Anda di halaman 1dari 34

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Hutan Indonesia mengalami kerusakan yang semakin parah selama


beberapa tahun terakhir. Penyebab kerusakan dibedakan oleh dua faktor. Faktor
pertama adalah alam dan faktor kedua diakibatkan oleh aktifitas manusia.
Kerusakan hutan yang disebabkan oleh manusia antara lain pembalakan liar, alih
fungsi hutan menjadi lahan perkebunan dan kurang serius dalam membina
tegakan tinggal serta kegagalan penanaman. Departemen Kehutanan (2002), luas
lahan terdegradasi di dalam kawasan hutan sekitar 54,6 juta ha dan di luar
kawasan hutan sekitar 41,7 juta ha, demikian juga produksi kayu bulat dari tahun
ke tahun terus mengalami penurunan. Produksi kayu bulat yang berasal dari hutan
alam pada tahun 1989 sebanyak 28 juta m3, kemudian menurun 10,8 juta m3 pada
tahun 2003 dan menurun lagi menjadi 8,2 juta m3 pada tahun 2006 (Soekotjo,
2004). Oleh karena itu, pengurangan kerusakan hutan sangat perlu dilakukan
melalui upaya pelestarian dan peningkatan produksi kayu seperti perbenihan,
pembibitan, penanaman dan pemeliharaan yang intensif.

Perbenihan merupakan kegiatan perbanyakan tanaman. Perbenihan sangat


berperan penting untuk menyediakan bahan perbanyakan tanaman hutan yang
memiliki kemampuan untuk tumbuh dengan baik pada tingkat produktivitas yang
tinggi. Oleh karena itu, Kementrian Kehutanan memiliki UPT Balai Perbenihan
Tanaman Hutan yang menangani pengadaan, pegelolaan dan peredaran benih
tanaman. Balai Perbenihan Tanaman Hutan wilayah II Makassar yang memiliki
tugas melaksanakan penyusunan rencana, sertifikasi perbenihan dan pembibitan,
pengelolaan sumber benih dan sumber daya genetik, pengujian mutu benih, kultur
jaringan dan bibit, pemantauan peredaran benih dan bibit tanaman hutan,
penyajian informasi perbenihan dan pembibitan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

1
Balai Perbenihan Tanaman Hutan telah membangun persemaian permanen
di Desa Samangki, Kabupaten Maros pada tahun 2016 (Giri Suryanta, 2016).
Pembangunan ini sebagai upaya untuk produksi bibit berkualitas secara massal,
rutin, cepat dan berkelanjutan. Selain dari pembibitan, persemaian maros juga
memproduksi pupuk cair (POC), kompos, dan arang sekam, sebagai media tanam
dalam pembibitan. Sehingga pembibitan tidak terkendala dan berkurangnya
kerusakan bibit. Persemaian dibangun dan dioperasikan dengan teknologi
persemaian yang dapat menghasilkan bibit dengan efisien. Maka bibit yang dapat
digunakan untuk melakukan Rehabilitasi Hutan dapat diperoleh dari Balai
Perbenihan Tanaman Hutan Wilayah II Makassar.
Berdasarkan hal di atas, sebagai mahasiswa kehutanan dianggap perlu
melakukan kegiatan Praktek Umum (PU) di BPTH Wilayah II Makassar. Untuk
mengetahui proses sertifikasi mutu benih, kultur jaringan, pembuatan arang sekam
dan kompos, agar mahasiswa memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan analisis yang dapat mencermati setiap pengelolaan hutan dan tata
cara pengelolaan hutan di masa yang akan datang, serta melaksanakan kegiatan-
kegiatan dalam perbenihan Pada BPTH Wilayah II Makassar. Sehingga dapat
menghasilkan bibit yang unggul dan berkualitas untuk membangun hutan secara
lestari.

I.2 Tujuan
Secara umum, tujuan praktek umum adalah :
1. Menambah wawasan berfikir serta meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa melalui kegiatan interaksi dan aplikasi langsung
berbagai pengetahuan yang diperoleh mahasiswa selama belajar di bangku
kuliah.
2. Melatih mahasiswa untuk merencanakan, mengumpulkan dan mengolah
serta menganalisis berbagai informasi yang dijadikan dasar dalam proses
perencanaan pengelolaan hutan dan hasilnya.
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi
masalah-masalah yang ditemui dilapangan.

2
Sedangkan tujuan khusus praktek umum adalah :
1. Untuk mengetahui Proses Sertifikasi Mutu Benih Segon (Albiazia
chinensis).
2. Untuk mengetahui Proses Kultur Jaringan.
3. Untuk mengetahui cara Pembuatan Kompos, dan Arang Sekam.
I.3 Ruang lingkup
Ruang lingkup praktek umum:
1. Peraktek Sertifikasi Mutu Benih Segon (Albiazia chinensis) yang
dilakukan di Laboratorium Kantor Balai Perbenihan Tanaman Hutan
(BPTH) Wilayah II Makassar.
2. Proses Kultur Jaringan yang dilakukan di Kantor Balai Perbenihan
Tanaman Hutan (BPTH) Wilayah II Makassar.
3. Program kerja yang dilakukan di persemaian Maros yaitu
a. Pembuatan Arang Sekam.
b. Pembuatan Kompos.

3
II. GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK

2.1 Letak dan Cakupan Wilayah

Wilayah kerja BPTH Wilayah II terletak di Bioregion Sulawesi, Bali,


Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Setiap provinsi terdiri dari beberapa
kabupaten dan kota. Adapun jumlah kabupaten dan kota setiap provinsi yang
ada di wilayah kerja BPTH Wilayah II yaitu Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari
21 kabupaten dan 3 kota, Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari 4 kabupaten dan 1
kota, Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari 8 kabupaten dan 2 kota, Provinsi
Sulawesi Tengah terdiri dari 9 kabupaten dan 1 kota, Provinsi Sulawesi Utara
terdiri dari 6 kabupaten dan 3 kota, dan Provinsi Gorontalo terdiri dari 4
kabupaten dan 1 kota, Provinsi Bali terdiri dari 8 kabupaten dan 1 kota, Provinsi
Nusa Tenggara Barat terdiri dari 8 kabupaten dan 2 kota, Provinsi Nusa Tenggara
Timur terdiri dari 21 kabupaten dan 1 kota, Provinsi Maluku terdiri dari 9
kabupaten dan 2 kota, Provinsi Maluku Utara terdiri dari 8 kabupaten dan 2 kota,
Provinsi Papua terdiri dari 28 kabupaten dan 1 kota, Provinsi Papua Barat terdiri
dari 12 kabupaten dan 1 kota.

