patilanggo,
Popayato Dan Dengilo;

 Budidaya Perikanan Air Payau Yang Tersebar Di Kecamatan Popayatobarat,


Popayato, Popayato Timur, Lemito, Randangan, Wanggarasi,Duhiadaa, Dan
Paguat.

 Kawasan Minapolitan.

Kawasan Minapolitan ditetapkan Sebagai Sentra Di Kecamatan Lemito Dan


Didukung Olehkawasan Popayato Barat, Popayato, Popayato Timur,
Wanggarasi, Taluditi, Randangan, Duhiadaa, Buntulia, Marisa, Paguat, Dan
Dengilo

e. Kawasan Peruntukan Pertambangan, terdiri atas :

 Kawasan Peruntukan Pertambangan Pasir Dan Batu Yang Terdapat Disungai Di


Wilayah Kabupaten Baik Sungai Besar Maupun Sungai Yaitu Sungai Molosipat,
Sungai Popayato, Sungai Lemito, Sungai Randangan, Sungai Malango, Sungai
Marisa, Dan Sungai Paguat Dikecamatan Randangan, Popayato, Buntulia,
Lemito, Marisa, Dan Paguat

 Kawasan Peruntukan Pertambangan Batu Andesit Di Kecamatanmarisa,


Buntulia, Dan Taluditi;

 Awasan Peruntukan Pertambangan Toseki Di Kecamatan Patilanggio,


Wanggarasi, Paguat, Dan Randangan;.

 Kawasan Peruntukan Pertambangan Batu Granit Di Kecamatan Popayato,


Popayato Barat Dan Popayato Timur;

 Kawasan Peruntukan Pertambangan Toseki Di Kecamatan Popayato Timur,


Lemito, Wanggarasi, Taluditi Dan Randangan

 Kawasan Peruntukan Pertambangan Mineral Logam; terdiri atas :

Kawasan Peruntukan Pertambangan Mineral Logam Yaitu Berupa Kawasan


Peruntukan Pertambangan Emas Di Kecamatan Buntulia Dan Patilanggio
(Gunungpani), Taluditi , Popayato Barat, Dan Dengilo.

Kawasan peruntukan pertambangan diarahkan untuk :

 Pengembangan Investasi;

II-77
 Pengembangan Wilayah Pertambangan Rakyat ( WPR )

 Kawasan akan lebih diperjelas pada dokumen Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan (RDTRK);

f. Kawasan Peruntukan Industri; terdiri dari :

 Kawasan Peruntukan Industri Besar;

Kawasan peruntukan industri besar terdapat di wilayah Kecamatan Paguat dengan


fokus industripengolahan hasil pertanian dan perikanan.

 Kawasan Peruntukan Industri Menengah;

Kawasan peruntukan industri menengah terdapat di wilayah Kecamatan


Randangan

 Kawasan Peruntukan Industri Kecil.

Kawasan peruntukan industri kecil terdapat di seluruh Kecamatan terdapat di


seluruh Kecamatan

g. Kawasan Peruntukan Pariwisata; terdiri dari :.

 Kawasan Peruntukan Pariwisata Budaya, terdiri atas


 Kawasan Permukiman Terapung Suku Bajo Di Desa Torisiaje Dikecamatan
Popayato;
 Kawasan Perkampungan Suku Sangihe Di Desa Karangetankecamatan
Dengilo Dan Di Desa Londoun Kecamatan Popayato;
 Kawasan Perkampungan Suku Minahasa Di Desa Karangetankecamatan
Dengilo.
 Kawasan Budaya Gorontalo Kampung 4 (Empat) Di Kecamatanpaguat; .
 Kawasan Pemukiman Adat Suku Bali Dan Suku Jawa Di
Kecamatanrandangan Dan Taluditi;

 Kawasan Peruntukan Pariwisata Alam, terdiri atas :


 Kawasan Wisata Pantai Indah Bumbulan di Kecamatan Paguat;
 Taman Laut Pulau Bitila di Kecamatan Paguat;
 Pulau Lahe di Kecamatan Marisa;
 Pantai Pohon Cinta di Kecamatan Marisa;
 Danau Delo terletak di Kecamatan Marisa;
 Tanjung Maleo di Kecamatan Paguat;

II-78
 Pantai Tanjung Bajo Kecamatan Paguat;
 Pantai Bulili di Kecamatan Duhiadaa;
 Pantai Lalape di Kecamatan Popayato;
 Danau Embung di Kecamatan Patilanggio.
 Danau Telaga di Kecamatan Popayato
 Air Terjun Lomuli di Kecamatan Lemito;
 Air Terjun Kepala Lima di Kecamatan Popayato Timur.
 Air Terjun Makarti Jaya di Kecamatan Taluditi;
 Air Terjun Karya Baru di Kecamatan Dengilo;
 Air Terjun Dudu di Kecamatan Wanggarasi;
 Pantai Tanjung Maleo Di Kecamatan Paguat;
 Pantai pasir putih Pentadu di Kecamatan Paguat.

 Kawasan Peruntukan Pariwisata Buatan, yaitu kawasan masjid An-Nida tertua di


Kecamatan Paguat dan masjid keramat di Kecamatan Wanggarasi

h. Kawasan Peruntukan Permukiman; terdiri atas :

 Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan;

Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan Terdapat Di Kawasan Perkotaan


Marisa, Paguat, Dan Popayato

 Kawasan Peruntukan Permukiman Perdesaan.

Kawasan Peruntukan Permukiman Perdesaan Terdapat Di Seluruh Wilayah


Kabupaten Selainkawasan Perkotaan Sebagaimana Dimaksud Pada Ayat

i. Kawasan Peruntukan Lain, yaitu berupa :


 Kawasan Peruntukan Pertahanan Dan Keamanan Yang Terdiri Atas:
- Kawasan Markas Brimob dan TNI Angkatan Laut terdapat di Kecamatan
Paguat;
- Kawasan Markas TNI Angkatan Darat di Kecamatan Marisa danPopayato;
- Kawasan Markas TNI Angkatan Udara di Kecamatan Randangan.
 Kawasan peruntukan lain adalah Kawasan Gedung Olah Raga (GOR) yang
terdapat di Kecamatan Paguat dan Marisa
 Kawasan Peruntukan lain adalah Kawasan TPA Tempat Pemprosesan Akhir di
Kecamatan Marisa

5. Rencana Kawawasan Strategis Kabupaten Pohuwato

II-79
Kawasan Strategis Yang Ada Di Kabupaten Pohuwato, Terdiri Atas :

 Kawasan Strategis Provinsi (KSP)

Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang ada di Kabupaten Pohuwato, terdiri atas :
 KSP dari sudut kepentingan ekonomi, yaitu Kawasan Marisa danKawasan
Randangan
 KSP dari sudut kepentingan sosial budaya, yaitu kawasan perkampunganSuku
Bajo
 KSP dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atauteknologi
tinggi yaitu kawasan blok tambang emas Pohuwato dan Pohuwato – Boalemo;
 KSP dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, yaitu
Kawasan Cagar Alam Panua dan Cagar Alam Tanjung Panjang.

 Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)

Kawasan Strategis Kabupaten yaitu kawasan strategis dari sudut kepentingan


pertumbuhanekonomi, terdiri atas
 Kawasan industri di Kecamatan Paguat
 Kawasan Perdagangan Dan Jasa Komersial Di Perkotaan Marisa;.
 Kawasan Wisata Pantai Bumbulan Indah Di Kecamatan Paguat;.
 Kawasan Wisata Pohon Cinta Di Kecamatan Marisa;
 Kawasan Pulau Bitila Di Kecamatan Paguatf.
 Kawasan Pelabuhan Bumbulan;
 Kawasan Pantai Lalape Di Kecamatan Popayato.

Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Struktur, Pola Ruang dan Kawasan Strategis
Kabupaten Pohuwato.

II-80
Gambar 2.10
Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Pohuwato

II-81
Gambar 2.11
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Pohuwato

II-82
6. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Tata Kabupaten Pohuwato

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas:


1) Ketentuan Umum Peraturan Zonasi;
a. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Lindung; terdiri atas .
 Pemanfaatan Kawasan Pada Hutan Lindung Dilakukan Dengan Ketentuan:
- Tidak Mengurangi, Mengubah Atau Menghilangkan Fungsi Utamanya;
- Pengolahan Tanah Terbatas.
- Tidak Menimbulkan Dampak Negatif Terhadap Biofisik Dan Sosial Ekonomi;
- Tidak Menggunakan Peralatan Mekanis Dan Alat Berat;
- Tidak Membangun Sarana Dan Prasarana Yang Mengubah Bentang alam.
 Pertambangan Di Kawasan Hutan Lindung Masih Diperkenankan sepanjang
Tidak Dilakukan Dengan Pola Penambangan Terbuka.
 Kawasan Hutan Lindung Dapat Dikelola Atau Dipinjampakaikan Sepanjang
mengikuti Prosedur Dan Sesuai Peraturan Perundang-Undangan Yang berlaku;
 Pembangunan Prasarana Wilayah Yang Harus Melintasi Hutan Lindung dapat
Diperkenankan Dengan Ketentuan :
- Tidak Menyebabkan Terjadinya Perkembangan Pemanfaatan
Ruangbudidaya Di Sepanjang Jaringan Prasarana Tersebut;
- mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Sempadan Pantai, ditetapkan
sebagai berikut :
 Kawasan Sempadan Pantai Ditetapkan 100 Meter Dari Titik
Pasangtertinggi;
 Dalam Kawasan Sempadan Pantai Yang Termasuk Dalam Zona Inti
Wilayahpesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Tidak Diperkenankan Dilakukan
Kegiatanbudidaya Kecuali Kegiatan Penelitian, Bangunan Pengendali Air,
Dansistem Peringatan Dini (Early Warning System)
 Dalam Kawasan Sempadan Pantai Yang Termasuk Zona
Pemanfaatanterbatas Dalam Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
Diperkenankandilakukan Kegiatan Budidaya Pesisir, Ekowisata, Dan
Perikanantradisional;
 Dalam Kawasan Sempadan Pantai Yang Termasuk Zona Lain Dalam
Wilayahpesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Diperkenankan Dilakukan

II-83
Kegiatanbudidaya Sesuai Peruntukan Kawasan Dan Peraturan Perundang-
Undangan Yang Berlaku
c. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan sungai ditetapkan
sebagai berikut :
 Kawasan Sempadan Sungai Adalah Kawasan Sepanjang Kiri-Kanan
Sungai,Termasuk Sungai Buatan/Kanal/Saluran Irigasi Primer Yang
Mempunyai Manfaat Penting Untuk Mempertahankan Kelestarian Fungsi
Sungaidengan Lebar Sempadan Sebagai Berikut :
- Bertanggul Dan Berada Dalam Kawasan Permukiman Dengan
Lebarpaling Sedikit 5 (Lima) Meter Dari Kaki Tanggul Sebelah Luar.
- Tidak Bertanggul Dan Berada Diluar Kawasan Permukiman Denganlebar
Minimal Paling Sedikit 100 (Seratus) Meter Dari Tepi Sungai;
- Tidak Bertanggul Pada Sungai Kecil Diluar Kawasan Permukimandengan
Lebar Paling Sedikit 50 (Lima Puluh) Meter Dari Tepi Sungai.
 Dalam Kawasan Sempadan Sungai Tidak Diperkenankan
Dilakukankegiatan Budidaya Yang Mengakibatkan Terganggunya Fungsi
Sungai;
 Dalam Kawasan Sempadan Sungai Masih Diperkenankan
Dibangunprasarana Wilayah Dan Utilitas Lainnya Dengan Ketentuan .
- Tidak Menyebabkan Terjadinya Perkembangan Pemanfaatan
Ruangbudidaya Di Sepanjang Jaringan Prasarana Tersebut;
- Dilakukan Sesuai Ketentuan Peraturan Yang Berlaku.
d. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar danau/waduk ditetapkan
sebagai berikut :
 Kawasan Sekitar Danau/Waduk Adalah Kawasan Tertentu Di Sekeliling
waduk Yang Mempunyai Manfaat Penting Untuk Mempertahankan
kelestarian Fungsi Danau/Waduk, Dengan Jarak Antara 50-100 M Dari
Titikpasang Tertinggi Ke Arah Darat Disesuaikan Dengan Bentuk Dan
Kondisifisik Danau/Waduk;
 Diperbolehkan Untuk Kegiatan Perikanan, Ekowisata, Pertanian Dengan
Jenis Tanaman Yang Diijinkan, Pemasangan Papan Pengumuman
Pemasangan Fondasi Dan Rentang Kabel, Fondasi Jalan/Jembatan,
Bangunanlalu Lintas Air, Pengambilan Dan Pembuangan Air Serta
Bangunan Yang mendukung Kelestarian Kawasan;.

II-84
 Diperkenankan Kegiatan Yang Berkaitan Dengan Wisata Seperti
Hotel,Rumah Makan, Tempat Rekreasi Dengan Tetap Mengupayakan
pembangunan Fisik Yang Mampu Mencegah Terjadinya Sedimentasi
Kedalam Waduk/Danau;
 Dilarang Mendirikan Bangunan Di Kawasan Sempadan Waduk Yang
Belumterbangun (IMB Tidak Diberikan);
 Dilarang Menyelenggarakan Kegiatan Yang Mengganggu Kelestarian
Dayatampung Waduk Seperti Pendirian Bangunan, Permukiman Dan
Penanamantanaman Semusim Yang Mempercepat Pendangkalan;
 Penggunaan Tanah Terus Diusahakan Dengan Tetap Menjaga Kelestarian
lingkungan Konservasi Atau Green Belt Wajib Diusahakan;
 Pada Kawasan Yang Sudah Terbangun Diadakan Program Konsolidasi
Danpemeliharaan Lingkungan;
 Tanah Pada Kawasan Sekitar Waduk Dikuasai Oleh Negara Dan Apabila
dimiliki Oleh Masyarakat Dibebaskan Dengan Penggantian Yang Layak
Dandapat Diberikan Hak Pakai Pada Dinas Pekerjaan Umum Pengairan;
 Pemilikan Atau Penguasaan Tanah Yang Tidak Sesuai, Dibina
Untukmenyesuaikan Kegiatannya Agar Serasi Atau Sejalan Secara
Bertahap, Dengan Jalan Membebaskan Dari Pengenaan Pajak Bumi Dan
Bangunan atau Bentuk Sumbangan Lainnya Yang Dikaitkan Dengan
Pemilikan Atau penguasaan Tanah;
 Apabila Yang Bersangkutan Tidak Mampu Melaksanakan Penyesuaian
dengan Sukarela Maka Pemerintahbaik Pusat Maupun Daerah Dapat
Melakukan Pembebasan Lahan Secara bertahap yang pertuntukannya
diprogramkan Untuk Kegiatan Sabuk Hijau / Green Belt.
e. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Ruang Terbuka Hijau Ditetapkan
Sebagai Berikut :
 Kawasan Ruang Terbuka Hijau Untuk Wilayah Kabupaten Berupa
Hutanseluas Paling Sedikit 30% Dari Luas DAS;
 Kawasan Ruang Terbuka Hijau Tidak Diperkenankan Dialihfungsikan;
 Dalam Kawasan Ruang Terbuka Hijau Masih Diperkenankan
Dibangunfasilitas Pelayanan Sosial Secara Terbatas Dan Memenuhi
Ketentuan Yang berlaku;

II-85
 Pendirian Bangunan Yang Dibatasi Hanya Untuk Menunjang
Kegiatanrekreasi; Dane.
 Pelarangan Semua Jenis Kegiatan Yang Dapat Menurunkan Luas,
Nilaiekologis, Dan Estetika Kawasan
f. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan suaka alam laut ditetapkan
sebagai berikut :
 Suaka alam laut dan perairan lainnya adalah daerah berupa perairan
laut,perairan darat, wilayah, muara sungai, pesisir gugusan atol dan
karang yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau
keunikanekosistem;b.
 Diperbolehkan kegiatan ekowisata dan penelitian yang tidak
merusaklingkungan;c.
 Tidak diijinkan melakukan pengambilan terumbu karang,
penangkapanikan bertujuan ekonomis dan penangkapan ikan dalam skala
besar,pengerukan pasir, penimbunan pantai yang mengganggu ekosistem,
dankegiatan sejenis;
 Dilakukan pembagian zona dan kegiatan yang terdiri atas:
- Zona Inti, Dengan Ketentuan :
- Dikelola Secara Alami Dan Menghindarkan Campur Tangan
Manusia;
- Diijinkan Aktifitas Penelitian Dengan Persyaratan Tertentu;.
- Zona Perlindungan, Dengan Ketentuan:
- Dikelola sebagai kawasan suaka margasatwa;
- Dapat dilakukan pembinaan areal dengan tanpa mengganggu
fungsisuaka alam;
- Diijinkan penelitian yang tidak merusak ekosistem secara intensif.
- Zona Pemanfaatan, Dengan Ketentuan:
- Dikelola sebagai taman wisata dan dimanfaatkan
untukkepentingan rekreasi dan budaya;
- Dikembangkan untuk pendidikan, penyuluhan dan olah ragas
elama dalam pelaksanaannya tidak mengganggu fungsi suaka alam
- Zona penyangga, dapat dimanfaatkan secara langsung dan
tidaklangsung oleh masyarakat

II-86
g. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar alam ditetapkan sebagai
berikut :
 Kawasan cagar alam adalah kawasan yang ditunjuk mempunyai
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistemnya;
 Diperbolehkan kegiatan lain yaitu berupa kegiatan ekowisata yang tidak
membutuhkan lahan, penelitian dan kegiatan yang bermanfaat bagi
peningkatan ilmu pengetahuan yang tidak merusak lingkungan atau pos
pengawas yang pengelolaannya diupayakan sedemikian rupa sehingga
ekosistem binatang, ikan, atau tumbuhan langka yang dilindungi tidak
terganggu;
 Dilarang menyelenggarakan kegiatan pembangunan yang mengakibatkan
penurunan kualitas lingkungan dan perlindungan plasma nutfah;
 Kegiatan yang sudah ada di dalam kawasan cagar alam yang mengganggu
fungsi kawasan secara bertahap akan dipindahkan dengan diberi
penggantian yang layak oleh pemerintah.
h. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pantai berhutan bakau ditetapkan
sebagai berikut :
 Dalam kawasan pantai berhutan bakau dilarang dilakukan
kegiatanbudidaya yang menyebabkan menurunnya fungsi kawasan;
 Tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya skala besar atau
skalausaha dan eksploitasi sumber daya alam yang
mengakibatkanmenurunnya potensi biota alam;
 Masih diperkenankan dilakukan kegiatan pariwisata alam secara
terbatasdan kegiatan penelitian.
i. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan taman wisata alam laut
ditetapkan sebagai berikut :
 Diperbolehkan Kegiatan Ekotourisme Terbatas Dan Penelitian Yang Tidak
merusak Taman Wisata Alam Laut;
 Dilarang Melakukan Kegiatan Yang Tidak Menunjang Perlindungan
terhadap Taman Wisata Alam Laut; Dan
 Kegiatan Yang Sudah Ada Di Dalam Kawasan Taman Wisata Alam Laut
Yangtidak Sesuai Dan Mengganggu Fungsi Kawasan Secara Bertahap Akan
dipindahkan Dengan Diberi Penggantian Yang Layak Oleh Pemerintah.

