Mekanisme Demam
Mekanisme Demam
Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal
aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1 (machrophage inflammatory
protein-1) ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwan dalam Sudoyo, 2006).
Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas, sementara
vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua
mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai
respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh
kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2001).
1. Parasetamol
Parasetamol / Asetaminofen merupakan obat penurun panas yang paling umum digunakan karena
paling aman dibandingkan golongan lain berkaitan dengan efek sampingnya. Parasetamol banyak
dijual bebas sebagai obat OTC (Over The Counter, tidak perlu resep dokter), meskipun banyak
juga merek obat berisi parasetamol yang diperoleh melalui resep Dokter. Beberapa merek obat
Parasetamol mudah didapatkan di apotek, toko obat, supermarket bahkan mini market dekat
rumah.
Parasetamol memiliki efek terapi sebagai antipiretik maupun analgesik, tetapi tidak memiliki efek
antiinflamasi (antiradang), sehingga tidak berguna untuk mengurangi peradangan atau
pembengkakan pada kulit atau sendi.
Selain itu, karena Prostaglandin merupakan zat yang menyebabkan rasa nyeri, dengan
dihambatnya produksi Prostaglandin, maka rasa nyeri pun akan berkurang (efek analgesik).
Karena spesifik menghambat enzim COX3, parasetamol memiliki efek samping yang paling
ringan dibanding golongan lainnya yang bekerja menghambat COX1 dan COX2, sehingga
Paracetamol tidak menyebabkan gangguan di saluran cerna, efek pengenceran darah, Sindrom
Raye maupun memicu kekambuhan asma. Karena bekerja sebagai antipiretik maupun analgesik,
parasetamol banyak digunakan untuk menurunkan deman, meringankan nyeri ringan sampai
sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot dan nyeri punggung.
Pemberian parasetamol dapat secara oral (lewat mulut) ataupun rektal (dimasukkan lewat anus).
Untuk anak-anak, parasetamol tersedia dalam bentuk sediaan padat berupa tablet kunyah dan
sediaan cair berupa tetes (drops) maupun sirup. Tubuh dapat menyerap parasetamol dengan cepat,
terutama dalam bentuk cairan. Efek parasetamol yang paling tinggi dirasakan antara setengah jam
hingga dua jam setelah dikonsumsi. Efek analgesik antipiretiknya berlangsung sekitar 4 jam.
Dosis lazim Paracetamol untuk anak adalah 15 mg per kg Berat Badan per kali pemberian, dapat
diberikan maksimal 4 kali sehari. Untuk memudahkan Moms memberikan dosis yang tepat,
Moms dapat membaca brosur yang terdapat dalam kemasan, sesuaikan dosis dengan usia anak.
Atau jika mendapatkannya dari resep Dokter, Moms dapat gunakan dosis sesuai petunjuk dokter.
Efek samping Parasetamol adalah hepatotoksik atau kerusakan hati, dapat terjadi pada pemakaian
> 14 hari, dosis besar hingga 4 gram / hari dan tergantung fungsi hati anak.
Contoh produk obat yang mengandung Parasetamol adalah : Panadol (Sterling), Tempra (
Taisho), Sanmol (Sanbe), Dumin (Actavis), dll
2.Ibuprofen
Ibuprofen termasuk dalam obat golongan anti-inflamasi non steroid. Bekerja sebagai analgesik
(pereda nyeri) dan antiinflamasi (anti radang) yang juga punya efek antipiretik. Bekerja
menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat enzim Cyclooksigenasi 1 (COX-1) dan
COX-2, sehingga menimbulkan efek samping yang lebih banyak dibandingkan Parasetamol.
Ibuprofen adalah obat pilihan kedua untuk mengatasi demam dan nyeri pada anak setelah
Parasetamol.
Ibuprofen dapat diberikan pada kondisi demam yang tinggi (>40 C), demam membandel yang
tidak responsif terhadap pemberian Parasetamol, atau demam yang disertai dengan peradangan.
Dosis lazimnya adalah 10 mg/kgBB/pakai, dapat diberikan hingga 4 kali sehari.
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan Ibuprofen adalah gangguan saluran cerna
hingga pendarahan lambung, dapat memicu kekambuhan asma dan dapat mengganggu proses
pembekuan darah. Karenanya, Ibuprofen sebaiknya tidak diberikan pada penderita asma, demam
karena DHF (Dengue Hemorage Fever) atau Demam Berdarah, juga pada bayi di bawah 6 bulan.
Ibuprofen tidak memiliki efek samping Sindrom Raye seperti Asetosal.
Ibuprofen tersedia dalam bentuk tetes dan sirup, dapat dibeli bebas di apotek maupun didapatkan
melalui Resep Dokter. Contoh : Proris (produsen Pharos)
3) Penggolongan obat
PART 2 of 2
1.mengapa demam bisa naik lagi?
Obat analgetik-antipiretik akan bekerja dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin.
Analgetik-antipiretik memiliki masa kerja tertentu. Setelah konsentrasi antipiretikny turun maka
efek hambatan hambatan pembentukan prostaglandin juga rendah. Pada kasus ini infeksi yang
terjadi akan terus memacu pembentukan prostaglandin melalui pembentukan pirogen endogen.
Sehingga panas badan akan meningkat lagi selang beberapa saat karena pembentukan
prostaglandin terus berlangsung selama penyebabnya belum teratasi ( infeksi bakteri,endotoksin,
virus dll)
Parasetamol
Parasetamol adalah obat pilihan pada anak-anak. Dosisnya sebesar 10-15 mg/kg/kali.
