Kota Balikpapan merupakan sebuah kota di Kalimantan Timur yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959. Terletak di antara 1,0 LS 1,5 LS dan 116,5 BT - 117,0
BT, kota ini secara geografis berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara di sisi
utara, Kabupaten Penajam Paser Utara di sisi barat, dan Selat Makassar di sisi timur dan
selatan.
Secara administratif, Kota Balikpapan terdiri dari 6 (enam) Kecamatan dan 34 (tiga puluh
empat) Kelurahan. Enam kecamatan tersebut antara lain: Balikpapan Selatan, Balikpapan
Timur, Balikpapan Utara, Balikpapan Tengah, Balikpapan Barat, dan Balikpapan Kota.
Kota Balikpapan memiliki wilayah yang berbukit-bukit dengan sedikitdaerah landai di sekitar
aliran sungai dan pesisir pantai. Berdasarkan ketinggiannya dari permukaan laut, wilayah Kota
Balikpapan terdiri dari: 0-10 m = 25,4 %, 10-20 m = 13,7%, Lebih dari 20 m = 60,9%.
Kota Balikpapan, sama seperti daerah lainnya di Indonesia, memiliki iklim tropis dengan hujan
sepanjang tahun. Suhu udara tertinggi sepanjang tahun 2017 tercatat pada bulan Februari,
sebesar 34,8 derajat celsius dan terendah pada bulan Juli, sebesar 22,4 derajat celsius.
Adapun secara ratarata, suhu udara tertinggi pada tahun 2017 tercatat pada bulan Oktober
dengan 28,1 derajat celsius dan terendah pada bulan Agustus dengan 26,8 derajat celsius.
curah hujan tertinggi pada tahun 2017 tercatat pada bulan Mei dengan 535 mm dan terendah
pada bulan Februari dengan 104 mm. Adapun curah hujan maksimum 1 hari yang tercatat
pada tahun 2017 terjadi pada bulan Maret, dengan 128,1 mm.
Kualitas air sungai di 12 sungai di Kota Balikpapan tercatat memiliki indeks polusi antara 1,9
hingga 8,54, dengan status antara cemar ringan hingga cemar sedang. Khusus untuk bagian
hulu Sungai Manggar, yang merupakan sumber air baku yang digunakan PDAM Kota
II-1
Balikpapan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari warga Kota Balikpapan, tercatat
mengalami perubahan status dari yang semula baik menjadi cemar ringan pada tahun 2017,
dengan indeks polusi 0,67 pada 2016 menjadi 1,90 pada 2017.
Tercatat pada tahun 2017, bencana alam yang paling banyak melanda Kota Balikpapan adalah
banjir air dengan 89 kejadian sepanjang 2017. Pohon tumbang dan tanah longsor juga banyak
terjadi dengan masing-masing terjadi sebanyak 81 dan 70 kejadian, sebagai salah satu imbas
curah hujan tinggi dan kondisi wilayah yang berbukit. Adapun bencana kebakaran juga sering
terjadi, dengan kejadian paling banyak adalah kebakaran pemukiman yang tercatat sebanyak
27 kejadian sepanjang 2017.
Kota Balikpapan merupakan kota di Kalimantan Timur dengan jumlah penduduk terbesar
ketiga setelah Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Jumlah penduduk Kota
Balikpapan berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 sebanyak 636.012 jiwa. Dari jumlah
tersebut, 328.382 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 307.630 jiwa berjenis kelamin
perempuan.
Kecamatan Balikpapan Utara memiliki jumlah penduduk terbesar, yakni sebanyak 140.243
jiwa, kemudian diikuti oleh Kecamatan Balikpapan Selatan sebanyak 127.885 jiwa dan
Kecamatan Balikpapan Tengah sebanyak 112.777 jiwa. Selanjutnya Kecamatan Balikpapan
Barat dan Kecamatan Balikpapan Kota dengan masing-masing 95.491 jiwa dan 90.645 jiwa.
Sedangkan Kecamatan Balikpapan Timur dengan jumlah penduduk sebesar 68.971 jiwa.
Kepadatan penduduk di Kota Balikpapan pada tahun 2017 mencapai 1.251 jiwa per km2.
Kecamatan Balikpapan Tengah menjadi Kecamatan yang terpadat dihuni dengan kepadatan
penduduk 10.188 jiwa per km2. Cukup timpang apabila dibandingkan dengan Kecamatan
Balikpapan Timur yang memiliki kepadatan penduduk terendah di Kota Balikpapan, dengan
kepadatan penduduk hanya 503 jiwa per km2.
Tabel 2.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2017
II-2
2.1.4 Kondisi Perekonomian
Industri pengolahan masih mendominasi dalam perekonomian Kota Balikpapan dengan nilai
kontribusinya terhadap PDRB adalah 47.62 persen. Subsektor indsutri batubara dan
pengilangan migas berada di urutan pertama dalam konstribusinya terhadap PDRB industri
pengolahan dengan mencatatkan nilai konstribusi sebesar 88.54 persen terhadap PDRB
industri pengolahan. Adapun subsektor lain adalah industri kertas dan barang dari kertas,
percetakan dan reproduksi media rekaman memiliki kontribusi sebesar 4.28 persen dan
industri makanan dan minuman sebesar 3.48 persen. Sementara itu 13 subsektor lain hanya
memiliki peranan kurang dari 1 persen terhadap kategori industri pengolahan. Secara
keseluruhan, laju pertumbuhan industri pengolahan pada tahun 2016 mengalami
peningkatan sebesar 6.30 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terutama didorong
oleh perbaikan harga minyak dunia.
Berdasarkan data dari Kamar Dagang dan Indsutri (KADIN) Kota Balikpapan pada tahun 2016,
jumlah usaha kecil dan usaha non kecil yang memperoleh sertifikat kompetensi dan kualifikasi
perusahaan mengalami peningkatan. Jumlah usaha kecil yang mendapat sertifikat tersebut
naik dari 148 usaha kecil di tahun 2015 menjadi 155 usaha kecil di tahun 2016. Sementara itu,
jumlah usaha non kecil di tahun 2015 ada sebanyak 164, meningkat menjadi 169 usaha non
kecil pada tahun 2016.
2.1.5 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Balikpapan Kalimantan Timur
Pada peraturan penataan ruang di Kota Balikpapan telah ditetapkan dengan peraturan daerah
tentang rencana tata ruang wilayah kota yaitu Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 12
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan Tahun 2012- 2032. Adapun
isi dari perda tersebut terdiri dari:
a. Tujuan: Menjadikan Balikpapan sebagai kota jasa yang dinamis, selaras dan hijau guna
mendukung fungsinya sebagai Pusat Pertumbuhan Nasional.
Kebijakan:
a. Penguatan fungsi pusat-pusat pelayanan
b. Peningkatan aksesibilitas antar kawasan;
c. Peningkatan pelayanan sistem jaringan prasarana yang terpadu, merata dan ramah
lingkungan (zero waste);
II-3
d. Perwujudan kelestarian kawasan lindung;
e. Peningkatan RTH yang proporsional di seluruh wilayah kota;
f. Pengembangan kawasan budidaya yang produktif dan berwawasan lingkungan;
g. Pengembangan kawasan strategis kota; dan
h. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan keamanan negara.
Strategi:
c. Strategi untuk peningkatan pelayanan sistem prasarana yang terpadu, merata dan
ramah lingkungan (zero waste), meliputi:
₋ Mengembangkan sistem jaringan energi yang handal dan merata;
₋ Mengembangkan prasarana telekomunikasi secara merata;
₋ Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem jaringan sumber daya air;
₋ Mengembangkan sistem pengelolaan air limbah kota; dan
₋ Mengembangkan sistem pengelolaan sampah terpadu.
II-4
d. Strategi untuk perwujudan kelestarian fungsi kawasan lindung, meliputi:
₋ Menetapkan kawasan lindung di ruang darat dan ruang laut;
₋ Menjaga keberlanjutan hutan lindung;
₋ Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun
akibat pengembangan kegiatan budidaya;
₋ Merehabilitasi kawasan cagar budaya; dan
₋ Mengintegrasikan fungsi kawasan lindung dengan fungsi wisata.
II-5
2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Balikpapan
1. Pusat pelayanan kota Balikpapan berada di Kelurahan Klandasan Ilir dan Kelurahan
Klandasan Ulu di Kecamatan Balikpapan Kota dengan fungsi pusat pemerintahan,
pusat perdagangan dan jasa skala kota.
Sub pusat pelayanan kota di Kelurahan Karang Joang Kecamatan Balikpapan Utara
melayani Kelurahan Muara Rapak, Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Graha Indah,
Kelurahan Gunung Samarinda dan Kelurahan Gunung Samarinda Baru dengan
fungsi sebagai pusat perdagangan jasa, pusat pendidikan skala regional; dan
c. Kelurahan Gunung Sari Ilir, melayani Kelurahan Gunung Sari Ulu, Kelurahan
Karang Rejo, Kelurahan Karang Jati, Kelurahan Sumber Rejo dan Kelurahan
Mekar Sari di Kecamatan Balikpapan Tengah dengan fungsi sebagai kawasan
perdagangan dan jasa skala kecamatan;
II-6
e. Kelurahan Lamaru di Kecamatan Balikpapan Timur, melayani Kelurahan Teritip
dengan fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan, pusat
pelayanan kesehatan skala kecamatan dan pusat pelayanan pendidikan skala
kecamatan;
b. Hutan Lindung Sungai Wain sebagian berada di Kelurahan Karang Joang Kecamatan
Balikpapan Utara dan sebagian berada di Kelurahan Kariangau Balikpapan Barat
dengan luas kurang lebih 9.782 Ha;
II-7
d. Rencana perwujudan pengembangan kawasan hutan lindung meliputi:
₋ mengembangkan kawasan wisata alam;
₋ mengembangkan wisata pendidikan alam/lingkungan hidup;
₋ mengembangkan kegiatan penelitian flora fauna khas Kalimantan; dan
₋ mencegah terjadinya alih fungsi lahan.
II-8
c. Suaka alam penangkaran buaya Teritip di sebagian Kelurahan Teritip Kecamatan
Balikpapan Timur;
d. Kebun raya di sebagian Kelurahan Karang Joang Kecamatan Balikpapan Utara
seluas kurang lebih 255 ha; dan
e. Pelestarian dan pemanfaatan terbatas kawasan cagar alam meliputi kegiatan
wisata alam, pendidikan alam dan penelitian flora fauna.
11. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan meliputi kawasan cagar budaya Tugu
Matilda dan Tugu Australia di sebagian Kelurahan Prapatan di Kecamatan Balikpapan
Kota; Tugu Perdamaian Australia dan Jepang di Kelurahan Karang Joang Kecamatan
Balikapapan Utara, Monumen Perjuangan Rakyat di sebagian Kelurahan Prapatan di
Kecamatan Balikpapan Kota, Meriam Jepang di sebagian Kelurahan Margomulyo
Kecamatan Balikpapan Barat, Bunker Jepang di sebagian Kelurahan Klandasan Ulu di
Kecamatan Balikpapan Kota, Kelurahan Sepinggan di Kecamatan Balikpapan Selatan,
Kelurahan Lamaru di Kecamatan Balikpapan Timur.
II-9
k. Kawasan peruntukan pelayanan umum;
l. Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal; dan
m. Kawasan peruntukan pendidikan.
Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Struktur dan Pola Ruang Kota Balikpapan dapat
dilihat pada gambar berikut:
II-10
II-11
II-12
II-13
6. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Tata Kota Balikpapan
2. Ketentuan Perizinan
II-14
c. Ketentuan perizinan disusun berdasarkan ketentuan umum peraturan zonasi yang
sudah ditetapkan dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
e. Apabila dalam dokumen RTRW kota Balikpapan belum memberikan ketentuan yang
cukup tentang perizinan harus melalui persetujuan BKPRD.
II-15
a. Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang
menghambat pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam bentuk:
pengenaan pajak daerah dan retribusi daerah yang tinggi;
pembatasan penyediaan infrastruktur; dan
pengenaan kompensasi.
4. Arahan Sanksi
a. Arahan sanksi untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW dalam
bentuk:
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin yang diterbitkan berdasarkan
RTRW;
Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
II-16
penutupan lokasi;
pencabutan izin;
pembatalan izin;
pembongkaran bangunan;
pemulihan fungsi ruang; dan/atau
denda administratif.
5. Ketentuan Pidana
a. Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Perda RTRW dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
b. Tindak pidana adalah pelanggaran.
c. Selain ancaman pidana dapat diancam pidana sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang mengaturnya.
Tata guna lahan di Kota Balikpapan terdiri dari lahan terbangun dan non terbangun. Tata guna
lahan pada lahan terbangun di Kota Balikpapan berupa kawasan industri, kawasan militer,
kawasan wisata, kawasan bandara, permukiman dan perumahan. Untuk lahan non terbangun
adalah berupa hutan, tegalan, kebun, lapangan, rawa-rawa, dan semak belukar. Kota
Balikpapan masih didominasi dengan lahan non terbangun dikarenakan karakternya yang
banyak memiliki kontur permukaan tanah dengan kelerengan yang curam. Lahan terbangun
yang berada di Kota Balikpapan berada pada wilayah Selatan, sedangkan dibagian Utara masih
didominasi oleh hutan dikarenakan wilayah Utara Kota Balikpapan merupakan wilayah
perbukitan.
II-17
II-18
2.1.7 Indikasi Awal Pelanggaran Tata Ruang Kota Balikpapan
Ada beberapa isu yang terkait dengan indikasi awal pelanggaran tata ruang di Kota Balikpapan
yang didapat dari berbagai sumber seperti media online dan cetak, adalah sebagai berikut:
Pembangunan coastal road yang terkendala oleh RTRW yang baru belum disetujui
Hutan dengan nilai konservasi tinggi di Teluk Balikpapan telah rusak Sepanjang Desember
2016 hingga Januari 2017 tercatat ada pembukaan lahan lebih dari lima hektare di hulu
Sungai Berenga Tengah yang masuk perluasan Kawasan Industri Kariangau (KIK) medio
November 2016. Yakni, Perusahaan Sawit PT. Dermaga Kencana Indonesia (PT. DKI,
Kencana Agro Ltd. Group) diduga telah merusak sekitar 23 hektare hutan dengan nilai
konservasi tinggi. Di lahan itu dibangun pabrik pengolahan minyak sawit mentah (crude
palm oil), di Muara Sungai Tempadung. Sekarang PT. DKI, berencana memperluas areanya.
Kondisi kawasan kumuh yang masih terdapat di beberapa wilayah di Kota Balikpapan, baik
yang sifatnya slum maupun squatter
Kondisi krisis air bersih, yang disebabkan oleh terbatasnya sumber air baku untuk
penyediaan air bersih masyarakat dan peningkatan kebutuhan air bersih akibat
pertambahan penduduk dan aktifitas sosial ekonomi di Kota Balikpapan
Kondisi pengelolaan persampahan yang belum optimal karena peningkatan timbulan
sampah dan keterbatasan jumlah dan persebaran sarana persampahan di Kota Balikpapan
Kondisi sanitasi yang belum memadai karena masih ada kurang lebih 15% rumah tangga
yang belum memiliki tempat buang air besar
Belum optimalnya Perlindungan Sumber Daya Alam, terutama pada upaya Pengadaan
Tanah untuk Kawasan Konservasi
Meningkatnya Fenomena Perubahan Iklim yang berimbas pada meningkatnya bencana
Banjir, tanah longsor dan penurunan kualitas lingkungan.
Meningkatnya Pencemaran Air, Udara, dan Tanah oleh pelaku usaha/kegiatan.
Kabupaten Banjar terletak antara 2o49’ 55”-3o43’ 38” pada garis Lintang Selatan dan 114o 30’
20”hingga 115o 35’ 37” pada Bujur Timur. Dan terbagi menjadi 19 kecamatan, dengan 290
desa/kelurahan. Luas wilayah ±4.668,50 Km2, merupakan wilayah terluas ke 3 di Provinsi
II-19
Kalimantan Selatan setelah Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu. Kabupaten
Banjar berdasarkan letak administrasti nya berbatasan dengan dengan :
Berdasarkan posisi tersebut Kabupaten Banjar merupakan wilayah sebagai trans Kalimantan,
Kabupaten Banjar sebagai penyangga kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar dekat dengan
rencana pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten Banjar dekat dengan
Airport, Pelabuhan serta dengan lokasi rencana pembangunan terminal regional. Sedangkan
berdasarkan kebijakan pengembangan wilayah pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
bagian dari rencana kota metropolitan (Banjarmasin-Banjarbaru-Martapura).
Ketinggian wilayah Kabupaten ini berkisar antara 0–1.878 meter dari permukaan laut (dpl).