II-87
j. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana ditetapkan
sebagai berikut :
 Perkembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun di dalam
kawasan rawan bencana alam harus dibatasi dan diterapkan peraturan
bangunan (building code) sesuai dengan potensi bahaya/bencana
alam,serta dilengkapi jalur evakuasi;
 Kegiatan-kegiatan vital/strategis diarahkan untuk tidak dibangun pada
kawasan rawan bencana;
 Dalam kawasan rawan bencana masih dapat dilakukan
pembangunanprasarana penunjang untuk mengurangi resiko bencana
alam danpemasangan sitem peringatan dini (Early Warning System)
 Dalam kawasan rawan bencana alam masih diperkenankan
adanyakegiatan budidaya lain seperti pertanian, perkebunan, dan
kehutanan,serta bangunan yang berfungsi untuk mengurangi resiko yang
timbul akibat bencana alam.
k. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan mata air ditetapkan
sebagai berikut :
 Pada Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Air Tanah
Tidakdiperkenankan Adanya Bangunan Terkecuali Bangunan Yang Terkait
Dengan sistem Jaringan Prasarana Wilayah Dan Pengendali Air;
 Dalam Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Air Tanah
Masihdi perkenankan Budidaya Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan
Sepanjangtidak Mengganggu Fungsi Lindung Terhadap Air Tanah;
 Dalam Kawasan Sempadan Mata Air Tidak Diperkenankan
Dilakukankegiatan Budidaya Yang Dapat Merusak Mata Air; .
 Dalam Kawasan Sempadan Mata Air Masih Diperkenankan Dilakukan
kegiatan Penunjang Pariwisata Alam Sesuai Ketentuan Yang Berlaku.
l. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi ditetapkan
sebagai berikut :
 Pada kawasan hutan produksi diperkenankan pemanfaatan hasil hutan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan.
 Dalam kawasan hutan produksi tidak diperkenankan adanya kegiatan
budidaya kecuali kegiatan kehutanan dan pembangunan sistem

II-88
jaringanprasarana wilayah dan bangunan terkait dengan pengelolaan
budidayahutan produksi;
 Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi dapat
dialihfungsikanuntuk kegiatan lain di luar kehutanan setelah potensi hutan
tersebut dimanfaatkan dan sesuai peraturan perundangan yang berlaku
 Kegiatan kehutanan dalam kawasan hutan produksi tidak diperkenankan
menimbulkan gangguan lingkungan seperti bencana alam;
 Kawasan hutan produksi dimungkinkan untuk kegiatan lain di luar
kehutanan dengan cara pinjam pakai kawasan hutan;
 Sebelum kegiatan pengelolaan hutan produksi dilakukan wajib dilakukan
studi kelayakan dan studi amdal yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi
dari lembaga yang berwenang
m. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian ditetapkan
sebagai berikut :
 Kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan lahan basah dan
lahankering tidak diperkenankan menggunakan lahan yang dikelola
dengan mengabaikan kelestarian lingkungan, misalnya penggunaan pupuk
yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan pengolahan
tanah yang tidak memperhatikan aspek konservasi;
 Dalam pengelolaan pertanian tanaman pangan lahan basah
tidakdiperkenankan pemborosan penggunaan sumber air;
 Peruntukan budidaya pertanian tanaman pangan diperkenankan untuk
dialih fungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, kecuali lahan pertanian pangan berkelanjutan;
 Dalam kawasan perkebunan dan perkebunan rakyat tidak diperkenankan
penanaman jenis tanaman perkebunan yang bersifat menyerap air dalam
jumlah banyak. Terutama kawasan perkebunan yang berlokasi di
daerahhulu/kawasan resapan air.
 Bagi kawasan perkebunan besar tidak diperkenankan merubah
jenistanaman perkebunan yang tidak sesuai dengan perizinan yang
diberikan;
 Dalam kawasan perkebunan besar dan perkebunan rakyat
diperkenankanadanya bangunan yang bersifat mendukung kegiatan
perkebunan dan jaringan prasarana wilayah.

II-89
 Alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi lainnya dapat dilakukan
sepanjang sesuai dan mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
 Sebelum kegiatan perkebunan besar dilakukan diwajibkan untuk
dilakukan studi kelayakan dan studi amdal yang hasilnya disetujui oleh tim
evaluasi dari lembaga yang berwenang;
 Kawasan budidaya peternakan tidak diperkenankan berdekatan dengan
kawasan permukiman;
 Dalam kawasan peruntukan peternakan masih diperkenankan adanya
kegiatan lain yang bersifat mendukung kegiatan peternakan dan
pembangunan sistem jaringan prasarana sesuai ketentuan yang berlaku
 Kawasan peruntukan peternakan diperkenankan untuk dialih fungsikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
n. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perikanan
ditetapkan sebagai berikut :
 Kawasan budidaya perikanan tidak diperkenankan berdekatan
dengankawasan yang bersifat polutif;
 Dalam kawasan perikanan masih diperkenankan adanya kegiatan lain yang
bersifat mendukung kegiatan perikanan dan pembangunan sistem
jaringan prasarana sesuai ketentuan yang berlaku;
 Kawasan perikanan diperkenankan untuk dialih fungsikan sesuai
denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
o. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertambangan
ditetapkan sebagaiberikut .
 Kegiatan usaha pertambangan sepenuhnya harus mengikuti ketentuan
yang berlaku di bidang pertambangan;
 Kegiatan usaha pertambangan dilarang dilakukan tanpa izin
dariinstansi/pejabat yang berwenang;
 Kawasan pasca tambang wajib dilakukan rehabilitasi (reklamasi
dan/ataurevitalisasi) sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan
lain, sepertipertanian, kehutanan, dan pariwisata;
 Pada kawasan pertambangan diperkenankan adanya kegiatan lain yang
bersifat mendukung kegiatan pertambangan;

II-90
 Kegiatan permukiman diperkenankan secara terbatas untuk menunjang
kegiatan pertambangan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek
keselamatan;
 Sebelum kegiatan pertambangan dilakukan wajib dilakukan studi
kelayakan dan studi amdal yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari
lembaga yang berwenang.
p. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan industri ditetapkan sebagai
berikut :
 untuk meningkatkan produktifitas dan kelestarian lingkungan
pengembangan kawasan industri harus memperhatikan aspek ekologis;
 lokasi kawasan industri tidak diperkenankan berbatasan langsung
dengankawasan permukiman;
 pada kawasan industri diperkenankan adanya permukiman penunjang
kegiatan industri yang dibangun sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku;
 pada kawasan industri masih diperkenankan adanya sarana dan prasarana
wilayah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
 pengembangan kawasan industri harus dilengkapi dengan jalur hijau
(greenbelt) sebagai penyangga antar fungsi kawasan, dan sarana
pengolahan limbah;
 Pengembangan zona industri yang terletak pada sepanjang jalan
arteriatau kolektor harus dilengkapi dengan frontage road untuk
kelancaran aksesibilitas;
 Setiap kegiatan industri harus dilengkapi dengan upaya
pengelolaanlingkungan dan upaya pemantauan lingkungan serta
dilakukan studi AMDAL.
q. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pariwisata sebagaimana
ditetapkan sebagai berikut :.
 Pada Kawasan Pariwisata Alam Tidak Diperkenankan Dilakukan Kegiatan
Yang Dapat Menyebabkan Rusaknya Kondisi Alam Terutama yang
Menjadi obyek Wisata Alam;
 Dalam Kawasan Pariwisata Dilarang Dibangun Permukiman Dan Industri
Yang Tidak Terkait Dengan Kegiatan Pariwisata;

II-91
 Dalam Kawasan Pariwisata Diperkenankan Adanya Sarana Dan Prasarana
Yang Mendukung Kegiatan Pariwisata Dan Sistem Prasarana Wilayah
Sesuai dengan Ketentuan Perundang-Undangan Yang Berlaku;
 Pada Kawasan Pariwisata Diperkenankan Dilakukan Penelitian Dan
pendidikan;
 Pada Kawasan Pariwisata Alam Tidak Diperkenankan Adanya Bangunan
Lainkecuali Bangunan Pendukung Kegiatan Wisata Alam;
 Pengembangan Pariwisata Harus Dilengkapi Dengan Upaya
Pengelolaanlingkungan Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Serta Studi
AMDAL.
r. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman ditetapkan sebagai
berikut :
 Peruntukan kawasan permukiman diperkenankan untuk dialihfungsikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
 Pada kawasan permukiman diperkenankan adanya sarana dan prasarana
pendukung fasilitas permukiman sesuai dengan petunjuk teknis dan
peraturan yang berlaku;
 Dalam kawasan permukiman masih diperkenankan dibangun
prasaranawilayah sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
 Kawasan permukiman harus dilengkapi dengan fasilitas sosial termasuk
ruang terbuka hijau (RTH) perkotaan dengan luas paling sedikit 30% dari
luas kawasan perkotaan;
 Dalam kawasan permukiman masih diperkenankan adanya kegiatan
industri skala rumah tangga dan fasilitas sosial ekonomi lainnya dengan
skala pelayanan lingkungan;
 Kawasan permukiman tidak diperkenankan dibangun di dalam kawasan
lindung/konservasi dan lahan pertanian dengan irigasi teknis;
 Dalam kawasan permukiman tidak diperkenankan dikembangkan kegiatan
yang mengganggu fungsi permukiman dan kelangsungan kehidupan
sosial masyarakat.
 Pengembangan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai ketentuan
peraturan yang berlaku di bidang perumahan dan permukiman;

II-92
 Pembangunan Hunian Dan Kegiatan Lainnya Di Kawasan
Permukimanharus Sesuai Dengan Peraturan Teknis Dan Peraturan Lainnya
Yang Berlaku( KDB, KLB, Sempadan Bangunan, Dan Lain Sebagainya).
 Pada Kawasan Permukiman Perkotaan Harus Disediakan Prasarana
Dansarana Dasar Pendukung Permukiman Yang Tersambung Dengan
Sistemprasarana Perkotaan Yang Sudah Ada.
s. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertahanan
keamanan ditetapkan sebagai berikut :
 Diizinkan kegiatan dominasi hunian dengan fungsi utama sebagai
kawasanpertahanan dan keamanan;
 Diizinkan kegiatan peningkatan akses menuju pusat kegiatan
pertahanandan keamanan baik yang terdapat di dalam maupun di luar
kawasan
 Pengendalian yang disesuaikan dengan kriteria teknik kawasan
pertahanan dan keamanan yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan di bidang pertahanan dan keamanan
2) Ketentuan Perizinan
a. Perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian
izin pemanfaatan ruang sesuai rencana struktur ruang dan pola ruang yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
b. Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan kewenangannya dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur atau
mekanisme sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Izin pemanfaatan ruang yang memiliki dampak skala kabupaten diberikan
atau mendapat rekomendasi dari Bupati.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan perizinan wilayah kabupaten
diatur dengan Peraturan Bupati
3) Ketentuan Insentif dan Disinsentif
a. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif merupakan acuan bagi pejabat
yang berwenang dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.
b. Ketentuan pemberian insentif dan pengenaan disinsentif untuk wilayah
Kabupaten Pohuwato terdiri atas:

II-93
o Ketentuan umum pemberian insentif dan pengenaan disinsentif
berisikan arahan pemberlakuan insentif dan disinsentif untuk berbagai
pemanfaatan ruang secara umum.
 Pemberian Insentif Diberlakukan Pada Pemanfaatan Ruang Yang
Didorong perkembangannya Dan Sesuai Dengan Rencana Tata
Ruang.
 Pengenaan Disinsentif Diberlakukan Bagi Kawasan Yang Dibatasi
Atau dikendalikan Perkembangannya, Atau Dilarang Dikembangkan
Untuk kegiatan Budidaya.
Insentif Terdiri Atas :
 Pemberian Keringanan Atau Penundaan Pajak (Tax Holiday) Dan
Kemudahan Proses Perizinan;
- Penyediaan sarana dan prasarana kawasan oleh pemerintah
untuk memperingan biaya investasi oleh pemohon izin;
- Pemberian kompensasi terhadap kawasan terbangun lama
sebelumrencana tata ruang ditetapkan dan tidak sesuai tata
ruang serta dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan;
- Pemberian kemudahan dalam perizinan untuk kegiatan yang
menimbulkan dampak positif.
Disinsentif terdiri atas :
 Pengenaan pajak yang tinggi terhadap kegiatan yang berlokasi
didaerah yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti pusat
kota,kawasan komersial, daerah yang memiliki tingkat kepadatan
tinggi;
 Penolakan pemberian izin perpanjangan hak guna usaha, hak
gunabangunan terhadap kegiatan yang terlanjur tidak sesuai
denganrencana tata ruang dan peraturan zonasi;
 Peniadaan sarana dan prasarana bagi daerah yang tidak
dipacupengembangannya, atau pengembangannya dibatasi;
 Penolakan pemberian izin pemanfaatan ruang budidaya yang
akandilakukan di dalam kawasan lindung
o Ketentuan khusus pemberian insentif dan disinsentif ditujukan untuk
pemberlakuan insentif dan disinsentif secara langsung pada jenis-jenis
pemanfaatan ruang atau kawasan tertentu di wilayah Kabupaten Pohuwato.

II-94
o Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur
ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturanzonasi yang
diatur dalam Peraturan Daerah ini.
o Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah,
dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.
o Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan
ruangwilayah dilakukan oleh pemerintah kabupaten kepada tingkat
pemerintah yang lebih rendah (kecamatan/desa) dan kepada masyarakat
(perorangan/kelompok).
o Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi
berwenang sesuai dengan kewenangannya.
o Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut prosedur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
o Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan pemberian insentif dan
disinsentif diatur dengan keputusan bupati
4) Arahan Sanksi Ketentuan Pidana
Pengenaan sanksi merupakan arahan ketentuan pengenaan sanksiadministratif
kepada pelanggar pemanfaatan ruang yang akan menjadiacuan bagi pemerintah
daerah kabupaten.
Pengenaan sanksi administratif berfungsi sebagai:.
 Perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi
kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang;danb.
 Penertiban pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tataruang.
Pengenaan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan:
 Hasil pengawasan penataan ruang;
 Tingkat simpangan implementasi rencana tata ruang;
 Kesepakatan antar instansi yang berwenang; dand.
 Peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
Pengenaan sanksi administratif dilakukan secara berjenjang dalam bentuk:
 Peringatan tertulis diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban
pelanggaranpemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali.

II-95
Penghentian kegiatan sementara dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
- Penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara daripejabat
yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan
ruang;
- Apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian
kegiatansementara, pejabat yang berwenang melakukan penertiban
dengan menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi
penghentiansementara secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan
ruang;
- Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan
tindakan penertiban oleh aparat penertiban;
- Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban
melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan ruangsecara paksa;
- Setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang
berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatanruang
yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai denganter penuhinya
kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya
dengan rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan
ruang yang berlaku.
 Penghentian sementara pelayanan umum dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
- Penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan
umum dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang (membuat surat pemberitahuan penghentian
sementara pelayanan umum);
- Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yangdisampaikan,
pejabat yang berwenang melakukan penertiban menerbitkan surat
keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum
kepada pelanggar dengan memuatrincian jenis-jenis pelayanan umum
yang akan diputus

II-96
 Ketentuan Pidana
- Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Perda RTRW dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
- Tindak pidana adalah pelanggaran.
- Selain ancaman pidana dapat diancam pidana sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya.

2.4.6 Penggunaan Lahan Eksisting

2.4.7 Indikasi Awal Pelanggaran Tata Ruang Kabupaten Pohuwato

Ada beberapa isu yang terkait dengan indikasi awal pelanggaran tata ruang di Kabupaten
Pohuwato yang didapat dari berbagai sumber seperti media online dan cetak, adalah sebagai
berikut:

1. Kabupaten Pohuwato berada di ujung barat Provinsi Gorontalo yang berbatasan langsung
dengan Sulawesi Tengah. Perairannya berbatasan dengan Teluk Tomini dan menjadi salah
satu arus perdagangan yang potensial.

2. Pohuwato merupakan pemiliki hutan terluas di Gorontalo. Sesuai SK Menteri Kehutanan


Nomor 433/Menhut-II/2009, luas hutannya 368.299 hektar. Dengan rincian, hutan
konservasi (KSA/KPA) ± 40.013 hektar, hutan lindung ± 137.605 hektar, hutan produksi
terbatas ± 80.083 hektar, hutan produksi tetap ± 40.920 hektar, dan hutan produksi yang
bisa dikonversi ± 69.678 hektar.

3. Izin tersebut diberikan kepada PT. Sawindo Cemerlang, PT. Sawit Tiara Nusa, PT. Inti
Global Laksana, dan PT. Banyan Tumbuh Lestari yang totalnya ± 53.000 hektar. Saham
perusahaan sesunggunya dimiliki Wilmar Grup. Keempatnya mendapat konsesi di
kawasan hutan di Kecamatan Popayato Barat, Popayato, Popayato Timur, Lemito,
Wonggarasih, dan Taluditi.

4. Menurut warga di Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, sejak kehadiran perkebunan


sawit, kampung mereka menjadi krisis air. Kabupaten Pohuwato sendiri memiliki dua
daerah aliran sungai (DAS) yaitu Randangan (Sub DAS Malango) dan Popayato (Sub DAS
Hungga, sub DAS Lungusa, dan sub DAS Utadaa). Wilayah sub-sub DAS itu memiliki
tangkapan air sangat besar yang mendukung dua sungai besar yakni Sungai Randangan
dan Sungai Popayato (sumber : Christopel Paino, Mongabay situs berita lingkungan, 2015)

II-97
5. Cagar Alam Tanjung Panjang di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, ditetapkan sebagai
kawasan suaka alam melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan (SK Menhut/TGHK
362/85). Kawasan yang meliputi Desa Patuhu, Desa Siduwonge, Desa Palambane,
Kecamatan Randangan ini menjadi tempat hidup babi hutan, ular, buaya muara, burung-
burung air, dan monyet Sulawesi. Bahkan maleo, dulu masih ada di daerah ini, namun kini
tak ada lagi. Kawasan seluas 3.000 hektar itu, kini tinggal sekitar 600-an hektar. Masalah
yang muncul tidak hanya alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak ikan dan udang.
Ancaman konflik antaretnis: pendatang Bugis dari Sulawesi Selatan dan penduduk lokal
Gorontalo. (sumber : Christopel Paino, Mongabay situs berita lingkungan, 2013).

2.5 KOTA BITUNG SULAWESI UTARA

2.5.1 Letak Administrasi Wilayah

Kota Bitung merupakan salah satu kota di Provinsi Sulawesi Utara terletak di antara 1°23'23"
1°35'39"Lintang Utara dan 125°1'43"- 125°18'13" Bujur Timur. Kota Bitung berbatasan
dengan:

 sebelah utara Kecamatan Likupang (Kabupaten Minahasa Utara) dan Laut Maluku;

 sebelah selatan Laut Maluku;

 sebelah barat Kecamatan Kauditan (Kabupaten Minahasa Utara) disebelah barat;

 sebelah timur Laut Maluku.

Kota Bitung memiliki luas 313,50 km2 atau sekitar 2,26 persen dati total luas Provinsi Sulawesi
Utara. Wilayah kota bitung secara garis besar terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian barat
dan timur yang dipisahkan oleh selat lembeh. Wilayah kota bitung terbagi menjadi tujuh
kecamatan. Kecamatan Ranowulu menjadi kecamatan dengan wilayah terluas dikota bitung
yaitu dengan luas 157.57 km2 atau sekitar 50 persen dari luas wilayah Kota Bitung. Sementara
Kecamatan Girian memiliki luas wilayah terkecil yaitu dengan luas 5,16 km2 atau sekitar 1,65
persen dari keseluruhan luas wilayah Kota Bitung.

2.5.2 Kondisi Geografis

Pada umumnya, kondisi iklim di Kota Bitung sama dengan kondisi iklim wilayah Indonesia
lainnya, yaitu memiliki dua musim, musim kemarau dan musim hujan. Sepanjang tahun 2017
suhu di Kota bitung berkisar antara 24,4o Celcius hingga 32,9o Celcius, dengan rata-rata

II-98
27,8o Celcius. Suhu udara ini tidak berbeda jauh dengan kondisi di tahun 2017 dengan suhu
rata-rata 28°Celsius.

Sebagai daerah yang beriklim hujan tropis, Kota Bitung memiliki kelembaban udara yang
cukup tinggi dengan rata-rata mencapai 76,25 persen pada tahun 2017. Angka ini
menunjukkan perbandingan jumlah uap air dalam udara yang ada dengan jumlah uap air
maksimum dalam suhu yang sama mencapai 76 persen. Tekanan udara rata rata tahun 2017
mencapai 1010,67 milibar. Sementara rata-rata kecepatan angin sepanjang tahun 2017 0,9
sampai 4,3 knot. Pada bulan September kecepatan angin cukup tinggi dengan kecepatan
maksimum mencapai 30 knot.

Curah hujan cukup berfluktuasi setiap bulannya. Total curah hujan tahun 2017 mencapai 1991
mm3. Kondisi ini meningkat dibanding tahun 2016. Intensitas hujan di Kota Bitung pada
periode Januari-Maret 2017 menunjukkan peningkatan hampir empat kali lipat dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya, dimana periode januari-Maret 2017 rata rata 281 mm
sedangkan periode yang sama tahun 2016 hanya rata-rata 73 mm3. Intensitas hujan
cenderung lebih tinggi di awal tahun dibandingkan akhir tahun. Curah hujan maksimum pada
bulan Februari mencapai 376 mm3, sedangkan curah hujan minimum terjadi dibulan
Desember yaitu 84 mm. Tingginya curah hujan dipengaruhi hari hujan, yaitu mencapai 220
hari selama tahun 2017 atau sekitar 18 hari setiap bulan. Sementara itu rata-rata lama
penyinaran matahari hanya mencapai 59 persen.