2.2 Potensi dan Sebaran Sumber Benih

Sumber benih yang telah disertifikasi oleh BPTH Wilayah II tersebar


dibeberapa daerah kabupaten dan kota. Dalam pertimbangan penerbitan sertifikat
disamping usulan dari dinas kabupaten dan kota yang menangani urusan
kehutanan juga keterwakilan jenis. Sampai saat ini sumber benih tersebut
diharapkan dapat memberikan dampak ekonomis terhadap masyarakat, baik itu
pemilik, maupun masyarakat yang berada disekitar areal sumber benih. Dimana
setelah disertifikasi masyarakat bisa merasakan manfaat dalam mengumpulkan
benih karena adanya perbedaan harga untuk benih yang berasal dari sumber benih
yang bersertifikat dimana harganya lebih tinggi dibandingkan benih yang asalan.

4
Adapun Potensi keanekaragaman flora di Balai Perbenihan Tanaman
Hutan (BPTH) Wilayah II pada tabel berikut:

Tabel 1. Potensi Flora di Balai Perbenihan Tanaman Hutan:

Lokasi
Persemaian Persemaian Persemaian
NO Jenis Tanaman Kantor Maros Gowa
BPTH
1 Eboni   
2 Cemara Gunung   
3 Segon   
4 Trambesi   
5 Jambon Merah   
6 Kemiri   
7 Jabon Putih   
8 Gamelina   
9 Cemara Laut   
10 Bitti   
11 Pinus   
12 Mangga  
13 Durian  
14 Rambutan  
15 Langsat  
16 Ereng  
17 Jati  
18 Pisang 
19 Kelapa 
20 Bambu  
21 Karsen  
22 Nyamplung  

5
23 Jamlang  
24 Kayu Manis  
25 Ketapang  
26 Mahoni  
27 Gaharu  
28 Glodokan  
29 Salam 
30 Siwalang 
31 Nyato 
32 Makadamia 
33 Sukun 
34 Spatudea 
35 Pangi 
36 Ketapang kencana 
37 Tanjung 
38 Bungur 
39 Bindara 
40 Cempaka 
41 Cempedak 
42 Murbau 
43 Asam jawa 
44 Petai 
45 Kayu Afrika 
46 Waru 
47 Palem 
48 Kecapi 

6
2.3 Pengusahaan dan Peredaran Perbenihan Tanaman Hutan

Pelaksanaan kegiatan pokok Balai Perbenihan Tanaman Hutan dapat


mendukung usaha perbenihan dan pembibitan tanaman hutan yang berkembang
di masyarakat sebagai salah satu prioritas dalam bidang kegiatan rehabilitasi
lahan dan perhutanan sosial. Sampai dengan Tahun 2016 di wilayah kerja BPTH
wilayah II terdapat 17 perusahaan pengada. Permasalahan yang sering
didapatkan di lapangan dimana sebagian kebutuhan benih di Regional Sulawesi
masih mengandalkan pasokan dari pulau Jawa khususnya untuk jenis-jenis
eksotik. Selain itu pengada dan pengedar bibit sebagian besar masih bergantung
pada keberadaan proyek pemerintah sehingga keberlangsungan perusahaannya
hanya bergantung pada proyek-proyek penanaman yang ada.

Tahun 2016 ini BPTH Wilayah II telah merekomendasikan sebanyak 1


perusahaan calon pengada/pengedar bibit. Surat rekomendasi BPTH Wilayah II
tersebut ditindaklanjuti oleh dinas Kabupaten/Kota setempat sebagai dasar
ditetapkannya perusahaan pemohon tersebut Sebagai pengada/pengedar bibit
terdaftar. Pengada/pengedar bibit tersebut berada di Provinsi Sulawesi Tenggara
sebanyak 1 perusahaan, yaitu di Kabupaten Bunaken (CV. Mitra Wana Lestari).

2.4 Pelaksanaan Pembagunan Perbenihan Tanaman Hutan Dalam Lima


Tahun Terakhir (Tahun 2012 S.D.2016)
Dalam perkembangannya, mengacu pada visi dan misi Kementrian
Kehutanan dan visi Direktorat Jenral PDASHL, yang tertuang dalam rencana
strategi Balai Perbenihan Tanamn Hutan Sulawesi Tahun 2012-2016 yaitu
“Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
berdasarkan Gotong Royong”. Maka kegiatan Balai Perbenihan Tanaman Hutan
Wilayah II dalam mendukung pembagunan rehabilitasi lahan dalam kaitannya
dengan peningkatan fungsi DAS yang berkelanjutan dan kesejatraan masyarakat.
Salah satunya adalah dengan meningkatkan motivasi masyarakat untuk
menggunakan benih yang berasal dari sumber benih tanaman hutan secara tidak
langsung mampu mempengaruhi penutupan lahan sehingga meningkatkan daya
dukung DAS. Dilihat dari sisi kesejahteraan masyarakat, tertentu saja para

7
pengelola Pemilik sumber benih mendapatkan penghasilan dari penjualan benih
bersertifikat, dan memperoleh jaminan mutu benih yang dibelinya, dalam jangka
panjang benih yang berkualitas tersebut akan menghasilkan tanaman yang
bermutu tinggi juga.