Ketinggian ini merupakan salah satu faktor yang menentukan letak kegiatan penduduk, maka
ketinggian juga dipakai sebagai penentuan batas wilayah tanah usaha, dimana 35% berada di
ketinggian 0–7 m dpl, 55,54 % ada pada ketinggian 50–300 m dpl, sisanya 9,45 % lebih dari
300 m dpl.
Rendahnya letak Kabupaten Banjar dari permukaan laut menyebabkan aliran air pada
permukaan tanah menjadi kurang lancar. Akibatnya sebagian wilayah selalu tergenang
(29,93%) sebagian lagi (0,58%) tergenang secara periodik. Pada umumnya tanah di wilayah ini
bertekstur halus (77,62%) yaitu meliputi tanah liat, berlempung, berpasir dan berdebu.
Sementara 14,93 % bertekstur sedang yaitu jenis lempung, berdebu, liat berpasir, sisanya 5,39
% bertekstur kasar yaitu pasir berlempung, pasir berdebu. Kedalaman tanah yang efektif bagi
akar untuk leluasa mengambil air bagi tumbuhnya tanaman, di wilayah ini pada umumnya
(66,45%) lebih dari 90 cm, sementara kedalaman 60-90 cm meliputi 18,72 %, dan 30-60 cm
hanya 14,83%.
Kabupaten Banjar merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas
permukaan laut, terletak pada posisi 2o 49' sampai 3o43' Lintang Selatan, serta 114o30' sampai
115o35' Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Banjar, adalah berupa daratan seluas 4.668,50
km2.
II-20
2.2.3 Kondisi Kependudukan
Kabupaten Banjar memiliki jumlah penduduk terbesar kedua di Provinsi Kalimantan Selatan
setelah Kota Banjarmasin. Jumlah penduduk Kabupaten banjar mencapai 571.573 jiwa di
tahun 2017 (hasil Proyeksi Sensus Penduduk 2010). Jumlah penduduk ini meningkat sebesar
1,49 persen jika dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2016 yang mencapai 563.062
jiwa.
Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, pada tahun 2017 jumlah penduduk laki-laki di
Kabupaten Banjar mencapai 290.503 jiwa meningkat 1,55 persen dibandingkan tahun 2016
(286.058 jiwa) dan penduduk perempuan mencapai 281.070 jiwa atau meningkat 1,47 persen
dibandingkan tahun 2016 (268.461 jiwa). Dari sini dapat diketahui rasio jenis kelamin
penduduk Kabupaten Banjar pada tahun 2017 adalah sebesar 103 yang artinya setiap 100 jiwa
penduduk perempuan terdapat 103 penduduk laki-laki.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Banjar tahun 2017 mencapai 122 jiwa/km2. Kepadatan
Penduduk di 19 kecamatan sangat beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi berada di
Kecamatan Martapura dengan kepadatan sebesar 2.756 jiwa/km dan terendah di Kecamatan
Aranio sebesar 8 jiwa/km2. Bila dilihat dari sebaran penduduknya, sebanyak 20,26 persen
penduduk Kabupaten Banjar berada di Kecamatan Martapura dan hanya 0,61 persen
penduduknya berda di Kecamatan Telaga Bauntung.
Tabel 2.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banjar Tahun 2017
II-21
Jumlah Luas Kepadatan
No. Kecamatan Penduduk Wilayah (Jiwa/Km2)
(Jiwa) (Km2)
17 Mataraman 25.994 148 175
18 Simpang Empat 37.000 453 82
19 Telaga Bauntung 3.491 158 22
Jumlah 571.573 4.669 122
Pada sub sektor perikanan jenis perikanan budidaya merupakan yang paling banyak dilakukan
di Kabupaten Banjar. Pada tahun 2017 jumlah produksi perikanan budidaya di Kabupaten
Banjar sebanyak 58.105 ton dengan produksi terbanyak berasal dari budidaya ikan patin
sebesar 30.187,75 ton (51,95%). Budidaya terbanyak kedua berasal dari ikan nila sebanyak
14.649,69 ton (25,21%). Sedangkan menurut wadah budidayanya sebanyak 80,24 % berada
di Kolam.
Peranan sektor pertambangan dan penggalian berkontribusi sebesar 16,35 persen terhadap
PDRB Kabupaten Banjar tahun 2017 atas dasar harga berlaku. Kontribusi ini meningkat
dibandingkan tahun 2016 sebesar 16,17 persen. Di Kabupaten Banjar sektor pertambangan
paling besar kontribusinya adalah berasal dari sub pertambangan batubara dan lignit.
Produksi batu bara di Kabupaten Banjar tahun 2017 sebesar 5,71 Juta ton atau mengalami
kenaikan 4,44 Juta Ton dari tahun 2016. Dari total usaha di Industri Pengolahan mampu
menyerap tenaga kerja sebesar 18.483 orang yang terdiri dari UMK sebanyak 17.272 orang
II-22
dan UMB sebanyak 1.211 orang. Distribusi tenaga kerja untuk Industri pengolahan ini
menempati urutan kedua dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 13,85 persen setelah sektor
perdagangan di tempat pertama.
Dalam hal kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Banjar, Industri Pengolahan pada tahun
2017 memberikan kontribusi sebesar 7,19 persen atau menempati urutan lima besar dimana
kontribusi terbesar diberikan oleh sub sektor Industri makanan dan minuman. Di sisi lain,
untuk pertumbuhannya, industri pengolahan selalu mengalami kenaikan dalam tiga tahun
terakhir.
Pada peraturan penataan ruang di Kabupaten Banjar telah ditetapkan dengan peraturan
daerah tentang rencana tata ruang wilayah kota yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Banjar
Nomor 3 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjar Tahun 2013 -
2032. Adapun isi dari perda tersebut terdiri dari:
a. Tujuan: Mewujudkan tata ruang yang aman, nyaman, produktif, efektif, efesien,
terpadu, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta religius berbasis pada
pengembangan potensi unggulan daerah sebagai kawasan agropolitan, perikanan,
pariwisata, kehutanan, pertambangan, energi, melalui pengembangan sistem
perkotaan pengembangan jaringan perdagangan lokal, regional, nasional dan
internasional dalam rangka peningkatan ekonomi daerah dan kesejahteraan
masyarakat.
Kebijakan:
II-23
Pengembangan kawasan perikanan budidaya dan tangkap dalam mewujudkan
terbentuknya kawasan minapolitan;
Pengembangan ekonomi lokal daerah berbasis potensi sumber daya alam dan
komoditas unggulan;
Perlindungan daerah nipah dan rambai konservasi kawasan lindung pesisir berupa
ekosistem mangrove dan pengembangan potensi perikanan pesisir;
Strategi:
Strategi untuk Pengembangan pariwisata yang berbasis pada alam dan lingkungan
buatan, meliputi:
II-24
₋ Meningkatkan dan mengembangkan objek wisata religius, wisata budaya
industri, wisata alam dan agrowisata agar semakin representatif;
II-25
pembinaan, pengendalian, pengawasan, sistem informasi, perlindungan dan
pemberdayaan petani, pembiayaan dan peran serta masyarakat;
₋ Meningkatkan fungsi, nilai dan ciri khas kualitas barang yang akan dipasarkan;
₋ Mengembangkan pasar pusat komoditi untuk skala lokal, regional, dan nasional
berupa Pasar Induk di Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Gambut; dan
II-26
₋ Meningkatkan kualitas, kuantitas, efisiensi, produktivitas, produksi, daya saing
dan nilai tambah produk perikanan budidaya dengan membentuk sentra
pengolah hasil ikan untuk mendukung pengoptimalan pengolahan dan
peningkatan nilai tambah hasil perikanan;
Strategi untuk pengembangan ekonomi lokal daerah berbasis potensi sumber daya
alam dan komoditas unggulan meliputi :
₋ Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung
dan daya tampung kawasan; dan
II-27
₋ Menjadikan permukiman transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan baru yang
dapat meratakan pengembangan wilayah;
II-28
₋ Mengoptimalkan produksi kayu dari sektor kehutanan termasuk pada produksi
kayu hutan rakyat, hutan adat dan sejenisnya yang membawa hasil sebanyak-
banyaknya bagi kepentingan masyarakat.
₋ Mengembangkan beberapa sub pusat pelayanan untuk pelayanan skala kota dan
kawasan guna mengurangi beban pusat primer;
Strategi untuk peningkatan penyediaan prasarana dan sarana secara terpadu yang
berwawasan lingkungan, meliputi:
II-29
₋ Melakukan kerjasama dalam pengembangan TPA regional kawasan dengan
metode sanitary landfill;
4. Perkotaan Aluh-Aluh.
II-30
6. Perkotaan Karang Intan di Kecamatan Karang Intan;
Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten Banjar, terdiri atas :
1. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jaringan jalan, jaringan
prasarana lalu lintas dan jaringan layanan lalu lintas; dan
1. Rencana pembangunan jalan kereta api yaitu jalan angkutan penumpang dan
barang antar kota PKN dengan PKW dan PKL yaitu ruas: Tanjung - Barabai -
Rantau - Martapura - Banjarmasin.
II-31
3. Rencana Lokasi pengembangan Stasiun Kereta Api, terdapat di Desa Mekar
Kecamatan Martapura Timur dan Desa Simpang Empat Kecamatan Simpang
Empat dan Kelurahan Gambut Kecamatan Gambut.
II-32
b. Kawasan Pantai Berhutan Bakau; dan
c. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.
4. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam, terdiri atas :
a. Kawasan rawan tanah longsor;
b. Kawasan rawan banjir;
c. Kawasan rawan kebakaran; dan
d. Kawasan angin puting beliung.
II-33
l. Kawasan Pengembangan Perkantoran di Kecamatan Martapura, dan sebagian
Kecamatan Karang Intan
m. Kawasan Komersial, Industri dan Pergudangan di Kecamatan Gambut, Kertak Hanyar,
dan Tatah Makmur;
n. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan di Kecamatan Gambut dan
Sekitarnya;
o. Kawasan Agropolitan di Kecamatan Sungai Tabuk;
p. Kawasan Perikanan Budidaya Minapolitan di Kecamatan Martapura dan Martapura
Barat;
q. Kawasan Pengembangan Ekonomi Lokal Perkebunan Karet Rakyat
r. Kawasan Pesisir di Kecamatan Aluh-Aluh; dan
s. Kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KKPHP).
t. Kawasan Tradisional, Religius Dan Bersejarah Teluk Selong.
u. Kawasan Tradisional, Religius Dan Bersejarah Pesayangan.
v. Kawasan Tradisional, Religius Dan Bersejarah Kalampaian.
w. Kawasan Pariwisata Tradisional Lok Baintan.
x. Kawasan PLTA Ir. P.M. Noor;
y. Kawasan Irigasi Teknis
z. Kawasan Sub DAS Martapura, Sub DAS Riam Kanan, Sub DAS Riam Kiwa, dan Sub DAS
Barito Hilir.
Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Banjar dapat
dilihat pada gambar berikut:
II-34
II-35
II-36
II-37
6. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Banjar
b. Ketentuan Perizinan;
II-38
c. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Sekitar Sistem Prasarana
Wilayah, meliputi:
₋ Kawasan sekitar prasarana transportasi;
₋ Kawasan sekitar prasarana energi;
₋ Kawasan sekitar prasarana telekomunikasi;
₋ Kawasan sekitar prasarana sumber daya air; dan
₋ Kawasan sekitar prasarana tempat pemrosesan akhir.
2. Ketentuan Perizinan
b. Izin pemanfaatan ruang diberikan sesuai norma, standar, prosedur, kriteria standar
pelayanan minimal oleh pejabat atau badan yang berwenang.
Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Banjar, terdiri atas:
a. Izin prinsip;
b. Izin lokasi;
c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. Izin mendirikan bangunan; dan
e. Izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan
3. Ketentuan Insentif dan Disinsentif
II-39
₋ Pemberian kompensasi terhadap kawasan terbangun lama sebelum rencana tata
ruang ditetapkan dan tidak sesuai tata ruang serta dapat menimbulkan dampak
terhadap lingkungan; dan
₋ Pengenaan pajak yang tinggi terhadap kegiatan yang berlokasi di daerah yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti pusat kota, kawasan komersial, daerah yang
memiliki tingkat kepadatan tinggi;
₋ Penolakan pemberian izin perpanjangan hak guna usaha, hak guna bangunan
terhadap kegiatan yang terlanjur tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan
peraturan zonasi;
₋ Peniadaan sarana dan prasarana bagi daerah yang tidak dipacu pengembangannya,
atau pengembangan dibatasi;
3. Sanksi Administratif
a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola
ruang;
d. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW Kabupaten;
II-40
f. Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.
Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan, telah terjadi penggunaan lahan
yang melalui prosedur administrasi untuk kepentingan pembangunan lahan terbangun dan
non-terbangun. Selain untuk perkebunan, kawasan hutan di Kabupaten Banjar juga
dikonversi untuk lokasi transmigrasi dan pada beberapa lokasi dilakukan pinjam pakai
kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan, jalur transmisi listrik, pembangunan tower
telekomunikasi dan sebagainya. Penggunaan lahan pada wilayah Kabupaten Banjar meliputi:
II-41
c. Sawah, yang merupakan semua aktifitas pertanian di lahan basah yang dicirikan oleh pola
pematang.
d. Sungai, yang merupakan bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah
di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa
atau ke sungai yang lain.
e. Semak/belukar rawa, yang merupakan semak/belukar dari bekas hutan di daerah rawa.
f. Rawa, yang merupakan kenampakan rawa yang sudah tidak berhutan.
g. Hutan, yang merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2.2.7 Indikasi Awal Pelanggaran Tata Ruang Kabupaten Kota Waringin Timur
Ada beberapa isu yang terkait dengan indikasi awal pelanggaran tata ruang di Kabupaten Kota
Waringin Timur yang didapat dari berbagai sumber seperti media online dan cetak, adalah
sebagai berikut:
Pesatnya perkembangan kegiatan sektoral yang memerlukan pengaturan penggunaan
lahan (industri, perdagangan dan perumahan).
Daya dukung lingkungan yang menurun akibat pemanfaatan sumberdaya yang berlebihan.
Penataan ruang yang belum konsisten
Belum tersusunnya penataan ruang secara detail pada kawasan-kawasan strategis.
Berkurangnya lahan subur pertanian dan lahan resapan air.
Menurunnya produksi pertanian
Konservasi lahan yang terus berlangsung
Tingginya alih fungsi lahan dan menurunnya kualitas (degradasi) lahan produktif.
Terjadinya kebakaran hutan dan gangguan keamanan hutan serta pelestarian sumberdaya
alam akibat tekanan masyarakat sekitar hutan.
Kurangnya prasarana dan fasilitas perhubungan yang aman dan nyaman
Aksesibilitas wilayah dalam provinsi yang belum merata dan masih banyaknya tempat-
tempat wisata yang belum terjangkau oleh pelayanan transportasi.
Rendahnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pengendalian ruang manfaat
jalan (rumaja) untuk kegiatan di luar kegiatan transportasi .
Masih belum tercapainya efisiensi sarana dan prasarana irigasi yang mengakibatkan masih
belum maksimalnya daerah irigasi untuk mendapat layanan irigasi.
II-42
Tindakan-tindakan merusak lingkungan menimbulkan dampak negative khususnya
berkaitan dengan penyediaan air, pencemaran air, termasuk kontrol yang lebih ketat
terhadap alih fungsi lahan.
Ketersediaan sumber-sumber air yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Infrastruktur pengelolaan air limbah yang belum mencakup seluruh wilayah perkotaan dan
perdesaan.
Penggunaan sungai dan anak sungai sebagai penerima air buangan.
Tumbuhnya permukiman padat dan kumuh di daerah perkotaan
Laju pencemaran/kerusakan lingkungan yang semakin meningkat setiap tahunnya
terutama di wilayah perkotaan Kabupaten Banjar akibat dinamika kegiatan rumah tangga,
ekonomi, transportasi dan pembangunan.
Perlu nya meningkatkan konservasi sumberdaya air dan keanekaragaman hayati serta
pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana agar ketersediaan sumber air baik secara
kualitas dan kuantitas dapat terjaga serta terpeliharanya daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur terletak antara 11207’29” Bujur Timur sampai dengan
113014’22” Bujur Timur, dan antara 1011’50” Lintang Selatan sampai dengan 3018’51” Lintang
Selatan. Adapun secara geografis, wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur berbatasan
langsung dengan Kabupaten Katingan di sebelah utara dan sebelah timur, Kabupaten Seruyan
disebelah barat dan Laut Jawa disebelah selatan.
Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan wilayah tropis dengan rata-rata temperatur udara
berkisar antara 26,400 C sampai dengan 27,20 C. Letaknya yang berada dekat dengan Lintang
0o membuat wilayah kabupaten ini memiliki cuaca yang cenderung panas dengan rata-rata
lama penyinaran matahari setiap harinya sebesar 53,92%.
Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki lebih dari 50% penggunaan lahan berupa hutan.
Selama tahun 2017 terdeteksi 59 titik api/hotspot yang tersebar hampir diseluruh kecamatan.
Jumlah hotspot terbanyak terjadi pada bulan September. Sedangkan untuk kualitas udara di
II-43
kabupaten ini rata-rata berada pada kategori baik dengan PM10 berada pada rentang 13
sampai dengan 24.
2.3.3 Kependudukan
Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dengan
sebaran distribusi penduduknya sebesar 19,47 persen. Kepadatan penduduk di kecamatan ini
mencapai 119,61 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan kecamatan dengan penduduk
terkecil adalah Kecamatan Teluk Sampit dengan distribusi sebaran penduduk sebesar 2,33
persen. Sedangkan untuk kepadatan penduduk dikecamatan ini sebesar 17,03 jiwa per
kilometer persegi. Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan
Mentaya Hulu yang hanye memiliki kepadatan penduduk sebesar 7,36 jiwa per kilometer
persegi.
II-44
8 Telawang 21.873 317,00 69,00
9 Baamang 59.014 639,00 92,35
10 Cempaga 26.123 1.253,00 20,85
11 Cempaga Hulu 31.856 1.183,00 26,93
12 Parenggean 29.143 493,15 59,10
13 Tualan Hulu 28.795 1.090,85 26,40
14 Mentaya Hulu 12.604 1.712,79 7,36
15 Bukit Santuai 16.258 1.636,00 9,94
16 Antang Kalang 11.961 1.579,00 7,58
17 Telaga Antang 21.050 1.456,21 14,46
Jumlah 446.094 16.796,00 26,56
2.3.5 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kota Waringin Timur
Pada peraturan penataan ruang di Kabupaten Kota Waringin Timur telah ditetapkan dengan
peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kota yaitu Peraturan Daerah Kota
Balikpapan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kota
Waringin Timur Tahun 2015- 2035. Adapun isi dari perda tersebut terdiri dari:
1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kota Waringin
Timur
II-45
kelestarian sumberdaya alam.
2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kota Waringin Timur:
Kebijakan:
Strategi:
II-46
b. Strategi pengaturan keseimbangan pemanfaatan ruang yang berkelanjutan dengan
mempertimbangkan daya dukung dan daya tamping lingkungan serta kelestarian
sumberdaya alam;
II-47
₋ menetapkan suatu kawasan industri di Bagendang dan mengalokasikan semua
kegiatan industri besar pada kawasan tersebut;
₋ meningkatkan status dan peran Bandar Udara H. Asan Sampit dalam tatanan
kebandarudaraan di Provinsi Kalimantan Tengah;
II-48
₋ memperkuat pemasaran hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, dan
pertambangan melalui pengembangan kawasan industri dan agropolitan;
₋ Kecamatan Baamang;
₋ Kecamatan Seranau
2. PKLp meliputi :
3. PPK, meliputi :
II-49
₋ Bagendang di Kecamatan Mentaya Hilir Utara;
4. PPL meliputi :
II-50
Sistem jaringan prasarana terdiri atas :
₋ sistem jaringan energi;
₋ sistem jaringan telekomunikasi;
₋ sistem jaringan sumber daya air; dan
₋ sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan.
II-51
₋ kawasan peruntukan pertanian;
₋ kawasan peruntukan perikanan;
₋ kawasan peruntukan pertambangan;
₋ kawasan peruntukan industri;
₋ kawasan peruntukan pariwisata;
₋ kawasan peruntukan permukiman; dan
₋ kawasan peruntukan lainnya.
c. Kawasan perkebunan (kelapa sawit, kelapa, karet) yang merupakan kawasan strategis
dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
f. Kawasan strategis sekitar kawasan adat masyarakat terutama bagi Umat Hindu
Kaharingan yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi sosial
budaya;
g. Kawasan ekosistem pantai (mangrove) yang merupakan kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;
i. Kawasan strategis DAS Mentaya yang merupakan kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
II-52
j. Kawasan perkotaan Sampit, meliputi Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kecamatan
Baamang, dan Kecamatan Seranau;
Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Kota Waringin
Timur dapat dilihat pada gambar berikut:
II-53
II-54
II-55
II-56
5. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Kota Waringin Timur
b. Ketentuan Perizinan;
d. Arahan Sanksi
Ketentuan Perizinan
b. Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
kewenangannya.
d. Izin pemanfaatan ruang yang memiliki dampak skala kabupaten diberikan atau
mendapat rekomendasi dari Bupati.
Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Banjar, terdiri atas:
a. Izin prinsip;
II-57
b. Izin lokasi;
Arahan Sanksi
II-58
c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
RTRW kabupaten;
d. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;
e. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten
f. Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
II-59
serta di Desa Satrikuk dan Serambut Kecamatan Pulau Hanaut dan Juga di Desa Regei
Lestari, Kuin Permai, Lempuyang dan Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit.
Kawasan Hutan Produksi Tersebar di semua wilayah Kabupaten Kota Waringin Timur
dengan luasan sebesar 540.974,77 Ha atau sekitar 32,21% dari total wilayah
kabupaten Kotawaringin Timur, Kawasan Hutan Produksi merupakan Wilayah yang
terluas dari keseluruhan kawasan Hutan di Kotawaringin Timur. Kemudian Luasan
Hutan Produksi Terbatas adalah sebesar 211.191,27 Ha atau sekitar 12,57% dari total
luas wilayah kabupaten Kotawaringin Timur, Sebaran kawasan hutan Produksi
terbatas di Kabupaten Kotawaringin Timur adalah di sebelah Barat Kabupaten
Kotawaringin Timur atau yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Seruyan,
dimana lokasinya tersebar di Kecamatan Antang Kalang, Telaga Antang, Bukit
Santuai, Mentaya Hulu dan Telawang.
Selain Kawasan Hutan juga terdapat Kawasan Non Hutan atau Area Penggunaan Lain
diluar kawasan hutan yang telah di tetapkan seluas 432.631,56 Ha atau sekitar
25,76% dari total luasan Kabupaten Kotawaringin Timur, dan sisanya adalah kawasan
perairan sebesar 27.187,55 Ha. Penggunaan lahan hutan oleh masyarakat tersebut
di donimansi oleh penggunaan lahan untuk pertanian, kemudian permukiman dan
juga tambak.
2.3.7 Indikasi Awal Pelanggaran Tata Ruang Kabupaten Kota Waringin Timur
Ada beberapa isu yang terkait dengan indikasi awal pelanggaran tata ruang di Kabupaten Kota
Waringin Timur yang didapat dari berbagai sumber seperti media online dan cetak, adalah
sebagai berikut:
Tumpang tindih lahan dalam penataan ruang pada sektor kehutanan itu diakibatkan bias
wilayah administrasi;
II-60
Peta kewilayahan yang digunakan pemerintah pusat sudah tidak sesuai dengan kondisi
lapangan, pasalnya banyak lahan yang sudah berubah menjadi bangunan bahkan
perkantoran pemerintah, ternyata disebutkan status lahannya masih masuk dalam
kawasan hutan;
Penyediaan air bersih masih terkendala oleh kualitas dan kuantitas air sungai Mentaya
pada musim kemarau akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kapasitas produksi
PDAM, disamping Pipa-pipa PDAM banyak yang sudah tua dan seharusnya diganti dan
kapasitas produksi di beberapa kecamatan sekitar lima liter per detik yang belum
memenuhi kebutuhan masyarakat;
Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan pengembangan wilayah antara lain adalah
belum terbangunnya komitmen seluruh pihak untuk melakukan kegiatan dengan mengacu
pada rencana tata ruang, terutama yang berkaitan dengan keberlanjutan dan daya dukung
lingkungan, serta memperhatikan kerentanan wilayah terhadap bencana alam;
Besarnya potensi pariwisata di Kabupaten Kotawaringin Timur namun belum didukung oleh
keterpaduan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana, serta kesiapan masyarakat
setempat dalam menerima kunjungan wisatawan.
II-61
2.4 KABUPATEN POHUWATO
Kabupaten Pohuwato merupakan wilayah paling barat dari Provinsi Gorontalo yang
berbatasan dengan Kabupaten Buol (Sulawesi Tengah) dan Kabupaten Gorontalo Utara di
bagian utara, Kabupaten Boalemo di sebelah timur, Teluk Tomini di bagian selatan, dan
Kabupaten Parigi Moutong (Sulawesi Tengah) serta Kabupaten Buol (Sulawesi Tengah) di
sebelah barat. Letak astronomisnya antara 00- 22’ - 00- 57’ lintang utara dan antara 121023’-
122019’ bujur timur. Luas wilayah Kabupaten Pohuwato adalah 4.359,52 km2 atau 35,83
persen dari total luas Provinsi Gorontalo. Jarak Pohuwato dengan ibukota Provinsi Gorontalo
adalah sejauh 158 km melalui Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo.
Kabupaten Pohuwato sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Gorontalo, mempunyai sistem
pemerintahan yang sama dengan kabupaten lainnya. Unit pemerintahan di bawah kabupaten
secara langsung adalah kecamatan. Masing-masing kecamatan terdiri dari beberapa desa.
Kabupaten Pohuwato meliputi 13 kecamatan. Jumlah desa yang ada di Kabupaten Pohuwato
sebanyak 101 desa. Terdapat 1 UPT di Kecamatan Taluditi. Kabupaten Pohuwato juga
memiliki 3 kelurahan yang semuanya terletak Kecamatan Paguat.
Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), 76,9 % dataran memiliki ketinggian
antara 101 – 150 mdpl dan 23,1 % memiliki ketinggian antara 151 – 200 mdpl. Jika dilihat dari
jarak ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten, Kecamatan Popayato Barat yang beribukota
di desa Dudewulo merupakan kecamatan terjauh dari ibukota kabupaten dengan jarak
sebesar 99 Km dari ibukota Kabupaten Pohuwato terletak di Kecamatan Marisa.
Kondisi iklim diperoleh dari Stasiun Pengamatan BMKG Jalaludin di Kabupaten Gorontalo.
Oleh karena itu, data yang tersedia memiliki level penyajian untuk tingkat provinsi. Rata-rata
suhu udara di Provinsi Gorontalo selama setahun terakhir berkisar antara 26,6 – 28,0 C.
Sementara itu, rata-rata kelembaban udara di Provinsi Gorontalo berkisar antara 75,4 – 85,0
persen. Salah satu data iklim yang tingkat penyajiannya sampai level kabupaten adalah data
mengenai curah hujan. Data mengenai curah hujan di Kabupaten Pohuwato diperoleh dari
hasil pemantauan di 4 titik yaitu di Popayato, Marisa, Randangan, dan Wanggarasi.
Selama tahun 2017, kondisi curah hujan di Kabupaten Pohuwato berkisar antara 35 sampai
309 mm3 Curah hujan tertinggi terjadi di bulan November di titik pemantauan yang berada
II-62
di Marisa. Sedangkan curah hujan terendah terjadi di bulan Desember di titik pemantauan
yang berada di Wanggarasi.
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pohuwato, pada
tahun 2017 jumlah penduduk Kabupaten Pohuwato sebanyak 142.571 jiwa yang terdiri atas
72.453 jiwa penduduk laki-laki dan 70.118 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan
data dari sumber yang sama jumlah penduduk tahun 2016, penduduk Kabupaten Pohuwato
mengalami pertumbuhan sebesar 1,22 persen dengan masing-masing persentase
pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 1,20 persen dan penduduk perempuan sebesar 1,23
persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2017 penduduk laki-laki
terhadap penduduk perempuan sebesar 103.33.
Tabel 2.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Pohuwato Tahun 2017
II-63
memadai dibanding kecamatan lainnya menjadi faktor penarik bagi Kecamatan Marisa
sehingga sebagian besar penduduk Pohuwato menetap di kecamatan ini. Rasio jenis kelamin
Pohuwato sebesar 103 menunjukkan bahwa penduduk kabupaten ini lebih didominasi oleh
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan kelompok usia produktif, komposisi
penduduk Kabupaten Pohuwato usia 15-59 tahun sebesar 67,51 persen. Sedangkan
kelompok umur 0-14 tahun dan 60 tahun ke atas masing-masing sebesar 26,27 persen dan
6,22 persen.
Pertanian menjadi sektor unggulan dalam hal share pendapatan regional maupun
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Pohuwato. Diantara lima subsektor yang membentuk
sektor pertanian, subsektor tanaman pangan menjadi yang paling dominan. Terutama padi
dan jagung, tidak heran jika Pohuwato dijuluki sebagai Lumbung Jagung di Gorontalo.
Produksi pertanian unggulan di Kabupaten Pohuwato adalah jagung mencapai 315 ribu ton,
meningkat 1, 93 persen dari tahun sebelumnya.
Sejalan dengan jagung, produksi padi cenderung meningkat. Pada tahun 2016, produksi padi
mengalami peningkatan yang relatif rendah yaitu sebesar 37 ton. Produksi tanaman
perkebunan di Kabupaten Pohuwato mengalami penurunan pada tahun 2016. Poduksi kelapa
menurun 3.300,02 ton. Selain itu, produksi kakao juga menurun 2.398,2 ton pada tahun 2016.
Administrasi Industri
Pemerintahan Pengolahan
5,01% 4,46%
Konstruksi
Pertanian
6,45%
59,42%
Perdagangan
9,37%
Dilihat dari kontribusi PDRB Kabupaten Pohuto, sektor pertanian masih menjadi sektor utama
yang menyokong perekonomian Kabupat en Pohuwato. Sektor ini menyumbang sebesar
59,42 persen dari total PDRB. Namun jika dilihat dalam kurun waktu lima tahun terakhir,
II-64
kontribusi sektor pertanian senantiasa mengalami kecenderungan menurun. Penurunan ini
bukan semata disebabkan oleh penurunan produksi sektor pertanian, melainkan adanya
peningkatan kontribusi yang diberikan oleh sektor lain.
Pada peraturan penataan ruang di Kabupaten Pohuwato telah ditetapkan dengan peraturan
daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Pohuwato
Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pohuwato Tahun
2012-2032. Adapun isi dari perda tersebut terdiri dari:
Kebijakan :
Strategi :
II-65
₋ Mengembangkan kawasan perkotaan Paguat dan Popayato yangditetapkan
oleh Provinsi sebagai PKL;
II-66
₋ Menetapkan kawasan perlindungan setempat berupa sempadan pantai,
sempadan sungai dan sekitar danau/waduk untuk mempertahankan
kelestarian fungsi serta memberikan perlindungan terhadap kegiatan budidaya
di sekitar kawasan tersebut;
II-67
₋ Mendukung penetapan kawasan strategis provinsi terutama dari
sudutkepentingan ekonomi;
b. Sistem Jaringan Prasarana Utama Yang Ada Di Kabupaten Pohuwato, terdiri atas :
II-68
a. Jaringan jalan, meliputi :
Jaringan jalan arteri primer, yaitu ruas jalan Tabulo – Marisa, Marisa –
Lemito, dan Lemito – Molosipat;
Jaringan jalan strategis nasional rencana, yaitu ruas jalan Marisa - Tolinggula;.
Jaringan jalan bebas hambatan, yaitu ruas jalan milik Provinsi, Negara,dan
Kabupaten, yaitu ruas jalan Isim – Marisa, dan Marisa – Molosipat; dan
b. Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, yaitu : Terminal (TML)
penumpang tipe A yang terdapat di Marisa dan Terminal Penumpang Tipe B
terdapat di Popayato
TML Isimu – Bumbulan, TML Isimu – Paguat, TML Isimu – Marisa, TML Isimu–
Randangan, TML Isimu – Lemito, TML Isimu – Popayato, TML Isimu –
Molosifat;
II-69
Stasiun kereta api di Kecamatan Marisa.
a. Tatanan Kepelabuhanan;
b. Alur Pelayaran.
Alur pelayaran meliputi yaitu : Bumbulan – Pulau Dolong (Kabupaten Tojo Una-Una) –
Ampana (Kabupaten Tojo Una-Una) Parigi (Kabupaten Parigi Moutong). Dan rencana
pengambangan ke Pulau Una-Una (Kabupaten Tojo Una-Una)
b. Ruang udara untuk penerbangan, yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
II-70
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang berpotensi dikembangkan di
kawasan perdesaan di Kecamatan Popayato, Popayato Timur, Lemito,
Wanggarasi, Randangan, dan Taluditi.