2.5.3 Kondisi Kependudukan

Proyeksi mencatat jumlah penduduk Kota Bitung pada tahun 2017 berjumlah 212.409 jiwa
dengan tingkat pertumbuhan penduduk 2010-2017 sebesar 1,74 persen. Kecamatan Lembeh
Utara dan Lembeh Selatan merupakan wilayah dengan konsentrasi penduduk lebih sedikit
dibanding kecamatan yang lain. Kepadatan penduduk menunjukkan angka 677,5/km2 yang
artinya setiap kilometer persegi luas wilayah Kota Bitung rata-rata diisi oleh 677 orang.
Kecamat Girian merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi.

Tabel 2.5. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bitung Tahun 2017

No Kecamatan Jumlah Luas Kepadatan


Penduduk (Jiwa) Wilayah (Jiwa/Km2)
(Km2)
1. Madidir 34.087 20,83 1.636,44
2. Matuari 51.237 33,96 1.508,75
3. Girian 31.224 5,17 6.044,72
4. Lembeh Selatan 8.780 25,53 343,91

II-99
5. Lembeh Utara 7.314 27,66 264,43
6. Aertembaga 25.354 33,09 766,14
7. Maesa 33.821 9,70 3.487,78
8. Ranowulu 20.592 157,57 130,69
Jumlah 212.409 313,50 14.182,85

Sumber : Kota Bitung Dalam Angka, Tahun 2018

Struktur penduduk kota Bitung menunjukkan komposisi penduduk usia muda atau usia
produktif lebih besar dari pada komposisi penduduk usia tua dengan angka kelahiran
tinggi. Komposisi penduduk usia 15–64 tahun lebih dari separuh penduduk Kota Bitung, yaitu
sebesar 68,71 persen. Tingginya jumlah penduduk usia muda menunjukkan potensi sumber
daya manusia (SDM) Kota Bitung besar.

2.5.4 Kondisi Perekonomian

Industri pengolahan merupakan lapangan usaha utama dalam perekonomian Kota Bitung.
Secara struktur, kategori ini berperan sebesar 33.63 persen terhadap PDRB Kota Bitung
tahun 2017. Dibandingkan tahun 2016, peranannya mengalami peningkatan 0,59 persen
dari 33, 04 persen. Besarnya peranan kategori industri pengolahan terhadap PDRB di Kota
Bitung ditopang oleh peranan sub kategori industri makanan dan minuman. Hal ini karena
di Kota Bitung Terdapat banyak perusahaan pengolahan berbahan dasar Kopra maupun
ikan. Potensi industri Kota Bitung pada Tahun 2017, nilai investasi sebesar 1.869 miliar
rupiah, yang terdiri dari nilai investasi untuk industri kecil dan menengah 18,72 milyar rupiah
dan investasi pada sektor industri berat meliputi agro, ogam dan kimia 1.850 milyar rupiah.

Bidang industri pariwisata di Kota Bitung berupa destinasi dan atraksi wisata, perhotelan,
restoran, dan transportasi lokal. Jumlah wisatawan yang datang ke Kota Bitung selama
tahun 2017 sebanyak 147.044 orang yang terdiri dari 111.799 wisatawan domestic dan
35.245 orang wisatawan mancanegara. Jumlah wisatawan yang dating meningkat pesat
dibandngkan di tahun 2016, dimana jumlah wisatawan 65.521 orang. Wisatawan domestic
yang mengalami peningkatan terbesar dimana meningkat hampir dua ratus persen. Jika
dilihat melalui pintu kedatangan, jumlah wisatawan yang datang melalui pelabuhan Bitung
Tahun 2017 sebanyak 41.827, wisatawan paling banyak dibulan desember banyak 8.269
orang. Selain itu yang menjadi daya Tarik yaitu terdapat beberapa pantai yang indah dan
masih alami, monument, ekowisata, taman nasional dan terdapat 92 titik penyelaman di selat
lembeh yang terdapat sekitar 3000 spesies unik dan hanya ada di selat lembeh, serta
diselenggarakannya festifal tahunan yang cukup meriah oleh pemerintah Kota Bitung yaitu
festifal pesona selat lembeh.

II-100
2.5.5 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bitung

Pada peraturan penataan ruang di Kota Bitung telah ditetapkan dengan peraturan daerah
tentang rencana tata ruang wilayah kota yaitu Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 11
Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bitung Tahun 2013 - 2033. Adapun isi
dari perda tersebut terdiri dari:

1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Bitung

1. Tujuan: Penataan Ruang Kota bertujuan untuk mewujudkan ruang Kota yang
produktif, aman, nyaman dan berkelanjutan sebagai pusat kegiatan nasional yang
berbasis pada kegiatan bahari.

2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Bitung :

Kebijakan:

a. perwujudan pusat-pusat pelayanan Kota yang bersinergi, efektif, dan efisien


dalam menunjang perkembangan fungsi daerah sebagai kota bahari;

b. peningkatan peran kota bahari yang ditunjang oleh kegiatan industri,


kelautan/perikanan, perdagangan/jasa dan pariwisata;

c. pengembangan infrastruktur kota untuk mendukung kegiatan bahari berskala


nasional yang terpadu dengan sistem regional;

d. pemantapan kelestarian kawasan lindung untuk mendukung pembangunan kota


yang berkelanjutan;

e. penetapan kawasan strategis wilayah kota dalam rangka pertumbuhan dan


pemerataan ekonomi wilayah;

f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negaraStrategi:

Strategi :

Strategi penataan ruang wilayah Kota meliputi :

a. Strategi perwujudan pusat-pusat pelayanan Kotayang bersinergi, efektif dan


efisien dalam menunjang perkembangan fungsi daerah sebagai kota bahari,
meliputi :

 Menetapkan struktur ruang berdasarkan hirarki dan fungsi sistem pusat


pelayanan Kota;

II-101
 Menghubungkan antar sub pusat pelayanan Kota dan antara masing-masing
sub pusat pelayanan kota dengan pusat pelayanan Kota melalui jaringan jalan
berjenjang dengan pola pergerakan merata; dan

 Mengembangkan kegiatan pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan/atau


administrasi masyarakat pada sub pusat pelayanan Kota dan pusat pelayanan
lingkungan secara merata.

b. Strategi peningkatan peran kota bahari yang ditunjang oleh kegiatan industri,
kelautan/perikanan, perdagangan/jasa, dan pariwisata, meliputi :

 Mengembangkan pelabuhan utama dan terminal untuk kepentingan sendiri


yang terintegrasi dengan kawasan industri dan pergudangan;

 Mewujudkan kawasan minapolitan;

 Mengembangkan pusat perdagangan berskala regional;

 Mengembangkan kegiatan wisata alam dan wisata budaya.

 Strategi pengembangan infrastruktur Kota untuk mendukung kegiatan bahari


berskala nasional yang terpadu dengan sistem regional, meliputi :

 Meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang mendorong interaksi kegiatan


antar pusat pelayanan kegiatan Kotadengan sistem regional;

 Mengembangkan terminal barang yang bersinergi dengan pelabuhan laut;


dan

 Melengkapi dan menyebarkan infrastruktur perkotaan pada daerah-daerah


yang belum terlayani.

d. Strategi pemantapan kelestarian kawasan lindung untuk mendukung


pembangunan Kota yang berkelanjutan, meliputi :

 Mempertahankan, memantapkan, memelihara dan merevitalisasi, serta


meningkatkan kualitas dan kuantitas kawasan lindung;

 Mengembangkan rth publik dan privat; dan

 Melestarikan kawasan di sekitar sumber mata air.

e. Strategi penetapan kawasan strategis wilayah kota dalam rangka pertumbuhan


dan pemerataan ekonomi wilayah, meliputi :

II-102
 Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan pada lokasi strategis di setiap
wilayah beserta prasarana dan sarana pendukung dengan
mempertimbangkan kegiatan yang sudah ada untuk mendorong
pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya; dan

 Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang pada kawasan


yang ditetapkan sebagai kawasan strategis.

f. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara,


meliputi :

 Mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;

 Mengembangkan budidaya secara selektif didalam dan disekitar kawasan


pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya;

 Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak


terbangun disekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai
zona penyanggah; dan turut serta memelihara dan menjaga aset-aset
pertahanan dan keamanan.

2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Bitung

a. Rencana struktur ruang wilayah Kota, meliputi:

 Sistem Pusat Pelayanan Kota;

Sistem pusat pelayanan Kota, meliputi :

 Pusat Pelayanan Kota (PPK);

Pusat pelayanan kota ditetapkan di sebagian Kelurahan Bitung Barat Satu, sebagian
Kelurahan Bitung Barat Dua, sebagian Kelurahan Bitung Timur dan sebagian
Kelurahan Bitung Tengah di Kecamatan Maesa

Pusat pelayanan kota, berfungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan kota dan
pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala nasional dan mendukung
pengembangan kota sebagai bagian dari Kawasan Perkotaan Manado-Bitung pada
kegiatan perdagangan dan jasa

 Sub Pusat Pelayanan Kota (SPK);

Sub pusat pelayanan kota dilengkapi dengan sarana lingkungan perkotaan skala
pelayanan kota yang meliputi

II-103
 Sarana perdagangan dan jasa;

 Sarana pendidikan;

 Sarana kesehatan;

 Sarana peribadatan; dan

 Sarana pelayanan umum.

Rencana lokasi pengembangan sub pusat pelayanan kota terdiri atas :

 Sub pusat pelayanan Kota I meliputi Kelurahan Winenet Satu dan Kelurahan
Pateten Dua;

 Sub pusat pelayanan Kota II meliputi Kelurahan Girian Weru Satu;

 Sub pusat pelayanan Kota III meliputi Kelurahan Manembo-nembo Atas,


Kelurahan Manembo-nembo Tengah dan Kelurahan Sagerat Weru Satu; dan
sub pusat pelayanan IV meliputi Kelurahan Papusungan.

 Pusat Lingkungan (PL)

Pusat lingkungan kota dilengkapi dengan sarana lingkungan perkotaan skala


pelayanan lingkungan yang meliputi :

 Sarana perdagangan dan jasa;

 Sarana pendidikan;

 Sarana kesehatan;

 Sarana peribadatan;

 Sarana pelayanan umum.

Rencana lokasi pengembangan pusat lingkungan meliputi :

 Pusat lingkungan I ditetapkan di Kelurahan Winenet Dua dengan daerah


pelayanan Kelurahan Aertembaga Satu, Kelurahan Aertembaga Dua,
Kelurahan Tandurusa, Kelurahan Makawidey, Kelurahan Kasawari, Kelurahan
Pinangunian, Kelurahan Pateten Satu, dan Kelurahan Pateten Tiga;

 Pusat lingkungan II ditetapkan di Kelurahan Madidir Ure dengan daerah


pelayanan Kelurahan Madidir Weru, Kelurahan Madidir Unet, Kelurahan
Kadoodan, Kelurahan Pakadoodan, Kelurahan Paceda;

II-104
 Pusat lingkungan III ditetapkan di Kelurahan Girian Atas dengan daerah
pelayanan Kelurahan Girian Weru Dua, Kelurahan Girian Permai, Kelurahan
Girian Indah, Kelurahan Girian Bawah, Kelurahan Wangurer, Kelurahan
Wangurer Barat, Kelurahan Wangurer Timur, Kelurahan Wangurer Utara;

 Pusat lingkungan IV ditetapkan di Kelurahan Manembo-nembo dengan daerah


pelayanan Kelurahan Tendeki, Kelurahan Tanjung Merah, Kelurahan Sagerat;

 Pusat lingkungan V ditetapkan di Kelurahan Danowudu dengan daerah


pelayanan Kelurahan Pinokalan, Kelurahan Tewaan, Kelurahan Apela Satu,
Kelurahan Apela Dua, Kelurahan Kumersot, Kelurahan Karondoran, Kelurahan
Duasudara;

 Pusat lingkungan VI ditetapkan di Kelurahan Batuputih Bawah dengan daerah


pelayanan Kelurahan Batuputih Atas;

 Pusat lingkungan VII ditetapkan di Kelurahan Pintukota dengan daerah


pelayanan Kelurahan Mawali, Kelurahan Batukota, Kelurahan Gunung Woka,
Kelurahan Kareko, Kelurahan Binuang, Kelurahan Motto, Kelurahan Nusu,
Kelurahan Lirang, Kelurahan Posokan; dan

 pusat lingkungan VIII ditetapkan di Kelurahan Batulubang dengan daerah


pelayanan Kelurahan Kelapa Dua, Kelurahan Paudean, Kelurahan Dorbolaang,
Kelurahan Pasir Panjang, Kelurahan Pancuran.

 Sistem Jaringan Prasarana Kota.

Rencana sistem jaringan prasarana kota, terdiri atas :

1. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama;

Rencana sistem jaringan prasarana utama, meliputi :

a. Sistem Jaringan Transportasi Darat;

Sistem jaringan transportasi darat, meliputi :

 Jaringan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan;

 Jaringan Jalan;

Jaringan jalan terdiri atas :

a. Jaringan Jalan Arteri Primer, terdiri atas :


- Jalan Pierre Tendean;

II-105
- Jalan Wolter Monginsidi;
- Jalan Walanda Maramis;
- Jalan Sam Ratulangi;
- Jalan Yos Sudarso;
- Jalan Ir. Soekarno;
- Jalan Moh. Hatta; Dan
- Jalan Sompotan.

b. Jaringan Jalan Arteri Sekunder; terdiri atas :


- Jalan A. Mononutu;
- Jalan Martadinata;
- Jalan H.V. Worang;
- Jalan M.R. Ticoalu;
- Jalan Herwing Laoh;
- Jalan A. A. Maramis.

Ruang pengawasan jaringan jalan arteri primer dan arteri


sekunder diatur meliputi :
- Jalan Pierre Tendean Lebar 23 Meter;
- Jalan Wolter Monginsidi Lebar 23 Meter;
- Jalan Walanda Maramis Lebar 23 Meter;
- Jalan Sam Ratulangi Lebar 46 Meter;
- Jalan Yos Sudarso Lebar 35 Meter;
- Jalan Ir. Soekarno Lebar 35 Meter;
- Jalan Moh. Hatta Lebar 23 Meter;
- Jalan Sompotan Lebar 15 Meter;
- Jalan A. Mononutu Lebar 37 Meter;
- Jalan Martadinata Lebar 27 Meter;
- Jalan H.V. Worang Lebar 27 Meter;
- Jalan M.R. Ticoalu Lebar 37 Meter;
- Jalan Herwing Laoh Lebar 46 Meter;
Jalan A. A. Maramis Lebar 46 Meter

c. Jaringan Jalan Kolektor Primer; terdiri atas :


- Jalan Girian– Likupang;
- Jalan S.H. Sarundajang;

II-106
- Jalan Terminal Tangkoko;
- Jalan Hasanuddin;
- Jalan RSUD;
- Jalan Girian Atas;
- Jalan Perumnas;
- Jalan Danowudu;
- Jalan Karondoran;
- Jalan Apela; Dan
- Jalan Lingkar Pulau Lembeh.

d. Jaringan Jalan Kolektor Sekunder; terdiri atas :


- Jalan Sagerat Bawah;
- Jalan Wangurer Bawah;
- Jalan Manembo-Nembo;
- Jalan Tanjung Merah;
- Jalan Patung Kuda Manembo-Nembo;
- Jalan Kantor Lurah Manembo-Nembo;
- Jalan Pabrik Jaka; Dan
- Jalan Garuda.

e. Jalan Lokal;

Jalan lokal meliputi jalan yang menghubungkan antar pusat


lingkungan yang tersebar di Kecamatan Aertembaga,
Kecamatan Maesa, Kecamatan Madidir, Kecamatan Girian,
Kecamatan Matuari, Kecamatan Ranowulu, Kecamatan Lembeh
Selatan, Kecamatan Lembeh Utara.

f. Jalan Bebas Hambatan;

Jalan bebas hambatan meliputi rencana pembangunan jalan


bebas hambatan Manado – Minahasa Utara – Bitung.

g. Jembatan. terdiri atas :

Jembatan meliputi rencana pembangunan jembatan yang


menghubungkan pusat kota Bitung di Kecamatan Aertembaga
dengan Pulau Lembeh.

 Jaringan Prasarana Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (LLAJ);

II-107
Jaringan prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) meliputi
Terminal Penumpang :
 Terminal tipe A Tangkoko di Kelurahan Manembo-nembo Tengah,
yang melayani angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan
antarkota antarprovinsi, angkutan perkotaan dan angkutan perintis;
 Terminal tipe C di Kelurahan Bitung Timur, yang melayani angkutan
perkotaan dan angkutan pinggiran.

 Jaringan Pelayanan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (LLAJ)

Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ) terdiri atas :

a. Jaringan Trayek Angkutan Orang; meliputi :


 Terminal Induk Tangkoko – Aertembaga;
 Terminal Induk Tangkoko – Batuputih;
 Terminal Induk Tangkoko – Pusat Kota Melewati Perumnas;
 Terminal Induk Tangkoko – Pusat Kotamelewati Girian Bawah;
 Terminal Induk Tangkoko – Pusat Kota Melewati RSU;
 Terminal Induk Tangkoko – Tanjung Merah;
 Terminal Induk Tangkoko - Sagerat;
 Terminal Induk Tangkoko – Tendeki;
 Terminal Induk Tangkoko – Duasudara;
 Terminal Induk Tangkoko – Kumersot/Karondoran;
 Terminal Induk Tangkoko - Pinasungkulan;
 Terminal Induk Tangkoko – Pasar Winenet;
 Pusat Kota – Kakenturan;
 Pusat Kota – Pinangunian;
 Pusat Kota– Tandurusa;
 Pusat Kota – Makawidey;
 Pusat Kota – Kasawari;
 Pusat Kota - UKA;
 Pusat Kota – Danowudu;
 Pusat Kota – Tanjung Merah;
 Pusat Kota – Tendeki; Dan
 Pusat Kota – Sagerat.

b. Jaringan Lintas Angkutan Barang, meliputi :

II-108
 Jalur Pelabuhan – Jalan Ir. Soekarno – Jalan Sam Ratulangi –
Jalan Wolter Monginsidi – Jalan Pierre Tendean – Jalan Girian
Bawah – Jalan Manembo-Nembo;Dan
 Jalur Pelabuhan – Jalan Ir. Soekarno – Jalan Herwing Laoh –
Jalan A.A. Maramis – Jalan S.H. Sarundajang.

 Jaringan Angkutan Penyeberangan.

Rencana sistem jaringan angkutan penyeberangan, meliputi lintas


penyeberangan yang melayani rute pelayaran :
 Bitung – Ternate;
 Bitung – Pananaru;
 Bitung – Melonguane;
 Bitung – Sitaro;
 Bitung – Pulau Lembeh;
 Bitung – Teluk Tomini;
 Bitung – Tobelo; dan
 Bitung - Davao.

b. Sistem Jaringan Transportasi Perkereta-Apian;

Rencana sistem jaringan transportasi perkereta-apian meliputi :

 Pengembangan Jaringan Jalur Kereta Api Perkotaan Meliputi Kawasan


Perkotaan Manado-Bitung-Minahasa;

 Pengembangan Jaringan Jalur Kereta Api Antar Kota Terutama Pada


Lintas Dengan Prioritas Tinggi Meliputi Manado-Bitung-Kema-Belang-
Tutuyan-Molibagu-Gorontalo Dan Manado-Wori-Likupang-Bitung

c. Sistem Jaringan Transportasi Laut;

 Rencana sistem jaringan transportasi laut, meliputi peningkatan


Pelabuhan Bitung sebagai IHP.

 Pelabuhan Bitung sebagai pelabuhan utamadiarahkan mampu melayani


kegiatan pelayaran dan alih muat peti kemas angkutan laut nasional dan
internasional dalam jumlah besar serta menjangkau wilayah pelayanan
yang sangat luas dan menjadi simpul jaringan transportasi laut
internasional.

II-109
 Pelabuhan Bitung sebagai pelabuhan laut digunakan untuk melayani
angkutan laut dan angkutan penyeberangan.