2.5 Profil singkat Balai Perbenihan Tanaman Hutan Wilayah II

Gambar 1. Sturuktur Organisasi BPTH Wilayah II

2.6 Visi dan Misi


Dalam rangka menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi Balai
Perbenihan Tanaman Hutan Wilayah II telah dirumuskan visi yang ingin dicapai
dalam kurun waktu tertentu dan mengacu pada visi pembangunan nasional tahun
2015-1019. Sebagaimana tertuang dalam RPJM Tahun 2015-2019 dalam
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 yaitu “Terwujudnya Indonesia Yang
Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berdasarkan Gotong Royong”. Untuk
mewujudkan visi pembangunan nasional maka telah ditetapkan misi
pembangunan nasional sebagai berikut :
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim,
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

8
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan

2.7 Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai dengan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI


Nomor P. 11/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang organisasi dan tata kerja
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Wilayah II sebagai mana yang dimaksud
dalam pasal 1, mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, sertifikasi
perbenihan dan pembibitan, pengelolaan sumber benih dan sumber daya genetik,
pengujian mutu benih dan bibit, pemantauan peredaran benih dan bibit tanaman
hutan, penyajian informasi perbenihan dan pembibitan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2, Unit Pelaksana Teknis Perbenihan Tanaman Hutan
Wilayah II Menyelenggarakan Fungsi sebagai berikut :
1. Penyusunan rencana perbenihan dan pembibitan;
2. Pembangunan sumber benih dan sumber daya genetik;
3. Pengujian mutu benih dan bibit;
4. Bimbingan teknis, pemantauan peredaran dan evaluasi perbenihan tanaman
hutan;
5. Pelaksanaan produksi bibit;
6. Penyusunan dan penyajian informasi perbenihan dan pembibitan;
7. Pelaksanaan sertifikai sumber benih, mutu benih dan bibit;
8. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.

9
2.8 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang ada di Balai Perbenihan Tanaman Hutan
Wilayah II mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda-beda dengan
konsentrasi pendidikan yang berbeda pula. Adapun jumlah pegawai berdasarkan
tingkat pendidikan antara lain sebagai berikut; lulusan S2 sebanyak 6 (enam)
orang, lulusan S1 sebanyak 27 (dua puluh tujuh) orang dan lulusan SLTA
sebanyak 12 (dua belas) orang. Berdasarkan kelompok pegawai untuk tenaga
struktural sebanyak 5 (lima) orang, tenaga non struktural sebanyak 27 (dua puluh
tujuh) orang dan tenaga fungsional PEH sebanyak 13 (tiga belas) orang. Jadi
jumlah keseluruhan pegawai yang ada di BPTH Wilayah II sampai dengan tahun
2016 adalah sebanyak 45 (empat puluh lima) orang.
Terbatasnya sumber daya manusia yang ada di Balai Perbenihan Tanaman
Hutan baik kuantitas maupun kualitasnya dalam mendukung tupoksi BPTH
Wilayah II yang memiliki wilayah kerja yang cukup luas masih perlu
ditingkatkan lagi. Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia perlu
mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar baik yang dilaksanakan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan maupun instansi lain.

10
III. KEGIATAN PELAKSANAAN PRAKTEK UMUM

3.1 Waktu Dan Lokasi

Praktek umum dilaksanakan selama 1 bulan mulai tanggal 13 Agustus


sampai dengan 13 September 2018. Dengan kegiatan dan lokasi yang berbeda,
sepuluh hari di Kantor Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Wilayah II
Makassar untuk menerima materi dan melakukan praktek Sertifikasi Mutu Benih,
Kultur Jaringan, delapan hari di persemaian Maros untuk melakukan Pembuatan
Arang Sekam, dan Pembuatan Kompos.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan praktek umum di
Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Wilayah II Makassar sebagai berikut:
Tabel 2. Alat Praktek Umum

No Kegiatan Alat Fungsi Keterangan

Grinding Untuk menghancurkan Pengujian kadar air


Mill benih
Oven listrik Untuk mengeringkan
benih yang telah
dihancurkan
Cawan Tempat benih yang
telah dihancurkan
Desikator Untuk mempercepat
Sertifikasi
1
Mutu Benih pendinginan dari
wadah atau cawan
Ayakan Untuk memisahkan
benih yang telah
dihancurkan
Timbangan Untuk menimbang Pengujian kadar
air, pengujuan
analitik benih dan bahan
kemurnian benih,
pembuatan media pengujian berat

11
dalam kultur jaringan 1000 butir dan
pembuatan media
kultur jaringan
Mangkok Sebagai tempat Aklimatisasi,
penaburan benih di
plastik perendaman tanaman,
media kertas dan
perendaman benih sertifikasi mutu
benih
sengon dan tempat
benih
Pinset Untuk mengambil Sertifikasi mutu
benih dan Sub
benih
Kultur
Pisau Untuk memisahkan Pengujian
kemurnian benih
benih dari kotoran
sengon

Petridis Tempat media tabur Penaburan benih di


media kertas dan
dan sebagai tempat
kultur jaringan
untuk memotong
eksplan dan planlet
yang akan ditanam
pada media kultur
jaringan
Gelas Tempat alkohol, Pembuatan media
mengukur bahan kimia, kultur Jaringan dan
becker
air aquades yang akan perendaman media
dijadikan media kultur kertas dalam
jaringan serta sebagai penaburan benih
wadah untuk memasak Sengon
media juga sebagai
tempat untuk
merendam kertas
merang
Germinator Untuk menyimpan Pengujian daya
benih setelah ditabur di kecamabah
media kertas

12
Kompor
elektrik Memanaskan media

Indikator Mengatur PH Media


PH/
Lakmus Pembuatan media
Micreower Memanaskan agar-agar
Destilasi air Penyulingan air
Stic Untuk melihat pH

Kultur larutan
2
Jaringan Pipet volum Untuk mengambil
cairan
Oven Untuk memasak media Pembuatan media
Spatula Untuk pengambilan Pembuatan media
bahan dan sub kultur
Botol kultur Sebagai tempat untuk Pembuatan media
jaringan menanam ekspalan dan sub kultur,
inisiasi
Autoklaf Untuk mensterilkan Pembutan media
semua peralatan
Plastik dan untuk penutup pada Pembuatan media,
karet tahan botol kultur jaringan sub kultur
panas dan sebagai pengikat
pada botol agar udara
luar tidak masuk
Gunting untuk memotong bahan Subkultur
Laminar air Sebagai tempat Subkultur, inisiasi
flow/enkas menaman eksplan
kedalam botol dalam
kondisi steril yang

13
dilengkapi dengan
blower dan lampu UV
Busen Untuk membakar alat –
alat yang ada dilaminar

Botol Sebagai tempat Inisiasi


bekker pencampuran dan
perendamana bahan
Cerobong Sebagai tempat Arang sekam
Pembuatan
3 Arang pembakaran arang
Sekam sekam mentah
Sekop Untuk mengaduk Kompos, arang
bahan sekam
Terpal Sebagai penutup
kompos yang sudah
Pembuatan tercampur merata
4
Kompos Kompos
Baskom Untuk tempat air dan
perendaman bahan
Gembor Untuk menyiram
bahan Kompos