Jaringan saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) 150 KV, yang
menghubungkan Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo
Sistem jaringan kabel, yaitu berupa stasiun telepon otomat yang akan
dikembangkan di Marisa
II-71
Daerah Irigasi (DI) Produktif, terdiri atas kewenangan :
- Sistem jaringan irigasi di daerah rawa dalam rangka mendukung budidaya air
payau terutama pada daerah pesisir Teluk Tomini.
II-72
Sistem jaringan persampahan, berupa tempat pemrosesan akhir sampah
seluas kurang lebih 5 Ha yang akan dikembangkan di Desa Botubilotahu di
Kecamatan Marissa dengan metode controlled land fill
II-73
- Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter darititik
pasang air laut tertinggi ke arah darat;
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya; terdiri atas :
Kawasan Suaka Alam Laut, meliput Taman Laut Pulau Bitila yang ditetapkan
sebagai Kawasan Suaka Alam Laut Provinsi
II-74
- Cagar Alam Panua yang meliputi sebagian Kecamatan Marisa, Paguat,
Dengilo, Buntulia, Patilanggio, dan Taluditi dengan luas kurang lebih
36.838 Ha
Kawasan taman wisata alam yaitu kawasan wisata alam laut Torosiaje yang
terdapat di Kecamatan Popayato.
Kawasan rawan bencana alam yaitu kawasan yaitu kawasan rawan banjir yang
meliputi Kecamatan Marisa, Randangan, Dengilo, Wanggarasi, Lemito, Taluditi,
Popayato Timur, Popayato, dan Popayato Barat
II-75
Kawasan Hutan Produksi Tetap; Terdapat Di Kecamatan Popayato Barat,
Popayato Timur, Wanggasari Danlemit
II-76
Budidaya Perikanan Air Tawar Di Kecamatan Buntulia, Taluditi,Patilanggo,
Popayato Dan Dengilo;
Kawasan Minapolitan.
Pengembangan Investasi;
II-77
Pengembangan Wilayah Pertambangan Rakyat ( WPR )
Kawasan akan lebih diperjelas pada dokumen Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan (RDTRK);
II-78
Pantai Tanjung Bajo Kecamatan Paguat;
Pantai Bulili di Kecamatan Duhiadaa;
Pantai Lalape di Kecamatan Popayato;
Danau Embung di Kecamatan Patilanggio.
Danau Telaga di Kecamatan Popayato
Air Terjun Lomuli di Kecamatan Lemito;
Air Terjun Kepala Lima di Kecamatan Popayato Timur.
Air Terjun Makarti Jaya di Kecamatan Taluditi;
Air Terjun Karya Baru di Kecamatan Dengilo;
Air Terjun Dudu di Kecamatan Wanggarasi;
Pantai Tanjung Maleo Di Kecamatan Paguat;
Pantai pasir putih Pentadu di Kecamatan Paguat.
II-79
Kawasan Strategis Yang Ada Di Kabupaten Pohuwato, Terdiri Atas :
Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang ada di Kabupaten Pohuwato, terdiri atas :
KSP dari sudut kepentingan ekonomi, yaitu Kawasan Marisa danKawasan
Randangan
KSP dari sudut kepentingan sosial budaya, yaitu kawasan perkampunganSuku
Bajo
KSP dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atauteknologi
tinggi yaitu kawasan blok tambang emas Pohuwato dan Pohuwato – Boalemo;
KSP dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, yaitu
Kawasan Cagar Alam Panua dan Cagar Alam Tanjung Panjang.
Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Struktur, Pola Ruang dan Kawasan Strategis
Kabupaten Pohuwato.
II-80
Gambar 2.10
Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Pohuwato
II-81
Gambar 2.11
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Pohuwato
II-82
6. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Tata Kabupaten Pohuwato
II-83
Kegiatanbudidaya Sesuai Peruntukan Kawasan Dan Peraturan Perundang-
Undangan Yang Berlaku
c. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan sungai ditetapkan
sebagai berikut :
Kawasan Sempadan Sungai Adalah Kawasan Sepanjang Kiri-Kanan
Sungai,Termasuk Sungai Buatan/Kanal/Saluran Irigasi Primer Yang
Mempunyai Manfaat Penting Untuk Mempertahankan Kelestarian Fungsi
Sungaidengan Lebar Sempadan Sebagai Berikut :
- Bertanggul Dan Berada Dalam Kawasan Permukiman Dengan
Lebarpaling Sedikit 5 (Lima) Meter Dari Kaki Tanggul Sebelah Luar.
- Tidak Bertanggul Dan Berada Diluar Kawasan Permukiman Denganlebar
Minimal Paling Sedikit 100 (Seratus) Meter Dari Tepi Sungai;
- Tidak Bertanggul Pada Sungai Kecil Diluar Kawasan Permukimandengan
Lebar Paling Sedikit 50 (Lima Puluh) Meter Dari Tepi Sungai.
Dalam Kawasan Sempadan Sungai Tidak Diperkenankan
Dilakukankegiatan Budidaya Yang Mengakibatkan Terganggunya Fungsi
Sungai;
Dalam Kawasan Sempadan Sungai Masih Diperkenankan
Dibangunprasarana Wilayah Dan Utilitas Lainnya Dengan Ketentuan .
- Tidak Menyebabkan Terjadinya Perkembangan Pemanfaatan
Ruangbudidaya Di Sepanjang Jaringan Prasarana Tersebut;
- Dilakukan Sesuai Ketentuan Peraturan Yang Berlaku.
d. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar danau/waduk ditetapkan
sebagai berikut :
Kawasan Sekitar Danau/Waduk Adalah Kawasan Tertentu Di Sekeliling
waduk Yang Mempunyai Manfaat Penting Untuk Mempertahankan
kelestarian Fungsi Danau/Waduk, Dengan Jarak Antara 50-100 M Dari
Titikpasang Tertinggi Ke Arah Darat Disesuaikan Dengan Bentuk Dan
Kondisifisik Danau/Waduk;
Diperbolehkan Untuk Kegiatan Perikanan, Ekowisata, Pertanian Dengan
Jenis Tanaman Yang Diijinkan, Pemasangan Papan Pengumuman
Pemasangan Fondasi Dan Rentang Kabel, Fondasi Jalan/Jembatan,
Bangunanlalu Lintas Air, Pengambilan Dan Pembuangan Air Serta
Bangunan Yang mendukung Kelestarian Kawasan;.
II-84
Diperkenankan Kegiatan Yang Berkaitan Dengan Wisata Seperti
Hotel,Rumah Makan, Tempat Rekreasi Dengan Tetap Mengupayakan
pembangunan Fisik Yang Mampu Mencegah Terjadinya Sedimentasi
Kedalam Waduk/Danau;
Dilarang Mendirikan Bangunan Di Kawasan Sempadan Waduk Yang
Belumterbangun (IMB Tidak Diberikan);
Dilarang Menyelenggarakan Kegiatan Yang Mengganggu Kelestarian
Dayatampung Waduk Seperti Pendirian Bangunan, Permukiman Dan
Penanamantanaman Semusim Yang Mempercepat Pendangkalan;
Penggunaan Tanah Terus Diusahakan Dengan Tetap Menjaga Kelestarian
lingkungan Konservasi Atau Green Belt Wajib Diusahakan;
Pada Kawasan Yang Sudah Terbangun Diadakan Program Konsolidasi
Danpemeliharaan Lingkungan;
Tanah Pada Kawasan Sekitar Waduk Dikuasai Oleh Negara Dan Apabila
dimiliki Oleh Masyarakat Dibebaskan Dengan Penggantian Yang Layak
Dandapat Diberikan Hak Pakai Pada Dinas Pekerjaan Umum Pengairan;
Pemilikan Atau Penguasaan Tanah Yang Tidak Sesuai, Dibina
Untukmenyesuaikan Kegiatannya Agar Serasi Atau Sejalan Secara
Bertahap, Dengan Jalan Membebaskan Dari Pengenaan Pajak Bumi Dan
Bangunan atau Bentuk Sumbangan Lainnya Yang Dikaitkan Dengan
Pemilikan Atau penguasaan Tanah;
Apabila Yang Bersangkutan Tidak Mampu Melaksanakan Penyesuaian
dengan Sukarela Maka Pemerintahbaik Pusat Maupun Daerah Dapat
Melakukan Pembebasan Lahan Secara bertahap yang pertuntukannya
diprogramkan Untuk Kegiatan Sabuk Hijau / Green Belt.
e. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Ruang Terbuka Hijau Ditetapkan
Sebagai Berikut :
Kawasan Ruang Terbuka Hijau Untuk Wilayah Kabupaten Berupa
Hutanseluas Paling Sedikit 30% Dari Luas DAS;
Kawasan Ruang Terbuka Hijau Tidak Diperkenankan Dialihfungsikan;
Dalam Kawasan Ruang Terbuka Hijau Masih Diperkenankan
Dibangunfasilitas Pelayanan Sosial Secara Terbatas Dan Memenuhi
Ketentuan Yang berlaku;
II-85
Pendirian Bangunan Yang Dibatasi Hanya Untuk Menunjang
Kegiatanrekreasi; Dane.
Pelarangan Semua Jenis Kegiatan Yang Dapat Menurunkan Luas,
Nilaiekologis, Dan Estetika Kawasan
f. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan suaka alam laut ditetapkan
sebagai berikut :
Suaka alam laut dan perairan lainnya adalah daerah berupa perairan
laut,perairan darat, wilayah, muara sungai, pesisir gugusan atol dan
karang yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau
keunikanekosistem;b.
Diperbolehkan kegiatan ekowisata dan penelitian yang tidak
merusaklingkungan;c.
Tidak diijinkan melakukan pengambilan terumbu karang,
penangkapanikan bertujuan ekonomis dan penangkapan ikan dalam skala
besar,pengerukan pasir, penimbunan pantai yang mengganggu ekosistem,
dankegiatan sejenis;
Dilakukan pembagian zona dan kegiatan yang terdiri atas:
- Zona Inti, Dengan Ketentuan :
- Dikelola Secara Alami Dan Menghindarkan Campur Tangan
Manusia;
- Diijinkan Aktifitas Penelitian Dengan Persyaratan Tertentu;.
- Zona Perlindungan, Dengan Ketentuan:
- Dikelola sebagai kawasan suaka margasatwa;
- Dapat dilakukan pembinaan areal dengan tanpa mengganggu
fungsisuaka alam;
- Diijinkan penelitian yang tidak merusak ekosistem secara intensif.
- Zona Pemanfaatan, Dengan Ketentuan:
- Dikelola sebagai taman wisata dan dimanfaatkan
untukkepentingan rekreasi dan budaya;
- Dikembangkan untuk pendidikan, penyuluhan dan olah ragas
elama dalam pelaksanaannya tidak mengganggu fungsi suaka alam
- Zona penyangga, dapat dimanfaatkan secara langsung dan
tidaklangsung oleh masyarakat
II-86
g. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar alam ditetapkan sebagai
berikut :
Kawasan cagar alam adalah kawasan yang ditunjuk mempunyai
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistemnya;
Diperbolehkan kegiatan lain yaitu berupa kegiatan ekowisata yang tidak
membutuhkan lahan, penelitian dan kegiatan yang bermanfaat bagi
peningkatan ilmu pengetahuan yang tidak merusak lingkungan atau pos
pengawas yang pengelolaannya diupayakan sedemikian rupa sehingga
ekosistem binatang, ikan, atau tumbuhan langka yang dilindungi tidak
terganggu;
Dilarang menyelenggarakan kegiatan pembangunan yang mengakibatkan
penurunan kualitas lingkungan dan perlindungan plasma nutfah;
Kegiatan yang sudah ada di dalam kawasan cagar alam yang mengganggu
fungsi kawasan secara bertahap akan dipindahkan dengan diberi
penggantian yang layak oleh pemerintah.
h. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pantai berhutan bakau ditetapkan
sebagai berikut :
Dalam kawasan pantai berhutan bakau dilarang dilakukan
kegiatanbudidaya yang menyebabkan menurunnya fungsi kawasan;
Tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya skala besar atau
skalausaha dan eksploitasi sumber daya alam yang
mengakibatkanmenurunnya potensi biota alam;
Masih diperkenankan dilakukan kegiatan pariwisata alam secara
terbatasdan kegiatan penelitian.
i. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan taman wisata alam laut
ditetapkan sebagai berikut :
Diperbolehkan Kegiatan Ekotourisme Terbatas Dan Penelitian Yang Tidak
merusak Taman Wisata Alam Laut;
Dilarang Melakukan Kegiatan Yang Tidak Menunjang Perlindungan
terhadap Taman Wisata Alam Laut; Dan
Kegiatan Yang Sudah Ada Di Dalam Kawasan Taman Wisata Alam Laut
Yangtidak Sesuai Dan Mengganggu Fungsi Kawasan Secara Bertahap Akan
dipindahkan Dengan Diberi Penggantian Yang Layak Oleh Pemerintah.
II-87
j. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana ditetapkan
sebagai berikut :
Perkembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun di dalam
kawasan rawan bencana alam harus dibatasi dan diterapkan peraturan
bangunan (building code) sesuai dengan potensi bahaya/bencana
alam,serta dilengkapi jalur evakuasi;
Kegiatan-kegiatan vital/strategis diarahkan untuk tidak dibangun pada
kawasan rawan bencana;
Dalam kawasan rawan bencana masih dapat dilakukan
pembangunanprasarana penunjang untuk mengurangi resiko bencana
alam danpemasangan sitem peringatan dini (Early Warning System)
Dalam kawasan rawan bencana alam masih diperkenankan
adanyakegiatan budidaya lain seperti pertanian, perkebunan, dan
kehutanan,serta bangunan yang berfungsi untuk mengurangi resiko yang
timbul akibat bencana alam.
k. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan mata air ditetapkan
sebagai berikut :
Pada Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Air Tanah
Tidakdiperkenankan Adanya Bangunan Terkecuali Bangunan Yang Terkait
Dengan sistem Jaringan Prasarana Wilayah Dan Pengendali Air;
Dalam Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Air Tanah
Masihdi perkenankan Budidaya Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan
Sepanjangtidak Mengganggu Fungsi Lindung Terhadap Air Tanah;
Dalam Kawasan Sempadan Mata Air Tidak Diperkenankan
Dilakukankegiatan Budidaya Yang Dapat Merusak Mata Air; .
Dalam Kawasan Sempadan Mata Air Masih Diperkenankan Dilakukan
kegiatan Penunjang Pariwisata Alam Sesuai Ketentuan Yang Berlaku.
l. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi ditetapkan
sebagai berikut :
Pada kawasan hutan produksi diperkenankan pemanfaatan hasil hutan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan.
Dalam kawasan hutan produksi tidak diperkenankan adanya kegiatan
budidaya kecuali kegiatan kehutanan dan pembangunan sistem
II-88
jaringanprasarana wilayah dan bangunan terkait dengan pengelolaan
budidayahutan produksi;
Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi dapat
dialihfungsikanuntuk kegiatan lain di luar kehutanan setelah potensi hutan
tersebut dimanfaatkan dan sesuai peraturan perundangan yang berlaku
Kegiatan kehutanan dalam kawasan hutan produksi tidak diperkenankan
menimbulkan gangguan lingkungan seperti bencana alam;
Kawasan hutan produksi dimungkinkan untuk kegiatan lain di luar
kehutanan dengan cara pinjam pakai kawasan hutan;
Sebelum kegiatan pengelolaan hutan produksi dilakukan wajib dilakukan
studi kelayakan dan studi amdal yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi
dari lembaga yang berwenang
m. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian ditetapkan
sebagai berikut :
Kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan lahan basah dan
lahankering tidak diperkenankan menggunakan lahan yang dikelola
dengan mengabaikan kelestarian lingkungan, misalnya penggunaan pupuk
yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan pengolahan
tanah yang tidak memperhatikan aspek konservasi;
Dalam pengelolaan pertanian tanaman pangan lahan basah
tidakdiperkenankan pemborosan penggunaan sumber air;
Peruntukan budidaya pertanian tanaman pangan diperkenankan untuk
dialih fungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, kecuali lahan pertanian pangan berkelanjutan;
Dalam kawasan perkebunan dan perkebunan rakyat tidak diperkenankan
penanaman jenis tanaman perkebunan yang bersifat menyerap air dalam
jumlah banyak. Terutama kawasan perkebunan yang berlokasi di
daerahhulu/kawasan resapan air.
Bagi kawasan perkebunan besar tidak diperkenankan merubah
jenistanaman perkebunan yang tidak sesuai dengan perizinan yang
diberikan;
Dalam kawasan perkebunan besar dan perkebunan rakyat
diperkenankanadanya bangunan yang bersifat mendukung kegiatan
perkebunan dan jaringan prasarana wilayah.