 Rute kegiatan pelayaran dan alih muat peti kemas) meliputi :


- Bitung – Malaysia;
- Bitung – Korea Utara dan Korea Selatan;
- Bitung – Jepang;
- Bitung – Singapura;
- Bitung – Vietnam;
- Bitung – India;
- Bitung – Amerika;
- Bitung – Belanda;
- Bitung – Spanyol;
- Bitung – Filipina;
- Bitung – Darwin;
- Bitung – Selandia Baru;
- Bitung – Argentina; dan
- Bitung – China.

d. Sistem Jaringan Transportasi Udara

 Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalamPasal 13


huruf d meliputi rencana pembangunan bandar udara pengumpan di
Pulau Lembeh.

 Rencana pembangunan bandar udara pengumpan di Pulau Lembeh perlu


memperhatikan kelayakan lokasi bandar udara maupun kawasan
keselamatan operasional penerbangan.

 Tatanan kebandarudaraan wajib mendukung keberadaan dan operasional


Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dalam fungsinya menjaga
pertahanan dan keamanan.

2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Rencana Sistem Prasarana Lainnya Meliputi :

a. Sistem Jaringan Energi/Ketenaga-Listrikan

Rencana sistem jaringan energi/ketenagalistrikan meliputi :

II-110
 Peningkatan Sistem Jaringan Energi/Ketenagalistrikan;

- Sistem pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) Bitung kapasitas 56,25


MW di Kecamatan Maesa;

- Sistem Gardu Induk (GI) : GI Bitung Kapasitas 20MVA di Kecamatan


Madidir;

- Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) GI Bitung–GI Sawangan


sepanjang 28,8 km melalui Kecamatan Maesa, Kecamatan Madidir,
Kecamatan Girian, Kecamatan Matuari.

 Rencana Pembangunan Ketenaga-Listrikan; meliputi :

- Pembangunan Gardu Induk Tanjung Merah dengan kapasitas kurang


lebih 150KVA di Kecamatan Matuari;

- Pembangunan Gardu Induk Kema (Bitung) Kapasitas 30 MW di


Kecamatan Matuari;

- Pembangunan Gardu Induk Lembeh (Bitung) 30 MW di Kecamatan


Lembeh Selatan;

- Pembangunan SUTT Gardu Induk Paniki/Kalawat di Minahasa–Gardu


Induk Kema di Bitung sepanjang kurang lebih 30 km melalui Kecamatan
Matuari;

- Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusatdi Pulau Lembeh;

- Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Gunung Duasudara dengan


kapasitas kurang lebih 125,0 MW di Kecamatan Ranowulu;

- SUTT Gardu Induk Kema–Gardu Induk Lembeh melalui Kecamatan


Matuari;

- Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut.

 Prasarana Energi Bahan Bakar Minyak Dan Gas, melalui pelayanan depot
Pertamina di Kelurahan Bitung Barat Satu.

b. Sistem Jaringan Telekomunikasi;

Rencana sistem jaringan telekomunikasi kota meliputi :

 Rencana Sistem Telekomunikasi Kabel; meliputi :

II-111
- Peningkatan kapasitas terpasang stasiun telepon otomat (STO) secara
bertahap;

- Penambahan rumah kabel di Pulau Lembeh, Tanjung Merah dan


Madidir;

- Pengembangan jaringan serat optik yang menghubungkan Manado–


Paniki– Airmadidi–Kauditan–Bitung-Tondano-Tomohon-Langowan-
Amurang-Kotamobagu; dan

- Jaringan kabel telepon bawah laut yang melintasi Selat Lembeh

 Rencana Sistem Telekomunikasi Nirkabel

Rencana sistem telekomunikasi nirkabel direncanakan pembangunan dan


penggunaan menara bersama Base Transceiver Station (BTS) terpadu
untuk dimanfaatkan secara bersama-sama oleh penyedia layanan
telekomunikasi (operator).

c. Sistem Jaringan Sumber Daya Air;

Rencana sistem jaringan sumber daya air Kota meliputi :

 Wilayah Sungai;

Wilayah sungai meliputi pengembangan Sub daerah aliran sungai (DAS)


Kayuwale seluas kurang lebih 65kilometer persegi, Sub DAS Girian seluas
kurang lebih 195 kilometer persegi, sub DAS Lembeh seluas kurang lebih
53 kilometer persegi. Sub-sub DAS tersebut meliputi Sungai Sagerat,
Sungai Tanjung Merah, Sungai Tewaan, dan alur sungai lainnya dari
daerah tangkapan hujan yang berasal dari Gunung Duasudara, Gunung
Tangkoko, Gunung Batu Angus, sebagian Gunung Klabat, dan Gunung di
Pulau Lembeh.

 Sistem Jaringan Irigasi;

Rencana pengembangan sistem jaringan meliputi:

- Saluran Irigasi Kumersot Kecamatan Ranowulu Seluas Kurang Lebih


23 Hektar; Dan

- Saluran Irigasi Kopian Tudambok Kecamatan Matuari Seluas Kurang


Lebih 146 Hektar.

II-112
 Sistem Jaringan Air Baku Untuk Air Bersih;

Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air bersih meliputi :

- Pengembangan Sumber Air Sungai Girian Dengan Debit Rencana


Kurang Lebih 100 Liter Per Detik;

- Pengembangan sumber mata air Danowudu 1 dengan debit rencana


kurang lebih 180 liter per detik, Danowudu 2 dengan debit rencana
kurang lebih 20 liter per detik, Danowudu 3 dengan debit rencana
kurang lebih 20 liter per detik, Kumersot 1 dengan debit rencana
kurang lebih 40liter per detik, Kumersot 2 dengan debit rencana
kurang lebih 40liter per detik, Aer Ujang dengan debit rencana
kurang lebih 20 liter per detik, Tendeki 1 dengan debit rencana
kurang lebih 5liter per detik, Tendeki 2 dengan debit rencana kurang
lebih 20 liter per detik, Aer Prang dengan debit rencana kurang lebih
10 liter per detik;

- Pengembangan instalasi pengolahan air (IPA) bersih Sungai Girian


dengan debit rencana kurang lebih 70 liter perdetik; dan

- Pengembangan perpipaan air bersih (PAB), PAB Danowudu–


Pelabuhan sepanjang kurang lebih 30kilometer, PAB Danowudu–
Tanjung Merah sepanjang kurang lebih 30 kilometer, PAB Sungai
Girian–Pusat Kota sepanjang kurang lebih 20 kilometer, PAB Sungai
Girian–Terminal Tangkoko sepanjang kurang lebih 12kilometer, PAB
Pulau Lembeh sepanjang kurang lebih 30 kilometer.

 Sistem Pengendalian Banjir.

Pengembangan sistem pengendalian banjir meliputi :


- Peningkatan prasarana saluran drainase perkotaan untuk
penanganan limpasan air permukaan di seluruh wilayah kota;
- Peningkatan kapasitas dan kemampuan pelayanan sabodam untuk
penanganan sedimentasi alur banjir gunung duasudara

d. Infrastruktur Perkotaan.

Rencana infrastruktur perkotaan meliputi :

 Sistem Penyediaan Air Minum;

II-113
Rencana sistem penyediaan air minum kota mencakup sistem jaringan
perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan, dengan rencana
pengembangan meliputi:

 Rencana sistem penyediaan air minum perpipaan terdiri atas :


- Instalasi Mata Air Danowudu 1 Dengan Kapasitas Produksi 144,05
Liter/Detik;
- Instalasi Mata Air Danowudu 2 Dengan Kapasitas Produksi 19,26
Liter/Detik;
- Instalasi Mata Air Danowudu 3 Dengan Kapasitas Produksi 8,00
Liter/Detik;
- Instalasi Mata Air Kumersot 1 Dengan Kapasitas Produksi 31,34
Liter/Detik;
- Instalasi Mata Air Kumersot 2 Dengan Kapasitas Produksi 30,13
Liter/Detik;
- Instalasi Mata Air Aer Ujang Dengan Kapasitas Produksi 14
Liter/Detik;
- Instalasi Mata Air Tendeki 1 Dengan Kapasitas Produksi 3,83
Liter/Detik;
- Instalasi Mata Air Tendeki 2 Dengan Kapasitas Produksi 11,40
Liter/Detik;
- Instalasi Pengolahan Air Pinokalan Dengan Kapasitas Produksi
10,08 Liter/Detik;
- Instalasi Sumur Bor Pateten 1 Dengan Kapasitas Produksi 5,71
Liter/Detik;
- Instalasi Infiltrasi Galeri Sagerat Dengan Kapasitas Produksi 1,01
Liter/Detik; Dan
- Instalasi Infiltrasi Galeri Tendeki Dengan Kapasitas Produksi 15
Liter/Detik

 Sistem Pengelolaan Air Limbah;

Pengelolaan air limbah Kota meliputi :

 Sistem Pembuangan Air Limbah Industri Dan Kegiatan Komersial;


Meliputi :

II-114
 Pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Terpadu Di
Kawasan Industri Tanjung Merah, Kecamatan Matuari,
Kecamatan Madidir, Kecamatan Aertembaga, Kecamatan
Girian, Kecamatan Maesa;

 Pengembangan Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal)


Kegiatan Perdagangan Dan Jasa Di Pusat Pelayanan Kota Dan
Sub Pusat Pelayanan Kota;

 Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dan Dunia Usaha/Swasta


Dalam Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Air Limbah;
Dan

 Peningkatan Kapasitas Dan Kualitas Pengelolaan Air Limbah.

 Sistem Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga Baik Individual


Maupun Komunal. meliputi :

 Pemakaian sistem pengolahan sanitasi terpusat(off site


sanitation)untuk daerah kepadatan tinggi atau sangat tinggi di
Kecamatan Aertembaga, Kecamatan Maesa, Kecamatan
Madidir, Kecamatan Girian, Kecamatan Matuari; dan

 Pemakaian sistem pembuangan air limbah rumah tangga


individual diarahkan pada kawasan perumahan kepadatan
rendah di Kecamatan Ranowulu, Kecamatan Lembeh Selatan
dan Kecamatan Lembeh Utara.

 Peningkatan layanan pengelolaan limbah tinja meliputi


perencanaan dan pembuatan instalasi pengolahan limbah tinja
(IPLT) di Kecamatan Aertembaga, Kecamatan Madidir, Kecamatan
Maesa dan Kecamatan Girian.

 Peningkatan layanan pengelolaan air limbah meliputi


perencanaan dan pengelolaan air limbah kawasan padat
penduduk di Kelurahan Bitung Barat Satu, Kelurahan Bitung
Timur, Kelurahan Patetean Tiga, Kelurahan Girian Weru Satu,
Kelurahan Girian Weru Dua dan Kelurahan Girian Atas

 Sistem Persampahan, meliputi:

II-115
 lokasi tempat pemrosesan akhir (TPA) berada di Kecamatan
Aertembaga dengan luas lahan kurang lebih 7Ha dengan
menggunakan sistem Sanitary Landfill;

 rencana pengembangan tempat pemrosesan akhir (TPA) regional


yang melayani Kota Manado, Kabupaten Minahasa Utara dan Kota
Bitung berada di Blok Wager desa Paniki Atas Kecamatan Talawaan
Kabupaten Minahasa Utara;

 peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam


penyelenggaraan pengembangan sistem persampahan; dan

 mengelola sampah dengan menerapkan konsep mengurangi,


mendaur ulang dan menggunakan kembali atau disebut konsep 3R
(Reduce, Recycle, Reuse).

 Sistem Drainase, meliputi :

 Jaringan Drainase Primer;


Sistem jaringan drainase primer, yang melalui :
- Jalan S.H. Sarundajang, Jalan SD INPRES 6/80, Jalan Wolter
Monginsidi, Samping PT ESTADA, Pantai Kelurahan Wangurer
Timur;
- Jalan Siswa, Jalan Walanda Maramis, rawa/pantai Kelurahan
Madidir Unet;
- Kolombo, Samping SMKN 2, Jalan Herwing Laoh, Jalan PM
Tangkilisan, memotong Jalan Sam Ratulangi, Jalan Halmahera
(lorong sebelah Pompa Bensin Pakadoodan), Pantai Kelurahan
Pakadoodan;
- Jalan Pekuburan Atas Kakenturan, Jalan Pekuburan Bawah
Kakenturan, Jalan Kantor Lurah Kakenturan, Lorong
Kakenturan, Lorong senyum, memotong Jalan Herwing Laoh,
Jalan Nabati, Jalan Sam Ratulangi, Jalan Toar Lumimuut, Jalan Ir.
Soekarno, masuk pelabuhan Bitung; dan
- Jalan Moh. Hatta, samping Terminal Peti Kemas.

 Jaringan Drainase Sekunder;

II-116
Sistem jaringan drainase sekunder, berupa saluran pembuangan air
hujan terintegrasi dari lingkungan perumahan sampai saluran
drainase makro (saluran primer) dilengkapi bangunan pengontrol
genangan, pembuatan konstruksi baru (turap/senderan)

 Jaringan Drainase Tersier.

Sistem jaringan drainase tersier terdiri atas saluran sekunder dan


tersier meliputi parit, saluran-saluran di tepi jalan utama dan
saluran-saluran kecil pada kawasan perumahan

 Sistem proteksi kebakaran, meliputi prasarana dan sarana


penanggulangan proteksi kebakaran. Prasarana proteksi kebakaran
meliputi hidran dan bangunan pemadam kebakaran, sedangkan sarana
penanggulangan kebakaran meliputi mobil pompa pengangkut air
berikut beserta kelengkapannya.

 Prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki;

Rencana pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki


meliputi :

 Kawasan perdagangan dan jasa di Kelurahan Bitung Timur dan


Kelurahan Girian, perkantoran di Kelurahan Bitung Barat, sekolah
dan tempat rekreasi/wisata serta mengkaitkannya dengan lokasi-
lokasi pemberhentian angkutan umum (halte);

 Penyediaan ruang pejalan kaki di sisi jalan berupa trotoar di


sepanjang Jalan S.H. Sarundajang, Jalan Terminal Tangkoko, Jalan
Walanda Maramis;

 Ruangpejalan kaki di kawasan yang memiliki mobilitas tinggi pada


hari-hari tertentu, seperti gelanggang olahraga, tempat-tempat
ibadah di seluruh wilayah kota;

 Penyediaan jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman dapat


diakses oleh penyandang cacat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;

II-117
 Penyediaan jalur pejalan kaki yang menghubungkan antar
perumahan di jalan lingkungan maupun jalan kolektor sekunder
di seluruh wilayah Kota; dan

 Penyediaan elemen perabotan jalan pada jalur pejalan kaki di


seluruh wilayah Kota.

 Jalur evakuasi bencana.

Rencana jalur evakuasi meliputi :

 Rencana jalur evakuasi bencana tanah longsor meliputi :

- Jalan S.H. Sarundajang, Jalan Pinokalan, Jalan Danowudu, Jalan


Duasudara;

- Jalan Tandurusa, Jalan Aertembaga, Jalan Ir. Soekarno, Jalan


Moh. Hatta;

- Jalan Sam Ratulangi, Jalan Wolter Monginsidi, Jalan Pierre


Tendean;

- Jalan raya Batuputih, Jalan Duasudara, Jalan Danowudu, Jalan


Pinokalan, Jalan Stadion Duasudara.

 Rencana jalur evakuasi bencana gelombang pasang dan tsunami


meliputi :

- Jalan Girian, Jalan Stadion Duasudara, Jalan S.H. Sarundajang,


Jalan Girian Permai, Jalan Perumahan Girian, Jalan Pinokalan,
Jalan Danowudu;

- Jalan Walanda Maramis, Jalan Siswa, Jalan S.H Sarundajang,


Perum Pertamina;

- Jalan Sam Ratulangi, Jalan H.V. Worang, Jalan Perumahan


Pemda;

- Jalan Sam Ratulangi, Jalan PM Tangkilisan, Jalan Beringin;

- Jalan Ir. Soekarno, Jalan Yos Sudarso, Jalan M.R. Ticoalu, Jalan
Herwing Laoh, Jalan Kantor Lurah Kakenturan, Jalan Pekuburan
Bawah;

II-118
- Jalan Moh. Hatta, Jalan Daan Mogot, Jalan Winenet, Jalan
Pinangunian; dan

- Jalur evakuasi di sepanjang pesisir timur dan selatan Pulau


Lembeh diarahkan ke daerah perbukitan.

 Rencana jalur evakuasi bencana gempa bumi meliputi :

- Jalan S.H. Sarundajang, Jalan Pinokalan, Jalan Danowudu, Jalan


Duasudara;

- Jalan Tandurusa, Jalan Aertembaga, Jalan Daan Mogot;

- Jalan Ir. Soekarno, Jalan Moh. Hatta, Jalan Daan mogot, Jalan
Winenet;

- Jalan Sam Ratulangi, Jalan Wolter Monginsidi, Jalan Pierre


Tendean, Jalan Duasudara.

 Rencana jalur evakuasi bencana letusan gunung berapi meliputi :

- Jalan raya Kasawari Winenet, jalan raya Pinangunian Winenet,


jalan raya Winenet Pusat Kota; dan

- Jalan Sam Ratulangi, Jalan Walanda Maramis, Jalan Wolter


Monginsidi, Jalan Pierre Tendean, Jalan S.H. Sarundajang, Jalan
Stadion Duasudara.

3. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Bitung

Rencana pola ruang wilayah kota Bitung meliputi :

a. Kawasan Lindung meliputi :

 Kawasan Hutan Lindung;

Kawasan hutan lindung terdiri atas :

a. Kawasan Hutan Lindung Gunung Wiau Dengan Luas Kurang Lebih 2.520
Hektar;

b. Kawasan Hutan Lindung Gunung Klabat Dengan Luas Kurang Lebih 1.471
Hektar;Dan Kawasan Hutan Lindung Pulau Lembeh Dengan Luas Kurang
Lebih 620,5 Hektar

 Kawasan Yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya;

II-119
Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya
merupakan kawasan resapan air, meliputi :

 Kawasan Gunung Duasudara;

 Kawasan Gunung Tangkoko;

 Kawasan Gunung Klabat;

 Kawasan Gunung Woka;

 Kawasan Gunung di Pulau Lembeh ;

 Kawasan Gunung Temboan Sela; dan

 Kawasan Gunung Wiau.

 Kawasan Perlindungan Setempat;

Kawasan Perlindungan Setempat Terdiri Atas :

 Kawasan Sempadan Pantai;

 Sempadan pantai seluas kurang lebih 1.183,6 hektar meliputi:

- Daratan Sepanjang Tepian Laut Dengan Jarak Paling Sedikit 100


(Seratus) Meter Dari Titik Pasang Air Laut Tertinggi Ke Arah Darat Atau
Daratan Sepanjang Tepian Laut Yang Bentuk Dan Kondisi Fisik
Pantainya Curam Atau Terjal Dengan Jarak Proporsional Terhadap
Bentuk Dan Kondisi Fisik Pantai; Dan

- Kawasan Sempadan Pantai Meliputi Wilayah Pantai Kecamatan


Aertembaga, Kecamatan Girian, Kecamatan Matuari, Kecamatan
Ranowulu, Kecamatan Lembeh Selatan, Dan Kecamatan Lembeh
Utara.

 Kawasan Sempadan Sungai;

Sempadan sungai seluas kurang lebih 113 hektar meliputi:

- Kawasan Sempadan Sungai Meliputi Sempadan Sungai Girian, Sungai


Sagerat, Sungai Tanjung Merah, Sungai Tewaan,Sungai Rinondoran,
Sungai Batuputih, Dan Sungai Araren;

- Kawasan Sempadan Sungai Meliputi Kawasan Sempadan Sungai Tidak


Bertanggul Dan Kawasan Sempadan Sungai Bertanggul;

II-120
- Kawasan Sempadan Sungai Tidak Bertanggul Meliputi Kawasan
Sempadan sempadan sungai di dalam kawasan perkotaan dan
kawasan sempadan sungai di luar kawasan perkotaan;

- Kawasan sempadan sungai bertanggul meliputi kawasan sempadan


sungai di dalam kawasan perkotaan dan kawasan sempadan sungai di
luar kawasan perkotaan.

 Kawasan Sekitar Mata Air.

Kawasan sekitar mata air seluas kurang lebih 185 hektar terletak di
Kelurahan Danowudu, Kelurahan Kumersot, Kelurahan Tandurusa,
Kelurahan Aertembaga Dua, Kelurahan Tendeki, Kelurahan Pinokalan dan
Kelurahan Pinangunian.

