PENDAHULUAN
1
Balai Perbenihan Tanaman Hutan telah membangun persemaian permanen
di Desa Samangki, Kabupaten Maros pada tahun 2016 (Giri Suryanta, 2016).
Pembangunan ini sebagai upaya untuk produksi bibit berkualitas secara massal,
rutin, cepat dan berkelanjutan. Selain dari pembibitan, persemaian maros juga
memproduksi pupuk cair (POC), kompos, dan arang sekam, sebagai media tanam
dalam pembibitan. Sehingga pembibitan tidak terkendala dan berkurangnya
kerusakan bibit. Persemaian dibangun dan dioperasikan dengan teknologi
persemaian yang dapat menghasilkan bibit dengan efisien. Maka bibit yang dapat
digunakan untuk melakukan Rehabilitasi Hutan dapat diperoleh dari Balai
Perbenihan Tanaman Hutan Wilayah II Makassar.
Berdasarkan hal di atas, sebagai mahasiswa kehutanan dianggap perlu
melakukan kegiatan Praktek Umum (PU) di BPTH Wilayah II Makassar. Untuk
mengetahui proses sertifikasi mutu benih, kultur jaringan, pembuatan arang sekam
dan kompos, agar mahasiswa memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan analisis yang dapat mencermati setiap pengelolaan hutan dan tata
cara pengelolaan hutan di masa yang akan datang, serta melaksanakan kegiatan-
kegiatan dalam perbenihan Pada BPTH Wilayah II Makassar. Sehingga dapat
menghasilkan bibit yang unggul dan berkualitas untuk membangun hutan secara
lestari.
I.2 Tujuan
Secara umum, tujuan praktek umum adalah :
1. Menambah wawasan berfikir serta meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa melalui kegiatan interaksi dan aplikasi langsung
berbagai pengetahuan yang diperoleh mahasiswa selama belajar di bangku
kuliah.
2. Melatih mahasiswa untuk merencanakan, mengumpulkan dan mengolah
serta menganalisis berbagai informasi yang dijadikan dasar dalam proses
perencanaan pengelolaan hutan dan hasilnya.
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi
masalah-masalah yang ditemui dilapangan.
2
Sedangkan tujuan khusus praktek umum adalah :
1. Untuk mengetahui Proses Sertifikasi Mutu Benih Segon (Albiazia
chinensis).
2. Untuk mengetahui Proses Kultur Jaringan.
3. Untuk mengetahui cara Pembuatan Kompos, dan Arang Sekam.
I.3 Ruang lingkup
Ruang lingkup praktek umum:
1. Peraktek Sertifikasi Mutu Benih Segon (Albiazia chinensis) yang
dilakukan di Laboratorium Kantor Balai Perbenihan Tanaman Hutan
(BPTH) Wilayah II Makassar.
2. Proses Kultur Jaringan yang dilakukan di Kantor Balai Perbenihan
Tanaman Hutan (BPTH) Wilayah II Makassar.
3. Program kerja yang dilakukan di persemaian Maros yaitu
a. Pembuatan Arang Sekam.
b. Pembuatan Kompos.
3
II. GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK
4
Adapun Potensi keanekaragaman flora di Balai Perbenihan Tanaman
Hutan (BPTH) Wilayah II pada tabel berikut:
Lokasi
Persemaian Persemaian Persemaian
NO Jenis Tanaman Kantor Maros Gowa
BPTH
1 Eboni
2 Cemara Gunung
3 Segon
4 Trambesi
5 Jambon Merah
6 Kemiri
7 Jabon Putih
8 Gamelina
9 Cemara Laut
10 Bitti
11 Pinus
12 Mangga
13 Durian
14 Rambutan
15 Langsat
16 Ereng
17 Jati
18 Pisang
19 Kelapa
20 Bambu
21 Karsen
22 Nyamplung
5
23 Jamlang
24 Kayu Manis
25 Ketapang
26 Mahoni
27 Gaharu
28 Glodokan
29 Salam
30 Siwalang
31 Nyato
32 Makadamia
33 Sukun
34 Spatudea
35 Pangi
36 Ketapang kencana
37 Tanjung
38 Bungur
39 Bindara
40 Cempaka
41 Cempedak
42 Murbau
43 Asam jawa
44 Petai
45 Kayu Afrika
46 Waru
47 Palem
48 Kecapi
6
2.3 Pengusahaan dan Peredaran Perbenihan Tanaman Hutan
7
pengelola Pemilik sumber benih mendapatkan penghasilan dari penjualan benih
bersertifikat, dan memperoleh jaminan mutu benih yang dibelinya, dalam jangka
panjang benih yang berkualitas tersebut akan menghasilkan tanaman yang
bermutu tinggi juga.