Parasetamol dikonjugasikan di hati menjadi turunan sulfat dan glukoronida, tetapi ada sebagian
kecil dimetabolisme membentuk intermediet aril yang hepatotoksik (menjadi racun untuk hati)
jika jumlah zat hepatotoksik ini melebihi kapasitas hati untuk memetabolismenya dengan
glutation atau sulfidril lainnya (lebih dari 150 mg/kg). Maka sebaiknya tablet 500 mg tidak
diberikan pada anak-anak (misalnya pemberian tiga kali tablet 500 mg dapat membahayakan bayi
dengan berat badan di bawah 10 kg). Kemasan berupa sirup 60 ml lebih aman.
Aspirin
Merupakan antipiretik yang efektif namun penggunaannya pada anak dapat menimbulkan efek
samping yang serius. Aspirin bersifat iritatif terhadap lambung sehingga meningkatkan risiko
ulkus (luka) lambung, perdarahan, hingga perforasi (kebocoran akibat terbentuknya lubang di
dinding lambung). Aspirin juga dapat menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam
pembekuan darah) sehingga dapat memicu risiko perdarahan). Pemberian aspirin pada anak
dengan infeksi virus terbukti meningkatkan risiko Sindroma Reye, sebuah penyakit yang jarang
(insidensinya sampai tahun 1980 sebesar 1-2 per 100 ribu anak per tahun), yang ditandai dengan
kerusakan hati dan ginjal. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk anak berusia <>
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Jenis OAINS yang paling sering digunakan pada anak adalah ibuprofen. Dosis sebesar 5-10
mg/kg/kali mempunyai efektifitas antipiretik yang setara dengan aspirin atau parasetamol. Sama
halnya dengan aspirin dan OAINS lainnya, ibuprofen bisa menyebabkan ulkus lambung,
perdarahan, dan perforasi, meskipun komplikasi ini jarang pada anak-anak. Ibuprofen juga tidak
direkomendasikan untuk anak demam yang mengalami diare dengan atau tanpa muntah.
5.set poin dan mekanisme demam?
Konsep “Set-Point” dalam pengaturan temperatur yaitu semua mekanisme pengaturan temperatur
yang terus-menerus berupaya untuk mengembalikan temperatur tubuh kembali ke tingkat “Set-
Point”. Set-point disebut juga tingkat temperatur krisis, yang apabila suhu tubuh seseorang
melampaui diatas set-point ini, maka kecepatan kehilangan panas lebih cepat dibandingkan
dengan produksi panas, begitu sebaliknya. Sehingga suhu tubuhnya kembali ke tingkat set-point.
Jadi suhu tubuh dikendalikan untuk mendekati nilai set-point.
Mekanisme Demam
Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-sel Kupffer
mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL-1(interleukin1),
TNFα( Tumor Necrosis Factor α), IL-6 (interleukin6), dan INF (interferon) yang bekerja pada
pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus
mempertahankan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di suhu normal. Sebagai contoh,
pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 38,9° C, hipotalamus merasa bahwa
suhu
normal prademam sebesar 37° C terlalu dingin, dan organ ini memicu mekanisme-
mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu tubuh (Ganong, 2002
Suatu pirogen apabila masuk ke dalam tubuh maka pirogen menjadi suatu benda asing yang dapat
menimbulkan respon imun berupa demam. Proses terjadinya demam dimulai dari terpaparnya
tubuh manusia terhadap pirogen eksogen yang kemudian akan mengakibatkan terstimulasinya
pirogen endogen untuk melindungi tubuh dan menciptakan kekebalan melawan pirogen eksogen
tersebut.
Mekanisme pengaruh pirogen pada timbulnya demam
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, demam dapat timbul dari terpaparnya tubuh
manusia terhadap pirogen eksogen yang kemudian akan mengakibatkan terstimulasinya pirogen
endogen untuk melindungi tubuh dan menciptakan kekebalan melawan pirogen eksogen tersebut,
atau disebabkan pengaruh pirogen endogen itu sendiri. Contoh pirogen endogen yanga ada dalam
tubuh adalah interleukin-1 (IL-¬1), α-interferon, dan tumor necrosis factor (TNF). IL-1 berperan
penting dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu antara lain dapat menstimulasi limfosit T dan
B, mengaktivasi netrofil, merangsang sekresi reaktan (C¬reactive protein, haptoglobin,
fibrinogen) dari hepar, mempengaruhi kadar besi dan seng plasma dan meningkatkan katabolisme
otot. IL¬-1 bereaksi sebagai pirogen yaitu dengan merangsang sintesis prostagalndin E2 di
hipotalamus, yang kemudian bekerja pada pusat vasomotor sehingga meningkatkan produksi
panas sekaligus menahan pelepasan panas, sehingga menyebabkan demam. TNF (cachectin) juga
mempunyai efek metabolisme dan berperan juga pada penurunan berat badan yang kadang-
kadang diderita setelah seseorang menderita infeksi. TNF bersifat pirogen melalui dua cara, yaitu
efek langsung dengan melepaskan prostaglandin E2 dari hipotalamus atau dengan merangsang
perlepasan IL-1. Sedangkan, alpha-interferon (IFN-α) adalah hasil produksi sel sebagai respons
terhadap infeksi virus.