 Kawasan RTH kota;

Rencana RTH kota direncanakan dengan luas kurang lebih 5.286,90 hektar atau
30% (tiga puluh perseratus) dari luas wilayah kota diluar kawasan lindung,
terdiri atas :

 RTH Privat

Rencana RTH privat dikembangkan seluas kurang lebih 1.762,30 (seribu


tujuh ratus enam puluh dua koma tiga puluh) hektar atau 10% (sepuluh
perseratus) dari luas wilayah kota diluar kawasan lindung, meliputi:

o RTH kawasan pemukiman dengan luas kurang lebih 1.197,80


Hektar;

o RTH kawasan perdagangan dan jasa dengan luas kurang lebih 54


Hektar;

o RTH kawasan industri dengan luas kurang lebih 179,50 Hektar;

o RTH kawasan perkantoran dengan luas kurang lebih 123 Hektar;

o RTH fasilitas pendidikan dengan luas kurang lebih 165 Hektar; dan

o RTH fasilitas kesehatan dengan luas kurang lebih 43Hektar.

 RTH Publik.

II-121
RTH publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdikembangkan
seluas kurang lebih 3.524,60 hektar atau 20% (dua puluh perseratus) dari
luas wilayah kota diluar kawasan lindung, meliputi:

o Taman RT/RW dan kelurahan dengan luas kurang lebih 57Hektar;

o Taman kecamatan dengan luas kurang lebih 39Hektar;

o Taman kota dengan luas kurang lebih 26Hektar;

o Jalur hijau jalan dengan luas kurang lebih 499Hektar;

o Median jalan dengan luas kurang lebih 7Hektar;

o Kawasan sempadan pantai dengan luas kurang lebih 1.183,60


Hektar;

o Kawasan sempadan sungai dengan luas kurang lebih 113 Hektar;

o Jaringan SUTT dengan luas kurang lebih 192,40 Hektar;

o Sempadan rel kereta api dengan luas kurang lebih 31,60 Hektar;

o Sekitar mata air dengan luas kurang lebih 185 Hektar;

o TPU dengan luas kurang lebih 71 Hektar;

o Daerah penyanggah dengan luas kurang lebih 620 Hektar;

o Hutan rakyat dengan luas kurang lebih 500 Hektar

 Kawasan Suaka Alam Dan Cagar Budaya;

Kawasan suaka alam dan cagar budaya meliputi :

 Kawasan Suaka Alam yang ada adalah Suaka Alam Laut Selat Lembeh;

 Kawasan cagar alam yang terdiri dari :

- Cagar Alam Tangkoko seluas kurang lebih 3.219 Hektar di Kecamatan


Ranowulu dan Kecamatan Aertembaga;

- Cagar Alam Duasudara seluas kurang lebih 4.299 Hektar, yang terdapat
di sebagian Kecamatan Ranowulu, Kecamatan Madidir, Kecamatan
Maesa dan Kecamatan Aertembaga;

II-122
 Kawasan pantai berhutan bakau di Kelurahan Lirang, Kelurahan Pintukota,
Kelurahan Paudean, Kelurahan Dorbolaang, dan Kelurahan Pasir Panjang
di Pulau Lembeh.

 Kawasan taman wisata alam (TWA) terdiri dari :

- TWA Batuputih Kecamatan Ranowulu seluas kurang lebih 615 Hektar;


dan

- TWA Batu Angus di Kecamatan Aertembaga seluas kurang lebih 635


Hektar;

 Monumen Jepang di Kelurahan Tanjung Merah dan Makam Jepang di


Kelurahan Aertembaga Dua;

 Tugu Dotulong dan Monumen Jose Rizal di Kelurahan Madidir Weru;

 Tugu Pahlawan Samudera Trikora di Kelurahan Bitung Tengah;

 Monumen Trikora di Kelurahan Batu Lubang.

 Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam terdiri atas :

 Kawasan rawan bencana longsor sekitar kawasan perbukitan di seluruh


wilayah kota meliputi Kelurahan Tandurusa, Kelurahan Makawidey,
Kelurahan Aertembaga Dua, Kelurahan Duasudara, Kelurahan Batuputih
Atas, Kelurahan Pinasungkulan;

 Kawasan rawan bencana gempa bumi meliputi seluruh wilayah Kota;

 Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi, meliputi bencana gunung


berapi dari Gunung Batu Angus dan Gunung Tangkoko meliputi Kelurahan
Kasawari, Kelurahan Makawidey, Kelurahan Pinangunian; dan

 Kawasan rawan bencana gelombang pasang dan tsunami meliputi


Kelurahan Batuputih Atas, Kelurahan Batuputih Bawah, Kelurahan Lirang,
Kelurahan Nusu, Kelurahan Motto, Kelurahan Posokan, Kelurahan
Pintukota bagian timur, Kelurahan Dorbolaang, Kelurahan Pasir Panjang,
Kelurahan Pancuran, Kelurahan Papusungan bagian timur, Kelurahan
Wangurer Barat, Kelurahan Wangurer Timur, Kelurahan Paceda,

II-123
Kelurahan Madidir Unet, Kelurahan Madidir Ure, Kelurahan Madidir Weru,
Kelurahan Kadoodan, Kelurahan Girian Bawahdan Kelurahan Wangurer.

b. Kawasan Budidaya.

Rencana kawasan budidaya meliputi :

 Kawasan Perumahan;

Kawasan perumahan dikembangkan seluas kurang lebih 2.051 Hektar dan


Kawasan peruntukan perumahan tersebut terdiri dari :

 Kawasan Permukiman Kepadatan Tinggi;

Perumahan dengan kepadatan tinggi di Kecamatan Aertembaga,


Kecamatan Maesa, Kecamatan Madidir dan Kecamatan Girian seluas kurang
lebih 922 hektar;

 Kawasan Permukiman Kepadatan Sedang;

Perumahan dengan kepadatan sedang di Kecamatan Ranowulu dan


Kecamatan Matuari seluas kurang lebih 673 hektar;dan

 Kawasan Permukiman Kepadatan Rendah.

Perumahan dengan kepadatan rendah di Kecamatan Lembeh Selatan dan


Kecamatan Lembeh Utara seluas kurang lebih 179 hektar

Pengembangan kawasan perumahan meliputi :

 Penataan Kawasan Yang Terintegrasi Dalam Bentuk Kawasan Siap Bangun


(KASIBA) Atau Lingkungan Siap Bangun (LISIBA), Yang Di Arahkan Ke
Kecamatan Matuari Dan Kecamatan Ranowulu.

 Pembangunan Perumahan Kawasan Khusus Dengan Fungsi Khusus


Meliputi :

- Kawasan Perumahan Khusus Industri Di Kelurahan Tanjung Merah;

- Kawasan Perumahan Khusus Nelayan Di Kawasan Minapolitan Di


Kecamatan Aertembaga, Kecamatan Lembeh Utara Dan Kecamatan
Lembeh Selatan; Dan

- Kawasan Perumahan Khusus Perkebunan Di Kelurahan Danowudu, Dan


Sebagian Kelurahan Di Kecamatan Aertembaga.

II-124
 Relokasi pemukiman pendudukdengan pemindahan secara bertahap
penduduk di bagian selatan Kecamatan Maesa dan Kecamatan Madidir
yang akan dijadikan kawasan industri ke lokasi yang telah disiapkan di
Kelurahan Wangurer Barat Kecamatan Madidir

 Kawasan Perdagangan Dan Jasa;

Kawasan perdagangan dan jasa dikembangkan seluas kurang lebih 85 Hektar,


meliputi:

 Kawasan Pasar Tradisional

Rencana pengembangan kawasan pasar tradisional meliputi :

 Penataan kawasan Pasar Tua di Kelurahan Bitung Tengah;

 Pengembangan Pasar Inpres Selaras Winenet di Kelurahan Winenet


Satu;

 Peningkatan kualitas Pasar Ruko Pateten di Kelurahan Pateten Dua;

 Peningkatan kualitas Pasar Tangkoko Girian di Kelurahan Girian Weru


Satu;

 Pengembangan Pasar Tradisional Girian Atas di Kelurahan Girian Atas;

 Pengembangan Pasar Tradisional Temboan di Kelurahan Kumersot;

 Pengembangan Pasar Tradisional Pulau Lembeh di Kelurahan


Papusungan;

 Pengembangan Pasar Induk Sagerat di Kelurahan Sagerat Weru Satu.

 Kawasan Pusat Perbelanjaan

Rencana pengembangan kawasan pusat perbelanjaan meliputi :

 Pengembangan pusat perbelanjaan pusat kota yang berada di


Kelurahan Bitung Tengah dan Kelurahan Bitung Timur;

 Pengembangan pusat perbelanjaan di Kelurahan Pateten Dua;

 Pengembangan pusat perbelanjaan di Kelurahan Manembo-nembo;

 Pengembangan pusat perbelanjaan di koridor Jalan Girian.

 Toko Modern

II-125
 Rencana pengembangan toko modern, meliputi:

 pengembangan toko modern di koridor Manado-Bitung;

 pengembangan toko modern di Kelurahan Bitung Timur dan Kelurahan


Bitung Tengah.

 Perdagangan Dan Jasa Lainnya.

Rencana pengembangan perdagangan dan jasa lainnya meliputi :

 Pengembangan Jasa Pertemuan (Convention Center) Di Kecamatan


Maesa, Kecamatan Aertembaga, Dan Kecamatan Girian;

 Meningkatkan Dan Mengarahkan Pengembangan Jasa Penginapan Di


Pusat Pelayanan Kota Dan Sub Pusatpelayanan Kota; Dan

 Pengembangan Terminal Kayu Di Kecamatan Matuari.

 Kawasan Perkantoran;

Pengembangan kawasan perkantoran seluas kurang lebih 47 Hektar, meliputi :

Kawasan Perkantoran Pemerintah

Pengembangan pembangunan kawasan perkantoran pemerintah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :

 Peningkatan kawasan perkantoran pemerintah dan DPRD di Kelurahan


Bitung Barat Dua Kecamatan Maesa, Kelurahan Wangurer Barat, Kecamatan
Madidir, Kelurahan Manembo-nembo Tengah Kecamatan Matuari,
Kelurahan Bitung Tengah Kecamatan Maesa dan Kelurahan Aertembaga
satukecamatan Aertembaga;

 Peningkatan kantor pemerintahan skala kecamatan dan kelurahan tersebar


di seluruh kecamatan dan kelurahan;dan

 Peningkatan Kantor Lembaga Pemasyarakatan di Kelurahan Tewaan


Kecamatan Ranowulu.

 Kawasan Perkantoran Swasta

Pengembangan kawasan perkantoran swasta, meliputi :

 mengarahkan pembangunan kawasan perkantoran swasta menyatu dengan


kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Maesa;

II-126
 kawasan pekantoran tersebut wajib memiliki ruang parkir yang
mempertimbangkan kegiatan perkantoran; dan

 kawasan perkantoran swasta kecil dapat berlokasi di kawasan permukiman


atau kawasan lainnya dengan memperhatikan akses pelayanan.

 Kawasan Ekonomi Khusus Dan Kawasan Industri Tertentu

Pengembangan kawasan ekonomi khusus dan kawasan industri tertentu


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf d seluas kurang lebih 798 Ha,
meliputi :

- Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Merah

Rencana pengembangan Kawasan Ekonomi KhususTanjung Merah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, seluas kurang lebih 534Hektar
di Kelurahan Tanjung Merah, Kelurahan Manembo-nembo dan Kelurahan
Sageratserta pengembangan kawasan reklamasi pantai di Kelurahan Girian
Bawah sampai Kelurahan Tanjung Merah

- Kawasan Industri Tertentu.

Rencana pengembangan kawasan industri tertentu, seluas kurang lebih


264 Hektar meliputi :

- Peningkatan kawasan industri pengolahan ikan yang terdapat di


Kelurahan Wangurer Timur, Kelurahan Paceda, Kelurahan
Aertembaga Satu, Kelurahan Aertembaga Dua, Kelurahan Manembo-
nembo, Kelurahan Madidir Weru, Kelurahan Madidir Ure, Kelurahan
Girian Bawah, Kelurahan Sagerat;

- Peningkatankawasan industri galangan kapal di Kelurahan


Aertembaga Satu, Kelurahan Aertembaga Dua, Kelurahan Winenet
Dua, Kelurahan Kelapa Dua, Kelurahan Pateten Dua dan Kelurahan
Paudean;

- Peningkatankawasan industri pengolahan kelapa di Kelurahan


Paceda, Kelurahan Madidir Unet, Kelurahan Bitung Timur, Kelurahan
Wangurer Timur, Kelurahan Tanjung Merah, dan Kelurahan
Kadoodan;

II-127
- Peningkatankawasan industri pangan di Kelurahan Madidir Weru,
Kelurahan Girian Bawah, Kelurahan Kadoodan, Kelurahan Bitung
Tengah, Kelurahan Pateten Satu;

- Peningkatankawasan industri logam di Kelurahan Madidir Weru.

 Kawasan Pariwisata;

Pengembangan Kawasan pariwisata, meliputi:

 Pariwisata alam

Pengembangan kawasan pariwisata alam terdiri atas :

o Pengembangan obyek wisata pantai, meliputi :

- pantai Benteng Resort di Kelurahan Batuputih Atas Kecamatan


Ranowulu;

- pantai Batuputih di Kelurahan Batuputih Bawah Kecamatan


Ranowulu;

- pantai Tanjung Merah di Kelurahan Tanjung Merah Kecamatan


Matuari;

- pantai Sea View Resort di Kelurahan Tanjung Merah Kecamatan


Matuari;

- pantai Kasawari di Kelurahan Kasawari Kecamatan Aertembaga;

- pantai di Kelurahan Pasir Panjang Kecamatan Lembeh Selatan;

- pantai Kungkungan Bay Resort di Kelurahan Tandurusa Kecamatan


Aertembaga;

- pantaiAerprang di Kelurahan Makawidey; dan

- pantai Sandy Langi di Kelurahan Pintukota Kecamatan Lembeh


Utara; dan

- pantai Tokambahu di Kelurahan Makawidey dan Kelurahan Kasawari

o Pengembangan obyek wisata tempat pemandian, meliputi:

- Tempat pemandian air perempuan dan air laki-laki di kelurahan


pinokalan kecamatan ranowulu;

II-128
- Tempat pemandian aer ujang di kelurahan danowudu kecamatan
ranowulu.

o Pengembangan Obyek Wisata Suaka Alam Dan Margasatwa, Meliputi

- Wisata kawasan suaka alam dan margasatwa Gunung Batu Angus


di Kelurahan Kasawari Kecamatan Aertembaga;

- Hutan wisata kawasan suaka alam dan margasatwa Tangkoko di


Kelurahan Batuputih Kecamatan Ranowulu;

- Wisata alam Gunung Duasudara di Kelurahan Duasudara


Kecamatan Ranowulu;

- Hutan wisata di Kelurahan Danowudu Kecamatan Ranowulu; dan

- Taman Margasatwa Tandurusa di Kelurahan Aertembaga dua


Kecamatan Aertembaga.

o Pengembangan wisata alam sumber air panas Rumesung di


Kelurahan Kasawari Kecamatan Aertembaga

 Pariwisata buatan.

Pengembangan pariwisata buatan meliputi :

o Wisata Monumen Trikora di Kelurahan Batu Lubang Kecamatan


Lembeh Selatan;

o Wisata Monumen Jepang di Kelurahan Manembo-nembo Kecamatan


Matuari;

o Wisata Makam Jepang di Kelurahan Aertembaga duakecamatan


Aertembaga;

o Wisata kuliner di kawasan Pasar Tua Kecamatan Maesa

 Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau;

 Kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau kota dikembangkan dengan


fungsi sebagai:

- Wadah aktifitas sosial budaya masyarakat;

- Tempat pengungkapan ekspresi pelestarian budaya kota;

- Tempat media komunikasi warga kota;

II-129
- Tempat olahraga dan rekreasi;

- Wadah dan objek pendidikan, penelitian; dan

- Pelatihan dalam mempelajari alam

 Penyediaan ruang terbuka non hijau meliputi :

- plasa bangunan ibadah tersebar pada setiap bangunan ibadah yang


terdapat di wilayah kota;

- plasa monumen jepang di kelurahan manembo-nembo, makam jepang


di kelurahan aertembaga dua, monumen jose rizal di kelurahan madidir
weru, tugu xaverius dotulong di kelurahan madidir weru, dan
monumen trikora di kelurahan batulubang;

- penyediaan lahan parkir yang terdapat di wilayah kota meliputi area


pemukiman, pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa, pariwisata,
dan pemerintahan;

- pedestrian yang terdapat di sepanjang jalan ir. soekarno, jalan moh.


hatta, jalan sam ratulangi, jalan walanda maramis, jalan a.a. maramis,
jalan pierre tendean, jalan s.h. sarundajang, jalan sagerat (batas kota)
menuju pusat kota; dan lapangan olahraga yang tersebar di
perkantoran pemerintah dan swasta

 Kawasan Ruang Evakuasi Bencana;

Kawasan ruang evakuasi bencana, untuk menampung sementara korban


bencana tanah longsor, gempa dan gelombang tsunami yang meliputi :

 Taman-taman lingkungan, lapangan olahraga atau ruang terbuka publik


lainnya, menjadi titik atau pos evakuasi skala lingkungan di kawasan
perumahan.

 Ruang evakuasi bencana antara lain :


- Kantor Kecamatan Ranowulu di Kelurahan Danowudu;
- Puskesmas Kecamatan Ranowulu di Kelurahan Danowudu;
- Kantor Kecamatan Matuari di Kelurahan Manembo-nembo Tengah;
- Stadion Duasudara di Kelurahan Manembo-nembo Tengah;
- SMA Negeri 4 di Kelurahan Danowudu;
- Kantor Kecamatan Aertembaga di Kelurahan Winenet Satu;

II-130
- SMP Negeri 12 Bitung di Kecamatan Girian;
- SMP Negeri 2 Bitung di Kecamatan Madidir ;
- SMA Negeri 2 Bitung di Kecamatan Madidir ;
- SMK Negeri 1 di Kecamatan Maesa;
- SMK Negeri 2 di Kecamatan Maesa.

 Kawasan Ruang Kegiatan Sektor Informal;

Pengembangan ruang kegiatan sektor informal meliputi:


 Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Pasar Cita Pusat Kota ke
kawasan sepanjang jalan H.R. Ticolau (eks Bioskop Intan) di Kelurahan
Bitung Timur dan Kelurahan Bitung Tengah;
 Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Pasar Tradisional Girian ke
kawasan Pasar Induk di Kelurahan Sagerat Weru Satu; dan
 Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana penyediaan dan pemanfaatan
prasarana kegiatan sektor informal (Pedagang Kaki Lima) diatur dengan
Peraturan Walikota.
 Kawasan Peruntukan Lainnya.
Kawasan peruntukan lainnya, meliputi:
 Kawasan hutan rakyat, meliputi :
- Pemanfaatan lahan tidur melalui penanaman tanaman kayu-kayuan jenis
nantu, cempaka, mahoni dan jatiserta jenis kayu dan jenis non kayu
lainnya;
- Pengembangan sarana dan prasarana penunjang kegiatan hutan rakyat
seperti aksesibilitas, sarana pengolahan hasil hutan dan lain sebagainya;
- Pengembangan hutan rakyat dengan melibatkan sektor ekonomi seperti
sektor industri kecil dan kerajinan dalam pengolahan hasil hutan dalam
rangka memacu pertumbuhan sektor ekonomi dengan menciptakan
keterkaitan antar sektor.
 Kawasan pertanian/perkebunan;
Pengembangan kawasan pertanian/perkebunan, meliputi :
o Pengelolaan kawasan lahan pertanian basah berkelanjutan di
Kecamatan Matuari seluas kurang lebih 180 Hektar yang meliputi :
- Penetapan lahan pertanian pangan lahan basah;
- Pemeliharaan, rehabilitasi dan pengembangan sarana dan
prasarana irigasi;

II-131
- Peningkatan produktivitas yang berkelanjutan tanpa mengabaikan
aspek pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
o Pengelolaan kawasan lahan pertanian kering yang diarahkan ke
Kecamatan Ranowulu, Kecamatan Matuari, Kecamatan Aertembaga,
Kecamatan Lembeh Utara, dan Kecamatan Lembeh Selatan seluas
kurang lebih 5.122 Hektar; dan
o Pengelolaan kawasan perkebunan yang diarahkan ke Kecamatan
Ranowulu, Kecamatan Matuari, Kecamatan Aertembaga, Kecamatan
Lembeh Utara dan Kecamatan Lembeh Selatan.
 Kawasan perikanan;
Kawasan perikanan terdiri atas :
o Kawasan perikanan tangkap;
Pengembangan kawasan perikanan tangkap terletak di Kecamatan
Ranowulu, Kecamatan Matuari, Kecamatan Madidir, Kecamatan Girian
dan kawasan minapolitan di Kecamatan Aertembaga, Kecamatan
Lembeh Selatan, dan Kecamatan lembeh Utara
o Kawasan perikanan budidaya.
Pengembangan kawasan perikanan budidaya terpusat di Kecamatan
Ranowulu, Kecamatan Matuari, Kecamatan Aertembaga dan bagian
barat pesisir Pulau Lembeh
 Kawasan pertambangan;
Potensi kawasan pertambangan meliputi :
o Pengelolaan kawasan pertambangan mineral logam meliputi
pengelolaan kawasan pertambangan emas di Kecamatan Ranowulu
terdiri dari :
- Wilayah Usaha Pertambangan (WUP);
- Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR); dan
- Wilayah Pencadangan Nasional (WPN).
o Pengelolaan kawasan pertambangan mineral logam sebagaimana
dimaksud pada huruf a dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
o Pengelolaan kawasan pertambangan mineral non logam meliputi :
- Kawasan pertambangan pasir kwarsa di kelurahan lirang; dan
- kawasan pertambangan kaolin di Kelurahan Pinasungkulan.