14
Tabel 3. Bahan Praktek Umum
No Kegiatan Bahan Fungsi Keterangan

Lebel Unutuk pelebelan Sub kultur,


jenis benih yang pembuatan media,
telah ditabur pada aklimitasi,
media kertas dan pengujian daya
saat pembuatan kecambah,dan
Sertifikasi Mutu media pada kultur inisiasi
1
Benih jaringan

Kertas Sebagai media


merang tabur Pengujian daya
Benih Sebagai bahan uji kecamabah
kecambah
Sengon
Pasir dan Untuk Aklimatisasi,
Tanah pencampuran penaburan
media
Kompos Untuk Penyapihan,
pencampuran aklimatisasi
media
Arang sekam Pencampuran Penyapihan,
2 Kultur Jaringan media aklimatissasi
Viamin B-1 Untuk perangsang Aklimatisasi, sub
akar kultur
Agar-agar Sub Kultur,
Sebagai bahan
pembuatan media,
media tanam
inisiasi
Air aquades Pembuatan media

15
Gula pasir Sub kultur,
pembuatan media,
inisasi
Arang aktif Untuk mencegah pembuatan media
larutan NAA media kecoklatan
Larutan Untuk anti bakteri Pembuatan kompos
PPM
Kertas Sebagai tempat
saring eksplan yang
sudah di potong-
potong
Sub kultur, inisiasi
Alcohol Sebagai bahan
perendaman alat
yang digunakan
Sekam padi Sebagai bahan
pembuatan arang
sekam Pembakaran arang
Kayu atau Di gunakan untuk sekam
bamboo bahan bakar
Pembuatan
3
Arang Sekam Minyak Bahan untuk
tanah menyalahkan api
Air Untuk penyiraman Pembakaran sekam,
dan perendaman pembuatan kompos
bahan
Ampas teh Sebebagai bahan
kompos
Kotoran Sebagai bahan Pembuatan kompos
Pembuatan
4 ayam dan kompos
Kompos
kotoran sapi
Trikoderma Sebagai pengurai

16
bakteri

Tetes tebu Sebagai makanan


bakteri

3.3 Prosedur Pelaksanaan


3.3.1 Sertifikasi mutu benih Sengon (Albazia chinensis).
Sertifikasi mutu benih Sengon (Albazia chinensis) yang dilakukan di
Laboratorium sertifikasi Mutu Benih Kantor Balai Perbenihan Tanaman Hutan
(BPTH) Wilayah II Makassar selama tiga hari.
Sertifikasi mutu benih melalui empat tahap yaitu :
1. Pengujian kadar air
Penentuan kadar air benih sangat berpengaruh terhadap perkecambahan
benih nantinya. Penyiapkan benih Sengon (Albazia chinensis) untuk diuji kadar
air seberat 18 gr diambil dan dibagi menjadi dua dengan menggunakan timbangan
analitik masing-masing 9 gr, kemudian dicatat berat masing-masing ulangan
(dalam gram dengan 3 desimal) dan kemudian dimasukkan kedalam oven dengan
suhu 103Oc selama 17 jam, setelah proses tersebut benih dikeluarkan dan
dimasukkan kedalam desikator selama 45 menit, lalu wadah tutup dan isinya
ditimbang. Kadar air dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut
:
(𝑀2−𝑀3)
Kadar air = (𝑀2−𝑀1) × 100%

Keterangan : (M1) Berat wadah dan tutup (g); (M2) Berat benih basah, wadah dan
tutup (g); (M3) Berat benih kering, wadah dan tutup (g).
Ada dua jenis benih yaitu :
1. Benih Rekalsitran yaitu benih yang tidak dapat disimpan dengan jangka
waktu lama karena kadar air terlalu tinggi di atas 40%. Contohnya :
Cempaka, Uru, dan Eboni.
2. Benih Ortodoks yaitu benih yang dapat disimpan dalam jangka waktu lama
karna kadar airnya yang rendah dengan daya kecambah yang dapat
dipertahankan. Contohya : Sengon dan Jati.

17
2. Pengujian kemurnian benih
Pengujian kemurnian benih dilakukan untuk memisahkan benih murni
dengan kotoran-kotoran (ranting, kulit, dan benih yang rusak). Kegiatan ini
dilakukan dengan menggunakan meja kemurnian (meja yang berfungsi sebagai
tempat pemisahan antara kotoran benih dengan benih murni dilakukan secara
manual).
3. Pengujian berat 1000 butir benih
Pengujian berat 1000 butir benih yaitu dengan menghitung benih sebayak
8 kali dengan jumlah 100 butir, agar memudahkan perhitungan sediakan delapan
wadah yang masing-masing berisi 100 butir benih lalu ditimbang pada timbangan
analitik dan berat 1000 butir dan pengujian berat 1000 butir benih dapat dihitung.
Bila penimbangan 8 ulangan berbeda jauh dengan penimbangan langsung 800
butir artinya pengambilan contoh dan percampurannya tidak teliti.

4. Pengujian daya kecambah


Pengujian daya kecambah yaitu untuk mendapatkan informasi perkiraan
daya tumbuh benih dilapangan dan menyediakan nilai relatif pada suatu lot
terhadap lot benih lainnya. Pengujian perkecambahan diproritaskan dilakukan di
laboratorium, karena kondisi laboratorium, misalnya suhu, kelembapan, cahaya
dapat dilakukan sehingga hasil yang sama bisa didapatkan.
Pada perinsipnya, uji perkecambahan dilakukan terhadap benih murni hasil
uji kemurnian, kecuali benih ukuran kecil. Pada akhirnya masa pengujian, benih
kecambah diperiksa dan dihitung. Perhitungan kecambah dilakukan dengan
melihat kecambah normal, kecambah abnormal, dan benih yang tidak
berkecambah. Kecamabah normal adalah kecambah yang memiliki struktur
kecambah penting yang berkembang dengan baik. Panjang kecamabah harus
paling tidak dua kali panjang benihnya. Kecambah harus dalam keadaan sehat.
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk
berkembang menjadi kecambah normal.