8
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan
9
2.8 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang ada di Balai Perbenihan Tanaman Hutan
Wilayah II mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda-beda dengan
konsentrasi pendidikan yang berbeda pula. Adapun jumlah pegawai berdasarkan
tingkat pendidikan antara lain sebagai berikut; lulusan S2 sebanyak 6 (enam)
orang, lulusan S1 sebanyak 27 (dua puluh tujuh) orang dan lulusan SLTA
sebanyak 12 (dua belas) orang. Berdasarkan kelompok pegawai untuk tenaga
struktural sebanyak 5 (lima) orang, tenaga non struktural sebanyak 27 (dua puluh
tujuh) orang dan tenaga fungsional PEH sebanyak 13 (tiga belas) orang. Jadi
jumlah keseluruhan pegawai yang ada di BPTH Wilayah II sampai dengan tahun
2016 adalah sebanyak 45 (empat puluh lima) orang.
Terbatasnya sumber daya manusia yang ada di Balai Perbenihan Tanaman
Hutan baik kuantitas maupun kualitasnya dalam mendukung tupoksi BPTH
Wilayah II yang memiliki wilayah kerja yang cukup luas masih perlu
ditingkatkan lagi. Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia perlu
mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar baik yang dilaksanakan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan maupun instansi lain.
10
III. KEGIATAN PELAKSANAAN PRAKTEK UMUM
11
dalam kultur jaringan 1000 butir dan
pembuatan media
kultur jaringan
Mangkok Sebagai tempat Aklimatisasi,
penaburan benih di
plastik perendaman tanaman,
media kertas dan
perendaman benih sertifikasi mutu
benih
sengon dan tempat
benih
Pinset Untuk mengambil Sertifikasi mutu
benih dan Sub
benih
Kultur
Pisau Untuk memisahkan Pengujian
kemurnian benih
benih dari kotoran
sengon
12
Kompor
elektrik Memanaskan media
Kultur larutan
2
Jaringan Pipet volum Untuk mengambil
cairan
Oven Untuk memasak media Pembuatan media
Spatula Untuk pengambilan Pembuatan media
bahan dan sub kultur
Botol kultur Sebagai tempat untuk Pembuatan media
jaringan menanam ekspalan dan sub kultur,
inisiasi
Autoklaf Untuk mensterilkan Pembutan media
semua peralatan
Plastik dan untuk penutup pada Pembuatan media,
karet tahan botol kultur jaringan sub kultur
panas dan sebagai pengikat
pada botol agar udara
luar tidak masuk
Gunting untuk memotong bahan Subkultur
Laminar air Sebagai tempat Subkultur, inisiasi
flow/enkas menaman eksplan
kedalam botol dalam
kondisi steril yang
13
dilengkapi dengan
blower dan lampu UV
Busen Untuk membakar alat –
alat yang ada dilaminar
14
Tabel 3. Bahan Praktek Umum
No Kegiatan Bahan Fungsi Keterangan
15
Gula pasir Sub kultur,
pembuatan media,
inisasi
Arang aktif Untuk mencegah pembuatan media
larutan NAA media kecoklatan
Larutan Untuk anti bakteri Pembuatan kompos
PPM
Kertas Sebagai tempat
saring eksplan yang
sudah di potong-
potong
Sub kultur, inisiasi
Alcohol Sebagai bahan
perendaman alat
yang digunakan
Sekam padi Sebagai bahan
pembuatan arang
sekam Pembakaran arang
Kayu atau Di gunakan untuk sekam
bamboo bahan bakar
Pembuatan
3
Arang Sekam Minyak Bahan untuk
tanah menyalahkan api
Air Untuk penyiraman Pembakaran sekam,
dan perendaman pembuatan kompos
bahan
Ampas teh Sebebagai bahan
kompos
Kotoran Sebagai bahan Pembuatan kompos
Pembuatan
4 ayam dan kompos
Kompos
kotoran sapi
Trikoderma Sebagai pengurai
16
bakteri
Keterangan : (M1) Berat wadah dan tutup (g); (M2) Berat benih basah, wadah dan
tutup (g); (M3) Berat benih kering, wadah dan tutup (g).
Ada dua jenis benih yaitu :
1. Benih Rekalsitran yaitu benih yang tidak dapat disimpan dengan jangka
waktu lama karena kadar air terlalu tinggi di atas 40%. Contohnya :
Cempaka, Uru, dan Eboni.
2. Benih Ortodoks yaitu benih yang dapat disimpan dalam jangka waktu lama
karna kadar airnya yang rendah dengan daya kecambah yang dapat
dipertahankan. Contohya : Sengon dan Jati.