II-89
Alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi lainnya dapat dilakukan
sepanjang sesuai dan mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
Sebelum kegiatan perkebunan besar dilakukan diwajibkan untuk
dilakukan studi kelayakan dan studi amdal yang hasilnya disetujui oleh tim
evaluasi dari lembaga yang berwenang;
Kawasan budidaya peternakan tidak diperkenankan berdekatan dengan
kawasan permukiman;
Dalam kawasan peruntukan peternakan masih diperkenankan adanya
kegiatan lain yang bersifat mendukung kegiatan peternakan dan
pembangunan sistem jaringan prasarana sesuai ketentuan yang berlaku
Kawasan peruntukan peternakan diperkenankan untuk dialih fungsikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
n. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perikanan
ditetapkan sebagai berikut :
Kawasan budidaya perikanan tidak diperkenankan berdekatan
dengankawasan yang bersifat polutif;
Dalam kawasan perikanan masih diperkenankan adanya kegiatan lain yang
bersifat mendukung kegiatan perikanan dan pembangunan sistem
jaringan prasarana sesuai ketentuan yang berlaku;
Kawasan perikanan diperkenankan untuk dialih fungsikan sesuai
denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
o. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertambangan
ditetapkan sebagaiberikut .
Kegiatan usaha pertambangan sepenuhnya harus mengikuti ketentuan
yang berlaku di bidang pertambangan;
Kegiatan usaha pertambangan dilarang dilakukan tanpa izin
dariinstansi/pejabat yang berwenang;
Kawasan pasca tambang wajib dilakukan rehabilitasi (reklamasi
dan/ataurevitalisasi) sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan
lain, sepertipertanian, kehutanan, dan pariwisata;
Pada kawasan pertambangan diperkenankan adanya kegiatan lain yang
bersifat mendukung kegiatan pertambangan;
II-90
Kegiatan permukiman diperkenankan secara terbatas untuk menunjang
kegiatan pertambangan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek
keselamatan;
Sebelum kegiatan pertambangan dilakukan wajib dilakukan studi
kelayakan dan studi amdal yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari
lembaga yang berwenang.
p. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan industri ditetapkan sebagai
berikut :
untuk meningkatkan produktifitas dan kelestarian lingkungan
pengembangan kawasan industri harus memperhatikan aspek ekologis;
lokasi kawasan industri tidak diperkenankan berbatasan langsung
dengankawasan permukiman;
pada kawasan industri diperkenankan adanya permukiman penunjang
kegiatan industri yang dibangun sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku;
pada kawasan industri masih diperkenankan adanya sarana dan prasarana
wilayah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
pengembangan kawasan industri harus dilengkapi dengan jalur hijau
(greenbelt) sebagai penyangga antar fungsi kawasan, dan sarana
pengolahan limbah;
Pengembangan zona industri yang terletak pada sepanjang jalan
arteriatau kolektor harus dilengkapi dengan frontage road untuk
kelancaran aksesibilitas;
Setiap kegiatan industri harus dilengkapi dengan upaya
pengelolaanlingkungan dan upaya pemantauan lingkungan serta
dilakukan studi AMDAL.
q. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pariwisata sebagaimana
ditetapkan sebagai berikut :.
Pada Kawasan Pariwisata Alam Tidak Diperkenankan Dilakukan Kegiatan
Yang Dapat Menyebabkan Rusaknya Kondisi Alam Terutama yang
Menjadi obyek Wisata Alam;
Dalam Kawasan Pariwisata Dilarang Dibangun Permukiman Dan Industri
Yang Tidak Terkait Dengan Kegiatan Pariwisata;
II-91
Dalam Kawasan Pariwisata Diperkenankan Adanya Sarana Dan Prasarana
Yang Mendukung Kegiatan Pariwisata Dan Sistem Prasarana Wilayah
Sesuai dengan Ketentuan Perundang-Undangan Yang Berlaku;
Pada Kawasan Pariwisata Diperkenankan Dilakukan Penelitian Dan
pendidikan;
Pada Kawasan Pariwisata Alam Tidak Diperkenankan Adanya Bangunan
Lainkecuali Bangunan Pendukung Kegiatan Wisata Alam;
Pengembangan Pariwisata Harus Dilengkapi Dengan Upaya
Pengelolaanlingkungan Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Serta Studi
AMDAL.
r. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman ditetapkan sebagai
berikut :
Peruntukan kawasan permukiman diperkenankan untuk dialihfungsikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Pada kawasan permukiman diperkenankan adanya sarana dan prasarana
pendukung fasilitas permukiman sesuai dengan petunjuk teknis dan
peraturan yang berlaku;
Dalam kawasan permukiman masih diperkenankan dibangun
prasaranawilayah sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
Kawasan permukiman harus dilengkapi dengan fasilitas sosial termasuk
ruang terbuka hijau (RTH) perkotaan dengan luas paling sedikit 30% dari
luas kawasan perkotaan;
Dalam kawasan permukiman masih diperkenankan adanya kegiatan
industri skala rumah tangga dan fasilitas sosial ekonomi lainnya dengan
skala pelayanan lingkungan;
Kawasan permukiman tidak diperkenankan dibangun di dalam kawasan
lindung/konservasi dan lahan pertanian dengan irigasi teknis;
Dalam kawasan permukiman tidak diperkenankan dikembangkan kegiatan
yang mengganggu fungsi permukiman dan kelangsungan kehidupan
sosial masyarakat.
Pengembangan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai ketentuan
peraturan yang berlaku di bidang perumahan dan permukiman;
II-92
Pembangunan Hunian Dan Kegiatan Lainnya Di Kawasan
Permukimanharus Sesuai Dengan Peraturan Teknis Dan Peraturan Lainnya
Yang Berlaku( KDB, KLB, Sempadan Bangunan, Dan Lain Sebagainya).
Pada Kawasan Permukiman Perkotaan Harus Disediakan Prasarana
Dansarana Dasar Pendukung Permukiman Yang Tersambung Dengan
Sistemprasarana Perkotaan Yang Sudah Ada.
s. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertahanan
keamanan ditetapkan sebagai berikut :
Diizinkan kegiatan dominasi hunian dengan fungsi utama sebagai
kawasanpertahanan dan keamanan;
Diizinkan kegiatan peningkatan akses menuju pusat kegiatan
pertahanandan keamanan baik yang terdapat di dalam maupun di luar
kawasan
Pengendalian yang disesuaikan dengan kriteria teknik kawasan
pertahanan dan keamanan yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan di bidang pertahanan dan keamanan
2) Ketentuan Perizinan
a. Perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian
izin pemanfaatan ruang sesuai rencana struktur ruang dan pola ruang yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
b. Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan kewenangannya dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur atau
mekanisme sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Izin pemanfaatan ruang yang memiliki dampak skala kabupaten diberikan
atau mendapat rekomendasi dari Bupati.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan perizinan wilayah kabupaten
diatur dengan Peraturan Bupati
3) Ketentuan Insentif dan Disinsentif
a. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif merupakan acuan bagi pejabat
yang berwenang dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.
b. Ketentuan pemberian insentif dan pengenaan disinsentif untuk wilayah
Kabupaten Pohuwato terdiri atas:
II-93
o Ketentuan umum pemberian insentif dan pengenaan disinsentif
berisikan arahan pemberlakuan insentif dan disinsentif untuk berbagai
pemanfaatan ruang secara umum.
Pemberian Insentif Diberlakukan Pada Pemanfaatan Ruang Yang
Didorong perkembangannya Dan Sesuai Dengan Rencana Tata
Ruang.
Pengenaan Disinsentif Diberlakukan Bagi Kawasan Yang Dibatasi
Atau dikendalikan Perkembangannya, Atau Dilarang Dikembangkan
Untuk kegiatan Budidaya.
Insentif Terdiri Atas :
Pemberian Keringanan Atau Penundaan Pajak (Tax Holiday) Dan
Kemudahan Proses Perizinan;
- Penyediaan sarana dan prasarana kawasan oleh pemerintah
untuk memperingan biaya investasi oleh pemohon izin;
- Pemberian kompensasi terhadap kawasan terbangun lama
sebelumrencana tata ruang ditetapkan dan tidak sesuai tata
ruang serta dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan;
- Pemberian kemudahan dalam perizinan untuk kegiatan yang
menimbulkan dampak positif.
Disinsentif terdiri atas :
Pengenaan pajak yang tinggi terhadap kegiatan yang berlokasi
didaerah yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti pusat
kota,kawasan komersial, daerah yang memiliki tingkat kepadatan
tinggi;
Penolakan pemberian izin perpanjangan hak guna usaha, hak
gunabangunan terhadap kegiatan yang terlanjur tidak sesuai
denganrencana tata ruang dan peraturan zonasi;
Peniadaan sarana dan prasarana bagi daerah yang tidak
dipacupengembangannya, atau pengembangannya dibatasi;
Penolakan pemberian izin pemanfaatan ruang budidaya yang
akandilakukan di dalam kawasan lindung
o Ketentuan khusus pemberian insentif dan disinsentif ditujukan untuk
pemberlakuan insentif dan disinsentif secara langsung pada jenis-jenis
pemanfaatan ruang atau kawasan tertentu di wilayah Kabupaten Pohuwato.
II-94
o Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur
ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturanzonasi yang
diatur dalam Peraturan Daerah ini.
o Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah,
dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.
o Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan
ruangwilayah dilakukan oleh pemerintah kabupaten kepada tingkat
pemerintah yang lebih rendah (kecamatan/desa) dan kepada masyarakat
(perorangan/kelompok).
o Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi
berwenang sesuai dengan kewenangannya.
o Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut prosedur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
o Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan pemberian insentif dan
disinsentif diatur dengan keputusan bupati
4) Arahan Sanksi Ketentuan Pidana
Pengenaan sanksi merupakan arahan ketentuan pengenaan sanksiadministratif
kepada pelanggar pemanfaatan ruang yang akan menjadiacuan bagi pemerintah
daerah kabupaten.
Pengenaan sanksi administratif berfungsi sebagai:.
Perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi
kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang;danb.
Penertiban pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tataruang.
Pengenaan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan:
Hasil pengawasan penataan ruang;
Tingkat simpangan implementasi rencana tata ruang;
Kesepakatan antar instansi yang berwenang; dand.
Peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
Pengenaan sanksi administratif dilakukan secara berjenjang dalam bentuk:
Peringatan tertulis diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban
pelanggaranpemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali.
II-95
Penghentian kegiatan sementara dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
- Penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara daripejabat
yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan
ruang;
- Apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian
kegiatansementara, pejabat yang berwenang melakukan penertiban
dengan menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi
penghentiansementara secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan
ruang;
- Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan
tindakan penertiban oleh aparat penertiban;
- Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban
melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan ruangsecara paksa;
- Setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang
berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatanruang
yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai denganter penuhinya
kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya
dengan rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan
ruang yang berlaku.
Penghentian sementara pelayanan umum dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
- Penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan
umum dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang (membuat surat pemberitahuan penghentian
sementara pelayanan umum);
- Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yangdisampaikan,
pejabat yang berwenang melakukan penertiban menerbitkan surat
keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum
kepada pelanggar dengan memuatrincian jenis-jenis pelayanan umum
yang akan diputus
II-96
Ketentuan Pidana
- Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Perda RTRW dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
- Tindak pidana adalah pelanggaran.
- Selain ancaman pidana dapat diancam pidana sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya.
Ada beberapa isu yang terkait dengan indikasi awal pelanggaran tata ruang di Kabupaten
Pohuwato yang didapat dari berbagai sumber seperti media online dan cetak, adalah sebagai
berikut:
1. Kabupaten Pohuwato berada di ujung barat Provinsi Gorontalo yang berbatasan langsung
dengan Sulawesi Tengah. Perairannya berbatasan dengan Teluk Tomini dan menjadi salah
satu arus perdagangan yang potensial.
3. Izin tersebut diberikan kepada PT. Sawindo Cemerlang, PT. Sawit Tiara Nusa, PT. Inti
Global Laksana, dan PT. Banyan Tumbuh Lestari yang totalnya ± 53.000 hektar. Saham
perusahaan sesunggunya dimiliki Wilmar Grup. Keempatnya mendapat konsesi di
kawasan hutan di Kecamatan Popayato Barat, Popayato, Popayato Timur, Lemito,
Wonggarasih, dan Taluditi.
II-97
5. Cagar Alam Tanjung Panjang di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, ditetapkan sebagai
kawasan suaka alam melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan (SK Menhut/TGHK
362/85). Kawasan yang meliputi Desa Patuhu, Desa Siduwonge, Desa Palambane,
Kecamatan Randangan ini menjadi tempat hidup babi hutan, ular, buaya muara, burung-
burung air, dan monyet Sulawesi. Bahkan maleo, dulu masih ada di daerah ini, namun kini
tak ada lagi. Kawasan seluas 3.000 hektar itu, kini tinggal sekitar 600-an hektar. Masalah
yang muncul tidak hanya alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak ikan dan udang.
Ancaman konflik antaretnis: pendatang Bugis dari Sulawesi Selatan dan penduduk lokal
Gorontalo. (sumber : Christopel Paino, Mongabay situs berita lingkungan, 2013).
Kota Bitung merupakan salah satu kota di Provinsi Sulawesi Utara terletak di antara 1°23'23"
1°35'39"Lintang Utara dan 125°1'43"- 125°18'13" Bujur Timur. Kota Bitung berbatasan
dengan:
sebelah utara Kecamatan Likupang (Kabupaten Minahasa Utara) dan Laut Maluku;
Kota Bitung memiliki luas 313,50 km2 atau sekitar 2,26 persen dati total luas Provinsi Sulawesi
Utara. Wilayah kota bitung secara garis besar terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian barat
dan timur yang dipisahkan oleh selat lembeh. Wilayah kota bitung terbagi menjadi tujuh
kecamatan. Kecamatan Ranowulu menjadi kecamatan dengan wilayah terluas dikota bitung
yaitu dengan luas 157.57 km2 atau sekitar 50 persen dari luas wilayah Kota Bitung. Sementara
Kecamatan Girian memiliki luas wilayah terkecil yaitu dengan luas 5,16 km2 atau sekitar 1,65
persen dari keseluruhan luas wilayah Kota Bitung.
Pada umumnya, kondisi iklim di Kota Bitung sama dengan kondisi iklim wilayah Indonesia
lainnya, yaitu memiliki dua musim, musim kemarau dan musim hujan. Sepanjang tahun 2017
suhu di Kota bitung berkisar antara 24,4o Celcius hingga 32,9o Celcius, dengan rata-rata
II-98
27,8o Celcius. Suhu udara ini tidak berbeda jauh dengan kondisi di tahun 2017 dengan suhu
rata-rata 28°Celsius.
Sebagai daerah yang beriklim hujan tropis, Kota Bitung memiliki kelembaban udara yang
cukup tinggi dengan rata-rata mencapai 76,25 persen pada tahun 2017. Angka ini
menunjukkan perbandingan jumlah uap air dalam udara yang ada dengan jumlah uap air
maksimum dalam suhu yang sama mencapai 76 persen. Tekanan udara rata rata tahun 2017
mencapai 1010,67 milibar. Sementara rata-rata kecepatan angin sepanjang tahun 2017 0,9
sampai 4,3 knot. Pada bulan September kecepatan angin cukup tinggi dengan kecepatan
maksimum mencapai 30 knot.
Curah hujan cukup berfluktuasi setiap bulannya. Total curah hujan tahun 2017 mencapai 1991
mm3. Kondisi ini meningkat dibanding tahun 2016. Intensitas hujan di Kota Bitung pada
periode Januari-Maret 2017 menunjukkan peningkatan hampir empat kali lipat dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya, dimana periode januari-Maret 2017 rata rata 281 mm
sedangkan periode yang sama tahun 2016 hanya rata-rata 73 mm3. Intensitas hujan
cenderung lebih tinggi di awal tahun dibandingkan akhir tahun. Curah hujan maksimum pada
bulan Februari mencapai 376 mm3, sedangkan curah hujan minimum terjadi dibulan
Desember yaitu 84 mm. Tingginya curah hujan dipengaruhi hari hujan, yaitu mencapai 220
hari selama tahun 2017 atau sekitar 18 hari setiap bulan. Sementara itu rata-rata lama
penyinaran matahari hanya mencapai 59 persen.
Proyeksi mencatat jumlah penduduk Kota Bitung pada tahun 2017 berjumlah 212.409 jiwa
dengan tingkat pertumbuhan penduduk 2010-2017 sebesar 1,74 persen. Kecamatan Lembeh
Utara dan Lembeh Selatan merupakan wilayah dengan konsentrasi penduduk lebih sedikit
dibanding kecamatan yang lain. Kepadatan penduduk menunjukkan angka 677,5/km2 yang
artinya setiap kilometer persegi luas wilayah Kota Bitung rata-rata diisi oleh 677 orang.