18
3.2.2 Praktek Kultur Jaringan di Laboratorium Kultur Jaringan Kantor
Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Wilayah II Makassar

Media KULTUR JARINGAN Aklimatiasi


i

Inisiasi Perakaran

Multiplikasi

Gambar 2. Tahapan Kultur Jaringan

Tahapan pembuatan media yaitu faktor paling penting dalam pembuatan


kultur jaringan karena media sebagai tempat tumbuh tanaman. Media yang
digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamain dan hormon. Media yang
sudah jadi disimpan di botol kaca, media yang akan digunakan harus disterilkan
dengan cara memasaknya dengan autofklaf pada suhu 121̊ C selama 45 menit.
Dengan melakukan praktek pembuatan media dengan unsur makro MgSo4 untuk
stok pemakaian 10 kali. Langkah pertama pembuatan media mencampur semua
bahan yang sudah disiapkan seperti larutan stok A samapai F dan hormone,
kemudian larutan dimasukkan kedalam botol yang berisi aquades yang telah steril,
bahan seperti agar dan gula dimasukkan kemudian masak media dan esterilkan
media dengan menggunakan autoklaf selama 15 menit.
Tahap inisiasi yaitu tahap awal dari kultur jaringan dengan pembuatan kultur
jaringan dari eksplan yang bebas dari mikroorganisme inisiasi pertumbuhan baru.
Hal ini pucuk mempunyai kemampuan untuk membelah diri untuk membentuk
tunas baru semakin tinggi tunas semakin banyak yang akan di sub kultur, tahapan
sub kultur yaitu pemindahan eksplant yang masih kecil dari media yang lama ke
media yang baru yang dilakukan dengan aseptik didalam laminar air flow. Pada
dasarnya sub kultur memisahkan, memotong dan menanam kembali eksplant yang

19
telah tumbuh sehingga jumlah tanaman akan bertambah banyak. Pada saat sub
kultur dilakukan ada dua botol yang harus dipersiapkan yaitu botol perakaran
dengan tabel 2.
Tahap multiplikasi atau perbanyakan, tahap dimana tunas yang terbentuk pada
tahap inisiasi tunas, dirangsang untuk menggandakan diri atau membentuk tunas-
tunas baru. Media pada perbanyakan mengandung sitokinin. Multiplikasi tunas ini
pada umumnya terdapat dua tahap. Pertama tunas diinduksi atau dirangsang untuk
membentuk tunas-tunas baru di media induksi tunas. Kedua tunas-tunas yang
berhasil diinduksi di sub kultur ke medium elongasi tunas agar eksplan tersebut
mengalami pertumbuhan tinggi. Setelah eksplan mengalami pertumbuhan tinggi,
eksplan dipotong-potong dengan hati-hati, kemudian pisahkan eksplan yang
sudah dipotong tadi menjadi dua bagian ada yang masuk kategori perakaran dan
perbanyakan. Eksplan yang hidup tidak terkontaminasi oleh bakteri, virus, dan
jamur.
Tahap perakaran yaitu untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup
kuat agar dapat bertahan hidup sampai dipindahkan dari linggungan in-vitro ke
lingkungan luar. Tunas hasil dari multiplikasi yang belum mempunyai akar
dipindahkan ke media perakaran yang memerlukan auksin seperti NAA dan IBA.
Perakaran yang masuk dalam perbanyak adalah eksplannya di potong dengan satu
ruas.
Tahap akhir dari kultur jaringan, aklimatisasi sering dikatakan juga sebagai
proses suatu organisme individu menyesuaikan diri terhadap perubahan
lingkungan hidupnya, yaitu dari lingkungan in-vitro ke lingkungan ex-vitro.
Metode aklimatisasi ini sangat penting karena menentukan apakah tanaman yang
berasal dari in-vitro dapat beradaptasi atau tidak diluar botol seperti rumah kaca.
Tahap aklimatitasi yaitu pemindahan planlet dari botol kaca harus dibersihkan
terlebih dahulu dari media yang menempel pada akar karena kandungan nutrisi
dan gula pada media bisa menjadi media pertumbuhan mikroorganisme penyakit,
kemudian planlet direndam kedalam mangkok yang telah berisi vitamin B1
selama 10 menit, setalah 10 menit planlet diangkat kemudian ditanaman ke
polytup terus disiram kemudian disungkup dengan plastik dan beri label tujuan

20
dari sungkup digunakan untuk melindungi planlet dari udara luar dan serangan
hama penyakit karena bibit hasil dari kultur jaringan sangat rentang terhadap
serangan hama penyakit dari luar. Kegiatan aklimatisasi yang dilakukan tidak
menentu waktunya kadang pagi dan kadang sore, dan jumlah botol yang
diaklimatisasi sebanyak 12 botol dari laboratorium kultur jaringan. Kemudian
disimpan selama 3 atau 4 hari di ruangan laboratorium benih dan diberi cahaya
lampu akar tidak strees apa bila dikeluarkan dilingkungan luar.
3.2.3 Program Kerja Persemaiaan Maros
A. Pembuatan Arang sekam
Calon bibit yang baik didapatkan di dalam pencampuran media, baik
pencampuran media tabur ataupun pengisian polybag kita campur dengan arang
sekam karena arang sekam berfungsi untuk menggemburkan tanah, menyimpan
air dan kekompakan media.
Sebelum pembakaran sekam dilakukan, terlebih dahulu dibuat cerobong
asap dengan alat-alat yang telah disediakan setelah cerobong asap sudah jadi,
maka tuangkan kayu kedalamnya, buat nyala api sebagus mungkin agar
pembakaran sekam merata, setelah api yang dinyalakan sudah bagus, tuangkan
sekam dikeliling cerobong secara perlahan hingga membentuk tumpukan.
Dalam pembakaran memerlukan sekam, setiap karung sekam kering
mempunyai berat 18 kg dengan lama waktu pembakaran 7 jam untuk 8 karung
sekam kering, dan 12 jam untuk 15 karung sekam kering. 8 karung sekam kering
dapat menghasilkan 3 karung arang sekam bersih, sedangkan 9 karung arang
sekam dari hasil pembakaran 15 karung sekam kering, setiap karung hasil
pembakaran mempunyai berat 10 kg.
Bagusnya pembakaran ditandakan dari banyaknya asap yang keluar dari
mulut cerobong, jagan sampai menjadi abu gosok, setelah sekam merata yang
akhirnya menjadi arang sekam, maka bongkar jangan terjadi nyala api ketika
pembakaran berjalan, karena akan mengakibatkan sekam hangus hingga
tumpukan lalu percikan air hingga bara api yang berada di arang sekam mati
karena akan menjadi hangus jika bara api tetap menyala.