17
2. Pengujian kemurnian benih
Pengujian kemurnian benih dilakukan untuk memisahkan benih murni
dengan kotoran-kotoran (ranting, kulit, dan benih yang rusak). Kegiatan ini
dilakukan dengan menggunakan meja kemurnian (meja yang berfungsi sebagai
tempat pemisahan antara kotoran benih dengan benih murni dilakukan secara
manual).
3. Pengujian berat 1000 butir benih
Pengujian berat 1000 butir benih yaitu dengan menghitung benih sebayak
8 kali dengan jumlah 100 butir, agar memudahkan perhitungan sediakan delapan
wadah yang masing-masing berisi 100 butir benih lalu ditimbang pada timbangan
analitik dan berat 1000 butir dan pengujian berat 1000 butir benih dapat dihitung.
Bila penimbangan 8 ulangan berbeda jauh dengan penimbangan langsung 800
butir artinya pengambilan contoh dan percampurannya tidak teliti.
18
3.2.2 Praktek Kultur Jaringan di Laboratorium Kultur Jaringan Kantor
Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Wilayah II Makassar
Inisiasi Perakaran
Multiplikasi
19
telah tumbuh sehingga jumlah tanaman akan bertambah banyak. Pada saat sub
kultur dilakukan ada dua botol yang harus dipersiapkan yaitu botol perakaran
dengan tabel 2.
Tahap multiplikasi atau perbanyakan, tahap dimana tunas yang terbentuk pada
tahap inisiasi tunas, dirangsang untuk menggandakan diri atau membentuk tunas-
tunas baru. Media pada perbanyakan mengandung sitokinin. Multiplikasi tunas ini
pada umumnya terdapat dua tahap. Pertama tunas diinduksi atau dirangsang untuk
membentuk tunas-tunas baru di media induksi tunas. Kedua tunas-tunas yang
berhasil diinduksi di sub kultur ke medium elongasi tunas agar eksplan tersebut
mengalami pertumbuhan tinggi. Setelah eksplan mengalami pertumbuhan tinggi,
eksplan dipotong-potong dengan hati-hati, kemudian pisahkan eksplan yang
sudah dipotong tadi menjadi dua bagian ada yang masuk kategori perakaran dan
perbanyakan. Eksplan yang hidup tidak terkontaminasi oleh bakteri, virus, dan
jamur.
Tahap perakaran yaitu untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup
kuat agar dapat bertahan hidup sampai dipindahkan dari linggungan in-vitro ke
lingkungan luar. Tunas hasil dari multiplikasi yang belum mempunyai akar
dipindahkan ke media perakaran yang memerlukan auksin seperti NAA dan IBA.
Perakaran yang masuk dalam perbanyak adalah eksplannya di potong dengan satu
ruas.
Tahap akhir dari kultur jaringan, aklimatisasi sering dikatakan juga sebagai
proses suatu organisme individu menyesuaikan diri terhadap perubahan
lingkungan hidupnya, yaitu dari lingkungan in-vitro ke lingkungan ex-vitro.
Metode aklimatisasi ini sangat penting karena menentukan apakah tanaman yang
berasal dari in-vitro dapat beradaptasi atau tidak diluar botol seperti rumah kaca.
Tahap aklimatitasi yaitu pemindahan planlet dari botol kaca harus dibersihkan
terlebih dahulu dari media yang menempel pada akar karena kandungan nutrisi
dan gula pada media bisa menjadi media pertumbuhan mikroorganisme penyakit,
kemudian planlet direndam kedalam mangkok yang telah berisi vitamin B1
selama 10 menit, setalah 10 menit planlet diangkat kemudian ditanaman ke
polytup terus disiram kemudian disungkup dengan plastik dan beri label tujuan
20
dari sungkup digunakan untuk melindungi planlet dari udara luar dan serangan
hama penyakit karena bibit hasil dari kultur jaringan sangat rentang terhadap
serangan hama penyakit dari luar. Kegiatan aklimatisasi yang dilakukan tidak
menentu waktunya kadang pagi dan kadang sore, dan jumlah botol yang
diaklimatisasi sebanyak 12 botol dari laboratorium kultur jaringan. Kemudian
disimpan selama 3 atau 4 hari di ruangan laboratorium benih dan diberi cahaya
lampu akar tidak strees apa bila dikeluarkan dilingkungan luar.
3.2.3 Program Kerja Persemaiaan Maros
A. Pembuatan Arang sekam
Calon bibit yang baik didapatkan di dalam pencampuran media, baik
pencampuran media tabur ataupun pengisian polybag kita campur dengan arang
sekam karena arang sekam berfungsi untuk menggemburkan tanah, menyimpan
air dan kekompakan media.