Kecamat Girian merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi.
Tabel 2.5. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bitung Tahun 2017
II-99
5. Lembeh Utara 7.314 27,66 264,43
6. Aertembaga 25.354 33,09 766,14
7. Maesa 33.821 9,70 3.487,78
8. Ranowulu 20.592 157,57 130,69
Jumlah 212.409 313,50 14.182,85
Struktur penduduk kota Bitung menunjukkan komposisi penduduk usia muda atau usia
produktif lebih besar dari pada komposisi penduduk usia tua dengan angka kelahiran
tinggi. Komposisi penduduk usia 15–64 tahun lebih dari separuh penduduk Kota Bitung, yaitu
sebesar 68,71 persen. Tingginya jumlah penduduk usia muda menunjukkan potensi sumber
daya manusia (SDM) Kota Bitung besar.
Industri pengolahan merupakan lapangan usaha utama dalam perekonomian Kota Bitung.
Secara struktur, kategori ini berperan sebesar 33.63 persen terhadap PDRB Kota Bitung
tahun 2017. Dibandingkan tahun 2016, peranannya mengalami peningkatan 0,59 persen
dari 33, 04 persen. Besarnya peranan kategori industri pengolahan terhadap PDRB di Kota
Bitung ditopang oleh peranan sub kategori industri makanan dan minuman. Hal ini karena
di Kota Bitung Terdapat banyak perusahaan pengolahan berbahan dasar Kopra maupun
ikan. Potensi industri Kota Bitung pada Tahun 2017, nilai investasi sebesar 1.869 miliar
rupiah, yang terdiri dari nilai investasi untuk industri kecil dan menengah 18,72 milyar rupiah
dan investasi pada sektor industri berat meliputi agro, ogam dan kimia 1.850 milyar rupiah.
Bidang industri pariwisata di Kota Bitung berupa destinasi dan atraksi wisata, perhotelan,
restoran, dan transportasi lokal. Jumlah wisatawan yang datang ke Kota Bitung selama
tahun 2017 sebanyak 147.044 orang yang terdiri dari 111.799 wisatawan domestic dan
35.245 orang wisatawan mancanegara. Jumlah wisatawan yang dating meningkat pesat
dibandngkan di tahun 2016, dimana jumlah wisatawan 65.521 orang. Wisatawan domestic
yang mengalami peningkatan terbesar dimana meningkat hampir dua ratus persen. Jika
dilihat melalui pintu kedatangan, jumlah wisatawan yang datang melalui pelabuhan Bitung
Tahun 2017 sebanyak 41.827, wisatawan paling banyak dibulan desember banyak 8.269
orang. Selain itu yang menjadi daya Tarik yaitu terdapat beberapa pantai yang indah dan
masih alami, monument, ekowisata, taman nasional dan terdapat 92 titik penyelaman di selat
lembeh yang terdapat sekitar 3000 spesies unik dan hanya ada di selat lembeh, serta
diselenggarakannya festifal tahunan yang cukup meriah oleh pemerintah Kota Bitung yaitu
festifal pesona selat lembeh.
II-100
2.5.5 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bitung
Pada peraturan penataan ruang di Kota Bitung telah ditetapkan dengan peraturan daerah
tentang rencana tata ruang wilayah kota yaitu Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 11
Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bitung Tahun 2013 - 2033. Adapun isi
dari perda tersebut terdiri dari:
1. Tujuan: Penataan Ruang Kota bertujuan untuk mewujudkan ruang Kota yang
produktif, aman, nyaman dan berkelanjutan sebagai pusat kegiatan nasional yang
berbasis pada kegiatan bahari.
Kebijakan:
Strategi :
II-101
Menghubungkan antar sub pusat pelayanan Kota dan antara masing-masing
sub pusat pelayanan kota dengan pusat pelayanan Kota melalui jaringan jalan
berjenjang dengan pola pergerakan merata; dan
b. Strategi peningkatan peran kota bahari yang ditunjang oleh kegiatan industri,
kelautan/perikanan, perdagangan/jasa, dan pariwisata, meliputi :
II-102
Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan pada lokasi strategis di setiap
wilayah beserta prasarana dan sarana pendukung dengan
mempertimbangkan kegiatan yang sudah ada untuk mendorong
pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya; dan
Pusat pelayanan kota ditetapkan di sebagian Kelurahan Bitung Barat Satu, sebagian
Kelurahan Bitung Barat Dua, sebagian Kelurahan Bitung Timur dan sebagian
Kelurahan Bitung Tengah di Kecamatan Maesa
Pusat pelayanan kota, berfungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan kota dan
pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala nasional dan mendukung
pengembangan kota sebagai bagian dari Kawasan Perkotaan Manado-Bitung pada
kegiatan perdagangan dan jasa
Sub pusat pelayanan kota dilengkapi dengan sarana lingkungan perkotaan skala
pelayanan kota yang meliputi
II-103
Sarana perdagangan dan jasa;
Sarana pendidikan;
Sarana kesehatan;
Sub pusat pelayanan Kota I meliputi Kelurahan Winenet Satu dan Kelurahan
Pateten Dua;
Sarana pendidikan;
Sarana kesehatan;
Sarana peribadatan;
II-104
Pusat lingkungan III ditetapkan di Kelurahan Girian Atas dengan daerah
pelayanan Kelurahan Girian Weru Dua, Kelurahan Girian Permai, Kelurahan
Girian Indah, Kelurahan Girian Bawah, Kelurahan Wangurer, Kelurahan
Wangurer Barat, Kelurahan Wangurer Timur, Kelurahan Wangurer Utara;
Jaringan Jalan;
II-105
- Jalan Wolter Monginsidi;
- Jalan Walanda Maramis;
- Jalan Sam Ratulangi;
- Jalan Yos Sudarso;
- Jalan Ir. Soekarno;
- Jalan Moh. Hatta; Dan
- Jalan Sompotan.
II-106
- Jalan Terminal Tangkoko;
- Jalan Hasanuddin;
- Jalan RSUD;
- Jalan Girian Atas;
- Jalan Perumnas;
- Jalan Danowudu;
- Jalan Karondoran;
- Jalan Apela; Dan
- Jalan Lingkar Pulau Lembeh.
e. Jalan Lokal;
II-107
Jaringan prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) meliputi
Terminal Penumpang :
Terminal tipe A Tangkoko di Kelurahan Manembo-nembo Tengah,
yang melayani angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan
antarkota antarprovinsi, angkutan perkotaan dan angkutan perintis;
Terminal tipe C di Kelurahan Bitung Timur, yang melayani angkutan
perkotaan dan angkutan pinggiran.
Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ) terdiri atas :
II-108
Jalur Pelabuhan – Jalan Ir. Soekarno – Jalan Sam Ratulangi –
Jalan Wolter Monginsidi – Jalan Pierre Tendean – Jalan Girian
Bawah – Jalan Manembo-Nembo;Dan
Jalur Pelabuhan – Jalan Ir. Soekarno – Jalan Herwing Laoh –
Jalan A.A. Maramis – Jalan S.H. Sarundajang.
II-109
Pelabuhan Bitung sebagai pelabuhan laut digunakan untuk melayani
angkutan laut dan angkutan penyeberangan.
II-110
Peningkatan Sistem Jaringan Energi/Ketenagalistrikan;
Prasarana Energi Bahan Bakar Minyak Dan Gas, melalui pelayanan depot
Pertamina di Kelurahan Bitung Barat Satu.
II-111
- Peningkatan kapasitas terpasang stasiun telepon otomat (STO) secara
bertahap;
Wilayah Sungai;
II-112
Sistem Jaringan Air Baku Untuk Air Bersih;
d. Infrastruktur Perkotaan.
II-113
Rencana sistem penyediaan air minum kota mencakup sistem jaringan
perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan, dengan rencana
pengembangan meliputi:
II-114
Pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Terpadu Di
Kawasan Industri Tanjung Merah, Kecamatan Matuari,
Kecamatan Madidir, Kecamatan Aertembaga, Kecamatan
Girian, Kecamatan Maesa;
II-115
lokasi tempat pemrosesan akhir (TPA) berada di Kecamatan
Aertembaga dengan luas lahan kurang lebih 7Ha dengan
menggunakan sistem Sanitary Landfill;
II-116
Sistem jaringan drainase sekunder, berupa saluran pembuangan air
hujan terintegrasi dari lingkungan perumahan sampai saluran
drainase makro (saluran primer) dilengkapi bangunan pengontrol
genangan, pembuatan konstruksi baru (turap/senderan)
II-117
Penyediaan jalur pejalan kaki yang menghubungkan antar
perumahan di jalan lingkungan maupun jalan kolektor sekunder
di seluruh wilayah Kota; dan
- Jalan Ir. Soekarno, Jalan Yos Sudarso, Jalan M.R. Ticoalu, Jalan
Herwing Laoh, Jalan Kantor Lurah Kakenturan, Jalan Pekuburan
Bawah;
II-118
- Jalan Moh. Hatta, Jalan Daan Mogot, Jalan Winenet, Jalan
Pinangunian; dan
- Jalan Ir. Soekarno, Jalan Moh. Hatta, Jalan Daan mogot, Jalan
Winenet;
a. Kawasan Hutan Lindung Gunung Wiau Dengan Luas Kurang Lebih 2.520
Hektar;
b. Kawasan Hutan Lindung Gunung Klabat Dengan Luas Kurang Lebih 1.471
Hektar;Dan Kawasan Hutan Lindung Pulau Lembeh Dengan Luas Kurang
Lebih 620,5 Hektar
II-119
Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya
merupakan kawasan resapan air, meliputi :
II-120
- Kawasan Sempadan Sungai Tidak Bertanggul Meliputi Kawasan
Sempadan sempadan sungai di dalam kawasan perkotaan dan
kawasan sempadan sungai di luar kawasan perkotaan;
Kawasan sekitar mata air seluas kurang lebih 185 hektar terletak di
Kelurahan Danowudu, Kelurahan Kumersot, Kelurahan Tandurusa,
Kelurahan Aertembaga Dua, Kelurahan Tendeki, Kelurahan Pinokalan dan
Kelurahan Pinangunian.
Rencana RTH kota direncanakan dengan luas kurang lebih 5.286,90 hektar atau
30% (tiga puluh perseratus) dari luas wilayah kota diluar kawasan lindung,
terdiri atas :
RTH Privat
o RTH fasilitas pendidikan dengan luas kurang lebih 165 Hektar; dan
RTH Publik.
II-121
RTH publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdikembangkan
seluas kurang lebih 3.524,60 hektar atau 20% (dua puluh perseratus) dari
luas wilayah kota diluar kawasan lindung, meliputi:
o Sempadan rel kereta api dengan luas kurang lebih 31,60 Hektar;
Kawasan Suaka Alam yang ada adalah Suaka Alam Laut Selat Lembeh;
- Cagar Alam Duasudara seluas kurang lebih 4.299 Hektar, yang terdapat
di sebagian Kecamatan Ranowulu, Kecamatan Madidir, Kecamatan
Maesa dan Kecamatan Aertembaga;
II-122
Kawasan pantai berhutan bakau di Kelurahan Lirang, Kelurahan Pintukota,
Kelurahan Paudean, Kelurahan Dorbolaang, dan Kelurahan Pasir Panjang
di Pulau Lembeh.
II-123
Kelurahan Madidir Unet, Kelurahan Madidir Ure, Kelurahan Madidir Weru,
Kelurahan Kadoodan, Kelurahan Girian Bawahdan Kelurahan Wangurer.
b. Kawasan Budidaya.
Kawasan Perumahan;
II-124
Relokasi pemukiman pendudukdengan pemindahan secara bertahap
penduduk di bagian selatan Kecamatan Maesa dan Kecamatan Madidir
yang akan dijadikan kawasan industri ke lokasi yang telah disiapkan di
Kelurahan Wangurer Barat Kecamatan Madidir
Toko Modern
II-125
Rencana pengembangan toko modern, meliputi:
Kawasan Perkantoran;
II-126
kawasan pekantoran tersebut wajib memiliki ruang parkir yang
mempertimbangkan kegiatan perkantoran; dan
II-127
- Peningkatankawasan industri pangan di Kelurahan Madidir Weru,
Kelurahan Girian Bawah, Kelurahan Kadoodan, Kelurahan Bitung
Tengah, Kelurahan Pateten Satu;
Kawasan Pariwisata;
Pariwisata alam
II-128
- Tempat pemandian aer ujang di kelurahan danowudu kecamatan
ranowulu.
Pariwisata buatan.
II-129
- Tempat olahraga dan rekreasi;
II-130
- SMP Negeri 12 Bitung di Kecamatan Girian;
- SMP Negeri 2 Bitung di Kecamatan Madidir ;
- SMA Negeri 2 Bitung di Kecamatan Madidir ;
- SMK Negeri 1 di Kecamatan Maesa;
- SMK Negeri 2 di Kecamatan Maesa.
II-131
- Peningkatan produktivitas yang berkelanjutan tanpa mengabaikan
aspek pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
o Pengelolaan kawasan lahan pertanian kering yang diarahkan ke
Kecamatan Ranowulu, Kecamatan Matuari, Kecamatan Aertembaga,
Kecamatan Lembeh Utara, dan Kecamatan Lembeh Selatan seluas
kurang lebih 5.122 Hektar; dan
o Pengelolaan kawasan perkebunan yang diarahkan ke Kecamatan
Ranowulu, Kecamatan Matuari, Kecamatan Aertembaga, Kecamatan
Lembeh Utara dan Kecamatan Lembeh Selatan.
Kawasan perikanan;
Kawasan perikanan terdiri atas :
o Kawasan perikanan tangkap;
Pengembangan kawasan perikanan tangkap terletak di Kecamatan
Ranowulu, Kecamatan Matuari, Kecamatan Madidir, Kecamatan Girian
dan kawasan minapolitan di Kecamatan Aertembaga, Kecamatan
Lembeh Selatan, dan Kecamatan lembeh Utara
o Kawasan perikanan budidaya.
Pengembangan kawasan perikanan budidaya terpusat di Kecamatan
Ranowulu, Kecamatan Matuari, Kecamatan Aertembaga dan bagian
barat pesisir Pulau Lembeh
Kawasan pertambangan;
Potensi kawasan pertambangan meliputi :
o Pengelolaan kawasan pertambangan mineral logam meliputi
pengelolaan kawasan pertambangan emas di Kecamatan Ranowulu
terdiri dari :
- Wilayah Usaha Pertambangan (WUP);
- Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR); dan
- Wilayah Pencadangan Nasional (WPN).
o Pengelolaan kawasan pertambangan mineral logam sebagaimana
dimaksud pada huruf a dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
o Pengelolaan kawasan pertambangan mineral non logam meliputi :
- Kawasan pertambangan pasir kwarsa di kelurahan lirang; dan
- kawasan pertambangan kaolin di Kelurahan Pinasungkulan.
II-132
o Pengelolaan kawasan pertambangan batuan meliputi :
- Kawasan pertambangan sirtu di Kecamatan Girian;
- Kawasan pertambangan batu belah andesit tersebar di wilayah kota;
- Kawasan pertambangan pasir vulkaniktersebar di wilayah kota;
- Kawasan pertambangan lava basaltik dan andesitik di sebelah timur
Kelurahan Tandurusa dan bagian utara Kelurahan Batuputih; dan
- Kawasan pertambangan bahan galian tras di Kecamatan Aertembaga.
o pengelolaan kawasan pertambangan panas bumi diarahkan ke Gunung
Duasudara.
Pelayanan umum;
o Pengembangan pelayanan umum meliputi pendidikan, kesehatan,
taman pemakaman umum, dan tempat peribadatan yang diatur
persebarannya ke dalam 8 (delapan) kecamatan di wilayah Kota.
o Pengembangan dan peningkatan fasilitas pelayanan umum dibidang
pendidikan berupa pembangunan dan pengembangan taman bermain,
taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah
menengah atas dan perguruan tinggi, sedangkan untuk bumi
perkemahan direncanakan berlokasi di Kelurahan Pinasungkulan.
o Pengembangan dan peningkatan kawasan pelayanan umum dibidang
kesehatan berupa Puskesmas di tiap kecamatan dan Poskesdes di tiap
kelurahan dan pengembangan serta peningkatan Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Manembo-nembo di Kelurahan Manembo-nembo
Tengah.
o Pengembangan dan peningkatan kawasan pelayanan umum untuk
taman pemakaman umum meliputi penyediaan lahan yang diatur
dengan memperhatikan kondisi lingkungan, penataan lokasi dan
ketersediaan lahan di setiap kelurahan.
o Pengembangan dan peningkatan kawasan pelayanan umum untuk
tempat peribadatan meliputi penyediaan lahan di setiap kelurahan.