21
Setelah disiram air, keringkan selama 1 jam dibawah terik matahari hingga
kering, lalu masukkan kedalam wadah atau karung yang disiapkan, maka arang
sekam sudah siap di olah, untuk campuran media tanah dan lain, sebagaimana
diketahui, arang sekam dapat menyuburkan tanah dan menggemburkannya.
Adapun jumlah sekam kering dan basah dengan hasil pembakaran, juga
perbandingan sekam kering dan sekam basah, dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 4. Jumlah Sekam yang diperlukan dalam Proses Pembakaran
Jumlah Sekam Kering Waktu Pembakaran Hasil Pembakaran
No
(Karung) (Jam) Sekam (Karung)
1. 8 7 3
2 15 12 9

B. Pembuatan Kompos
Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari berbagai macam
sumber, dengan demikian kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi
tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15-l6%,
hemiselulosa l0-30%, lignin 5-3%, protein 5-40%, bahan mineral (abu) 3-5%, di
samping itu, terdapat bahan larutan air panas dan dingin (gula, pati, asam amino,
urea, garam amonium) sebanyak 2-30%, dan l-5% lemak larut eter dan alkohol,
minyak dan lilin. Komponen organik itu mengalami proses dekomposisi di bawah
kondisi mesofilik dan termofilik (susanto, 2002).
Konversi biologi bahan organik dilaksanakan oleh berbagai macam mahluk
hidup, seperti cacing, serangga tanah, dan juga nematoda. Serangga tanah dan
nematoda menghancurkan bahan organik hingga berukuran kecil. Kemudian
dilanjutkan oleh mikroba tanah, seperti bakteri dan kapang.
Actinomicetes membuat koloni pada bahan organik itu dan kemudian mulai
menguraikannya. Selama pengomposan berlangsung, perubahan secara kualitatif
dan kuantitatif terjadi, pada tahap awal akibat perubahan lingkungan beberapa
spesies flora menjadi aktif dan berkembang dalam waktu yang relatif singkat dan
kemudian hilang untuk memberikan kesempatan pada jenis lain untuk
berkembang (Susanto, 2002). Menurut Murbandono (2000), pembuatan kompos

22
berbahan kotoran sapi sebaiknya ditempatkan ditempat yang teduh atau ternaungi
agar bila hujan turun kompos tidak terkena air hujan. Sehingga bahan kompos
cepat kering, selain itu bau yang ditimbulkan selama proses pengomposan tidak
tersebar kemana-mana.
Kompos yaitu sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan
bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki
kandungan unsur hara NPK yang lengkap meskipun persentasinya kecil kompos
juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
Praktek yang dilakukan di persemian Maros dengan menyiapkan alat dan bahan
yang sudah disiapkan terlebih dahulu, kemudian campurkan bahan seperti kotoran
ayam, ampas teh, isikan baskom dengan air yang telah dicampurkan terlebih
dahulu trikoderma, aduk kotoran sapi dan ampas teh sambil menyiramkan air
yang telah dicampurka trikoderma dengan menggunakan gembor.
Ketika semua bahan tercampur merata tutup dengan terpal, seminggu
sekali kita membuka terpal untuk membolak balikkan kompos sampai minggu ke
tujuh kompos sudah siap digunakan. Kompos yang sudah matang tidak berbau
menyengat, warnanya coklat kehitanaman, bentuknya sudah berubah menjadi
lunak dan mudah dihancurkan.
C. Penanggung Jawab Kegiatan

Tabel 5. Penanggung Jawab Kegiatan

Penganggung
NO Nik Kegiatan
Jawab Kegiatan
1 15.023.54.251.033 Dhiki Efendi Sertifikasi Mutu Benih Sengon
2 15.023.54.251.032 Mustawakkal Kultur Jaringan
3 14.023.54.251.042 Amal Jayandi Arang Sekam
4 14.023.54.251.009 Rizaldi Kompos

23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sertifikasi mutu benih sengon (Albazia chinensis).

Sertifikasi mutu benih yang dilakukan pada benih Sengon (Albazia


chinensis) dapat kita ketahui sebagai berikut :
1. Pengujian kadar air
Merupakan hasil perhitungan dari hilangnya berat (kandungan air) ketika
benih dikeringkan didalam oven dengan suhu 103Oc selama 17 jam. Kadar
air dinyatakan dalam persen berat dari berat.
2. Pengujian kemurnian benih sengon (Albazia chinensis)
Dari pengujian kemurnian sengon benih menghasilkan benih murni,
kotoran, dan benih lain.
3. Pengujian berat 1000 butir benih sengon (Albazia chinensis)
Pengujian 1000 butir benih sengon yaitu hitungan 8 ulangan benih dengan
jumlah 100 butir benih dalam setiap wadah, dari masing-masing 100 butir
benih dalam wadah lalu ditimbang dan berat 1000 pengujian berat benih
dapat dihitung.
4. Pengujian daya kecambah
Hasil dari pengujian daya kecambah yang didapatkan pada benih sengon
(Albazia chinensis) dari pengujian ulang 1 sampai pengujian ulang 8 setiap
ulangan berjumlah 100 benih sengon (Albazia chinensis) dalam setiap
wadah.
Tujuan dari sertifikasi mutu benih yaitu untuk mendapatkan benih
yang bermutu dan bersertifikat.
Tabel 6. Tahapan Sertifikasi Mutu Benih Sengon (Albazia chinensis)
Tahapan Sertifikasi Mutu Benih
NO NILAI Keteranagan
Sengon (Albazia chinensis)
1 Pengujian Kadar air 0,34 g
2 Pengujian kemurnian benih 96,48 g
3 Pengujian berat 1000 butir U1 = 2,27 g Hasil timbang

24
U2 = 2,34 g Ulangan 1 sampai
U3 = 2,31 g Ulangan 8
U4 = 2,32 g
U5 = 2,27 g
U6 = 2,55 g
U7 = 2,52 g
U8 = 2,51 g

Keterangan:
U1 sampai U8 adalah hasil hitung ulangan 1 sampai 8 dengan jumlah 100 butir
benih dalam wadah.