Sebelum pembakaran sekam dilakukan, terlebih dahulu dibuat cerobong
asap dengan alat-alat yang telah disediakan setelah cerobong asap sudah jadi,
maka tuangkan kayu kedalamnya, buat nyala api sebagus mungkin agar
pembakaran sekam merata, setelah api yang dinyalakan sudah bagus, tuangkan
sekam dikeliling cerobong secara perlahan hingga membentuk tumpukan.
Dalam pembakaran memerlukan sekam, setiap karung sekam kering
mempunyai berat 18 kg dengan lama waktu pembakaran 7 jam untuk 8 karung
sekam kering, dan 12 jam untuk 15 karung sekam kering. 8 karung sekam kering
dapat menghasilkan 3 karung arang sekam bersih, sedangkan 9 karung arang
sekam dari hasil pembakaran 15 karung sekam kering, setiap karung hasil
pembakaran mempunyai berat 10 kg.
Bagusnya pembakaran ditandakan dari banyaknya asap yang keluar dari
mulut cerobong, jagan sampai menjadi abu gosok, setelah sekam merata yang
akhirnya menjadi arang sekam, maka bongkar jangan terjadi nyala api ketika
pembakaran berjalan, karena akan mengakibatkan sekam hangus hingga
tumpukan lalu percikan air hingga bara api yang berada di arang sekam mati
karena akan menjadi hangus jika bara api tetap menyala.
21
Setelah disiram air, keringkan selama 1 jam dibawah terik matahari hingga
kering, lalu masukkan kedalam wadah atau karung yang disiapkan, maka arang
sekam sudah siap di olah, untuk campuran media tanah dan lain, sebagaimana
diketahui, arang sekam dapat menyuburkan tanah dan menggemburkannya.
Adapun jumlah sekam kering dan basah dengan hasil pembakaran, juga
perbandingan sekam kering dan sekam basah, dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 4. Jumlah Sekam yang diperlukan dalam Proses Pembakaran
Jumlah Sekam Kering Waktu Pembakaran Hasil Pembakaran
No
(Karung) (Jam) Sekam (Karung)
1. 8 7 3
2 15 12 9
B. Pembuatan Kompos
Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari berbagai macam
sumber, dengan demikian kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi
tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15-l6%,
hemiselulosa l0-30%, lignin 5-3%, protein 5-40%, bahan mineral (abu) 3-5%, di
samping itu, terdapat bahan larutan air panas dan dingin (gula, pati, asam amino,
urea, garam amonium) sebanyak 2-30%, dan l-5% lemak larut eter dan alkohol,
minyak dan lilin. Komponen organik itu mengalami proses dekomposisi di bawah
kondisi mesofilik dan termofilik (susanto, 2002).
Konversi biologi bahan organik dilaksanakan oleh berbagai macam mahluk
hidup, seperti cacing, serangga tanah, dan juga nematoda. Serangga tanah dan
nematoda menghancurkan bahan organik hingga berukuran kecil. Kemudian
dilanjutkan oleh mikroba tanah, seperti bakteri dan kapang.
Actinomicetes membuat koloni pada bahan organik itu dan kemudian mulai
menguraikannya. Selama pengomposan berlangsung, perubahan secara kualitatif
dan kuantitatif terjadi, pada tahap awal akibat perubahan lingkungan beberapa
spesies flora menjadi aktif dan berkembang dalam waktu yang relatif singkat dan
kemudian hilang untuk memberikan kesempatan pada jenis lain untuk
berkembang (Susanto, 2002). Menurut Murbandono (2000), pembuatan kompos
22
berbahan kotoran sapi sebaiknya ditempatkan ditempat yang teduh atau ternaungi
agar bila hujan turun kompos tidak terkena air hujan. Sehingga bahan kompos
cepat kering, selain itu bau yang ditimbulkan selama proses pengomposan tidak
tersebar kemana-mana.
Kompos yaitu sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan
bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki
kandungan unsur hara NPK yang lengkap meskipun persentasinya kecil kompos
juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
Praktek yang dilakukan di persemian Maros dengan menyiapkan alat dan bahan
yang sudah disiapkan terlebih dahulu, kemudian campurkan bahan seperti kotoran
ayam, ampas teh, isikan baskom dengan air yang telah dicampurkan terlebih
dahulu trikoderma, aduk kotoran sapi dan ampas teh sambil menyiramkan air
yang telah dicampurka trikoderma dengan menggunakan gembor.