II-132
o Pengelolaan kawasan pertambangan batuan meliputi :
- Kawasan pertambangan sirtu di Kecamatan Girian;
- Kawasan pertambangan batu belah andesit tersebar di wilayah kota;
- Kawasan pertambangan pasir vulkaniktersebar di wilayah kota;
- Kawasan pertambangan lava basaltik dan andesitik di sebelah timur
Kelurahan Tandurusa dan bagian utara Kelurahan Batuputih; dan
- Kawasan pertambangan bahan galian tras di Kecamatan Aertembaga.
o pengelolaan kawasan pertambangan panas bumi diarahkan ke Gunung
Duasudara.
 Pelayanan umum;
o Pengembangan pelayanan umum meliputi pendidikan, kesehatan,
taman pemakaman umum, dan tempat peribadatan yang diatur
persebarannya ke dalam 8 (delapan) kecamatan di wilayah Kota.
o Pengembangan dan peningkatan fasilitas pelayanan umum dibidang
pendidikan berupa pembangunan dan pengembangan taman bermain,
taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah
menengah atas dan perguruan tinggi, sedangkan untuk bumi
perkemahan direncanakan berlokasi di Kelurahan Pinasungkulan.
o Pengembangan dan peningkatan kawasan pelayanan umum dibidang
kesehatan berupa Puskesmas di tiap kecamatan dan Poskesdes di tiap
kelurahan dan pengembangan serta peningkatan Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Manembo-nembo di Kelurahan Manembo-nembo
Tengah.
o Pengembangan dan peningkatan kawasan pelayanan umum untuk
taman pemakaman umum meliputi penyediaan lahan yang diatur
dengan memperhatikan kondisi lingkungan, penataan lokasi dan
ketersediaan lahan di setiap kelurahan.
o Pengembangan dan peningkatan kawasan pelayanan umum untuk
tempat peribadatan meliputi penyediaan lahan di setiap kelurahan.
 Kawasan pertahanan dan keamanan;
Pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan, meliputi :
- Komando Distrik Militer (Kodim) 1301 di Kelurahan Madidir Unet;
- Koramil yang terdapat di kecamatan-kecamatan wilayah kota;
- Kawasan pelatihan militer TNI AD di Kelurahan Girian Indah;

II-133
- Kawasan pelatihan militer TNI AL di kawasan pegunungan Dua Sudara,
Naemundung Kelurahan Aertembaga Dua, Kelurahan Batu Putih Atas,
Kelurahan Kasawari dan sebagian Pulau Lembeh;
- Kawasan TNI AL di Kecamatan Maesa dan Kecamatan Aertembaga;
- Fasilitaspangkalan Kepolisian Perairan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara
di Kelurahan Tandurusa;
- Fasilitas Kepolisian Resort Kota di Kelurahan Girian Weru Dua Kecamatan
Girian;
- Fasilitas Kepolisian Sektor yang terdapat di Kecamatan-kecamatan
wilayah kota; dan
- Dermaga Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) di Kelurahan
Kasawari.
 Kawasan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
o Kawasan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap
interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
o Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan perairan di sekitarnya dilakukan
berdasarkan kesatuan ekologis dan ekonomis secara menyeluruh dan
terpadu dengan pulau besar didekatnya.

o Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan disekitarnya diprioritaskan


untuk salah satu atau lebih kepentingan berikut :
- konservasi;
- pendidikan dan pelatihan;
- penelitian dan pengembangan;
- budidaya laut;
- pariwisata;
- usaha perikanan dan kelautan dan industri perikanan secara lestari
- pertanian organik; dan/atau
- peternakan.

Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Struktur dan Pola Ruang Kota Bitung dapat dilihat
pada gambar berikut

II-134
Gambar 2.12
Peta Rencana Struktur Ruang Kota Bitung

II-135
Gambar 2.13
Peta Rencana Pola Ruang Kota Bitung

II-136
4. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Tata Kota Bitung

Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui:

a. Ketentuan Umum Peraturan zonasi;

b. Ketentuan Perizinan;

c. Ketentuan Pemberian insentif dan disinsentif; dan

d. Arahan sanksi.

1. Ketentuan Umum Peraturan zonasi, terdiri dari:

a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung

b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk hutan lindung:

c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan resapan air

d. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan pantai

e. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai

f. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan danau/


waduk/embung

g. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan pantai berhutan


bakau/mangrove

h. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan jalan tol

i. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau

j. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan kota

k. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan taman RT

l. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan taman kota

m. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pemakaman

n. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lapangan olah raga

o. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam dan cagar budaya

p. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar alam

q. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya

r. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana

II-137
s. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan konservasi laut dan pesisir

t. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan jalur pengungsian satwa

u. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya

2. Ketentuan Perizinan

Ada beberapa bentuk ketentuan perizinan di Kota Bitung , yaitu:

g. Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam


pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bitung .

h. Ketentuan perizinan berfungsi sebagai alat pengendali dalam penggunaan lahan


untuk mencapai kesesuaian pemanfaatan ruang dan rujukan dalam membangun.

i. Ketentuan perizinan disusun berdasarkan ketentuan umum peraturan zonasi yang


sudah ditetapkan dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya.

j. Ketentuan lebih lanjut mengenai Mekanisme perizinan menjadi wewenang


Pemerintah Kota Bitung diatur dalam Peraturan Walikota.

k. Apabila dalam dokumen RTRW Kota Bitung belum memberikan ketentuan yang
cukup tentang perizinan harus melalui persetujuan BKPRD.

l. Izin pemanfaatan ruang meliputi:

 izin prinsip;

 izin lokasi;

 izin pemanfaatan tanah;

 izin mendirikan bangunan;

 izin penerbitan hak atas tanah;

 izin perpanjangan hak atas tanah; dan

 izin peralihan hak atas tanah.

3. Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Insentif yang diberikan kepada masyarakat terdiri:

c. Insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung


pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam bentuk:

II-138
 pemberian kompensasi;

 imbalan;

 penyediaan infrastruktur; dan

 penghargaan.

d. Insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung


pengembangan kawasan budidaya, yaitu dalam bentuk:

 keringanan pajak daerah dan retribusi daerah;

 pemberian kompensasi;

 imbalan;

 sewa ruang;

 penyediaan infrastruktur;

 kemudahan prosedur perizinan; dan

 penghargaan

Disinsentif yang dikenakan kepada masyarakat, terdiri:

c. Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang


menghambat pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam bentuk:

 pengenaan pajak daerah dan retribusi daerah yang tinggi;

 pembatasan penyediaan infrastruktur; dan

 pengenaan kompensasi.

d. Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang


menghambat pengembangan kawasan budidaya, yaitu dalam bentuk:

 pengenaan pajak daerah dan retribusi daerah yang tinggi;

 pencabutan izin;

 pembatasan penyediaan infrastruktur; dan

 pengenaan kompensasi.

II-139
4. Arahan Sanksi

e. Arahan sanksi untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW dalam
bentuk:

 Pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi di daerah;

 Pemanfaatan ruang tanpa izin yang diterbitkan berdasarkan RTRW;

 Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin yang diterbitkan berdasarkan
RTRW;

 Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin yang


diterbitkan berdasarkan RTRW;

 Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh


peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan

 Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.

f. Sanksi dikenakan kepada perseorangan dan/atau korporasi yang melakukan


pelanggaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

g. Sanksi dikenakan dalam bentuk sanksi administratif.

h. Sanksi administratif berupa:

 peringatan tertulis;

 penghentian sementara kegiatan;

 penghentian sementara pelayanan umum;

 penutupan lokasi;

 pencabutan izin;

 pembatalan izin;

 pembongkaran bangunan;

 pemulihan fungsi ruang; dan/atau

 denda administratif.

5. Ketentuan Pidana

II-140
d. Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Perda RTRW dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

e. Tindak pidana adalah pelanggaran.

f. Selain ancaman pidana dapat diancam pidana sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang mengaturnya.

2.5.6 Penggunaan Lahan Eksisting

Wilayah Kota Bitung sebagian besar mempunyai porositas yang tinggi dan kurang stabil,
terutama dibagian barat, hanya di bagian pesisir pantai yang tergolong stabil dan agak stabil.
Di sisi lain, porositas yang tinggi akan mempercepat pengeringan dari genangan yang ada.
Hanya sebagian wilayah kota yang berada di sekitar pelabuhan yang mempunyai dasar
bangunan yang kokoh. Dikaitkan dengan kondisi morfologi dan topografi, maka bagian utara
kota, khususnya kecamatan Ranowulu merupakan kawasan rawan erosi.

Perbedaan penggunaan lahan di tiap kecamatan Kota Bitung diakibatkan karena daya
tampung wilayah tiap kecamatan yang berbeda serta pengaruh aksesibilitas terhadap aspek-
aspek pendukung kota. Konsentrasi permukiman paling banyak terdapat di wilayah tengah
kota, yang berada di sekitar daerah dekat pantai. Ini dikarenakan juga pusat aktivitas baik
bisnis maupun pemerintahan berada di wilayah ini.

Kecenderungan dominasi penggunaan lahan di tiap kecamatan Kota Bitung dapat dilihat pada
luas wilayah yang ada. Kecamatan Ranowulu sebagai kecamatan yang terbesar luasnya oleh
masyarakat digunakan untuk perkebunan. Berbeda halnya dengan Kecamatan Girian yang
merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil. Penggunaan lahan untuk perkebunan
sangat minim. Untuk permukiman, konsentrasi utama terdapat di wilayah Kecamatan Madidir
dan Matuari, karena wilayah Madidir banyak terdapat kawasan industri. Sedangkan wilayah
Matuari merupakan pusat perumahan rakyat.

Penggunaan lahan dapat berpengaruh terhadap performa kota. Dengan adanya penggunaan
lahan pada aktivitas-aktivitas produktif maka secara langsung performa kota dalam perpektif
bisnis dapat menguntungkan. Karena semakin banyak aktivitas produktif dalam penggunaan
lahan, akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang semakin baik. Dapat dilihat
penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Madidir yang banyak digunakan untuk industri.
Sehingga aktivitas perekonomian kota dapat terdorong dengan semakin banyak kesempatan
kerja.

II-141
Penggunaan lahan yang maksimal akan meningkatkan performa kota. Peruntukkan
penggunaan lahan yang dikelola dengan baik dan bijaksana sesuai dengan aturan-aturan yang
berlaku. Akan mengakibatkan terjadinya hubungan yang saling menguntungkan baik itu
masyarakat, pemerintah, maupun investor.

2.5.7 Indikasi Awal Pelanggaran Tata Ruang Kota Bitung

Ada beberapa isu yang terkait dengan indikasi awal pelanggaran tata ruang di Kota Bitung
yang didapat dari berbagai sumber seperti media online dan cetak, adalah sebagai berikut:

 Megaproyek Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kota Bitung, terancam dihentikan.


Dinding sulit yang dihadapi pihak pengelola untuk melakukan pembebasan lahan pada
kawasan tersebut, disinyalir jadi salah satu penyebab. Seperti contohnya penggusuran
tempat tinggal sekitar 500 kepala keluarga di Kelurahan Tanjung Merah, Kecamatan
Matuari, Kota Bitung, (sumber : Themmy Doaly, Monggabai : 7 Maret 2016)

 Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung yang
dilaksanakan PT Pertamina (persero) di Kantor Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
Manado, terkendala ahli waris. (Sumber : berita menado.com, 10 Januari 2018).

2.6 KABUPATEN WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

2.6.1 Letak Administrasi Wilayah

Wakatobi merupakan kabupaten terluar yang ada di provinsi Sulawesi Tenggara. Bentuk
geografis yang kepulauan menyebabkan Wakatobi memiliki banyak pulau. Tercatat hingga
tahun 2016 jumlah pulau yang ada di Kabupaten Wakatobi sebanyak 43 pulau yang tersebar
di sekitar 4 pulau besar yaitu Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Pada tahun 2016
tercatat Luas Wilayah daratan kabupaten Wakatobi sekitar 823 km2.

Secara astronomis Wakatobi berada pada 5°00' dan 6°25' Lintang Selatan dan antara 123°34'
dan 124°64' Bujur Timur. Secara geografis kepulauan Wakatobi berada diantara laut banda
dan laut flores. Batas-batas kabupaten Wakatobi yaitu sebelah utara, timur, dan barat
berbatasan dengan laut banda, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan laut flores.

Berdasarkan letak wilayahnya terhadap laut, sebagian besar desa di Wakatobi merupakan
desa pesisir yang jumlahnya mencapai 90 desa, sedangkan sisanya 10 desa merupakan desa
bukan pesisir.

II-142
2.6.2 Kondisi Geografi

Menurut klasifikasi Schmidt-Fergusson, iklim di Kepulauan Wakatobi termasuk tipe C, dengan


dua musim yaitu musim kemarau (musim timur: April–Agustus) dan musim hujan (musim
barat: September–April). Musim angin barat berlangsung dari bulan Desember sampai
dengan Maret yang ditandai dengan sering terjadi hujan. Musim angin timur berlangsung
bulan Juni sampai dengan September. Peralihan musim yang biasa disebut musim pancaroba
terjadi pada bulan Oktober-November dan bulan April-Mei.

Suhu udara di Wakatobi selama tahun 2016 berkisar antara 24,3°C sampai dengan 32,5°C. Hal
ini menunjukan adanya perbedaan suhu pada musim kemarau dan musim hujan. Rata-rata
kelembaban udara di Kabupaten Wakatobi pada tahun 2016 yaitu 79 persen. Dimana
kelembaban udara terendah terjadi pada bulan September yaitu 72 persen dan kelembaban
tertinggi terjadi pada bulan april yaitu 84 persen. Rata-rata kecepatan angin 2,74 knot/detik.
Jumlah curah hujan sebesar 2.063,8 mm3 dengan jumlah hari hujan 187 hari selama tahun
2016. Daerah yang berbentuk kepulauan menyebabkan kegiatan ekonomi sangat bergantung
dengan keadaan cuaca yaitu apabila cuaca sedang tidak bersahabat nelayan tidak bisa melaut,
distribusi barang dan transportasi antar pulau menjadi terganggu.

2.6.3 Kondisi Kependudukan

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk terus mengalami peningkatan


selama tiga tahun terakhir. Tercatat tahun 2016 jumlah penduduk Wakatobi sebesar 95.209
yang terdiri dari 45.740 laki-laki dan 49.469 perempuan. Jumlah ini mengalami peningkatan
sebesar 0,29 persen dibanding tahun 2015. Kepadatan penduduk tahun 2016 yaitu 116
jiwa/km2 yang artinya rata-rata terdapat 116 penduduk setiap kilometer persegi. Jumlah
penduduk usia produktif sebesar 56.192 jiwa, dengan rasio ketergantungan sebesar 69,43.
Arti dari angka rasio ketergantungan yaitu setiap 100 penduduk produktif harus menanggung
70 penduduk non produktif. Semakin besar angka rasio ketergantungan, maka akan semakin
besar tanggungan suatu daerah.

2.6.4 Kondisi Perekonomian

“Surga nyata bawah laut yang terletak di pusat segitiga karang dunia” merupakan semboyan
dari Kabupaten Wakatobi. Kabupaten Wakatobi telah mendunia dengan keindahan bawah
lautnya. Hal ini menyebabkan sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan
di kabupaten ini. Hal ini tentunya harus didukung dengan semakin memadainya sektor

II-143
pariwisata yang ada, seperti jumlah akomodasi, jumlah kamar dan jumlah tempat tidur.
Sehingga semua wisatawan mampu tertampung dan mendapat pelayanan prima.

Selama tiga tahun terakhir jumlah hotel yang ada di Wakatobi terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2014 jumlah hotel yang ada di Wakatobi sebanyak 39 unit,
meningkat menjadi 47 unit pada tahun 2015 dan megalami penurunan pada tahun 2016
menjadi 40 unit. Peningkatan tertinggi terjadi pada jumlah homestay selama tiga tahun
terakhir. Yang semula hanya 5 unit pada tahun 2014 menjadi 215 unit 2015 hingga
kemudian menjadi 313 unit pada tahun 2016. Peningkatan ini bisa disebabkan karena rumah
tangga atau penduduk melihat adanya peluang sektor pariwisata ini, sehingga banyak
rumah tangga atau penduduk yang kemudian membangun bangunan seperti kamar-kamar
yang bisa disewakan oleh wisatawan dan diberi fasilitas kenyamanan layaknya homestay.
Begitupun yang terjadi dengan jumlah kamar yang ada di hotel dan home stay, selama tiga
tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Hotel yang semula memiliki jumlah kamar
sebanyak 392 unit pada tahun 2014 menjadi 569 unit pada tahun 2015, atau meningkat
sebesar 45,15 persen dan meningkat kembali menjadi 578 unit pada tahun 2016. Hal yang
serupa juga terjadi dengan jumlah homestay.

2.6.5 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Wakatobi

Pada peraturan penataan ruang di Kabupaten Wakatobi telah ditetapkan dengan peraturan
daerah tentang rencana tata ruang wilayah kota yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi
Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi Tahun
2012 - 2032. Adapun isi dari perda tersebut terdiri dari:

1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi

Tujuan :

Penataan ruang Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan tatanan ruang wilayah


Kabupaten dalam rangka optimalisasi potensi sumberdaya alam berbasis kelautan-
perikanan dan pariwisata secara berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing
kabupaten dengan tetap mempertimbangkan daya dukung, daya tampung, karakteristik
fisik wilayah dan kelestarian sumberdaya alam

Kebijakan :

Kebijakan penataan ruang Kabupaten terdiri atas :


 Pengembangan kegiatan utama berbasis kelautan-perikanan dan pariwisata serta
pemanfaatan ruang secara optimal pada setiap kawasan budidaya lainnya;

II-144
 Pengembangan prasarana dan sarana guna mendukung kegiatan utama berbasis
kelautan-perikanan dan pariwisata serta pengembangan prasarana dan sarana guna
mendukung setiap kawasan budidaya lainnya;
 Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah kabupaten;
 Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana dan sarana serta
jaringan pelayanan sosial ekonomi;
 Perlindungan terhadap kawasan lindung laut; dan
 Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Strategi :
 Strategi pengembangan kegiatan utama berbasis kelautan-perikanan dan pariwisata
serta pemanfaatan ruang secara optimal pada setiap kawasan budidaya lainnya
terdiri atas:
- Menetapkan zona-zona dengan fungsi-fungsi utamanya pada setiap kawasan
budidaya;
- Meningkatkan nilai tambah hasil-hasil produksi kawasan melalui
pengembangan pariwisata, agrobisnis, kelautan-perikanan baik secara
intensifikasi maupun ektensifikasi;
- Meningkatkan perlindungan terhadap sumber-sumber air dan sumber plasma
nutfah serta melestarikan kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan hidup;
- Mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan keunikan rona alam dan keaslian fisik
sumberdaya alam dan lingkungan hidup;
- Mengurangi perizinan pemanfaatan ruang yang dapat mengakibatkan
terjadinya konflik pemanfaatan ruang;
- Mengendalikan, mengarahkan, memantau, dan menegakan hukum di kawasan
lindung;
- Mengembangkan kebijakan pengembangan peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pelestarian lingkungan yang berkesinambungan yang
didasarkan pada karakteristik pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
- Pengembangan fungsi-fungsi kawasan budidaya lainnya.