Kawasan pertahanan dan keamanan;
Pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan, meliputi :
- Komando Distrik Militer (Kodim) 1301 di Kelurahan Madidir Unet;
- Koramil yang terdapat di kecamatan-kecamatan wilayah kota;
- Kawasan pelatihan militer TNI AD di Kelurahan Girian Indah;
II-133
- Kawasan pelatihan militer TNI AL di kawasan pegunungan Dua Sudara,
Naemundung Kelurahan Aertembaga Dua, Kelurahan Batu Putih Atas,
Kelurahan Kasawari dan sebagian Pulau Lembeh;
- Kawasan TNI AL di Kecamatan Maesa dan Kecamatan Aertembaga;
- Fasilitaspangkalan Kepolisian Perairan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara
di Kelurahan Tandurusa;
- Fasilitas Kepolisian Resort Kota di Kelurahan Girian Weru Dua Kecamatan
Girian;
- Fasilitas Kepolisian Sektor yang terdapat di Kecamatan-kecamatan
wilayah kota; dan
- Dermaga Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) di Kelurahan
Kasawari.
Kawasan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
o Kawasan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap
interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
o Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan perairan di sekitarnya dilakukan
berdasarkan kesatuan ekologis dan ekonomis secara menyeluruh dan
terpadu dengan pulau besar didekatnya.
Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Struktur dan Pola Ruang Kota Bitung dapat dilihat
pada gambar berikut
II-134
Gambar 2.12
Peta Rencana Struktur Ruang Kota Bitung
II-135
Gambar 2.13
Peta Rencana Pola Ruang Kota Bitung
II-136
4. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Tata Kota Bitung
b. Ketentuan Perizinan;
d. Arahan sanksi.
o. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam dan cagar budaya
II-137
s. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan konservasi laut dan pesisir
2. Ketentuan Perizinan
k. Apabila dalam dokumen RTRW Kota Bitung belum memberikan ketentuan yang
cukup tentang perizinan harus melalui persetujuan BKPRD.
izin prinsip;
izin lokasi;
II-138
pemberian kompensasi;
imbalan;
penghargaan.
pemberian kompensasi;
imbalan;
sewa ruang;
penyediaan infrastruktur;
penghargaan
pengenaan kompensasi.
pencabutan izin;
pengenaan kompensasi.
II-139
4. Arahan Sanksi
e. Arahan sanksi untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW dalam
bentuk:
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin yang diterbitkan berdasarkan
RTRW;
Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
peringatan tertulis;
penutupan lokasi;
pencabutan izin;
pembatalan izin;
pembongkaran bangunan;
denda administratif.
5. Ketentuan Pidana
II-140
d. Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Perda RTRW dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Wilayah Kota Bitung sebagian besar mempunyai porositas yang tinggi dan kurang stabil,
terutama dibagian barat, hanya di bagian pesisir pantai yang tergolong stabil dan agak stabil.
Di sisi lain, porositas yang tinggi akan mempercepat pengeringan dari genangan yang ada.
Hanya sebagian wilayah kota yang berada di sekitar pelabuhan yang mempunyai dasar
bangunan yang kokoh. Dikaitkan dengan kondisi morfologi dan topografi, maka bagian utara
kota, khususnya kecamatan Ranowulu merupakan kawasan rawan erosi.
Perbedaan penggunaan lahan di tiap kecamatan Kota Bitung diakibatkan karena daya
tampung wilayah tiap kecamatan yang berbeda serta pengaruh aksesibilitas terhadap aspek-
aspek pendukung kota. Konsentrasi permukiman paling banyak terdapat di wilayah tengah
kota, yang berada di sekitar daerah dekat pantai. Ini dikarenakan juga pusat aktivitas baik
bisnis maupun pemerintahan berada di wilayah ini.
Kecenderungan dominasi penggunaan lahan di tiap kecamatan Kota Bitung dapat dilihat pada
luas wilayah yang ada. Kecamatan Ranowulu sebagai kecamatan yang terbesar luasnya oleh
masyarakat digunakan untuk perkebunan. Berbeda halnya dengan Kecamatan Girian yang
merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil. Penggunaan lahan untuk perkebunan
sangat minim. Untuk permukiman, konsentrasi utama terdapat di wilayah Kecamatan Madidir
dan Matuari, karena wilayah Madidir banyak terdapat kawasan industri. Sedangkan wilayah
Matuari merupakan pusat perumahan rakyat.
Penggunaan lahan dapat berpengaruh terhadap performa kota. Dengan adanya penggunaan
lahan pada aktivitas-aktivitas produktif maka secara langsung performa kota dalam perpektif
bisnis dapat menguntungkan. Karena semakin banyak aktivitas produktif dalam penggunaan
lahan, akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang semakin baik. Dapat dilihat
penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Madidir yang banyak digunakan untuk industri.
Sehingga aktivitas perekonomian kota dapat terdorong dengan semakin banyak kesempatan
kerja.
II-141
Penggunaan lahan yang maksimal akan meningkatkan performa kota. Peruntukkan
penggunaan lahan yang dikelola dengan baik dan bijaksana sesuai dengan aturan-aturan yang
berlaku. Akan mengakibatkan terjadinya hubungan yang saling menguntungkan baik itu
masyarakat, pemerintah, maupun investor.
Ada beberapa isu yang terkait dengan indikasi awal pelanggaran tata ruang di Kota Bitung
yang didapat dari berbagai sumber seperti media online dan cetak, adalah sebagai berikut:
Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Bitung yang
dilaksanakan PT Pertamina (persero) di Kantor Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
Manado, terkendala ahli waris. (Sumber : berita menado.com, 10 Januari 2018).
Wakatobi merupakan kabupaten terluar yang ada di provinsi Sulawesi Tenggara. Bentuk
geografis yang kepulauan menyebabkan Wakatobi memiliki banyak pulau. Tercatat hingga
tahun 2016 jumlah pulau yang ada di Kabupaten Wakatobi sebanyak 43 pulau yang tersebar
di sekitar 4 pulau besar yaitu Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Pada tahun 2016
tercatat Luas Wilayah daratan kabupaten Wakatobi sekitar 823 km2.
Secara astronomis Wakatobi berada pada 5°00' dan 6°25' Lintang Selatan dan antara 123°34'
dan 124°64' Bujur Timur. Secara geografis kepulauan Wakatobi berada diantara laut banda
dan laut flores. Batas-batas kabupaten Wakatobi yaitu sebelah utara, timur, dan barat
berbatasan dengan laut banda, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan laut flores.
Berdasarkan letak wilayahnya terhadap laut, sebagian besar desa di Wakatobi merupakan
desa pesisir yang jumlahnya mencapai 90 desa, sedangkan sisanya 10 desa merupakan desa
bukan pesisir.
II-142
2.6.2 Kondisi Geografi
Suhu udara di Wakatobi selama tahun 2016 berkisar antara 24,3°C sampai dengan 32,5°C. Hal
ini menunjukan adanya perbedaan suhu pada musim kemarau dan musim hujan. Rata-rata
kelembaban udara di Kabupaten Wakatobi pada tahun 2016 yaitu 79 persen. Dimana
kelembaban udara terendah terjadi pada bulan September yaitu 72 persen dan kelembaban
tertinggi terjadi pada bulan april yaitu 84 persen. Rata-rata kecepatan angin 2,74 knot/detik.
Jumlah curah hujan sebesar 2.063,8 mm3 dengan jumlah hari hujan 187 hari selama tahun
2016. Daerah yang berbentuk kepulauan menyebabkan kegiatan ekonomi sangat bergantung
dengan keadaan cuaca yaitu apabila cuaca sedang tidak bersahabat nelayan tidak bisa melaut,
distribusi barang dan transportasi antar pulau menjadi terganggu.
“Surga nyata bawah laut yang terletak di pusat segitiga karang dunia” merupakan semboyan
dari Kabupaten Wakatobi. Kabupaten Wakatobi telah mendunia dengan keindahan bawah
lautnya. Hal ini menyebabkan sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan
di kabupaten ini. Hal ini tentunya harus didukung dengan semakin memadainya sektor
II-143
pariwisata yang ada, seperti jumlah akomodasi, jumlah kamar dan jumlah tempat tidur.
Sehingga semua wisatawan mampu tertampung dan mendapat pelayanan prima.
Selama tiga tahun terakhir jumlah hotel yang ada di Wakatobi terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2014 jumlah hotel yang ada di Wakatobi sebanyak 39 unit,
meningkat menjadi 47 unit pada tahun 2015 dan megalami penurunan pada tahun 2016
menjadi 40 unit. Peningkatan tertinggi terjadi pada jumlah homestay selama tiga tahun
terakhir. Yang semula hanya 5 unit pada tahun 2014 menjadi 215 unit 2015 hingga
kemudian menjadi 313 unit pada tahun 2016. Peningkatan ini bisa disebabkan karena rumah
tangga atau penduduk melihat adanya peluang sektor pariwisata ini, sehingga banyak
rumah tangga atau penduduk yang kemudian membangun bangunan seperti kamar-kamar
yang bisa disewakan oleh wisatawan dan diberi fasilitas kenyamanan layaknya homestay.
Begitupun yang terjadi dengan jumlah kamar yang ada di hotel dan home stay, selama tiga
tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Hotel yang semula memiliki jumlah kamar
sebanyak 392 unit pada tahun 2014 menjadi 569 unit pada tahun 2015, atau meningkat
sebesar 45,15 persen dan meningkat kembali menjadi 578 unit pada tahun 2016. Hal yang
serupa juga terjadi dengan jumlah homestay.
Pada peraturan penataan ruang di Kabupaten Wakatobi telah ditetapkan dengan peraturan
daerah tentang rencana tata ruang wilayah kota yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi
Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi Tahun
2012 - 2032. Adapun isi dari perda tersebut terdiri dari:
Tujuan :
Kebijakan :
II-144
Pengembangan prasarana dan sarana guna mendukung kegiatan utama berbasis
kelautan-perikanan dan pariwisata serta pengembangan prasarana dan sarana guna
mendukung setiap kawasan budidaya lainnya;
Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah kabupaten;
Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana dan sarana serta
jaringan pelayanan sosial ekonomi;
Perlindungan terhadap kawasan lindung laut; dan
Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
Strategi :
Strategi pengembangan kegiatan utama berbasis kelautan-perikanan dan pariwisata
serta pemanfaatan ruang secara optimal pada setiap kawasan budidaya lainnya
terdiri atas:
- Menetapkan zona-zona dengan fungsi-fungsi utamanya pada setiap kawasan
budidaya;
- Meningkatkan nilai tambah hasil-hasil produksi kawasan melalui
pengembangan pariwisata, agrobisnis, kelautan-perikanan baik secara
intensifikasi maupun ektensifikasi;
- Meningkatkan perlindungan terhadap sumber-sumber air dan sumber plasma
nutfah serta melestarikan kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan hidup;
- Mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan keunikan rona alam dan keaslian fisik
sumberdaya alam dan lingkungan hidup;
- Mengurangi perizinan pemanfaatan ruang yang dapat mengakibatkan
terjadinya konflik pemanfaatan ruang;
- Mengendalikan, mengarahkan, memantau, dan menegakan hukum di kawasan
lindung;
- Mengembangkan kebijakan pengembangan peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pelestarian lingkungan yang berkesinambungan yang
didasarkan pada karakteristik pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
- Pengembangan fungsi-fungsi kawasan budidaya lainnya.
II-145
Strategi pengembangan prasarana dan sarana guna mendukung kegiatan utama
berbasis kelautan-perikanan dan pariwisata serta pengembangan prasarana dan
sarana guna mendukung setiap kawasan budidaya lainnya terdiri atas :
- Meningkatkan penyebaran prasarana dan sarana pada setiap kawasan
pariwisata, agrobinis, kelautan-perikanan yang didasarkan pada karakteristik
pesisir dan pulau-pulau kecil;
- Mengembangkan akses prasarana dan sarana pada setiap kawasan pariwisata,
agrobinis dan kelautan-perikanan untuk mendukung pengembangan
pelayanan jasa kemaritiman dan pariwisata bahari, pengembangan perikanan
rakyat (artisanal fishery) dan pengembangan marikultur (marine culture);
- Meningkatkan aksesibilitas antar kota di dalam kawasan dan ke tujuan-tujuan
pemasaran melalui keterpaduan pengembangan sistem transportasi antar
moda untuk mendukung jaringan distribusi dan pemasaran dari dan keluar
kabupaten yang efisien dan efektif;
- Meningkatkan fungsi dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana pada setiap
kawasan budidaya untuk mendukung pengembangan kegiatan kelautan-
perikanan dan pariwisata yang handal dan menghasilkan komoditas yang
berdaya saing tinggi;
- Mengembangkan sistem informasi tata ruang berbasis digital spasial yang
mudah diakses, mudah diupgrade dan aplicable; dan
- Optimalisasi pengembangan sistem kelautan-perikanan dan pariwisata, untuk
tujuan pelestarian sumberdaya, pendidikan dan penelitian, peningkatan
produksi dengan mengembangkan sistem pengelolaan yang terintegrasi dan
berkelanjutan.
Strategi peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, terdiri
atas :
- Menetapkan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kabupaten atau beberapa kecamatan sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi
(pklp);
- Menetapkan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
beberapa kecamatan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK);
II-146
- Menetapkan kawasan perkotaan sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
yang berfungsi untuk mendukung PPK dengan melayani kegiatan beberapa
kecamatan yang lebih kecil;
- Meningkatkan interkoneksi antara kawasan perkotaan baik kota yang
diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (pklp) dan pusat-pusat
pelayanan kawasan (PPK), pusat-pusat pelayanan lingkungan (PPL) maupun
pusat-pusat kawasan strategis sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah kabupaten;
- Mengembangkan akses pada pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang
potensial dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan eksisting; dan
- Meningkatkan akses terhadap kota-kota pantai, perdagangan, sentra
pertanian tanaman pangan, peternakan dan perikanan
Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana dan
sarana serta jaringan pelayanan sosial ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 huruf d, terdiri atas :
- mengembangkan jalan kolektor primer dari Wangi-Wangi menuju Bandara
Matahora dan Usuku - Lapter Maranggo - Onemay;
- mengembangkan jaringan transportasi darat; yaitu jalan kolektor primer
sebagai bagian dari jalan lingkar pulau (yaitu pulau Wangi-wangi, Kaledupa,
Tomia dan Binongko) yang menghubungkan antar kecamatan di dalam satu
pulau;
- membangun dan meningkatkan ruas jalan lokal primer (yang termasuk dalam
jalan lingkar pulau) antara Wanci-Liya (Pulau Wangi-Wangi), Ambeua - Sandi
(Pulau Kaledupa), Waha - Usuku (Pulau Tomia) Rukuwa - Popalia (Pulau
Binongko);
- membangun jaringan jalan lokal sekunder yang menghubungkan pusat-pusat
pelayanan dalam kawasan Perkotaan Wangi-Wangi, kawasan permukiman dan
sentra-sentra produksi di seluruh kecamatan;
- mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi terutama di kawasan
terisolasi;
- meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi secara optimal
serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan
- meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
sistem jaringan sumberdaya air.
II-147
Strategi perlindungan terhadap kawasan lindung laut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf e, terdiri atas :
- Mendukung penetapan kawasan Taman Nasional Wakatobi;
- Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi sistem ekologi
wilayah; dan
- Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan mangrove dan terumbu karang
sebagai ekosistem esensial pada kawasan pesisir dan laut untuk menjamin
terus berlangsungnya reproduksi biota laut.
Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara terdiri
atas:
- Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya;
- Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
terbangun di sekitar kawasan pertahanan, sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budidaya terbangun; dan
- Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.
II-148
₋ Desa Peropa di Kecamatan Kaledupa Selatan;
₋ Desa Patua di Kecamatan Tomia;
₋ Desa Kahianga di Kecamatan Tomia Timur;
₋ Desa Lagongga di Kecamatan Binongko;
₋ Desa Waloindi di Kecamatan Togo-Binongko.
b. Sistem Jaringan Prasarana Utama;
- Jaringan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Meliputi Jaringan Jalan, Jaringan
Prasarana Lalu Lintas Dan Jaringan Layanan Lalu Lintas;
II-149
- Pelabuhan Usuku di Kecamatan Tomia Timur;
Sistem jaringan kabel yaitu Stasiun Telepon Otomatis (STO) Wanci di Kecamatan
Wangi-Wangi
II-150
Sistem Jaringan Pengelolaan Lingkungan
Saluran primer meliputi Sungai Ollo, Sungai Lagiwae dan Sungai Lefuto di
Kecamatan Kaledupa, Saluran sekunder yaitu alur-alur sungai yang terdapat
di Kecamatan Wangi-Wangi, Saluran tersier yaitu saluran tepi jalan di
kawasan perkotaan Wangi-Wangi
II-151
b. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas :
Sempadan sungai;
Sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara
10 - 15 meter, yang terdapat di pulau wangi-wangi (kecamatan wangi-wangi dan
wangi-wangi selatan) dan pulau kaledupa (kecamatan kaledupa dan kaledupa
selatan);
Radius minimal 200 meter dari mata air Wa Gehe-Gehe dan mata air Longa di
Kecamatan Wangi-Wangi, mata air Te’e Bete, Te’e Liya, Hu’u, Kampa, Balande
dan Te’e Fo’ou di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, mata air Batambawi dan
mata air Lenteaoge di Kecamatan Kaledupa Selatan, mata air He’ulu dan mata
air Te’e Luo di Kecamatan Tomia Timur, dan mata air Lia Meangi di Kecamatan
Togo Binongko.