Ketika semua bahan tercampur merata tutup dengan terpal, seminggu
sekali kita membuka terpal untuk membolak balikkan kompos sampai minggu ke
tujuh kompos sudah siap digunakan. Kompos yang sudah matang tidak berbau
menyengat, warnanya coklat kehitanaman, bentuknya sudah berubah menjadi
lunak dan mudah dihancurkan.
C. Penanggung Jawab Kegiatan
Penganggung
NO Nik Kegiatan
Jawab Kegiatan
1 15.023.54.251.033 Dhiki Efendi Sertifikasi Mutu Benih Sengon
2 15.023.54.251.032 Mustawakkal Kultur Jaringan
3 14.023.54.251.042 Amal Jayandi Arang Sekam
4 14.023.54.251.009 Rizaldi Kompos
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
24
U2 = 2,34 g Ulangan 1 sampai
U3 = 2,31 g Ulangan 8
U4 = 2,32 g
U5 = 2,27 g
U6 = 2,55 g
U7 = 2,52 g
U8 = 2,51 g
Keterangan:
U1 sampai U8 adalah hasil hitung ulangan 1 sampai 8 dengan jumlah 100 butir
benih dalam wadah.
25
Gambar 3. menyajikan data hasil uji daya kecambah dari penaburan ulangan
1 sampai ulangan 8. Daya kecambah paling tinggi dihasilkan pada ulangan 4
balok warna merah berjumlah 89 kecambah, sedangkan daya kecambah paling
menurun dihasilkan pada ulangan 1, 7 dan 8 balok warna biru dengan jumlah 61
kecambah. Hasil uji kecambah pada gambar 3. Adalah hasil uji daya kecambah
berat 1000 butir.
26
4.3 Program Kerja di Persemaian Maros
A. Pembuatan Arang Sekam
Pembakaran sekam padi yang dilakukan di persemaian Maros
menghasilkan arang sekam sebagai mana di jelaskan di tabel di bawah ini:
Tabel 7. Menyajikan hasil analisis data tentang berat arang sekam yang
dihasilkan dari pembakaran sekam padi yang berjumlah 8 karung sekam kering
akan menghasilkan 3 karung arang sekam, dengan berat perkarung sekam padi 18
kg, berat keseluruhan sekam padi dari 8 karung sekam padi 144 kg, setelah
pembakaran bobot arang sekam perkarung sebesar 10 kg, berat keseluruhan arang
sekam dari hasil pembakaran 8 karung sekam padi menghasilkan 3 karung arang
sekam dengan berat 30 kg. 8 karung sekam padi setelah pembakaran mengalami
penyusutan 144 kg.
Sedangkan 15 karung akan menghasilkan 9 karung arang sekam. Setiap
karung sekam padi mempunyai berat 18 kg, berat keseluruhan sekam padi dari 15
karung berbobot 270 kg. Sedangkan berat perkarung dari hasil pembakaran sekam
mempunyai berat 10 kg, hasil keseluruhan berbobot 90 kg dari 9 karung arang
sekam. 15 karung sekam padi yang berbobot 270 kg setelah pembakaran
mengalami penyusutan sebayak 180 kg.
Arang sekam memiliki kemampuan menyerap air yang rendah dan
porositas yang baik, Karnah sifat tersebut maka arang sekam dipilih sebagai
campuran media yang bertujuan untuk mendukung memperbaiki Struktur media
tanam karna aerase dan drainase menjadi lebih baik.
27
Diketahui bahwa arang sekam mempunyai fungsi yang sangat penting
dalam perbenihan karena arang sekam digunakan untuk meyuburkan tanah dalam
pencampuran media serta menyerap zat – zat yang beracun pada tanah dan pasir,
meyuburkan benih pada persemaian, penyimpanan air, member rongga pada akar
dalam polybag dan kekompakan media dalam polybag.
B. Pembuatan kompos
28
Kompos sangat bermanfaat bagi tanaman, adapun manfaat kompos yaitu:
a. Kompos dapat menjadi multivitamin bagi tanah dan tanaman
b. Kompos dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah
c. Mengembalikan kesuburan tanah
d. Dapat menjadikan tanah masam menjadi netral
e. Tanaman diberi kompos tanahnya dapat tumbuh dengan subur ketimbang
tanah yang tidak diberi kompos.
29
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
30
DAFTAR PUSTAKA
Damaris p, Eva, Nisa. 2012 uji kecambah benih sengon (Albazia chinensis).
Kalimantan selatan.
31
Lampiran 1. Jurnal kegiatan Harian;
32
Tabel Kegiatan Praktek Umum Minggu kedua
33
Tabel Kegiatan Praktek Umum Minggu ketiga:
34