II-145
 Strategi pengembangan prasarana dan sarana guna mendukung kegiatan utama
berbasis kelautan-perikanan dan pariwisata serta pengembangan prasarana dan
sarana guna mendukung setiap kawasan budidaya lainnya terdiri atas :
- Meningkatkan penyebaran prasarana dan sarana pada setiap kawasan
pariwisata, agrobinis, kelautan-perikanan yang didasarkan pada karakteristik
pesisir dan pulau-pulau kecil;
- Mengembangkan akses prasarana dan sarana pada setiap kawasan pariwisata,
agrobinis dan kelautan-perikanan untuk mendukung pengembangan
pelayanan jasa kemaritiman dan pariwisata bahari, pengembangan perikanan
rakyat (artisanal fishery) dan pengembangan marikultur (marine culture);
- Meningkatkan aksesibilitas antar kota di dalam kawasan dan ke tujuan-tujuan
pemasaran melalui keterpaduan pengembangan sistem transportasi antar
moda untuk mendukung jaringan distribusi dan pemasaran dari dan keluar
kabupaten yang efisien dan efektif;
- Meningkatkan fungsi dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana pada setiap
kawasan budidaya untuk mendukung pengembangan kegiatan kelautan-
perikanan dan pariwisata yang handal dan menghasilkan komoditas yang
berdaya saing tinggi;
- Mengembangkan sistem informasi tata ruang berbasis digital spasial yang
mudah diakses, mudah diupgrade dan aplicable; dan
- Optimalisasi pengembangan sistem kelautan-perikanan dan pariwisata, untuk
tujuan pelestarian sumberdaya, pendidikan dan penelitian, peningkatan
produksi dengan mengembangkan sistem pengelolaan yang terintegrasi dan
berkelanjutan.
 Strategi peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, terdiri
atas :
- Menetapkan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kabupaten atau beberapa kecamatan sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi
(pklp);
- Menetapkan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
beberapa kecamatan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK);

II-146
- Menetapkan kawasan perkotaan sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
yang berfungsi untuk mendukung PPK dengan melayani kegiatan beberapa
kecamatan yang lebih kecil;
- Meningkatkan interkoneksi antara kawasan perkotaan baik kota yang
diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (pklp) dan pusat-pusat
pelayanan kawasan (PPK), pusat-pusat pelayanan lingkungan (PPL) maupun
pusat-pusat kawasan strategis sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah kabupaten;
- Mengembangkan akses pada pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang
potensial dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan eksisting; dan
- Meningkatkan akses terhadap kota-kota pantai, perdagangan, sentra
pertanian tanaman pangan, peternakan dan perikanan
 Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana dan
sarana serta jaringan pelayanan sosial ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 huruf d, terdiri atas :
- mengembangkan jalan kolektor primer dari Wangi-Wangi menuju Bandara
Matahora dan Usuku - Lapter Maranggo - Onemay;
- mengembangkan jaringan transportasi darat; yaitu jalan kolektor primer
sebagai bagian dari jalan lingkar pulau (yaitu pulau Wangi-wangi, Kaledupa,
Tomia dan Binongko) yang menghubungkan antar kecamatan di dalam satu
pulau;
- membangun dan meningkatkan ruas jalan lokal primer (yang termasuk dalam
jalan lingkar pulau) antara Wanci-Liya (Pulau Wangi-Wangi), Ambeua - Sandi
(Pulau Kaledupa), Waha - Usuku (Pulau Tomia) Rukuwa - Popalia (Pulau
Binongko);
- membangun jaringan jalan lokal sekunder yang menghubungkan pusat-pusat
pelayanan dalam kawasan Perkotaan Wangi-Wangi, kawasan permukiman dan
sentra-sentra produksi di seluruh kecamatan;
- mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi terutama di kawasan
terisolasi;
- meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi secara optimal
serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan
- meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
sistem jaringan sumberdaya air.

II-147
 Strategi perlindungan terhadap kawasan lindung laut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf e, terdiri atas :
- Mendukung penetapan kawasan Taman Nasional Wakatobi;
- Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi sistem ekologi
wilayah; dan
- Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan mangrove dan terumbu karang
sebagai ekosistem esensial pada kawasan pesisir dan laut untuk menjamin
terus berlangsungnya reproduksi biota laut.
 Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara terdiri
atas:
- Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya;
- Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
terbangun di sekitar kawasan pertahanan, sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budidaya terbangun; dan
- Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.

2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten meliputi :


a. Pusat-Pusat Kegiatan, terdiri atas :

Pusat-pusat kegiatan kabupaten, terdiri atas :


 Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) yaitu Wangi-wangi
 Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLp (PKLp) yaitu Usuku
di Kecamatan Tomia Timur
 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yaitu :
₋ Ambeua di Kecamatan Kaledupa;
₋ Langge di Kecamatan Kaledupa Selatan;
₋ Waha di Kecamatan Tomia;
₋ Rukuwa di Kecamatan Binongko; dan
₋ Popalia di Kecamatan Togo Binongko

 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yaitu :


₋ Desa Waha di Kecamatan Wangi-Wangi;
₋ Desa Liya Mawi di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan;
₋ Kelurahan Buranga di Kecamatan Kaledupa;

II-148
₋ Desa Peropa di Kecamatan Kaledupa Selatan;
₋ Desa Patua di Kecamatan Tomia;
₋ Desa Kahianga di Kecamatan Tomia Timur;
₋ Desa Lagongga di Kecamatan Binongko;
₋ Desa Waloindi di Kecamatan Togo-Binongko.
b. Sistem Jaringan Prasarana Utama;

Sistem jaringan prasarana utama kabupaten Wakatobi terdiri atas :

 Sistem Jaringan Transportasi Darat;

Sistem jaringan transportasi darat, terdiri atas :

- Jaringan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Meliputi Jaringan Jalan, Jaringan
Prasarana Lalu Lintas Dan Jaringan Layanan Lalu Lintas;

- Jaringan Angkutan Penyeberangan.

Jaringan jalan, terdiri atas :

Jalan kolektor primer K3 yang merupakan kewenangan provinsi di kabupaten,


terdiri atas :

- Ruas jalan Wangi-Wangi - Padakuru – Matahora sepanjang 21,53 Km;

- Ruas jalan Usuku - Lapter Maranggo – Onemay sepanjang 9,50 Km.

 Sistem Jaringan Transportasi Laut;

Tatanan Kepelabuhanan di Kabupaten, terdiri atas : Pelabuhan pengumpul


yaitu Pelabuhan Pangulubelo Wangi-Wangi di kawasan Perkotaan Wangi-
Wangi; Pelabuhan pengumpan terdiri atas :

- Pelabuhan Wanci di Kecamatan Wangi-Wangi;

- Pelabuhan Liya Onemelangka di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan;

- Pelabuhan Buranga di Kecamatan Kaledupa;

- Pelabuhan Ambeua di Kecamatan Kaledupa;

- Pelabuhan Langge di Kecamatan Kaledupa Selatan;

- Pelabuhan Taou di Kecamatan Kaledupa Selatan;

- Pelabuhan Waha di Kecamatan Tomia;

II-149
- Pelabuhan Usuku di Kecamatan Tomia Timur;

- Pelabuhan Rukuwa di Kecamatan Binongko;

- Pelabuhan Bante di Kecamatan Binongko;

- Pelabuhan Taipabu di Kecamatan Binongko; dan

- Pelabuhan Popalia di Kecamatan Togo Binongko.

Rencana Terminal khusus Pertamina di Pulau Kapota Kecamatan Wangi-


Wangi Selatan.

 Sistem Jaringan Transportasi Udara.

Tatanan kebandarudaraan, terdiri atas :

- Bandar Udara Pengumpan Yaitu Bandar Udara Matahora Di Kecamatan


Wangi-Wangi Selatan; Dan

- Bandar Udara Khusus Pariwisata Yaitu Bandar Udara Maranggo Di Kecamatan


Tomia Timur
c. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Sistem jaringan prasarana lainnya terdiri atas :

 Sistem Jaringan Energi;

Jaringan prasarana energi yaitu jaringan distribusi tegangan menengah yang


menghubungkan seluruh wilayah di pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan
Binongko

 Sistem Jaringan Telekomunikasi;

Sistem jaringan kabel yaitu Stasiun Telepon Otomatis (STO) Wanci di Kecamatan
Wangi-Wangi

 Sistem Jaringan Sumberdaya Air;

- Wilayah Sungai (WS) kabupaten Wakatobi adalah WS Pulau Buton yang


merupakan WS lintas kabupaten dengan DAS dalam wilayah kabupaten
meliputi DAS Kambode (Kapota), DAS Wangi-Wangi, DAS Komponuone, DAS
Kaledupa, DAS Lentea, DAS Tomia dan DAS Binongko.

- Daerah Irigasi (DI) yaitu DI Sombano di Kecamatan Kaledupa dengan luas


pelayanan 120 Ha yang merupakan kewenangan Pemerintah Daerah.

II-150
 Sistem Jaringan Pengelolaan Lingkungan

- Sistem Jaringan Persampahan;

Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Untuk Kawasan Perkotaan Dan


Pulau Wangi-Wangi Di Desa Komala Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Seluas
5 Ha;

- Sistem Jaringan Air Minum;

Rencana reservoir di Desa Wungka Kecamatan Wangi-Wangi Selatan untuk


menyuplai kebutuhan kawasan perkotaan Wangi-Wangi dan Bandara
Matahora dengan kapasitas 500 m3; Rencana reservoir di Desa Pajam untuk
menyuplai kebutuhan Pulau Kaledupa, dengan kapasitas 500 m3

- Sistem Jaringan Drainase;

Saluran primer meliputi Sungai Ollo, Sungai Lagiwae dan Sungai Lefuto di
Kecamatan Kaledupa, Saluran sekunder yaitu alur-alur sungai yang terdapat
di Kecamatan Wangi-Wangi, Saluran tersier yaitu saluran tepi jalan di
kawasan perkotaan Wangi-Wangi

- Sistem Jaringan Air Limbah;

Rencana sistem pembuangan air limbah perpipaan terpusat dilakukan


secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara
terpusat pada kawasan perkotaan di Kecamatan Wangi-Wangi

- Jalur Evakuasi Bencana.


Jalur evakuasi bencana di kawasan perkotaan Wangi-Wangi, Jalur evakuasi
bencana di Kecamatan Kaledupa (pantai barat & pantai timur), Jalur
evakuasi bencana di Kecamatan Kaledupa Selatan, Jalur evakuasi bencana di
Kecamatan Tomia menuju kawasan Kollosoha, Jalur evakuasi bencana di
Kecamatan Tomia Timur menuju kawasan Longa Usuku

3. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi


a. Kawasan hutan lindung, ditetapkan seluas 10.022 Ha

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya,


merupakan kawasan resapan air Kecamatan Wangi-Wangi dengan luas kurang lebih
714,68 Ha, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan dengan luas kurang lebih 245,58 Ha;
dan Kecamatan Kaledupa Selatan dengan luas kurang lebih 72,71 Ha

II-151
b. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas :

 Sempadan sungai;

Sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara
10 - 15 meter, yang terdapat di pulau wangi-wangi (kecamatan wangi-wangi dan
wangi-wangi selatan) dan pulau kaledupa (kecamatan kaledupa dan kaledupa
selatan);

 Kawasan sekitar mata air;

Radius minimal 200 meter dari mata air Wa Gehe-Gehe dan mata air Longa di
Kecamatan Wangi-Wangi, mata air Te’e Bete, Te’e Liya, Hu’u, Kampa, Balande
dan Te’e Fo’ou di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, mata air Batambawi dan
mata air Lenteaoge di Kecamatan Kaledupa Selatan, mata air He’ulu dan mata
air Te’e Luo di Kecamatan Tomia Timur, dan mata air Lia Meangi di Kecamatan
Togo Binongko.

 Sempadan pantai;

Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter dari titik pasang
air tertinggi ke arah darat yang terdapat pada seluruh pulau di kabupaten ini.

 Ruang terbuka hijau

Ruang terbuka hijau harus disediakan dengan ketentuan paling sedikit 30% dari
luas wilayah perkotaan
c. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Alam, terdiri atas :

 Kawasan pantai berhutan bakau yaitu kawasan pantai berhutan bakau yang
memiliki keanekaragaman hayati yang terdapat di Kecamatan Wangi-Wangi,
Wangi-Wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Tomia Timur dan Togo
Binongko;

 Kawasan taman nasional yaitu kawasan taman nasional laut Kepulauan


Wakatobi yang meliputi zona inti dengan luas kurang lebih 1.300 Ha, zona
perlindungan bahari dengan luas kurang lebih 36.450 Ha dan zona pariwisata
dengan luas kurang lebih 6.180 Ha.

 Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, yaitu Benteng Liya Togo, Benteng
Tindoi, Banteng Wabue-Bue, Benteng Koba, Benteng Watinti, Benteng Mandati

II-152
Tonga, Benteng Togo Molengo (Kapota), Benteng Baluara (Kapota), dan Kuburan
Tua Tindoi
d. Kawasan Rawan Bencana Alam, dalam hal ini rawan gelombang pasang terdapat di:
 Pesisir Wanci, Pongo, Wandoka, Waha, Waelumu, Patuno dan Waetuno di
Kecamatan Wangi-Wangi;
 Pesisir Sousu, Mandati, Mola, Kapota dan Liya di Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan;
 Pesisir Ambeua, Sampela, Laulua, Lefuto, Buranga, Waduri, Sombano, Horuo
dan Mantigola di Kecamatan Kaledupa;
 Pesisir Langge, Tanjung dan Tanomeha di Kecamatan Kaledupa Selatan;
 Pesisir Waha, Onemay dan Runduma di Kecamatan Tomia;
 Pesisir Bahari di Kecamatan Tomia Timur;
 Pesisir Wali di Kecamatan Binongko;
 Pesisir Haka dan Popalia di Kecamatan Togo Binongko
e. Kawasan Lindung Geologi, dalam hal ini rawan bencana alam geologi meliputi :
 Kawasan Rawan Gerakan Tanah ada zona kerentanan sedang dan rendah;
 Kawasan Rawan Tsunami; kawasan permukiman di daerah pantai dengan
ketinggian 0 sampai dengan 5 meter dari permukaan laut
 Kawasan Rawan Abrasi.meliputi :

₋ Pesisir Wandoka, Waha, Waelumu, Patuno dan Waetuno di Kecamatan


Wangi-Wangi;

₋ Pesisir Sousu, Kapota dan Liya di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan;

₋ Pesisir Lefuto, Buranga, Waduri dan Sombano di Kecamatan Kaledupa;

₋ Pesisir pulau Sawa di Kecamatan Tomia;

₋ Pesisir Wali di Kecamatan Binongko;

₋ Pesisir Haka dan Popalia di Kecamatan Togo Binongko


f. Kawasan Lindung Lainnya, yatu kawasan pengungsian sawa Pulau Oroho, Pulau
Simpora di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, :
g. Kawasan Budidaya
 Kawasan hutan rakyat;
 Kawasan peruntukan pertanian;
 Kawasan peruntukan perikanan;

II-153
 Kawasan peruntukan pertambangan;
 Kawasan peruntukan industri;
 Kawasan peruntukan pariwisata;
 Kawasan peruntukan permukiman;
 Kawasan peruntukan lainnya.

4. Rencana Kawawasan Strategis Kabupaten Wakatobi


a. Kawasan Strategis Provinsi : Kawasan Industri Wakatobi yang merupakan kawasan
strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.
b. Kawasan Strategis Kabupaten

 Dari sudut kepentingan petumbuhan ekonomi,


₋ Kawasan Perkotaan Wangi-wangi
₋ Kawasan Terpadu Tomia
₋ Kawasan insutri non polutif Binongko
₋ Kawasan Bandar Udara Matahora
₋ Kawasan Tertinggal Togo Binongko
₋ Kawasan Pengembangan Perikanan Tomia

 Dari sudut kepentingan fungsi sosial


₋ Kawasan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Kaledupa

 Dari sudut fungsi daya dukung lingkungan hidup


₋ Karang Atol Kaledupa / Tomia
₋ Kawasan Pelestarian Pulau Moromahu
₋ Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan Pulau Hoga

Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Wakatobi dapat
dilihat pada gambar berikut:

II-154
II-155
II-156
5. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas :


a. Ketentuan umum peraturan zonasi;
Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :
 Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
 Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya;
 Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar sistem prasarana
nasional dan wilayah, terdiri atas :
- Kawasan sekitar prasarana transportasi;
- Kawasan sekitar prasarana energi;
- Kawasan sekitar prasarana telekomunikasi;
- Kawasan sekitar prasarana sumber daya air
b. Ketentuan perizinan;
Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Wakatobi terdiri
atas :
- Izin prinsip;
- Izin lokasi;
- Izin penggunaan pemanfaatan tanah;
- Izin mendirikan bangunan;
- Izin perubahan penggunaan tanah.
c. Ketentuan insentif dan disinsentif;
Insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung
pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam bentuk:
- Keringan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan
urun saham;
- Pembangunan dan pengadaan infrastruktur;
- Kemudahan prosedur perizinan;
- Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah
daerah

II-157
Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang menghambat
pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam bentuk :
- Pengenaan pajak yang tinggi;
- Pembatasan penyediaan infrastruktur;
- Pengenaan kompensasi;
- Penalti.
d. Arahan sanksi.
 Peringatan tertulis;
 Penghentian sementara kegiatan;
 Penghentian sementara waktu pelayanan umum;
 Penutupan lokasi;
 Pencabutan izin;
 Pembatalan izin;
 Pembongkaran bangunan;
 Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
 Denda administratif.

2.6.6 Penggunaan Lahan Eksisting

Wakatobi merupakan kependekan dari nama empat pulau besar yang ada di kawasan
tersebut, yaitu Pulau Wangi-wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko. Secara
keseluruhan kepulauan Wakatobi terdiri dari 39 pulau, 3 gosong dan 5 atol. Terumbu karang
di kepulauan ini terdiri dari karang tepi (fringing reef), gosong karang (patch reef) dan atol.
Empat pulau utama di Kepulauan Wakatobi, yaitu Pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan
Binongko. Luas masing-masing pulau adalah Pulau Wangi-wangi (156,5 km²), Pulau Kaledupa
(64,8 km²), Pulau Tomia (52,4km²), dan Pulau Binongko (98,7 km²).

Berdasarkan luas penggunaan lahannya di Kabupaten Wakatobi mencapai 78.225 Ha yang


tersebar di delapan Kecamatan. Menurut jenisnya dibedakan menjadi tanah basah dan tanah
kering. Pada tanah kering, 4.210 Ha digunakan untuk bangunan dan pekarangan, 8.793 Ha
kebun tegal, 7.045 Ha hutan rakyat, 2.345 Ha hutan negara, 9.069 Ha perkebunan rakyat,
9.512 Ha sementara tidak diusahakan. Sedangkan lahan basah hanya mencapai 4 Ha yang
terdapat di Wangi-Wangi Selatan.

II-158
Terbentuknya Kabupaten Wakatobi dan ditempatkannya ibukota kabupaten di Pulau Wangi-
Wangi secara langsung dapat memberikan dampak atau ancaman perubahan fungsi kawasan
hutan lindung sebagai imbas dari kegiatan pengembangan dan pembangunan wilayah serta
peningkatan populasi penduduk di Pulau Wangi-Wangi. Ancaman perubahan fungsi atau
kerusakan kawasan hutan lindung antara lain berupa pembangunan sarana dan prasarana
publik, pengambilan kayu/perambahan untuk pemukiman, pembukaan areal kebun/
pertanian, pembukaan jalur transportasi dan perburuan satwa. Jika tidak segera dikelola
dengan prinsip lestari dan berkelanjutan maka dikhawatirkan fungsi ekologis hutan lindung
akan terganggu dan berdampak pada kehidupan masyarakat di Pulau Wangi-Wangi. Oleh
karenanya diperlukan strategi dalam pengelolaan kawasan hutan lindung untuk menghindari
ancaman degradasi fungsi hutan lindung di Pulau Wangi-Wangi sehingga kelestarian
ekosistemnya tetap terjaga dan lestari demi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.