Sempadan pantai;
Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter dari titik pasang
air tertinggi ke arah darat yang terdapat pada seluruh pulau di kabupaten ini.
Ruang terbuka hijau harus disediakan dengan ketentuan paling sedikit 30% dari
luas wilayah perkotaan
c. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Alam, terdiri atas :
Kawasan pantai berhutan bakau yaitu kawasan pantai berhutan bakau yang
memiliki keanekaragaman hayati yang terdapat di Kecamatan Wangi-Wangi,
Wangi-Wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Tomia Timur dan Togo
Binongko;
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, yaitu Benteng Liya Togo, Benteng
Tindoi, Banteng Wabue-Bue, Benteng Koba, Benteng Watinti, Benteng Mandati
II-152
Tonga, Benteng Togo Molengo (Kapota), Benteng Baluara (Kapota), dan Kuburan
Tua Tindoi
d. Kawasan Rawan Bencana Alam, dalam hal ini rawan gelombang pasang terdapat di:
Pesisir Wanci, Pongo, Wandoka, Waha, Waelumu, Patuno dan Waetuno di
Kecamatan Wangi-Wangi;
Pesisir Sousu, Mandati, Mola, Kapota dan Liya di Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan;
Pesisir Ambeua, Sampela, Laulua, Lefuto, Buranga, Waduri, Sombano, Horuo
dan Mantigola di Kecamatan Kaledupa;
Pesisir Langge, Tanjung dan Tanomeha di Kecamatan Kaledupa Selatan;
Pesisir Waha, Onemay dan Runduma di Kecamatan Tomia;
Pesisir Bahari di Kecamatan Tomia Timur;
Pesisir Wali di Kecamatan Binongko;
Pesisir Haka dan Popalia di Kecamatan Togo Binongko
e. Kawasan Lindung Geologi, dalam hal ini rawan bencana alam geologi meliputi :
Kawasan Rawan Gerakan Tanah ada zona kerentanan sedang dan rendah;
Kawasan Rawan Tsunami; kawasan permukiman di daerah pantai dengan
ketinggian 0 sampai dengan 5 meter dari permukaan laut
Kawasan Rawan Abrasi.meliputi :
II-153
Kawasan peruntukan pertambangan;
Kawasan peruntukan industri;
Kawasan peruntukan pariwisata;
Kawasan peruntukan permukiman;
Kawasan peruntukan lainnya.
Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Wakatobi dapat
dilihat pada gambar berikut:
II-154
II-155
II-156
5. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi
II-157
Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang menghambat
pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam bentuk :
- Pengenaan pajak yang tinggi;
- Pembatasan penyediaan infrastruktur;
- Pengenaan kompensasi;
- Penalti.
d. Arahan sanksi.
Peringatan tertulis;
Penghentian sementara kegiatan;
Penghentian sementara waktu pelayanan umum;
Penutupan lokasi;
Pencabutan izin;
Pembatalan izin;
Pembongkaran bangunan;
Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
Denda administratif.
Wakatobi merupakan kependekan dari nama empat pulau besar yang ada di kawasan
tersebut, yaitu Pulau Wangi-wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko. Secara
keseluruhan kepulauan Wakatobi terdiri dari 39 pulau, 3 gosong dan 5 atol. Terumbu karang
di kepulauan ini terdiri dari karang tepi (fringing reef), gosong karang (patch reef) dan atol.
Empat pulau utama di Kepulauan Wakatobi, yaitu Pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan
Binongko. Luas masing-masing pulau adalah Pulau Wangi-wangi (156,5 km²), Pulau Kaledupa
(64,8 km²), Pulau Tomia (52,4km²), dan Pulau Binongko (98,7 km²).
II-158
Terbentuknya Kabupaten Wakatobi dan ditempatkannya ibukota kabupaten di Pulau Wangi-
Wangi secara langsung dapat memberikan dampak atau ancaman perubahan fungsi kawasan
hutan lindung sebagai imbas dari kegiatan pengembangan dan pembangunan wilayah serta
peningkatan populasi penduduk di Pulau Wangi-Wangi. Ancaman perubahan fungsi atau
kerusakan kawasan hutan lindung antara lain berupa pembangunan sarana dan prasarana
publik, pengambilan kayu/perambahan untuk pemukiman, pembukaan areal kebun/
pertanian, pembukaan jalur transportasi dan perburuan satwa. Jika tidak segera dikelola
dengan prinsip lestari dan berkelanjutan maka dikhawatirkan fungsi ekologis hutan lindung
akan terganggu dan berdampak pada kehidupan masyarakat di Pulau Wangi-Wangi. Oleh
karenanya diperlukan strategi dalam pengelolaan kawasan hutan lindung untuk menghindari
ancaman degradasi fungsi hutan lindung di Pulau Wangi-Wangi sehingga kelestarian
ekosistemnya tetap terjaga dan lestari demi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.
Ada beberapa isu yang terkait dengan indikasi awal pelanggaran tata ruang di Kabupaten
Wakatobi yang didapat dari berbagai sumber seperti media online dan cetak, adalah sebagai
berikut :
Pemerintah Kabupaten Wakatobi telah mempersiapkan lahan seluas 175 hektar yang
terletak di Desa Matahora, Kecamatan Wangsel untuk Badan Otorita Pariwisata (BOP).
Namun kepariwisataan di Kabupaten Wakatobi selalu diiringi persoalan lahan. Ada baiknya
dilihat dengan benar apakah seluruh obyek wisata di Kabupaten Wakatobi tidak melanggar
Peraturan Daerah berkaitan Tata Ruang maupun Teknis lainnya. (sumber : Intan Permata
Sari, Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu, Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 1 Januari-
Juni 2017)
Mahalnya harga tanah dan terbatasnya luas lahan di Kabupaten Wakatobi mengakibatkan
persoalan tanah sengketa dan penggusuran. Penguasaan lahan dan kepemilikan lahan
semu menjadi alasan timbulnya praktek oligarki yang justru menimbulkan masalah baru
yang lain yaitu memunculkan ketimpangan pendapatan, konflik lahan serta perburuhan
antara pemerintah, pengusaha dan warga di Wakatobi. (La Husen Zuada, Waode Syifatu,
dan Eka Suaib Universitas Halu Oleo, Jurnal Penelitian Politik | Volume 13 No. 2 Desember
2016).
II-159
2.7 KABUPATEN BANGGAI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Wilayah Kabupaten Banggai bagian utara dibatasi oleh Teluk Tomini, bagian timur berbatasan
dengan Provinsi Maluku Utara, bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Banggai
Kepulauan dan bagian barat dibatasi oleh Kabupaten Tojo Una-Una dan Morowali.
Kabupaten Banggai agak berbeda dengan daerah lain pada umumnya, selama tahun 2017
mengalami musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan ini dapat digolongkan menjadi
tiga jenis berdasarkan frekuensi curah hujan, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Curah hujan
tinggi terjadi pada bulan Juni sekitar 241,7 mm, sedang pada bulan September sekitar 73,9
mm3, dan rendah pada bulan November 59,8 mm3. Sepanjang tahun 2017, suhu udara
terendah yaitu 23,90C terjadi pada bulan Agustus dan tertinggi sebesar 32,20C pada bulan
November.
Kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebesar 5 knot sedangkan terendah
erjadi bulan Oktober hingga desember sebesar 2 knot. Selama tahun 2017 kelembaban udara
di Kabupaten Banggai tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 82% dan terendah 73% pada
bulan Oktober. Sementara penyinaran matahari terbanyak pada bulan November yaitu 54%,
dan terendah Juni sebesar 24%.
Penduduk Kabupaten Banggai berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 sebanyak 365.268
jiwa yang terdiri atas 186.323 jiwa penduduk laki-laki dan 179.932 jiwa penduduk perempuan.
Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2016, penduduk Banggai mengalami
pertumbuhan sebesar 1,46 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun
2017 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 103,55. Kepadatan
penduduk di Kabupaten Banggai tahun 2017 mencapai 37 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah
penduduk per rumah tangga 4 orang.
II-160
Kepadatan Penduduk di 23 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi
terletak di kecamatan luwuk dengan kepadatan sebesar 526 jiwa/km2 dan terendah di
Kecamatan Batui sebesar 15 jiwa/Km.
Pada awalnya penghitungan PDRB dengan tahun dasar 2010, sektor ekonomi dibagi menjadi
17 kategori utama. Namun, struktur perekonomian Kabupaten Banggai tidak mengalami
perubahan. Kabupaten Banggai masih merupakan kabupaten agraris, dimana kategori
pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menduduki peringkat pertama dalam peranan
terhadap PDRB, dengan peranan sebesar 31,51 persen.
Setelah mulai ditambangnya Potensi gas Kabupaten Banggai dan diolah menjadi LNG oleh PT.
Donggi Senoro pada pertengahan tahun 2015, sangat mempengaruhi PDRB Kabupaten
II-161
Banggai baik dari segi nominal maupun struktur perekonomian. Hal ini nampak pada laju
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banggai mencapai 33,95 persen di tahun 2015. Nilai
PDRB yang disumbangkan dari sektor industri pengolahan berada pada peringkat pertama
tahun 2017 telah mencapai 6.229.640.000.000 atau menyumbang 26,33% dari PDRB
sedangkan peringkat kedua adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 5.465
927.000.000 atau 23,10% PDRB Kabupaten Banggai.
Pada peraturan penataan ruang di Kabupaten Banggai telah ditetapkan dengan peraturan
daerah tentang rencana tata ruang wilayah kota yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Banggai
Nomor 10 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banggai Tahun 2012-
2032. Adapun isi dari perda tersebut terdiri dari:
Kebijakan:
Penataan wilayah maritim termasuk laut, pesisir dan pulau- pulau kecil yang
berbasis masyarakat dan ramah lingkungan.
Strategi:
II-162
sebagai pendukung perekonomian;
- Mendorong pengembangan indsutri perikanan dan hasil laut baik dalam skala
kecil, menengah dan besar;
II-163
- Lokotoy di kecamatan Banggai utara;
- Membatasi perubahan alih fungsi sawah irigasi teknis dan setengah teknis
menjadi kegiatan budidaya lainnya
c. Jaringan air baku untuk air bersih yang berada di Kabupaten Banggai, pengembangan
mata air di Pulau Banggai, pulau bangkurung, pulau labobo, dan pulau bokan. Untuk
jaringan air bersih denga sistem perpipaan meliputi kelurahan lompio, kelurahan
Tano Bonunungan, Kelurahan Dodung dan seluruh wilayah Kecamatan Banggai
II-164
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu kawasan
perbatasan pulau sonit di Kecamatan Bokan Kepulauan;
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi sosial budaya yaitu kawasan
istana raja Banggai di Kecamatan Banggai; dan
- Kawasan bahari terpadu Banggai dan sekitarnya yang meliputi seluruh wilayah
kabupaten;
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup yaitu kawasan perlindungan satwa endemik Burung Nicobar Pigeon di
Tolobundu Kecamatan Bangkurung.
Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Banggai dapat
dilihat pada gambar berikut:
II-165
II-166
II-167
6. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Banggai
b. Ketentuan Perizinan
Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Wakatobi, terdiri
atas:
Izin prinsip;
Izin lokasi;
Izin penggunaan pemanfaatan tanah;
Izin mendirikan bangunan; dan
Izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan
Ketentuan khusus pemberian insentif ditujukan pada pola ruang tertentu yang dinilai
II-168
harus didorong pemanfaatannya, meliputi :
Kawasan perkotaan Banggai;
Kawasan pengembangan industri, pengelolaan dan pemasaran perikanan;
Kawasan pengembangan tanaman pangan lokal, pengembangan perkebunan
komoditiunggulan serta pengembangan hortikultura;
Kawasan wisata bahari;
Kawasan pengembangan wisata ilmu pengetahuan berupa goa lengi lengitan di
kecamatan Banggai dan telaga gua di tokubet (tempat mandi raja abdurrahman).
Ketentuan khusus pengenaan disinsentif ditujukan pada pola ruang tertentu yang
dinilai harus dibatasi dan atau dikendalikan pemanfaatannya, meliputi:
Kawasan rawan bencana, meliputi rawan bencana tanah longsor,
gempa,tsunami atau gelombang pasang dan banjir;
Kawasan hutan lindung yang menjadi paru-paru kabupatenBanggai laut,
pelestarian alam, cagar alam dan wisata alam;
Kawasan pertanian dan perkebunan yang berada pada kawasan hutan lindung;
Kawasan pertambangan yang dalam pemanfaatannya mempunyai dampak
penting;
Kawasan diberbagai wilayah yang perlu dan wajib dilestarikan.
d. Arahan Sanksi
Penggunaan lahan Kabupaten Banggai didominasi oleh hutan lindung. Sedangkan untuk
kawasan terbangun relatif masih sedikit yang umumnya tersebar pada pusat-pusat
permukiman di kota kecamatan. Sebaran masing-masing jenis penggunaan lahan dapat
dijelaskan pada bagian berikut:
II-169
1. Pertanian dan Perkebunan
Areal penggunaan untuk perkebunan tersebar di seluruh wilayah kecamatan, total luas
penggunaan lahan untuk perkebunan di Kabupaten Banggai sebesar 41943 Ha dengan
variasi komoditi perkebunan adalah kelapa, kakao, cengkeh, kelapa sawit. Tanaman
kelapa tersebar di seluruh wilayah kecamatan.
2. Permukiman
Pola penyebaran areal permukiman umumnya lebih padat di sekitar perkotaan Luwuk
dan Luwuk Timur. Hal ini karena ditetapkannya Luwuk sebagai ibukota Banggai (pusat
kegiatan pemerintahan), yang merupakan pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan
ekonomi di wilayah Sulawesi Tengah.
3. Kehutanan
Luas keseluruhan areal hutan di Kabupaten Banggai adalah sekitar 940,550 Ha.
Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan Kabupaten Banggai, proporsi penggunaan hutan
di Kabupaten Banggai adalah:
Dominasi jenis hutan di Kabupaten Banggai sebagian besar berupa hutan primer. Hutan
ini tersebar di sebelah utara di daerah pegunungan dan dataran tinggi (ketinggian 750 –
2000 dpl). Hutan ini berfungsi sebagai hutan lindung dengan luasan 193395 Ha atau 20.56
% dari luas total hutan. Sebagian besar luas hutan lindung tersebut tersebar di Kecamatan
Bunta, Pagimana dan Balantak. Kawasan hutan lindung ini masih berlanjut ke Timur.
Sedangkan jenis hutan berikutnya adalah hutan produksi terbatas dengan luas total
309113 ha (32.12 %). Jenis hutan ini sebagian besar terdapat di Kecamatan Bunta dan
Nuhon.
II-170
4. Kawasan Konservasi
Dalam keseluruhan areal hutan juga terdapat kawasan konservasi.Kawasan konservasi ini
terdiri dari cagar alam dan suaka margasatwa Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
melindungi keberadaan beberapa fauna yang langka dan unik. Kawasan konservasi
lainnya di Kabupaten Banggai antara lain :
a. Suaka Margasatwa (SM) Bakiriang di Kecamatan Toili dan Batui, dengan luas sekitar
12.500 Ha.
b. Suaka Margasatwa (SM) Lumbuyan di Kecamatan Luwuk, seluas 3.069 Ha
c. Cagar Alam (CA) Pati-pati di Kecamatan Bualemo seluas 3.103 Ha.
Ada beberapa isu yang terkait dengan indikasi awal pelanggaran tata ruang di Kabupaten
Banggai yang didapat dari berbagai sumber seperti media online dan cetak, adalah sebagai
berikut:
Eksekusi lahan di Tanjung Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah berujung ricuh
pada Senin (19 Maret 2018). Sebanyak 26 orang masih ditahan polisi hingga hari ini
karena melawan proses penggusuran lahan seluas 20 hektar. (CNN Indonesia, 20 Maret
2018).
II-171