Tabel diatas menyajikan hasil sertifikasi mutu benih yang dilakukan


melalui empat tahapan, yaitu pengujian kadar air mengasilkan 0,3 g, pengujian
kemurnian benih menghasilkan benih murni sebesar 96,48 g, pengujian berat 1000
butir dengan sempel benih dihitung sebayak 8 kali ulangan. Setiap satu ulangan
berjumlah 100 butir benih dalam wadah dan ditimbang dengan timbangan analitik
dan menghasilkan berat benih dalam setiap wadahnya dari ulangan 1 sampai 8.
4. Hasil Uji Daya Kecambah

Gambar 3. Grafik Hasil Uji Daya Kecambah

25
Gambar 3. menyajikan data hasil uji daya kecambah dari penaburan ulangan
1 sampai ulangan 8. Daya kecambah paling tinggi dihasilkan pada ulangan 4
balok warna merah berjumlah 89 kecambah, sedangkan daya kecambah paling
menurun dihasilkan pada ulangan 1, 7 dan 8 balok warna biru dengan jumlah 61
kecambah. Hasil uji kecambah pada gambar 3. Adalah hasil uji daya kecambah
berat 1000 butir.

4.2 Praktek Kultur Jaringan di Laboratorium Kultur jaringan Kantor Balai


Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Wilayah II Makassar

Hasil dari praktek kultur jaringan yaitu proses memperbanyak tanaman


dengan cara vegetative. Teknik kultur jaringan dilakukan di laboratorium khusus
yang kondisinya steril. Tujuan dari tahapan kultur jaringan yaitu terbebas dari
penyakit tanaman, bibit yang bermutu, lebih cepat dalam waktu yang singkat.
Pembuatan media merupakan faktor penentu keberhasilan bagi tanaman
kultur jaringan, karena media sangat berpengararuh terhadap pertumbuhan dan
perkembangbiakan eksplan. Tahap inisiasi untuk mempercepat pertumbuhan
tanaman dimedia agar-agar, dibandingkan pertumbuhan ditanah. Tahap sub kultur
dengan melakukan tahap perbanyakan tunas yang tumbuh dari hasil induksi,
dengan cara memotong bagian eksplan yang akan diperbanyak.
Sedangkan perakaran dimana tahap untuk menumbuhkan akar dan
pembentukan plantlet sehingga dapat bertahan hidup. Kegiatan sub kultur yang
dilakukan dengan jumlah botol yang di subkultur ada dua botol, dan hasilnya dari
subkultur ini lima botol dimana perakaran 2 botol dan multifikasi 3 botol.
Aklimatisasi tahap akhir dari kultur jaringan, praktek aklimatisasi yang
dilakukan sebanyak 12 botol kemudian di aklimatisasi kedalam polytup yang hasil
tidak menentu tergantung dari banyaknya planlet yang ada dalam botol kultur
jaringan. Aklimatisasi yang kami lakukan di BPTH Wilayah II Makassar yaitu
sebanyak 12 botol, dalam setiap botol yang kami pindahkan kedalam polytup
berisi 3-4 planlet.

26
4.3 Program Kerja di Persemaian Maros
A. Pembuatan Arang Sekam
Pembakaran sekam padi yang dilakukan di persemaian Maros
menghasilkan arang sekam sebagai mana di jelaskan di tabel di bawah ini:

Tabel 7. Hasil pembakaran sekam padi


Brt
Arg Brt kslrhn
Skm Brt/krg Brt/krg kslrhn Pnystn
No skm arg skm
Pd(Krg) (Kg) (Kg) skm pd (Kg)
(Krg) (Kg)
(Kg)
1 8 18 3 10 144 30 114
2 15 18 9 10 270 90 180

Tabel 7. Menyajikan hasil analisis data tentang berat arang sekam yang
dihasilkan dari pembakaran sekam padi yang berjumlah 8 karung sekam kering
akan menghasilkan 3 karung arang sekam, dengan berat perkarung sekam padi 18
kg, berat keseluruhan sekam padi dari 8 karung sekam padi 144 kg, setelah
pembakaran bobot arang sekam perkarung sebesar 10 kg, berat keseluruhan arang
sekam dari hasil pembakaran 8 karung sekam padi menghasilkan 3 karung arang
sekam dengan berat 30 kg. 8 karung sekam padi setelah pembakaran mengalami
penyusutan 144 kg.
Sedangkan 15 karung akan menghasilkan 9 karung arang sekam. Setiap
karung sekam padi mempunyai berat 18 kg, berat keseluruhan sekam padi dari 15
karung berbobot 270 kg. Sedangkan berat perkarung dari hasil pembakaran sekam
mempunyai berat 10 kg, hasil keseluruhan berbobot 90 kg dari 9 karung arang
sekam. 15 karung sekam padi yang berbobot 270 kg setelah pembakaran
mengalami penyusutan sebayak 180 kg.
Arang sekam memiliki kemampuan menyerap air yang rendah dan
porositas yang baik, Karnah sifat tersebut maka arang sekam dipilih sebagai
campuran media yang bertujuan untuk mendukung memperbaiki Struktur media
tanam karna aerase dan drainase menjadi lebih baik.

27
Diketahui bahwa arang sekam mempunyai fungsi yang sangat penting
dalam perbenihan karena arang sekam digunakan untuk meyuburkan tanah dalam
pencampuran media serta menyerap zat – zat yang beracun pada tanah dan pasir,
meyuburkan benih pada persemaian, penyimpanan air, member rongga pada akar
dalam polybag dan kekompakan media dalam polybag.