2.6.7 Indikasi Awal Pelanggaran Tata Ruang Kabupaten Wakatobi

Ada beberapa isu yang terkait dengan indikasi awal pelanggaran tata ruang di Kabupaten
Wakatobi yang didapat dari berbagai sumber seperti media online dan cetak, adalah sebagai
berikut :

 Pemerintah Kabupaten Wakatobi telah mempersiapkan lahan seluas 175 hektar yang
terletak di Desa Matahora, Kecamatan Wangsel untuk Badan Otorita Pariwisata (BOP).
Namun kepariwisataan di Kabupaten Wakatobi selalu diiringi persoalan lahan. Ada baiknya
dilihat dengan benar apakah seluruh obyek wisata di Kabupaten Wakatobi tidak melanggar
Peraturan Daerah berkaitan Tata Ruang maupun Teknis lainnya. (sumber : Intan Permata
Sari, Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu, Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 1 Januari-
Juni 2017)

 Mahalnya harga tanah dan terbatasnya luas lahan di Kabupaten Wakatobi mengakibatkan
persoalan tanah sengketa dan penggusuran. Penguasaan lahan dan kepemilikan lahan
semu menjadi alasan timbulnya praktek oligarki yang justru menimbulkan masalah baru
yang lain yaitu memunculkan ketimpangan pendapatan, konflik lahan serta perburuhan
antara pemerintah, pengusaha dan warga di Wakatobi. (La Husen Zuada, Waode Syifatu,
dan Eka Suaib Universitas Halu Oleo, Jurnal Penelitian Politik | Volume 13 No. 2 Desember
2016).

II-159
2.7 KABUPATEN BANGGAI PROVINSI SULAWESI TENGAH

2.7.1 Letak Administrasi Wilayah

Kabupaten Banggai merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 84 meter di


atas permukaan laut, terletak pada posisi 0030’ - 2020’ Lintang Selatan dan 122023’ – 1240 20’
Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Banggai adalah berupa daratan seluas 9.672,70 Km2.
Hingga akhir 2017, wilayah administrasi Kabupaten Banggai berkembang menjadi 23
kecamatan, 46 kelurahan, dan 291 desa.

Wilayah Kabupaten Banggai bagian utara dibatasi oleh Teluk Tomini, bagian timur berbatasan
dengan Provinsi Maluku Utara, bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Banggai
Kepulauan dan bagian barat dibatasi oleh Kabupaten Tojo Una-Una dan Morowali.

2.7.2 Kondisi Geografis

Kabupaten Banggai agak berbeda dengan daerah lain pada umumnya, selama tahun 2017
mengalami musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan ini dapat digolongkan menjadi
tiga jenis berdasarkan frekuensi curah hujan, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Curah hujan
tinggi terjadi pada bulan Juni sekitar 241,7 mm, sedang pada bulan September sekitar 73,9
mm3, dan rendah pada bulan November 59,8 mm3. Sepanjang tahun 2017, suhu udara
terendah yaitu 23,90C terjadi pada bulan Agustus dan tertinggi sebesar 32,20C pada bulan
November.

Kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebesar 5 knot sedangkan terendah
erjadi bulan Oktober hingga desember sebesar 2 knot. Selama tahun 2017 kelembaban udara
di Kabupaten Banggai tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 82% dan terendah 73% pada
bulan Oktober. Sementara penyinaran matahari terbanyak pada bulan November yaitu 54%,
dan terendah Juni sebesar 24%.

2.7.3 Kondisi Kependudukan

Penduduk Kabupaten Banggai berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 sebanyak 365.268
jiwa yang terdiri atas 186.323 jiwa penduduk laki-laki dan 179.932 jiwa penduduk perempuan.
Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2016, penduduk Banggai mengalami
pertumbuhan sebesar 1,46 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun
2017 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 103,55. Kepadatan
penduduk di Kabupaten Banggai tahun 2017 mencapai 37 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah
penduduk per rumah tangga 4 orang.

II-160
Kepadatan Penduduk di 23 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi
terletak di kecamatan luwuk dengan kepadatan sebesar 526 jiwa/km2 dan terendah di
Kecamatan Batui sebesar 15 jiwa/Km.

Tabel 2.7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bangai

No. Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan


1 Toili 34.905 761,31 45,85
2 Toili Barat 23.402 993,67 23,55
3 Moilong 20.108 221,64 90,72
4 Batui 16.628 1.062,36 15,65
5 Batui Selatan 14.502 327,97 44,22
6 Bunta 20.652 579,00 35,67
7 Nuhon 20.210 1.107,00 18,26
8 Simpang Raya 15.343 243,69 62,96
9 Kintom 10.663 428,72 24,87
10 Luwuk 38.312 72,82 526,12
11 Luwuk Timur 11.908 216,30 55,05
12 Luwuk Utara 17.389 246,08 70,66
13 Luwuk Selatan 23.270 119,80 194,24
14 Nambo 8.582 169,70 50,57
15 Pagimana 24.481 957,34 25,57
16 Bualemo 19.807 862,00 22,98
17 Lobu 3.717 138,44 26,85
18 Lamala 6.771 220,66 30,69
19 Masama 11.865 231,64 51,22
20 Mantoh 7.309 226,00 32,34
21 Balantak 5.976 196,46 30,42
22 Balantak Selatan 4.999 146,50 34,12
23 Balantak Utara 4.469 143,60 31,12
Jumlah 365.268 9.672,70 37,45

Sumber: Banggai Dalam Angka, Tahun 2018

2.7.4 Kondisi Perekonomian

Pada awalnya penghitungan PDRB dengan tahun dasar 2010, sektor ekonomi dibagi menjadi
17 kategori utama. Namun, struktur perekonomian Kabupaten Banggai tidak mengalami
perubahan. Kabupaten Banggai masih merupakan kabupaten agraris, dimana kategori
pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menduduki peringkat pertama dalam peranan
terhadap PDRB, dengan peranan sebesar 31,51 persen.

Setelah mulai ditambangnya Potensi gas Kabupaten Banggai dan diolah menjadi LNG oleh PT.
Donggi Senoro pada pertengahan tahun 2015, sangat mempengaruhi PDRB Kabupaten

II-161
Banggai baik dari segi nominal maupun struktur perekonomian. Hal ini nampak pada laju
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banggai mencapai 33,95 persen di tahun 2015. Nilai
PDRB yang disumbangkan dari sektor industri pengolahan berada pada peringkat pertama
tahun 2017 telah mencapai 6.229.640.000.000 atau menyumbang 26,33% dari PDRB
sedangkan peringkat kedua adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 5.465
927.000.000 atau 23,10% PDRB Kabupaten Banggai.

2.7.5 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banggai

Pada peraturan penataan ruang di Kabupaten Banggai telah ditetapkan dengan peraturan
daerah tentang rencana tata ruang wilayah kota yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Banggai
Nomor 10 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banggai Tahun 2012-
2032. Adapun isi dari perda tersebut terdiri dari:

1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Banggai

a. Tujuan: Mewujudkan ruang wilayah kabupaten mewujudkan Kabupaten Maritim dan


menuju Ekowisata Bahari Dunia yang Berbudaya dan Berdaya Saing.

b. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Banggai:

Kebijakan:

Kebijakan penataan ruang Kabupaten terdiri atas :

 Pengembangan prasarana dan sarana perekonomian dan pariwisata;

 Pengembangan pusat kota dan pusat pertumbuhan lainnya yang berlandaskan


nilai-nilai budaya Banggai;

 Pengembangan destinasi pariwisata Banggai laut;

 Pengembangan infrastuktur untuk meningkatkan aksesibilitas antar pulau;

 Penataan wilayah maritim termasuk laut, pesisir dan pulau- pulau kecil yang
berbasis masyarakat dan ramah lingkungan.

Strategi:

 Strategi pengembangan prasarana dan sarana perekonomian dan pariwisata


terdiri atas :

- Membangun, mengembangkan dan memelihara prasarana dan sarana dasar;

- Mendorong pengembangan infrastruktur penunjang pusat pertumbuhan

II-162
sebagai pendukung perekonomian;

- Mendorong usaha kecil masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan dan


menjamin ketersediaan pasar;

- Mengembangkan program kemitraan antara pengusaha dan masyarakat lokal


untuk usaha kepariwisataan dan kerajinan rakyat;

- Mendorong pengembangan usaha pariwisata dan kerajinan rakyat yang


berwawasan lingkungan;

- Mendorong pengembangan indsutri perikanan dan hasil laut baik dalam skala
kecil, menengah dan besar;

- Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam hal kepariwisataan melalui


penyediaan lembaga pendidikan profesional kepariwisataan;

- mempertahankan kawasan bersejarah, situs dan warisan budaya sebagai


potensi wisata budaya.

c. Strategi pengembangan pusat kota dan pusat pertumbuhan lainnya yang


berlandaskan nilai-nilai budaya Banggai terdiri atas :

- meningkatkan kualitas permukiman perkotaan dan perdesaan;

- melestarikan peninggalan warisan budaya sebagai aset budaya;

- membangun serta meningkatkan prasarana dan sarana pendidikan, kesehatan,


budaya dan pelayanan sosial lainnya;

- meningkatkan prasarana dan sarana penunjang berupa jaringan energi/listrik,


jaringan telekomunikasi, jaringan air minum, jaringan drainase, pengelolaan
limbah dan persampahan di pusat-pusat pertumbuhan dan sentra- sentra
produksi; dan

- mengembangkan kawasan agropolitan dan minapolitan sebagai pusat


pertumbuhan.

2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Banggai

Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Banggai Laut terdiri atas :

a. Pusat kegiatan lokal adalah Banggai sebagai Ibukota Kabupaten

 Pusat pelayanan kawasan yaitu :

II-163
- Lokotoy di kecamatan Banggai utara;

- Adean di kecamatan Banggai tengah;

- Matanga di kecamatan Banggai selatan;

- Lantibung di kecamatan bangkurung;

- Mansalean di kecamatan labobo;

- Bungin di kecamatan bokan kepulauan

 Pusat pelayanan lingkungan

- Dodung di kecamatan Banggai;

- Popisi dan paisumosoni di kecamatan Banggai utara;

- Timbong dan mominit di kecamatan Banggai tengah;

- Sasabobok dan kalupapi di kecamatan bangkurung;

- Lalong dan paisulamo di kecamatan labobo; dan

- Ndindibung di kecamatan bokan kepulauan.

b. Jaringan Irigasi yang terdapat di Kabupaten Banggai terdiri atas:

- Daerah irigasi tolisetubono di kecamatan Banggai utara;

- Rehabilitasi, pemeliharaan, dan peningkatan jaringan irigasi yang ada;

- Pengembangan daerah irigasi pada seluruh kecamatan potensial yang memiliki


lahan pertanian yang ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan dan
pengelolaan lahan pertanian berkelanjutan;

- Membatasi perubahan alih fungsi sawah irigasi teknis dan setengah teknis
menjadi kegiatan budidaya lainnya

c. Jaringan air baku untuk air bersih yang berada di Kabupaten Banggai, pengembangan
mata air di Pulau Banggai, pulau bangkurung, pulau labobo, dan pulau bokan. Untuk
jaringan air bersih denga sistem perpipaan meliputi kelurahan lompio, kelurahan
Tano Bonunungan, Kelurahan Dodung dan seluruh wilayah Kecamatan Banggai

3. Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Banggai

Rencana pengembangan kawasan strategis yang ada di Kabupaten Banggai, meliputi:

a. Kawasan Strategis Provinsi terdiri atas:

II-164
 Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu kawasan
perbatasan pulau sonit di Kecamatan Bokan Kepulauan;

 Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi sosial budaya yaitu kawasan
istana raja Banggai di Kecamatan Banggai; dan

 Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam


dan/atau teknologi tinggi yaitu kawasan sumberdaya perikanan dan kelautan zona
III, yang diantaranya meliputi Kabupaten Banggai Laut.

b. Kawasan Strategis Kabupaten terdiri atas:

 Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu:

- Kawasan bahari terpadu Banggai dan sekitarnya yang meliputi seluruh wilayah
kabupaten;

- Kawasan Andalan Laut Teluk Tolo di wilayah perairan Kecamatan Bangkurung;

- Kawasan agropolitan dan minapolitan di wilayah kabupaten

 Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi sosial budaya yaitu:

- Situs di kawasan Banggai;

- Situs di Kawasan Bangkurung, Labobo dan Bokan Kepulauan.

 Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup yaitu kawasan perlindungan satwa endemik Burung Nicobar Pigeon di
Tolobundu Kecamatan Bangkurung.

Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Banggai dapat
dilihat pada gambar berikut:

II-165
II-166
II-167
6. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Banggai

Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan ruang terdiri atas:

a. Ketentuan Umum Peraturan zonasi, terdiri atas:


 Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk Kawasan Budidaya;
 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Sekitar Sistem Prasarana
Nasional dan Wilayah, meliputi:
₋ Kawasan sekitar prasarana transportasi;
₋ Kawasan sekitar prasarana energi;
₋ Kawasan sekitar prasarana telekomunikasi;
₋ Kawasan sekitar prasarana sumber daya air; dan
₋ Kawasan sekitar prasarana pengelolaan lingkungan.

b. Ketentuan Perizinan

Ketentuan perzinan terdiri dari:


 Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam
pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
 Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
kewenangannya.
 Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur atau mekanisme
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
 Izin pemanfaatan ruang yang memiliki dampak skala kabupaten diberikan atau
mendapat rekomendasi dari Bupati.

Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Wakatobi, terdiri
atas:
 Izin prinsip;
 Izin lokasi;
 Izin penggunaan pemanfaatan tanah;
 Izin mendirikan bangunan; dan
 Izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan

c. Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Ketentuan khusus pemberian insentif ditujukan pada pola ruang tertentu yang dinilai

II-168
harus didorong pemanfaatannya, meliputi :
 Kawasan perkotaan Banggai;
 Kawasan pengembangan industri, pengelolaan dan pemasaran perikanan;
 Kawasan pengembangan tanaman pangan lokal, pengembangan perkebunan
komoditiunggulan serta pengembangan hortikultura;
 Kawasan wisata bahari;
 Kawasan pengembangan wisata ilmu pengetahuan berupa goa lengi lengitan di
kecamatan Banggai dan telaga gua di tokubet (tempat mandi raja abdurrahman).

Ketentuan khusus pengenaan disinsentif ditujukan pada pola ruang tertentu yang
dinilai harus dibatasi dan atau dikendalikan pemanfaatannya, meliputi:
 Kawasan rawan bencana, meliputi rawan bencana tanah longsor,
gempa,tsunami atau gelombang pasang dan banjir;
 Kawasan hutan lindung yang menjadi paru-paru kabupatenBanggai laut,
pelestarian alam, cagar alam dan wisata alam;
 Kawasan pertanian dan perkebunan yang berada pada kawasan hutan lindung;
 Kawasan pertambangan yang dalam pemanfaatannya mempunyai dampak
penting;
 Kawasan diberbagai wilayah yang perlu dan wajib dilestarikan.

d. Arahan Sanksi

Pengenaan sanksi administratif dilakukan secara berjenjang dalam bentuk:


 Peringatan tertulis;
 Penghentian sementara kegiatan;
 Penghentian sementara pelayanan umum;
 Penutupan lokasi;
 Pencabutan izin;
 Pembatalan izin;
 Pembongkaran bangunan; dan
 Pemulihan fungsi ruang.

2.7.6 Penggunaan Lahan Eksisting

Penggunaan lahan Kabupaten Banggai didominasi oleh hutan lindung. Sedangkan untuk
kawasan terbangun relatif masih sedikit yang umumnya tersebar pada pusat-pusat
permukiman di kota kecamatan. Sebaran masing-masing jenis penggunaan lahan dapat
dijelaskan pada bagian berikut:

II-169
1. Pertanian dan Perkebunan

Hampir di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Banggai terdapat kegiatan pertanian


lahan kering dan lahan basah. Luasan lahan pertanian terbesar terutama terdapat di
Kecamatan Toili baik untuk pertanian lahan kering maupun lahan basah, hal ini terkait
dengan kebijakan pemerintah daerah yang menetapkan Kecamatan Toili sebagai
kawasan sentra tanaman padi di Provinsi Sulawesi Tengah.

Areal penggunaan untuk perkebunan tersebar di seluruh wilayah kecamatan, total luas
penggunaan lahan untuk perkebunan di Kabupaten Banggai sebesar 41943 Ha dengan
variasi komoditi perkebunan adalah kelapa, kakao, cengkeh, kelapa sawit. Tanaman
kelapa tersebar di seluruh wilayah kecamatan.

2. Permukiman

Pola penyebaran areal permukiman umumnya lebih padat di sekitar perkotaan Luwuk
dan Luwuk Timur. Hal ini karena ditetapkannya Luwuk sebagai ibukota Banggai (pusat
kegiatan pemerintahan), yang merupakan pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan
ekonomi di wilayah Sulawesi Tengah.

3. Kehutanan

Luas keseluruhan areal hutan di Kabupaten Banggai adalah sekitar 940,550 Ha.
Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan Kabupaten Banggai, proporsi penggunaan hutan
di Kabupaten Banggai adalah:

a. Hutan lindung (20.56%)


c. Hutan produksi terbatas (32.87%)
d. Hutan produksi tetap (5.90%)
e. Hutan yang dapat dikonversi (5.58%).

Dominasi jenis hutan di Kabupaten Banggai sebagian besar berupa hutan primer. Hutan
ini tersebar di sebelah utara di daerah pegunungan dan dataran tinggi (ketinggian 750 –
2000 dpl). Hutan ini berfungsi sebagai hutan lindung dengan luasan 193395 Ha atau 20.56
% dari luas total hutan. Sebagian besar luas hutan lindung tersebut tersebar di Kecamatan
Bunta, Pagimana dan Balantak. Kawasan hutan lindung ini masih berlanjut ke Timur.
Sedangkan jenis hutan berikutnya adalah hutan produksi terbatas dengan luas total
309113 ha (32.12 %). Jenis hutan ini sebagian besar terdapat di Kecamatan Bunta dan
Nuhon.

II-170
4. Kawasan Konservasi

Dalam keseluruhan areal hutan juga terdapat kawasan konservasi.Kawasan konservasi ini
terdiri dari cagar alam dan suaka margasatwa Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
melindungi keberadaan beberapa fauna yang langka dan unik. Kawasan konservasi
lainnya di Kabupaten Banggai antara lain :

a. Suaka Margasatwa (SM) Bakiriang di Kecamatan Toili dan Batui, dengan luas sekitar
12.500 Ha.
b. Suaka Margasatwa (SM) Lumbuyan di Kecamatan Luwuk, seluas 3.069 Ha
c. Cagar Alam (CA) Pati-pati di Kecamatan Bualemo seluas 3.103 Ha.

2.7.7 Indikasi Awal Pelanggaran Tata Ruang Kabupaten Banggai

Ada beberapa isu yang terkait dengan indikasi awal pelanggaran tata ruang di Kabupaten
Banggai yang didapat dari berbagai sumber seperti media online dan cetak, adalah sebagai
berikut:

 Persoalan lahan di Tanjungsari Kelurahan Karaton, Kecamatan Luwuk, Kabupaten


Banggai dengan adanya perselisihan pemilik lahan dan pengguna lahan berkahir dengan
penggusuran yang di warna perlawanan pengguna lahan di Bulan Mei 2017
(www.kontras.org, 24-01-2018).

 Eksekusi lahan di Tanjung Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah berujung ricuh
pada Senin (19 Maret 2018). Sebanyak 26 orang masih ditahan polisi hingga hari ini
karena melawan proses penggusuran lahan seluas 20 hektar. (CNN Indonesia, 20 Maret
2018).

 Toili, sebuah kecamatan di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah, memiliki potensi


tambang emas yang menggiurkan. Wajar, kini Toili dipenuhi pendatang dari berbagai
daerah di Indonesia untuk ikut mendulang rejeki mengais logam mulia yang tersimpan di
tanah Toili. Sayangnya, semakin hari jumlah penambang illegal semakin marak, areal
pegunungan di babat habis tanpa ampun. Kondisi ini kedepan akan berdampak ke
lingkungan sekitar dan mulai menimbulkan masalah sampai ke lingkungan tempat tinggal
warga. (change.org, 2014).

II-171

Anda mungkin juga menyukai