B. Pembuatan kompos

Hasil dari Praktek pembuatan kompos yaitu menghasilkan sisa-sisa


kotoran sapi, ampas daun teh dan kotoran ayam yang telah mengalami pelapukan,
bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki
kandungan hara NPK yang lengkap meskipun presentasenya kecil. Kompos
mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
Selama proses pengomposan berlangsung, perubahan secara kualitatif dan
kuantitatif terjadi, pada tahap awal akibat perubahan lingkungan beberapa spesies
flora menjadi aktif dan berkembang dalam waktu yang relatif singkat dan
kemudian hilang untuk memberikan kesempatan pada jenis lain untuk
berkembang. Pada minggu kedua kelompok fisiologi yang berperan aktif dalam
proses pengomposan yaitu bakteri amonifikasi, proteolitik, pektinolitik dan
bakteri penambat nitrogen. Sehingga pelapukan terjadi dan menghasilkan kompos
yang berbau dan tidak panas .
Pembuatan Kompos yang dilakukan selama 2 minggu di persemaian
Maros dengan mencampurkan kotoran ayam 25 karung, kotoran sapi 25 karung
dan ampas teh 50 karung beserta 1 botol Em4 dan 5 bungkus trikoderma beserta
beberapa tetes air gula. Yang menghasilkan 100 karung kompos siap di gunakan
untuk bahan campuran media tanam. Dalam pencampuran media tanam di
butuhkan beberapa campuran, selain kompos media campur yang lain di antaranya
yaitu tanah dan arang sekam. Setiap pencampuran media tanam di campur dengan
hitungan 3 gerobak tanah, 1 gerobak kompos, dan 1 arang sekam. Selanjutnya
dicampur menjadi satu, setelah tercampur dimasukkan ke dalam polybak. Media
tanam ini yang sering digunakan di persemaian Maros dan Balai Perbenihan
Tanaman Hutan (BPTH) Wilayah II Makassar.

28
Kompos sangat bermanfaat bagi tanaman, adapun manfaat kompos yaitu:
a. Kompos dapat menjadi multivitamin bagi tanah dan tanaman
b. Kompos dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah
c. Mengembalikan kesuburan tanah
d. Dapat menjadikan tanah masam menjadi netral
e. Tanaman diberi kompos tanahnya dapat tumbuh dengan subur ketimbang
tanah yang tidak diberi kompos.

29
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil pelaksanaan Praktek Umum (PU) di Balai Perbenihan Tanaman


Hutan Wilaya II Makassar dapat di simpulkan.
1. Sertifikasi mutu benih Sengon (Albazia chinensis) menghasilkan jumlah
kecambah paling tinggi 89 sedangkan jumlah kecambah paling rendah 61, dari
hasil uji kecambah diketahui kulitas benih Sengon yang siap ditanam di
persemaian dan menghasilkan sertifikasi benih yang unggul.
2. Hasil kultur jaringan yaitu dapat memperbanyakan tanaman dan tidak
membutuhkan waktu yang lama, tanpa harus menghilangkan sifat dari
induknya.
3. Pembuatan Arang Sekam harus memperhatikan pengadukan supaya kompos
tercampur dengan merata.
4. Pembuatan Kompos sangat baik untuk tanaman karna arang sekam mepunyai
unsure hara yang banyak bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam Praktek Umum ini mahasiswa yang difokuskan pada
program kerja yang ditentukan, agar didampingi sehingga mahasiswa tidak
kewalahan dalam melakukan Kegiatan praktek umum dan Juga dalam penyusunan
Laporan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Damaris p, Eva, Nisa. 2012 uji kecambah benih sengon (Albazia chinensis).
Kalimantan selatan.

Murbandono. 2000. Pembuatan Kompos dari Kotoran Sapi. Fak. Pertanian.

Susanto. 2002. Penguraian Bahan Organik. Fakultas Pertanian. Bogor.

Sulistiani, Yani. 2012. Produksi Bibit Tanaman dengan Menggunakan Teknik


Kultur Jaringan. Bogor: SEAMEO Biotrop

Soekotjo. 2004. Penurunan Jumlah Produksi Kayu Bulat. Bogor; Cifor.

Giri Suryanta. 2016. Pembangunan persemaian permanen. Maros; Balai


Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH).

31
Lampiran 1. Jurnal kegiatan Harian;

Tabel Kegiatan Praktek Umum Minggu pertama:

No Hari/tanggal Waktu Uraian kegitan Lokasi

1 Selasa,14 Agustus 07.00-09.30 Pengenalan Jenis- Di kantor


2018 jenis benih tanaman BPTH
hutan
2 09.30-04.00 Pengenalan alat-alat Di kantor
kultur jaringan dan BPTH
media kultur
jaringan
3 Rabu,15 Agustus 08.50-04.00 Perlakuan Di kantor
2018 pendahuluan, BPTH
sertifikasi mutu
benih, dan
penaburan benih
diatas media pasir
4 Kamis,16 Agustus 08.00-10.50 Proses penaburan Di kantor
2018 benih diatas media BPTH
kertas

32
Tabel Kegiatan Praktek Umum Minggu kedua

No Hari/tanggal Waktu Uraian kegitan Lokasi

1 Senin,21 Agustus 07.30-01.09 Pengenalan pohon Di Kantor


2018 induk untuk media BPTH
stek di green hous,
pengenalan jenis-
jenis bibit, dan
pengecekan benih
sengon yang telah
ditabur
2 Selasa,22 Agustus 01.26-03.07 Pengenalan alat-alat Di Lep
2018 kultur jaringan, Kuljar
persiapan praktek BPTH
pembuatan media
kultur jaringan dan
aklimatisasi.
3 Rabu,23 Agustus 09.24 Menghitung jumlah Di kantor
2018 kecambah benih BPTH
sengon yang telah di
tabur di media kertas
10.00 Penyapihan dari
media tanam ke
polybak
01.30 Materi kultur
jaringan

33
Tabel Kegiatan Praktek Umum Minggu ketiga:

No Hari/tanggal Waktu Uraian kegitan Lokasi

1 Senin, 02 Agustus 08.35-11.35 Penyortiran benih jabon Di


2018 01.30-04.00 merah di ruang perakaran Persemaian
Maros
2 Selasa,03 Agustus 09.00-12.00 Persiapan dan Di
2018 pengenalan bahan-bahan Persemaian
pembuatan arang sekam Maros
05.00 Pembakaran arang sekam
3 Rabu,04 Agustus 09.00-12.00 Pembuatan bedeng untuk Di
2018 tempat polybak Persemaian
mengguakan tali tambang Maros
01.30-03.00 Pembuatan dan
pengenalan alat, bahan
pembuatan kompos
03.00-04.00 Penaburan benih mahoni

34

Anda mungkin juga menyukai